You are on page 1of 7

Kimia

Oleh:

Aulia Hamada

Nurlela

Safira Dwi Hapsari

Stefani Dwi Handamari

Theresia Hestyaningrum

XI IPA-1
A. Judul
Penentuan Konsentrasi HCl dengan Titrasi

B. Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu menentukan konsentrasi larutan asam atau basa untuk menghitung
banyaknya pereaksi dan hasil reaksi dalam larutan elektrolit menggunakan
titrasi asam– basa.

C. Dasar Teori
Reaksi penetralan asam-basa dapat digunakan untuk menentukan kadar (konsentrasi)
berbagai jenis larutan, khususnya yang terkait dengan reaksi asam-basa. Kadar larutan
asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya.
Demikian pula sebaliknya, kadar larutan basa ditentukan dengan mengunakan larutan
asam yang diketahui kadarnya. Proses penentuan kadar larutan dengan cara ini disebut
titrasi asam-basa.

Titrasi dilakukan untuk menetapkan molaritas suatu larutan dengan menggunakan


larutan lain yang telah diketahui molaritasnya. Larutan peniter itu kita sebut larutan
standar. Ketepatan (akurasi) dari konsentrasi larutan yang dititer, salah satunya
bergantung pada kepastian molaritas dari larutan peniter. Jika molaritas larutan peniter
tidak pasti, maka molaritas larutan yang dititer pastilah tidak akurat.

Pada percobaan ini, kita akan menentukan molaritas HCl dengan larutan NaOH 0,1
M. Untuk itu, sejumlah larutan HCl ditempatkan dalam erlenmeyer, kemudian ditetesi
dengan NaOH 0,1 M (dalam buret) sehingga keduanya ekuivalen (tepat habis bereaksi).
Titik ekuivalen dapat diketahui dengan bantuan indikator. Titrasi (penetesan) dihentikan
tepat pada saat indikator menunjukkan perubahan warna. Saat indikator menunjukkan
perubahan warna disebut titik akhir titrasi.

D. Alat dan Bahan

No Nama Alat Ukuran Jumlah


1. Buret 50 mL 1 buah
2. Erlenmeyer 250 mL 3 buah
3. Gelas Beker 250 mL 1 buah
4. Gelas Ukur 50 mL 1 buah
5. Pipet Tetes - 1 buah
6. Corong Kaca - 1 buah
7. Klem dan Statif - 1 buah
8. Pipet gondok 10 mL 1 buah
9. Labu ukur 100 mL 1 buah
10. Botol semprot - 1 buah

No. Nama Bahan Jumlah


1. Larutan NaOH 0,1 M 150 mL
2. Asam cuka perdag. 30 mL
3. Indikator PP 3 tetes
4. Akuades 1 liter

E. Cara Kerja
1. Buatlah larutan NaOH 0,1 M sebanyak 100 mL.
2. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M hingga garis 0 mL.
3. Masukkan 10 mL larutan HCl yang tersedia ke dalam erlenmeyer, kemudian tetesi
dengan indikator PP sebanyak 3 tetes.
4. Tetesi larutan HCl dengan larutan NaOH. Penetesan harus dilakukan secara hatihati
dan labu erlenmeyer terus–menerus digoncangkan. Penetesan dihentikan saat
terjadi perubahan warna yang tetap, yaitu menjadi merah muda.
5. Hitung volume NaOH 0,1 M yang digunakan.
6. Ulangi prosedur di atas hingga diperoleh tiga data yang hampir sama.

F. Data Pengamatan

No. Volume NaOH 0,1 M yang Telah Digunakan


1. 7 mL NaOH
2. 10,8 mL NaOH
3. 19,7 mL NaOH

G. Analisis Data
1. Tentukan volume rerata larutan NaOH 0,1 M yang digunakan.
2. Tentukan jumlah mol NaOH yang digunakan.
3. Tentukan jumlah mol HCl berdasarkan perbandingan koefisien reaksi.
NaOH(aq) + HCl(aq) ⎯⎯→ NaCl(aq) + H2O(l)
4. Tentukan molaritas larutan HCl tersebut.

H. Pertanyaan
1. Apa kegunaan dari PP (fenolftalein)?
Indikator fenolftalein menunjukkan perubahan warna yang dapat membantu kita
menentukan titik akhir titras

2. Apakah Anda dapat menentukan titik ekuivalen tanpa bantuan fenolftalein? Jelaskan
alasan Anda!
Dapat. Titik ekuivalen titrasi asam kuat oleh basa kuat dengan indikator fenolftalein (PP)
ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi merah muda pertama dan tidak hilang
setelah dikocok.

3. Dapatkah fenolftalein diganti dengan indikator yang lain? Jika dapat, berikan
contohnya dan nyatakan perubahan warna yang diharapkan!
Ya, indikator fenolftalein diganti dengan indicator lain seperti Bromtimol Biru yang
memiliki trayek perubahan warna 6,0 – 7,6 (kuning – biru) dan Metil Merah yang memiliki
trayek perubahan warna 4,2 – 6,3 (merah – kuning). Akan tetapi, fenolftalein lebih sering
digunakan karena perubahan warna fenolftalein lebih mudah diamat
A. Judul
Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

B. Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu menentukan konsentrasi larutan asam atau basa untuk menghitung
banyaknya pereaksi dan hasil reaksi dalam larutan elektrolit menggunakan titrasi asambasa.

C. Dasar Teori
Acidimetri dan alkalimetri adalah analisis kuantitatif volumetri berdasarkan reaksi
netralisasi. Acidimetri adalah reaksi netralisasi (titrasi) larutan basa dengan larutan
standar asam. Alkalimetri adalah reaksi netralisasi (titrasi) larutan asam dengan larutan
standar basa. Jadi, keduanya dibedakan pada larutan standarnya.

Penentuan kadar CH3COOH dalam asam cuka perdagangan cara alkalimetri ini
menggunakan larutan NaOH sebagai larutan standar basa/titrasi basa. Pada titrasi asam
asetat dengan NaOH sebagai larutan standar akan dihasilkan garam yang berasal dari
asam lemah dan basa kuat, dengan persamaan sebagai berikut.

NaOH (aq) + CH3COOH(aq) ⎯⎯→ CH3COONa(aq) + H2O(l)

Berbagai merek asam cuka tersedia di pasar. Rata-rata mencantumkan kadar 25%
pada labelnya. Pada praktikum ini akan dilakukan percobaan untuk menyelidiki
kebenaran label tersebut dengan menggunakan titrasi alkalimetri. Perlu kita perhatikan
bahwa dalam titrasi digunakan larutan yang relatif encer. Oleh karena itu, asam cuka
perdagangan harus kita encerkan. Jika tidak diencerkan maka akan memerlukan larutan
NaOH yang terlalu banyak. Hal ini selain tidak praktis, juga tidak mempunyai ketelitian
yang baik.

D. Alat dan Bahan


No Nama Alat Ukuran Jumlah
1. Buret 50 mL 1 buah
2. Erlenmeyer 250 mL 3 buah
3. Gelas Beker 250 mL 1 buah
4. Gelas Ukur 50 mL 1 buah
5. Pipet Tetes - 1 buah
6. Corong Kaca - 1 buah
7. Klem dan Statif - 1 buah
8. Pipet gondok 10 mL 1 buah
9. Labu ukur 100 mL 1 buah
10. Botol semprot - 1 buah

No. Nama Bahan Jumlah


1. Larutan NaOH 0,1 M 150 mL
2. Asam cuka perdag. 30 mL
3. Indikator PP 3 tetes
4. Akuades 1 liter

E. Cara Kerja
1. Buatlah larutan NaOH 0,1 M sebanyak 100 mL dengan menggunakan labu ukur.
2. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M hingga garis 0 mL .
3. Ambil 5 mL asam cuka perdagangan, lalu encerkan sampai volume 100 mL dalam
labu ukur.
4. Masukkan 10 mL larutan asam cuka yang telah diencerkan ke dalam erlenmeyer,
kemudian tetesi dengan indikator PP sebanyak 3 tetes.
5. Tetesi larutan asam cuka dengan larutan NaOH 0,1 M. Penetesan harus dilakukan
secara hati-hati dan labu erlenmeyer terus-menerus digoncangkan. Penetesan
dihentikan saat terjadi perubahan warna yang tetap, yaitu menjadi merah muda.
6. Hitung volume NaOH 0,1 M yang digunakan.
7. Ulangi prosedur di atas hingga diperoleh tiga data yang hampir sama.
8. Hitunglah kadar asam cuka perdagangan tersebut.

F. Data Pengamatan
No. Volume NaOH 0,1 M yang Telah Digunakan
1. 19 mL CH3COOH
2. 30 mL CH3COOH
3. 11,5 mL CH3COOH
G. Analisis Data
1. Tentukan volume rerata larutan NaOH 0,1 M yang digunakan.
19+30+11,5
=20,16 7
3

2. Tentukan jumlah mol NaOH yang digunakan.


Mol = m.v
= 0,1 . 20,167
= 2,0167

3. Tentukan jumlah mol asam cuka berdasarkan perbandingan koefisien reaksi.


NaOH(aq) + CH3COOH(aq) ⎯⎯→ CH3COONa(aq) + H2O(l)
Mol CH3COOH = 0,1 x 20,167 = 2,0167

4. Tentukan kadar asam cuka perdagangan tersebut (ρ asam cuka = 1,05 g/mL).
P .10 . X
M=
Mr
1,05.10 . x
0,1 =
60
10,5 x = 6
6
X= =0,571
10,5

5. Bandingkan kadar asam cuka yang Anda hitung dengan kadar asam cuka yang
tertera dalam label.

M asam x V asam = M basa x V basa

You might also like