You are on page 1of 6

MBAHASAN

A. Pengertian Umum
1. Definisi Teori
Istilah teori dapat diartikan sebagai perangkat proposisi (pernyataan
ilmiah) yang terintegrasi secara sintaksis dan berfungsi sebagai alat untuk
menjelaskan, membedakan, meramalkan dan mengontrol fenomena yang
dapat diamati. Ada empat kriteria umum untuk menguji teori, yaitu dengan
cara mengumpulkan data yang benar, menggunakan metodologi yang benar
dan tepat, membentuk teori yang sahih serta dapat membuat ramalan yang
tepat.
2. Definisi-definisi Belajar
Pada umumnya para ahli psikologi menerima pendapat bahwa belajar
adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan
tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Belajar berbeda dengan
pertumbuhan kedewasaan, dimana perubahan yang terjadi dalam individu
berasal dari bawaan genetiknya. Perubahan tingkah laku individu sebagai
hasil belajar ditunjukkan dalam berbagai aspek seperti perubahan
pengetahuan, pemahaman, persepsi, motivasi, atau gabungan dari aspek-aspek
tersebut. Terbentuknya tingkah laku sebagai hasil belajar mempunyai tiga ciri
pokok, yaitu :
a. Tingkah laku baru itu berupa kemampuan aktual dan potensial,
b. Kemampuan itu berlaku dalam waktu yang relatif lama, dan
c. Kemampuan baru diperoleh melalui usaha.
4
Teori belajar akan banyak membantu bagaimana mengembangkan
teori-teori pengajaran, yakni menyusun strategi pengajaran atas dasar prinsip
dan kaidah-kaidah yang ada dalam teori belajar. Teori pengajaran timbul
dalam usaha merencanakan pengajaran agar lebih sistimatis berdasarkan
konsep dan prinsip yang telah teruji secara ilmiah. Teori pengajaran
dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar. Teori pengajaran dapat
dikatakan sebagai seperangkat pernyataan berdasarkan penelitian yang dapat
diulang dan terpercaya yang memungkinkan seseorang meramalkan
bagaimana perubahan-perubahan tertentu dalam lingkungan pendidikan dapat
mempengaruhi belajar siswa.
Perbedaan pokok antara teori belajar dengan teori atau teknologi
pengajaran dapat diringkaskan sebagai berikut : teori belajar secara ideal
mencakup secara luas mengenai kenapa perubahan-perubahan belajar terjadi
namun tidak lengkap dalam hal implikasi praktisnya bagi pendidik.
Sedangkan teori pengajaran idealnya mencakup secara luas mengenai prinsipprinsip
praktis namun tidak lengkap mengenai bagaimana prosedur-prosedur
perubahan itu terjadi.

B. Psikologi Sebagai Ilmu


Psikologi sebagai ilmu dimulai pada tahun 1879, sewaktu Wilhelm wundt
mendirikan laboratorium psikologi di kota Leipzig Jerman. Wundt seorang ahli
filsafat, ahli faal dan psikologi. Ia mulai mengadakn penelitian-penelitian
psikologi melalui percobaannya mengenai pikiran atau akal manusia. Tiga
masalah yang menjadi pusat perhatian penelitiannya yaitu :
1. Proses kesadaran serta unsur-unsur yang membentuknya,
2. Cara unsur-unsur itu saling berhubungan, dan
3. Menentukan hukum atau aturan dari hubungan unsur-unsur tersebut.
5
Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berbedabeda
seperti pertumbuhan fisik, genetika, sistem otak, kematangan dan
karakteristik individu lainnya. Oleh karena itu, para ahli psikologi mencoba
menyusun teori psikologi melalui enam pendekatan, yaitu :
1. Menghubungkan dan mengintegrasikan hasil-hasil suatu studi dengan hasil
studi lannya yang menggunakan cara dan prosedur yang sama.
2. Mensintesiskan penemuan yang saling berhubungandengan cara mempelajari
beberapa model miniatur yang difokuskan pada penelitian proses atau sub
proses psikologi.
3. Menghubungkan hasil-hasil penemuan dengan teori-teori yang lebih
komprehensif agar diperoleh teori psikologi yang komprehensif pula. Teori
psikologi yang komprehensif minimal termasuk persepsi, kemampuan dan
motivasi.
4. Mewujudkan kesepakatan untuk membangun satu teori yang diterima bersama
sebagai kerangka dasar untuk mengembangkan teori psikologi yang
komprehensif.
5. Berdasarkan pendekatan keempat di atas muncul aliran-aliran dan pandangan
psikologi yang berbeda sehingga terjadi persaingan satu sama lainnya, menuju
kepada teori psikologi komprehensif.
6. Pendekatan yang berorientasi kepada penelitian psikologi yang terintegrasikan
dengan teori ilmu prilaku manusia seperti Sosiologi, Antropologi, Ekonomi,
dsb.
Sudjana,Nana.1991,Teori –Teori Belajar Untuk pengajar.Jakarta:Lenbaga
penerbit Falkultas Ekonomi Univ.indonesia.
6
C. Teori Belajar
Terdapat dua golongan besar dalam jenis teori belajar, yakni golongan
behavioristic yaitu teori belajar stimulus-respon atau conditioning theories dan
golongan gestalt-field atau cognitive-field theories yaitu teori belajar kognitif.
Kedua teori belajar ini di samping mempunyai perbedaan bahkan pertentangan
juga mempunyai persamaan. Persamaannya terletak dalam hal pandangannya
terhadap manusia sama-sama menggunakan pendekatan ilmiah, keduanya
melakukan pendekatan psikologi. Sedangkan perbedaannya terletak dalam asumsi
mengenai perilaku manusia. Golongan behavioristic bertolak dari asumsi bahwa
perilaku manusia bisa pasif dan bisa aktif. Pasif dalam pengertian bahwa perilaku
manusia dikontrol oleh stimulusnya, dan aktif dalam pengertian tingkah laku
manusia dikontrol oleh responnya. Sedangkan Golongan Cognitive atau Gestalt
Field berasumsi bahwa perilaku manusia sifaatnya interaktif. Artinya perilaku
manusia merupakan fungsi dari organisme dan lingkungannya (S-O-R).
1. Teori Belajar Stimulus-Respon (Behavioristic)
Aliran behavioristic pada hakekatnya didasarkan kepada asosianisme
terutama asosianisme fisiologis dari Watson dan Adward L. thorndike.
Psikologi Watson dikenal dengan behaviorisme, sedangkan Thorndike dikenal
dengan koneksionisme. Keduanya dalam arti yang luas adalah behavioristic.
Sekalipun psikologi Watson dan Thorndike saat ini tidak lagi dalam
bentuknya yang asli, namun banyak psikolog masa kini berorientasi kepada
pendapat mereka. Mereka yang berorientasi kedua tokoh tersebut
menanamkan diri kaum neobehaviorisme.
Teori Stimulus-Respon atau conditioning menekankan kepada analisis
perilaku yang bersifat obyektif. Asumsi yang digunakan mengenai proses
belajar adalah seseorang dapat mengerti proses belajar yang kompleks setelah
ia mengerti proses belajar yang sederhana. Proses-proses yang sederhana
7
diharapkan pula dapat menjelaskan proses-proses yang lebih kompleks. Kritik
yang dilontarkan terhadap pandangan ini ialah bersifat sangat mekanistik dan
otomatis.
Teori belajar behavioristik berakar kepada empat pokok yakni :
a. Instrospectionesme.
Dimulai dari asosianistis yang dipimpin oleh John Locke dan Herbart
yang menitik beratkan perhatiannya kepada struktur mental, yakni
menyangkut asosiasi dan koneksi dari ide-ide dalam pikiran (minds).
Pemikiran ini berkembang menjadi strukturalisme dari Wundt di abad ke
20 yang merupakan awal dari behaviorisme, dengan menggunakan metode
intropeksi dan observasi.
b. Physiologi
pada akhir abad ke-19 studi psikologi banyak menaruh perhatian kepada
fungsi-fungsi dalam tubuh. Kelompok ini disebut penganut physiological
psychologis. Mereka memusatkan perhatian kepada obyek atau kejadian
yang dapat ditangkap panca indera. Metode introspeksi digunakan untuk
mengamati bentuk-bentuk tingkah laku. Eksperimen mulai dilakukan
terhadap binatang untuk mendapatkan gambaran bagaimana bentuk
tingkah laku sebagai hasil dari proses physiologi.
Ivan P. Pavlov seorang pshcholog dan fisiologi Rusia, menulis tentang
“proses-proses psikologi” sebagai hasil dari penelitiannya terhadap seekor
anjing. Karya Pavlov sangat berpengaruh dikalangan kaum behaviorisme.
c. Koneksionisme Thorndike
Konseksionisme Thorndike berpangkal dari asosianisme Herbart dan
psikologi fisiologi. Teorinya dikenal dengan S-R bond. Teori ini
menyatakan bahwa melalui persyaratan respons-respons khusus
dihubungkan dengan stimulasi khusus. Pemikiran ini didasarkan kepada
hasil percobaannya terhadap kucing lapar. Thorndike merumuskan
8
hukum-hukum asosiasi yang dibedakan menjadi hukum mayor dan hukum
minor.
d. Behaviorisme Watson dan Neobehavioristic.
Behaviorisme Watson bersandarkepada karya Pavlov. Ia menegaskan
bahwa sesuatu organisme yang hidup sebagai suatu mekanisme yang
mempertahankan dirinya. Sedangkan kaum neobehavioristic memberikan
perhatian kepada respon daripada stimulus. Kaum neobehavioristic lebih
sistimatik dibandingkan dengan thorndike, lebih konsisten dan menurut
pendapatnya tidak setiap kesadaran manusia memerlukan penelaahan.
Kebanyakan teori belajar aliaran behaviorisme menekankan kepada
instrumental conditioning atau clasical conditioning atau memodifikasi
salah satu dari dua teori tersebut atau mengkombinasikan kedua teori
menjadi satu teori baru.
2. Teori Psikologi Gestalt atau Psikologi Kognitife
Teori belajar kognitif atau teori gestalt menekankan kepada prosesproses
intelektual yang kompleks seperti bahasa, pikiran, pemahaman,
pemecahan masalah sebagai aspek utama dalam proses belajar. Mereka
tidak setuju dengan proses-proses belajar sederhana sebagai dasar
memperoleh penjelasan mengenai proses belajar yang lebih kompleks.
Teori ini merupakan kritik terhadap teori belajar aliran behaviorisme yang
diformulasikan dalam stimulus-respon (S-R). pandangan teori kognitif
adalah bahwa tingkah laku individu dikontrol oleh kemampuan organisme
dan lingkungannya, sehingga muncul paradigma utamanya stimulusorganisme-
respon (S-O-R). Gestalt Field atau cognitif Field berasal dari
Jerman pada awal abad ke-20. Ada empat pemimpin dalam perkembangan
teori ini yakni Max Wetherimer, Wolfgang Kohler, Koffka, Kurt Lewin.
Dasar pemikiran yang dikemukakan Wertheimer ketika memunculkan
9
teori ini adalah keseluruhan yang terorganisasi adalh lebih bermakna dari
bagian-bagian. Keseluruhan bukan pula perjumlahan dari bagian atau
unsur-unsur. Sejumlah hukum telah diciptakan oleh Wertheimer dan para
pengkutnya, Hukum tersebut antara lain: pragnanz, similarity, proximity,
closure, good continuation, dan membership character. Tentang pragnanz
dikatakan bahwa jika bidang penerima sedang tidak terorganisasi maka
akan menekan perintah atas bidang penerima dengan cara yang telah
diramalkan. Similarity berarti hal yang sama, akan cenderung membentuk
persepsi kelompok. Proximity berarti kedekatan dari unsur-unsur
kelompok menguntungkan persepsi. Closure berarti bahwa bidang atau
wilayah yang tertutup lebih menguntungkan dari bidang yang tidak
tertutup. Good continuation berarti bahwa dalam persepsi seorang
cenderung melanjutkan garis lurus untuk membentuk daerah tertutup.
Membership character berarti bahwa sesuatu bagian secara tersendiri tidak
akan mempunyai karakter yang pasti, karakter akan jelas bila dihubungkan
dengan keseluruhan.
3. Perbedaan Pandangan dari Kedua Golongan
Ada beberapa perbadaan pandangan dari kedua golongan teori diatas
terutama dalam melihat berbagai hal seperti:lingkungan,interaksi,
pengalaman, motivasi, proses belajar, prilaku, proses berpikir dll.
a. Lingkungan
S-R conditioning menyamakan lingkungan seseorang dengan psikologi
orang itu. Lingkungan seseorang terdiri dari semua yang bersifat fisik dan
sosial. Sedangkan Gestalt Field beerpendapat bahwa lingkungan seseorang
adalah sesuatu yang bersifat psikologis, yakni berupa kesan-kesan
seseorang terhadap lingkungan itu.
10
b. Interaksi.
Interaksi dipakai untuk melukiskan proses hubungan yang berlangsung
antar manusia dengan lingkungan. Aliran behaviorisme mengartikan
interaksi sebagai rangkaian reaksi bergantian. Artinya dimulai dengan
reaksi orang atau organisme terhadap stimulus. Orang menerima stimulus
lalu memberi reaksi, sehingga interaksi adalah sebab dan akibat.
Sedangkan Gestalt berpendapat interaksi berlangsung serempak dan saling
timbal balik.
c. Pengalaman.
Aliaran behaviorisme kurang memberikan tempat terhadap masalah
pengalaman. Mereka hanya beranggapan bahwa pengalaman biasanya
memberikan sesuatu secara mekanis. Sedangkan gestalt memperluas
pengalaman sebagai interaksi bertujuan. Pengalaman adalah interaksi
organisme dengan lingkuangannya.
d. Motivasi.
Pengikut S-R mempersamakan manusia dengan mesin. Ia bekerja menurut
aturan yang dirancang baginya. Ia tidak bekerja tanpa stimulus, sehingga
motivasi merupakan gerakan yang bersyarat sebelumnya, yang terdapat di
dalam organisme berdasarkan S-R. Sedangkan gestalt memandang
motivasi sebagai tujuan, harapan, niat dan maksud. Dorongan dan usaha
organisme untuk mencapai tujuan dan harapan tersebut mengandung
makna adanya motivasi.
e. Belajar.
Aliran behaviorisme memandang belajar sebagai kondisi atau
reinforcement atau penguatan bagi prilaku. Belajar adalah suatu perubahan
yang terus menerus dari prilaku yang timbul sebagai hasil dari persyaratan
11
atau kondisi. Sifat proses belajar adalah mempelajari hubungan-hubungan
stimulus-respon. Sedangkan gestalt memandang belajar sebagai
pengembangan pemahaman. Pemahaman terjadi apabila seseorang
berusaha mencapai tujuan, melihat cara-cara baru dengan menggunakan
unsur-unsur dari lingkungannya.
f. Prilaku.
Bagi kaum behaviorisme, prilaku (behavior) mengandung arti teknis
psikologi, yakni menyangkut kegiatan otot, kelenjar, yang semuanya harus
teruji dan dapat diteliti. Belajar dan perubahan prilaku berdaampingan
dan saling berhubungan. Oleh karena itu setiap perubahan adalah belajar
dan setiap belajar adalah perubahan. Lain halnya dengan gestalt, istilah
prilakumenurut gestalt mengandung arti perubahan, yakni perubahan pada
diri seseorang akibat hubungan dengan lingkungannya yang bermakna.
Perubahan dan belajar dapat terjadi sendiri-sendiri namun pengamatan
tetap diperlukan bagi perubahan prilaku sekaligus bukan satu-satunya
prasarat.
g. Proses berpikir.
Dalam pengertian yang luas berpikir mencakup semua proses mental
seperti mengingat, berangan-angan, melamun sampai kepada kemampuan
berkreasi atau kegiatan kreatif yang bertujuan memecahkan masalah.
Aliran behaviorisme lebih menekankan bahwa berpikir itu adalah perilaku
yang terdiri dari verbal dan non verbal, terbuka maupun tertutup sebagai
respon dari stimulus. Sedangkan aliran gestlat menafsirkan berfikir
sebagai proses pemantulan (reflective) dimana seseorang mengembangkan
atau merubah pengertian dan pemahaman yang sudah teruji. Dengan
demikian berpikir mengkombinasikan proses deduktif (menghimpun fakta
dan proses generalisasi teori) untuk menguji hipotesis.
12
Perbedaan di atas baru sebagian belum mencakup aspek-aspek lainnya.
Perbedaan kedua aliran terutama disebabkan titik pandang yang berbeda
dalam melihat prilaku manusia baik sumber yang menggerakannya
maupun proses timbulnya prilaku tersebut.
4. Teori-teori belajar Komprehensif
Beberapa teori yang mendominasi pengumpulan data dan
pembentukan teori-teori belajar komprehensif pada tahun antara 1930 dan
1940 adalah:
Koneksionisme dari Thorndike.
Edward L. Thorndike (1874-1949) adalah psikolog yang palilng
berpengaruh pada penelitian dan pembentukan teori belajar pada beberapa
dekade dalam abad ini. Sekaligus merupakan tokoh yang berpengaruh
pada psikolog pendidikan. Menurutnya belajar adalah proses penguatan
dan pelemahan terhadap situasi dan bagaimana reaksinya yang secara
prinsip disebutkan sebagai “law of effec”. Tingkah laku terutama
dipengaruhi oleh efek, yakni tindakan yang membawa kesenangan
bertambah dan yang menggangu berkurang.
Kondisioning-klasikal dari Pavlov.
Pada akhir abad ke-19 Thorndike menyusun teori belajar di Amerika
Serikat, seorang fisiologis Rusia bernama Ivan P. Pavlov (1849-1936)
menemukan “refleks psikis” pada percobaan memberi makna binatang
(anjing) oleh staf penelitinya. Setelah beberapa kali anjing diberi makan
pada ruangan dan dengan kondisi tertentu, yang membuat anjing
mengeluarkan air liur, maka anjing akan tetap mengeluarkan air liur pada
saat peneliti masuk dengan kondisi yang sama walaupun tidak membawa
makanan, Pavlov membedakan dua macam refleks yakni:
a. Refleks yang tidak berkondisi, yang dibawa organisme secara lahiriah
yang mempunyai respons tertentu akibat stimulus internal dan eksternal.
13
b. Refleks yang berkondisi, adalah hasil dari pengalaman organisme
dalam hidupnya akibat kondisi tertentu, seperti pada percobaan anjingnya
dalam “belajar” bereaksi terhadap peneliti yang masuk ruangan.
Ia menganggap proses belajar yang kompleks dapat dimengerti dengan
melihat proses belajar yang paling sederhana, yang dianggap sebagai dasar
dari proses belajar.
Edwin R. Guthrie (1886-1959) bersama-sama Smith pada tahun 1921
memperkaya konsep Pavlov menjadi hubungan Stimulus-Respon dari
konsep asalnya yaitu Refleks yang berkondisi. Ia juga mempunyai kritik
terhadap “law of effect” dari Thorndike yang dianggapnya terlalu
memperhatikan hasil belajar dari pada proses balajar. Jadi ia lebih menitik
beratkan pada proses belajar.
D. Teori Pengajaran
Ada Beberapa pendapat yang menyangkut hubungan antara teori belajar
dengan teori pengajaran.Berikut ini akan dikemukaan lima pendekatan bagaimana
menggunakan teori belajar psikolog dalam menyusun teori pengajaran.
1. Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku.
Pendekatan modifikasi tingkah laku telah didefinisikan secara khusus
dan diterapkan dalam bidang klinis dan pendidikan.Kaedah –kaedah
belajarnya diturunkan dari studi laboratorium proses belajar.Ia mendorong
pendidik untuk menggunakan kaedah –kaedah penguatan (reinforcement)
dalam mengidentifikasi aspek –aspek penting dalam belajar, dan mengatur
kondisi sedemikian rupa agar sisiwa memiliki reward.Di samping itu
pendekatan modifikasi tingkah laku prosedur pengajaran terlalu mendorong
para sisiwa untuk percaya bahwa selalu ada jawaban yang benar untuk setiap
masalah.
14
2. Pendekatan Teori Belajar Konektif
Teori pengajaran harus berhubungan dengan motivasi sisiwa,
menggunakan kaedah –kaedah yang dapat mendorong siswa mau dan mampu
belajar bila mereka memasuki situasi belajar mengajar.
3. Pendekatan Kaedah-Kaedah Belajar
Teori pengajaran harus memberikan tekanan kepada perhatian dan
respon sisiwa terhadap bahan pengajaran,serta pengetahuan yang dihasilkan
sebagai kontrol respon dan ganjaran merupakan cara untuk membimbing
perhatian dan tingkah laku sisiwa.
4. Pendekatan Analisis Tugas
Pendekatan ini muncul kaerna ketidak puasan terhadap teori
pengajaran berdasarkan kaedah –kaedah belajar laboratoris.Mereka menyatakan
bahwa studi belajar psikolog dapat bermanfaat bila menyiapkan suatu cara yang
sitematis untuk menganalisis jenis tugas yang ada dalam latihan pratis termasuk
dalam praktek pendidikan dan pengjaran.
5. Pendekatan Psikolog Humanistik
Psikolog humanistik dipandang sebagai alternatif baru
neobehaviorisme dan psikolog kognitif. Sehingga psikolog harus lebih menangani
pribadi keseluruhan (whole person) dari pada analisis bagian –bagian dari semua
sub aspek manusia.Sehingga bisa ditentukan agar menunjang proses belajar yang
lebih bermakna. Namun teori pengajaran dari psikologi humanistik tidak selesai
dan menuntut pengujian secara empiris.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aplikasi psikologi dalam teori pengajaran pada dasarnya adalah
penggunaan kaidah – kaidah psikologi dan belajar dalam praktek pendidikan
dan pengajaran.Kaedah yang ada dalam teori belajar menjelaskan sebab –
sebab terjadinya perubahan tingkah laku individu sedangkan teori pengajaran
adalah penggunaan kaedah – kaedah terdapat dalam teori belajar sebagai
pedoman dalam mengatur kondisi agar sisiwa dapat mencapai tujuan
paendidikan. Dengankata lain teori pengajaran diturunkan dan bersumber dari
teori belajar.Munculnya gerakan model miniatur telah memberikan
sumbangan dalam menggugah para ahli psikolog,belajar untuk menggali
secara mendalam dan tuntas tentang hakekat belajar,sehinggan pada penelitian
psikologi belajar telah menyamarkan dunia psikologi belajar untuk
berkembang lebih pesat.
B. Saran
Pada akhirnya bagi yang terlibat dalam pengajaran,hendaknya perlu
memilih secara lebih selektif tentang teori –teori mana saja yang relevan
untuk diterapakn pada pembelajaran peserta didik agar pembelajaran yang
dilakuakan dapat lebih berhasildan yang lebih penting lagi adalah bahwa tidak
cukup hanya mengambil satu atau dua teori belajar semata –mata, sebab pada
akhirnya titik berat harus lebih diarahkan pada keberhasilan para peserta
didiknya.

You might also like