You are on page 1of 8

DISCONNECTING SWITCH

Transformator pengukuran adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi sebagai alat transformasi
energi listrik yang digunakan sebagai alat ukur bantu untuk keperluan pengukuran tegangan dan
arus listrik agar berada dalam jangkauan alat ukur, sehingga pengukuran arus dan tegangan
listrik dapat terbaca oleh suatu alat ukur.
Trafo pengukuran, ada 2 macam yaitu:
a. Trafo tegangan
b. Trafo arus

1. Trafo Arus ( CT )
Trafo arus digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya ratusan amper dari arus yang
mengalir dalam jaringan tegangan tinggi. Disamaping untuk penguran arus, trafo arus juga
digunakan untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak jauh dan relay proteksi.
Kumparan primer trafo arus dihubungkan seri dengan jaringan atau peralatan yang akan
diukur arusnya, sedang kumparan sekunder dihubungkan dengan meter atau relay proteksi.
Pada umumnya peralatan ukur dan relay membutuhkan arus 1 atau 5 A.
Trafo arus bekerja sebagai trafo yang terhubung singkat, kawasan trafo arus yang digunakan
untuk pengukuran biasanya 0,05 s/d 1,2 kali arus yang akan diukur, sedang trafo arus untuk
proteksi harus mampu bekerja lebih dari 10 kali arus pengenalnya.

Prinsip kerja trafo arus sama dengan trafo daya satu fasa. Jika pada kumparan primer
mengalir arus I1, maka pada kumparan primer timbul gayagerak magnet sebesar N1.I1.
Gaya gerak magnet ini mempruduksi fluks pada inti, kemudian membangkitkan gaya gerak
listrik (GGL) pada kumparan sekunder. Jika termianal kumparan sekunder tertutup, maka
pada kumparan sekunder mengalir arus I2 , arus ini menimbulken gaya gerak magnet N1I1
pada kumparan sekunder. Bila trafo tidak mempunyai rugi-rugi (trafo ideal) berlaku
persamaan :
I1 N 2
N1 I1 = N 2 I 2 =
I2 N1
atau

Gambar Rangkaian Ekivalen Trafo Arus :

Zi
I1/k I2

I0 Z0 E2 V2 Z2

Keterangan :

Tegangan terminal sekunder (V2 ) tergantung pada ipedansi peralatan (Z2 ) yang bisa berupa
alat ukur / relay, sehingga dapat ditulis persamaan : V2 = I 2 Z 2

Jika tahanan dan reaktansi bocor kumparan trafo dinyatakan (Z i ), maka ggl pada kumparan
sekunder harus lebih besar dari pada tegangan sekunder agar rugi-rugi tegangan pada (Z i )
dapat dikompensasi, maka persamaan yang harus dipenuhi adalah :

E2 −V2 = E2 − I 2 Z 2 = I 2 Z iAtau E2 = I 2 ( Z 2 + Z i )

Dalam prakteknya trafo arus selalu mengandung arus beban nol (I0), arus ini menimbulkan
fluks (Φ) yang dibutuhkan untuk membangkitkan gaya gerak listrik E2 :

di mana : E2 = 4,44 fN 2φ = 4,44 fN 2 AB

f = frekuensi tegangan

Φ = fluks magnetik

A = luas penampang inti trafo

B = rapat medan magnetik


Gaya Gerak Listrik (GGL) inilah yang mempertahankan aliran arus I2 pada impedansi
(Z2+ Z i). Oleh karena itu, amper belitan yang ditimbulkan arus beban nol harus dapat
mengimbangi amper belitan yang ditimbulkan arus primer dan sekunder : N1 I 0 = N1 I1 = N 2 I 2

Berdasarkan penggunaan, trafo arus dikelompokkan menjadi dua kelompok dasar, yaitu;
trafo arus metering dan trafo arus proteksi.

• Trafo Arus Metering

Trafo arus pengukuran untuk metering memiliki ketelitian tinggi pada daerah kerja (daerah
pengenalnya) antara 5% - 120% arus nominalnya, tergantung dari kelas dan tingkat
kejenuhan.

• Trafo Arus Proteksi

Trafo arus proteksi memiliki ketelitian tinggi sampai arus yang besar yaitu pada saat terjadi
gangguan, dimana arus yang mengalir mencapai beberapa kali dari arus pengenalnya dan
trafo arus proteksi mempunyai tingkat kejenuhan cukup tinggi.

2. Trafo Tegangan ( PT )

Trafo tegangan adalah trafo satu fasa step-down yang mentransformasi tegangan tinggi
atau tegangan menengah ke suatu tegangan rendah yang layak untuk perlengkapan indikator, alat
ukur, relay, dan alat sinkronisasi serta berfungsi untuk merubah tegangan tinggi menjadi
tegangan rendah sehingga dapat diukur dengan Volt meter.. Hal ini dilakukan atas pertimbangan
harga dan bahaya yang dapat ditimbulkan tegangan tinggi. Tegangan perlengkapan seperti
indikator, meter, dan relay dirancang sama dengan tegangan terminal sekunder trafo tegangan.

Prinsip kerja Trafo tegangan, kumparan primernya dihubungkan parallel dengan jaringan
yang akan diukur tegangannya. Voltmeter atau kumparan tegangan wattmeter langsung
dihubungkan pada sekundernya. Jadi rangkaian sekunder hampir pada kondisi open circuit.
Besar arus primernya tergantung pada beban disisi sekunder.

Menurut kutubmya trafo tegangan dibedakan menjadi dua yaitu :


1. Trafo satu kutub : trafo tegangan yang salah satu terminalnya dibumikan / ditanahkan,
dipergunakan untuk tegangan diatas 30 kV .
Trafo tegangan satu kutub yang dipasang pada jaringan tiga fasa, disamping belitan pengukuran,
umumnya dilengkapi dengan belitan tambahan yang berfungsi untuk mendeteksi arus ganguan
tanah. Belitan dari ketiga unit trafo tegangan tersebut dihubungkan seri, untuk lebih jelasnya
dapat diperlihatkan pada gambar sebagai berikut .
Gambar : Contoh penggunaan trafo tegangan yang dipakai untuk mendeteksi arus gangguan
tanah

R
S
T

VS n VR n
VT n
Va b
a b Keterangan :
Selama oprasi normal , tidak ada tegangan pada terminal a – b (Vab=0). Bila tejadi gangguan
tanah pada salah satu fasa (misaldi fasa R), maka tegangan fasa S dan T naik √3 dari tegangan
semula, sehingga disekunder kedua trafo dibangkitkan tegangan √3 Vn.Tegangan pada terminal a
– b sama dengan resutan tegangan sekunder trafo S dan T, yang besarnya tiga kali harga
tegangan fasa kenetral (3Vn). Tegangan ini memicu relay gangguan tanah. Tegangan pengenal
belitan gangguan tanah biasanya dipilih sedemikian sehingga saat ganguan tanah Vab mencapai
harga yang sama dengan tegangan sekunder fasa ke tanah.

2. Trafo dua kutub : trafo tegangan yang kedua terminalnya diisolir dari bumi / tanah, hanya
digunakan untuk tegangan dibawah 30 kV
R
S
T

a. Satu Kutub b. Dua Kutub

Trafo tegangan ada 2 macam , yaitu :


a. trafo tegangan magnetik
b. trafo pembagi tegangan kapasitip

A. Trafo Tegangan Magnetik


Prinsip kerja trafo jenis ini sama dengan trafo daya, meskipun demikian
rancangannya berbeda dalam beberapa hal, yaitu :
a. Kapasitasnya kecil (10 s/d 150 VA), karena digunakan untuk daya yang
kecil.
b. Galat faktor transformasi dan sudut fasa tegangan primer dan sekuder
lebih kecil untuk mengurangi kesalahan pengukuran.
c. Salah satu terminal pada sisi tegangan tinggi dibumikan/ ditanahkan.
d. Tegangan pengenal sekunder biasanya 100 atau 100√3 V
Gambar rangkaian ekivalen trafo tegangan magnetik :
K2
H2

K2

E = Kumparan Eksitasi
K1
K = Kumparan Kompensasi
H1
E1 H = Kumparan Tegangan Tinggi
B. Trafo pembagi tegangan kapasitip
Trafo pembagi tegangan kapasitip dipakai untuk keperluan pengukuran tegangan
tinggi, sebagai pembawa sinyal komonikasi dan kendali jarak jauh. Tegangan yang
diukur dalam orde ratusan kilovolt, oleh pembagi tegangan kapasitor tegangan primer
trafo menengah diturunkan menjadi orde puluhan kilovolt, umumnya 5,10,15 dan 20
kV. Kemudian dengan bantuan trafo magnetik tegangan primer tersebut diturunkan
menjadi tegangan sekunder standar 100 atau 100√3 Volt
Rangkaian Ekivalen Trafo Tegangan Kapasitif

Xk Xe
1
C1 Re
1

1
I2
1
1
VLN C2 V1 Z0 V2

Z
Z

Jika VLN dan semua impedansi rangkaian diketahui, maka tegangan V2’ dapat
dihitung. Selanjutnya V2 dapat dihitung dengan persamaan :
V2 ‘ = at . V2
dan galat rasio trafo tegangan kapasitip :

ap −kp
γ= ×100 %
kp

di mana :
VLN
kp = = faktor transformasi tegangan aktual sistem pengukuran
V2
at = faktor transformasi trafo penengah
ap= faktor transformasi sisem pengukuran

Beban Trafo Tegangan


Beban trafo tegangan umumnya adalah alat ukur dan relay, daya yang dikomsumsi alat ukur dan
relay dapat ditabelkan sebagai berikut :
Meter / Relay Konsumsi (VA)
Meter / Relay Konsumsi (VA)
KWH&KVARH- 7,5
Voltmeter 5
meter
Wattmeter 5 Perekam PF-meter 7,5
PF- Meter 5
Perekam Tegangan 5 Perekam Daya 7,5
Sinkronoskop 15
Frekuensi Meter 7,5 Relay 8 - 70

Pemilihan Trafo Tegangan


Dalam pemilihan antara trafo magnetik dengan trafo kapasitif ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan, diantaranya dapat tabelkan sebagai berikut :
Untuk Keperluan Jenis Trafo
Voltmeter,KWH-meter, Trafo Magnetik
Sinkronisasi,Relay jaraktanpa PLC 1 Unit pembagi kapasitif per sirkit
Komunikasi tanpa meter dan relay 1 Unit trafo pasitif setiap fasa

Relay jarak dengan PLC 1 Unit trafo kapasitif dan 2 unit trafo

Komunikasi dan meter Magnetik atau 3 Unit trafo kapasitif

You might also like