You are on page 1of 69

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISION (STAD) PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN DAN FUNGSI

TRIGONOMETRI SUB POKOK BAHASAN ATURAN SINUS COSINUS DAN LUAS

SEGITIGA PADA KELAS X-2 DI SMA MASEHI 1 PSAK, JL PASIR MAS RAYA NO 1

SEMARANG

Skripsi ini diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan

Disusun oleh:

Nama : YONA KRISTIANTO MUTIASMORO


NIM : 4101906115
Prodi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006/2007
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini dengan judul “Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan

model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada pembahasan

perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan Sinus Cosinus

dan Luas segitiga pada kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK, Jl Pasir Mas Raya

no 1 Semarang”.

Telah disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Yang mengajukan : YONA KRISTIANTO MUTIASMORO

NIM : 4101906115

Mengetahui dan menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu

Drs. M. Asikin, M..Pd Dra. Kristina Wijayanti, M.Si


NIP. 131568879 NIP. 131568307

Mengetahui / Mengusulkan penguji


Ketua Jurusan Matematika

Drs. Supriyono, M.Si


NIP. 130815345

ii
HALAMAN MOTTO

“Kehidupan akan mati jika tidak ada mimpi. Harapan akan mati jika tidak

dilakukan. Cinta akan mati jika tidak ada kasih. Pergunakan semuanya dengan

sebaik-baiknya”

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat, serta pimpinan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

Skripsi dengan judul “Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan

model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada pembahasan materi

Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan

luas segitiga pada kelas X-2 di SMA MASEHI 1 PSAK , Jl Pasir Mas Raya no 1

Semarang” disusun dalam rangka menyelesaikan menyelesaikan studi Strata 1,

untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan.

Berhasilnya skripsi ini berkat kerja sama dari berbagai pihak. Dengan

selesainya penyusunan skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Prof. Dr. Sudjono Sastroatmojo, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri

Semarang

2. Drs. Imam Kasmadi, M.Si. selaku Dekan Universitas Negeri Semarang

3. Drs. Supriyono, selaku Ketua Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

4. Drs Sugiyarto, selaku Kepala Center Semarang Jurusan Matematika Prodi

Pendidikan Matematika S1 transfer tahun akademik 2006/2007

5. Drs. M. Asikin, M..Pd selaku pembimbing utama penulisan skripsi yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini hingga

selesai.

iv
6. Dra. Kristina Wijayanti, M.S, selaku pembimbing pembantu penulisan skripsi

7. Dra Rumanti Budiastuti selaku Kepala Sekolah SMA Masehi 1 PSAK yang

telah memberikan ijin penelitian tindakan kelas

8. Drs Wijonarko selaku guru pengamat dan segenap rekan guru SMA Masehi 1

PSAK yang selalu memberikan dorongan dan semangat dalam melaksanakan

penelitian tindakan kelas

9. Istri dan anak tercinta yang telah memberikan dukungan mental dalam

menyelesaikan penulisan skripsi

10. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materi

dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Semoga amal dan budi baik beliau-beliau mendapat balasan yang setimpal dari

Tuhan Yang Maha Kuasa.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak

kekurangan baik dari segi materi maupun dalam penyusunan bahasa. Dengan

segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran yang

membangun dari pembaca guna perbaikan dimasa mendatang.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan

pembelajaran matematika sesuai dengan perkembangan dunia kependidikan

dewasa ini.

Semarang, Agustus 2007

Penulis

v
ABSTRAK

Yona Kristianto Mutiasmoro. Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan


model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada pembahasan materi
Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus
dan luas segitiga pada kelas X-2 di SMA MASEHI 1 PSAK , Jl Pasir Mas Raya
no 1 Semarang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Adanya peningkatan aktivitas
belajar siswa yang signifikan dari pengamatan setelah menggunakan model
pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada pembahasan materi
Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus
dan luas segitiga pada siswa Sekolah Menengah Atas.” Penelitian ini untuk
menjawab permasalahanyang ada yaitu
1. Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk menuntaskan
pembelajaran siswa dalam pokok bahasan perbandingan dan fungsi
trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga
pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK?.
2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan
perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus
cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK?.
3. Apakah metode pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran pokok bahasan
perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus
cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK?.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-2 Sekolah Menengah Atas
Masehi 1 PSAK di Kota Semarang yang terdiri dari 27 siswa. Alat pengumpulan
data berupa pengamatan langsung, lembar observasi siswa, lembar observasi guru
dan quiz.
Dari hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa
1. Terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa pada kelompok siswa yang
diajar dengan metode pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada
pokok bahasan Perbandingan dan Fungsi Trigonometri sub pokok bahasan
Aturan sinus cosinus dan luas segitiga.
2. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata tes
matematika semester 1 adalah 51 menjadi 74,44 pada pokok bahasan
perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus
cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK.
3. metode pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa pada pembelajaran pokok bahasan perbandingan dan
fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas
segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK?.

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan, pendidikan

merupakan aspek yang sangat penting karena dengan pendidikan diharapkan

mampu membentuk sumber daya manusia yang terampil, kreatif dan inovatif.

Untuk membentuk sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan jaman

diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menekankan

pada proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang

ada pada diri manusia baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Pendidikan formal yang dilakukan di sekolah-sekolah sampai sekarang tetap

merupakan lembaga pendidikan utama yang merupakan pusat pengembangan

sumber daya manusia dengan didukung oleh pendidikan dalam keluarga dan

masyarakat.

Dunia pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan kuantitatif yang

menggembirakan. Jumlah sekolah makin bertambah. Jumlah anak-anak yang

memasuki sekolah juga bertambah. Demikian pula daya serap sekolah terhadap

anak usia sekolah makin meningkat. Ini semua menunjukkan adanya

perkembangan kuantitatif yang makin baik. Namun perkembangan kuantitatif

tersebut belum dapat diimbangi oleh perkembangan secara kualitatif. Kualitas

lulusan di hampir semua jenjang pendidikan menunjukkan belum baku mutu

seperti yang diharapkan.

1
2

Rendahnya kualitas lulusan antara lain diperlihatkan oleh masih rendahnya

rata-rata prestasi belajar siswa untuk hampir semua mata pelajaran yang diujikan

pada Ujian Nasional (UN). Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau

ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan

dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Kamus besar bahasa

Indonesia 1989:700). Dengan demikian, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa

mencerminkan tinggi rendahnya kualitas lulusan dari suatu lembaga pendidikan .

Prestasi belajar itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor., tanpa

mengurangi atau meniadakan peran dan fungsi unsur yang lain, guru merupakan

salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan berhasil

atau tidaknya pendidikan, karena apapun tujuan-tujuan dan putusan-putusan

penting tentang pendidikan yang dibuat oleh para pembuat kebijaksanaan,

sebenarnya yang paling penting adalah bagaimana hal itu dilaksanakan dalam

situasi atau proses belajar mengajar di kelas. Adapun faktor yang mempengaruhi

proses pembelajaran adalah: 1) tujuan pembelajaran, 2) motivasi siswa, 3) guru, 4)

materi pembelajaran, 5) metode yang digunakan, 6) media, 7) evaluasi, dan 8)

situasi lingkungan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, faktor guru, metode

atau pendekatan pembelajaran yang digunakan, fasilitas yang tersedia, kondisi-

kondisi internal siswa seperti: tingkat kemampuan awal, minat belajar dan

motivasi belajar sangat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

Faktor kekurangtepatan dalam memilih metode pembelajaran masih sering

dijumpai dilapangan yang ditengarai dengan masih adanya guru yang hanya

terpaku menggunakan satu atau dua metode mengajar secara terus menerus saja
3

tanpa pernah memodifikasinya atau menggantikannya dengan metode lain

walaupun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai berbeda. Akibatnya,

pencapaian tujuan pembelajaran oleh para siswa tidak optimal.

Demikian pula halnya pembelajaran matematika di SMA menunjukkan

masih dijumpainya kesulitan-kesulitan para siswa dalam mempelajarinya, kondisi

ini terjadi juga di SMA Masehi I PSAK. Disamping kesulitan-kesulitan diatas

kondisi raw input siswa yang masuk dikelas X-2 dibanding kelas X-1 memiliki

raw input yang lebih rendah dan hasil prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran

matematika kelas X-2 semester 1 menunjukkan hasil yang kurang memuaskan

yaitu rata-rata kelas 51 dengan nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 38 sedangkan

nilai SKBM adalah 55, ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika

rendah.

Tujuan umum pembelajaran matematika seperti yang tertulis dalam panduan

umum pembelajaran Matematika Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA 2004

mensyaratkan tujuan pembelajaran matematika adalah:

1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikian, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan

kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa

ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah


4

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,

grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan

Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut, dalam pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi

yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun

sosial. Pada pengajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan kekhasan

pokok bahasan/subpokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa. Pada pokok-

pokok bahasan tertentu, antara lain pokok bahasan trigonometri, banyak siswa

mengalami kesulitan dalam belajarnya, misalnya pada subpokok bahasan aturan

sinus, cosinus dan luas segitiga. Hal ini berakibat masih rendahnya prestasi belajar

untuk pokok bahasan trigonometri pada sebagian besar siswa.

Salah satu penyebab kesulitan belajar siswa dalam belajar trigonometri

adalah karena belum semua guru mampu memilih pendekatan atau metode

pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk pokok bahasan

tersebut. Misalnya, pada pembelajaran aturan sinus, cosinus dan luas segitiga

digunakan metode ceramah yang dilanjutkan tanya jawab dan diskusi (biasa

dikenal dengan metode konvensional). Hal ini kurang tepat dalam pemilihan

metode karena ketrampilan dan keaktifan siswa kurang dioptimalkan sehingga

penanaman konsep aturan sinus, cosinus dan luas segitiga masih kabur.

Kadangkala para guru sendiri belum menguasai berbagai jenis metode

pembelajaran yang tepat untuk masing-masing pokok bahasan. Akibatnya,

terdapat kecenderungan penggunaan metode pembelajaran yang bersifat monoton,


5

yaitu guru menggunakan metode yang hampir sama pada setiap materi. Hal ini

belum tentu sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk masing-masing pokok

bahasan. Masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional dalam

pembelajaran trigonometri. Metode konvensional yang sering digunakan adalah

kombinasi metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Kenyataan lain yang sering

dijumpai adalah masih adanya guru yang tidak merasa siap, mereka merasa

kurang menguasai materi tersebut sehingga berusaha menghindarinya. Bagi

mereka yang bersedia mengajarkan namun kurang menguasai materi tersebut

barakibat kurangnya kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat.

Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk

pokok bahasan trigonometri adalah model pembelajaran cooperative learning tipe

STAD. Cooperative learning tipe STAD merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan pendekatan yang

baik untuk guru yang baru memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif

dalam kelas. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan

kawan-kawan dari Universitas John Hopkins (Nurhadi,2004:116).. Dengan

pendekatan atau metode ini para siswa didorong lebih aktif belajar. Pembelajaran

trigonometri dengan pendekatan seperti ini diharapkan dapat memberi kesempatan

para siswa berlatih secara tekun dalam memecahkan soal-soal sedemikian rupa

sehingga mereka memperoleh penguasaan materi berdasarkan proses yang

melibatkan mereka secara aktif.

Berdasarkan latar belakang seperti yang diutarakan di atas, menunjukkan

bahwa perlu dilakukan penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran


6

cooperative learning tipe STAD dalam pembelajaran trigonometri khususnya

pada Sekolah Menengah Atas .

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, dapat

diidentifikasikan sejumlah masalah:

1. Masih rendahnya rata-rata prestasi belajar meratanya penguasaan metode atau

model pembelajaran untuk berbagai pokok Belum bahasan, khususnya model

pembelajaran cooperative learning tipe STAD untuk pokok bahasan

trigonometri.

2. siswa untuk mata pelajaran matematika.

3. Masih belum meratanya kualitas atau kemampuan guru matematika dalam

memilih metode atau pendekatan pembelajarn yang tepat.

4. Masih terbatasnya sarana dan fasilitas sebagai media pembelajaran

matematika.

5. Belum optimalnya upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Adapun permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk menuntaskan

pembelajaran siswa dalam pokok bahasan perbandingan dan fungsi

trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada

siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK?.

2. Bagaimana meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan

perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus

dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK?.
7

C. Penegasan Istilah

Untuk membatasai istilah dan salah penafsiran, maka penulis perlu memberi

batasan dan keterangan beberapa istilah yang penting yang dijadikan judul dalam

PTK ini.

1. Belajar

Belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 13). Belajar

adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang

(Nana Sudjana, 1989 : 5). Aktivitas adalah keaktifan; kegiatan; kesibukan (Tim

Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 13).

Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan seseorang dalam rangka memperoleh suatu

kepandaian/ pengetahuan.

2. Prestasi belajar.

Nana Sudjana (1999:22) mendefinisikan prestasi belajar adalah kemam -

puan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya Sementara itu, Aiken (1997 : 109) mendefinisikan prestasi belajar

adalah tingkat pengetahuan, keterampilan, atau capaian yang diperoleh peserta

didik untuk bidang studi tertentu. Prestasi belajar seperti itu diukur melalui tes.

Tes semacam itu bukan hanya untuk mengukur kemampuan individual melainkan

juga untuk mengevaluasi keefektifan suatu program pembelajaran. Tes biasa

dilakukan setelah peserta didik mengikuti suatu program pembelajaran. Oleh

karena itu, skor yang diperoleh dari tes seperti itu cenderung sebagai akibat

dilakukannya proses pembelajaran bukan karena pengaruh tingkat intelegensi.


8

Dengan demikian, prestasi belajar memiliki fungsi untuk memperlihatkan

sejauh mana peserta didik mampu menampilkan keterampilan tertentu atau

dengan kata lain memiliki fungsi untuk mengukur capaian kompetensi tertentu.

Prestasi belajar juga dapat berfungsi untuk memberikan rangsangan belajar, di

samping fungsi yang lain lagi yakni untuk dijadikan petunjuk seberapa jauh telah

terjadi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya.

3. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD.

STAD singkatan dari Student Teams-Achievement Division. STAD

merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan

merupakan pendekatan yang baik untuk guru yang baru memulai menerapkan

model pembelajaran kooperatif dalam kelas. Menurut Nurhadi (2004:116) model

pembelajaran ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari

Universitas John Hopkins. Menurut Mohamad Nur (1999:23) dalam STAD siswa

dikelompokkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4 – 5 orang yang terdiri

kelompok campur menurut tingkat kerja, jenis kelamin, suku dan ras, yang

melibatkan pengakuan tim dan tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran

individu anggota. Inti kegiatan dalam STAD adalah sebagai berikut: (1)

Mengajar: Guru mempresentasikan materi pelajaran. (2) Belajar dalam tim: siswa

belajar melalui kegiatan kerja dalam kelompok mereka dengan dipandu oleh LKS

untuk menuntaskan materi pelajaran. (3) Pemberian kuis : Siswa mengerjakan

kuis secara individual dan siswa tidak bolek bekerja sama. (4) penghargaan:

pemberian penghargaan pada siswa yang berprestasi dan tim yang memperoleh

skor tertinggi dalam kuis.


9

4. Perbandingan dan fungsi Trigonometri.

Trigonometri adalah cabang ilmu ukur yang membahas aspek-aspek

segitiga, adapun aspek yang diukur adalah nilai sinus, kosinus, tangen sudut dan

besar sudut segitiga. Perbandingan dan fungsi Trigonometri adalah bagian materi

pengajaran matematika kelas X semester 2 yang membahas mengenai nilai

perbandingan Trigonometri sudut tertentu.

Secara keseluruhan maksud dari “Usaha meningkatkan aktivitas belajar

siswa dengan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada pokok

bahasan Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus

kosinus dan luas segitiga di kelas X-2” dapat diartikan sebagai upaya peningkatan

kegiatan belajar dimana seorang guru menyampaikan persoalan/permasalahan

aturan sinus kosinus dan luas segitiga kepada siswa dan membimbing siswa untuk

meyelesaikan persoalan/ permasalahan sendiri.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Peningkatan aktivitas belajar siswa dalam menyelesaikan soal

Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus

dan luas segitiga dengan menggunakan metode cooperative learning tipe STAD

pada siswa kelas X-2 Semester II SMA Masehi I PSAK Semarang Tahun Ajaran

2006/2007

2. Peningkatan prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan

metode cooperative learning tipe STAD pada pokok bahasan Perbandingan dan

fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga
10

pada siswa kelas X-2 Semester II SMA Masehi I PSAK Semarang Tahun Ajaran

2006/2007

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam

pengembangan teori pembelajaran matematika dan strategi/pendekatan/metode

yang digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya untuk materi-materi

yang dianggap sulit oleh siswa Sekolah Menengah Atas seperti pokok bahasan

Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus

dan luas segitiga.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan bagi para

guru Matematika di Sekolah Menengah Atas dalam pembelajaran seperti pokok

bahasan Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus

cosinus dan luas segitiga., antara lain:

1. Guru dapat menerapkan dan memilih metode pengajaran yang tepat untuk

proses pembelajaran matematika.

2. Guru dapat meningkatkan aktivitas belajar anak didiknya dengan memakai

metode pembelajaran yang sesuai.

3. Dengan memilih metode pembelajaran yang tepat diharapkan dapat membantu

peningkatan prestasi belajar matematika yang optimal.


11

4. Sekolah dapat meningkatkan kualitas output pendidikan, terutama pada mata

pelajaran matematika.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 6 bab yaitu: pendahuluan,

landasan teori dan hipotesis tindakan, metode penelitian, hasil penelitian dan

pembahasan, dan penutup.

Bab Pendahuluan (Bab I) memberi petunjuk dan arah pembicaraan skripsi

ini yang terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan, penegasan istilah,

tujuan penelitian,manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi ini.

Landasan Teori dan Hipotesis Tindakan (Bab II) memuat tinjauan kepustakaan,

kerangka berpikir dan hipotesis tindakan. Metode Penelitian (Bab III) memuat

lokasi penelitian, subyek yang diteliti, prosedur kerja dalam penelitian, sumber

data dan cara pengambilan data, tolok ukur keberhasilan. Hasil Penelitian dan

pembahasan (Bab IV) bagian yang berisi Pelaksanaan dan hasil siklus I,

pelaksanaan dan hasil pada siklus II dan pembahasan. Penutup (Bab V) bagian ini

berisi simpulan dan saran dalam pembahasan sebelumnya.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan teori

1. Belajar dan prestasi belajar

Belajar merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk mengembangkan

potensi diri seseorang. Proses belajar diperlukan untuk dapat mengembangkan

kemampuan seseorang secara optimal.

Teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner (1977: 48) menyatakan

bahwa proses belajar pada diri seseorang mengandung tiga proses simultan.

Pertama, proses untuk mendapatkan perolehan (akuisisi) sesuatu dari informasi

baru. Hal yang diperoleh dari informasi baru sering merupakan pengganti atau

perbaikan atas pengetahuan sebelumnya. Kedua, proses tranformasi pengetahuan

yang diperoleh disesuaikan dengan kebutuhan atau tugas. Dalam proses ini terjadi

analisis atas informasi lalu diubah dalam bentuk lain seperti simbol-simbol.

Ketiga, proses evaluasi. Dalam proses ini terjadi penilaian apakah transformasi

yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan atau tugas yang akan dihadapi.

Proses belajar pada dasarnya adalah proses simultan dari ketiga hal tersebut.

Akibat terjadinya proses belajar pada diri seseorang adalah terjadinya

perubahan perilaku yang dapat mencakup kawasan (domain) kognitif, afektif

maupun psikomotorik. Perubahan perilaku sebagai akibat terjadinya proses

belajar disebut hasil belajar atau prestasi belajar.

12
13

Sementara itu, Aiken (1997 : 109) mendefinisikan prestasi belajar adalah

tingkat pengetahuan, keterampilan, atau capaian yang diperoleh peserta didik

untuk bidang studi tertentu. Prestasi belajar seperti itu diukur melalui tes. Tes

semacam itu bukan hanya untuk mengukur kemampuan individual melainkan

juga untuk mengevaluasi keefektifan suatu program pembelajaran. Tes biasa

dilakukan setelah peserta didik mengikuti suatu program pembelajaran. Oleh

karena itu, skor yang diperoleh dari tes seperti itu cenderung sebagai akibat

dilakukannya proses pembelajaran bukan karena pengaruh tingkat intelegensi.

Dari skor tersebut dapat diperoleh informasi tentang pengetahuan dan

keterampilan yang telah diperoleh siswa.

Dengan demikian, prestasi belajar memiliki fungsi untuk memperlihatkan

sejauh mana peserta didik mampu menampilkan keterampilan tertentu atau

dengan kata lain memiliki fungsi untuk mengukur capaian kompetensi tertentu.

Prestasi belajar juga dapat berfungsi untuk memberikan rangsangan belajar, di

samping fungsi yang lain lagi yakni untuk dijadikan petunjuk seberapa jauh telah

terjadi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya.

Suharsimi Arikunto (1999 : 24-25) menjelaskan bahwa terdapat hubungan

yang erat antara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi.

Kegiatan pembelajaran harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang

ditetapkan, sedangkan evaluasi harus mengacu pada tujuan pembelajaran dan

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Hubungan ketiganya dapat

diperlihatkan dalam gambar 1.


14

Dari gambar 1 tampak hubungan erat antara kegiatan pembelajaran, tujuan,

dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam bentuk rencana

mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang

telah dirumuskan namun sebaliknya dengan ada tujuan pembelajaran yang telah

terumuskan akan memberikan arah dari kegiatan pembelajaran. Evaluasi

merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan

pembelajaran telah tercapai. Dilihat dari segi proses langkah penyusunan alat

evaluasi sudah barang tentu harus mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan.

Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan

dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sebaliknya, kegiatan

pembelajaran juga harus mempunyai arah untuk keberhasilan evaluasi yang

nantinya akan dilakukan.

tujuan

evaluasi kegiatan

pembelajaran

Gambar 1

Hubungan Tujuan, Kegiatan Pembelajaran, dan Evaluasi

(Sumber: Suharsimi Arikunto.1999.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, p. 24).

Kurikulum 2004 menuntut penilaian secara berkelanjutan, karena hasil

penilaian hasil belajar siswa harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian standar

kompetensi yang ditetapkan secara nasional. Penilaian pencapaian kompetensi

siswa harus dilakukan secara komprehensif selama proses pembelajaran

berlangsung antara lain melalui ujian/ulangan harian, mingguan, bulanan atau


15

akhir semester. Hasil pencapaian kompetensi siswa perlu dianalisis secara

berkesinambungan, yang hasilnya digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan

program tindak lanjut berupa program pembelajaran remidial atau program

pengayaan. Penggunaan sistem penilaian berkelanjutan diharapkan dapat

meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya diharapkan

dapat meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh. Hal ini dapat diartikan

bahwa setiap peserta didik harus belajar tuntas untuk mencapai kompetensi yang

diharapkan. Menurut Martinus Yamin (2007:122) mengatakan: (1) Jika peserta

didik dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuannya untuk beberapa mata

pelajaran dan diajar sesuai dengan karakteristik mereka maka sebagian besar dari

mereka akan mencapai ketuntasan. (2) Apabila proses pembelajaran dilaksanakan

secara sistematis dan terstruktur maka semua peserta didik akan mampu

menguasai semua bahan yang disajikan kepadanya. Sehingga belajar tuntas

membutuhkan proses pembelajaran yang sistematis, terstruktur berkesinam-

bungan untuk mencapai kompetensi yang disyaratkan

2. Aktivitas belajar

Aktivitas adalah keaktifan; kegiatan; kesibukan (Tim Penyusun Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 1989 : 17). Aktivitas belajar adalah segala bentuk atau

kegiatan untuk melakukan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini aktivitas

belajar yang akan diamati oleh guru ataupun observer adalah:

1. Aktif dalam diskusi kelompok dalam timnya


16

2. Aktif berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan dalam menyelesaikan

soal, tidak hanya menyerahkan tugas penyelesaian soal pada seseorang

anggota tim.

3. Aktif mengerjakan tugas dan lembar kerja siswa yang diberikan kepada

tiap tim.

4. Aktif berpartisipasi dalam mengerjakan tugas dan lembar kerja siswa

5. Aktif bertanggung jawab agar tiap tugas dan soal yang diberikan kepada

tiap individu atau tim dapat selesai dengan benar dan selesai tepat waktu.

6. Aktif berdiskusi untuk menyelesaikan tugas

7. Aktif berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas

Yang perlu mendapat perhatian dari guru dalam aktivitas pembelajaran

adalah agar tidak terjadi aktivitas yang tidak yang tidak mendukung proses

pembelajaran seperti menganggu teman yang lain.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Dari uraian teori belajar dapatlah dimengerti bahwa banyak hal yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar seseorang, meliputi:

1. faktor internal siswa, antara lain:

a. Bakat
17

Dasar kepandaiaan dan sifat pembawaan dari lahir yang dimiliki siswa

sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa terhadap suatu bidang

tertentu.

b. Minat

Minat dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, kalau seseorang

menyenangi dan berminat terhadap matematika maka ia akan berusaha untuk

berhasil dalam mengikuti seluruh proses pembelajaran sebaliknya apabila

tidak menyenanginya maka ia akan belajar dengan perasaan terpaksa,

mengikuti proses pembelajaran hanya sekedar formalitas dan pembelajaran

menjadi tidak bermakna.

c. Kemauan belajar.

Salah satu tugas guru mengubah yang tidak mau belajar menjadi antusias

belajar dan menyenangi pelajaran tersebut.

d. Sikap mental siswa

Sikap mental siswa sangat mempengaruhi dalan proses pembelajaran, sikap

mental ini meliputi kematangan sosial emosional siswa dan pengetahuan

prasarat yang dimilikinya untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

2. Faktor eksternal, antara lain:

a. metode pembelajaran
18

Terdapat kaitan yang erat antara belajar dan pembelajaran. Tujuan utama

pembelajaran adalah mendorong peserta didik belajar. Pembelajaran adalah

upaya pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian rupa untuk

memfasilitasi terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Lingkungan

pembelajaran meliputi metode, media, dan peralatan yang diperlukan dalam

penyampaian informasi dalam proses pembelajaran. Pengaturan atau

pemilihan metode, media, dan peralatan serta informasi dalam proses

pembelajaran menjadi tanggung jawab dari guru untuk merancang atau

mendesainnya. Dengan demikian, metode pembelajaran adalah bagian dari

proses pembelajaran yang merupakan langkah-langkah taktis bagi guru dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan.

b. Kepribadian guru.

Kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses

pembelajaran siswa. Guru menurut tokoh pendidikan Nasional Ki Hajar

Dewantoro, dihadapan mata anak harus dapat menjadi suri tauladan yang

baik, ditengah aktivitas dengan siswa dapat membangun keinginan dan minat

siswa untuk belajar dan dibelakang layar mampu memberdayakan siswanya

untuk belajar lebih baik.

c. Lingkungan belajar.

Lingkungan belajar siswa sangat mendukung keberhasilan proses

pembelajaran, jika lingkungan belajar siswa tertata dengan baik maka proses
19

pembelajaran akan dapat berlangsung dengan baik, agar lingkungan

pembelajaran dapat mendukung usahakan:

1. suasana pembelajaran memberi kesempatan siswa untuk melakukan

penelitian

2. bersikap yang tidak berlebihan (wajar) jika mendapatkan jawaban yang

tidak benar dari siswa

3. meningkatkan kompetensi keguruan dari guru agar keberhasilan siswa

dalam belajar meningkat

4. Metode Cooperative Learning tipe STAD

Menurut Nurhadi (2004:102-103) pembelajaran yang relevan dengan misi

kurikulum berbasis kompetensi (KBK) diantaranya adalah pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan

belajar. Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan

masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu, manusia dapat saling asah,

asih, dan asuh (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif menciptakan

interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning

community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga teman dari

siswanya.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara sadar dan sengaja

mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindarkan ketersinggungan


20

dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup

di masyarakat. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang didalamnya

terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen itu adalah (1) saling

ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas individual, dan

(4) keterampilan untuk menjalain hubungan antar pribadi atau keterampilan

social yang secara sengaja diajarkan, Nurhadi (2004:116)

1. Saling ketergantungan positif

Guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling

membutuhkan. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui : (a) saling

ketergantungan mencapai tujuan, (b) saling ketergantungan menyelesaikan tugas,

(c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, (e)

saling ketergantungan hadiah.

2. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka akan memaksa saling tatap muka dalam kelompok

sehingga dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru terhadap

siswa tetapi juga siswa dengan siswa.

3. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.

Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi

pelajaran secara individual. Hasilnya selanjutnya disampaikan oleh guru kepada

kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa yang memerlukan

bantuan dan siapa yang akan membantu. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata

hasil belajar semua anggotanya. Penilaian kelompok yang didasrkan atas rata-rata
21

penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud

dengan akuntabilitas individual.

4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,

mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran

logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri tidak hanya diasumsikan tetapi

secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antarpribadi

akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama.

Metode Cooperative Learning tipe STAD adalah metode pembelajaran

kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E Slavin dan kawan-kawan dari

Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang yang paling sederhana dan

paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Para guru

menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru

kepada siswa baik melalui penyajian verbal maupun tertulis. Para siswa di dalam

kelas dibagi menjadi beberapa kelompok tim, masing-masing tim terdiri atas 4

atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis

kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah). Tiap anggota

tim menggunakan lembar kerja akademik; dan kemudian saling membantu untuk

menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar anggota tim. Secara

individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru mengevaluasi untuk

mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.

Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan

kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tertinggi atau
22

memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau

semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau

standar tertentu.

STAD singkatan dari Student Teams Achievement Division yang berarti

kelompok siswa yang menghasilkan kesuksesan dalam artian sukses belajar. Inti

kegiatan dalam STAD adalah sebagai berikut: (1) Mengajar: Guru

mempresentasikan materi pelajaran yang sesuai dengan yang disyaratkan oleh

silabus pengajaran. (2) Belajar dalam tim: siswa dengan bimbingan dan arahan

guru belajar melalui kegiatan kerja dalam kelompok mereka dengan dipandu oleh

LKS untuk mengerti dan menuntaskan materi pelajaran. (3) Pemberian kuis :

Siswa mengerjakan kuis secara individual dan siswa tidak boleh bekerja sama

dengan yang lain. (4) penghargaan: pemberian penghargaan pada siswa yang

berprestasi dan tim yang memperoleh skor tertinggi dalam menyelesaikan kuis.

(Muhamad Nur, 1999:23).

Prosedur pelaksanaan metode Cooperative Learning tipe STAD dalam

pengajaran matematika dapat digambarkan sebagai berikut : guru merencanakan

proses pembelajaran yang sesuai dengan silabus pengajaran dengan menyiapkan

LKS, meteri pelajaran, kuis, lembar angket observasi aktivitas siswa, lembar

observasi guru dan rubrik kinerja guru serta perangkat pengajaran di rumah untuk

diberikan kepada siswa di depan kelas, topik yang akan dibahas adalah materi

Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus

dan luas segitiga. Pada saat yang sudah ditentukan semua perencanaan

dilaksanakan pada kelas yang dimaksud.


23

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif STAD adalah sebagai berikut :

FASE KEGIATAN GURU

Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan

Menyampaikan tujuan dan pembelajaran yang ingin dicapai pada

memo-tivasi siswa pelajaran tersebut dan memotivasi siswa

belajar satu topik yang sudah ditentukan lebih

dahulu.

Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa baik

Menyajikan informasi dengan peragaan (demonstrasi) atau teks

mengenai topik yang diajarkan.

Fase 3 Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya

Mengorganisasikan siswa membentuk kelompok belajar dan membantu

kedalam kelompok-kelompok setiap kelompok agar melakukan perubahan

belajar yang efisien.

Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok pada

Membantu kerja kelompok saat mereka mengerjakan tugas dan

dalam belajar mendiskusikan pekerjaannya dalam kelompok

masing-masing dan tiap individu anggota

kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab

yang sama untuk menguasai materi pelajaran.

Fase 5 Guru mengetes individu atau kelompok untuk

Mengetes materi mengevaluasi penguasaan mereka terhadap

materi bahan ajar


24

Fase 6 Guru memberikan penghargaan dengan baik

Memberikan penghargaan semua upaya maupun hasil belajar dengan

memberikan skor pada individu dan

kelompok

Keuntungan pembelajaran kooperatif STAD antara lain :

a. meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social

b. memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilam,

informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan

c. Memudahkan siswa melakuakan penyesuaian sosial

d. Memungkinkan terbentuknya dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan

komitmen

e. Menghilangkan sifat mementingkan diri-sendiri

f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa

g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan

saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekan

h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia

i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai

perspektif

j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih

baik

k. Mendorong guru untuk berkreatif meningkatkan kinerjanya.

Kelemahan pembelajaran kooperatif STAD antara lain :


25

a. Apabila pembelajaran kooperatif STAD merupakan pembelajaran yang baru

diketahui, kemungkinan yang timbul adalah sejumlah siswa bingung, sebagian

mungkin kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa

b. Jika siswa bertipe tidak dapat bekerja sama maka kelompok menjadi kurang

baik.

c. Bagi guru yang tidak kreatif hal ini hanya merupakan beban saja.

4. Materi pembelajaran

Uraian singkat materi pembelajaran pokok bahasan Perbandingan dan

Fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus, cosinus dan luas segitiga

adalah menggunakan aturan sinus, cosinus dan luas segitiga dalam

menyelesaikan masalah dalam segitiga.

a. Perbandingan dan fungsi trigonometri

Menurut kamus umum Matematika, trigonometri atau ilmu ukur segitiga

adalah bagian dari pelajaran matematika yang mempelajari tentang hubungan-

hubungan dari sisi-sisi dan sudut-sudut dari segitiga dan hubungan yang lain yang

timbul dari sini, sedangkan menurut Kamus besar bahasa Indonesia trigonometri

diartikan sebagai ilmu ukur mengenai sudut dan sempadan segitiga. Sehingga

perbandingan dan fungsi trigonometri adalah bagian dari ilmu matematika yang

mempelajari tentang hubungan-hubungan dari sisi-sisi dan sudut-sudut pada

segitiga , nilai-nilai perbandingan sisi-sisi pada sudut-sudut segitiga serta

hubungan yang lain.

b. Sinus dan cosinus


26

Menurut Sartono Wirodikromo (2004:151) mendefinisikan bahwa sinus α0

adalah nilai perbandingan antara panjang sisi dihadapan sudut α dan panjang sisi

miring pada suatu segitiga siku-siku, sedangkan cosinus α0 adalah nilai

perbandingan antara panjang sisi didekat sudut α dan panjang sisi miring pada

suatu segitiga siku-siku.

Dalam penelitian ini akan digunakan metode cooperative learning tipe STAD

dengan langkah-langkah sebagai berikut

a. pertemuan 1 siklus1

1. Guru membuka pelajaran dengan salam kemudian menyampaikan

semua tujuan pembelajaran aturan sinus (5 menit) yang dilanjutkan

dengan memotivasi siswa agar mempelajari topik aturan sinusdengan

baik dengan terlebih dahulu menggali pengetahuan awal siswa.

2. Dengan menggunakan lcd, materi aturan sinus disampaikan (10 menit)

3. Guru mendistribusikan setiap individu dalam kelompok-kelompok kecil

beranggotakan 4 orang dan menjelaskan tugas masing masing individu

untuk saling bekerjasama dengan anggota kelompoknya untuk

mencapai keberhasilan bersama mencapai ketuntasan belajar untuk

topik aturan sinus (5 menit)

4. Guru memberikan LKS aturan sinus dan membimbing individu dan

kelompok bertanggung jawab yang sama untuk menguasai materi

pelajaran (30 menit). LKS aturan sinus terlampir, kemudian tiap

kelompok memeriksa tugas masing-masing dengan diberikan kunci


27

jawaban LKS. Pemerisaan tugas ini secara silang dengan kelompok

lain, untuk mendapatkan nilai.

5. Guru memberikan soal kuis aturan sinus (terlampir), tiap individu

bekerja sendiri-sendiri. Kuis ini diberikan untuk mengetes penguasaan

materi (20 menit). Setelah selesai siswa diberi tugas mengisi angket

penelitian kegiatan siswa, sementara guru mendata keseluruhan skor

yang didapat individu maupun kelompok.

6. Guru memberikan penghargaan kepada individu maupun kelompok

yang mendapatkan nilai > batas ketuntasan belajar.(5menit)

7. memberikan tes akhir aturan sinus berbentuk obyektif tes untuk

mengetahui prestasi belajar siswa

d. pertemuan 2 siklus1

1. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran aturan cosinus (5

menit) yang dilanjutkan dengan memotivasi siswa agar mempelajari

topik aturan cosinus dengan baik dengan terlebih dahulu menggali

pengetahuan awal siswa.

2. Dengan menggunakan lcd, materi aturan cosinus disampaikan (10

menit)

3. Guru mendistribusikan setiap individu dalam kelompok-kelompok kecil

beranggotakan 4 orang dan menjelaskan tugas masing masing individu

untuk saling bekerjasama dengan anggota kelompoknya untuk

mencapai keberhasilan bersama mencapai ketuntasan belajar untuk

topik aturan cosinus (5 menit)


28

4. Guru memberikan LKS aturan sinus dan membimbing individu dan

kelompok bertanggung jawab yang sama untuk menguasai materi

pelajaran (30 menit). LKS aturan cosinus terlampir, kemudian tiap

kelompok memeriksa tugas masing-masing dengan diberikan kunci

jawaban LKS. Pemerisaan tugas ini secara silang dengan kelompok

lain, untuk mendapatkan nilai.

5. Guru memberikan soal kuis aturan cosinus (terlampir), tiap individu

bekerja sendiri-sendiri. Kuis ini diberikan untuk mengetes penguasaan

materi (20 menit). Setelah selesai siswa diberi tugas mengisi angket

penelitian kegiatan siswa, sementara guru mendata keseluruhan skor

yang didapat individu maupun kelompok.

6. Guru memberikan penghargaan kepada individu maupun kelompok

yang mendapatkan nilai > batas ketuntasan belajar serta rangkuman

aturan cosinus.

7. memberikan tes akhir aturan cosinus berbentuk obyektif tes untuk

mengetahui prestasi belajar siswa

c. pertemuan 1 siklus 2

1. Guru membuka pelajaran dengan salam kemudian menyampaikan

semua tujuan pembelajaran luas segitiga (5 menit) yang dilanjutkan

dengan memotivasi siswa agar mempelajari topik aturan sinusdengan

baik dengan terlebih dahulu menggali pengetahuan awal siswa.

2. Dengan menggunakan lcd, materi luas segitiga disampaikan (15 menit)


29

3. Guru mendistribusikan setiap individu dalam kelompok-kelompok kecil

beranggotakan 4 orang dan menjelaskan tugas masing masing individu

untuk saling bekerjasama dengan anggota kelompoknya untuk

mencapai keberhasilan bersama mencapai ketuntasan belajar untuk

topik luas segitiga (5 menit)

4. Guru memberikan LKS aturan sinus dan membimbing individu dan

kelompok bertanggung jawab yang sama untuk menguasai materi

pelajaran (30 menit). LKS luas segitiga terlampir, kemudian tiap

kelompok memeriksa tugas masing-masing dengan diberikan kunci

jawaban LKS. Pemerisaan tugas ini secara silang dengan kelompok

lain, untuk mendapatkan nilai.

5. Guru memberikan soal kuis luas segitiga1 (terlampir), tiap individu

bekerja sendiri-sendiri. Kuis ini diberikan untuk mengetes penguasaan

materi (20 menit). Setelah selesai siswa diberi tugas mengisi angket

penelitian kegiatan siswa, sementara guru mendata keseluruhan skor

yang didapat individu maupun kelompok.

6. Guru memberikan penghargaan kepada individu maupun kelompok

yang mendapatkan nilai > batas ketuntasan belajar.

7. memberikan tes akhir luas segitiga berbentuk obyektif tes untuk

mengetahui prestasi belajar siswa

d. pertemuan 2 siklus 2

Pada dasarnya ke 2 ini membahas pengembangan rumus luas segitiga

langkahnya sama dengan pertemuan 1 siklus 2


30

B. Kerangka Berpikir

Melalui kajian teori belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu

melibatkan banyak faktor. Dan tak kalah penting penggunaan metode

pembelajaran sangat berpengaruh didalam menuntaskan belajar siswa, maka

penulis mencoba metode pembelajaran kooperatif STAD. Metode pembelajaran

kooperatif STAD dilakukan dengan mengaktifkan siswa dalam mengembangkan

keterampilan-keterampilan sosialnya untuk saling bekerjasama sehingga para

siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan secara bersama fakta dan

konsep untuk menuntaskan belajarnya. Proses pembelajaran konsep-konsep

trigonometri dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD

diduga akan lebih matang dengan adanya kerjasama secara mandiri antar

anggota dalam kelompok yang melibatkan diskusi aktif sehingga perolehan

dalam bentuk ketuntasan belajar siswa akan lebih baik pada pembahasan materi

Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus

dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA MASEHI 1 PSAK Semarang

yang implementasinya akan dilaksanakan secara kolaborasi dengan sesama guru

matematika. fakta

Konsep prestasi belajar naik

Input rendah

Keaktifan belajar kurang cooperative learning

Ketrampilam sosial tipe STAD

Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:


31

“Terdapat peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa dengan model

pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada pokok bahasan Perbandingan

dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus kosinus dan luas

segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK, Semarang”


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang berjudul “Upaya meningkatkan aktivitas

belajar siswa dengan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada

pembahasan materi Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan

aturan sinus cosinus dan luas segitiga” ini dilaksanakan di kelas X-2 pada

Sekolah Menengah Atas Masehi 1 PSAK, Jalan Pasir Mas Raya no 1 Semarang .

B. Subyek yang diteliti.

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa-siswi kelas X-2 pada

Sekolah Menengah Atas Masehi 1 PSAK, Jalan Pasir Mas Raya no 1 Semarang

yang namanya terdaftar pada tabel daftar siswa siswi kelas X-2 SMA MASEHI 1

PSAK Semarang tahun pembelajaran 2006/2007. Subyek ini terdiri dari

kelompok heterogen dengan kondisi pada saat masuk menjadi subyek didik di

SMA Masehi 1 ada yang belum lulus dari Sekolah Menengah Pertama dan

rentang nilai nem 15,00 sampai dengan 21,00 sehingga dapat dikatakan raw input

subyek didik yang diteliti sangatlah rendah.

C. Prosedur kerja dalam penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis melakukan beberapa langkah

untuk mempersiapkannya serta melaksanakannya. Adapun langkah-langkah

32
33

tersebut adalah langkah perencanaan dan tindakan serta pengamatan yang terbagi

atas dua siklus.

Siklus 1

Perencanaan.

1. Guru membuat Perangkat pengajaran dan media pembelajaran berupa

RPP,lks,lcd materi pembelajaran, kuis dan soal test materi Trigonometri

sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga.

2. Menyiapkan pembentukan tim siswa yang heterogen dan memilih seorang

siswa sebagai ketua kelompok pada siswa kelas X-2 di SMA MASEHI 1

PSAK Semarang

3. menetapkan seorang guru untuk mengajar dan seorang guru/supervisor

sebagai pengamat dalam hal ini guru pengajar adalah penulis sendiri dan

disupervisi oleh rekan sejawat guru matematika.

Tahap perencanaan ini didapat RPP aturan sinus cosinus, LKS aturan sinus

dan aturan cosinus, kunci jawaban LKS, soal kuis dan jawaban, LCD materi

aturan sinus cosinus (terlampir).

Tindakan

1. Guru membagi seluruh peserta didik dalam kelompok belajar yang terdiri

atas 4 anggota sehingga didapat 8 tim kelompok belajar. Tiap tim mendapat

tugas mengerjakan resume pokok bahasan perbandingan dan fungsi

trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga

harus dikumpulkan pada pertemuan yang akan datang. Tiap tim diberi

kesempatan bertanya mengenai tugas yang diberikan guru dan tiap ketua
34

tim bertanggung jawab untuk proses tersebut. Pembagian kelompok dapat

dilihat pada daftar siswa.

2. Setiap tim mendapat tugas menyelesaikan tugas LKS 1, tiap tim mendapat

2 LKS agar dapat dikerjakan berdua dengan anggota tim. Tiap anggota tim

diberi kesempatan mengerjakan LKS secara individu kalau tidak mengerti

dapat menanyakan pada kelompoknya, teman satu tim bertanggungjawab

untuk menjelaskan kepada temannya yang tidak dapat mengerjakan tadi.

Bila ada pertanyaan dari siswa agar diajukan kepada anggota tim dalam

timnya masing-masing. Ketua tim melaporkan pada guru tentang

keberhasilan timnya ataupun hambatan yang dialami tim tersebut dan

memberikan bantuan secara proporsional .

Pengamatan.

Yang diamati guru adalah:

1. keaktifan belajar tiap individu yang ternyata dari usaha tiap individu

untuk menyelesaikan tugasnya dalam rangka keberhasilan kelompok.

2. tiap individu berani berinisiatif untuk menyelesaikan tugasnya secara baik

dan benar dan tuntas dalam mengerjakan kuis.

3. cara menerapkan model pembelajaran pemecahan masalah cooperative

learning tipe STAD pada kelas X-2.

4. Peningkatan hasil belajar siswa kelas X-2 pada pelajaran matematika

khususnya dalam menyelesaikan soal Trigonometri sub pokok bahasan

aturan sinus cosinus dan luas segitiga.


35

Refleksi

1.Kegiatan refleksi adalah kegiatan mengevaluasi semua aktivitas siklus yang

sudah berjalan untuk perbaikan kegiatan pada siklus berikutnya.

2.Refleksi dilakukan secara kolaboratif dengan sesama guru pengajar atau

supervisor.

Siklus 2

Pada prinsipnya kegiatan pada siklus 2 sama dengan kegiatan pada siklus 1.

Kegiatan pada siklus 2 merupakan perbaikan semua kekurangan pada siklus 1

yang didasarkan pada kegiatan refleksi siklus 1 dan materi yang diajarkan

adalah melanjutkan materi pada siklus 1.

C. Sumber data dan cara pengambilan data

a. Sumber data

Sumber data diambil dari (1) hasil pengamatan oleh guru

pengamat/supervisor dan (2) hasil tes akhir siklus.

b. Cara pengambilan data.

Cara pengambilan data dengan (1) Dibuat lembar observasi kegiatan siswa

untuk mengamati aktivitas kegiatan siswa dalam proses pembelajaran, lembar

observasi kinerja guru dalam pembelajaran dan angket penelitian kegiatan siswa

dalam menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD (2) LKS

yang berisi soal cerita yang akan dipecahkan siswa melalui cooperative learning

tipe STAD (3) Tes akhir setelah siklus 2

E. INDIKATOR KEBERHASILAN.

Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil jika


36

1. hasil prestasi belajar menunjukkan >85% secara klasikal dapat menuntaskan

pembelajarannya untuk pokok bahasan Trigonometri sub pokok bahasan

aturan sinus cosinus dan luas segitiga secara kognitif yang dapat dilihat dari

nilai hasil kuis dan test akhir tiap individu mendapatkan ketuntasan

belajarnya ≥55 (SKBM=55) .

2. diharapkan hasil observasi kegiatan siswa yang terlibat dalam proses

pembelajaran, prosentase keaktifan kegiatan siswa melebihi 60%.

3. diharapkan dengan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada

pokok bahasan perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan

aturan sinus,cosinus dan luas segitiga siswa kelas X-2 dapat mengembangkan

ke 8 aspek observasi ≥ 60%.


37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini akan disajikan tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan di

SMA Masehi 1 PSAK Jl pasir Mas Raya no 1 Semarang. Adapun hasil penelitian

yang akan disajikan yaitu pelaksanaan dan hasil pada siklus I dan siklus II serta

pembahasannya.

A.Pelaksanaan siklus 1

1.1. Pertemuan 1

Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Kamis,10 Mei 2007 pada jam ke 7 dan 8,

pada pertemuan tersebut Guru melakukan KBM dengan melaksanakan RPP

yang sudah disiapkan (RPP terlampir). Dalam pertemuan ini diberi motivasi

untuk melaksanakan proses pembelajaran yang baru bagi mereka kemudian guru

menyampaikan materi aturan sinus dengan lcd, Setelah materi disampaikan

siswa-siswi didistribusikan pada kelompok sesuai dengan daftar yang dibagikan

lalu dibagikan LKS pada tiap kelompok untuk diselesaikan dalam kelompok

masing-masing. Seluruh rencana kerja dapat diselesaikan dalam 2 jam pelajaran

sampai pada pemberian kuis, dan 5 menit menjelang akhir pelajaran lembar

observasi dapat diselesaikan oleh para siswa. Dari pertemuan ini didapatkan data

1. Dari lembar observasi kegiatan siswa diperoleh gambaran secara total bahwa

72,2% siswa aktif melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. (lembar

observasi terlampir dalam lampiran).


38

Tabel 1. Analisis hasil observasi kegiatan siswa dalam pertemuan 1 siklus 1

No Aspek yang dinilai Prosentase Kriteria

(%)

1 Keaktifan siswa dalam melakukan diskusi kelompok 50%-75% cukupbaik

2. Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan 50%-75% Cukup baik

dalam diskusi kelompok

3. Tanggung jawab siswa dalam diskusi kelompok 25%-50% kurang

4. Partisipasi siswa dalam mengerjakan tugas dan 50%-75% Cukup baik


lembar kerja siswa
5. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas 25%-50% kurang
dan lembar kerja siswa
6. Keaktifan siswa dalam melakukan diskusi untuk >75% baik
menyelesaikan tugas
7. Partisipasi siswa menjawab pertanyaan dalam 50%-75% Cukup baik
diskusi kelas
8. Kesesuaian jawaban dengan materi yang dibahas 50%-75% Cukup baik
dalam diskusi
9. Kesan umum respon siswa yang diajar 50%-75% Cukup baik

2. Dari 7 kelompok siswa yang menyelesaikan LKS hingga melampaui nilai

tuntas ada 5 kelompok yaitu I (skor 65), II, IV,VI (skor 70), dan V(skor75)

sedang yang tidak tuntas adalah kelompok III dan VII yang mendapatkan

skor 50.

3. Dari data lembar observasi kinerja guru didapatkan kinerja guru 93% yang

berarti seluruh aspek observasi guru sudah terlaksana dengan sangat baik

sesuai dengan perencanaan untuk melaksanakan proses pembelajaran

(terlampir).
39

4. Dari penilaian kuis didapatkan yang mendapat nilai ≥ 55 ada 18 orang siswa

atau 66,67% sedangkan yang tidak mendapat nilai ada 1 orang siswa karena

tidak masuk.tanpa keterangan.

5. Dari tes akhir aturan sinus didapatkan analisis data nilai sebagai berikut:

Tabel2: Hasil tes aturan sinus

No Hasil tes matematika Siklus 1

1. Nilai tertinggi 80

2. Nilai terendah 40

3. Rata-rata nilai 66,53

4. Tuntas 22

5. Tidak tuntas 4

6. Ketuntasan belajar klasikal dalam % 84,61

7. Jumlah peserta 26

Dari hasil analisis data dapat digambarkan pada gambar 1 dibawah ini:
40

Grafik nilai pada pertemuan 1 siklus 1

ketuntasan klasikal,
90 target klasikal, 85
nilai tertinggi, 80 84.1
80
70 rata-rata nilai, 66.33

60 target individu, 55
50
niiai terendah, 40
40
30
20
10
0
nilai target target
tertinggi individu klasikal
nilai

Gambar 1: Grafik perolehan nilai pada akhir perttemuan 1 siklus 1

6. Dari hasil angket kegiatan siswa didapatkan bahwa >75% siswa menjawab ya

untuk 15 aspek yang diteliti dalam pembelajaran kooperative tipe STAD

(lampiran hasil angket)

1.2. Pembahasan pertemuan 1 siklus 1

Berdasarkan hasil analisis nilai yang tersaji pada table 2 menunjukkan nilai

rata-rata hasil belajar adalah 66,53, nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 40 , yang

tuntas 22 siswa dan yang tidak tuntas 4 siswa dari 26 siswa sehingga prosentase

ketuntasan secara klasikal hanya 84,61 % .Hasil tersebut bila ditinjau dari

indikator keberhasilan menunjukkan bahwa proses pembelajaran kooperatif

STAD belum dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan masih terdapat 4

siswa yang tidak tuntas karena kecepatan proses berhitungnya masih lambat yang
41

harus dicari solusi pemecahannya dan 1 anak yang tidak tuntas karena tidak

masuk .

Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa pada pertemuan

1 siklus 1 ini adalah ketrampilan proses dalam berhitung. Pada waktu proses

pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa membutuhkan kalkulator ataupun

tabel sinus cosinus untuk menghitung nilai sinus ataupun cosinus, sehingga siswa

yang tidak membawa tabel ataupun kalkulator terpaksa meminjamnya, hal ini

menjadikan banyak waktu terbuang untuk mencari pinjaman .

Dari hasil observasi keaktifan belajar siswa didapatkan hasil analisis 72,2%

siswa aktif dalam proses pembelajaran yang apabila ditinjau dari indikator

keaktifansiswa sudah melebihi dari 60%, ini menunjukkan proses pembelajaran

kooperatif STAD meningkatkan keaktifan belajar siswa, namun ada beberapa

aspek yang belum memenuhi kriteria cukup yaitu aspek tangung jawab siswa

dalam diskusi kelompok dan aspek tanggung jawab dalam mengerjakan tugas dan

LKS, guru perlu memotivasi dan mengingatkan kembali tanggung jawab individu

terhadap kelompoknya dalam diskusi kelompok dan dalam menyelesaikan tugas

dan LKS.

1.3. Pertemuan 2

Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Selasa,22 Mei 2007 pada jam ke 3 dan 4,

pada pertemuan tersebut Guru melakukan KBM dengan melaksanakan RPP

yang sudah disiapkan (RPP terlampir). Dalam pertemuan ini diberi motivasi

untuk melaksanakan proses pembelajaran kemudian guru menyampaikan materi

aturan cosinus dengan lcd, Setelah materi disampaikan siswa-siswi


42

didistribusikan pada kelompok sesuai dengan daftar yang dibagikan lalu

dibagikan LKS pada tiap kelompok untuk diselesaikan dalam kelompok masing-

masing. Seluruh rencana kerja dapat diselesaikan dalam 2 jam pelajaran sampai

pada pemberian kuis, dan 5 menit menjelang akhir pelajaran lembar observasi

dapat diselesaikan oleh para siswa. Dari pertemuan ini didapatkan hasil

pengamatan sebagai berikut

1. Dari lembar observasi kegiatan siswa diperoleh gambaran bahwa 72,2%

siswa aktif melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. (lembar observasi

terlampir)

Tabel3:Hasil observasi kegiatan siswa dalam KBM pertemuan 2 siklus 1

No Aspek yang dinilai Prosentase Kriteria

(%)

1 Keaktifan siswa dalam melakukan diskusi kelompok >75% baik

2. Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan 50%-75% Cukup baik

dalam diskusi kelompok

3. Tanggung jawab siswa dalam diskusi kelompok 50%-75% Cukup baik

4. Partisipasi siswa dalam mengerjakan tugas dan 50%-75% Cukup baik


lembar kerja siswa
5. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas 50%-75% Cukup baik
dan lembar kerja siswa
6. Keaktifan siswa dalam melakukan diskusi untuk 50%-75% Cukup baik
menyelesaikan tugas
7. Partisipasi siswa menjawab pertanyaan dalam 25%-50% kurang
diskusi kelas
8. Kesesuaian jawaban dengan materi yang dibahas 25%-50% kurang
dalam diskusi
9. Kesan umum respon siswa yang diajar 50%-75% Cukup baik
43

2. Dari 7 kelompok siswa yang menyelesaikan LKS hingga melampaui nilai

tuntas ada 6 kelompok yaitu III (skor 65),I, IV,VII (skor 70), dan V,

VI(skor75) sedang yang tidak tuntas adalah kelompok II yang mendapatkan

skor 50.

3. Dari data lembar observasi kinerja guru didapatkan kinerja guru 93% ini

berarti hasil observasi kinerja guru menunjukkan hasil yang baik, dalam

arti semuanya rancangan kerja terlaksana dengan baik.(terlampir).

4. Dari penilaian kuis didapatkan yang mendapat nilai ≥ 55 ada 24 orang siswa

atau 88.9%.

Tabel 4.Hasil analisis tes akhir aturan cosinus

No Hasil tes matematika Siklus 1

1. Nilai tertinggi 90

2. Nilai terendah 40

3. Rata-rata nilai 67,77

4. Tuntas 23

5. Tidak tuntas 4

6. Ketuntasan belajar klasikal dalam % 85,18

7. Jumlah peserta 27
44

Grafik nilai pada pertemuan 2


siklus 1
nilai
ketuntasan
tertinggi, target
90 klasikal,
90 klasikal, 85
80 85.18
rata-rata
70 nilai, 67.77
60 target
individu, 55
niiai
50
terendah,
40
40
30
20
10
0
nilai target target
tertinggi individu klasikal
nilai

Gambar 2: Grafik perolehan nilai pada akhir perttemuan 2 siklus 1

6. Dari hasil angket kegiatan siswa didapatkan bahwa >85% siswa menjawab

ya untuk 15 aspek yang diteliti dalam pembelajaran kooperative tipe STAD

(lampiran hasil angket)

1.4. Pembahasan pertemuan 2 siklus 1

Dari hasil keaktifan siswa yang hanya 72,2% menunjukkan bahwa masih

ada beberapa siswa yang belum berinteraksi dengan kelompoknya dengan baik,

namun dilihat dari indikator keaktifan siswa menunjukkan siswa yang aktif dalam

mengikuti proses pembelajaran ≥60% yang menunjukkan bahwa siswa aktif

belajar.

Namun demikian ada beberapa aspek yang masih kurang yaitu aspek

partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas, hal ini
45

disebabkan siswa tidak merasa bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan

,cukup wakil dari kelompok saja yang menjawab pertanyaan. Juga dari hasil

observasi aspek kesesuaian jawaban dengan materi pelajaran yang dibahas tidak

sesuai dengan yang diharapkan karena aturan cosinus membutuhkan proses

hitung yang lebih teliti, apabila siswa terburu-buru maka hasilnya akan lain.

Berdasarkan hasil penelitian seperti pada tabel 4 hasil analisis menunjukkan

nilai rata-rata hasil belajar adalah 67,77 nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40 ,

yang tuntas 23 siswa dan yang tidak tuntas 4 siswa dari 27 siswa sehingga

prosentase ketuntasan secara klasikal hanya 85,18 % .Hasil tersebut bila ditinjau

dari indicator keberhasilan menunjukkan bahwa proses pembelajaran kooperatif

STAD sudah dapat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan masih terdapat

4 siswa yang belum tuntas

Menyikapi hasil pada siklus 1 ini guru dapat merefleksi diri antara lain

sebagai berikut:

a. Meningkatkan motivasi siswa untuk menyelesaikan tugasnya masing-

masing baik tugas menyelesaikan lks maupun menyelesaikan tes serta

tugasnya dalam kelompok untuk mencapai tujuan belajar.

b. Menyuruh siswa untuk membawa tabel sinus cosinus atau calculator untuk

membantu proses hitung nilai sinus cosinus.

c. Menciptakan suasana yang lebih kondusif dalam proses pembelajaran

kooperatif tipe STAD.


46

B. Pelaksanaan Siklus2

2.1 . pertemuan 1

Dilaksanakan pada hari Kamis,24 Mei 2007 pada jam ke 7 dan 8, pada

pertemuan tersebut Guru melakukan KBM dengan melaksanakan RPP yang

sudah disiapkan (RPP terlampir). Dalam pertemuan ini diberi motivasi untuk

melaksanakan proses pembelajaran kemudian guru menyampaikan materi aturan

cosinus dengan lcd, Setelah materi disampaikan siswa-siswi didistribusikan pada

kelompok sesuai dengan daftar yang dibagikan lalu dibagikan LKS pada tiap

kelompok untuk diselesaikan dalam kelompok masing-masing. Seluruh rencana

kerja dapat diselesaikan dalam 2 jam pelajaran sampai pada pemberian kuis, dan

5 menit menjelang akhir pelajaran lembar angket penelitian kegiatan siswa dapat

diselesaikan oleh para siswa. Dari pertemuan ini didapatkan hasil pengamatan

sebagai berikut

1.Dari lembar observasi kegiatan siswa diperoleh gambaran bahwa 86,1% siswa

aktif melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. (lembar observasi

terlampir)
47

Tabel5: observasi kegiatan siswa dalam pertemuan 1 siklus 2

No Aspek yang dinilai Prosentase Kriteria

(%)

1 Keaktifan siswa dalam melakukan diskusi kelompok 50%-75% Cukup baik

2. Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan 50%-75% Cukup baik

dalam diskusi kelompok

3. Tanggung jawab siswa dalam diskusi kelompok >75% baik

4. Partisipasi siswa dalam mengerjakan tugas dan >75% baik


lembar kerja siswa
5. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas >75% baik
dan lembar kerja siswa
6. Keaktifan siswa dalam melakukan diskusi untuk >75% baik
menyelesaikan tugas
7. Partisipasi siswa menjawab pertanyaan dalam 50%-75% Cukup baik
diskusi kelas
8. Kesesuaian jawaban dengan materi yang dibahas 50%-75% Cukup baik
dalam diskusi
9. Kesan umum respon siswa yang diajar 50%-75% Cukup baik

2. Dari 7 kelompok siswa yang menyelesaikan LKS hingga melampaui nilai

tuntas ada 7 kelompok yaitu II (skor 65), I, IV,VII (skor 70), V,

VI(skor75) dan III (skor 80)

3. Dari data lembar observasi kinerja guru didapatkan kinerja guru 93% yan

berarti bahwa guru sudah melaksanakan pembelajaran yang sesuai

dengan yang direncanakan(terlampir).

4. Dari penilaian kuis didapatkan yang mendapat nilai ≥ 55 ada 26 orang

siswa atau 96,29%.


48

5. Dari tes akhir luas segitiga didapatkan analisis data nilai sebagai berikut:

Tabel 6: Hasil analisis tes akhir Luas segitiga

No Hasil tes matematika Siklus 2

1. Nilai tertinggi 80

2. Nilai terendah 50

3. Rata-rata nilai 68,51

4. Tuntas 26

5. Tidak tuntas 1

6. Ketuntasan belajar klasikal dalam % 96,29

7. Jumlah peserta 27

Grafik nilai pada pertemuan 1


siklus 2
ketuntasan
100 targetklasikal,
nilai
90 klasikal,96.29
80 tertinggi,
80 rata-rata 85
70 target
nilai, 68.51
niiai
60 individu,
terendah,
50 55
50
40
30
20
10
0
nilai target target
tertinggi individu klasikal
nilai

Gambar 3: Grafik perolehan nilai pada akhir perttemuan 1 siklus 2


49

6. Dari hasil angket kegiatan siswa didapatkan bahwa >85% siswa menjawab ya

untuk 15 aspek yang diteliti dalam pembelajaran kooperative tipe STAD

(lampiran hasil angket)

2.2. Pembahasan pertemuan 1 siklus 2

Berdasarkan hasil analisis nilai yang tersaji pada tabel 6 menunjukkan nilai

rata-rata hasil belajar adalah 68,51, nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 50 , yang

tuntas 26 siswa dan yang tidak tuntas 1 siswa dari 27 siswa sehingga prosentase

ketuntasan secara klasikal hanya 96,29 % .Hasil tersebut bila ditinjau dari

indikator keberhasilan menunjukkan bahwa proses pembelajaran kooperatif

STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan masih terdapat 1 siswa

yang tidak tuntas.

Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa pada pertemuan

1 siklus 2 ini adalah ketrampilan proses dalam berhitung dan pemahaman konsep

siswa atas luas segitiga. Pada waktu proses pembelajaran kooperatif tipe STAD

siswa membutuhkan kalkulator ataupun tabel sinus cosinus untuk menghitung

nilai sinus ataupun cosinus dan hamper semua siswa membawa tabel sinus

cosinus sehingga siswa cepat menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya

Dari hasil observasi keaktifan belajar siswa didapatkan hasil analisis 86,1%

siswa aktif dalam proses pembelajaran yang apabila ditinjau dari indikator

keaktifansiswa sudah melebihi dari 60%, ini menunjukkan proses pembelajaran

kooperatif STAD meningkatkan keaktifan belajar siswa, dan semua aspek

menunjukkan nilai baik atau cukup baik


50

2.3. Pelaksanaan Siklus 2 pertemuan 2

Dilaksanakan pada hari Selasa,29 Mei 2007 pada jam ke 3 dan 4, pada pertemuan

tersebut Guru melakukan KBM dengan melaksanakan RPP yang sudah

disiapkan (RPP terlampir). Dalam pertemuan ini diberi motivasi untuk

melaksanakan proses pembelajaran kemudian guru menyampaikan materi aturan

cosinus dengan lcd, Setelah materi disampaikan siswa-siswi didistribusikan pada

kelompok sesuai dengan daftar yang dibagikan lalu dibagikan LKS pada tiap

kelompok untuk diselesaikan dalam kelompok masing-masing. Seluruh rencana

kerja dapat diselesaikan dalam 2 jam pelajaran sampai pada pemberian kuis, dan

5 menit menjelang akhir pelajaran lembar observasi dapat diselesaikan oleh para

siswa. Dari pertemuan ini didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut

1. Dari lembar observasi kegiatan siswa diperoleh gambaran bahwa 80,5%

siswa aktif melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. (lembar observasi

terlampir)

Tabel7: observasi kegiatan siswa dalam pertemuan 2 siklus 2

No Aspek yang dinilai Prosentase Kriteria

(%)

1 Keaktifan siswa dalam melakukan diskusi kelompok 50%-75% Cukup baik

2. Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan 50%-75% Cukup baik

dalam diskusi kelompok

3. Tanggung jawab siswa dalam diskusi kelompok >75% baik

4. Partisipasi siswa dalam mengerjakan tugas dan >75% baik


lembar kerja siswa
51

5. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas 50%-75% Cukup baik


dan lembar kerja siswa
6. Keaktifan siswa dalam melakukan diskusi untuk 50%-75% Cukup baik
menyelesaikan tugas
7. Partisipasi siswa menjawab pertanyaan dalam 50%-75% Cukup baik
diskusi kelas
8. Kesesuaian jawaban dengan materi yang dibahas 50%-75% Cukup baik
dalam diskusi
9. Kesan umum respon siswa yang diajar 50%-75% Cukup baik

2. Dari 7 kelompok siswa yang menyelesaikan LKS hingga melampaui nilai

tuntas ada 7 kelompok yaitu I (skor 65), III, IV,VII (skor 70), V,

VI(skor75) dan II (skor 80)

3. Dari data lembar observasi kinerja guru didapatkan kinerja guru 93%

menunjukkan kinerja guru terlaksana sesuai rencana (terlampir).

4. Dari penilaian kuis didapatkan yang mendapat nilai ≥ 55 ada 25 orang

siswa atau 92,59%.

5. Dari tes akhir luas segitiga didapatkan analisis data nilai sebagai berikut:
52

Tabel 8: Hasil analisis tes akhir Luas segitiga

No Hasil tes matematika Siklus 2

1 Nilai tertinggi 90

2 Nilai terendah 50

3 Rata-rata nilai 74,44

4 Tuntas 26

5 Tidak tuntas 1

6 Ketuntasan belajar klasikal dalam % 96,29

7 Jumlah peserta 27

Grafik nilai pada pertemuan 2


siklus 2
ketuntasan
100 nilai klasikal,
90tertinggi, 90 target 96.29
klasikal, 85
rata-rata
80
nilai, 74.44
70
60 niiai target
individu, 55
terendah,
50
50
40
30
20
10
0
nilai target target
tertinggi individu klasikal
nilai

Gambar 4: Grafik perolehan nilai pada akhir perttemuan 2 siklus 2

Pembahasan pertemuan 2 siklus 2


53

Berdasarkan hasil analisis nilai yang tersaji pada tabel 8 menunjukkan nilai

rata-rata hasil belajar adalah 74,44, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50 , yang

tuntas 26 siswa dan yang tidak tuntas 1 siswa dari 27 siswa sehingga prosentase

ketuntasan secara klasikal hanya 96,29 % .Hasil tersebut bila ditinjau dari

indikator keberhasilan menunjukkan bahwa proses pembelajaran kooperatif

STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan masih terdapat 1 siswa

yang tidak tuntas.

Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa pada pertemuan

1 siklus 2 ini adalah ketrampilan proses dalam berhitung dan pemahaman konsep

siswa atas luas segitiga. Pada waktu proses pembelajaran kooperatif tipe STAD

siswa membutuhkan kalkulator ataupun tabel sinus cosinus untuk menghitung

nilai sinus ataupun cosinus dan hamper semua siswa membawa tabel sinus

cosinus sehingga siswa cepat menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya

Dari hasil observasi keaktifan belajar siswa didapatkan hasil analisis 80,5%

siswa aktif dalam proses pembelajaran yang apabila ditinjau dari indikator

keaktifansiswa sudah melebihi dari 60%, ini menunjukkan proses pembelajaran

kooperatif STAD meningkatkan keaktifan belajar siswa, dan semua aspek

menunjukkan nilai baik atau cukup baik.

Dibandingkan dengan siklus 1 secara keseluruhan hasil belajar siswa pada

siklus 2 mengalami kenaikan dan ketuntasan belajar siswa juga mengalami

kenaikan, demikian juga keaktifan siswa .


54

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan analisisnya ternyata

1. Metode pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa khususnya dalam pokok bahasan

perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan

sinus-cosinus, dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi

1 PSAK Jalan Pasir Mas Raya no. 1 Semarang.

2. Metode pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa yang bermuara pada ketuntasan

belajar siswa terutama pada pembelajaran matematika pokok bahasan

perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan

sinus-cosinus, dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi

1 PSAK Jalan Pasir Mas Raya no. 1 Semarang.

B. SARAN

Metode pembelajaran STAD dapat dilaksanakan dengan baik jika

1. Dipersiapkan alat dan bahan secara baik dengan LKS, LCD, dan

pemberdayaan individu dalam kelompok.

2. Guru harus meningkatkan kompetensinya untuk meningkatkan

penguasaan atas metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.


55

3. Bagi pihak sekolah perlu kiranya dipikirkan untuk menyediakan sarana

dan peralatan yang dibutruhkan guru seperti laptop, lcd atau ruang khusus

multimedia untuk meningkatkan kompetensinya agar proses pembelajaran

siswa didik menjadi bermakna walaupun untuk mewujudkannya bukanlah

hal yang mudah karena peralatan tersebut berharga mahal dan butuh

tenaga yang terampil untuk mengoperasikannya


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan analisisnya ternyata

1. Metode pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa khususnya dalam pokok bahasan

perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan

sinus-cosinus, dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi

1 PSAK Jalan Pasir Mas Raya no. 1 Semarang.

2. Metode pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa yang bermuara pada ketuntasan

belajar siswa terutama pada pembelajaran matematika pokok bahasan

perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan

sinus-cosinus, dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi

1 PSAK Jalan Pasir Mas Raya no. 1 Semarang.

B. SARAN

Metode pembelajaran STAD dapat dilaksanakan dengan baik jika

1. Dipersiapkan alat dan bahan secara baik dengan LKS, LCD, dan

pemberdayaan individu dalam kelompok.

2. Guru harus meningkatkan kompetensinya untuk meningkatkan

penguasaan atas metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.

54
DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2002. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning


di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.

Amin Suyitno, 2006. Penelitian tindakan kelas untuk menyusun skripsi (petunjuk
praktis).

Atwi Suparman. 1996. Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI-Universitas


Terbuka.

Aiken, Lewis R. 1997. Psychological Testing and Assessment. Boston: Allyn and
Bacon.

Bruner, Jerome S. 1977. The Process of Education. Cambridge: Harvard


University Press..R.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Driscoll, Marcy P. 1994. Psychologi of Learning for Intruction. Boston: Allyn


and Bacon.

Dunne Richard & Ted Wragg. 1996. Pembelajaran Efektif. Terjemahan Anwar
Jasin. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.Sunardi dkk, 2003.

Frans Susilo, S.J. 1998. “Matematika yang Manusiawi”. dalam Sumaji, et al.
(Eds). Pendididkan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.

Martinus Yamin.2007. Profesionalitas guru dan implementasi KTSP: Penerbit


Gaung Persada

Mohamad Nur.1999. Pengajaran Berpusat pada Siswa dan Pendekatan


Konstruktivis dalam Pengajarn. Surabaya: Unesa

Nurhadi.2004.Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban) : PT Gramedi.a Widia


Sarana Indonesia,Jakarta,2004.

Sartono Wirodikromo.2004. Matematika SMA 2.Erlangga.

Suharsimi Arikunto. 1999.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Bina Aksara.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989.


Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka

56
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….i

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………...ii

HALAMAN MOTTO………………………………………………………...iii

HALAMAN KATA PENGANTAR………………………………………….iv

HALAMAN DAFTAR ISI……………………………………………………vi

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN………………………………………..viii

HALAMAN TABEL…………………………………………………………..x

HALAMAN LAMPIRAN FOTO…………………………………………….xi

HALAMAN ABSTRAK……………………………………………………..xii

BAB I PENDAHULUAN………………………….………………………..1

A. Latar Belakang Masalah.……….……………………...1

B. Permasalahan…………………….…………………….6

C. Penegasan Istilah………………….…………………...7

D. Tujuan Penelitian………………….…………………...9

E. Manfaat Penelitian…….………………………………10

F. Sistematika Penulisan Skripsi…………………………11

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN.…..………..12

A. Landasan Teori…………………………….………..….12

B. Kerangka Berpikir………………………….…………..30

C. Hipotesis Tindakan………………………….………….30

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………….…….32

A. Lokasi Penelitian………………………………………32

vi
B. Subyek Yang Diteliti…….…………………………..….32

C. Prosedur Kerja…….…………………………………….32

D. Indikator Keberhasilan……………………...…………..35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….………….37

A. Pelaksanaan dan Hasil pada siklus 1……….…………...37

B. Pelaksanaan dan Hasil pada siklus 2………. …………..46

BAB V SIMPULAN DAN SARAN.…………..………………………54

5.1 SIMPULAN………………………………………...…54

5.2 SARAN………………………………………………..54

DAFTAR PUSTAKA…………………………………… …………...……..56

vii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Silabus………………………………….…………………………………….57

2. RPP Sinus…………………………………………………………..………...60

3. RPP Cosinus………………..…………………………………………...…....63

4. RPP Luas Segitiga ………………………………………………...………...66

5. LKS Sinus……...………………….…………………………………...…….69

6. LKS Cosinus…...…………..………………………………………………...72

7. LKS Luas Segitiga I…..……………………………………………..………74

8. LKS Luas Segitiga II…………………………………………………….…...76

9. Jawaban LKS Sinus……………………………………………………...…...78

10.Jawaban LKS Cosinus……………………………………………………......81

11.Jawaban LKS Luas Segitiga I………..………………………………………83

12.Jawaban LKS Luas Segitga II…..……………………………………………86

13.Angket Penelitian..……………………………………………………..…….88

14.Lembar Observasi Kinerja Guru..…………………………………...……….91

15.Lembar Observasi Kegiatan Siswa..…………………………….…………...93

16.Rubrik Kinerja Guru..…………………….………………….…………….. .94

17.Soal Kuis Aturan Sinus…………..……………………………………….….97

18.Soal Kuis Aturan Cosinus..…………………………………………………..98

19.Soal Kuis Luas Segitiga I……..….…………………………………………..99

20.Soal Kuis Luas Segitiga II……..……………………………….…………..100

21.Kartu Soal Tes Akhir...……………………………………………...……...101

22.Lembar observasi kinerja guru……………………………………………..107

viii
23. Lembar observasi kinerja siswa…………………………………………..112

ix
DAFTAR TABEL

23.Daftar nilai………..………………………………………………………...115

24. Daftar Siswa Kelas X-2…………………………………………......……..117

25.Daftar Nilai Pengerjaan LKS Aturan Sinus………………………………..119

26.Hasil Angket Penelitian kegiatan Siswa pada Pertemuan I………………..121

27.Daftar Nilai Kuis Aturan Sinus…………………………………….………122

28.Daftar Nilai Pengerjaan LKS Aturan Cosinus……………………………..124

29.Hasil Angket Penelitian Kegiatan Siswa Pada Pertemuan II………….…...126

30.Daftar Nilai Kuis Aturan Cosinus………………………………………….127

31.Daftar Nilai Pengerjaan LKS Luas Segitiga…………………………….…129

32.Hasil Angket Penelitian Kegiatan Siswa Pada Pertemuan I Siklus ……….131

33.Daftar Nilai Kuis Luas Segitiga I …………………………………………132

34.Daftar Nilai Pengerjaan LKS Luas Segitiga 2………………….…………134

35.Hasil Angket Penelitian Kegiatan Siswa Pada Pertemuan II Siklus 2……136

36.Daftar Nilai Kuis Luas Segitiga 2…………………………………………137

x
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN

Foto Kegiatan Pembelajaran…………………………………………………139

xi

You might also like