Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Nur Haji Syahid (26.09.3.1.192)
Nur Hastuti (26.09.3.1.193)
Qonaah Nur Laili (26.09.3.1.207)
Rahmatulloh SP (26.09.3.1.209)
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
2010
BAB II
PEMBAHASAN
1
Sarwono, wirawan, sarlito. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT. Bulan
Bintang. 1996.
Bahwa yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Zat atau materi
itulah hakikat dari sesuatu. Alam adalah zat atau materi, dan manusia adalah
unsur dari alam. Maka darsi itu hakikat manusia adalah zat atau materi. Manusia
sebagai makhluk materi, maka pertumbuhannya berproses dari materi juga. Sel
telur dari sang ibu bergabung dengan sperma sang ayah, tumbuh menjadi janin
yang akhirnya ke dunia sebagai manusia.
Perilaku
Melahirkan
Pengalaman
Yang membawa
Belajar
Pengetahuan
Yang berperan utama
Dalam penentuan
Perilaku
2
ibid
3. Behaviorisme gagal menjelaskan nilai dan makna dalam eksistensi
manusia dan cara manusia berhubungan dengan sesama.
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang menyakini bahwa
pengkajian perilaku individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas individu yang
dapat diamati, bukan pada peristiwa hipotesis yang terjadi dalam diri individu. Oleh
karena itu, penganut aliran behaviorisme menolak adanya aspek-aspek kesadaran
atau mentalitas dalam individu. Kelahiran behaviorisme sebagai aliran psikologi
formal diawali oleh J.B. Watson (1913) yang menganggap psikologi sebagai bagian
dari ilmu kealaman yang eksperimental dan objektif. Psikologi harus menggunakan
metode empiris, seperti observasi, conditioning, testing, dan verbal reports.
Teori utama dari Watson, yaitu konsep stimulus dan respons dalam
psikologi. Stimulus adalah segala sesuatu objek yang bersumber dari lingkungan,
sedangkan respons adalah segala aktivitas sebagai jawaban terhadap stimulus.
3
Zuhairini, Dra, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.1994.
Potensi kesempurnaan bagi manusia yang bersifat mekanistik. Jiwa ini dapat
menangkap berbagai parsialitas dan bergerak karena keinginan. Jiwa ini
mempunyai dua daya, yaitu daya motorik dan daya sensorik.
3. Jiwa Rasional
Daya yang mengartikulasikan berbagai objek dan pesan. Ini merupakan potensi
alamiah yang dapat memersepsi potret-potret universal nonmaterial (termasuk
pengetahuan). Jiwa rasional dibagi pada dua daya, yaitu :
a. Daya akal Praktis
Cenderung mendorong manusia memuaskan perbuatan yang pantas
dilakukan atau ditinggalkan. Disebut juga perilaku moral.
b. Daya akal teoretis
Daya yang terdiri dari perkara-perkara universal yang nonindrawi.
4
Zakcy Syata, Filsafat Manusia (Terbit Terang : Surabaya),hal.9
A. Mengenai manusia ada beberapa filosof yang berbeda pendapat
2. Plato
Menurut Plato, martabat manusia sebagai pribadi tidak terbatas pada
mulainya jiwa bersatu dengan raga, jiwa tidak berada lebih dulu sebelum
manusia atau pribadi adalah jiwa sendiri. Sedangkan badan oleh Plato yang
disebut sebagai alat yang berguna sewaktu masih hidup didunia ini, tetapi
badan itu disamping berguna sekaligus juga memberati usaha jiwa untuk
mencapai kesempurnaan, yaitu kembali kepada dunia “ide”.
Sedangkan jiwa berada sebelum bersatu dengan badan. Persatuan
jiwa dengan badan merupakan hukuman, karena kegagalan jiwa untuk
memusatkan perhatianya kepada dunia “ide”, jadi manusia mempunyai Pra-
eksistensi yaitu sudah ada sebelum dipersatukan dengan badan dan jatuh
kedunia ini.
3. Thomas Aquinas
Ia berpendapat bahwa yang disebut manusia sebagai pribadi adalah makhluk
individual, kalau hidup, ialah makhluk yang merupakan kesatuan antara jiwa
dan badan. Sedangkan yang dimaksud pribadi adalah masing-masing
manusia individual : manusia yang konkret dan yang riil dan juga
mempunyai kodrat yang rasional. Manusia adalah suatu substansi yag
komplit terdiri dari badan (material) dan jiwa (forma).
4. David Hcme
Berbicara mengenai pribadi dalah idntitas diri yaitu kesamaan jati diri
manusia dalam kaitannya dengan waktu. Beliau berpegang teguh bahwa
pengetahuan ilmiah hanya dapat dicapaidengan titik tolak pengalaman
indrawi yaitu penglihatan, penciuman, perabaan, pencicipan dan
pendengaran.
5. Immanuel Kant
Memahami pribadi yaitu sesuatu yang sadar akan identitas numeric
mengenai dirinya sendiri pada waktu yang berbeda-beda beliau percaya
bahwa identitas diripun tidak dapat dipergunakan untuk menyanggah
keyakinan bahwa segala sesuatu didunia ini selalu mengalir berganti.
6. John Dewey
“pribadi” berarti seseorang bertindak sebagai wakil dari suatu group atau
masyarakat. Seorang individu hanya bisa disebut pribadi kalau ia
mengemban dan menampilkan nilai-nilai social masyarakat tertentu.5
1. Jiwa Manusia
Jiwa manusia sering dimengerti sebagai suatu benda halus atau suatu
makhluk halus yang merasuki, meresapi serta menggunakan badan untuk
mewujudkan cita-cita jiwawi. Terkadang pula jiwa manusia digambarkan atau
dibayangkan persis seperti tubuhnya hanya saja tidak bissa diraba atau ditangkap
sifat dari jiwa juga tergantung pada tarafnya..
Taraf tertinggi yaitu rasional, didalam manusia mengandaikan dukungan
dari taraf-taraf yang lebih rendah, yaitu taraf anarganik (benda mati) taraf vegetatif
(tumbuhan) dan taraf sensitive (binatang).
Dalam taraf rasional atau manusia pembaharuan merupakan peristiwa
yang terus menerus terjadi. Pembaharuan menjadi begitu efektif didalam sejarah
kehidupan manusia, karena didalam diri manusia terdapat kesadaran intelektual
yang mempunyai kemampuan sangat efektif untuk menyederhanakan pengalaman
dan memberi tekanan kepada segi yang dianggap pentingsambil menyingkirkan
yang dianggap tidak relevan.
Kemampuan itu disebut kemampuan abstraksi, kemampuan abstraksi
disisni berfungsi rasiio atau budi ssebagai yang menjalankan pemerintah atas
keseluruhan ataupun bagian-bagian didalam manusia.
Didalam manusia terdapat 2 sumber bagi munculnya kebaruan yang satu
merupakan hasil dari koordinasi yang ketat dari tubuh manusia sebagaimana juga
5
Hardono Hadi, Jati Diri Manusia (Kanisius : Yogyakarta, 1996), hal.32-37
terdapat pada binatanng, dan yang lain dari identitas yang hebat dari fungsi
intelektual.
Perlu disadari bahwa budi tidak identik dengan jiwa, budi meskipun
menduduki posisi tertinggi dan memegang dominasi atas bagian-bagian lain,
hanyalah bagian dari jiwa, jiwa manusia adalah keseluruhan kompleks kegiatan
mental dari taraf yang paling rendah sampai yang palling tinggi emosi, kenikmatan,
harapan, ketakutan, penyesalan, penilaian dari macam-macam pengalaman mental
innilah yang merupakan unsure-unsur pembentukan “jiwa manusia”, dan jiwa
manusia itu ditandai dengan mental.
Taraf pengalaman mental manusia terdiri dari penngalaman-pengalamn
mental yang begitu kompleks, kegiatan mental yang kompleks ini merupakan
kesatuan dari emosi, rasa senang (enjoyment), harapan, kehawatiran dan ketakutan
penyesalan penilaian terhadap macam-macam alternatif serta macam-macam
keputusan, pengalaman mental mempunyai dasarnya didalam pengalamn fisik.
Badan juga berfungsi sebagai bidang ekspresi manusia. Jiwa manusia
adalah kesatuan kompleks dari kegiatan mental, dari yang paling rendah ke yang
bersifat intelektual.6
Mengenai kedudukan manusia yang palinng menarik adalah sendiri
dalam lngkungan yang diselidiki pula. Ternyata penyelidikan mengenai lingkungan
ini lebih (dianggap) memuaskan dari pada penylidikan tentang manusia itu sendiri.7
Bicara masalah hidup manusia itu memang unik, hidup adalah aktivitas,
dan segala aktivitas membawa besertanya masalah-masalh tertentu. Masalah-
masalah termaksud harus dipecahkan dengan berhasil untuk menjadikan manusia itu
sesuatu yang sukses. Masalah-masalah tesebut dibagi 2 kategori, yaitu masalah
immediate problem dan masalah asasi(utimmate problems)
Immediate problems ialah masalah-maslah praktis sehari-hari , masalah
yang kemballi kepada keperluan-keperluan pribadi yang mendesak dan masalah
6
Ibid, hal. 88-93
7
Poejdja Wijatna, Manusia dengan Alamnya (Bina Aksara : Jakarta, 1983), hal. 50
seperti :administrasi negara, produksi, konsumsi dan distribusi. Kemudian masalah
asai manusia , maka setiap manusia yang memperhatikan hidup dengan serius akan
mendapatkan drinya berhadapan muka dengan masalah-masalah asasi tersebut.
Setelah dia merasakan desakan beban dan liku-liku hidup.8
2. Manusia Mempunyai Pengetahuan
Pengetahuan merupakan bagi makhluk yang mempunnyainya apakah dia
manusia, malaikat atau banatang suatu kekayaan dan kesempurnaan. Dengan adanya
pengetahuan yang dimilikinya manusia bisa memahami dirinya sendiri dan
keberadaanya. Pengetahuan lebiih merupakan suatu cara berada dari pada suatau
cara mempunyai. Aktifitas itu tidak berupa penyitaan atau pemilikan benda-benda
sebaliknya berupa keterbukaan terhadap mereka.
Jadi pengetahuan adalah suatu kegiatan mempengaruhi subjek yang
mengetahui dalam dirinya. Dia adalah suatu ketentuan yang memperkaya eksistensi
subyek.9
3. Seputar Manusia
Kita menyadari diri kita meskipun sebagai satu kesatuan yang utuh,
namun diri kita jelas terdiri dari bagian-bagian dan aspek-aspek yang begitu kaya,
terdiri dari badan dan jiwa yang masing-masing kegiatan, kemampuan dan gaya
serta perkembanganya sendiri.
Para pendukung fanatik tradisi, yang boleh disebut kaum konservatif,
kurang lebiih berpegang pada keyakinan bahwa manusia adalah makhluk yang
lemah, tidak tetap dan tidak dapat diramalkan secara logis. Sebab kodrat manusia
telah rusak berat dan tidak tersembuhkan karena telah dicederai oleh dosa asal, atau
sejenis itu. Sedangkan para pendukung revolusioner, yang biasanya disebut kaum
liberal berpendapat bahwa manusia pada hakikatnya baik dan bisa mencapai
kesempurnaan.
8
Endang Syaifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama (Bina Ilmu : Surabaya, 1987), hal. 30
9
Lois Leahy, Manusia Sebuah Misteri (Gramedia Utama : Jakarta, 1993), hal.77
Mengenai badan manusia dan strukturnya didalam ini berproses secara
sederhana biasa dkatakan bahwa kutub fisi berfungsi secara husus pada wal proses.
Kutub fisiklah yang menangkap atau menerima bahan atau penelolaan yang telah
disajikan oleh dunia, sedangkan kutub mental berkegiatan untuk mengelola bahan
tersebut sampai pada tahap kepenuhan diri.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa badan harus dimengerti secara
luas, yaitu sebagai hasil dari seluruh proses yang bersifat obyektif, tidak berubah
dan menjadi bahan bagi kutub fisik dari pengada-pengada baru. Didalam pengertian
yang digunakan disi, badan bukan hanya terbatas pada tubuh, tetapi segala bentuk
ekspresi yang bisa diamati pada manusia yang telah selesai berproses setiap saatnya,
misalnya saja termasuk didalamnya, bagaimana seorang tertawa, menangis, berjalan,
lari, duduk, tidur dan seterusnya untuk saat ini kita memusatkan perhatian kita pada
tubuh manusia.10
Kegiatan dari macam-macam kegiatan mental disebut jiwa manusia
sedangkan kegiatan mental dari unsure tertinggi membentuk budi atau rasio
manusia.11
Pada dasarnya atau pada hakikatnya hidup manusia adalah pengalaman
bersama, hidup manusia, bahkan didalam unsure-unsurnya yag paling individual,
merupakan kehidupan bersama dan tingkah laku manusia, didalam strukturnya yang
asasi, yang selalu menunjukkan kepada pribadi.
Dengan singkat boleh dikatakan bahwa manusia adalah anak masyarakat.
Contohnya : bila masyarakat menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan memandang
rendah sikap menonjolkan diri, sifat ini akan mempengaruhi, anak-anaknya untuk
bertindak berfikir dengan cara yang sama.12
10
Hardono Hadi, Jati Diri Manusia (Kanisius : Yogyakarta, 1996), hal.84
11
Ibid, hal. 96
12
Ibid, hal.117
1. Faktor Biologis
Faktor biologis manusia terlibat dalam seluruh kegiatan manusia. Bahkan,
terpadu dengan factor-faktor sosiopsikologis. Artinya, warisan biologis moyang
seseorang menentukan perilakunya. Gen orangtua dapat berpengaruh terhadap gen
orang yang bersangkutan. Gen merupakan unit dasar hereditas yang merupakan unit
informasi biokimia. Gen terdiri dari unsure pembentuk dasar semua makhluk hidup
yang disebut deoxyribonucleic acid dengan singkatan populernya DNA.
7. Faktor Sosiopsikologis
Proses social membentuk karakteristik manusia sbagai pelakunya.
Komponen-komponen dalam diri manusia yang biasa terbentuk oleh proses social
ada tiga, yaitu:
a. Komponen Afektif, merupakan komponen emosional manusia. Terdiri
dari motif sosiogenis, sikap dan emosi. Motif sosiogenis disebut sebagai
motif sekunder yang membentuk perilaku sosial. Secara sederhana, motif-
motif sosiogenis dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Motif ingin tahu
2) Motif Kompetensi
3) Motif cinta
4) Motif harga diri
b. Komponen Kognitif, merupakan komponen intelektual manusia.
c. Komponen Konatif adalah aspek volisional yang terkait dengan
kebiasaan dan kemauan bertindak.