You are on page 1of 23

HAKIKAT MANUSIA

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs. Baidi, M.Pd

Disusun Oleh :
Nur Haji Syahid (26.09.3.1.192)
Nur Hastuti (26.09.3.1.193)
Qonaah Nur Laili (26.09.3.1.207)
Rahmatulloh SP (26.09.3.1.209)

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
2010
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia sebagai makhluk hidup


Manusia selain makhluk biologis yang sama dengan makhluk hidup lainnya,
juga makhluk yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan dari makhluk hidup
lainnya. Kita tidak dapat menjadikan manusia hanya sebagai obyek seperti pandangan
kaum materialis, tetapi kita juga tidak dapat mempelajari manusia hanya dari
kesadarannya saja seperti pandangan kaum idealis. Manusia adalah obyek yang
sekaligus juga sebagai subyek.
Menurut E. Cassirer, Manusia adalah Makhluk simbolis. Menurut plato, manusia
harus dipelajari bukan dalam kehidupan pribadinya, tetapi dalam kehidupan sosial dan
kehidupan politiknya. Sedangkan menurut faham filsafat Eksistensialisme, manusia
adalah eksistensi.
Manusia tidak semata-mata tunduk pada kodratnya dan secara pasif menerima
keadaannya, tetapi manusia secara sadar dan aktif menjadikan dirinya sesuatu. Proses
perkembangan manusia sebagian ditentukan oleh kehendaknya sendiri, berbeda dengan
makhluk lainnya yang sepenuhnya tergantung pada alam.
Ilmu yang menyelidiki dan memandang manusia dari segi fisik Antropologi
Fisik. Manusia dari sudut pandang Antropologi Budaya. Sedangkan yang memandang
manusia dari segi ada atau dari segi hakikat disebut Antropologi Filsafat.1
Berbicara mengenai apa manusia itu, ada 4 aliran yaitu :
1. Aliran serba Zat

1
Sarwono, wirawan, sarlito. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT. Bulan
Bintang. 1996.
Bahwa yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Zat atau materi
itulah hakikat dari sesuatu. Alam adalah zat atau materi, dan manusia adalah
unsur dari alam. Maka darsi itu hakikat manusia adalah zat atau materi. Manusia
sebagai makhluk materi, maka pertumbuhannya berproses dari materi juga. Sel
telur dari sang ibu bergabung dengan sperma sang ayah, tumbuh menjadi janin
yang akhirnya ke dunia sebagai manusia.

2. Aliran serba Ruh


Bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di sunia ini ialah Ruh. Adapun zat itu
adalah manifestasi dari ruh di dunia. Ruh adalah sesuatu yang tidak menempati
ruang, sehingga tidak dapat disentuh atau dilihat oleh panca indra.
Istilah-istilah lain dari ruh yang hampir sama ialah jiwa, sukma, nyawa,
semangat, dan sebagainya. Materi hanyalah penjelmaan ruh. Ficthe berkata
bahwa segala sesuatu yang lain (selain dari ruh) yang ada dan hidup hanyalah
suatu jenis, perupaan, perubahan, atau penjelmaan dari ruh.
Ailiran ini menganggap bahwa ruh adalah hakikat, sedangkan badan adalah
penjelmaan atau bayangannya saja.
3. Aliran dualisme (gabungan dari aliran zat dan aliran ruh).
Bahwa manusia terdiri dari 2 substansi yaitu jasmani dan rohani (badan dan
ruh). Masing-masing merupakan unsur asal yang tidak tergantung satu sama
lain. Jadi badan tidak berasal dari ruh, sebaliknya ruh tidak berasal dari badan.
Dalam perwujudannya, manusia itu serba dua, jasad dan ruh, yang keduanya
berinteraksi membentuk yang disebut manusia.
4. Aliran Eksistensialisme.
Menurut aliran eksistensialisme manusia dibagi:
1. Manusia menurut Aliran Behaviorisme
Behaviorisme menganalisis manusia hanya dari segi perilakunya yang
tampak. Sebab, hanya perilaku yang tampak yang dapat diukur, dilukiskan, dan
dijelaskan. Menurut Behaviorisme, psikologi adalah sains, sedangkan sains hanya
berhubungan dengan apa saja yang dapat diamati secara kasat mata.
Teori yang paling menonjol dalam aliran behaviorisme mengenai manusia
adalah teori belajar. Menurutnya, seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar,
kecuali instinknya. Aliran ini hanya menganalisis bagaimana perilaku manusia
dikendalikan oleh lingkungannya. Dari aliran ini muncul konsep manusia adalah
makhluk mesin.

Skema perilaku dan pengetahuan ala Behaviorisme

Perilaku

Melahirkan

Pengalaman

Yang membawa

Belajar

Yang memungkinkan adanya

Pengetahuan
Yang berperan utama
Dalam penentuan

Perilaku

Behaviorisme merupakan aliran psikologi yng berinduk kepada empirisme.


Empirisme menyatakan bahwa pada saat lahir, manusia tidak memiliki warna
mental. Warna mental yang dimiliki oleh manusia dalam hidupnya merupakan hasil
pengalaman. Pengalaman adalah satu-satunya jalan memiliki pengetahuan.
Pandangan ini sangat kontras dengan aliran plato yang menyatakan bahwa ide
menghasilkan pengetahuan bukan pengalaman. Secara psikologis, pengalaman
indrawi menurut empirisme menentukan perilaku manusia, kepribadiannya dan
tempramennya. Pikiran dan perasaan manusia bukan penyebab perilaku.
Demikian pandangan aliran Behaviorisme terhadap manusia. Behaviorisme
menurut Jalaluddin Rakhmat (1996), adalah aliran ilmu jiwa yang tidak peduli
dengan jiwa. Behaviorisme tidak peduli dengan terhadap kesadaran manusia. Sebab,
kesadaran manusia adalah perkara nonindrawi yang berada diluar area psikologi
sebagai sains. Manusia dibentuk oleh pelaziman atau pengalaman2
Akibat ketidakpedulian terhadap kesadaran manusia, behaviorisme
mengalami beberapa kekurangan, yaitu:
1. Behaviorisme gagal memasukkan data dari pengalaman subjektif
individu yang sangat berarti bagi dirinya.
2. Behaviorisme gagal menjelaskan dimensi perilaku manusia yang lebih
kompleks.

2
ibid
3. Behaviorisme gagal menjelaskan nilai dan makna dalam eksistensi
manusia dan cara manusia berhubungan dengan sesama.
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang menyakini bahwa
pengkajian perilaku individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas individu yang
dapat diamati, bukan pada peristiwa hipotesis yang terjadi dalam diri individu. Oleh
karena itu, penganut aliran behaviorisme menolak adanya aspek-aspek kesadaran
atau mentalitas dalam individu. Kelahiran behaviorisme sebagai aliran psikologi
formal diawali oleh J.B. Watson (1913) yang menganggap psikologi sebagai bagian
dari ilmu kealaman yang eksperimental dan objektif. Psikologi harus menggunakan
metode empiris, seperti observasi, conditioning, testing, dan verbal reports.
Teori utama dari Watson, yaitu konsep stimulus dan respons dalam
psikologi. Stimulus adalah segala sesuatu objek yang bersumber dari lingkungan,
sedangkan respons adalah segala aktivitas sebagai jawaban terhadap stimulus.

2. Manusia menurut Aliran Psikoanalisis


Psikoanalisis disebut-sebut sebagai kekuatan pertama dalam aliran psikologi.
Aliran ini pertama dikembangkan tahun 1890-an oleh Sigmund Freud. Ia merupakan
seorang ahli neurologi. Psikoanalisis dikenal juga dengan depth psychology, yaitu
aliran psikologi yang mencari sebab-sebab perilaku manusia pada alam tak
sadarnya. Psikoanalisis memerhatikan struktur jiwa manusia.
Freud menjelaskan bahwa perilaku manusia adalah hasil interaksi tiga
subsistem struktur mental manusia, yaitu:
1. Id
Menurut Freud, bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan ingin segera
memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egois, tidak bermoral, dan tidak mau tahu
dengan kenyataan. Ini adalah tabiat hewani manusia.
2. Ego
Ego merupakan pengawas realitas. Ego berfungsi menjembatani tuntutan id
dengan realitas dunia luar. Ego adalah mediator hasrat-hasrat hewani dengan
tuntutan rasional dan realistik. Egolah yang menyebabkan manusia mampu
menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional.
3. Superego
Superego merupakan reservoir kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap
oleh individu dari lingkungannya. Superego merupakan hati nurani yang
membentuk dari norma-norma sosial dan kultural masyarakat. Superego
memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang didesak oleh id.
Jelasnya, menurut Psikoanalisis, seluruh perilaku manusia merupakan hasil
interaksi antara Id sebagai komponen biologisnya, Ego sebagai komponen
psikologisnya, Superego sebagai komponen sosialnya.

3. Manusia menurut Aliran Kognitif


Psikologi kognitif merupakan modifikasian dari behaviorisme yang tidak
dapat menjawab seluruh hal ihwal manusia. Psikologi kognitif memandang manusia
bukan sekedar makhluk pasif yang tunduk sepenuhnya pada lingkungan. Manusia
tidak lagi seperti mesin. Ia adalah pengolah informasi dan pemecah masalah. Secara
aktif, ia dapat memperhatikan, menafsirkan, mengolah, dan menggunakan
informasi. Manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif
pada lingkungan. Manusia adalah makhluk yang berusaha memahami lingkungan.
Asal-usul psikologi kognitif terlacak sampai pada aliran rasionalisme dalam
filsafat. Immanuel Kant, Rene Descartes, bahkan Plato, disebut-sebut para pioner
psikologi ini.
Kant, sebagi nenek moyang aliran kognitif menyimpulkan bahwa jiwalah
yang menjadi alat utama pengetahuan, bukan piranti-piranti indrawi. Jiwalah yang
menafsirkan secara aktif pengalaman indrawi. Jiwalah yang menafsirkan,
mendistorsi, dan mencari makna.
Aliran kognitif lebih berwarna ketika dikembangkan oleh seorang psikologi
Jerman bernama Kurt Lewin. Lewin menyebutkan bahwa perilaku manusia harus
dilihat konteksnya. Lewin menyebut seluruh gaya psikologis yang mempengaruhi
manusia dengan istilah ruang hidup (life space). Ruang hidup terdiri dari tujuan dan
kebutuhan individu, semua faktor yang disadarinya, dan kesadaran diri. Lewin
merumuskan secara pasti perilaku manusia merupakan hasil interaksi antara dirinya
dengan ruang psikologisnya.

4. Manusia menurut Aliran Humanistik


Psikologi humanistik muncul pada pertengahan abad ke-20 sebagai reaksi
terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Keduannya dianggap telah mereduksi
manusia sebagai mesin atau makhluk yang rendah. Psikologi humanistik dianggap
sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi pertama dan kedua adalah
psikoanalisis dan behaviorisme. Kedua aliran psikologi ini tidak menganggap
manusia sebagai makhluk yang memiliki kelebihan. Behaviorisme memosisikan
manusia sebagai robot tanpa jiwa., sedangkan psikoanalisis memosisikan manusia
sebagai makhluk yang hanya dipengaruhi oleh naluri primitifnya.
Psikoanalisis dan behaviorisme tidak memosisikan manusia sebagai
manusia. Keduannya tidak bisa menjelaskan aspek eksistensi manusia yang positif
dan menentu, seperti cinta, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi. Kekosongan
inilah yang diisi oleh psikologi humanistik.
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang
muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme
yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir 1950-an, para ahli psikologi,
seperti Abraham Maslow, Carl Rogers, dan Clark Moustakas mendirikan sebuah
asosiasi professional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai
keunikan manusia, seperti self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta,
kreatifitas, hakikat, individualitas.
Dalam mengembangkan teorinyam, psikologi humanistik sangat
memerhatikan dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara
manusiawi dengan menitikberatkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan
pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi,
tujuan, dan pemaknaan. Dalam hal ini James Bugental (1964) mengemukakan lima
dalil utama psikologi humanistik, yaitu:
1. Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen.
2. Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam hubungan dengan manusia lainnya.
3. Manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan
orang lain.
4. Manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-
pilihannya.
5. Manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai, dan
kreatifitas.
Beberapa ahli psikologi telah memberikan sumbangan pemikirannya
terhadap perkembangan psikologi humanistik, yaitu:
1) Snyggs dan Coms (1949) dari kelompok fenomenologi mengkaji tentang
persepsi. Mereka percaya bahwa seseorang akan berperilaku sejalan dengan apa
yang dipersepsinya. Menurut mereka, realitas bukanlah sesuatu yang melekat
dari kejadian itu sendiri, melainkan dari persepsinya terhadap suatu kejadian.
2) Pemikiran Abraham Maslow (1950), yang menfokuskan pada kebutuhan
psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia, telah membantu kita
dalam memahami motivasi dan aktualitas diri seseorang, yang merupakan salah
satu tujuan dalam pendidikan humanistik.
3) Morris (1954) meyakini bahwa manusia dapat memikirkan proses
berfikirnya sendiri kemudian mempertanyakan dan mengoreksinya. Ia
menyebutkan pula bahwa setiap manusia dapat memikirkan perasaan-
perasaannya dan memiliki kesadaran akan dirinya. Dengan kesadaran dirinya,
manusia dapat berusaha menjadi lebih baik.
4) Carl Rogers berjasa besar dalam mengantarkan psikologi humanistik
untuk diaplikasikan dalam pendidikan. Ia mengembangkan satu filosofi
pendidikan yang menekankan pentingnya pembentukan pemaknaan personal
selama berlangsungnya proses pembelajaran melalui upaya menciptakan iklim
emosional yang kondusif untuk membentuk pemaknaan personal tersebut. Ia
memfokuskan pada hubungan emosional antara guru dan siswa.

Berkenaan dengan epistemologinya, teori-teori humanistik dikembangkan


lebih berdasarkan pada metode penelitian kualitatif yang menitikberatkan pada
pengalaman hidup manusia secara nyata.
Hasil pemikiran psikologi humanistik banyak dimanfaattkan untuk
kepentingan konseling dan terapi. Salah satunya yang sangat populer dari Carl
Rogers dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien
untuk mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya., serta menekankan
pentingnya sikap tulus, saling menghargai, dan tanpa pransangka dalam membantu
individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers meyakini bahwa klien
sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas
konselor hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Selain
memberikan sumbangannya terhadap konseling dan terapi, psikologi humanistik
juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan
sebutan pendidikan humanistik (humanistic education). Pendidikan humanistik
berusaha mengembangkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata.
Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan ketrampilan.

5. Manusia menurut Psikologi Islam


Psikologi Islam lebih terwakili oleh sufi yang ahli dalam menelisik sisi
nonragawi manusia. Para Psikologi Islam, seperti Al-Muhasibi, At-Tustari, Abu
Thalib Al-Makki, dan Al-Ghazali memandang manusia adalah makhluk bermakna
yang memiliki potensi fisik dan metafisik. Secara asli, manusia adalah makhluk
yang dimuliakan aloh penciptanya. Bukan sekedar kumpulan tulang dan daging
yang dibungkus oleh kulit. Manusia adalah kesatuan jiwa dan raga. Jiwa adalah
bagian daalam manusia yang termulia, sedangkan raga adalah sisi hewani yang
digerakkan oleh jiwa tersebut. Jiwa yang ada dalam diri manusia bersifat suci bukan
materi. Jiwa adalah titipan Illahi yang suatu saat akan diambil. Jiwa inilah yang
dapat menangkap pengetahuan. Jiwa dapat mendistorsi, memilih, dan menempatkan
sebuah informasi.3
Ibn Sina menyebutkan bahwa dalam diri manusia terdapat tiga unsur jiwa,
yaitu:
1. Jiwa Tumbuh-tumbuhan
Jiwa tumbuhan merupakan kesempurnaan awal bagi tubuh yang bersifat alamiah
dan mekanistik. Jiwa tumbuh-tumbuhan manusia memiliki tiga daya.
a. daya nutrisi adalah daya yang mengubah makanan menjadi bentuk tubuh.
Melalui daya ini, makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia dijadikan
sebagai pembaharu unsur tubuh rusak.
b. Daya penumbuh adalah daya yang menambah kesesuaian seluruh bagian
tubuh yang diubah karena makanan.
c. Daya generatif adalah daya yang mengolah potensi-potensi reproduksi
yang telah tersedia secara lengkap dalam tubuh manusia.
2. Jiwa Hewani

3
Zuhairini, Dra, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.1994.
Potensi kesempurnaan bagi manusia yang bersifat mekanistik. Jiwa ini dapat
menangkap berbagai parsialitas dan bergerak karena keinginan. Jiwa ini
mempunyai dua daya, yaitu daya motorik dan daya sensorik.
3. Jiwa Rasional
Daya yang mengartikulasikan berbagai objek dan pesan. Ini merupakan potensi
alamiah yang dapat memersepsi potret-potret universal nonmaterial (termasuk
pengetahuan). Jiwa rasional dibagi pada dua daya, yaitu :
a. Daya akal Praktis
Cenderung mendorong manusia memuaskan perbuatan yang pantas
dilakukan atau ditinggalkan. Disebut juga perilaku moral.
b. Daya akal teoretis
Daya yang terdiri dari perkara-perkara universal yang nonindrawi.

B. Hakikat Manusia dalam Pandangan “Psikologi”


Memahami makhluk Tuhan yang bernam manusia sungguh sangat sukar.
Berbagai macam pandangan para tokoh mengenai manusia. Ahli mantic (logika)
menyatakan bahwa manusia adalah “Hayawan Natiq” (manusia adalah hewan berpikir),
seorang ahli filsafat yaitu Ibnu Khaldun menyatakan bahwa manusia itu madaniyyun bi
al-thaba atau manusia adalah makhluk yang bergantung kepada tabiatnya. Sedangkan
Aristoteles berpendapat bahwa manusia adalah “zoon political” atau “political animal
(manusia adalah hewan yang berpolitik).
Mengenai sifat makhluk yang bernama manusia itu sendiri yakni bahwa
makhluk itu memiliki potensi lupa atau memiliki kemampuan bergerak yang melahirkan
dinamisme, atau makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang,
humanisme dan kebahagiaan pada pihak-pihak lain. Dan juga manusia itu pada
hakikatnya merupakan makhluk yang berfikir, berbicara, berjalan, menangis, merasa,
bersikap dan bertindak serta bergerak4

4
Zakcy Syata, Filsafat Manusia (Terbit Terang : Surabaya),hal.9
A. Mengenai manusia ada beberapa filosof yang berbeda pendapat
2. Plato
Menurut Plato, martabat manusia sebagai pribadi tidak terbatas pada
mulainya jiwa bersatu dengan raga, jiwa tidak berada lebih dulu sebelum
manusia atau pribadi adalah jiwa sendiri. Sedangkan badan oleh Plato yang
disebut sebagai alat yang berguna sewaktu masih hidup didunia ini, tetapi
badan itu disamping berguna sekaligus juga memberati usaha jiwa untuk
mencapai kesempurnaan, yaitu kembali kepada dunia “ide”.
Sedangkan jiwa berada sebelum bersatu dengan badan. Persatuan
jiwa dengan badan merupakan hukuman, karena kegagalan jiwa untuk
memusatkan perhatianya kepada dunia “ide”, jadi manusia mempunyai Pra-
eksistensi yaitu sudah ada sebelum dipersatukan dengan badan dan jatuh
kedunia ini.
3. Thomas Aquinas
Ia berpendapat bahwa yang disebut manusia sebagai pribadi adalah makhluk
individual, kalau hidup, ialah makhluk yang merupakan kesatuan antara jiwa
dan badan. Sedangkan yang dimaksud pribadi adalah masing-masing
manusia individual : manusia yang konkret dan yang riil dan juga
mempunyai kodrat yang rasional. Manusia adalah suatu substansi yag
komplit terdiri dari badan (material) dan jiwa (forma).
4. David Hcme
Berbicara mengenai pribadi dalah idntitas diri yaitu kesamaan jati diri
manusia dalam kaitannya dengan waktu. Beliau berpegang teguh bahwa
pengetahuan ilmiah hanya dapat dicapaidengan titik tolak pengalaman
indrawi yaitu penglihatan, penciuman, perabaan, pencicipan dan
pendengaran.
5. Immanuel Kant
Memahami pribadi yaitu sesuatu yang sadar akan identitas numeric
mengenai dirinya sendiri pada waktu yang berbeda-beda beliau percaya
bahwa identitas diripun tidak dapat dipergunakan untuk menyanggah
keyakinan bahwa segala sesuatu didunia ini selalu mengalir berganti.
6. John Dewey
“pribadi” berarti seseorang bertindak sebagai wakil dari suatu group atau
masyarakat. Seorang individu hanya bisa disebut pribadi kalau ia
mengemban dan menampilkan nilai-nilai social masyarakat tertentu.5
1. Jiwa Manusia
Jiwa manusia sering dimengerti sebagai suatu benda halus atau suatu
makhluk halus yang merasuki, meresapi serta menggunakan badan untuk
mewujudkan cita-cita jiwawi. Terkadang pula jiwa manusia digambarkan atau
dibayangkan persis seperti tubuhnya hanya saja tidak bissa diraba atau ditangkap
sifat dari jiwa juga tergantung pada tarafnya..
Taraf tertinggi yaitu rasional, didalam manusia mengandaikan dukungan
dari taraf-taraf yang lebih rendah, yaitu taraf anarganik (benda mati) taraf vegetatif
(tumbuhan) dan taraf sensitive (binatang).
Dalam taraf rasional atau manusia pembaharuan merupakan peristiwa
yang terus menerus terjadi. Pembaharuan menjadi begitu efektif didalam sejarah
kehidupan manusia, karena didalam diri manusia terdapat kesadaran intelektual
yang mempunyai kemampuan sangat efektif untuk menyederhanakan pengalaman
dan memberi tekanan kepada segi yang dianggap pentingsambil menyingkirkan
yang dianggap tidak relevan.
Kemampuan itu disebut kemampuan abstraksi, kemampuan abstraksi
disisni berfungsi rasiio atau budi ssebagai yang menjalankan pemerintah atas
keseluruhan ataupun bagian-bagian didalam manusia.
Didalam manusia terdapat 2 sumber bagi munculnya kebaruan yang satu
merupakan hasil dari koordinasi yang ketat dari tubuh manusia sebagaimana juga

5
Hardono Hadi, Jati Diri Manusia (Kanisius : Yogyakarta, 1996), hal.32-37
terdapat pada binatanng, dan yang lain dari identitas yang hebat dari fungsi
intelektual.
Perlu disadari bahwa budi tidak identik dengan jiwa, budi meskipun
menduduki posisi tertinggi dan memegang dominasi atas bagian-bagian lain,
hanyalah bagian dari jiwa, jiwa manusia adalah keseluruhan kompleks kegiatan
mental dari taraf yang paling rendah sampai yang palling tinggi emosi, kenikmatan,
harapan, ketakutan, penyesalan, penilaian dari macam-macam pengalaman mental
innilah yang merupakan unsure-unsur pembentukan “jiwa manusia”, dan jiwa
manusia itu ditandai dengan mental.
Taraf pengalaman mental manusia terdiri dari penngalaman-pengalamn
mental yang begitu kompleks, kegiatan mental yang kompleks ini merupakan
kesatuan dari emosi, rasa senang (enjoyment), harapan, kehawatiran dan ketakutan
penyesalan penilaian terhadap macam-macam alternatif serta macam-macam
keputusan, pengalaman mental mempunyai dasarnya didalam pengalamn fisik.
Badan juga berfungsi sebagai bidang ekspresi manusia. Jiwa manusia
adalah kesatuan kompleks dari kegiatan mental, dari yang paling rendah ke yang
bersifat intelektual.6
Mengenai kedudukan manusia yang palinng menarik adalah sendiri
dalam lngkungan yang diselidiki pula. Ternyata penyelidikan mengenai lingkungan
ini lebih (dianggap) memuaskan dari pada penylidikan tentang manusia itu sendiri.7
Bicara masalah hidup manusia itu memang unik, hidup adalah aktivitas,
dan segala aktivitas membawa besertanya masalah-masalh tertentu. Masalah-
masalah termaksud harus dipecahkan dengan berhasil untuk menjadikan manusia itu
sesuatu yang sukses. Masalah-masalah tesebut dibagi 2 kategori, yaitu masalah
immediate problem dan masalah asasi(utimmate problems)
Immediate problems ialah masalah-maslah praktis sehari-hari , masalah
yang kemballi kepada keperluan-keperluan pribadi yang mendesak dan masalah
6
Ibid, hal. 88-93
7
Poejdja Wijatna, Manusia dengan Alamnya (Bina Aksara : Jakarta, 1983), hal. 50
seperti :administrasi negara, produksi, konsumsi dan distribusi. Kemudian masalah
asai manusia , maka setiap manusia yang memperhatikan hidup dengan serius akan
mendapatkan drinya berhadapan muka dengan masalah-masalah asasi tersebut.
Setelah dia merasakan desakan beban dan liku-liku hidup.8
2. Manusia Mempunyai Pengetahuan
Pengetahuan merupakan bagi makhluk yang mempunnyainya apakah dia
manusia, malaikat atau banatang suatu kekayaan dan kesempurnaan. Dengan adanya
pengetahuan yang dimilikinya manusia bisa memahami dirinya sendiri dan
keberadaanya. Pengetahuan lebiih merupakan suatu cara berada dari pada suatau
cara mempunyai. Aktifitas itu tidak berupa penyitaan atau pemilikan benda-benda
sebaliknya berupa keterbukaan terhadap mereka.
Jadi pengetahuan adalah suatu kegiatan mempengaruhi subjek yang
mengetahui dalam dirinya. Dia adalah suatu ketentuan yang memperkaya eksistensi
subyek.9
3. Seputar Manusia
Kita menyadari diri kita meskipun sebagai satu kesatuan yang utuh,
namun diri kita jelas terdiri dari bagian-bagian dan aspek-aspek yang begitu kaya,
terdiri dari badan dan jiwa yang masing-masing kegiatan, kemampuan dan gaya
serta perkembanganya sendiri.
Para pendukung fanatik tradisi, yang boleh disebut kaum konservatif,
kurang lebiih berpegang pada keyakinan bahwa manusia adalah makhluk yang
lemah, tidak tetap dan tidak dapat diramalkan secara logis. Sebab kodrat manusia
telah rusak berat dan tidak tersembuhkan karena telah dicederai oleh dosa asal, atau
sejenis itu. Sedangkan para pendukung revolusioner, yang biasanya disebut kaum
liberal berpendapat bahwa manusia pada hakikatnya baik dan bisa mencapai
kesempurnaan.

8
Endang Syaifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama (Bina Ilmu : Surabaya, 1987), hal. 30
9
Lois Leahy, Manusia Sebuah Misteri (Gramedia Utama : Jakarta, 1993), hal.77
Mengenai badan manusia dan strukturnya didalam ini berproses secara
sederhana biasa dkatakan bahwa kutub fisi berfungsi secara husus pada wal proses.
Kutub fisiklah yang menangkap atau menerima bahan atau penelolaan yang telah
disajikan oleh dunia, sedangkan kutub mental berkegiatan untuk mengelola bahan
tersebut sampai pada tahap kepenuhan diri.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa badan harus dimengerti secara
luas, yaitu sebagai hasil dari seluruh proses yang bersifat obyektif, tidak berubah
dan menjadi bahan bagi kutub fisik dari pengada-pengada baru. Didalam pengertian
yang digunakan disi, badan bukan hanya terbatas pada tubuh, tetapi segala bentuk
ekspresi yang bisa diamati pada manusia yang telah selesai berproses setiap saatnya,
misalnya saja termasuk didalamnya, bagaimana seorang tertawa, menangis, berjalan,
lari, duduk, tidur dan seterusnya untuk saat ini kita memusatkan perhatian kita pada
tubuh manusia.10
Kegiatan dari macam-macam kegiatan mental disebut jiwa manusia
sedangkan kegiatan mental dari unsure tertinggi membentuk budi atau rasio
manusia.11
Pada dasarnya atau pada hakikatnya hidup manusia adalah pengalaman
bersama, hidup manusia, bahkan didalam unsure-unsurnya yag paling individual,
merupakan kehidupan bersama dan tingkah laku manusia, didalam strukturnya yang
asasi, yang selalu menunjukkan kepada pribadi.
Dengan singkat boleh dikatakan bahwa manusia adalah anak masyarakat.
Contohnya : bila masyarakat menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan memandang
rendah sikap menonjolkan diri, sifat ini akan mempengaruhi, anak-anaknya untuk
bertindak berfikir dengan cara yang sama.12

C. Faktor-Faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

10
Hardono Hadi, Jati Diri Manusia (Kanisius : Yogyakarta, 1996), hal.84
11
Ibid, hal. 96
12
Ibid, hal.117
1. Faktor Biologis
Faktor biologis manusia terlibat dalam seluruh kegiatan manusia. Bahkan,
terpadu dengan factor-faktor sosiopsikologis. Artinya, warisan biologis moyang
seseorang menentukan perilakunya. Gen orangtua dapat berpengaruh terhadap gen
orang yang bersangkutan. Gen merupakan unit dasar hereditas yang merupakan unit
informasi biokimia. Gen terdiri dari unsure pembentuk dasar semua makhluk hidup
yang disebut deoxyribonucleic acid dengan singkatan populernya DNA.
7. Faktor Sosiopsikologis
Proses social membentuk karakteristik manusia sbagai pelakunya.
Komponen-komponen dalam diri manusia yang biasa terbentuk oleh proses social
ada tiga, yaitu:
a. Komponen Afektif, merupakan komponen emosional manusia. Terdiri
dari motif sosiogenis, sikap dan emosi. Motif sosiogenis disebut sebagai
motif sekunder yang membentuk perilaku sosial. Secara sederhana, motif-
motif sosiogenis dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Motif ingin tahu
2) Motif Kompetensi
3) Motif cinta
4) Motif harga diri
b. Komponen Kognitif, merupakan komponen intelektual manusia.
c. Komponen Konatif adalah aspek volisional yang terkait dengan
kebiasaan dan kemauan bertindak.

Menurut Coleman dan Hammen, sebagaimana disebutkan oleh Jalaluddin


Rakhmat, menyebutkan 4 fungsi emosi:
1. Emosi adalah Pembangkit energi. Tanpa emosi, anda tidak sadar atau
mati. Secara mendasar, hidup adalah merasa, mengalami, bereaksi dan
bertindak. Emosi membangkitkan dan memobilisasi energi. Marah
menggerakkan untuk menyerang, takut menggerakkan anda untuk lari,
cinta menggerakkan anda untuk mendekat dan bermesraan.
2. Emosi adalah pembawa informasi. Keadaan diri seseorang diketahui
melalui emosi.
3. Emosi adalah Pembawa Pesan. Seorang pengajar yang menyertakan
seluruh emosinya dalam mengajar menurut beberapa peneliti lebih
dinamis dan meyakinkan.
4. Emosi adalah sumber informasi tentang keberhasilan anda. Ketika
mencari keindahan, anda akan mengetahui saat anda merasakan
kenikmatan estetis dalam jiwa anda.

C. Faktor Situasional yang Memengaruhi Perilaku Manusia


Banyak faktor situasional yang dapat memengaruhi perilaku seseorang. Edward
G. Sampson (Rakhmat, 1996 : 44) merangkum seluruh faktor situasional. Seperti :
1. Faktor Ekologis
2. Faktor Rancangan dan Arsitektural
3. Faktor Temporal
4. Teknologi
5. Lingkungan Psikososial.

D. Ciri-ciri Tingkahlaku Manusia yang Membedakannya dari Makhluk lainnya.


1. Kepekaan Sosial.
Manusia bukan saja merupakan makhluk social, yaitu makhluk yang harus hidup
dengan sesamanya dan selalu membutuhkan kerjasama dengan sesamanya.
Tetapi lebih daripada itu manusia mempunyai kepekaan sosial. Kepekaan sosial
berarti kemampuan untuk menyesuaikan tingkahlaku dengan harapan dan
pandangan orang lain.
2. Kelangsungan Tingkahlaku
Tingkahlaku atau perbuatan manusia tidak terjadi secara sporadic (timbul dan
hilang disaat-saat tertentu), tetapi selalu ada kelangsungan (kontinuitas) antara
satu perbuatan dengan perbuatan berikutnya.
3. Orientasi pada Tugas
Tiap tingkahlaku manusia selalu mengarah pada suatu tugas tertentu. Hal ini
nampak jelas pada perbuatan-perbuatan seperti belajar dan bekerja.
4. Usaha dan perjuangan
Usaha dan perjuangan memang terdapat juga pada makhluk lain selain manusia.
Tetapi usaha dan perjuangan pada manusia berbeda, karena yang diperjuangkan
adalah sesuatu yang ditentukannya sendiri, yang dipilihnya sendiri.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berbagai sudut pandang ilmu yang menyelidiki dan memandang manusia dari
segi fisik "Antropologi Fisik". Yang memandang manusia dari sudut pandang budaya
"Antropologi Budaya". Yang memandang manusia dari segi "ada" nya atau dari segi
hakikatnya disebut "Antropologi Filsafat".
Terdapat empat aliran tentang "apa manusia itu ? ":
1. Aliran serba zat
2. Aliran serba ruh
3. Aliran dualisme
4. Aliran eksistensialisme
Aliran Psikoanalisis menyatakan manusia sebagai makhluk yang digerakkan
oleh keinginan-keinginan yang terpendam. Aliran Behaviorisme menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk yang digerakkan semuanya oleh lingkungan. Aliran
Humanistik yang memandang bahwa manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan
strategi transaksional dengan lingkungannya. Psikologi kognitif memandang bahwa
manusia sebagi makhluk aktif tang mengorganisasikan dan mengolah stimulus yang
diterima.
Faktor Biologis dan Sosiopsikologi yang mempengaruhi perilaku manusia.
Komponen efektif terdiri dari motif sosiogenis, sikap dan emosi. Motif sosiogenis
sering dianggap sebagai motif sekunder yang membentuk perilaku manusia. Macam -
macam motif sosiogenis
a. Motif ingin tahu
b. Motif Kompetensi
c. Motif cinta
d. Motif harga diri
Faktor situasional yang mempengaruhi perilaku manusia. Factor Ekologi, Faktor
Rancangan dan Arsitektual, factor temporal, teknologi, dan Lingkungan Psikososial.
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, wirawan, sarlito. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT. Bulan


Bintang. 1996.

Zuhairini, Dra, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.1994.

Mahmud, Dr. H,. Psikologi Pendidikan. Pustaka Setia.

You might also like