You are on page 1of 9

c 


        
Banyak perencana kota bahkan para arsitek percaya bahwa lingkungan fisik, baik alami maupun
lingkungan buatan, secara langsung memberikan pengaruh yang besar pada pola tingkah laku manusia
dan masyarakat secara umum. Bahkan banyak Sosiolog yang percaya bahwa struktur social, terutama
bangunan ekonomi dan kebijakan-kebijakan yang dibangun di atasnya adalah factor elementer dalam
bangunan pola tingkah laku social.
Para perencana dan para Sosiolog memiliki perbedaan sikap yang dihadapi dalam menghadapi
lingkungan yang bisa dengan cepat berubah. Ketika para sosiolog berpikir tidak ada tujuan tertentu
dalam kajian tertentu dalam kaitan antara lingkungan dan pola tingkah laku, para perencana
mempelajari berbagai perubahan yang harus dan dapat diantisipasi masyarakat dalam menghadapi
bangunan-bangunan fisik lingkungan di hadapannya.
Banjir di Jakarta: salah urus lingkungan
dan ketidakpdulian pada alam ketika
͞Mall versus Waduk Penampung Air͟
(kiri)
Tsunami di Aceh (kanan

Kerusakan alam akibat kebakaran hutan


dan keserakahan manusia ͙Kondisi
hutan di Indonesia

Kalimantan Timur dari udara: bopeng


karena pejabat ingin tambang yang bisa
bikin mereka kaya gak ketulungan (kiri)
Kerusakan terparah di Freeport papua
(kanan)




c         
Interaksi manusia dengan lingkungannya adalah sebuah proses yang sering dikenal dengan adaptasi
manusia. Konsepsi Teori Adaptasi diawali oleh Teorinya Charles Darwin yang diperoleh dari
penelitiannya di Pulau Galapagos:

=  
          4 

  
                    
  !   
 " !# !$  % !&   ' 
 
      !
  (

      
          
  
  #    
       )    ' !       *! 
          +

Proses interaksi sosial akan terjadi apabila di antara pihak yang berinteraksi melakukan kontak sosial dan
komunikasi. Menurut Soerjono Soekanto (2003), kata ͞kontak͟ berasal dari bahasa Latin, yaitu berasal
dari kata con dan tangere. Kata con berarti bersama-sama sedangkan tangere mengandung pengertian
menyentuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa kontak berarti bersamasama saling menyentuh secara fisik.
Dalam pengertian gejala sosial, kontak sosial ini dapat berarti hubungan masing-masing pihak tidak
hanya secara langsung bersentuhan secara fisik, tetapi bisa juga tanpa hubungan secara fisik. Misalnya,
kontak dapat dilakukan melalui surat-menyurat, telepon, sms, dan lain-lain. Dengan demikian hubungan
fisik bukan syarat utama terjadinya interaksi sosial. Kontak sosial dapat bersifat positif dan negatif.
Kontak yang bersifat positif akan mengarah pada kerjasama, sedangkan kontak yang bersifat negatif
akan mengarah pada suatu pertentangan. Menurut Karl Mannheim, kontak dapat dibedakan ke dalam
dua bagian,

1.V Kontak primer adalah kontak yang dikembangkan dalam media tatap muka.
2.V Kontak sekunder terjadi tidak dalam media tatap muka dan ditandai dengan adanya jarak.
a.V Kontak Sekunder langsung, yaitu kontak yang terjadi antara masing-masing pihak melalui
alat tertentu seperti telepon, internet, surat, sms, dan lain-lain.
b.V Kontak Sekunder tidak langsung, yaitu kontak yang memerlukan pihak ketiga.

Indonesia yang meratifikasi Kyoto Protocol dan KTT Bumi telah berkomitmen untuk senantiasa menjaga
kelestarian bumi dan pembangunan yang bekelanjutan untuk anak cucu serta antisipasi atas ancaman
Global Warming. Bentukan yang sempat popular ditawarkan ke Indonesia belakangan ini adalah CDM
(Carbon Development Management) sebuah bentuk transaksi perdagangan carbon yang mewajibkan
Negara-negara penghasil Carbon untuk memberikan kompensasi kepada Negara-negara yang bersedia
untuk menanam Carbon di wilayahnya.
GLOBAL WARMING sebuah gagasan yang dimegahkan oleh Al Gore, hingga saat ini walaupun memiliki
dampak yang sangat luas dan mendalam pada hampir seluruh diskursus pembangunan dan kegiatan
manusia, namun masalah ini masih memiliki kandungan controversial ketika beberapa kelompok justru
memiliki pemikiran yang sangat bertentangan yang mengemukakan bahwa perkembangan perubahan
iklim bila ditarik dalam rentang waktu yang sangat panjang akan diperoleh bahwa proses ini adalah
proses pengulangan yang tetap dari perkembangan bumi itu sendiri.
Realisasi legal dari proses ratifikasi KTT BUMI (Earth Summit di Rio De Janeiro 1992) dan Protokol Kyoto
Tahun 1997 di Indonesia adalah dengan diundangkannya UU No 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan
Protokol Kyoto dan kemudian ditekankan lagi melalui UU No 32/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang salah satu butirnya mewajibkan seluruh stakeholder pembangunan
untuk menerapkan studi Kajian lingkungan hidup strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah
rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Sayangnya seperti umumnya di Indonesia, koordinasi
antar lembaga masih sangat sulit untuk dilakukan. Intervensi KLHS ini masih sangat terbatas dan tidak
dilindungi oleh kesepakatan yang jauh lebih kuat.
Pada tahun 2002 Indonesia pasca krisis 1997 juga ditawari oleh banyak negara maju setelah Indonesia
meratifikasi KTT Bumi dan Kyoto Protokol sebuah mekanisme pembebasan utang dengan sistem tukar
guling dengan program pelestarian lingkungan, penanaman pohon dan penghentian eksploitasi alam
khususnya yang menggali berbagai sumber energy yang tidak terbarukan.


      


   
Secara umum konsepsi    ,       - 
  .  1 merupakan suatu konsepsi
yang mencoba menjunjung tinggi asas keadilan demi peningkatan kesejahtraan masyarakat. Konsepsi ini
lebih mencoba menempatkan asas ekonomi sebagai dasar pertimbangan dalam pembangunan yang
berkelanjutan, dari pada memelihara  / yang secara klasik mempertentangkan antara
pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Dasar pemikirannya adalah sederhana, yaitu bahwa seluruh alam telah disediakan bagi manusia dan
manusia telah dipersilahkan untuk memanfaatkannya demi tercapainya kesejahteraan umat. Di samping
itu, perlu juga dimengerti pula bahwa system peradaban manusia tidak hanya bergerak    dan  ,
sehingga setiap upaya pemanfaatan sumber daya alam harus tetap mempertimbangkan ketersediaan
yang cukup hingga mampu bersifat 
     .
Prinsip lain yang melandasi pemikiran ini adalah konsepsi        , bahwa polusi di
satu bagian dunia akan mempengaruhi bagian dunia lainnya. Demikian pula sebaliknya, konservasi di
satu bagian dunia akan memberikan manfaat kelestarian lingkungan di bagian lainnya. Dalam konsep
mikronya, keuntungan di satu sisi akan menyebabkan kerugian di sisi lainnya, atau pendapatan di satu
sisi dan kehilangan di sisi lainnya.
Dalam penerapannya, konsepsi BCRM dapat dikelompokkan dalam dua sudut pandang, yaitu:

1
Balancing Compensation on Natural Resources Management selanjutnya untuk memudahkan penulisan
disingkat dengan BCRM
a)V Global Balancing Compensation (i.e.      
   , etc.)
b)V Local Balancing Compensation (i.e. 

 !   
 , etc)
Kedua konsepsi tersebut diatas secara prinsipil tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dan yang
lainnya, karena setiap sisi memiliki karakteristik yang berbeda dan saling melengkapi secara finansial
satu sama lain.
Dalam uraian selanjutnya akan dijelaskan bagaimana penerapan konsep-konsep di atas dalam kondisi
yang paling realistis dan sekaligus dapat membantu setiap upaya pembangunan lokal di Indonesia.
Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana mekanisme ini dapat dijadikan salah satu alternatif pembayaran
hutang Indonesia.

         


Penerapan BCRM sangat berkaitan dengan / Sumber Daya Alami yang lokasinya dapat saja
berada pada hanya satu wilayah yurisdiksi yang otonomous ataupun lokasinya 
 /0
     (yang
juga realatif autonomous). Setiap  SDA sudah barang tentu akan memiliki nilai ekonomis 
   yang mampu memberikan dampak ekonomi luar biasa bila dilakukan eksploitasi terhadapnya.
Nilai ekonomis dari setiap  SDA, bukan hanya memberikan efek langsung pada pengguna, melainkan
juga sangat potensial memberikan 
     dan  /    yang mengagumkan. Belum
lagi bila kita berbicara      yang umumnya sangat membantu pada peningkatan ekonomi
lokal.
Sebagai Pemerintah Daerah yang memiliki kewenangan atas  SDM dan bertindak sebagai
   
  dari  tersebut, maka sangat logis bila Pemda akan semaksimal mungkin
memanfaatkan SDA demi kepentingan Pembangunan Ekonomi Lokal dan Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat2. Dari sudut pandang ini jelas bahwa eksploitasi terhadap suatu  SDA sangat masuk akal,
dan semakin jelas pula bahwa setiap upaya     merupakan upaya yang dipandang  /
oleh pemerintah setempat.
Namun demikian peradaban manusia telah membuktikan bahwa dalam setiap proses interaksi dengan
alam3, selalu alam memberikan suatu nilai '   terhadap proses interaksi itu sendiri. Konsepsi
BCRM mencoba mengaplikasikan nilai-nilai kesetimbangan alam dalam satuan-satuan
 yang
memiliki kapasitas untuk dilakukan proses    atau   atau   atau  dan atau
lain serupa dengan itu. Dengan dilakukannya proses tranformasi nilai menjadi angka, maka  /
yang sempat dikhawatirkan dapat dieliminasikan.
Pertanyaan yang pasti akan muncul adalah; =-      0           '   0  

    
   0     1+ Untuk menjawab pertanyaan tersebut ada baiknya kita
dibantu oleh matriks contoh ͞alur-uang͟ sehingga kita dapat memperoleh gambaran lebih jelas.

2
Setidaknya selama kepemimpinan Bupati/Walikota berangkutan dapat memperlihatkan kepada masyarakatnya
bahwa ekonomi di tingkat lokal dapat menjanjikan.
3
Prose interaksi dengan alam yang kemudian alam memberikan '   sering diungkapkan dengan kata

'
  
  
c    

I.aV Penjualan produk (sector primer1) oV Dapat berarti kegiatan penjualan di tingkat lokal,
ekspor regional, maupun ekspor multinasional
I.bV Pajak dan Retribusi sector primer1 oV Pajak dapat berasal dari PPN, PPH, Pajak Penjualan,
Pajak Ekspor, dsb.
oV Retribusi dapat berasal dari kegiatan distribusi,
kegiatan jual beli, dsb.
cc    

II.aV Penjualan produk sekunder1 oV Dapat berarti kegiatan penjualan lokal, ekspor
regional/multinasional untuk keg. produksi
penunjang kegiatan produksi primer
II.bV Penjualan produk tertier1 oV Dapat berarti kegiatan penjualan lokal, ekspor
regional/multinasional untuk keg. produksi
penunjang kegiatan produksi sekunder dan primer
II.cV Peningkatan kemampuan daya beli oV Dapat berarti peningkatan kemampuan konsumsi
masyarakat melalui peningkatan daya beli akibat
terserapnya tenaga kerja
II.dV Pajak dan Retribusi sector oV Pajak dapat berasal dari PPN, Pajak Penjualan, dsb.
sekunder1 dan tertier1 oV Retribusi dapat berasal dari kegiatan transportasi,
kegiatan jual beli, dsb.
II.eV Pengembangan sector primer2 dan oV pendapatan dari kegiatan produksi pasca eksploitasi
primern sektor1 untuk sector2-n

II.fV Pengembangan sector sekunder2, oV pendapatan dari kegiatan produksi sekunder dan
tertier2, sekundern dan primern tertier sebagai akibat pengembangan sector
primer2-n
II.gV dsb. oV dsb.

ccc     !

dsb. oV dsb yang mungkin tercipta akibat multiplier effect &


kegiatan trickle-down effect
c"  

IV.aV Biaya penyusutan oV Nilai susut dari sumber daya bila secara linier
dieksploitasi, baik untuk kegiatan produksi sector
primer1,2-n ataupun sekunder1,2-n dan tertier1,2-n
IV.bV Biaya investasi Harware oV Nilai yang berhubungan dengan pengembangan
infrastruktur
IV.cV Biaya Investasi Software oV Nilai yang berhubungan dengan pengembangan
SDM
IV.dV dsb. oV Dsb

Dari matriks di atas dapat dikemukakan bahwa nilai ekonomi dari sebuah  SDA benar-benar   
dan dapat diprediksikan total pendapat yang sudah dan akan diperoleh Pemda setempat dari kegiatan
eksploitasi atas SDA tersebut.
Mengapa demikian? barangkali pertanyaan itu kembali muncul, atau Bagaimana dengan nilai tambah
dari kegiatan konservasi, seperti cadangan air dari kegiatan pelestarian hutan, misalnya? Pertanyaan
tersebut dapat dijawab oleh pertanyaan Siapa yang menjadi kelompok beneficiaries dari konservasi
hutan tersebut? Secara logis, mungkin belum tentu Pemda setempat yang mendapatkan benefit dari
kegiatan konservasi hutan melalui pencadangan air, mungkin daerah/Pemda di hilir yang
mendapatkannya.
Kembali secara logis, mereka yang mendapatkan keuntungan (  ) adalah yang seharusnya
mendapat konsekuensi membayar pada mereka yang mendapatkan kerugian4. Selanjutnya siapa yang
mendapatkan keuntungan dari udara (  ) yang dilepas ke udara maupun yang diikat oleh pohon
(hutan), mereka pulalah yang seharusnya membayar kepada Pemda yang melakukan konservasi. Bila hal
ini dapat dilakukan, maka kita telah mencoba membangun proses kesetimbangan kompensasi atau
         
 
   .
Permasalahannya adalah nilai dari eksploitasi sudah pasti akan lebih kecil dari kemampuan negara-
negara penghasil polutan untuk mensubtitusi kegiatan konservasi di suatu  SDA. Belum lagi
permasalahan transfer dari negara-negara polutan ke lokasi pengelola  SDA yang harus
menggunakan mekanisme   , ini sangat     bila tidak dikaitkan dengan mekanisme
DAU.
Oleh karena itu, agar Pemda pengelola dapat memperoleh perlakuan yang lebih adil dalam memperoleh
kompensasi dari setiap upaya konservasi, maka perlu dilakukan dua pendekatan, yaitu (1) kompensasi
dari negara-negara maju pengkontribusi polusi dunia, dan (2) kompensasi dari daerah-daerah sekitar
yang menjadi pemanfaat dari kegiatan konservasi.

             




4
 

Konsep umum dari   - 


  2  adalah suatu upaya pemutihan hutang melalui kegiatan
konservasi SDA. Mekanisme ini akan memberikan peluang bagi Pemerintah untuk tidak terkejar-kejar
untuk melunasi hutangnya. Secara umum pula dapat dikatakan bahwa dalam konsep  - 
 
2  ditekankan bahwa SDA sebenarnya bukan milik Pemerintah Daerah, bukan pula milik Pemerintah
Pusat, melainkan milik seluruh komunitas manusia di dunia.

4
dalam hal ini adalah Pemda pengelola  SDA
Konsep ini pada pelaksanaannya merupakan kerjasama multilateral yang akan melibatkan para pemberi
pinjaman maupun negara-negara Annex 1 sebagai negara pemberi kontribusi terbesar pada polusi
global. Selanjutnya mereka akan bergabung dalam satu
 untuk menentukan besaran angka yang
dapat disubtitusikan bagi program pelestarian lingkungan. Mekanisme selanjunya adalah
pengembangan hubungan kerjasama dengan dilandasi oleh material perhitungan potensial kontribusi
dari eksploitasi versus kemampuan 3 4  5 untuk menyediakan sejumlah dana subtitusinya. Dalam
hal ini juga termasuk program penghapusan hutang.
Tentu saja prasyarat utama adalah negara-negara atau lembaga-lembaga pemberi pinjaman menyetujui
terlebih dahulu program penghapusan hutang dengan model subtitusi konservasi. Prasyarat lainnya
adalah Pemerintah pengelola eksisting SDA harus dengan cermat dan teliti menghitung berapa total
kapasitas potensial tergali, bila dilakukan eksploitasi atas SDA tersebut.

„
     

%  6    '
'     
'' ' '  
'0     
4,-   4- %

'   '  '        '' 
  
  
 
  '     '/''    '
     6 
.'   
'    3 
  5 0
 '  
0     
      '
  
    ' ! '   7   ' ! 

   
 
         '
 

         %  6 

'

       
4,-   4- %!  
     ! % !          2        
   
 '                     

 
 '  '    '
 ' 
6  !*'7

Bila kita mau menjunjung tinggi rasa perikeadilan, maka angka kapasitas potensial tergali-lah yang harus
disediakan oleh 3 4  5 sebagai angka subtitusi program penghapusan hutang tersebut. Pemerintah
pengelola SDA harus benar-benar menyiapkan angka perhitungan, dan hal itu diyakini akan menempuh
waktu yang cukup lama. Demikian juga ͚  4  5 harus mampu mekoordinasikan program dan
mengkoleksi dana yang diperkirakan sangat besar.

Beberapa negara telah melakukan mekanisme serupa, dan beberapa telah menunjukkan keberhasilan
mereka, seperti Jordania, Peru, dan sebagainya.
Masalah yang akan dihadapi bila program ini akan diterapkan di Indonesia adalah:
1.V Spot-spot SDA potensial di Indonesia akan menjadi milik dunia atau 3  4  5 dan kita akan
kehilangan kewenangan atas pengelolaannya.
2.V Dana yang mungkin mampu dikompensasi oleh 3 4  5 secara logis hanya akan sejumlah


  cc  
DFID dalam proyeknya di Tahun 2007 mengemukakan bahwa5 deforestasi, degradasi lahan gambut, dan
kebakaran hutan telah menempatkan Indonesia di antara tiga penghasil utama gas rumah kaca terbesar
di dunia. Emisi yang dihasilkan dari deforestasi dan kebakaran hutan adalah lima kali lebih besar
dibandingkan dengan emisi dari non-kehutanan. Emisi dari energi dan sektor industri relatif kecil, namun
berkembang sangat pesat.
Pada saat yang sama, Indonesia sendiri mengalami kerugian yang signifikan dengan perubahan iklim.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kekeringan yang
berkepanjangan (saat ini hujan yang berkepanjangan), meningkatnya frekuensi kejadian cuaca ekstrim,
dan hujan deras menyebabkan banjir besar, adalah beberapa contoh dampak perubahan iklim.
Genangan air yang melanda beberapa bagian di Indonesia, misalnya kejadian banjir di Teluk Jakarta;
keanekaragaman hayati Indonesia yang kaya juga mengamali risiko yang besar. Pada gilirannya, ini dapat
mengakibatkan efek yang merugikan pada pertanian, perikanan dan kehutanan, yang mengakibatkan
ancaman terhadap keamanan pangan dan mata pencaharian penduduk.
Ancaman terhadap Indonesia yang sebenarnya merupakan wilayah paru-paru dunia nampaknya sudah
tidak dapat diandalkan lagi. Kapitalisme, kerakusan, dan korupsi telah menggantikan posisi Indonesia
sebagai pusat paru-paru Dunia.

U
c    
     
    

  
Kondisi perubahan iklim dan pemanasan global juga memberikan pengaruh pada pemanasan Kutub
Utara dan Antartika dan menyebabkan potensi pelepasan gunung es semakin mengancam dunia daratan
dan meningginya permukaan air laut.

            #  



Fenomena alam yang sudah terjadi dan jawaban alam terhadap rangsangan interaksi manusia
terbangun dalam sistem yang relative dalam kontkeks yang pelan dan memakan waktu (time consume).
Respon alam terhadap interaksi manusia biasanya sangat bergantung pada besaran rangsangan yang
diberikan manusia itu sendiri. Adanya     antara rangsangan dengan respon yang diberikan oleh
alam, menyebabkan manusia sering merasa tidak bersalah dan merasa tidak bersangkut paut dengan
masalah.
Strategi adaptasi pada dasarnya adalah sebuah respon terhadap bangunan alam yang intinya mereka
juga memberikan respon pada tingkah laku manusia terhadap mereka. Respon alam terhadap pola
tingkah laku manusia umumnya sangat sulit untuk diprediksi secara akurat. Manusia yang menanam
tanaman akan memperoleh keteduhan oleh tanaman yang dia tanam, buah yang manis, tanah yang
subur, udara yang menjadi segar. Manusia yang membabat hutan akan mendapatkan tanah yang
longsor, kekeringan di musim panas, kebanjiran di musim hujan. Dan seterusnya.
͞ANDA MEMANEN APA YANG ANDA TANAM͟

You might also like