You are on page 1of 88

Akuisisi PT HM Sampoerna Bahayakan Kesehatan Masyarakat

(Penulis : Deri Dahuri)

Jakarta - Langkah perusahaan rokok multinasional Philip Morris mengakuisisi PT HM Sampoerna,


membahayakan kesehatan masyarakat Indonesia. Pasalnya, Indonesia akan dibanjiri berbagai rokok
produk Philip Morris.
Tulus Abadi, Koordinator Penanggulangan Masalah Rokok Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
(YLKI) mengatakan hal itu pada jumpa pers di Jakarta, hari ini.
Dalam jumpa pers di gedung Litbang Ditjen Permberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Depkes, Ketua YLKI, Indah Sukmaningsih, mendesak pemerintah Indonesia agar
meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Bahkan FCTC kini telah menjadi
hukum internasional terhitung 27 Februari 2005. Kini sudah 40 negara anggota Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) yang meratifikasi FCTC.
Hingga 27 Februari 2005 sudah 68 negara yang meratifikasi FCTC. Sebanyak 168 negara anggota
WHO telah mendatangani FCTC. " Indonesia satu-satunya negara Asia yang belum meratifikasi,"
katanya.
Tulus menilai dengan tidak meratifikasi FCTC berarti pemerintah tidak melindungi generasi sekarang
dan mendatang dari kerusakan kesehatan, sosial dan ekonomi yang timbul akibat tembakau. Apalagi
Indonesia sekarang menjadi konsumen rokok terbesar No 5 di dunia.
Menurut Tulus, hingga kini, pemerintah Indonesia tidak menandatangani FCTC hingga batas akhir
Juni 2004. Padahal, katanya, sejak awal pembahasan draf FCTC, pemerintah Indonesia ikut terlibat.
Bahkan delegasi pemerintah ikut hadir dalam Sidang Kesehatan Dunia (World Health Assembly) di
Jenewa pada 31 Mei 2004.
"Artinya secara substansi pemerintah Indonesia sudah menyepakati FCTC, sedangkan
penandatangan FCTC tidak bersifat mengikat untuk meratifikasi FCTC dan hanya bersifat political
endorsement," kata Tulus.
Gugatan Terhadap Pemerintah
Mengenai ratifikasi FCTC, kata Tulus, pihak YLKI akan menggalang kekuatan seluas-luasnya. Jika
satu bulan ke depan terhitung sejak 4 April 2005 hingga 4 Mei 2005, pemerintah bersikukuh untuk
tidak meratifikasi FCTC. YLKI akan melakukan gugatan publik (legal standing) kepada pemerintah.
Tulus juga menilai dengan dijualnya 40% saham PT HM Sampoerna ke Philip Morris dari sisi
ekonomi akan banyak devisa Indonesia lari ke Amerika Serikat. Lebih dari itu, kepemilikan modal
yang begitu tinggi akan menutup peluang tumbuhnya industri rokok nasional.
Tulus berpendapat bahwa kenapa Philip Morris mengarahkan ekspansinya ke Indonesia. Pasalnya,
di negaranya sendiri (AS) posisi Philip Morris tersudut dengan berbagai aturan mengenai kampanye
bahaya merokok. Bahkan di Amerika Serikat, perusahaan Philip Morris sudah beberapa kali kalah
dalam gugatan class action dari korban perokok pasif.
"Philip Morris tahu memanfaatkan peluang empuk di Indonesia, karena hingga saat ini pemerintah
Indonesia belum menandatangi FCTC dan juga tidak meratifikasi. Dengan tidak menandatangani,
menyebabkan regulasi tentang penanggulangan bahaya tembakau di Indonesia menjadi tidak jelas
dan kuat," katanya.
Tulus menambahkan bahwa upaya menanggulangi bahaya tembakau itu sangat mendesak. Pada
2000, WHO melaporkan sebanyak 3 juta orang meninggal akibat rokok. Bahkan diperkirakan pada
2020 akan meningkat menjadi 10 juta jiwa. Ironisnya, mayoritas kematian akan terjadi di negara
berkembang seperti Indonesia.
Anggota DPR Komisi IX Hakim S Pohan mengatakan, 30% perokok di Indonesia berasal dari
kelompok keluarga miskin. Dengan banyaknya masyarakat kelompok miskin yang menjadi perokok
dampaknya sangat buruk. "Kita juga tidak sudi kalau generasi muda kita yang di bawah umur menjadi
perokok."
Sejumlah anggota DPR seperti Ali Nasution dari Komisi I, Elfa Hartati dari Komisi IX dan Marwan
Batubara dari DPD mendesak pemerintah menghentikan iklan rokok di media massa dan menaikan
cukai rokok menjadi dua kali lipat dari cukai sekarang.
Sementara Tulus menyetujui kalau cukai rokok dinaikan menjadi 75% seperti yang dilakukan
pemerintah Thailand. Sedangkan cukai rokok yang dibebankan kepada perusahaan rokok di
Indonesia baru 30%. "Faktanya industri rokok di Thailand tidak mati," katanya.
(Sumber : Media Indonesia online, Senin 4 April 2005)

(http://www.antirokok.or.id/product_index.htm)

Larangan Merokok Tempat Umum Didukung 50 LSM


(hanyawanita.com, 15 Februari 2005)

Sekitar 50 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergabung dalam Gerakan Nasional
Penanggulangan Masalah Rokok mendukung.
Gabungan LSM juga siap membantu mensosialisasikan kebijakan larangan merokok di tempat
umum. Termasuk, memberi masukan untuk SK (Surat Keputusan) Gubernur yang akan diterbitkan
sebagai petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan Perda Pengendalian Pencemaran Udara .
"Kami mendukung Perda tersebut dan kami percaya Perda itu akan efektif, mungkin yang perlu
digalakkan adalah penegakan hukumnya serta sosialisasi ke masyarakat," kata ketua delegasi, Farid
Anfasa Moeloek usai bertemu Gubernur DKI Sutiyoso di Balai Kota, Senin (14/2).
LSM yang tergabung dalam Gerakan Nasional tersebut antara lain Wanita Indonesia Tanpa
Tembakau (WITT), YLKI dan LM3.
Farid mengutip penelitian yang menyebut perokok di Indonesia menghabiskan lebih dari 20 persen
anggaran rumah tangga hanya untuk membakar rokok. Mantan Menkes itu juga mengutip penelitian
yang menyebut kematian akibat rokok diperkirakan mencapai 3,5 juta jiwa per tahun atau 10 ribu
kematian per hari.
Di bagian lain, mereka juga mendukung jika Pemprov DKI Jakarta mengurangi keberadaan reklame
rokok. "Mengurangi reklame rokok sebenarnya adalah salah satu sosialisasi Perda Pengendalian
Pencemaran Udara yang juga mengatur mengenai kebijakan larangan merokok di tempat umum dan
tertutup," kata Moeloek.
Sebagai bentuk dukungan dan upaya mensosialisasikan kebijakan ini, Farid menyatakan pihaknya
akan membagikan leaflet dan menempel pamflet berisi larangan merokok di tempat umum
sebagaimana dimuat Perda tersebut.
"Namun, sebenarnya yang terpenting dari kebijakan ini adalah membangun kesadaran dan upaya
mengubah kebiasaan masyarakat perokok. Mereka harus diberi penyadaran bahwa kebiasaan ini
bisa menimbulkan penyakit TBC dan penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan kematian
mendadak," demikian Farid Anfasa Moeloek. (ant)

(http://www.antirokok.or.id/product_index.htm)

Merokok di Tempat Umum Didenda Rp. 50 Juta


(Kompas Cyber Media, 31 Januari 2005)
Laporan: Egidius Patnistik
Jakarta, KCM
Waspadalah para perokok di Jakarta! Kalau Perda tentang Pengendalian Pencemaran Udara jadi,
anda bakal di denda Rp. 50 juta bila melanggar.
DPRD DKI Jakarta tidak jadi memasukkan klausul tentang batas usia kendaraan bermotor dalam
Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Tapi, klausul
larangan merokok di dalam ruangan di tempat umum dimasukkan. Para pelanggar akan didenda
Rp50 juta.
Demikian salah satu kesepakatan Rapat pimpinan (rapim) DPRD DKI yang khusus membahas
raperda tersebut di Gedung DPRD, Senin (31/1). Raperda itu sendiri dijadwalkan ditetapkan menjadi
perda pada pertengahan Februari 2005.
Wakil Ketua Komisi D DPRD DKI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) Muhayar, usai rapat,
mengatakan, rapim sepakat memasukkan larangan merokok di tempat umum. Alasannya, antara
lain, 30 persen penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) disebabkan oleh pencemaran udara
dalam ruangan (indoor polution). Asap rokok merupakan salah satu sumber pencemaran udara
dalam ruangan.
Setiap pengelola tempat umum, kata Muhayar, nantinya akan diwajibkan menyediakan ruangan
khusus bagi perokok. Larangan merokok di dalam ruangan di tempat umum antara lain berlaku di
sekolah, stasiun, perkantoran, dan kendaraan umum.
Uji emisi
Sementara, tentang batas usia kendaraan bermotor, Muhayar mengatakan rapim memutuskan untuk
tidak memasukkan klausul tersebut. Namun, semua kendaraan bermotor baik roda empat maupun
dua akan wajib melakukan uji emisi. "Kalau nggak lolos uji emisi kendaraan nggak boleh berjalan,"
kata Muhayar.
Ketentuan lebih detail tentang uji emisi ini seperti soal ambang baku mutu emisi kendaraan lama dan
baru akan diatur dalam surat keputusan gubernur. Uji emisi saat ini hanya dilakukan terhadap
kendaraan bermotor angkutan umum.
Komisi A DPRD DKI beberapa waktu lalu mengusulkan agar batas usia kendaraan bermotor menjadi
salah satu ketentuan dalam Raperda tentang Pengendalian Pencemaran Udara demi menekan
tingkat pencemaran udara di Jakarta.
Sementara, Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta Kosasih
Wirahadikusumah, Jumat (28/1), menyatakan setuju dengan usul itu. Alasannya, pembatasan bisa
menstabilkan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta yang tiap tahun meningkat. Kini jumlah
kendaraan bermotor di DKI Jakarta sudah mencapai 2,9 juta unit.
Wacana pembatasan usia kendaraan ini, tahun lalu sudah pernah diloktarkan Dinas Perhubungan
DKI Jakarta. Namun, hal itu ditentang berbagai pihak.
Salah satu alasan yang diajukan para penentang yaitu usia kendaraan tidak selalu berkaitan dengan
emisi. Menurut para penentang, asal kendaraan dirawat secara rutin dan baik, meski sudah tua,
kendaraan itu bisa memiliki gas buang yang baik alias tidak mencemari udara. (Prim)

(http://www.antirokok.or.id/product_index.htm)

Jumat, Larangan Merokok Jadi Perda


(Kompas Cyber Media, 3 Februari 2005)
Laporan: Egidius Patnistik
Jakarta,KCM
Larangan merokok di dalam ruangan di tempat-tempat umum membutuhkan sosialisasi serius dan
pengawasan ketat saat peraturan itu diberlakukan. Larangan merokok di tempat umum yang terdapat
dalam Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Pengendalian Pencemaran Udara baru akan
ditetapkan oleh DPRD DKI menjadi peraturan daerah, Jumat (4/2).
Gubernur Sutiyoso mengatakan di Balai Kota, Kamis (3/2), meski sudah ditetapkan perda tersebut
belum akan diberlakukan. "Perlu waktu dan sosialisasi. Juga perlu disediakan ruangan khusus untuk
merokok seperti di bandara dan kantor-kantor," kata Sutiyoso.
Ia mengemukakan, masyarakat sesungguhnya belum siap menerapkan aturan merokok di tempat
umum itu. "Tapi, kita harus lakukan ini untuk memangkas polusi yang ada. Negara-negara maju
sudah melakukan itu," kata Sutiyoso seraya tidak mengemukakan berapa lama waktu sosialisasi
sebelum perda itu diberlakukan.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi D DPRD DKI yang juga Ketua Tim Perumus Raperda
Pengendalian Pencemaran Udara, Muhayar, menyatakan, biasanya perlu waktu satu tahun bagi
sebuah perda untuk diberlakukan setelah ditetapkan. Selang waktu itu harus digunakan untuk
menyosialisasikan perda tersebut agar diterima masyarakat. Untuk bagian itu, Muhayar mengaku
khawatir soal pengawasan penerapan aturan tersebut.
Pengawas penerapan aturan di atas adalah polisi dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).
Berdasarkan raperda tersebut, orang yang merokok di dalam ruangan di tempat umum akan diberi
sanksi berupa kurungan enam bulan atau denda Rp50 juta. (Prim)

(http://www.antirokok.or.id/product_index.htm)

Ramadhan, Waktu yang Tepat Berhenti Merokok


(Republika, Senin, 25 Oktober 2004)
Puasa Ramadhan bukan sekadar menjalankan perintah Allah, tapi dari aspek kesehatan momentum
ini harus dapat kita manfaatkan sebagai waktu istirahat bagi organ-organ tubuh. Karena hampir 11
bulan, organ tubuh manusia dipacu bekerja keras, nyaris tak ada waktu istirahat.
Pada Ramadhan ini sebaiknya kita manfaatkan untuk istirahat selama sebulan penuh. Menurut dr
Rahmadi Iwan Guntoro, adalah waktu yang tepat bagi para perokok untuk menghentikan
kebiasaannya merokok yang selama ini sukar di stop . Puasa, katanya, bukan hanya menahan lapar
dahaga, tapi sekaligus sebagai awal menghentikan merokok. Karena kasihan tubuh ini seharusnya
diisi dengan makanan bergizi, tapi malah dikasih racun rokok.
Sebetulnya, setiap perokok mampu menghentikan kebiasannya itu. Buktinya mereka sukses tidak
mengisap rokok mulai imsak sampai Magrib dan aktifitasnya tidak terganggung. ''Jadi sebenarnya
alasan tidak bisa berhenti merokok itu hanya ketergantungan psikologi,'' ujar dokter yang baru
rampung menyelesaikan program S2, spesialis paru-paru di Universitas Indonesia ini.
Iwan begitu ia disapa, menjelaskan betapa bahayanya rokok bagi tubuh manusia, karena
mengandung berbagai macam racun. Bahayanya, mulai dari mengurangi jumlah sel-sel berfilia
(rambut getar), menambah sel lendir sehingga menghambat oksigen ke paru-paru sampai risiko
delapan kali lebih besar terkena kanker dibandingkan mereka yang hidup sehat tanpa rokok.
Dampak lainnya bagi si perokok adalah karang gigi akibat tar , kalau dibiarkan menjadi bau mulut.
Dampak buruk rokok ini bukan saja berbahaya bagi perokok aktif, melainkan juga orang-orang yang
ada di sekitarnya. Mereka kena imbas racun debu sekecil apa pun (0,5 mikro) bisa masuk ke saluran
pernapasan.
Curangnya, kata Iwan yang praktik di RS Haji Pondok Gede, Jakarta Timur ini, biasanya kalau si
perokok sehabis merokok langsung kabur, efeknya terkena kepada mereka yang tidak merokok. Ini
yang membuat bahaya bagi perokok pasif.
Bagaimana kiat berhenti merokok secara total? Sebut saja Wahyu, 32 tahun, wartawan sebuah
majalah di Jakarta mengaku berbagai upaya sudah dilakoni, sampai menemui orang pintar, tapi
hingga sekarang tidak bisa lepas dari rokok. Ibaratnya, di bulan Ramadhan kalau tidak makan dan
minum masih kuat, ''Tapi kalau tidak merokok, mana tahan,'' ujarnya.
Menurut dr Iwan banyak teori dan berbagai pengobatan dipromosikan untuk menghentikan rokok,
tapi jarang ada yang jitu. Obat mujarabnya hanya satu, rajin-rajinlah menjenguk para pasien akibat
korban rokok. Lihat saja hidup mereka sangat menderita, mulai makan, buang air besar sampai ke
mana-mana harus membawa tabung oksigen. ''Kasihan sekali hidupnya, padahal usia mereka belum
begitu tua,'' ujarnya.
Oleh karena itu, ''Kalau masih sayang anak-istri dan usia 50 tahun masih ingin sehat, tidak
menyusahkan keluarga, niatkan dari sekarang di bulan Ramdhan ini, berhenti merokok. Jangan
mengurangi, tapi berhenti merokok secara total,'' tegasnya.
Ustadzah Aan Rohanah menjelaskan, memang tidak ada dalil yang melarang bahaya rokok, tapi para
ulama mengharamkan mengisap rokok. Karena dalam Islam dilarang berbuat sesuatu yang
berbahaya, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Bahkan merokok itu dikiaskan dengan miras, jadi
lebih banyak mudharot-nya dari pada manfaatnya.
''Islam ini kan agama Rahmatan lil alamin memberikan rahmat, sedangkan kalau merokok akan
merusak diri dan masyarakat di sekitarnya (perokok pasif.red). Makanya, harus ada kesadaran dari
para perokok segera menghentikan kebiasaan itu,'' ujar Ustadzah lulusan S2 dari Universitas Ibn
Saud Arab Saudi.
Kesadaran ini, lanjut Aan yang kini sebagai anggota DPR RI, bisa dilakukan dengan meninjau
bahaya merokok dari aspek kesehatan maupun hukum Islam. Dari sudut kesehatan maupun agama
Islam merokok tidak ada gunanya. Lalu mengapa mereka masih saja merokok? dr Iwan mengaku,
tidak mengerti dengan mereka yang masih tetap mau mengisap dan memelihara racun-racun yang
ada dalam sigaret. Mungkin mereka akan sadar kalau sudah melihat penderitaan korban-korban
rokok.
Kini di berbagai negara maju, Departemen Kesehatan sudah mengatur agar pabrik rokok
memberikan santunan kepada para korban yang sakit akibat rokok. Sedangkan di Indonesia tidak
ada perhatian seperti itu, makanya korban rokok pada menderita terutama dari aspek biaya. (vie)

(http://www.antirokok.or.id/product_index.htm)

ANAK-ANAK DARI PEROKOK BERESIKO LEBIH BESAR TERHADAP PENYAKIT KANKER


Studi ini membuktikan efek asap rokok semasa anak-anak pada resiko terkena kanker setelah
dewasa
Bukan Perokok
Perokok
EFEK PAPARAN ASAP ROKOK PADA ANAK-ANAK YANG ORANGTUANYA PEROKOK
Konsultasi medis dan gangguan saluran pernapasan pada bayi/anak umur 0-15 th dengan orangtua
perokok.
Orangtua bukan perokok
Orangtua perokok

KEDUA ORANGTUA BERTANGGUNG JAWAB ATAS KESEHATAN BAYI


Studi mengenai Berat Badan pada kelahiran 500 anak-anak Denmark menunjukkan bahwa
kebiasaan merokok kedua orangtua mempengaruhi besar/kecilnya Berat Badan pada kelahiran.
VENTILASI/PERPUTARAN UDARA YANG BURUK MENINGKATKAN GEJALA-GEJALA
Studi ini menggambarkan efek dari 2 jam merokok pasif dalam ruangan dengan berbagai cara
ventilasi pada denyut nadi, tekanan darah dan CO-hemoglobin dibandingkan dengan yang tidak
terpapar asap rokok.
Tidak terkena paparan asap rokok
Terkena paparan asap rokok di dalam ruangan dengan ventilasi
Terkena paparan asap rokok di dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk
(http://www.antirokok.or.id/fact_index.htm)

Murid Setuju Larangan Merokok di Tempat Umum


(Republika, Senin, 21 Juni 2004)
JAKARTA -- Hasil survei Global Youth Tobaco Survei (GYTS) mengungkapkan 88,9 persen murid di
Jakarta , setuju merokok dilarang di tempat-tempat umum.
''Merokok di tempat umum memang melanggar hak asasi manusia yang ingin menikmati udara
bersih,'' ujar Kasudin Kesehatan Masyarakat, Tini Suryanti kepada Republika .
Sayangnya, beberapa kantor instansi resmi di DKI Jakarta belum memiliki ruang khusus untuk
merokok. ''Masing-masing unit, di gedung Wali kota Jakarta Barat memiliki ruang khusus merokok,''
ujar Tini.
Berdasarkan penelitian GYTS, siswa-siswa di Jakarta yakin asap rokok orang lain berbahaya bagi
kesehatan. Tini menjelaskan, banyak pendapat yang menyatakan merokok harus dilarang di tempat-
tempat umum. Hal ini telah mencerminkan pengetahuan siswa mengenai bahaya asap rokok di
lingkungan bagi orang lain.
Data lain menyebutkan, sedikitnya 69,3 persen anak-anak sekolah di Jakarta terpapar asap rokok.
Sedangkan 83,5 persen siswa terpapar asap rokok di tempat-tempat umum.
''Perokok pasif lebih beresiko,'' ujar Tini. Siswa yang terkena paparan asap rokok di rumah, atau
perokok pasif, mempunyai risiko terkena kanker paru. Selain itu, mereka juga berisiko terserang
penyakit lain yang berkaitan dengan terhirupnya zat beracun yang terpapar asap rokok.
''Wanita bukan perokok pun beresiko terpapar asap rokok di dalam rumah,'' ujar Tini. Padahal,
perokok pasif berisiko memiliki peningkatan risiko mendapatkan kanker paru 20 persen hingga 30
persen. Bahkan, mereka yang terpapar pada perokok berat untuk waktu lama mempunyai resiko
tinggi.
Sedangkan hal yang cukup mengkhawatirkan adalah hampir semua (91,8 persen) perokok yang
berumur 10 tahun ke atas menyatakan, mereka melakukan kebiasaan merokok di dalam rumah. Hal
ini dilkukan ketika mereka bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya.
''Hampir semua penduduk merokok, meski pasif,'' tandas Tini. Akibat tingginya persentase perokok,
maka pravalensi perokok pasif menjadi 97.560.002 orang untuk semua golongan umur. Ini sekitar
48,9 persen dari populasi penduduk Indonesia .
Apalagi, sekali seseorang mulai merokok secara teratur maka sulit untuk menghentikannya karena
nikotin merupakan zat adiktif kuat.
Saat ini, di antara 20,4 persen anak sekolah di Jakarta merokok. Namun demikian, 8 dari 20 siswa
berkeinginan untuk berhenti merokok, yakni sekitar 80,5 persen. Sementar itu, berdasar cara
pembelian rokok, di ibu kota rokok dapat dibeli dengan cara eceran (per batang) dan per pak.
Menurut laporan tahunan PT HM Sampoerna, sekitar 30 persen dari total penjualan rokok
Sampoerna dilakukan secara per batang.
Implikasinya adalah mereka mempunyai keterbatasan anggaran, seperti kelompok masyarakat
miskin dan remaja masih mampu untuk membelinya. ''Harus sering dicek penggunaan uang jajan
anak-anak,'' ujar Tini. (c06)
( http://www.antirokok.or.id/fact_index.htm)
Senin, 02 Juni 2003, 8:30 WIB

Senjata Baru untuk Melawan Rokok..!


HARI Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day) yang diperingati setiap tanggal 31
Mei, mendapat kado istimewa tahun ini berupa diadopsinya FCTC (Framework Convention on
Tobacco Control) oleh seluruh 192 negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kesepakatan bulat yang berlangsung dalam sidang World Health Assembly, 21 Mei 2003 itu
merupakan langkah amat besar dalam penanggulangan masalah merokok dunia, karena diyakini
dapat menekan angka kematian akibat rokok.
DEWASA ini ada 4,9 juta orang mati setiap tahunnya akbat rokok. Patut diketahui pula bahwa
sekitar 100 juta orang telah meninggal akibat rokok pada abad ke-20. Kalau tren ini terus berjalan
maka pada abad ke-21 akan ada satu miliar orang yang meninggal akibat rokok. Kematian sia-
sia miliaran manusia inilah yang diharapkan dapat dicegah dengan penerapan FCTC.
Khusus Indonesia, negara dengan konsumsi rokok nomor lima terbesar di dunia, FCTC dapat
menjadi senjata untuk melindungi kesehatan masyarakat dari bahaya asap rokok. Karena itu,
FCTC perlu dipahami agar semua pihak dapat berperan aktif dalam proses perundangan dan
implementasinya.
FCTC adalah suatu perjanjian/traktat internasional pertama di bidang kesehatan masyarakat.
Pembahasannya amat alot dan memakan waktu sekitar empat tahun. Selama masa
pembahasan, sekitar 20 juta orang telah meninggal akibat kebiasaan merokok di dunia. Tidak
mengherankan bila para ahli kesehatan amat lega dengan diadopsinya FCTC ini.
Isi FCTC
• Materi FCTC terdiri dari beberapa bab yang diawali dengan preambul, definisi,
tujuan, prinsip umum dan obligasi umum.
Setelah itu ada bab pola tarif dan perpajakan untuk menurunkan kebutuhan dan konsumsi
tembakau serta pendekatan nontarif untuk menurunkan kebutuhan dan konsumsi tembakau yang
meliputi perlindungan perokok pasif, peraturan perundangan, bungkus rokok, dan peringatannya,
pendidikan pelatihan dan pengetahuan masyarakat, serta iklan-promosi dan sponsor.
Bab berikutnya membahas penanganan ketergantungan rokok/bantuan berhenti merokok. Isi
FCTC selanjutnya adalah yang berhubungan dengan penyediaan rokok, meliputi pencegahan
penyelundupan/perdagangan tidak sah, penjualan oleh dan untuk anak-anak/remaja dan
pengaturan tentang produksi dan pertanian. Di bagian akhir FCTC dibahas tentang kompensasi,
surveilans, riset dan tukar menukar informasi, kerja sama ilmiah, teknik dan legal, pertemuan
antar negara, sekretariat, peran WHO, pelaporan dan implementasi, sumber dana, dan penutup.
Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa FCTC merupakan kumpulan aturan yang lengkap
untuk menanggulangi masalah merokok. FCTC antara lain menjamin perlunya implementasi
peraturan perundangan untuk perlindungan perokok pasif, antara lain dalam bentuk larangan
merokok secara total di tempat umum.
Sejauh mungkin harus pula dibuat aturan pelarangan penjualan rokok pada anak berusia di
bawah 18 tahun, juga bila mungkin pelarangan penjualan rokok oleh mereka yang berusia di
bawah 18 tahun. Selain itu, perlu ada standar yang meliputi semua proses pembuatan rokok
yang mengacu pada standar internasional (WHO) dan perusahaan rokok harus mau memberi
informasi lengkap tentang produknya. Untuk para perokok juga harus diadakan program
membantu proses berhenti merokok.
Peringatan bahaya
• Ada aturan dalam FCTC yang menyebutkan bahwa bungkus rokok harus
mencantumkan secara jelas bahaya merokok dan kandungan bahan
berbahayanya.
Disepakati bahwa peringatan bahaya rokok-dalam bentuk berbagai gambar penyakit dan tulisan
bahaya rokok-akan mencakup minimal 30 persen sampai setengah dari permukaan depan
bungkus rokok.
Pencantuman istilah low, light, mild, dan lain lain yang selama ini menyesatkan, tidak boleh
digunakan lagi. Soalnya, sebenarnya tidak ada penurunan bahaya yang bermakna dengan
penurunan kadar tar dan nikotin dengan cara ini. Istilah itu hanya memberi kesan rokok "aman"
sehinggga si perokok cenderung merasa "boleh" merokok dan bukan tidak mungkin akan
mengonsumsi rokok lebih banyak lagi karena merasa mengisap rokok "ringan".
FCTC juga melarang segala bentuk iklan rokok, langsung atau tidak langsung. Kenyataan
menunjukkan, banyak sekali remaja mulai merokok akibat melihat iklan, apalagi yang diperankan
oleh wanita cantik atau pria gagah. Maka yang perlu diingatkan adalah merokok akan
menimbulkan kulit keriput, bukan kecantikan. Merokok pun memicu sakit paru dan jantung, bukan
kegagahan. FCTC juga mengatur bahwa pelarangan iklan harus diimbangi dengan
digalakkannya penyuluhan kesehatan.
FCTC mengatur perlunya dibentuk dan diaktifkannya suatu national coordinating mechanism
untuk program penanggulangan masalah merokok. Ditegaskan pula bahwa pendekatan melalui
pola tarif dan perpajakan merupakan salah satu pendekatan ampuh untuk menanggulangi
masalah merokok. Cukai rokok dapat segera dinaikkan hingga dapat dana untuk
penanggulangan akibat buruk kebiasaan merokok, sedang larangan penjualan rokok tax free
atau duty free perlu segera diimplementasikan.
Penyelundupan rokok-antara lain dengan tulisan bahwa rokok hanya boleh dijual di negara
tertentu- serta terlaksananya program surveilans, riset dan tukar menukar informasi antarnegara
juga diatur, termasuk dana global untuk membantu program penanggulangan masalah merokok.
Situasi Indonesia
• Penanggulangan merokok di Indonesia telah berjalan lama, namun masih terkesan
berjalan di tempat.
Ada banyak alasan yang menerangkan kenapa Indonesia tidak mampu mengelola program
penanggulangan merokok, yang terutama adalah terbatasnya peraturan perundangan yang ada.
Sebenarnya sudah pernah dikeluarkan Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 1999 tentang
Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, tetapi peraturan ini-kendati belum dilaksananakan dengan
baik-telah digerogoti dan dua kali diubah menjadi peraturan yang amat lemah sifatnya. Karena
itu, diadopsinya FCTC oleh seluruh negara di dunia termasuk Indonesia amatlah mencerahkan.
Ada dua alasan utama kenapa FCTC diharapkan dapat menjadi senjata andalan di Indonesia.
Pertama, kalau FCTC telah diberlakukan di dunia, maka semua negara akan terikat untuk
melaksanakannya, tak terkecuali Indonesia. Mengikuti kesepakatan internasional, Indonesia
harus menerapkan semua aturan FCTC dalam program penanggulangan masalah merokok.
Kedua, FCTC merupakan aturan amat lengkap sehingga diyakini dapat mengatasi semua
masalah yang ada dalam penanggulangan masalah merokok. Ini akan menjadi senjata andalan
utama dalam melindungi masyarakat terhadap bahaya merokok.
Namun, setelah diadopsi 21 Mei lalu memang masih ada empat tahap penting selanjutnya agar
FCTC dapat memberi manfaat bagi kesehatan manusia. Pertama adalah penandatanganan
FCTC oleh Menteri Kesehatan seluruh dunia-termasuk Indonesia-yang diharapkan dilaksanakan
Juni 2003. Langkah kedua, yang mungkin perlu perjuangan khusus, adalah meratifikasi FCTC
untuk diberlakukan di Indonesia.
Hal itu akan melibatkan berbagai komponen masyarakat, dan tentunya Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR). Dalam hal ini amat diharapkan semua pihak benar-benar dapat melihat
kepentingan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Tanpa orang Indonesia yang sehat
maka cita-cita bangsa tidak akan tercapai. Untuk menyesuaikan dengan sistem hukum yang ada
maka ratifikasi ini perlu diwujudkan dalam bentuk undang-undang.
Langkah ke tiga, bila telah ada 40 negara yang meratifikasi FCTC-diharapkan Indonesia jadi
salah satu di antaranya-maka aturan ini akan diberlakukan di dunia. Diharapkan tahap ini telah
tercapai sebelum sidang World Health Assembly WHO tahun 2004 mendatang.
Langkah keempat terpenting tentu saja adalah bagaimana mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk itu memang diperlukan adanya aturan yang lengkap berikut
sanksinya.
Perlu diingat bahwa asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia dan kebiasaan merokok diketahui
dapat menyebabkan 25 penyakit di tubuh manusia. Asap rokok tidak saja mengganggu
kesehatan perokok aktif tetapi juga para perokok pasif, dan dapat menimbulkan kematian.
Artinya, program penanggulangan masalah merokok dengan FCTC sebagai senjata andalan,
adalah suatu program yang menyehatkan bangsa.
http://www.kompas.com/kesehatan/news/0306/02/082803.htm
Tjandra Yoga Aditama Penerima WHO Award on Tobacco Control, 1999

(http://www.kompas.com/kompas-cetak/0305/31/iptek/337439.htm)

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=127631&kat_id=123&kat_id1=&kat_id2=
Minggu, 08 Juni 2003
Merokok
Tak Cuma Mengundang Kanker Paru
Ada lima jenis penyakit mematikan yang muncul akibat kebiasaan merokok. Anda tak mau
mengalaminya, bukan?

Tahukah Anda, ada 4,9 juta orang mati setiap tahunnya akibat rokok. Dan kalau dihitung-hitung,
selama abad ke-20, sekitar 100 juta orang telah meninggal, juga akibat rokok. Nah, kalau
kecenderungan ini terus berjalan maka pada abad ke-21 akan ada satu miliar orang yang mati
akibat rokok. Mudah-mudahan, Anda bukan salah satu dari mereka.

Rokok memang barang beracun. Setidaknya, ada 4.000 jenis bahan kimia yang yang terkandung
di dalam asap rokok. Di antara bahan-bahan kimia itu, ada yang bersifat karsinogenik (memicu
kanker) yaitu: nitroso-nor-nicotine, vinyl chloride, benzo pyrenes. Walau begitu, rokok tak cuma
menyebabkan kanker. Ia juga bisa mengundang beberapa jenis penyakit mematikan lainnya.

Seperti dikatakan dokter Tjandra Yoga Aditama SpP (K) MARS, spesialis paru dari RS
Persahabatan, Jakarta, ada lima jenis penyakit mematikan yang bisa muncul akibat kebiasaan
merokok. Lima jenis penyakit itu diantaranya, penyakit paru, kanker, jantung, kelainan pada janin
akibat ibu merokok, dan penyakit lain.

Salah satu penyakit mematikan yang sering merenggut nyawa para perokok adalah kanker paru.
Untuk Anda ketahui, kanker ini merupakan kanker penyebab kematian tertinggi. Hampir 90
persen pengidap kanker ini tidak bisa diselamatkan karena jika sudah akut, kanker ini akan
dengan mudah menyebar ke jaringan tubuh di sekelilingnya seperti hati (liver), tulang belakang,
dan otak melalui pembuluh darah.

Penyebab utama penyakit kanker paru adalah asap rokok. Dalam asap rokok, ada beragam
bahan kimia dan zat-zat radioaktif. Zat-zat inilah yang menyebabkan kanker. Pada kasus kanker
paru, penyebab kematian penderita umumnya bukan karena kesulitan bernapas karena
membesarnya kanker, tapi lebih sering karena penyebaran kanker (metastase) ke arah otak dan
bagian penting lainnya dari tubuh.

Penyebaran sel kanker ini memang sangat dimungkinkan dalam kasus kanker paru mengingat
paru merupakan salah satu organ yang menjadi media transit sistem peredaran darah tubuh. Sel-
sel kanker ini menyebar ke jaringan tubuh lain melalui pembuluh darah. Setelah menyebar ke
organ tubuh lainnya, biasanya penderita baru merasakan dampak dari penyakit ini, dan akhirnya
tak tertolong.

FCTC
Asap rokok tidak hanya membahayakan perokok aktif. Aneka penyakit yang berbahaya itu juga
bisa menimpa orang-orang yang ada di sekitar perokok atau yang biasa disebut perokok pasif.
Mereka tidak tahu apa-apa, tapi menjadi korban dari ketidakpedulian orang lain -- dalam hal ini
perokok.

Untuk mencegah makin banyaknya korban yang mati sia-sia akibat rokok, sebanyak 192 negara
anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengadopsi suatu program penanggulangan
yang dinamakan Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Ini merupakan suatu
perjanjian/traktat internasional pertama di bidang kesehatan masyarakat yang salah satunya
berisi ketentuan penanggulangan dan kontrol konsumsi rokok.

Menurut Tjandra, FCTC telah disepakati secara bulat dalam sidang World Health Assembly pada
21 Mei 2003 lalu. Kesepakatan itu merupakan langkah besar penanggulangan masalah rokok di
dunia. Tentu implementasi penanggulangan rokok itu membutuhkan piranti hukum dan undang-
undang yang jelas dari negara-negara bersangkutan.

FCTC, lanjutnya, akan berjalan jika ada kebijakan pemerintah setempat yang jelas. Di Indonesia
misalnya, program penanggulangan masalah rokok selama ini sepertinya hanya berjalan di
tempat. Ini terjadi karena terbatasnya dukungan dari peraturan perundangan yang ada.

Sebenarnya pemerintah RI telah mengeluarkan PP no 81/1999, tentang pengamanan rokok bagi


kesehatan. Namun perturan itu telah diubah dua kali menjadi peraturan yang sifatnya lemah.
Dengan pengadopsian FCTC tersebut, maka program penanggulangan rokok bisa menjadi
senjata pamungkas dalam penanggulanan masalah rokok selanjutnya.

Dengan pengadopsian itu seluruh negara terikat untuk memberlakukan aturan FCTC. Begitu pula
Indonesia yang tergabung di dalamnya, tidak bisa menolak untuk tidak menerapkan aturan
penanggulangan rokok sedunia itu.

Jika FCTC berlaku, pemerintah RI bisa melarang iklan rokok secara total. Pembatasan penjualan
rokok pada usia 18 tahun, akan diatur dalam peraturan pemerintah atau undang-undang. Dalam
ketentuan tersebut, diatur juga tentang kemungkinan pelarangan penjualan rokok pada mereka
yang berusia dibawah 18 tahun.

Menyesatkan
Jika Anda perhatikan, selama ini banyak perokok yang mencoba mengurangi dampak buruk
rokok dengan menghisap rokok dengan label low, light, atau mild. Padahal, upaya ini sia-sia.
Sebab, sebenarnya tidak ada penurunan bahaya yang bermakna dengan penurunan kadar tar
dan nikotin dengan cara ini.

Menurut Tjandra, pencantuman label low, light, mild untuk kandungan tar, nikotin, dan
sejenisnya, sangat menyesatkan. Oleh karena itu FCTC mengatur pelarangan pencantuman
label seperti itu dalam kemasan. Kalimat peringatan bahaya merokok dalam bungkus,
menurutnya, juga harus ditulis lebih besar yaitu 30 persen dari luas seluruh kemasan. Selama ini
pesan peringatan mengenai bahaya merokok itu masih kecil.

Beragam peraturan yang ada dalam FCTC, kata Tjandra, memiliki implikasi besar terhadap
pembatasan penjualan rokok di masyarakat. Memang usaha untuk menerapkan aturan itu
menghadapi banyak kendala. Setiap negara memiliki alasan sendiri untuk tidak ikut meratifikasi
FCTC. Salah satu alasannya, ratifikasi akan menghancurkan industri rokok dalam negeri.
Padahal mereka mendapatkan keuntungan besar dari pajak sejumlah pabrik rokok yang ada di
negaranya itu.

Tentu program semacam ini, akan menghadapi tantangan dari negara-negara produsen rokok
dunia. Kendati demikian, Tjandra yakin masalah itu akan teratasi dengan mudah. Apalagi sahnya
ratifikasi hanya membutuhkan kesediaan minimal 40 negara saja. ''Dengan ratifikasi oleh 40
negara itu, maka FCTC bisa diberlakukan ke seluruh dunia,'' tegas Tjandra yang pada 1999
silam menerima penghargaan dari WHO berupa WHO Award on Tobacco Control.

Langkah selanjutnya, masing-masing negara harus mengimplementasikan konvensi


internasional itu. Semua negara akan terikat pada ketentuan ini dan pemerintah di negara-
negara bersangkutan akan mengeluarkan peraturan, undang-undang dengan segala bentuk
sanksinya. ''Dengan begitu upaya penanggulangan masalah rokok di Indonesia bisa
mengandalkan program FCTC ini,'' demikian Tjandra. (Muhamad nurcholis)
http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=173469&kat_id=301&kat_id1=186

Kematian Akibat Rokok Berlipat Ganda Pada Tahun 2020


17 Feb 2006

LONDON--MIOL : Angka kematian akibat rokok di dunia diperkirakan akan berlipat ganda pada tahun
2020. Namun para ilmuwan Jumat mengatakan angka sesungguhnya kemungkinan akan jauh lebih
tinggi.
Proyeksi keadaan tersebut kemungkinan terlalu rendah karena menurut survei internasional dari remaja
dengan kisaran umur 13-15 tahun ditemukan kenaikan yang tak terduga dikalangan remaja wanita,
meningkatnya jumlah perokok dengan sendirinya meningkatkan jumlah perokok pasif dan meningkatnya
jumlah penguna produk tembakau lainnya.
"Kaitan dampak penggunaan tembakau didunia dapat lebih jauh lebih besar dari yang diperkirakan ,"
kata Dr.Charles Warren dari Pusat penanggulangan dan pencegahan Penyakit 9CDC) di Atlanta,
Georgia.
"Kecuali kita melakukan sesuatu maka hal itu akan membawa kita kepada angka kematian yang jauh
lebih tinggi," kata Dr.Warren kepada pers.
Penelitian akan penggunaan tembakau dikalangan remaja (GYTS) dari 131 negara dengan jumlah
sekitar 750 ribu termasuk yang berada di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang dilakukan oleh Warren dan
timnya memperlihatkan sebanyak 9 persen murid-murid usia remaja merokok dan 11 persen
menggunakan produk lain tembakau antara lain, permen kunyah tembakau, cerutu dan menghisap
tembakau lewat pipa.
Mengecilnya perbedaan
Hasil survei tersebut juga memperlihatkan mengecilnya perbedaan angka perokok wanita dan pria.
Menurut penelitian sebelumnya jumlah perokok pria empat kali lipat dari jumlah perokok wanita.
Namun hasil perolehan jajak pendapat GYTS perbedaan tersebut memperlihatkan selisih diantara
keduanya hanyalah jumlah perokok pria lebih besar 2,3 kali lebih besar dibeberapa negara bahkan tidak
ada perbedaan di antara keduanya antara perokok remaja putra dengan yang putri.
"Angka yang tinggi dikalangan remaja putri adalah berita yang paling buruk yang kita peroleh," kata
Warren lagi.
"Hal itu menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan yang besar yang sangat berbeda dibandingkan
dengan wanita usia dewasa."
Lebih dari 40% siswa yang ditanya mengatakan mereka menjadi perokok pasif di rumah dan 50 persen
mengalaminya di tempat-tempat umum demikian laporan penelitian jurnal kedokteran Lancet.
Merokok adalah penyebab kematian yang paling besar jumlahnya namun sebenarnya dapat dicegah.
Kebiasaan merokok meningkatkan risiko terkena penyakit jantung yang menyebabkan serangan
jantung, stroke, gangguan pernafasan, paru-paru dan berbagai jenis kanker.
Warren mengatakan temuannya harus disertakan dalam proyeksi terhadap kematian akibat merokok. Ia
juga menghimbau agar dilakukan upaya yang lebih bahkan dua kali lipat untuk mencegah para remaja
putri memiliki kebiasaan merokok.
Dalam penelitian yang terpisah para peneliti dari University of Minnesota School of Public health in
Minneapolis yang memuat karyanya di jurnal Lancet mengingatkan India bahwa negara itu dapat
menghadapi lonjakan perokok dikalangan usia anak-anak.
Setelah melakukan survei terhadap 11.642 murid-murid di 32 sekolah di India para ilmuwan tersebut
menemukan murid-murid kelas enam, dua hingga empat kali lipat jumlahnya menggunakan tembakau
dibandingkan kakak-kakak mereka yang kelas dua SMP.
"Hasil temuannya anak-anak kelas enam secara signifikan menggunakan lebih banyak tembakau
dibandingkan dengan muri-murid kelas dua SMP menunjukkan adanya gelombang baru pengguna
tembakau di kalangan urban India yang harus di segera ditangani dengan segera." (Ant/OL-1)
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=1639

Iklan Rokok Jadi Masalah Besar Kesehatan Masyarakat Indonesia


http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=480

18 Jun 2004

JAKARTA--MIOL : Iklan produk tembakau (rokok) merupakan masalah besar bagi kesehatan
masyarakat karena diyakini meningkatkan konsumsi tembakau dengan menciptakan situasi dimana
pemakaian tembakau dianggap baik dan biasa.
Siaran pers Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang diterima Antara di Jakarta, Senin, menyebutkan
seorang artis yang memegang rokok merupakan iklan yang mendorong anak muda untuk mengikuti tren
atau kecederungan dan gaya hidup modern.
Industri rokok menyatakan bahwa iklan rokok tidak menghasilkan perokok baru tetapi hanya mendorong
para perokok agar tetap merokok atau berpindah ke merek lain. WHO menyatakan pernyataan itu tidak
benar.
Laporan US Surgeon General menyimpulkan bahwa iklan tembakau meningkatkan konsumsi lewat
beberapa cara termasuk, menciptakan kesan bahwa pengunaan tembakau adalah suatu yang baik dan
biasa.
Juga menimbulkan kesan mengurangi motivasi perokok untuk berhenti merokok, mendorong anak-anak
mencoba merokok dan mengurangi peluang diskusi terbuka tentang bahaya penggunaan tembakau
karena adanya pendapatan dari iklan industri tembakau.
Rokok terbuat dari kertas, lem, tembakau, cengkih dan sekitar 600 jenis zat kimia. Rokok dirancang
sebagai pintu masuk nikotin yaitu zat sangat adiktif yang menyebabkan ketagihan dan membunuh
separuh dari pemakainya.
Sejak larangan iklan TV dicabut pada tahun 1991 hampir tidak ada batasan iklan termasuk iklan
tembakau di Indonesia. Laporan tahunan Sampoerna 1995 yang dikutip WHO menyebutkan, "Industri
(tembakau) di Indonesia memiliki kebebasan yang hampir mutlak untuk mengiklankan produk mereka
dalam bentuk apapun dan melalui semua lajur komunikasi."
Pengecualian yang berlaku saat ini adalah larangan jam tayang ilan tembakau di TV antara pukul 5:00-
21:30 (PP 12/2003).
Antara tahun 1990-2001 peningkatan konsumsi rokok di Indonesia termasuk salah satu yang paling
tinggi di dunia.
Indonesia menduduki posisi nomer empat terbesar, setelah Pakistan, Turki dan Bulgaria. Pakistan
mengalami peningkatan komsumsi 65 persen, Turki 58 persen, Bulgaria 56 persen dan Indonesia 54
persen.
Negara lainnya, Rumania 25 persen, Argentina dan Chili masing masing 22 persen, Republik Korea 20
persen dan Aljazair dan Portugal masing-masing 19 persen. (Ant/O-1)

Asap Rokok yang Terhirup Orang Lain Melanggar Hak


http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=476

08 Jun 2004

BOGOR--MIOL : Merokok adalah hak seseorang, namun di sisi lain orang yang tidak merokok yang
kebetulan satu ruangan atau berada dalam satu kendaraan umum, juga berhak mendapatkan
lingkungan udara yang sehat dan bersih.
"Ketika kita merokok, kemudian asap rokoknya mengepul ke mana-mana, tak ada lain bahwa kita
menebarkan asap racun, dan itu juga melanggar hak orang lain, karena udara menjadi tercemar,"
kata Tulus Abadi, SH, anggota pengurus harian YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) di
Bogor, Senin.
Hal itu dikemukakannya pada Lokakarya Penegakan Kawasan Tanpa Rokok Menuju Kota Bogor
Sehat tahun 2006 di Balaikota.
"Ingat juga, perokok pasif justru menghirup dua kali lipat racun yang dikepulkan asap rokok. Itulah
persoalannya, berbicara hak juga harus secara prorofesional dan fair," tambah Tulus Abadi, yang
juga menjabat Ketua III Komnas (Komisi Nasional) Penanggulangan Masalah Merokok.
Ia mengatakan, kebiasaan merokok bagi sebagian masyarakat sudah tak terelakan lagi, dan bahkan
ada yang memaknai bahwa tanpa kehadiran rokok, kadang-kadang dalam suatu acara terasa tidak
lengkap (hambar).
Kondisi itu bisa ditemui pada acara seperti sebuah kenduri, selamatan, yang biasanya selain disuguhi
berbagai macam kue dinilai akan terasa pincang, jika tidak ada suguhan yang bernama rokok.
Malahan, dalam sebuah pergaulan, rokok bisa pula dijadikan sebagai pemicu untuk saling
mengakrabkan diri, satu sama lain, sampai ada julukan friendly smooking.
Fenomena demikian, katanya, mengakibatkan di antara anggota masyarakat merasa enggan untuk
menegur jika ada yang merokok di tempat yang bukan untuk merokok, sekalipun merokok di dekat
bayi yang baru lahir.
Gejala seperti ini dimaknai beberapa hal misalnya, karena masyarakat belum tahu (belum sadar)
terhadap bahaya merokok. Apalagi bahaya menjadi perokok pasif, di samping adanya kendala
psikologis lain misalnya khawatir/takut teguran itu menyinggung atau bahkan membuat marah yang
ditegur.
Bisa difahami keengganan untuk menegur itu karena tidak sedikit perokok yang ditegur kemudian
menjawab bahwa "merokok adalah haknya", termasuk uang yang dikeluarkan untuk membeli rokok
juga uang miliknya, sehingga aktivitas merokok tidak perlu diributkan karena hal itu adalah hak asasi
manusia (HAM).
Kalau bicara hak, kata dia, memang orang yang merokok adalah hanya untuk merokok. Bahkan,
mungkin bisa dikategorikan HAM, sehingga ketika pihak lain yang mengusik orang yang merokok,
mungkin juga bisa dikatakan melanggar HAM.
''Tapi, harus diingat bahwa tidaklah merupakan kategori HAM lagi jika apa yang dilakukan kemudian
merugikan orang atau pihak lain. Atau, mungkin merugikan lingkungan sekitar. Jadi, tidaklah 'fair'
kalau dalam rangka melaksanakan HAM, tetapi justru dibarengi dengan pelanggaran HAM," katanya.
Perokok pasif
Pada bagian lain, Tulus Abadi mengutarakan, secara yuridis saat ini perokok pasif sudah
mendapatkan perlindungan hukum dari ulah si perokok aktif, khusus ketika perokok aktif tersebut
merokok di tempat-tempat umum, seperti kantor, sekolah, angkutan umum, bahkan tempat ibadah
dan rumah sakit.
Ia memberi rujukan dasar hukumnya pada pasal 22 Peraturan Pemerintah No: 19 tahun 2003 tentang
pengamanan rokok bagi kesehatan yang berbunyi : "tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja
dan tempat yang secara spesifik tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat
ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok".
Namun, kata dia, para pemimpin/penanggung jawab tempat umum tidak bisa tinggal diam guna
menegakkan aturan dimaksud. Sebab dalam pasal 23 dalam PP 19 tahun 2003 disebutkan,
pemimpin atau penanggung jawab tempat umum dan tempat kerja yang menyediakan tempat khusus
untuk merokok harus menyediakan alat penghirup udara sehingga tidak mengganggu kesehatan bagi
yang tidak merokok.
Sedangkan mengenai bagaimana bentuk pertanggungjawaban dalam kaitan Pemerintah daerah
(Pemda), yang sangat relevan dengan semangat Otda (otonomi daerah), kata dia, kalau melihat
pasal 23 idealnya, Pemda dalam hal ini Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kota, dan Pemerintah
Kabupaten idealnya segera membuat rancangan peraturan daerah (Perda).
"Ini perlu dilakukan setidak-tidaknya sebagai langkah permulaan, atau bisa membuat SK, yang
dimulai dari SK Gubernur, SK Bupati atau SK Walikota," katanya.
"Hingga saat ini baru Gubernur DKI Jakarta saja yang telah membuat SK tentang kawasan tanpa
asap rokok yang berlaku untuk instansi yang bernaung di bawah Pemerintah Propinsi DKI Jakarta,"
katanya.
Hanya saja, diakuinya bahwa untuk mewujudkan kawasan tanpa rokok tak semudah membalikan
tangan, mengingat kebiasaan merokok di masyarakat masih sangat tinggi.
Terlebih, hingga kini larangan untuk tidak merokok bagi siapapun masih merupakan suatu yang
kontoversial atau mengundang pro dan kontra di masyarakat.
Mengutip survey kesehatan rumah tangga, ia menyebutkan bahwa data jumlah perokok di Indonesia
mencapai 62.800.000 orang atau 69,04% laki-laki dan 4,83% perempuan, sementara WHO Tobacco
Atlas 2002 menyebutkan, 59% laki-laki, dan 3,7% perempuan. (Ant/O-2)

Murid SMP Terlalu Mudah Beli Rokok


http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=327
Oleh Kompas Cyber Media
Global Tobacco Youth Survey (GYTS) atau survei merokok pada remaja memperlihatkan bahwa
34 persen remaja di Jakarta pernah merokok dan 16,6 persen hingga kini masih merokok.
Survei di tiga kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Bekasi, dan Medan itu dipimpin oleh Dr. Tjandra
Yoga Aditama Sp.P(K), TM&H, MARS, sebagai bagian dari survei WHO & CDC (Atlanta) yang juga
diselenggarakan di lebih 100 negara di dunia.
Menurut Dr. Tjandra, kajian dilakukan dalam lima topik yaitu prevalensi merokok, perokok pasif, iklan
rokok, remaja membeli rokok, dan berhenti merokok. Di Bekasi, terdapat angka 33 persen murid SMP
pernah merokok dan 17,1 persen saat ini masih merokok. Di Medan, 34,9 murid SMP pernah merokok
dan 20,9 persen saat ini masih merokok. Angka-angka ini termasuk tinggi dibanding data di Bhutan (20
persen), India, dan Bangladesh yang angkanya di bawah 10 persen.
Mengantisipasi kondisi itu, diusulkan : Pertama, membuat dan memasukkan materi bahaya merokok
pada kurikulum di sekolah dasar dan menengah, sekolah kedokteran, atau sekolah paramedis. Kedua,
membuat kegiatan yang mendukung antirokok dan bahaya merokok pada usia sekolah.
Ketiga, membangkithan kasadaran tentang bahaya merokok kecanduan rokok, dampak sosial dan
ekonomi akibat rokok pada publik, terutama anak-anak, dewasa muda, serta usia produktif dengan
mengikutsertakan media elektronik dan nonelektronik.
Keempat, melakukan counter marketing guna mengurangi atau meniadakan keterlibatan industri rokok
pada usia anak, dewasa muda, serta usia produktif.
Untuk perokok pasif, data GYTS memperlihatkan di Jakarta, 66,8 persen murid SMP tinggal serumah
dengan orang yang merokok dan 81,6 persen tercemar asap rokok di luar rumah. Di Bekasi, angkanya
66,3 persen dan 76,1 persen, sedangkan di Medan 69,0 persen dan 79,5 persen.
Untuk “menolong” perokok pasif, diusulkan beberapa hal: Pertama, pengenalan dan pemberlakuan
daerah bebas rokok di berbagai tempat. Kedua, pemberlakuan daerah dilarang merokok di institusi
sekolah. Ketiga, pemberlakuan daerah dilarang merokok di Institusi kesehatan. Keempat, melakukan
pendidikan pada publik tentang bahaya perokok pasif.
Tentang iklan rokok data GYTS menunjukkan di Jakarta, 90,9 persen murid SMP melihat iklan bahaya
merokok di media dan 93,2 persen melihat iklan rokok di media. Di Bekasi, angka yang didapat adalah
90,7 persen dan 88,8 persen, sedang di Medan 88,6 persen dan 91,8 persen.
Terkait dengan hal ini direkomendasikan untuk membatasi iklan rokok pada media elektronik maupun
nonelektronik baik secara langsung atau tidak langsung, membatasi promosi, penguatan merek, atau
sponsor pada kegiatan olahraga maupun kegiatan publik lain baik yang bersifat lokal atau internasional,
menghentikan secara langsung atau tak langsung insentif yang diterima dari penjualan rokok.
Data GYTS juga menunjukkan, di Jakarta, 69,3 persen murid SMP membeli rokok pada penjual rokok
dan 68,1 persen dapat membeli rokok dengan mudah tanpa ditanya usianya oleh penjual. Untuk urusan
ini di Bekasi, didapati angka 67,9 persen dan 68,2 persen, sedangkan Medan 69,7 persen dan 66,2
persen.
Karena itu, muncullah usul berupa :
1. Adanya larangan menjual produk rokok pada anak usia sekolah.
2. Larangan penjualan rokok yang dapat diakses langsung oleh anak-anak, dewasa muda, atau
usia produktif seperti penjualan melalui media elektronik, Internet, atau mesin khusus.
3. Larangan pemberian sampel produk rokok pada anak dan remaja.
4. Pelarangan penjualan produk yang bentuknya menyerupai rokok.
5. Penegakan hukum atau pemberian sanksi bagi penjual produk rokok pada anak atau remaja.
6. Membuat produk hukum nasional yang mampu mencegah penjualan atau promosi produk
rokok pada anak atau dewasa muda dengan pembatasan usia yang jelas.
Dr. Tjandra menegaskan, penelitian ini dilakukan sesuai kaidah metodologi penelitian yang baik.
“Mudah-mudahan data dan usulan ini dapat menjadi bahan masukan dalam pengambilan keputusan
berbasis bukti (evidence based decision making process) dalam penanggulangan masalah merokok di
Indonesia," ujarnya. *

Indonesia Bakar Rp 500 M Sehari


http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=457

01 Jun 2004

31 Mei adalah hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tema peringatan kali ini adalah Tobacco and Poverty
alias Rokok dan Kemiskinan. Apakah ada hubungannya ? Tentu saja, ya. Pasalnya, masyarakat kita
yang pendapatan perkapitanya sempat berada dibawah garis kemisikinan ini ternyata merupakan
konsumen besar rokok.
Bahkan, angka yang dihimpun WHO (organisasi kesehatan sedunia) menyebutkan, sekitar 215 miliar
batang rokok dikonsumsi di Indonesia setiap tahunnya.
"Artinya, ada sekitar Rp 150 trilyun uang kita yang dibakar setiap tahunnya," ungkap dr Tjandra Yoga
Aditama SpP (K) MARS DTM & H DTCE.
Bayangkan saja, kalau uang ini dipakai untuk mengentaskan kemiskinan, tentu amat besar
dampaknya. Angka ini berasal dari sekitar 70 juta orang Indonesia yang masuk kategori perokok.
"Jumlah ini sekitar 30 persen dari total penduduk,"ungkap Direktur Medik dan Keperawatan RS
Persahabatan, Jakarta ini.
Miskin namun miliarder. Kalau mereka rata-rata merokok sebungkus saja sehari, setiap hari kita
membakar uang sekitar Rp 500 miliar. Aneh bukan. Soalnya, "Lima ratus miliar rupiah ini dibakar
setiap hari untuk menimbulkan 25 penyakit pada rakyat kita," jelas koordinator Penelitan Departemen
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI/RSUP Persahabatan itu.
Ironisnya lagi, sebagian dari dari perokok Indonesia yang menghabiskan uang Rp 500 miliar sehari
atau Rp 150 trilyun setahun ini, sebagian adalah orang miskin. "Berarti, kalau saja hanya 20 juta
orang Indonesia hidup dibawah garis kemiskinan, sedikitnya 7 juta dari mereka adalah perokok,"
papar Tjandra.
Angka 7 juta ini diambil dari angka nasional perokok di Indonesia, 30 persen. "Dengan kata lain,
orang Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan ternyata setiap harinya membakar uang
sebesar Rp 500 juta," jelasnya.
Undang penyakit. Aneh bukan ? Uang sebesar itu bukannya untuk hidup sehat dan mengatasi
kemiskinan, malah dibakar untuk menimbulkan penyakit. Padahal. Sebagai manusia hidup, kita butuh
makan, sandang, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan lain.
Perlu diketahui, rokok bisa menimbulkan beragam penyakit dalam tubuh manusia. "Mereka yang
miskin, uangnya akan habislagi untuk berobat," Kata Ketua Komite Ahli, Gerdunas TB Nasional ini
mengingatkan.
Dunia. Tjandra menyatakan, menurut WHO, seseorang dapat menghabiskan seperempat
penghasilannya untuk membeli rokok. Di Filipina, orang yang membeli rokok lokal 20 batang sehari
berarti menghabiskan 17 persen anggaran belanja rumah tangganya. Kalau yang dibeli itu rokok
impor, 35 persen anggaran belanjanya hilang untuk membeli rokok.
Di Malaysia, harga 20 batang rokok bisa setara dengan 5 persen pendapatan buruh kasar.
Sementara di Shanghai, china, petani membelanjakan uang untuk rokok dan alkohol lebih banyak
daripada uang untuk beli gandum, daging, dan buah-buahan. Nah, marilah mengucapkan selamat
tinggal pada rokok sekarang juga.(bet).
Akhirnya Saya berhasil Mematikan Rokok
(Pengalaman Nyata Keberhasilan Dalam Melepaskan Jeratan Rokok)

Buah Pena
Ahmad Salim Ba Dulan

Penerjemah
Muh Saefuddin M. Basri
Editor
Muh .mu’inuddin. M. Basri

Pembukaan
Segala puji bagi Allah. Kita mohon pertolongan dan ampunan kepadanya. Dan kita
berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan dari keburukan amal kita. Barangsiapa yang
diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan barangisapa yang
Dia sesatkan maka tidak ada yang bisa menunjukinya. Saya bersaksi tidak ada Ilah yang berhak
disembah melainkan Allah dan Muhammad hamba dan utusan-Nya. Semoga Allah melimpahkan
sholawat dan salam yang banyak kepadanya.
Adapun setelah itu:
Ikhwah fillah, ini adalah percobaanku meninggalkan rokok yang telah Allah tunjukkan
kepadaku. Bagi-Nyalah segala pujian dan sanjungan sesuai yang layak untuk-Nya atas banyak
kebaikan yang Dia tunjukan saya kepadanya. Dia telah menjadikan saya menang atas ujian
yang mana Dia selamatkan saya darinya setelah melalui pertarungan pahit yang berlangung
kurang lebih dua puluh tahun yang saya arungi dalam merusakkan kesehatanku, menghancurkan
diriku dan hartaku, menyakitkan keluargaku, rumah tanggaku, orang-orang yang saya cintai,
dengan memohon kepada Allah kiranya tidak menguji salah seorang kaum muslimin dengannya.
Serta semoga Dia selamatkan orang yang teruji dengannya secepat mungkin. Sesungguhnya Dia
Maha Dekat lagi Mengabulkan doa.
Saudaraku yang sedang teruji dengan rokok;
Saya tahu betul bahwa anda akan mengatakan bahwa anda telah berupaya berkali-kali
untuk meninggalkannya namun tak berhasil jua….Dan saya katakan kepada: Sesungguhnya hal
itu pernah terjadi pada diri saya dan akan saya ceritakan percobaanku secara rinci. Akan tetapi
yang saya inginkan dari diri anda adalah anda bisa serius dalam membaca surat ini dan supaya
anda melakukan percobaan yang telah saya lalui dalam melewati fase hitam dari fase
kehidupanku sepanjang 20 tahun.
Allah-lah yang bersaksi bahwa saya menyebutkan di sini bukan karena membanggakan
dan menonjolkan kemaksiatan. Akan tetapi saya menyebutkannya sebagai pujian dan sanjungan
kepada Allah atas karunia besar yang telah Dia limpahkan kepada saya dalam melepaskan diri
dari rokok. Saya sebutkan rincian percobaan ini semoga bisa diambil faidah oleh siapa saja yang
diuji dengan rokok sehingga ditetapkan baginya hidayah lalu mematikan rokok terakhir dalam
hidupnya bersamaan dengan lembaran akhir dari lembaran-lembaran surat ini.

Rokok Pertama
Perjalananku yang menyedihkan bersama rokok dimulai semenjak 20 tahun lalu saat saya
menjadi pelajar tingkat menengah dan pada hari-hari ujian. Dimana saya berkumpul dengan
teman-temanku di loteng rumah kami dalam rangka mengulang pelajaran. Salah seorang kawan
diantara yang sedang diuji dengan rokok turut bergabung bersama kami. Hingga dia bisa
merokok tanpa kami menegur dan mencelanya lalu berusaha mengajak kami untuk turut
merokok bersamanya. Dia katakan: “Sesungguhnya merokok itu bisa membantu konsentrasi dan
kefahaman”. Dia mencobanya dan mminta kami untuk melakukan uji coba. Jika ternyata tidak
terwujud hasilnya kita tinggalkan rokok. Maka kamipun melakukan ujin coba. Saya bersama
teman-temanku lalu menyalakan rokok kali pertama. Lalu saya merasakan kepalaku lebih berat
dari badan. Benda-benda yang ada di sekelilingku berputar. Mulailah stagnasi merayapi
tubuhku. Saya berkata kepada kawanku yang jahat itu: “Apa yang sedang saya rasakan ini?” Dia
berkata kepadaku: “Ini rokok pertama. Biasa lah yang sedang kamu alami itu. Hisaplah kedua kali
maka stagnasi dan pusing-pusing itu akan hilang darimu”. Maka saya hisap kedua, ketiga dan
keempat. Saya pergi yang pertama kali ke warung untuk beli bungkusan pertama rokok dari merk
paling jelek dan paling banyak bahayanya karena harganya murah.
Demikianlah saya lalu mengkhususkan setiap riyal yang saya peroleh untuk membeli rokok
hingga saya menghisap rokok sehari sampai 20 batang. Disela waktu 20 tahun semakin
bertambah banyak saya mengkonsumsi rokok hingga mencapai 80 batang dalam sehari sebelum
akhirnya saya tinggalkan rokok berkat karunia Allah.
Saya ingin mengisyaratkan dalam menceritakan permulaan rokok yang menyedihkan ini
supaya saya menunjukkan beberapa perhatian kepada para orang tua sehingga anak-anak
mereka tidak jatuh pada hal-hal yang tidak baik akibatnya. Diantaranya merokok. Beberapa
perhatian ini sebagai berikut:
- Waspadalah membiarkan anak anda jalan-jalan bersama kawan-kawan dan
teman sekolahnya tanpa pengawasan anda.
- Upayakan anak anda cukup dengan satu teman untuk belajar dan mengulang
pelajaran. Hendaknya teman ini dari yang dikenal istiqomah diantara yang anda kenal
dan percayai dari mereka.
- Jangan biarkan anak anda mengulang pelajaran atau belajar jauh dari
penglihatan anda atau penglihatan ibunya.
- Jangan biarkan banyak uang berada di tangan anak anda. Uang lebih terkadang
bisa mendorong untuk beli rokok karena kebanyakan. Sebagai ganti uang cukupilah apa
yang dibutuhkannya berupa makanan, minuman, kue dan lainnya.
- Jika anda punya kawan perokok maka jangan bolehkan dia merokok di rumah
anda. Dan jika memang anda tidak mampu, maka laranglah anak anda masuk kepada
anda berdua.
- Waspadailah anak anda keluar ke tempat-tempat yang jauh dari rumah dengan
ditemani kawan-kawannya sekalipun anda percaya kepada mereka.
Hati-hatilah wahai para orang tua/wali sesungguhnya merokok pada usia kecil akan susah
meninggalkannya. Kebiasaan buruk ini terkadang bisa terus melekat pada orangnya sepanjang
hidupnya jika Allah tidak mengasihi dan menunjukinya.

Percobaan Yang Gagal


Saya tidak mau menyembunyikan suatu rahasia kepada kalian jika saya katakan:
“Sesungguhnya saya telah melakukan upaya lebih dari seratus kali antara waktu 20 tahun saya
merokok untuk meninggalkannya. Hanya saja saya gagal dan saya meninggalkan rokok tidak
berlanjut lebih dari sehari atau dua hari. Selalu saja ketika saya berupaya untuk meninggalkan
rokok saya sering bingung. Apakah saya tinggalkan rokok secara bertahap dimana saya kurangi
jumlah rokok yang saya konsumsi secara bertahap hingga saya bisa berhenti total? Ataukah
saya tinggalkan rokok sekaligus dan saya hancurkan bungkus rokok dengan kejaman mata?
Syetan busuk selalu menggodaku setiap kali saya ingin meninggalkan rokok dengan
membuat saya suka pada jalan pertama. Sekaligus menakut-nakuti bahwa jika saya tinggalkan
rokok mendadak dan saya hancurkan bungkus rokok maka dalam jangka 24 jam saya pasti akan
kembali lagi…Demikianlah dia beserta teman-temannya menggodaku yang semestinya saya
meninggalkannya secara bertahap lalu saya kembali lagi. Kondisi ini berlanjut hingga beberapa
lama. Ketika saya berfikir untuk meninggalkan rokok sekali lagi akan tetapi secara bertahap,
setan kembali dan menggodaku “meninggalkan satu kali lebih baik”..Demikianlah berulang-ulang
tanpa saya bisa meninggalkan rokok melainkan hanya dalam waktu sehari atau dua hari setiap
kali berupaya.
Saya tidak mau menyembunyikan suatu rahasia kepada kalian, jika saya katakan:
“Sesungguhnya tidak ada taufiq untuk meninggalkan rokok penyebabnya adalah karena setiap
kali saya berfikir untuk meninggalkannya maka motovasi yang mendorong untuk meninggalkan
rokok kalau tidak karena pandangan masyarakat terhadap orang yang merokok atau karena demi
kesehatanku atau demi mengumpulkan harta..Saya tidak pernah berfikir dalam percobaanku
yang gagal itu untuk meninggalkan rokok semata karena Allah dengan memohon pertolongan
dan bertawaqal kepada-Nya sebagaimana yang terjadi pada percobaanku yang berhasil yang
hendak saya kemukakan kemudian.

Sebelum Datangnya Hidayah


Sebelum Allah yang memiliki karunia menunjukiku dalam meninggalkan rokok, saya
berubah menjadi ‘tabung asap bergerak’. Saya menghisap rokok dengan penuh tamak hingga
saya merokok sehari mencapai 4 bungkus, yakni 80 batang. Hingga api terus menyala di mulutku
sejak bangun tidur pagi hari hingga tidur kembali. Bahkan kadang-kadang saya bangun dari tidur
hanya untuk menyalakan rokok kemudian kembali tidur.
Adapun ruangan dimana saya duduk sama saja apakah di tempat kerja, rumah atau di
tempat kawan-kawan dipenuhi asap tebal ketika saya berada di situ dengan diliputi perasaan
stagnasi (future), malas, dahak hitam, terus batuk-batuk dimana pengobatan tidak lagi bisa
memberi manfaat….kedua bibir hitam, mata merah, muka masam. Tempat dimana saya tidak
bisa merokok di situ karena suatu sebab, saya segera tinggalkan. Dan saya tergesa-tergesa
dalam menunaikan sholat supaya saya kembali untuk merokok.
Pada bulan romadhon kadang-kadang berbuka dengan tembakau sebelum kurma.
Langkah-langkah berat ketika berjalan dan ludah kering….banyak minum teh dan air secara
berlebihan. Kondisi mengenaskan dimana tidak menyenangkan musuh maupun kawan. Di
hadapanku telah tertutup semua jalan untuk meninggalkan rokok setelah upaya berkali-kali yang
gagal hingga sampailah saya pada sikap menerima untuk tidak berupaya meninggalkannya
sekali lagi. Keputusasaan telah begitu memuncak hinggap pada diriku sampai-sampai saya
berkhayal kalau saya akan mati sedang di mulutku terdapat rokok.

Saat-Saat Yang Menentukan


Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: “Katakanlah:
Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az Zumar:53).
Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman:
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan“
barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun
yang dapat memberi petunjuk kepadanya” (Al Kahfi:17
Pada suatu malam penuh berkah di sepuluh akhir bulan Romadhon tahun 1412 H saya
beserta saudara saya -yang juga merokok seperti saya- ikut sholat malam di salah satu masjid
wilayah Nashiriyah Riyadh. Usai salam kedua biasanya orang-orang beristirahat sejenak untuk
minum air putih, kopi atau the sebelum melanjutkan sholatnya. Nafsuku menggoda saya untuk
keluar masjid untuk merokok. Kemudian kembali untuk melanjutkan sholat. Saya beritahukan
kepada saudaraku tentang godaan nafsu jahatku. Tidak ada jawaban darinya kecuali hanya dia
katakan kepadaku: “Apa pendapatmu sebagai ganti pergi sekedar untuk merokok kita berdoa
kepada Allah kiranya menolong kita dalam meninggalakan rokok. Supaya kita meninggalkannya
semata karena Allah, takut akan azab-Nya sekaligus berharap rahmat-Nya. Dan supaya kita
bersungguh-sungguh dalam berdoa hingga usai sholat dengan memohon kepada Allah untuk
tidak menolak (doa) kita dalam keadaan merugi pada malam ini dan kiranya Dia memuliakan kita
dengan hidayah”. Kata-kata saudaraku tersebut mengena dalam diriku pada tempat baik dan
mendapatkan telinga yang mau mendengar. Kamipun lantas kembali melanjutkan sholat. Setelah
usai sholat saya dan saudara saya mengeluarkan sisa rokok yang masih ada di saku kami dan
kami hancurkan di depan masjid. Kemudian kami berjanji pada malam penuh berkah itu untuk
tidak lagi menghisap rokok dan setiap kami untuk saling menolong yang lain dalam meninggalkan
rokok setiap kali melemah dan nafsunya menggodanya untuk kembali lagi.
Segala puji bagi Allah saat-saat menghangatkan dalam kehidupan kami setelahnya kami
tidak akan kembali lagi merokok berkat pujian dan taufiq Allah. Sekarang saya dan saudara saya
telah dua tahun tidak pernah menyalakan satu batang rokokpun. Kecerahan kembali pada rona
wajah kami. Kami ucapkan selamat tinggal kepada penyakit dada, daha’, batuk. Dan habis sudah
-menurut hitunganku- perjalanan penuh siksaan selama 20 tahun. Keluarga dan kawan karib
bergembira dengan apa yang kami perbuat…..Segala puji bagi Allah yang dengan karunia-Nya
sempurnalah semua kebaikan.

Hukum Menghisap Rokok


Sunnah yang disucikan melarang kita dari segala hal yang membuat mabuk dan stagnasi
sebagaimana melarang kita dari menyia-nyiakan harta pada tempat yang tidak ada manfaatnya
dibalik itu semua sebagai kasih sayang dan kebaikan kepada kita.
Para ulama’ telah mengeluarkan fatwa akan haramnya menghisap rokok. Hal itu karena
melihat di dalamnya terdapat bahaya terhadap agama, dunia, masyarakat, dan kesehatan.
Berdasarkan hal ini rokok digolongkan termasuk ‘barang buruk’ yang diharamkan Al Qur’an. Allah
subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: “Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk” (Al A’raf:157)
Merokok tidak hanya menyakiti orang-orang yang merokok. Namun menyakiti orang-orang
yang ada disekitarnya juga. Allah I telah melarang kita dari menyakiti saudara kaum muslimin kita
dimana Dia berfirman: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat
tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan
dan dosa yang nyata” (Al Ahzab:58).
Merokok –pada dasarnya- merupakan penghamburan harta, pemborosan, tabdzir sedang
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Penyia-nyiaan dan penghaburan mana
yang lebih besar daripada orang yang melenyapkan hartanya dan membakarnya dengan api
didepannya yang disertai bencana badan dan kesehatan sekaligus?! Allah telah mengkaruniakan
kepada manusia ilmu, akal dan kekuatan kemauan maka jika telah mengetahui bahaya merokok
dan keharamannya maka tidak lain kecuali dia harus bertekad untuk meninggalkannya. Dan
barangsiapa meninggalkan sesuatu semata karena Allah maka Allah akan menggantinya dengan
yang lebih baik. Dan selalunya balasan itu sejenis dengan amal perbuatan. Jika anda telah
mengetahui –wahai saudara muslim- akan bahaya merokok maka anda harus berencana
meninggalkannya dan menjauhinya maupun meninggalkan pergaulan dengan orang-orang yang
merokok.
Rekomendasi Muktamar Islam untuk Penanggulangan Minuman Keras dan Heroin yang
diselenggarakan di Madinah Al Munawwaroh pada tahun 1402 H mendukung consensus ulama
akan haramnya rokok tembakau dengan segala coraknya yang berbeda. Demikian pula beli
rokok dimana didalamnya terdapat bahaya terhadap agama, dunia, masyarakat dan kesehatan.
Hasilnya sebagai berikut ini:
-Rokok adalah asap yang tidak bisa membuat gemuk dan tidak menghilangkan lapar
-Rokok adalah membahayakan kesehatan
-Rokok adalah menyebabkan stagnasi dan tak sadar. Sedang Rasul sollallohu ‘alaihi wa
sallam telah melarang dari setiap yang memabukkan dan membuat loyo.
-Rokok termasuk barang buruk yang diharamkan berdasarkan nash Al Qu’an Al Karim
dimana Allah U berfirman –dalam mensifati Nabi kita Muhammad sollallohu ‘alaihi wa sallam - :
“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk” (Al A’raf:157)
-Bau rokok menyakiti orang yang tidak merokok bahkan menyakiti malaikat yang mulia.
-Sesungguhnya membelanjakan harta pada rokok merupakan berlebih-lebihan dan tabdzir
(penghamburan) sedang Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Allah
subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syetan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Robnya” (Al Isra’:27)

Laporan Nyata Secara Singkat


-Jumlah orang-orang yang meninggal setiap tahun diakibatkan rokok mencapai 2,5 juta
orang di seluruh dunia. Artinya 5 % dari total jumlah orang yang meninggal tiap tahun. Sementara
organisasi kesehatan dunia (WHO) mengalokasikan 1 % saja dari anggarannya untuk
penanggulangan rokok.
-Penelitian dan pengkajian membuktikan bahwa rokok bertanggung jawab atas sekitar 90
% dari seluruh kondisi penyakit jantung demikian pula kangker paru-paru dan sejumlah macam
kangker lain.
-Terbukti secara ilmiyah bahwa rokok merupakan terminal pertama kepada jalan heroin
dimana didapati 90 % dari para pecandu heroin, mereka merokok secara berlebihan.
-Penelitian menetapkan bahwa di sana terdapat 400 materi hasil dari proses pembakaran
tembakau dan materi-materi yang menutupinya.
-Para perokok lebih banyak terjangkit penyakit paru-paru basah dan radang paru-paru.
-Sesungguhnya rokok menyebabkan tersendatnya radang udara secara menahun.

Penutup
Adapun setelah itu:
Saudaraku yang sedang teruji dengan rokok;
Sesungguhnya ini merupakan ajakan yang jujur dari hati ke hati supaya anda
meninggalkan rokok….
Anda akan mengatakan bahwa anda telah berkali-kali melakukan upaya akan tetapi pada
kali ini:
Janganlah anda meninggalkan rokok demi kesehatan
Janganlah anda meninggalkan rokok demi masyarakat dan manusia
Janganlah anda meninggalkan rokok demi menjaga harta anda
Namun tinggalkanlah rokok semata karena Allah, niscaya Allah akan membantu anda
dalam meninggalkannya.
Kami doakan anda secara tulus semoga Allah melimpahkan taufiq kepada anda dalam
meninggalkannya. Sesungguhnya Dia Maha Menunjukkan kepada jalan yang lurus. Semoga
Allah menjaga anda dari segala keburukan.
Demi Cukai, Rokok Tak Lagi Dibatasi Nikotinnya
(http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1049354005,21602,)

Jumat, 4 April, 2003 oleh: Siswono

Demi Cukai, Rokok Tak Lagi Dibatasi Nikotinnya


Gizi.net - Demi penerimaan pendapatan cukai Rp 27 trilyun per tahun dari rokok, pembatasan
kadar tar dan nikotin rokok yang beredar di Indonesia dicabut dari Peraturan Pemerintah (PP)
tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan. Padahal, di seluruh dunia justru muncul gerakan
pengendalian rokok dan penanggulangan dampaknya, termasuk Konvensi Pengendalian
Tembakau yang draf finalnya sudah selesai disusun.
Seperti diakui Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rentan Dr
dr Anhari Achadi MPH, revisi PP di atas merupakan kemunduran kebijakan pemerintah di bidang
kesehatan.
Menurut Kepala Biro Hukum dan Organisasi Departemen Kesehatan (Depkes) Budhi Yahmono
SH, Depkes tidak berdaya menghadapi desakan sektor lain dan pihak yang berkepentingan
dengan tembakau untuk meninjau kembali PP Pengamanan Rokok.
Anhari dan Budhi dihubungi Sabtu (8/3) di Jakarta berkaitan dengan pernyataan Gerakan
Nasional Penanggulangan Masalah Merokok. Lembaga yang merupakan gabungan 19
organisasi nonpemerintah itu meminta pemerintah menunda penandatanganan revisi PP Nomor
81 Tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan dan PP Nomor 38 Tahun 2000
tentang Perubahan PP No 81/1999.
Para aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) itu menyesalkan penghapusan batasan
maksimal kadar tar dan nikotin dalam rokok, padahal rokok terbukti mengganggu kesehatan dan
memboroskan dana masyarakat. Mereka juga menyayangkan pemerintah tidak melibatkan
masyarakat dalam revisi PP (Kompas, 8/3).

Difasilitasi Setneg

Budhi merupakan wakil Depkes dalam pertemuan revisi kilat PP Pengamanan Rokok yang
difasilitasi Sekretariat Negara (Setneg) pada 16-26 Februari lalu. Sejak hari Rabu, Budhi yang
kini pensiun, digantikan oleh Dr Faiq Bahfen SH.
Budhi menuturkan, desakan kepada pemerintah-bahkan ada yang sampai menghadap presiden-
datang antara lain dari asosiasi petani tembakau, gabungan perusahaan rokok, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Temanggung, dan Departemen Perindustrian dan
Perdagangan (Depperindag).
Hal itu agaknya membuat Depkes melangkah mundur dan akhirnya menyatakan tidak keberatan
PP Pengamanan Rokok direvisi dan pengaturan tar dan nikotin rokok tidak dicantumkan.
Sebagai kompensasi, Depkes meminta pengaturan iklan diperketat. Untuk media elektronik, lama
waktu tayang peringatan kesehatan (health warning) harus sama dengan lama waktu tayang
iklan rokoknya (jumlah detiknya sama). Untuk media luar ruang dan media cetak, besarnya kotak
peringatan kesehatan disertai pencantuman kadar tar nikotin tak kurang dari 15 persen ukuran
iklan. Kadar tar dan nikotin harus dicantumkan di kemasan rokok.

Selain itu, Depkes minta kawasan bebas asap rokok diperluas dan setiap sektor melakukan
upaya perlindungan kesehatan terhadap rokok. Misalnya, Departemen Keuangan (Depkeu)
menerapkan cukai rokok progresif, Departemen Pertanian (Deptan) mengganti varietas
tembakau dengan yang berkadar tar dan nikotin rendah, Depperindag mengusahakan produksi
rokok berkadar tar dan nikotin rendah.
Semula, tutur Budhi, pihaknya ngotot agar dilakukan larangan komprehensif terhadap iklan dan
promosi rokok. Namun hal itu ditolak Setneg dan sektor lain dengan alasan iklan rokok tidak
dilarang dalam Undang-Undang Penyiaran No 32/2002 (Pasal 46).
"Dalam pertemuan revisi itu Depkes menjadi peserta/diundang Setneg. Peserta lain adalah
Depperindag, Depkeu, Deptan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Badan Standarisasi
Nasional, serta Ketua DPRD Temanggung," ujar Budhi.
Pengendalian tembakau

Menurut Anhari, yang mewakili pemerintah dalam pembahasan Framework Convention on


Tobacco Control (FCTC) di markas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Geneva, akhir bulan lalu
penyusunan draf final Konvensi Pengendalian Tembakau selesai. Negara anggota WHO sepakat
untuk mengajukannya ke Pertemuan Kesehatan Sedunia (WHA) bulan Mei mendatang untuk
disahkan sehingga bisa diratifikasi.
Isi FCTC adalah pengaturan cukai rokok, pencegahan dan terapi berhenti merokok, masalah
perdagangan ilegal, larangan komprehensif terhadap iklan, sponsorship dan promosi rokok, serta
pengaturan produksi rokok.
Menurut Anhari, semua pihak menyadari bahwa rokok mengganggu kesehatan. Akan tetapi,
kesadaran itu kini masih kalah dengan kepentingan sesaat, yaitu pemasukan dari rokok yang
nilainya Rp 27 trilyun per tahun.
"Karena itu, menjadi tantangan Depkes untuk meyakinkan sektor lain mengenai bahaya jangka
panjang rokok terhadap mutu sumber daya manusia dan biaya kesehatan yang jauh lebih besar
dari sumbangan industri rokok bagi negara. Juga melakukan advokasi pada masyarakat
mengenai bahaya merokok bagi kesehatan dan ekonomi keluarga," katanya.
Untuk itu, Indonesia perlu meratifikasi Konvensi Pengendalian Tembakau segera setelah
disahkan WHA dan menyesuaikan semua peraturan yang ada. (ATK)

Sumber: Kompas 10 Maret 2003


Perokok Pasif Mempunyai Risiko Lebih Besar Dibandingkan Perokok Aktif
(http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=474)

31 May 2004

Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker
(karsinogen). Bahkan bahan berbahaya dan racun dalam rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan
kesehatan pada orang yang merokok, namun juga kepada orang-orang di sekitarnya yang tidak merokok
yang sebagian besar adalah bayi, anak-anak dan ibu-ibu yang terpaksa menjadi perokok pasif oleh
karena ayah atau suami mereka merokok di rumah. Padahal perokok pasif mempunyai risiko lebih tinggi
untuk menderita kanker paru-paru dan penyakit jantung ishkemia. Sedangkan pada janin, bayi dan anak-
anak mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita kejadian berat badan lahir rendah, bronchitis
dan pneumonia, infeksi rongga telinga dan asthma.
Demikian penegasan Menkes Dr. Achmad Sujudi pada puncak peringatan Hari Tanpa Tembakau
Sedunia dengan tema "Kemiskinan dan Merokok Sebuah Lingkaran Setan" sekaligus meluncurkan buku
Fakta Tembakau Indonesia Data Emperis Untuk Strategi Nasional Penanggulangan Masalah Tembakau
tanggal 31 Mei 2004 di Kantor Depkes Jakarta.
Mengingat besarnya masalah rokok, Menkes mengajak seluruh masyarakat bersama pemerintah untuk
menjalankan cara-cara penanggulangan rokok secara sistematis dan terus menerus yaitu meningkatkan
penyuluhan dan pemberian informasi kepada masyarakat, memperluas dan mengefektifkan kawasan
bebas rokok, secara bertahap mengurangi iklan dan promosi rokok, mengefektifkan fungsi label,
menggunakan mekanisme harga dan cukai untuk menurunkan demand merokok dan memperbaiki
hukum dan perundang-undangan tentang penanggulangan masalah rokok.
Menurut Menkes, kemiskinan dan merokok terutama bagi penduduk miskin merupakan dua hal yang
saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Seseorang yang membakar rokok tiap hari
berarti telah kehilangan kesempatan untuk membelikan susu atau makanan lain yang bergizi bagi anak
dan keluarganya. Akibat dari itu anaknya tidak dapat tumbuh dengan baik dan kecerdasanya juga tidak
cukup berkembang, sehingga kapasitasnya untuk hidup lebih baik di usia dewasa menjadi sangat
terbatas. Selain itu, kemungkinan besar sang ayah juga meninggal oleh karena penyakit yang
berhubungan dengan kebiasaan merokok. Demikian seterusnya, sehingga merokok dan kemiskinan
merupakan sebuah lingkaran setan
Menkes menambahkan, kebiasaan merokok di Indonesia cenderung meningkat. Berdasarkan data
Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) penduduk Indonesia usia dewasa yang mempunyai
kebiasaan merokok sebanyak 31,6%. Dengan besarnya jumlah dan tingginya presentase penduduk yang
mempunyai kebiasaan merokok, Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi kelima di dunia dengan
jumlah rokok yang dikonsumsi (dibakar) pada tahun 2002 sebanyak 182 milyar batang rokok setiap
tahunnya setelah Republik Rakyat China (1.697.291milyar), Amerika Serikat (463,504 milyar), Rusia
(375.000 milyar) dan Jepang (299.085 milyar).
Menurut Menkes, diantara penduduk laki-laki dewasa, persentase yang mempunyai kebiasaan merokok
jumlahnya melebihi 60%. Walaupun peningkatan prevalensi merokok ini merupakan fenomena umum di
negara berkembang, namun prevalensi merokok di kalangan laki-laki dewasa di Indonesia termasuk yang
sangat tinggi.
Sedangkan di negara maju yang terjadi justru sebaliknya, persentase perokok terus menerus cenderung
menurun dan saat ini kira-kira hanya 30% laki-laki dewasa di negara maju yang mempunyai kebiasaan
merokok. Hal ini disebabkan tingkat kesadaran masyarakat di negara maju akan bahaya merokok sudah
tinggi. Masyarakat sudah sadar merokok merupakan faktor risiko penyebab kematian, faktor risiko
berbagai penyakit dan disabilitas.
Kepala Perwakilan WHO untuk Indonesia dalam sambutan tertulis yang dibacakan Dr. Frits Reijsenbach
de Haan menyatakan, masyarakat miskin adalah kelompok masyarakat yang paling menjadi korban dari
industri tembakau karena menggunakan penghasilannya untuk membeli sesuatu (rokok) yang justru
membahayakan kesehatan mereka.
Dalam laporan yang baru saja dikeluarkan WHO berjudul "Tobacco and Poverty : A Vicious Cycle atau
Tembakau dan Kemiskinan : Sebuah Lingkaran Setan" dalam rangka peringatan Hari Tanpa Tembakau
Sedunia tanggal 31 Mei 2004, membuktikan bahwa perokok yang paling banyak adalah kelompok
masyarakat miskin. Bahkan di negara-negara maju sekalipun, jumlah perokok terbanyak berasal dari
kelompok masyarakat bawah. Mereka pula yang memiliki beban ekonomi dan kesehatan yang terberat
akibat kecanduan rokok. Dari sekitar 1,3 milyar perokok di seluruh dunia, 84% diantaranya di negara-
negara berkembang.
Hasil penelitian itu juga menemukan bahwa jumlah perokok terbanyak di Madras India justru berasal dari
kelompok masyarakat buta huruf. Kemudian riset lain membuktikan bahwa kelompok masyarakat
termiskin di Bangladesh menghabiskan hampir 10 kali lipat penghasilannya untuk tembakau
dibandingkan untuk kebutuhan pendidikan. Lalu penelitian di 3 provinsi Vietnam menemukan, perokok
menghabiskan 3,6 kali lebih banyak untuk tembakau dibandingkan untuk pendidikan, 2,5 kali lebih
banyak untuk tembakau dibandingkan dengan pakaian dan 1,9 kali lebih banyak untuk tembakau
dibandingkan untuk biaya kesehatan.
Menurut WHO, merokok akan menciptakan beban ganda, karena merokok akan menganggu kesehatan
sehingga lebih banyak biaya harus dikeluarkan untuk mengobati penyakitnya. Disamping itu meropok
juga menghabiskan uang yang seharusnya digunakan untuk membeli makanan yang bergizi.
Untuk mengurangi/menghilangkan kemiskinan, pemerintah perlu segera mengatasi masalah konsumsi
tembakau. Karena itu Kepala Perwakilan WHO untuk Indonesia mendorong pemerintah Indonesia untuk
lebih serius lagi mempertimbangkan untuk menandatangani global Framework Convention on Tobacco
Control (FCTC) akhir masa penandatangan akhir Juni 2004. Dengan demikian Indonesia dapat menjadi
pemimpin regional dalam gerakan pengawasan tembakau.
Selain meluncurkan buku, Menkes menyerahkan penghargaan "Manggala Karya Bakti Husada Arutala"
kepada Pondok Pesantren Langitan karena jasanya dalam menciptakan Kawasan Tanpa Rokok serta
penyerahan hadiah kepada 4 pemenang Quit and Win (Lomba Berhenti Merokok) yang diselenggarakan
Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3).

(http://www.suaramerdeka.com/harian/0310/28/surat.htm)

Selasa, 28 Oktober 2003 Surat Pembaca


Soal Rokok Merokok
Konon tembakau ditemukan suku Apache di AS. Barang bernikotin itu kemudian dilinting dan dibakar ujungnya lalu
disulut dan diisap. Kini rokok banyak dikonsumsi masyarakat termasuk wanita, remaja dan anak-anak. Bahkan ada
dokternya, walau semua mengerti merokok mengganggu kesehatan.
Karena diyakini rokok dapat menambah angka kematian manusia maka Hari Tanpa Tembakau diperingati setiap
tanggal 31 Mei. Peringatan tahun ini ditandai dengan diadopsinya Franmerork Convention on Tobacco Control
(FCTC) oleh 192 negara anggota WHO.
Materinya terdiri preambul, definisi, obligasi dan lainnya. Juga ada bab pola tarif dan perpajakan untuk
menurunkan kebutuhan dan konsumsi tembakau. Termasuk membahas penanganan ketergantungan
merokok/bantuan berhenti merokok, penyelundupan rokok, penjualan oleh dan untuk anak-anak.
Tidak berlebihan jika FCTC kumpulan aturan lengkap penanggulangan masalah merokok. Bungkus rokok harus
mencantumkan secara jelas bahaya merokok dan kandungan bahan yang berbahaya. Yang menyesatkan tidak
boleh dicantumkan serta melarang segala bentuk rokok langsung dan tidak langsung.
Kenyataannya banyak remaja dan anak-anak merokok karena melihat iklan rokok, apalagi yang memerankan
wanita cantik dan pria tampan. Padahal merokok tidak membuat orang menjadi cantik dan ganteng.
Penanggulangan merokok sudah berjalan lama, tapi belum menunjukkan angka penurunan.
Yang harus diingat, asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan 25
penyakit tubuh. Asap rokok juga mengganggu kesehatan terhadap perokok pasif. Dewasa ini ada 4,9 juta orang
meninggal dunia setiap tahun akibat rokok. Pada abad 20 ada sekitar 100 juta orang meninggal karena rokok.
Nevi Ervina Rahmawati
KompleksPerhutani Rt 2/Rw 7
Mranggen, Demak 59567
***
Manfaatkan Barang yang Tidak Berguna
Banyak orang menganggap barang yang tidak berguna harus disisihkan atau dibuang. Bila lebih dicermati barang-
barang di sekitar dapat dimanfaatkan misalnya gedebog pisang.Pemanfaatan gedebog pisang dengan cara
mengambil bagian tengah yang berwarna putih dan berlendir.
Awalnya dicuci bersih dengan air dingin, direndam dalam cairan kapur sirih selama semalam, dijemur sampai
kering. Kemudian diiris tipis-tipis. Sebelum digoreng dicelupkan ke dalam cairan bumbu bawang. Setelah digoreng
rasa dan bentuknya mirip ceriping singkong. Kepada pihak yang meremehkan barang yang dinilainya tidak
berguna kiranya dapat dimanfaatkan dengan baik.
Ismono Dwi Atmanto
Jl Candi Penataran Rt 1/Rw 3
Semarang 50182
***
Kerinduan Ujudkan Gereja yang Pantas
GITJ Pepanthan (kelompok) Sidomulyo berdiri tahun 1968 yang menginduk pada GITJ Pakis, Kecamatan Tayu
Pati tahun 1970-an membangun sebuah rumah ibadah sangat sederhana. Bangunan tersebut sampai sekarang
mengalami renovasi 4 kali secara bertahap demi terwujudnya gereja yang baik dan pantas.
Panitia dan jemaat mengharap dukungan/bantuan doa serta partisipasi pembaca lewat rekening BRI Unit
Gunungwungkal no 33-213378 atau NI Cabang Pati no 145.000.445.543.901 a.n Amos Jari
Amos Jari
Sidomulyo Rt 3/Rw 2
Gunungwungkal, Pati
***
Jl Kusuma Bangsa Pekalongan
Rencana Pemerintah Kota Pekalongan akan membangun trotoar dan drainase di sepanjang Jl Kusuma Bangsa
jangan berkesan arogan. Sebab bangunan dan pedagang yang menempati sepanjang jalan tersebut tidak
semuanya menempati tanah negara. Pemkot harus benar-benar melakukan pendataan tanah kepada para pemilik
tanah dan bangunan yang ada di sepanjang jalan itu. Bila diperlukan diadakan pengukuran kembali batas-batas
tanah warga dan tanah negara.
Pemkot seharusnya mempertimbangkan nasib para pedagang bila mereka dipaksa pergi. Kalau sampai terjadi
penggusuran atau pembongkaran paksa bukan tidak mungkin menimbulkan kerawanan sosial. Apalagi rencana
pembangunan proyek dilakukan saat rakyat mengalami kesulitan ekonomi dan kebanyakan penduduk miskin kota.
Apakah Pemkot sudah berpikir akibat penggusuran dan pembongkaran paksa yang berakibat akan terjadinya
pengangguran dan menambah angka kemiskinan kota. Seharusnya kalau berniat baik mereka diberi alternatif
tempat berjualan/usaha.
Pernyataan Framework Convention Alliance
(http://www.fctc.org/archives/statementIn.shtml)

Penggunaan tembakau merupakan penyebab utama kematian yang sebenarnya dapat dicegah
di dunia ini. Dewasa ini 4 juta orang meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang
berhubungan dengan penggunaan tembakau. Bila kecenderungan ini menetap, maka 10 juta
orang akan meninggal setiap tahunnya di tahun 2030 di mana sebagian besar dari mereka
berasal dari negara berkembang. Bila tidak dilakukan penanganan memadai maka penggunaan
tembakau akan menjadi penyebab kematian utama di dunia, dan akan menyebabkan lebih
banyak kematian dibandingkan dengan penjumlahan mereka yang meninggal akibat tuberculosis,
pneumonia, diare, dan komplikasi persalinan.

Negosiasi pada Framework Convention Alliance on Tobacco Control (FCTC) merupakan peluang
bersejarah untuk melakukan gerakan dalam menanggulangi epidemi tembakau di dunia.
Framework Convention Alliance meminta para anggotanya untuk meningkatkan segala upaya
secara maksimal dan melakukan tindakan nyata dan tegas untuk mempercepat berjalannya
proses FCTC.

Para anggota Framework Convention Alliance menyampaikan rekomendasi tentang FCTC


sebagai berikut:

 Pada prosedur Intergovernmental Negotiating Body (INB), kami mengharapkan:

1. Perlu adanya partisipasi penuh dan aktif dari LSM pada semua pertemuan Negotiating
Body, kelompok kerja, kelompok ad hoc, dan komite lain yang dibentuk oleh INB untuk negosiasi
atau implementasi FCTC.
2. Produsen rokok beserta yang terkait dengannya tidak dapat menjadi peserta resmi dari
negosiasi ini dan tidak diperkenankan untuk berkiprah dalam segala bentuk badan FCTC

 Dalam hal principle, kami mengharapkan agar:

1. Program penanggulangan masalah tembakau haruslah menggunakan evidence based


yang telah terbukti efektif dan menggunakan teknik terbaik yang telah diakui secara
internasional.
2. Tujuan utama FCTC harus secara jelas dan cepat menurunkan kematian, penyakit, dan
kecacatan.
3. Proteksi dan promosi kesehatan masyarakat harus menjadi prinsip utama dalam seluruh
pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan.
4. Konvensi sendiri harus meliputi obligasi yang khusus dalam hal, antara lain: periklanan,
penjualan bebas pajak, regulasi produksi, penyelundupan dan pencantuman
peringatan di bungkus rokok.
5. Sudut pandang kesehatan masyarakat dalam FCTC harus merupakan prioritas utama,
misalnya upaya untuk melindungi kesehatan masyarakat mungkin sedikit banyak tidak
sejalan dengan liberalisasi perdagangan, tetapi pelayanan kesehatan masyarakat
mempunyai legitimasi yang kuat yang harus dijalankan dengan baik.
6. Isi FCTC tidaklah boleh mengecilkan program penanggulangan tembakau yang sekarang
sudah ada dan tidak pula dapat mencegah program / kegiatan yang dilakukan secara
lebih tegas dari yang ada di FCTC.

 Akhirnya, kami juga mengajukan beberapa rekomendasi tentang substance, yang harus
dicantumkan, meliputi:
1. Pelarangan total segala bentuk, langsung muupun tidak langsung iklan tembakau,
sponsor, promosi, dan brand stretching.
2. Upaya yang gigih untuk mengurangi penyelundupan tembakau.
3. Pelarangan penjualan tembakau bebas pajak dan pembebasan pajak impor tembakau.
4. Peraturan produksi tembakau yang menyeluruh, yang antara lain meliputi: standar
produksi, pengepakan, bahan-bahan yang terkandung di dalamnya, dan pengemasan.
5. Pencantuman peringatan kesehatan bergambar yang meliputi setidaknya 50% dari
bungkus rokok dengan menggunakan bahasa utama di negara di mana rokok itu dijual.
6. Pelarangan penggunaan istilah-istilah yang menyesatkan, seperti "light" atau "mild".
7. Tersedianya mekanisme alih teknologi, bantuan keuangan, serta pengetahuan untuk
membantu berbagai negara dalam program penanggulangan tembakaunya, dan
8. Penggunaan kebijakan pajak tembakau guna kepentingan kesehatan masyarakat untuk
menurunkan secara berkesinambungan konsumsi tembakau.

FCTC juga harus mengharapkan semua pihak terkait untuk menyediakan dan mengumpulkan
program penanggulangan tembakau yang bersifat menyeluruh dan evidence based, baik di
tingkat local, nasional, dan internasional dengan tujuan untuk menurunkan akibat buruk pada
pemakai tembakau dan para perokok pasif. Akhirnya para negara anggota tidak perlu menunggu
adanya kesimpulan dari negosiasi untuk mengimplementasi kebijakan ini.
Aliansi berharap dapat bekerja sama dengan baik dengan para anggota INB untuk memastikan
agar dapat dihasilkan FCTC yang kuat dan efektif untuk melindungi kesehatan masyarakat dan
menurunkan kematian dan penyakit akibat tembakau.
Desember 2000
http://www.tempointeractive.com/hg/ekbis/2003/03/10/brk,20030310-05,id.html

Pembatalan Pembatasan Nikotin dan Tar Rokok Bahayakan Kesehatan Publik


10 Maret 2003

TEMPO Interaktif, Jakarta:Pemerintah diminta mengkaji kembali rencana pembatalan Peraturan


Pemerintah No.38/2000 yang membatasi kandungan nikotin dan tar dalam rokok. “Jadi tidak
begitu saja direvisi karena ada tuntutan dari produsen rokok,” tegas Ketua Komisi Nasional
Penanggulangan Masalah Merokok Merdias Almatsier kepada Tempo News Room melalui
sambungan telepon, Senin (10/3).
Ia menyesalkan kalau revisi itu jadi dilakukan tanpa proses pengkajian yang komprehensif. Kata
dia, dalam peraturan itu salah satu pasalnya jelas menyebutkan kalau mau dirubah harus
dibentuk lembaga kajian pokok. “Tapi lembaga itu sendiri belum dibentuk sekarang,” tambah
Merdias, “dan kalau mengkaji LSM (lembaga swadaya masyarakat) yang memperjuangkan dulu
diajak ikut serta untuk membahasnya”.

Pemerintah sendiri, lanjut Merdias, sudah berbaik hati dengan memberi waktu selama lima tahun
untuk rokok produksi mesin dan 10 tahun untuk produksi tangan agar kadar kedua racun itu
sesuai dengan peraturan. Menurut dia, sebenarnya teknologi untuk ini sudah ada, hanya saja
parapengusaha rokok enggan untuk mengeluarkan uang lagi. “Kan masih ada waktu lima tahun,
kenapa buru-buru harus dicabut,” tutur dia.

Menurutnya, yang mengusulkan penghapusan kadar nikotin dan tar tidak berpihak terhadap
rakyat banyak yang kesehatannya perlu dijaga. Gerakan anti revisi ini juga diikuti belasan
organisasi, seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Komnas Penanggulangan Masalah
Merokok, Ikatan Dokter Indonesia, Yayasan Penyantun Asma Anak Indonesia, Yayasan Stroke
Indonesia, Persatuan Wartawan Indonesia, Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia, dan
lain-lain

Kata Merdias, kalau pun toh batasan kadar nikotin sebesar 1,5 miligram dan tar sebanyak 20 mg
jadi dicabut ada tiga kompensasi yang harus dilakukan. Pertama, semua iklan rokok di semua
media elektronik dilarang. “Kita maunya dilarang total atau kalau tidak bisa dipersempit waktunya
dari jam 24.00-05.00 (awal pukul 21.30-05.00),” ujar dia.

Kedua, PP No.81/1999 yang telah diamandemen menjadi PP No.38/2000 tetap diberlakukan


dimana salah satu pasalnya menuliskan kadar tar dan nikotin harus dicantumkan dalam bungkus
rokok. “Supaya masyarakat yang mau merokok tahu kadar tar dan nikotinnya tinggi atau rendah,”
jelas Merdias. Ketiga, menaikkan harga cukai rokok dinaikkan, sehingga harga rokok menjadi
mahal.

Ia mengatakan bahaya nikotin dan tar terhadap kesehatan harus dicegah. Karana dapat
mengakibatkan serangan jantung, kanker, impotensi dan ganguan kehamilan dan janin. Kalau
sampai perokok ketagihan akibat kadar kedua racun itu, akibatnya mereka akan menambah
aktivitas merokok. “berapapun kadar nikotin dan tarnya, pasti mengganggu kesehatan” tandas
Merdias.

SS Kurniawan --- TNR


http://www.tempointeractive.com/hg/ekbis/2003/03/12/brk,20030312-08,id.html

Pemerintah Targetkan Cukai Rokok 27,9 Triliun Rupiah


12 Maret 2003

TEMPO Interaktif, Jakarta:Direktorat Bea dan Cukai menargetkan pendapatan cukai rokok
untuk tahun 2003 sebesar Rp 27,9 triliun. Target ini melebihi pendapatan cukai rokok tahun lalu
yang mencapai Rp 23,3 triliun. Hal ini diungkapkan Direktur Bea dan Cukai Eddy Abdurrachman
di Jakarta, Rabu (12/3).
Menurut Eddy sampai Februari 2003 direktoratnya sudah membukukan pendapatan lebih dari 11
persen dari keseluruhan target tahun ini. Namun, katanya, jumlah itu masih lebih kecil dibanding
target dua bulan pertama dalam tahun anggaran yang seharusnya dicapai. "Semestinya bisa
mencapai 16 persen," katanya.

Tapi ia memaklumi karena pada akhir tahun seluruh industri rokok biasanya meningkatkan
pembelian pita cukai dibanding pada awal tahun sehingga pada awal tahun berikutnya jumlah
pendapatan cukai menurun. "Memang biasa pada dua bulan pertama pendapatan cukai selalu di
bawah target,"imbuh Eddy.

Untuk tahun lalu pendapatan Direktorat Bea dan Cukai melebihi pendapatan yang ditargetkan.
Dari 22,4 persen pendapatan yang ditargtekan, direktorat di bawah Departemen Keuangan itu
membukukan pendapatan sebesar 23,3 persen yakni Rp 900 miliar.

Mengomentari rencana pemerintah membatasi jumlah tar dan nikotin dalam tiap batang rokok,
menurut Eddy, hal itu tak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan cukai rokok. Menurutnya
pengaruh itu akan terjadi jika pembatasan tar dan nikotin juga mempengaruhi produksi rokok.
Melalui revisi Peraturan Pemerintah Nomor 38/2000, pemerintah berencana menetapkan kadar
tar sebanyak 20 miligram dan nikotin 1,5 miligram dalam tiap batang rokok.

Draft ini, kata Eddy, masih dalam tahap pembahasan. Ia mensinyalir industri rokok, khususnya
rokok kretek, belum siap dengan pembatasan itu. Sehingga rencana pemerintah merevisi
peraturan batasan rokok mendapat tentangan dari industri rokok. Menurutnya, pembatasan tar
dan nikotin relevansinya dengan Departemen Kesehatan yang meminta mencantumkan jumlah
dua zat itu dalam tiap bungkus rokok.

Eddy menjelaskan dalam menetapkan harga cukai rokok pihaknya menghitung dari tarif dan
harga eceran setiap merek rokok, sehingga, "Ada strata untuk masing-masing industri." Maka
untuk setiap industri digolongkan menjadi golongan I, II, dan III. Ia mencontohkan kretek putih
dengan mesin cukainya mencapai 40 persen, yang merupakan harga lebih tinggi dibanding cukai
untuk kretek putih dengan tangan.

Pemerintah memperpanjang waktu sosialisasi pembatasan tar dan nikotin menjadi lima tahun
untuk industri rokok dengan mesin dan sepuluh tahun untuk industri dengan tangan. Pemerintah
beranggapan pembatasan tar dan nikotin harus dilakukan dengan menggunakan teknologi
canggih.

Bagja Hidayat --- TNR


http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/2003/05/26/brk,20030526-34,id.html

Departemen Kesehatan Serukan Film Bebas Rokok


26 Mei 2003

TEMPO Interaktif, Jakarta:Dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS)
tangal 31 Mei mendatang, Departemen Kesehatan menetapkan “Film dan Fesyen Bebas Rokok”
sebagai tema peringatan. Hal ini disampaikan Menteri Kesehatan RI, Sujudi, di Departemen
Kesehatan, Jl. Rasuna Said Jakarta, Senin (26/5) siang.

Maksud dipilihnya tema tersebut antara lain karena film dan fesyen melibatkan banyak
peragawan peragawati dan bintang film yang menjadi idola masyarakat. Akibatnya, sebagai idola
masyarakat, tingkah laku mereka dapat dijadikan panutan dalam kehidupan sehari-hari. “Kami
berharap peragawan peragawati dan bintang film mempelopori sikap tidak merokok sebagai gaya
hidup," kata Sujudi.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Perwakilan WHO di Indonesia Dr. George Petersen
menjelaskan, tema ini dipilih untuk menyoroti dunia fesyen dan perfilman dalam menyebar-
luaskan bencana kesehatan akibat rokok. Lewat pemilihan tema ini, kata Petersen,
sesungguhanya WHO tengah menyerukan kepada industri hiburan untuk berhenti
mempromosikan benda penyebab mematikan manusia tersebut.

Menurut Petersen, WHO bersama mitra-mitranya, termasuk berbagai persatuan kedokteran di


berbagai negara, menyerukan ke berbagai industri hiburan dan fesyen untuk melaksanakan
tanggung jawab sosial yang sama luasnya dengan pengaruh mereka yang jangkauannya
mendunia. Secara khusus, WHO meminta industri perfilman Hollywood dan Bollywood ikut serta
membersihkan semua film dari promosi tembakau atau rokok “Dunia perfilman dan fesyen tidak
dapat dituduh sebagai penyebab kanker. Tetapi mereka juga tidak boleh mempromosikan benda
penyebabkan kanker itu,” tutur Petersen.

Dalam kesempatan itu, Petersen menyodorkan hasil penelitian di Amerika yang menyebutkan
bahwa para remaja yang mengidolakan bintang film yang merokok, di masa depannya akan
merokok lebih dari 16 kali. Selain itu, 30 persen yang melihat adegan merokok sampai 150 kali,
akhirnya juga merokok. Masih menurut penelitian, selama periode 1988-1997, 85 persen dari 24
film paling laris di Hollywood mempertunjukan adegan penggunaan tembakau.

Selain itu, sebuah penelitian tentang 395 film India yang diproduksi 1991–2001 menunjukan
bahwa 76,5 persen diantaranya mempertontonkan adegan merokok. “Mengingat semua
tantangan ini, jelaslah semua negara termasuk Indonesia tidak boleh istirahat dalam bekerja
melawan tembakau,” ujar Petersen. (Yandhrie Arvian -TNR)
http://www.tempointeractive.com/hg/ekbis/2004/01/07/brk,20040107-21,id.html

Pemerintah Targetkan Produksi Rokok 200 Miliar


07 Januari 2004

TEMPO Interaktif, Jakarta: Pemerintah menargetkan industri rokok bisa memproduksi rokok
hingga 200 miliar batang tahun ini. Jumlah tersebut untuk memenuhi target penerimaan cukai
tahun ini sebesar Rp 27,6 triliun. Demikian diungkapkan Direktorat Jenderal Bea Cukai Eddy
Abdurrahman, di Jakarta, Rabu (7/1),

Selain menambah jumlah produksi, kata Eddy, dari segi kegiatan pemerintah tidak akan
menaikkan tarif cukai dan harga jual eceran rokok. Dari lima kali perubahan kenaikan cukai rokok
sepanjang 2001-2003, kata Eddy, penerimaan negara dari cukai cenderung menurun.
Berpedoman pada pengalaman ini pemerintah tidak akan menaikkan harga cukai hingga tercapai
situasi ekonomi yang stabil.

Ia berharap, dengan adanya kebijakan itu industri rokok bisa merestrukturisasi perusahaan
dengan menambah jumlah produksi rokok selain keadaan ekonomi yang terus membaik. "Kalau
konsumsi naik produksi juga pasti naik," katanya.

Kebijakan lainnya yang akan terus dijalankan pada 2004 adalah mencegah beredarnya pita cukai
palsu dan kecepatan pelayanan pembayaran cukai.

Sedangkan untuk penerimaan bea masuk tahun ini, pemerintah menargetkan penerimaan
sebesar Rp 11,6 triliun. Meski tahun 2003 lalu penerimaan bea masuk tidak tercapai, pemerintah
tetap menaikkan target penerimaan denagn perkiraan kondisi ekonomi yang membaik dengan
adanya peningkatan impor.

Bagja Hidayat - Tempo News Room


http://www.tempointeractive.com/hg/nusa/jawamadura/2004/06/11/brk,20040611-06,id.html

Tujuh Daerah Produsen Rokok Minta Penundaan Cukai


Jum'at, 11 Juni 2004 | 11:55 WIB

TEMPO Interaktif, Kediri:Tujuh daerah produsen rokok meminta kepada pemerintah agar dapat
menunda pembayaran cukai rokok, yang semula ditetapkan dua bulan kemudian dapat diundur
menjadi tiga bulan. Ke tujuh daerah itu antara lain Kabupaten Kudus, Kabupaten/Kota Kediri,
Kabupaten/Kota Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kota Surabaya.

Permohonan penundaan tersebut juga mendapatkan dukungan dari produsen rokok Sampoerna,
Tri Sakti Purwosari Makmur, Gabungan Pengusaha Rokok Malang, Bentoel Prima, dan Gudang
Garam. Hal itu diungkapkan Ketua Pansus Cukai DPRD Kudus, MA Kurnen, Jum’at (11/6).

Tujuan dari penundaan pembayaran cukai itu, menurut Kurnen, uang yang disetor oleh produsen
ke Departemen Keuangan dapat terlebih dahulu mengendap satu bulan di bank, selanjutnya dari
bunganya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan di daerahnya masing- masing.
Upaya yang dilakukan ini, sebagai kompensasi dari cukai rokok yang disetor ke pemerintah pusat
karena selama ini daerah produsen rokok tidak mendapatkan bagian dari perolehan cukai
tersebut.

Menurut Kurnen, untuk kepentingan penundaan pembayaran cukai itu, telah dibentuk sebuah tim.
Surat penundaan dari ketujuh daerah telah disampaikan ke Departemen Keuangan. Dari daerah
produsen rokok di Jawa Tengah dan Jatim ini, setiap bulan cukai rokok yang disetor ke
pemerintah pusat sekitarRp 2,5 triliun. Untuk kepentingan itu, menurut Kurnen, tim membutuhkan
dukungan dari pemprop Jateng dan Jatim.

Bandelan Amarudin – Tempo News Room


http://www.tempointeractive.com/hg/ekbis/2004/01/02/brk,20040102-46,id.html

Rokok dan Kendaraan Bermotor akan Kena Pajak Barang Mewah


02 Januari 2004

TEMPO Interaktif, Jakarta: Mulai 1 Januari 2004 pemerintah akan menerapkan pajak
pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah (PPn BM) untuk tiga komoditi yaitu
rokok, kendaraan bermotor, dan minuman berakohol. Kebijakan ini akan diujicobakan di Batam.
Demikian diungkapkan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Eddy Abdurrahman di Jakarta, Jumat
(1/2).

Selain PPN dan PPn BM, ketiga komoditas itu juga akan dikenakan bea masuk. Menurut Eddy,
penerapan ini tidak akan menggangu investasi dan menyurutkan industri memproduksi
komoditasnya. Alasannya, kebijakan itu akan dikenakan bagi komoditas yang dipakai untuk
konsumsi. "Kalau untuk industri tetap diberikan fasilitas bebas pajak dan bea masuk," kata Eddy.

Kebijakan fasilitas bebas bea masuk dan pajak ini diterapkan untuk seluruh kawasan brikat
nasional. Batam, kata Eddy, sebelum diterapkan Undang-Undang Zona Perdagangan Bebas
yang masih digodok DPR, Batam akan diperlakukan sebagai kawasan brikat. Ia menjamin
penerapan kebijakan itu akan mengurangi penyelundupan tiga komoditas itu. "Justru dengan
kebijakan ini kami mengupayakan praktek-praktek semacam itu berkurang," katanya.

Menurut Eddy, kebijakan penerapan pajak dan bea masuk itu secara bertahap akan dikenakan
juga untuk komoditas lainnya. Untuk barang elektronik pengenaan pajak dan bea masuk akan
diterapkan pada 1 Maret 2004. "Setiap enam bulan ada pertambahan komoditas sampai 18 bulan
sejak 1 Januari," katanya.

Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Pajak Hadi Poernomo mengatakan potensi penerimaan
pengenaan PPN, PPn BM, dan bea masuk itu sekitar Rp 300-400 miliar. Senada dengan Eddy,
Hadi juga menjamin penerapan pajak itu tidak akan mengganggu arus investasi ke dalam negeri.

Menteri Keuangan Boediono menambahkan prinsip kebijakan itu ditujukan untuk menyamakan
perlakuan bagi seluruh kawasan berikat di Indonesia dalam pengenaan pajak. "Tidak di Gunung
Kidul tidak di Batam, nantinya sama," katanya. Ia juga menjamin penerapan kebijakan itu tidak
akan mengganggu daya saing investasi. "Itu tidak akan mengganggu," katanya.

Tanggal 1 Januari juga mulai diberlakukan peraturan pemungutan PPN dan PPn BM hanya
dilakukan oleh bendaharawan negara. BUMN, Bank Indonesia, atau perusahaan kontrak yang
ditunjuk pemerintah tidak akan lagi menjadi pemungut dua jenis pajak itu. Pemungutan PPN dan
PPN BM dilakukan dengan cara memotong langsung tagihan pengusaha kena pajak rekanan
pemerintah.

Bagja Hidayat - Tempo News Room


http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/2004/05/31/brk,20040531-22,id.html

Konsumsi Rokok Indonesia Lima Besar Dunia


Senin, 31 Mei 2004 | 15:49 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Indonesia berada dalam urutan tertinggi kelima di antara negara-
negara di dunia dengan konsumsi rokok sebanyak 182 miliar batang pada tahun 2002. Hal ini
disampaikan Menteri Kesehatan, Achmad Sujudi, dalam sambutan memperingati Hari Tanpa
Tembakau Sedunia, Senin (31/5), di Gedung Departemen Kesehatan, Jakarta.

Tahun ini, peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia mengambil tema "Kemiskinan dan
Merokok", untuk mengingatkan bahwa kemiskinan dan kebiasaan merokok merupakan dua hal
yang sangat berhubungan. "Berdasarkan data Susenas, lebih dari 30 persen penduduk dewasa
mempunyai kebiasaan merokok," papar Sujudi. Mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh rokok,
Sujudi menilai perlu penanggulangan yang sistematis dan terus menerus.

Wakil WHO Indonesia Frits Reijsenbach de Haan, dalam pidatonya menyampaikan bahwa
masyarakat miskin adalah kelompok masyarakat yang paling menjadi korban dari industri
tembakau, karena menggunakan penghasilan mereka untuk membeli sesuatu yang justru dapat
membahayakan kesehatan mereka. "Berbagai penelitian membuktikan bahwa yang paling
banyak merokok adalah kelompok masyarakat miskin," paparnya.

Dalam kesempatan itu, Menteri Kesehatan memberikan penghargaan kepada Pondok Pesantren
Langitan, Tuban, Jawa Timur, asuhan KH Abdullah Faqih yang telah menetapkan wilayah
pondoknya sebagai kawasan bebas rokok sejak 20 tahun lalu.

Rina Rachmawati - Tempo News Room


http://www.tempointeractive.com/hg/nusa/jawamadura/2005/03/05/brk,20050305-24,id.html

Negara Rugi Rp 150 Miliar Akibat Cukai Rokok Palsu


Sabtu, 05 Maret 2005 | 18:52 WIB

TEMPO Interaktif, Kediri: Menteri Keuangan Yusuf Anwar menyatakan saat ini pihaknya tengah
berkonsentrasi pada meruyaknya serangan cukai palsu. Karena pengaruhnya sangat besar bagi
kondisi keuangan di Indonesia. "Industri rokok merupakan salah satu penyumbang terbesar
pendapatan negara. Potensi penerimaan negara dari cukai tahun lalu mencapai Rp 30 triliun,"
kata Yusuf Anwar saat mengunjungi pabrik rokok PT Gudang
Garam Tbk, Kediri, Sabtu (5/3).

Menurutnya kunjungan ke pabrik rokok sangat penting


karena jumlah pekerjanya mencapai puluhan ribu orang seperti PT Gudang Garam Tbk yang
memiliki pekerja kurang lebih 40 ribu orang. Untuk itu pemerintah wajib melindungi, terutama dari
tindakan pelanggaran hukum berupa pemalsuan cukai rokok, rokok palsu serta penyelundupan
rokok.

"Beberapa waktu lalu Bea Cukai berhasil menemukan


rokok Gudang Garam palsu buatan Cina. Tindakan itu
jelas mengganggu potensi penerimaan negara dari produk
rokok," kata Yusuf Anwar.

Akibat pemalsuan cukai dan rokok pada 2004, negara rugi sekitar Rp 150 miliar. Untuk itu Bea
Cukai mengambil langkah mencegah pemalsuan pita cukai rokok dengan cara
melakukan personalisasi pita cukai rokok untuk masing-masing perusahaan rokok.

"Setiap pita cukai rokok untuk sebuah perusahaan rokok


tertentu akan diberi kode-kode tertentu. Sehingga
sebuah perusahaan rokok tidak bisa menggunakan pita
cukai yang dimilki perusahaan rokok lain," katanya.

Dwidjo U. Maksum
http://www.tempointeractive.com/hg/jakarta/2005/02/03/brk,20050203-16,id.html

Masyarakat Belum Siap Hadapi Larangan Merokok


Kamis, 03 Pebruari 2005 | 12:37 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Menurut Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sutiyoso,
masyarakat belum siap menghadapi larangan merokok di tempat umum. Selain memerlukan
pembangunan infrastruktur pendukung, juga waktu sosialisasi yang cukup. "Jadi ada proses,"
kata Sutiyoso di Kantor Balaikota, Jakarta, Kamis (3/2).

Tentang lamanya sosialisasi, Sutiyoso belum mengetahui secara pasti. "Itu masalah teknis,"
ungkapnya.

Larangan merokok di tempat umum tertuang dalam Rancangan Peraturan Daerah (Raperda)
tentang pengendalian pencemaran udara. Raperda ini, rencananya akan disahkan pada Jumat
(4/2).

Denda yang dikenakan bagi pelanggar peraturan ini adalah Rp 50 juta atau kurungan enam
bulan. Dasar Raperda ini adalah UU Nomor 19 tahun 2003 tentang kesehatan.

Sementara itu, mengenai pengawas Perda, Sutiyoso mengatakan akan mengambil unsur
fungsional saja. Salah satu kemungkinannya, kata dia, menggunakan Dinas Ketentraman dan
Ketertiban (Trantib) sebagai pengawas. "Salah satu tugas Trantib adalah mengamankan Perda,"
kata Sutiyoso.

Gubernur menambahkan, Trantib akan diberikan pengarahan tentang Perda ini. Sedangkan dana
operasionalnya akan berasal dari anggaran rutin Trantib.

Eworaswa
http://www.tempointeractive.com/hg/ekbis/2005/01/20/brk,20050120-37,id.html

Sampoerna Beri Beasiswa ke 5.000 Siswa


Kamis, 20 Januari 2005 | 19:34 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:PT HM Sampoerna Tbk. akan memberikan beasiswa kepada 5.000
siswa pada tahun ajaran 2005/2006.

Menurut Direktur Program dan Urusan Alumni Sampoerna Foundation Eddy F. Henry, dari jumlah
itu, 1.000 beasiswa akan diberikan untuk siswa tingkat dasar (SD) dan tingkat menengah
pertama (SMP).

Sebanyak 3.000 beasiswa akan dialokasikan untuk siswa-siswa tingkat menengh atas (SMA).
“Sebanyak 60 persen penerima beasiswa dari luar Pulau Jawa dan 40 persen dari Pulau Jawa,”
kata Eddy di Jakarta hari ini.

Siswa SD akan menerima uang beasiswa sebesar Rp 25 ribu, SMP Rp 35 ribu, dan SMA Rp 50
ribu per bulan. “Untuk penyalurannya, kami bekerja sama dengan BRI,” kata Eddy. Sampoerna
juga memberikan beasiswa kepada mahasiswa tingkat S1 sebanyak 30-45 orang dan S2
sebanyak 20-25 orang.

Eddy mengatakan, para siswa yang bisa mendapat beasiswa adalah yang lulus seleksi dengan
syarat berprestasi dan miskin. Beberapa standar telah ditetapkan seperti nilai minimum siswa
yang tidak boleh kurang dari 7,5. Namun, bagi yang berprestasi di luar akademik seperti olah
raga, standar itu diturunkan nilainya menjadi 6,0.

Muchamad Nafi - Tempo


http://www.tempointeractive.com/hg/jakarta/2005/02/04/brk,20050204-10,id.html

Larangan Merokok Disahkan Hari Ini


Jum'at, 04 Pebruari 2005 | 10:19 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Rencananya
akan mensahkan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang pengendalian pencemaran
udara, termasuk di dalamnya larangan merokok di tempat umum.

Selain itu bagi pemilik kendaraan diwajibkan melakukan uji emisi. Bagi pelanggar aturan tersebut
akan dikenakan denda Rp 50 juta atau kurungan selama 6 bulan.

Pengesahan ini akan dimulai dengan penyampaian kata akhir dari masing-masing fraksi.
Rencananya, acara ini dimulai pukul 09.00 WIB namun hingga berita ini diturunkan rapat belum
juga dimulai.

Rapat Paripurna di gedung DPRD DKI Jakarta Lantai 3 ini rencananya akan dihadiri Gubernur
DKI Jakarta Sutiyoso. Selain itu, dijadualkan pula hadir berbagai pihak yang terkait dengan Perda
ini.

Eworaswa
http://www.tempointeractive.com/hg/jakarta/2005/02/04/brk,20050204-53,id.html

Denda Rp 50 Juta Untuk Perokok Tak Masuk Akal


Jum'at, 04 Pebruari 2005 | 17:23 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Pengesahan Raperda tentang Pengendalian dan Pencemaran Udara


(PPE) mengandung pro-kontra. Perda yang salah satunya mengatur tentang etika merokok itu
ditanggapi dingin oleh sebagian besar perokok aktif. Sebagian besar perokok, tidak setuju
dengan larangan merokok di tempat umum. Namun para perokok pasif menyambut gembira
Raperda ini.

Sebagian besar warga Jakarta juga belum mengetahui Raperda tersebut. "Kayanya kurang
sosialisasi" kata Bany (25 tahun) warga Duren Sawit Jakarta Timur, ketika ditemui di kantornya,
Jumat (4/1).

Bany, yang dalam sehari bisa menghabiska 1 bungkus rokok, mengaku kurang setuju dengan
pelarangan merokok di tempat umum. "Kalau di kendaraan umum itu wajar lah, tapi kalau di
tempat terbuka, masa nggak boleh juga?" ujarnya.

Ia sadar tujuan Perda itu baik. Namun ia tetap pesimis hal itu bisa berjalan disemua kalangan
masyarakat. sebab, kata dia, hal tersebut hanya dapat ditegakkan kepada orang-orang dengan
latar belakang pendidikan tertentu, namun untuk masyarakat bawah, yang merupakan mayoritas
penduduk, hal itu akan sulit dilakukan. "Mereka mungkin nggak tau Perda itu apa, gimana
menerapkannya?" katanya.

Seharusnya, kata dia, kesadaran masyarakatlah yang perlu ditingkatkan terlebih dahulu.
"Pemerintah cuma bisa bikin aturan yang hukumannya denda," tambahnya. Bila peraturan
tersebut disahkan, tambahnya, akan menjadi polemik bagi masyarakat karena denda yang
ditetapkan untuk pelanggarannya adalah Rp 50 juta. "Rakyat kecil Rp 1 juta saja mungkin nggak
punya" katanya melanjutkan.

Suwito (40 tahun) yang juga seorang perokok, bahkan mengatakan bila peraturan ini ingin
ditegakkan sebaiknya tutup saja pabrik rokok. "Karena peraturan ini nggak efektif," katanya.

Berbeda dengan dua para perokok aktif itu, Ratih (24 tahun) warga Cilitan dan seorang perokok
pasif sangat menyetujui Perda ini. "Sebagai perokok pasif, saya berhak menghirup udara segar
bebas asap rokok" katanya. Selama ini, kata dia, masyarakat perokok bisa merokok dimana saja
dan seakan tidak peduli dengan yang tidak merokok. Namun ia juga pesimis peraturan ini dapat
dijalankan. "Kecuali kalau aparatnya benar-benar menjalankannya" tambahnya.

Pernyataan serupa datang dari Ronald (28 tahun). Walaupun seorang perokok aktif yang bisa
menghabiskan 1 bungkus rokok dalam sehari, ia setuju dengan Raperda ini. Ia berpendapat
peraturan ini efektif untuk mengurangi polusi yang sudah kotor di Jakarta.

"Lagipula ini bisa mengurangi tingkat perokok aktif, baik untuk diri sendiri juga" katanya saat
ditemui di Pusat Grosir Cililitan. Namun mengenai denda Rp 50 juta, ia mengatakan hal tersebut
sangat berlebihan. "Seharusnya Rp 5 juta saja. Jumlah segitu saja orang sudah mikir, kalau Rp
50 juta orang bisa bayar nggak?" kata dia. Ia yakin bila Raperda ini dilaksanakan benar-benar
pasti berhasil. "Tapi kita lihat saja nanti. Kalau nggak ada follow up-nya percuma" tandasnya.

nofi triana firman


http://www.tempointeractive.com/hg/ekbis/2005/03/15/brk,20050315-07,id.html

Investor Disarankan Hati-Hati Beli Saham HM Sampoerna


Selasa, 15 Maret 2005 | 10:48 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Analis memperkirakan saham rokok HM Sampoerna (HMSP) masih
akan menguat dalam jangka panjang. "Namun investor lebih baik berhati-hati dengan
kemungkinan aksi ambil untung (profit taking) terhadap saham ini," kata analis Supra Surya
Danawan, Hendra Bujang kepada Tempo, Selasa (15/3).

Di samping, itu menurut Hendra, banyak juga investor yang sudah membeli saham HMSP di
bawah harga saat ini, sehingga terbuka kemungkinan untuk menjual saham mereka.

Harga saham HMSP melonjak tinggi kemarin akibat diakuisisinya PT Hanjaya Mandala
Sampoerna Tbk oleh Philip Morris Indonesia. Harga HMSP ditutup pada level Rp 10.450 kemarin
(14/3), naik Rp 1.600 dari penutupan pada hari Kamis (10/3).

Hendra juga mengatakan kenaikan harga HMSP akan berpengaruh juga terhadap saham GGRM
(Gudang Garam). "Dan investor harus berhati-hati karena kalau saham HMSP naik terus,
sedangkan GGRM tidak naik, maka orang akan membeli GGRM," kata Hendra. Lagipula, secara
psikologis, investor akan mencari GGRM sebagai pembanding HMSP.

Selain itu, nantinya price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV) GGRM pun akan
lebih rendah daripada HMSP. Namun Hendra juga melihat untuk jangka panjang sampai tutup
buku tahun ini, HMSP bisa saja mencapai level Rp 11-12 ribu.

Akuisisi HMSP oleh Philip Morris diperkirakan analis sebagai win-win solution. Bagi Philip Morris,
akuisisi ini dilakukan karena prospek HMSP yang bagus. Potensi pasar HMSP masih punya
prospek tinggi. "Selain itu Philip Morris melihat nilai tambah HMSP sebagai perusahaan yang
sehat dengan good corporate governance," kata Hendra.

Bagi HMSP sendiri, akuisisi oleh Philip Morris dapat dijadikan langkah awal HMSP untuk bermain
di pasaran internasional di luar Asia.

Secara umum, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini masih akan menguat.
Namun investor tetap harus berhati-hati dengan kemungkinan aksi ambil untung. "Karena pasar
sudah menunjukkan gejala over bought yang mungkin akan diikuti dengan kondisi jenuh beli,"
kata Hendra.

Pergerakan indeks hari ini akan berada pada kisaran 1.100-1.150. Indeks kemarin ditutup
menguat 15,435 poin menjadi 1.123,482.

Rekomendasi saham untuk aksi beli antara lain saham rokok yaitu HMSP dan GGRM; saham
perbankan seperti BNGA (Bank Niaga); saham properti seperti DILD (Dharmala Intiland) dan
JIHD (Jakarta International Hotel & Development); serta saham telekomunikasi TLKM
(Telekomunikasi Indonesia).

Saham telekomunikasi lainnya, ISAT (Indosat) direkomendasikan ditahan atau dijual. Saham
perkebunan seperti AALI (Astra Agro Lestari) dan LSIP (PP London Sumatra) pun
direkomendasikan untuk dijual.

Saham pertambangan seperti BUMI (Bumi Resources), ANTM (Aneka Tambang (Persero)),
INCO (International Nickel Indonesia), dan MEDC (Medco Energi International)
direkomendasikan untuk disimpan.
Fanny Febiana
http://www.tempointeractive.com/hg/nusa/jawamadura/2005/03/05/brk,20050305-23,id.html

Pembagian Cukai Rokok Tetap Ditangani Pemerintah Pusat


Sabtu, 05 Maret 2005 | 18:43 WIB

TEMPO Interaktif, Kediri: Munculnya desakan kuat dari sejumlah daerah penghasil rokok
mengenai pembagian hasil cukai rokok, tampaknya bakal kandas. Pasalnya, pembagian cukai
rokok tetap akan dilakukan lewat pengalokasian melalui pembahasan DPR dan pemerintah
pusat.

Dengan begitu perjuangan Kota/Kabupaten Kediri,


Surabaya, Malang, Pasuruan dan Kudus mendapatkan bagi
hasil langsung pembayaran cukai rokok, gagal.

Hal itu disampaikan Dirjen Bea Cukai, Eddy Abdulrahman saat mendampingi Menteri Keuangan
Yusuf Anwar berkunjung ke perusahaan rokok PT Gudang Garam Tbk di Kediri, Sabtu (5/3).
"Cukai merupakan pajak negara yang langsung dipungut pemerintah pusat. Selain cukai adalah
PPn dan PPH. Karena dipungut pemerintah pusat, dana tersbut masuk
dalam kas negara. Pengalokasiannya melalui mekanisme
APBN," kata Eddy kepada Tempo, Sabtu (5/3) di Kediri.

Menurutnya, hasil pembahasan pemerintah pusat dengan


DPR dalam panitia anggaran diberikan kepada daerah-daerah dalam bentuk dana alokasi khusus
(DAK) dan dana alokasi umum (DAU) yang dalam perhitungannya sudah ditetapkan
rumusannya. Dengan adanya formula perhitungan yang ditetapkan, diantaranya berdasarkan
jumlah penduduk dan luas daerah, pembagiannya dinilai sudah memenuhi azas keadilan. "Jadi
tidak bisa langsung dibagi sesuai tuntutan daerah. Harus melalui mekanisme anggaran. Dan
cukai rokok itu merupakan hak pemerintah pusat," tandas
Eddy.

Selama ini Kota/kabupaten Kediri, Surabaya, Malang,


Pasuruan dan Kudus, yang merupakan kota yang banyak
ditempati perusahaan rokok, sejak dua tahun lalu
berjuang mendapatkan bagi hasil pembayaran cukai rokok
sebesar 10 persen. Perjuangan itu ditempuh hingga
menghadap DPR di Jakarta.

Dwidjo U. Maksum
http://www.tempointeractive.com/hg/ekbis/2005/01/10/brk,20050110-44,id.html

Philip Morris Gandeng Sampoerna Untuk Distribusi Rokok


Senin, 10 Januari 2005 | 17:34 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:PT Philip Morris Indonesia, produsen rokok Marlboro, mengajak kerja
sama PT HM Sampeorna Tbk (HMSP), melalui anak perusahaan, yakni PT Perusahaan Dagang
dan Industri Panamas (Panamas).

"Pada tanggal 10 Januari 2005, Panamas yang 99 persen sahamnya dimiliki HM Sampoerna
telah menandatangani perjanjian distribusi sebagai distributor eksklusif Philip Morris di
Indonesia," kata Tjandra Bachtiar, Sekretaris Perusahaan HM Sampoerna dalam penjelasannya
kepada Bursa Efek Surabaya (BES), Senin,(10/1).

Dengan perjanjian ini, tutur Tjandra, Panamas akan


menjadi distributor PMI selama 10 tahun mulai tanggal 1 Maret 2005.

Beberapa produk hasil tembakau PMI yang


akan didistribusikan antara lain, Marlboro Merah,
Marlboro Menthol, Marlboro Lights Menthol dan
Longbeach Mild.

Sampoerna yang memiliki pangsa pasar tertinggi untuk penjualan rokok putih. Sampai dengan
September tahun lalu akumulasi penjualan mencapai Rp 13,031 triliun dengan laba bersih Rp
1,726 triliun.
Sedangkan untuk periode satu tahun 2003 penjualan Sampoerna sebesar Rp 14,675 triliun
dengan laba bersih Rp 1,406 triliun.

Sebelumnya, untuk penjualan rokok Marlboro di


Indonesia, Philip Morris bekerja sama dengan PT
Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA). Namun Philip Morris telah memutuskan kerja
sama dengan Bentoel beberapa waktu lalu.

Menurut direksi Bentoel, dengan pemutusan hubungan dengan Morris, pendapatan Bentoel
berkurang hingga 60 persen. (yuliawati)
http://www.tempointeractive.com/hg/jakarta/2005/02/04/brk,20050204-49,id.html

Petugas Trantib Belum Terima Tugas Pengawasan Perda


Jum'at, 04 Pebruari 2005 | 17:12 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Kepala Operasional Suku Dinas Keamanan Ketertiban dan
Perlindungan Masyarakat (Tramtib dan Linmas) Jakarta Selatan, Usman Siringo-ringo, hingga
hari ini, Jumat (4/2), belum menerima penugasan untuk menegakkan dan sosialisasi Peraturan
Daerah (Perda) Pengendalian Pencemaran Udara. Padahal, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso,
dalam pernyataannya kepada wartawan di balaikota, Kamis (3/2), menyatakan Dinas Tramtib dan
Linmas akan ditugaskan untuk mengawasi pelaksanaan perda tersebut.

"Kami belum menugaskan personel, karena surat penugasaannya belum saya terima," ujarnya
kepada Tempo di kantornya, Jakarta, Jumat (4/2). Sedangkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) DKI Jakarta berencana mensahkan Raperda Pengendalian Pencemaran.

Secara pribadi, Siringo-ringo, yang tiap harinya menghabiskan tiga batang rokok, mengaku
mendukung keluarnya perda tersebut. "Memang sebaiknya tidak merokok di tempat-tempat
fasilitas umum," katanya sambil mengisap rokok kreteknya.

Dalam pasal 13, Perda tersebut secara tegas melarang orang merokok di fasilitas publik. Orang
yang melanggar diancam denda Rp 50 juta atau kurungan selama 6 bulan.

Dia sendiri tidak berani berspekulasi, apakah larangan itu akan efektif bisa berjalan atau tidak.
"Sebelumnya juga sudah ada SK Gubernur yang melarang merokok di tempat umum, tapi tetap
saja banyak yang melanggar," katanya. Menurutnya, berhasil tidaknya perda tersebut, sangat
bergantung pada pelaksana di lapangan, terutama pengawas.

Suliyanti
http://www.tempointeractive.com/hg/jakarta/2004/01/09/brk,20040109-10,id.html

Bakar Diri Lantaran Kesal Lihat Suami Merokok


09 Januari 2004

TEMPO Interaktif, Tangerang: Bagi kebanyakan orang, rokok memang mengganggu. Tapi,
tidak harus terjadi seperti yang dialami Sumiyati, 25 tahun, warga Kampung Cisereh, Kadujaya,
Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, ini kan? Tidak suka suaminya merokok di
hadapannya, Sumiyati nekat membakar tubuhnya hingga mengalami luka bakar serius, Kamis
(8/1) malam.

Awalnya, Herri, 22 tahun, sedang santai bersama Sumiyati, istrinya yang baru dinikahinya tiga
bulan lalu dalam status janda cerai dengan satu anak. Di sela-sela perbincangan, Heri
mengeluarkan sebatang rokok dan menyulutnya dengan korek api. Tanpa sungkan, buruh pabrik
kabel di Kawasan Curug itu pun menghisap rokok di hadapan istrinya. Seketika, Sumiyati merasa
kesal karena keasyikan obrolan mereka terganggu asap rokok Herri. Perbincangan santai
kemudian berubah jadi percekcokan. Sumiyati pun menyebut suaminya tidak sayang lagi. Herri
diam saja. Tidak disangka, Sumiyati bangkit dari duduknya dan langsung menuju dapur.
Diambilnya minyak tanah dan dibawa ke ruang tamu. Dihadapan suaminya, Sumiyati langsung
menyirami tubuhnya dengan minyak tanah dan menyulutkan api dari korek api yang juga turut
diambilnya dari dapur. Herri pun kaget. Dirinya berusaha mencegah upaya bakar diri Sumiyati
dengan menepis korek yang hendak dinyalakan. Tapi Sumiyati semakin nekat, korek yang sudah
terlempar direbut kembali dan langsung dinyalakan. Alhasil, api menyala membakar dirinya.

Merasa panik, Herri berteriak minta tolong. Tetangga pun berdatangan, memberi pertolongan
memadamkan api di sekujur tubuh Sumiyati. Setelah padam, Sumiyati langsung dilarikan ke
Rumah Sakit Umum Tangerang. Tapi lantaran luka bakar serius mencapai stadium empat,
Sumiyati kemudian dilarikan lagi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk mendapatkan
perawatan intensif.

Dari keterangan yang dihimpun TNR, aksi membakar diri ini adalah kali keduanya dilakukan
Sumiyati. "Sumiyati termasuk kolokan. Mungkin karena dia anak satu-satunya dan berasal dari
keluaga yang cukup berada. Setiap permintaannya harus dituruti. Kalau tidak, selalu mengancam
akan bakar diri," kata tetangga keluarga Herri-Sumiyati yang tidak mau disebutkan namanya.

Ayu Cipta - Tempo News Room


http://www.suaramerdeka.com/harian/0507/20/slo25.htm
Rabu, 20 Juli 2005 SALA

Eksekutif Siap Tanggapi Interpelasi DPRD

NIAT Wakil Ketua Komisi B DPRD Mahmudi Toh Pati untuk menggunakan hak interpelasi
menyangkut rencana pendirian pabrik pelintingan rokok di Sragen (SM, 13/7), mendapatkan respons
positif eksekutif. Jajaran eksekutif menyatakan siap hadir di DPRD dan menjelaskan rencana
pendirian pabrik rokok senilai Rp 3 miliar kerja bareng Pemkab Sragen, PT Sampoerna, dan mitra
kerja PT Aruma Sukowati. Berikut petikan wawancara Suara Merdeka dengan Asisten II Sekda Drs
Sumarna MM.

Legislatif mau menggunakan hak interpelasi, bagaimana respons eksekutif?

Kalau DPRD jadi menggunakan hak interpelasi kepada eksekutif, guna menjelaskan rencana
pendirian pabrik pelintingan rokok di Nglangon, Sragen, kami siap. Namun, kami lebih menginginkan
dialog saja. Dengan dialog dua arah, antara eksekutif dan legislatif diharapkan bisa menghasilkan
titik temu.

DPRD akan meminta penjelasan karena pendirian pabrik itu dianggap tidak sesuai dengan
prosedur?

Kami sudah melalui prosedur. Bahkan kami sebelumnya memberitahukan kepada sejumlah anggota
DPRD tentang rencana pendirian pabrik pelintingan rokok itu. Kalau DPRD menganggap bahwa
rencana pendirian pabrik rokok itu tidak melalui prosedur, lalu prosedur yang mana?

Kabarnya eksekutif tidak pernah meminta izin DPRD?

Sesuai dengan UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 42 ayat 1 k disebutkan,
DPRD memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antardaerah dan dengan pihak ketiga
yang membebani masyarakat dan daerah.

Karena rencana pendirian pabrik rokok itu tidak membebani masyarakat dan daerah, wajar kami
menginterpretasikan sesuai dengan UU itu kalau kerja sama tersebut dilanjutkan. Sebab tidak
membebani masyarakat dan daerah.

Kalau membebani APBD dan rakyat, kami harus meminta izin DPRD. Namun, kerja sama itu kan
tidak akan mengutik-utik APBD dan membebani rakyat, bahkan akan menguntungkan rakyat karena
menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk menampung sekitar 1.300 orang.

Tentang Memorandum of Understanding (MoU) yang diminta DPRD menyangkut kerja sama itu?

Setelah proyek fisik pabrik rokok yang digarap Mitra Produksi Sigaret (MPS) selesai 75%, pihak PT
Sampoerna baru akan menyepakati MoU dengan Pemkab Sragen dan mitra kerja PT Aruma
Sukowati. Memang, aturan mainnya begitu. Tetapi saya jamin proyek itu tidak akan merugikan
Pemkab Sragen. (Anindito AN-16s)
Pabrik Rokok Utang Iuran Jamsostek
http://www.indomedia.com/bernas/2012/18/UTAMA/18jat2.htm
Semarang, Bernas
Perusahaan rokok di Kudus yang menghentikan iuran Jamsostek sejak Mei 1998 dianggap
memiliki utang, karena secara hukum mereka belum keluar secara resmi. Karena itu Kanwil V PT
Jamsostek Jateng akan melayangkan surat penagihan, sebab iuran tersebut merupakan piutang
negara yang harus dibayar oleh perusahaan rokok.

"Iuran Jamsostek yang belum dibayar selama dua tahun lebih itu menjadi utang perusahaan
rokok, meski selama itu PT Jamsostek tidak memberikan pelayanan kepada para pekerja.
Sebagai piutang negara, PT Jamsostek akan tetap menagih pada perusahaan,"tegas Kepala
Kanwil V PT Jamsostek Jateng-DIY, Drs HM Amin H Usman kepada wartawan di Semarang,
Sabtu (16/12).

Menurut Amin H Usman, sejak para pekerja perusahaan rokok di Kudus masuk sebagai
anggota/peserta Jamsostek, bilai dana mereka yang tersimpan di PT Jamsostek mencapai Rp
2,4 milyar. Jumlah tersebut merupakan simpanan jaminan hari tua dan lain-lain dari sekitar
48.734 peserta pekerja 18 perusahaan rokok.

"Meski mereka menyatakan keluar dari PT Jamsostek, kenyataannya belum ada satupun pekerja
atau perusahaan yang mengambil tabungan jaminan hari tua. Ini juga akan menjadi bukti kalau
mereka sebenarnya belum keluar secara resmi," ujarnya.

Ditanya mengenai dasar yang dipergunakan untuk menagih piutang negara kepada perusahaan
rokok yang tidak membayar selama dua tahun, ternyata Amin tidak bisa menjawab, bahkan
mengalihkan pembicaraan tentang rencana kerja di tahun 2001.

Mengenai rencana kerja di tahun 2001 mendatang, PT Jamsostek mengalokasikan dana Rp 8,7
milyar guna me- ningkatkan kepedulian kepada peserta Jamsostek. Alokasi dana tersebut
dipergunakan untuk menutup uang muka perumahan Rp 4 milyar, dana modal kerja kontraktor
Rp 1 milyar, beasiswa untuk 165 anak sebesar Rp 119 juta, santunan korban PHK sebanyak
1500 orang pekerja senilai Rp 300 juta dan bantuan hibah rumah sakit pemerintah Rp 1 milyar.
(rif)
RENCANA KERJA SKPD DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2006

http://www.dinkes.kebumen.go.id/index.php?name=EZCMS&menu=4&page_id=4&
PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG
Desentralisasi membawa implikasi perubahan mendasar dalam tatanan pemerintahan, sehingga terjadi
juga perubahan peran dan fungsi birokrasi mulai dari tingkat Pusat sampai ke Daerah. Perubahan yang
mendasar itu memerlukan juga pengembangan kebijakan yang mendukung penerapan desentralisasi
dalam mewujudkan pembangunan kesehatan sesuai kebutuhan Daerah dan diselenggarakan secara
efisien, efektif dan berkualitas.
Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan
yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak dalam kandungan
sampai usia lanjut. Selain itu pembangunan bidang kesehatan juga diarahkan untuk meningkatkan dan
memelihara mutu lembaga pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara
berkelanjutan, dan sarana prasarana dalam bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat
dijangkau oleh masyarakat. Dalam kerangka desentralisasi, pembangunan bidang kesehatan ditujukan
untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang berlandaskan prakarsa dan
aspirasi masyarakat dengan cara memberdayakan, menghimpun, dan mengoptimalkan potensi daerah
untuk kepentingan daerah dan prioritas Nasional dalam mencapai Indonesia Sehat 2010.
Selain hal-hal di atas, berbagai perubahan dan perkembangan dalam sekala luas turut mempengaruhi
perubahan arah pembangunan kesehatan di masa yang akan datang.
Pertama, perubahan-perubahan mendasar pada dinamika kependudukan yang mendorong lahirnya
transisi demografis dan epidemiologis.
Kedua, temuan-temuan substantial alam ilmu dan teknologi kedokteran yang membuka cakrawala baru
dalam memandang proses hidup sehat, sakit dan mati.
Ketiga, tantangan global sebagai akibat kebijakan perdagangan bebas, serta pesatnya revolusi dalam
bidan informasi, telekomunikasi dan transportasi.
Keempat, perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap derajat dan upaya kesehatan.
Kelima, demokratisasi disegala bidang yang menuntut pemberdayaan dan kemitraan dalam
pembangunan kesehatan.
Untuk dapat meningkatkan daya tangkal dan daya juang pembangunan kesehatan yang merupakan
modal utama pembangunan nasional, tinjauan kembali terhadap kebijakan pembangunan kesehatan
telah merupakan keharusan. Perubahan pemahaman akan konsep sehat dan sakit serta makin kayanya
khasanah ilmu pengetahuan dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit yang
multifaktorial, telah menggeser paradigma pembangunan kesehatan yang lebih mengutamakan
pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Pentingnya penerapan PARADIGMA SEHAT
merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktif. Paradigma sehat
tersebut merupakan model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang mampu mendorong
masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri, melalui kesadaran yang
lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif . Untuk
mewujudkan KEBUMEN SEHAT TAHUN 2010 bagi terwujudnya INDONESIA SEHAT di masa depan,
maka dasar-dasar, visi, serta misi pembangunan kesehatan harus dapat dilaksanakan serta bertaat azaz
dan berkesinambungan yang dijabarkan dalam Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
tiap tahun.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dimaksudkan sebagai penjabaran Rencana
Strategis Dinas Kesehatan. Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
bertujuan untuk :
1. Mengetahui Kondisi Umum Pembangunan Kesehatan Kab. Kebumen
2. Mengetahui Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan Kab. Kebumen
3. Mengetahui Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kab. Kebumen
4. Mengetahui Program dan Kegiatan Tahun 2006 Dinas Kesehatan Kab. Kebumen
C. SISTEMATIKA
Pendahuluan, berisi tentang uraian latar belakang yang mengantarkan permasalahan bidang kesehatan
serta maksud dan tujuan disusunnya Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas
Kesehatan Kabupaten Kebumen.
Kondisi Umum SKPD, berisi tentang uraian permasalahan internal dan eksternal pembangunan
kesehatan maupun peluang pengembangan. Dengan tinjauan struktur organisasi Dinas Kesehatan dan
masalah strategis.
Visi dan Misi, berisi uraian tentang gambaran masa depan yang ingin dicapai dalam jangka waktu
tertentu, yang realistis dan dapat menyemangati upaya untuk mewujudkannya sejalan dengan
kedudukan, tugas pokok dan fungsi SKPD. Sedangkan Misi merupakan uraian tentang sesuatu yang
harus diemban atau dilaksanakan oleh SKPD sesuai visi yang ditetapkan agar tujuan organisasi dapat
terlaksana dan berhasil dengan baik..
Kebijakan berisi uraian tentang arah penetapan program agar misi pembangunan dapat tercapai.
Program dan Kegiatan, berisi uraian tentang garis besar program dan kegiatan selama satu tahun
berdasarkan kebijakan atau standar-standar yang berlaku.
KONDISI UMUM SKPD DINAS KESEHATAN KEBUMEN

A. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan diatur berdasarkan Perda Kab. Kebumen No. 20
Tahun 2004. Dinas Kesehatan mempunyai Melaksanakan kewenangan otonomi Daerah dibidang
kesehatan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, Dinas
Kesehatan mempunyai fungsi:
a. pelaksanaan pembinaan umum dan perumusan kebijakan teknis dibidang kesehatan meliputi
pendekatan peningkatan (promotif), pencegahan (prefentif), pengobatan (kuratif), pemulihan
(rehabilitatif) berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
b. pelaksanaan pemberian perijinan dan pelayanan umum dibidang kesehatan.
c. pelaksanaan pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis dibidang upaya pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan serta pembinaan operasional sesuai kebijakan Bupati.
Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen terdiri dari :
• Kepala Dinas
• Bagian tata Usaha
• Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
• Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat
• Bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi
• Bidang Promosi & Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
• Unit Pelaksana Tehnis Dinas
• Kelompok Jabatan Fungsional.
B. ISU DAN MASALAH STRATEGIS
Setelah dilakukan analisis, masalah, kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman maka dapat
disimpulkan bahwa isu strategis yang dihadapi adalah :
1. Kerjasama Lintas Sektor
Sebagian dari masalah kesehatan merupakan masalah nasional yang tidak dapat terlepas dari berbagai
kebijakan sektor lain sehingga upaya ini harus secara strategis melibatkan sektor terkait. Isu utama
tersebut adalah bagaimana upaya meningkatkan kerjasama lintas sektor yang lebih efektif karena
kejasama lintas sektor dalam pembangunan kesehatan selama ini sering kurang berhasil. Banyak
program nasional yang terkait dengan kesehatan, tetapi pada akhirnya tidak atau kurang berwawasan
kesehatan. Pembangunan kesehatan yang dijalankan selama ini hasilnya belum optimal karena
kurangnya dukungan lintas sektor. Beberapa program-program sektoral yang tidak atau kurang
berwawasan kesehatan dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat. Sebagian dari
masalah kesehatan terutama lingkungan dan perilaku, berkaitan erat dengan bebagai kebijaksanaan
maupun pelaksanaan program di sektor lain. Untuk itu diperlukan pendekatan lintas sektor yang sangat
baik, agar sektor terkait dapat selalu mempertimbangkan kesehatan masyarakat. Demikian pula
peningkatan upaya dan manajemen pelayanan kesehatan tidak dapat terlepas dari peran sektor-sektor
yang membidangi pembiayaan, pemerintahan dan pembangunan daerah, ketenagaan, pendidikan,
perdagangan dan sosial budaya.
2. Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Mutu sumber daya manusia kesehatan sangat menentukan keberhasilan upaya serta manajemen
kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan yang bermutu harus selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan berusaha untuk menguasai IPTEK yang tinggi/mutakir. Disamping itu
mutu sumber daya tenaga kesehatan ditentukan pula oleh nilai-nilai moral yang dianut dan
diterapkannya dalam menjalankan tugas. Disadari bahawa sumber daya manusia kesehatan Indonesia
yang mengkuti perkembangan IPTEK dan menerapkan nilai-nilai moral etika profesi dalam era pasar
bebas harus diantisipasi dengan meningkatkan mutu dan profesionalisme. Hal ini diperlukan tidak saja
untuk meningkatkan daya saing sektor kesehatan, tetapi juga membantu meningkatkan daya saing
sektor lain. Antara lain peningkatan komoditi ekport bahan makanan dan makanan jadi.
Sejalan dengan desentralisasi penyelenggaraan pemerintah, peningkatan kemampuan dan
profesionalisme manajer kesehatan disetiap tingkat administrasi, merupakan kebutuhan yang sangat
mendesak. Pemberdayaan atau kemandirian masyarakat dalam upaya kesehatan sering belum seperti
yang diharapkan. Kemitraan yang setara, terbuka dan saling menguntungkan bagi masing-masing pihak
dalam upaya kesehatan, menjadi suatu yang penting untuk upaya pembudayaan perilaku hidup sehat,
penetapan kaidah hidup dan promosi kesehatan.
3. Mutu dan Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan.
Dipandang dari segi fisik persebaran sarana pelayanan kesehatan telah dapat dikatakan merata ke
seluruh pelosok wilayah. Namun harus diakui bahwa persebaran fisik tersebut masih belum diikuti
sepenuhnya dengan peningkatan mutu pelayanan. Mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh
kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang tersedia, obat, alat kesehatan dan sarana penunjang, proses
pemberian pelayanan, dan kompensasi yang diterima serta harapan masyarakat pengguna. Dengan
demikian maka peningkatan kualitas fisik serta faktor-faktor tersebut diatas merupakan prakondisi yang
harus dipenuhi. Selanjutnya proses pemberian pelayanan ditingkatkan melalui peningkatan pendidikan
umum, penyuluhan kesehatan, komunikasi yang baik antara pemberi pelayanan dengan masyarakat.
4. Sumber Daya Pembiayaan Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan masih kurang mengutamakan pendekatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
serta pencegahan penyakit, dan kurang didukung oleh sumber daya pembiayaan yang memadai.
Disadari bahwa keterbatasan dana pemerintah dan masyarakat merupakan ancaman yang besar bagi
kelangsungan program pemerintah serta ancaman terhadap pencapaian derajat kesehatan yang
optimal. Dengan demikian maka diperlukan upaya lebih intensif untuk peningkatan sumber daya
pembiayaan dari sektor publik yang diutamakan untuk kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan serta pencegahan penyakit. Sumber daya pembiayaan untuk upaya penyembuhan dan
pemulihan perlu digali lebih bayak dari sumber-sumber yang ada dimasyarakat dan diarahkan agar lebih
rasional dan lebih berhasil dan berdaya guna untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Berbagai
penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pengeluaran langsung masyarakat digunakan secara
kurang efektif dan efisien sebagai akibat dari adanya informasi yang tidak sama antara pemberi
pelayanan dan penerima pelayanan (pasien dan keluarganya). Keadaan ini mendorong perlunya
langkah strategis dalam menciptakan sistim pembiayaan yang bersifat pra upaya yang sering dikenal
dengan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
Ketersediaan sumber daya yang terbatas, khususnya di sektor publik mengharuskan adaya upaya-
upaya untuk meningkatkan peran serta sektor swasta khususnya dalam upaya yang bersifat
penyembuhan dan pemulihan. Upaya tersebut dilakukan melalui pemberdayaan sektor swasta, sehingga
sumber daya yang ada dapat dimafaatkan secara optimal.
VISI, MISI DAN STRATEGI

A. VISI
Sejalan dengan kedudukan, tugas pokok dan fungsinya, visi Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen
dirumuskan sebagai : “Terwujudnya Kebumen Sehat 2010, didukung lingkungan dan perilaku sehat
dengan pelayanan berkualitas dan peran serta masyarakat”
B. MISI
1. Mendorong terlaksananya pembangunan daerah yang berwawasan kesehatan
2. Menggerakkan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
3. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adil, merata dan terjangkau
4. Memberdayakan peran serta masyarakat
C. STRATEGI
Untuk mewujudkan misi pembangunan, secara umum dilakukan menggunakan pendekatan Sistem
Manajemen Kesehatan Terpadu (Integrated of Management Health System). Pendekatan sistem ini
menekankan perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan yang berdasar pada fakta (evidence-
based), dengan intervensi yang menyeluruh (holistic) di semua tingkatan manajemen. Secara
operasional konsep dasar Sistem Manajemen Kesehatan Terpadu terdiri dari fungsi-fungsi pokok, yaitu:
1. Fungsi manajemen umum melalui konsep pengelolaan yang efektif dan efisien
2. Fungsi sistem informasi melalui analisis kependudukan, risiko lingkungan, risiko perilaku, sistem
surveilans, sistem informasi geografis, sistem jaringan komunikasi serta penelitian dan riset operasional.
3. Fungsi perencanaan melalui perencanaan program kesehatan terpadu (P2KT)
4. Fungsi intervensi program kesehatan melalui pemasaran sosial, kemitraan dan pemberdayaan
masyarakat
5. Fungsi audit melalui audit kasus dan audit kesehatan masyarakat untuk menilai keberhasilan
keseluruhan program kesehatan.
ARAH KEBIJAKAN
Tujuan pembanguan kesehatan menuju Kebumen Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku
yang sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.
A. SASARAN
Sasaran pembangunan kesehatan menuju Kebumen Sehat 2010 adalah :
1. Perilaku hidup sehat.
Meningkatnya secara bermakna jumlah ibu hamil yang emeriksakan diri dan melahirkan ditolong oleh
tenaga kesehatan, jumlah bayi yang memperoleh imunisasi lengkap, jumlah bayi yang memperoleh ASI
eksklusif, jumlah anak Balita yang ditimbang setiap bulan, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS), peserta
Keluarga Berencana (KB), jumlah penduduk dengan makan dengan gizi seimbang, jumlah penduduk
yang memperoleh air bersih, jumlah penduduk buang air besar di jamban, jumlah pemukiman bebas
vektor dan rodent, jumlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan, jumlah penduduk berolah raga, dan
istarahat teratur, jumlah keluarga dengan komunikasi internal dan ekternal, jumlah keluarga yang
menjalankan ajaran agama dengan baik, jumlah pengendara yang menggunakan peralatan
keselamatan, jumlah penduduk yang merasa aman berada di kediaman dan tempat-tempat umum,
jumlah penduduk yang tidak merokok dan tidak minum-minuman keras/obat zat adiktif, jumlah penduduk
yang tidak berhubungan seks diluar nikah serta jumlah penduduk yang menjadi peserta Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
2. Lingkungan sehat
Meningkatnya secara bermakana jumlah willayah/kawasan sehat, tempat-tempat umum sehat, tempat
pariwisata sehat, tempat kerja sehat rumah dan bangunan sehat, sarana sanitasi, sarana air minum,
sarana pembuangan limbah, lingkungan sosial termasuk pergaulan sehat dan keamanan lingkungan,
serta berbagai standar dan peraturan perundang-undangan yang mendukung terwujudnya lingkungan
sehat.
3. Upaya kesehatan
Meningkatnya secara bermakna jumlah sarana kesehatan yang bermutu, jangkauan dan cakupan
pelayanan kesehatan, penggunaan obat generik dalam pelayanan kesehatan, penggunaan obat secara
rasional pemanfaatan pelayanan promotif dan preventif, biaya kesehatan yang dikelola secara efisien,
serta ketersediaan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
4. Manajemen Pembangunan Kesehatan
Meningkatnya secara bermakna sistem informasi pembangunan kesehatan, kemampuan daerah dalam
pelaksanaan desentralisasi pembangunan kesehatan, kepemimpinan dan manajemen kesehatan,
peraturan-perundangan-undangan yang mendukung pembangunan kesehatan, kerjasama lintas
program dan sektor
5. Derajat Kesehatan
Meningkatnya secara bermakna umur harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi dan ibu,
menurunnya angka kesakitan beberapa penyakit penting, menurunnya angka kecacatan dan
ketergantungan serta meningkatnya status gizi masyarakat, menurunnya angka fertilitas.
B. KEBIJAKAN
Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada dasar-dasar tersebut
diatas, maka penyelenggaraan tersebut diatas, maka penyelenggaraan upaya kesehatan perlu
memperhatikan kebijakan umum yang dikelompokan sebagai berikut :
1. Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor
Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan kesehatan, kerjasama lintas sektor merupakan hal
yang utama, dan karena itu perlu digalang serta mantapkan itu perlu digalang serta dimantapkan secara
seksama, sosialisasi masalah-masalah kesehatan kepada sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan
berkala. Kerjasama lintas sektor harus mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
serta melandaskan dengan seksama pada dasar-dasar pembangunan kesehatan.
2. Peningkatan Perilaku, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Swasta
Masyarakat dan Swasta perlu berperan akftif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Dalam kaitan ini
perilaku hidup manusia sejak usia dini melalui berbagai kegiatan-kegiatan penyuluhan dan pendidikan
kesehatan, sehingga menjadi bagian dari norma hidup dan budaya masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan kemandirian untuk hidup sehat. Peran masyarakat dalam pembangunan
kesehatan terutama melalui penerapan konsep pembangunan kesehatan masyarakat tetap didorong
dan bahkan dikembangkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan serta kesinambungan upaya
kesehatan. Kemitraan swasta lebih dikembangkan dengan memberikan kemudahan dalam dalam
membangun terutama pelayanan kesehatan rujukan rumah sakit dan pelayanan medik lainnya, dengan
memperhatikan efisiensi keseluruhan sistem pelayanan kesehatan. Kemitraan swasta juga ditingkatkan
dalam pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, Peran organisasi, sebagai organisasi
masyarakat, ditingkatkan terutama menyangkut penyusunan dan pemantauan standar kode etik profesi
dalam pelayanan kesehatan. Organisasi profesi didorong untuk berperan aktif mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan, membantu pemerintah dalam perumusan kebijakan dan
pengolahan serta pemantauan pelaksanaan pembangunan kesehatan dan berfungsi pula memberikan
masukan untuk mengembangkan sumber daya manusia kesehatan.
3. Peningkatan Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan, lingkungan yang
sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan kesehatan dan
keselamatan hidup manusia. Upaya ini perlu untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan
meningkatkan kemauan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan
pembngunan berwawasan kesehatan. Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-
tempat umum serta tempat pariwisata ditingkatkan melalui penyediaan serta pengawasan mutu air yang
memenuhi persyaratan terutama perpipaan, penerbitan tempat pembuangan sampah, penyediaan
sarana pembuangan air limbah serta berbagai sarana sanitasi lingkungan lainnya. Kualitas air, udara
dan tanah ditingkatkan untuk menjamin hidup sehat dan produktif sehingga masyakat terhindar dari
keadaan yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan. Untuk itu diperlukan peningkatan dan perbaikan
peraturan perundang-undangan, pendidikan lingkungan sehat sejak dari usia muda serta pembakuan
standar lingkungan.
Pengendalian penyebab, pembawa serta sumber penyakit perlu dilakukan untuk terciptanya lingkungan
yang sehat bagi segenap penduduk.. Perhatian khusus diberikan kepada gangguan lingkungan karena
penggunakan teknologi dan bahan berbahaya, eksplorasi sumber daya alam yang berlebihan, serta
karena bencana baik oleh alam maupun ulah manusia. Dampak global perubahan cuaca perlu
diwaspadai terutama yang terkait dengan timbulnya berbagai gangguan kesehatan disamping dampak
negataif kelangkaan bahan pangan yang berpengaruh terhadap gizi penduduk.
4. Peningkatan Upaya Kesehatan
Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan,
melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan serta upaya khusus melalui pelayanan kemanusiaan dan darurat atau krisis. Selanjutnya,
pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu terus-menerus diupayakan. Dalam
rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat selama krisis ekonomi, upaya kesehatan
diprioritaskan untuk mengatasi dampak krisis disamping tetap mempertahankan peningkatan
pembangunan kesehatan. Perhatian khusus dalam mengatasi dampak krisis diberikan kepada kelompok
berisiko dari keluarga-keluarga miskin agar derajat kesehatannya tidak memburuk dan tetap hidup
produktif. Pemerintah bertanggung jawab terhadap biaya pelayanan kesehatan untuk penduduk miskin.
Setelah melewati masa krisis ekonomi status kesehatan masyarakat diusahakan ditingkatkan melalui
pencegahan dan pengurangan morbiditas, mortalitas dan kecacatan dalam masyarakat terutama pada
bayi, anak balita, dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas, melalui upaya peningkatan (promosi)
hidup sehat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan penyakit dan
rehabilitasi. Prioritas utama diberikan kepada penanggulangan penyakit menular dan wabah cenderung
meningkat.
Perhatian yang lebih besar diberikan untuk mewujudkan produktifitas kerja yang tinggi, melalui berbagai
upaya pelayanan kesehatan kerja termasuk perbaikan gizi dan kebugaran jasmani tenaga kerja serta
upaya kesehatan lain yang menyangkut kesehatan lingkungan kerja dan lingkungan pemukiman,
terutama bagi penduduk yang tinggal didaerah kumuh. Peningkatan upaya kesehatan dilakukan dengan
menggalang kemitraan sektor swasta dan potensi masyarakat. Peningkatan upaya kesehatan sektor
pemerintah lebih diutamakan pada pelayanan kesehatan yang berdampak luas terhadap kesehatan
masyarakat. Sedangkan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan
penyakit terutama dipercayakan kepada swasta.
Pelayanan kesehatan dasar yang diselenggarakan melalui puskesmas, puskesmas pembantu, bidan di
desa dan upaya pelayanan kesehatan swasta ditingkatkan pemerataan dan mutunya. Begitu pula untuk
pelayanan kesehatan rujukan yang diselenggarakan oleh rumah sakit milik pemerintah maupun swasta.
Peningkatan pemerataan dilakukan penempatan bidan di desa, pengembangan puskesmas yang sudah
ada dan membangun puskesmas pembantu lengkap dengan sarananya. Peningkatan kualitas dilakukan
melelui pelaksanaan jaminan mutu oleh puskesmas dan rumah sakit.
5. Peningkatan Sumber Daya Kesehatan
Peningkatan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan kesehatan dan
diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan terampil sesuai pengembangan ilmu dan
teknologi, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berpegang teguh pada
pengabdian bangsa dan negara dan etika profesi. Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta mutu tenaga
kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan pembangunan kesehatan.
Dalam perencanaan tenaga kesehatan perlu diutamakan penentuan kebutuhan tenaga diberbagai
negara diluar negeri dalam rangka globalisasi.
Pengembangan karier tenaga kesehatan masyarakat dan pemerintah perlu ditingkatkan dengan terarah
dan seksama serta diserasikan secara bertahap.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM), yakni cara pelayanan kesehatan melalui
pembayaran secara pra upaya dikembangkan terus untuk menjamin terselenggaranya pemeliharaan
kesehatan yang lebih merata dan bermutu dengan raga yang terkendali. JPKM diselenggarakan sebagai
upaya bersama antara masyarakat, swasta dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan biaya
pelayanan kesehatan yang terus meningkat. Tarif pelayanan kesehatan perlu disesuaikan atas dasar
nilai jasa dan barang yang diterima oleh anggota masyarakat yang memmperoleh pelayanan.
Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu melalui sisten JPKM yang disubsidi oleh Pemerintah
Bersamaan dengan itu dikembangkan pula asuransi kesehatan sebagai pelengkap/pendamping JPKM.
Pengembangan asuransi kesehatan berada dibawah pembinaan pemerintah dan asosiasi peransuran.
Dalam upaya meningkatkan perbekalan kesehatan, pengadaan dan produksi bahan baku obat yang
secara ekonomis menguntungkan terus ditingkatkan. Pengadaan, produksi dan distribusi obat jadi
ditingkatkan efisien dan mutunya sehingga masyarakat dapat memperoleh obat yang bermutu dengan
harga yang terjangkau. Pemakaian obat yang rasional terutama dengan menggunakan obat generik
lebih digalakkan melalui upaya promosi dan penyuluhan bagai tenaga kesehatan dan masyarakat
umum. Obat-obatan tradisional yang bermanfaat bagi kesehatan akan dimanfaatkan secara terintergrasi
dalam pelayanan kesehatan masyarakat sendiri akan dikembangkan terus melalui pembinaan oleh
pemerintah maupun asosiasi profesi.
Pembinaan kualitas makanan dan minuman yang dipasarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat
ditingkatkan untuk melindungi masyarakat dari bahan dan organisme yang membahayakan.
6. Peningkaan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.
Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan terutama melalui
peningkatan secara strategis dalam kerja sama antara sektor kesehatan dan sektor lain yang terkait, dan
antara berbagai program kesehatan serta antara para pelaku dalam pembangunan kesehatan sendiri .
Manajemen upaya kesehatan yang terdiri dari perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengendalian
dan penilaian diselenggarakan secara sistematik untuk menjamin upaya kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh. Manajemen tersebut didukung oleh sistem informasi yang handal guna menghasilkan
pengambilan keputusan dan cara kerja yang efisien. Sistem informasi tersebut dikembangkan secara
komprehensif diberbagai tingkat administrasi kesehatan sebagai bagian dari pengembangan
administrasi moderm. Organisasi Departemen Kesehatan perlu disesuaikan kembali dengan fungsi-
fungsi : regulasi, perencanaan nasional, pembinaan dan pengawasan.
Desentralisasi atas dasar prinsip otomi yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab dipercepat
melalui pelimpahan tanggung jawab pengelolaan upaya kesehatan kepada daerah. Dinas kesehatan
ditingkatkan terus kemampuan manajemennya sehingga dapat melaksanakan secara lebih bertanggung
jawab dalam perencanaan, pembiayaan pelaksana upaya kesehatan. Peningkatan kemampuan
manajemen tersebut dilakukan melalui rangkaian kemampuan manajemen tersebut dilakukan melalui
rangkaian pendidikan dan pelatihan yang sesuai pembangunan kesehatan yang ada. Upaya tersebut
diatas perlu didukung oleh tersedianya pembiayaan kesehatan yang memadai. Untuk itu perlu
diupayakan peningkatan pendanaan kesehatan yang baik yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan
belanja Nasional maupun dari Anggaran Pembngunan dan Belanja Daerah. Sumber pendapatan untuk
pembangunan kesehatan dapat digali dari pengenaan pajak atas barang konsumen yang merugikan
kesehatan seperti cukai rokok dan tembakau, dan pajak atas minuman keras. Sejalan dengan itu semua
pendapatan oleh intitusi kesehatan dan upaya peningkatan mutu pelayanan. Kerjasama internasional
mungkin diperlukan, tetapi kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri dalam pembangunan
kesehatan perlu diutamakan.
7. Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan.
Penelitian dan pengembengan dibidang kesehatan akan terus dikembangkan secara terarah dan
bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan, utamanya untuk mendukung perumusan
kebijaksanaan, membantu memecahkan masalah kesehatan dan mengatasi kendala di dalam
pelaksanaan program kesehatan dan mengatasi kendala didalam pelaksanaan program kesehatan.
Penelitian dan pengembngan kesehatan akan terus dikembangkan melalui jaringan kemitraan dan
didesentralisasikan sehingga menjadi bagian penting dari pembangunan kesehatan daerah.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan, gizi, pendayagunaan obat, pengembangan obat asli Indonesia, pemberantasan
penyakit dan perbaikan lingkungan. Penelitian yang berkaiatan dengan ekonomi kesehatan
dikembangkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan swasta,
serta meningkatkan kontribusi pemerintah dalam pembiayaan kesehatan yang masih terbatas. Penelitian
bidang sosial budaya dan perilaku sehat dilakukan untuk mengembangkan gaya hidup sehat dan
mengurangi masalah kesehatan masyarakat yang ada.
8. Peningkatan Lingkungan Sosial Budaya.
Selain berpengaruh positif, globalisasi juga menimbulkan perubahan lingkungan sosial dan budaya
masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap pembangunan kesehatan. Untuk itu sangat
diperlukan peningkatan kesehatan sosial dan budaya masyarakat melalui peningkatan sosio-ekonomi
masyarakat, sehingga dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dan sekaligus meminimalkan
dampat negatif dari globalisasi.
PROGRAM DAN KEGIATAN

Arah kebijakan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tersebut dijabarkan dalam
program pembangunan kesehatan jangka menengah (RPJM). Selanjutnya program-program
pembangunan kesehatan dijabarkan ke dalam kegiatan tahunan.
A. Program
1. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
2. Program Lingkungan Sehat
3. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
4. Program Upaya Kesehatan Perorangan
5. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
6. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
7. Program Sumber Daya Kesehatan
8. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
9. Program Pengawasan Obat dan Makanan
10. Program Pengembangan Obat Asli Indonesia
11. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
12. Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
B. Kegiatan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota
Standar Pelayanan Minimal (SPM) memuat batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja
penyelenggaraan kewenangan wajib daerah Kabupaten/Kota. SPM berisi jenis pelayanan dasar kepada
masyarakat dalam bidang kesehatan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1457/Menkes/SK/2003 tentang SPM Bidang Kesehatan Kab/Kota dan Keputusan Gubernur Jawa
Tengah No. 71 Th. 2004 tanggal 23 Desember 2004 tentang SPM Bidang Kesehatan Kab/Kota, berisi 9
Kewenangan wajib, 26 jenis pelayanan minimal, 63 indikator kinerja. Kewenangan Wajib Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota meliputi kewenangan dalam:
1. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar
2. Penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat
3. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang
4. Penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular
5. Penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan sanitaasi dasar
6. Penyelenggaraan promosi kesehatan
7. Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif
8. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian (obat)
9. Penyediaan pembiayaan dan jaminan kesehatan
Dari 9 kewenangan wajib di atas di jabarkan dalam Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, terdiri dari:
1. Pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi
2. Pelayanan kesehatan Anak Pra sekolah dan Usia Sekolah
3. Pelayanan Keluarga Berencana
4. Pelayanan imunisasi
5. Pelayanan Pengobatan /Perawatan
6. Pelayanan Kesehatan Jiwa
7. Pemantauan pertumbuhan balita
8. Pelayanan gizi
9. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan Komprehensif
10. Pelayanan gawat darurat
11. Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan
Gizi buruk
12. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio
13. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru
14. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA
15. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIVAIDS
16. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
17. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare
18. Pelayanan kesehatan lingkungan
19. Pelayanan pengendalian vektor
20. Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum
21. Penyuluhan perilaku sehat
22. Penyuluhan Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif (P3 NAPZA) berbasis masyarakat
23. Pelayanan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan
24. Pelayanan penggunaan obat generik
25. Penyelenggaraan pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan
26. Penyelenggaraan pembiayaan untuk Keluarga Miskin dan masyarakat rentan
Selain SPM tersebut, Kabupaten/Kota wajib menyelenggarakan jenis pelayanan sesuai kebutuhan
spesifik daerah antara lain:
1. Pelayanan Kesehatan Kerja
2. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
3. Pelayanan gizi pemberian kapsul Yodium pada wanita usia subur
4. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIVAIDS melalui skrining darah donor
5. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Malaria
6. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Kusta
7. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Filariasis
Berdasarkan Fungsi-Sub Fungsi dan Program Kesehatan, disusun Rencana Kegiatan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen tahun 2006 berdasarkan prioritas
adalah sebagai berikut:
1. Pembinaan Bidan di Desa
2. Penyelenggaraan Imunisasi
3. Pengembangan standar pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan dasar (SOP)
4. Peningkatan Gizi Masyarakat
5. Penanggulangan GAKY
6. Peningkatan Pelayanan Gawat darurat
7. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit, Bencana dan
Masalah Kesehatan
8. Pencegahan dan Pemberantasan TBC
9. Pencegahan dan Pemberantasan ISPA
10. Pencegahan dan Pemberantasan HIV / AIDS
11. Pencegahan dan Pemberantasan DBD
12. Pencegahan dan Pemberantasan Diare
13. Pencegahan dan Pemberantasan Malaria
14. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
15. Pengendalian Nyamuk Malaria
16. Pengendalian Nyamuk Demam Berdarah
17. Survelans Kualitas Air
18. Penyuluhan Perilaku Sehat
19. Revitalisasi Posyandu
20. Pengadaan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar dan Obat Kecacingan bagi Murid SD danMI se-
Kabupaten Kebumen
21. Pengadaan Alat Kesehatan untuk Puskesmas
22. Pengadaan Alat Laboratorium untuk Labkesda Kabupaten Kebumen
23. Pembinaan Ketersediaan Penggunaan Obat yang Rasional di Unit Pelayanan Kesehatan.
24. Pembinaan Pengawasan Penerapan Cara Produksi Makanan yang Aman dan Bermutu pada Industri
RumahTangga
25. Pengamanan Produk Makanan yang tidak Memenuhi Syarat
26. Penyelenggaraan JPKM bagi Keluarga Miskin dan Rentan
27. Pemberian Bantuan Operasi Katarak bagi Keluarga Miskin
28. Pembinaan Program KB Bagi Bidan di Desa
29. Pengembangan Sistem Akreditasi Puskesmas
30. Peningkatan pelayanan Kesehatan Jiwa/Napza, indera, gigi dan mulut
31. Penyemprotan Lalat dan Vektor
32. Pemeriksaan Kesehatan TTU
33. Pengadaan Sarana Penyuluhan Perilaku Sehat
34. Pemberdayaan Pondok Pesantren dalam Peningkatan PHBS
35. Pembinaan Pengawasan Peredaran Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Kosmetika.
36. Pembinaan dan Pengawasan Penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) pada jajanan anak
sekolah
37. Pembinaan dan Pengawasan Pelayanan Kesehatan dalam Penggunaan Obat Generik
38. Upaya Kesehatan Kerja
39. Pembinaan Dukun Bayi
40. Pembinaan Kesehatan Remaja dan Usia Lanjut
41. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
42. Pencegahan dan Pemberantasan Kusta
43. Sosialisasi Program Kesehatan
44. Penyuluhan ttg penyakit menular ( DBD, Malaria, Diare dan PD3 I).
45. Pembinaan dan Pengembangan Obat Asli Indonesia (OAI)
46. Penyelenggaraan Forum Perencanaan Bidang Kesehatan
47. Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten dan Puskesmas Berdasarkan SPM
48. Pengembangan Program Aplikasi Sistem Informasi Kepegawaian (SIMKA) di Puskesmas
49. Pembangunan/Pengembangan/ Rehabilitasi Puskesmas, Pustu, Polindes.
PENUTUP
Pembangunan kesehatan pada akhirnya merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar
rakyat, yaitu hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi dalam mendukung peningkatan
kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya
penanggulangan kemiskinan. Keberhasilan pembangunan kesehatan merupakan indikator keberhasilan
pembangunan manusia pada umumnya.
Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Dinas Kesehatan disusun
dengan memperhatikan masukan dari Kecamatan dan kinerja pelaksanaan kegiatan SKPD tahun
berjalan. Dengan demikian, penyusunan Renja SKPD Dinas Kesehatan, merupakan daftar prioritas
kegiatan yang telah melalui tahap sinkronisasi prioritas pembangunan kecamatan dengan rencana kerja
Dinas Kesehatan.

Kebumen,
Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Kebumen,

Dr. SUPRAPTI HARTINI, M.Kes.


NIP. 140097112
LAMPIRAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 5 TAHUN 2003

TANGGAL 15 September 2003

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM


KERJASAMA

DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND

BAB I

PENGANTAR

Selama dua tahun terakhir perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang membaik.
Tanda-tanda kepulihan ekonomi sudah terlihat. Pada akhir tahun 2003, inflasi diperkirakan
berada di bawah 6 %, kurs stabil di sekitar Rp 8.500 per 1 USD, suku bunga SBI 3 bulan
mencapai 9 % per tahun atau lebih rendah, cadangan devisa melampaui USD 34 miliar dan
stok utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus menurun menjadi sekitar
67%.

Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi mulai naik, terutama ditopang oleh pengeluaran
konsumsi masyarakat dan akhir-akhir ini juga oleh tanda-tanda awal kebangkitan ekspor dan
investasi. Namun peningkatan pertumbuhan ekonomi sampai saat ini belum memadai
dibandingkan dengan kebutuhan untuk membuka lapangan kerja baru, meningkatkan
penghasilan masyarakat dan mengurangi kemiskinan. Sasaran utama kebijakan ekonomi dalam
tahun 2004 dan sesudah itu adalah memacu pertumbuhan ekonomi yang memberikan manfaat
bagi masyarakat luas dalam kerangka kestabilan ekonomi yang tetap terjaga.

Dengan latar belakang situasi ekonomi seperti itu, Pemerintah memutuskan untuk mengakhiri
program dengan IMF pada akhir tahun 2003 ini. Untuk selanjutnya, Pemerintah tidak lagi
menerima dana dari IMF beserta fasilitas penjadwalan kembali utang dari Paris Club. Pemerintah
juga telah menyiapkan program pemulihan ekonominya, melaksanakannya sesuai jadwal yang
ditetapkan sendiri oleh Pemerintah dan selanjutnya memonitor hasil-hasilnya. Peran IMF
adalah memberikan penilaian dan saran mengenai pelaksanaan kebijakan ekonomi Pemerintah
berdasarkan Article IV dari Anggaran Dasar IMF yang diberlakukan terhadap semua anggota IMF
serta melalui Post-Program Monitoring yang merupakan proses konsultasi sebagaimana
lazimnya diterapkan kepada negara-negara yang baru saja menyelesaikan program pemulihan
ekonomi dengan IMF. Tanggungjawab kebijakan ekonomi sepenuhnya berada di tangan
Pemerintah.
Dalam rangka pengakhiran program ekonomi dengan IMF tersebut, Pemerintah telah menyusun
paket kebijakan ekonomi yang dilaksanakan terutama dalam tahun 2003 dan 2004 dengan
sasaran pokok:

a. Memelihara dan memantapkan stabilitas ekonomi makro yang sudah dicapai;

b. Melanjutkan restrukturisasi dan reformasi sektor keuangan; dan

c. Meningkatkan investasi, ekspor dan penciptaan lapangan kerja.

Ketiga sasaran pokok itu dijabarkan ke dalam matriks rencana kerja seperti terlampir. Bersama-
sama dengan RAPBN 2004 yang sudah disampaikan kepada DPR-RI, matriks-matriks rencana
kerja ini merupakan upaya Pemerintah untuk mengamankan masa transisi pasca-program IMF,
agar pemulihan ekonomi nasional dapat terus berlanjut dalam tahun 2004 dan sesudahnya.

BAB II

PROGRAM STABILISASI EKONOMI MAKRO

A. Rangkuman

Berakhirnya program ekonomi dengan IMF pada akhir Desember 2003 tidak mengubah
sasaran. Pemantapan ekonomi makro Pemerintah dalam jangka menengah yang
substansinya tertuang dalam Propenas 1999-2004 maupun Repeta 2004. Sasarannya
adalah mencapai posisi keuangan negara yang sehat dan berkelanjutan (fiscal
substainability) dan penururan laju inflasi ke tingkat yang rendah setara dengan mitra-mitra
dagang kita serta terpeliharanya cadangan devisa yang cukup dalam jangka menengah.
Untuk mencapai sasaran tersebut, kebijakan fiskal diarahkan pada :
a. Penurunan defisit anggaran belanja negara secara bertahap untuk mencapai
posisi keseimbangan pada tahun 2005-2006;
b. Pengurangan stok utang pemerintah terhadap PDB hingga mencapai posisi yang
aman;
c. Reformasi dan modernisasi sistem perpajakan nasional untuk mengembangkan
sumber penerimaan negara yang handal;
d. Peningkatan efisiensi belanja negara;
e. Pengembangan sistem pengelolaan utang pemerintah yang efektif.
Matriks rencana tindak ini merupakan komplemen dari langkah-langkah kebijakan yang
diuraikan di dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2004.

Kebijakan yang menjadi kewenangan Bank Indonesia yang meliputi pengendalian inflasi,
menjaga kemantapan nilai tukar dan kecukupan cadangan devisa diuraikan tersendiri secara
rinci oleh Bank Indonesia.

Kerangka jangka menengah kebijakan fiskal dan moneter (sampai dengan 2006) telah
disusun bersama oleh Pemerintah dan Bank Indonesia dan akan dilaksanakan dengan
koordinasi intensif antara Pemerintah dan Bank Indonesia

Perincian dari kebijakan konsolidasi fiskal dan kebijakan menjaga kemantapan neraca
pembayaran diuraikan dalam matrik berikut.

B. MATRIKS PROGRAM STABILISASI EKONOMI MAKRO

(a) KEBIJAKAN KONSOLIDASI FISKAL

Sasaran Penanggung
No. Kebijakan Rencana Tindak Keluaran Pelaksana
Waktu Jawab

1. Reformasi Meningkatkan Amandemen paket Undang- Departemen Menteri


Kebijakan penerimaan pajak,undang (UU) perpajakan Keuangan Koordinator
Perpajakan daya saing dan iklimmenyangkut Tarif, Subyek, (Depkeu), Bidang
investasi melaluiObyek dan Tata Cara Departemen Perekonomian
penyederhanaan Perpajakan, Kepabeanan Kehakiman (Menko
jenis pajak dandan Cukai dan Hak Asasi
struktur tarif dengan Manusia Perekonomian)
memperhatikan tarif• Naskah akademis (Depkeh &
yang berlaku di HAM),
negara-negara lain. • Draft RUU Sekretariat
Negara
(Setneg),
• Penyampaian draft RUU
ke DPR
• Sept 2003
• Rancangan Peraturan
Pemerintah (RPP) dan • Des 2003
Rancangan Keputusan
Menteri Keuangan (KMK) • Jan 2004

• Setelah
pengesahan
UU
Sasaran Penanggung
No. Kebijakan Rencana Tindak Keluaran Pelaksana
Waktu Jawab

2. Reformasi a. Mempermudah • Melaksanakan KMK No. 23Berlanjut Depkeu Menko


Sistem persyaratan wajib Tahun 2003 Pereknomian
Administrasi pajak (WP) patuh
Perpajakan dan mempercepat • 250 WP patuh.
proses Jan 2004
restitusinya.

b. MeningkatkanIntensifikasi penagihanBerlanjut Depkeu Menko


upaya penagihandengan cara konseling, Pereknomian
tunggakan. himbauan, audit, perbaikan
SPT, dan paksa badan.

c. Esktensifikasi WP. Tambahan 60 ribu WP orangDes 2003 Depkeu Menko


pribadi dan 50 ribu WP Pereknomian
badan.
d. Menambah jumlahTambahan 100 WP Besar. Des 2003 Depkeu Menko
WP di Kantor Pereknomian
Pelayanan Pajak
(KPP) WP Besar
(Large Tax Payer
Official/LTO) untuk
meningkatkan
kepatuhan dan
pelayanan
perpajakan.
e. Mengembangkan Penerapan sistemDes 2003 Depkeu Menko
sistem administrasi KPP WP Besar Pereknomian
administrasi KPP pada Kanwil VII DJP Jaya
WP Besar. Khusus.

f. Mengembangkan Uji coba pada Kanwil DJPMar 2004 Depkeu Menko


sistem adminisrasi Jakarta. Pereknomian
pajak baru
terhadap Kantor
WP Menengah
dan Kecil (Medium
and Small Tax
Payer Office).
Sasaran Penanggung
No. Kebijakan Rencana Tindak Keluaran Pelaksana
Waktu Jawab

3. Kebijakan a. Intensifikasi Peningkatan penerimaanBerlanjut Depkeu Menko


Cukai Rokok pemberantasan negara dari cukai rokok Perekonomian
rokok tanpa pita
cukai dan/atau
cukai palsu

Dimulai di Pulau
Jawa dan
dilanjutkan ke
wilayah lainnya.
Hasil operasi dan
tindak lanjut
diumumkan
kepada publik dari
waktu ke waktu.

b. Mempertahankan sda Tahun Depkeu Menko


pemberlakukan Anggaran Perekonomian
tarif advalorem. 2004 & Tahun
Anggaran
2005
c. Penetapan target sda Tahun Depkeu Menko
cukai yang Anggaran Perekonomian
rasional dengan 2004 & Tahun
memperhatikan Anggaran
kemampuan 2005
industri rokok.

4. Refomasi a. Perluasan jalur Kriteria pemakai jalurBerlanjut Depkeu Menko


Sistem prioritas. prioritas direview dan Perekonomian
Administrasi disinkronisasikan dengan
Kepabeanan kriteria wajib pajak patuh
Direktorat Jenderal Pajak.

SK Dirjen Bea dan Cukai.

b. Penyempurnaan Menko
Sasaran Penanggung
No. Kebijakan Rencana Tindak Keluaran Pelaksana
Waktu Jawab

prosedur verifikasi Sep 2003 Depkeu Perekonomian


kepabeanan untuk
meningkatkan
kepatuhan.

5. Peningkatan a. Pembahasan UU Perbendaharaan Negara Setelah Depkeu Menko


Efisiensi Rancangan disahkan Perekonomian
Belanja Negara Undang-undang
(RUU)
Perbendaharaan
Negara

b. Revisi Keputusan
Presiden
(Keppres) No.18
Tahun 200 tentang
Pedoman Keppres
Pelaksanaan Okt 2003 Menko
Pengadaan Badan Peren-Perekonomian
Barang dan Jasa canan Pem-
Instansi bangunan
Pemerintah, untuk Nasional
meningkatkan (Bappenas),
efisiensi Setneg
penyaluran dana,
kompetisi, dan
transparansi.

c. Pengembangan Keppres Juni 2004 Kementerian Menko


dan Implementasi Komunikasi Perekonomian
e-procurement dan Informasi
untuk sistem (Kmntr
pengadaan barang Kominfo);
dan jasa instansi Bappenas;
Pemerintah. Setneg
d. Reorganisasi Keppres Mar 2004 Depkeu Menko
Departemen Perekonomian
Keuangan dengan
memisahkan
fungsi Anggaran
Sasaran Penanggung
No. Kebijakan Rencana Tindak Keluaran Pelaksana
Waktu Jawab

dan
Perbendaraan.

e. Penyusunan draft
klasifikasi belanja
negara menurut
organisasi, fungsi
dan jenis belanja
sesuai dengan
standar nasional.
• Draft klasifikasi Belanja Des 2003 Depkeu Menko
Negara Perekonomian

f. Menyempurnakan
mekanisme
pinjaman
pemerintah.

• Sosialisasi dan persiapan Menko


departemen 2004 Depkeu Perekonomian

Revisi KMK No. 35/2003 Menko


tenang Perencanaan, Perekonomian
Pelaksana/Penatausahaan Jan 2004 Depkeu
dan Pemantauan Penerusan
Pinjaman Luar Negeri
Pemerintah kepada Daerah.

g. Konsolidasi Treasure Single Account Sep 2004 Depkeu, Menko


rekening berkoordinasi Perekonomian
pemerintah ke dengan Bank
dalam satu sistem Indonesia (BI)
perbendaharaan
umum negara.
Sasaran Penanggung
No. Kebijakan Rencana Tindak Keluaran Pelaksana
Waktu Jawab

h. Menyusun draft Sep 2004 Depkeu, Menko


6 Draft RPP a.l.:
RPP sebagai Setneg Perekonomian
petunjuk  Pedoman sistem Feb 2004
pelaksanaan penganggaran berbasis
Undang-undang kinerja.
Nomor 17 Tahun  Pedoman standar Juni 2004
2003, tentang akuntansi keuangan
Keuangan Negara. pemerintah.

i. Menyusun draft 4 Draft RPP Sep 2004 Depkeu, Menko


RPP atas RUU Setneg Perekonomian
Perbendaharaan
Negara setelah
persetujuan DPR.

j. On-line sistem
rekening
pemerintah melalui
tahap: Sep 2004 Depkeu, Menko
i. Persiapan berkoordinasi Perekonomian
Pedoman untuk pilot project 2005 dengan BI
ii. Pilot project
2006
iii. Implementasi Pedoman Implementasi

On-line rekening pemerintah

6 Konsolidasi a. Melanjutkan
Desentralisasi penyempurnaan
Fiskal UU di bidang
hubungan antara
Pemerintah Pusat
dan Daerah:

 Undang-
undang Nomor Sep 2004 Departemen Menko Polkam
22 Tahun 1999, Draft amandemen Undang- Dalam Negeri
khususnya undang Nomor 22 Tahun (Depdagri)
mengenai 1999
hubungan
antara Pemda
Provinsi dengan
Pemda
Kabupaten/Kota.
Sasaran Penanggung
No. Kebijakan Rencana Tindak Keluaran Pelaksana
Waktu Jawab

 Undang- Draft amandemen Undang- Sep 2004 Depkeu Menko


undang Nomor undang Nomor 25 Tahun Perekonomian
25 Tahun 1999, 1999
mengenai
rumusan
perimbangan
keuangan dan
pengawasannya
, serta
penyesuaian
dengan Undang-
undang Nomor
17 Tahun 2003.
 Undang- Draft amandemen Undang- Jun 2004 Depkeu Menko
undang Nomor undang Nomor 34 Tahun Perekonomian
34 Tahun 2000, 2000
khususnya
mengenai
pengenaan
pajak dan
retribusi daerah
berkenaan
dengan
pemberian
diskresi yang
lebih besar
kepada daerah
dalam hal
penerimaan
sejalan dengan
pemberian
tanggung jawab
yang lebih besar
kepada daerah
dan pemberian
kewenangan
tersebut tidak
menghambat
dunia usaha dan
investasi.

b. Penyempurnaan KMK Okt 2004 Depkeu, Menko


sistem pelaporan Depdagri Perekonomian
keuangan
pemerintah daerah
yang mengacu
kepada Undang-
undang Nomor 17
Tahun 2003
Sasaran Penanggung
No. Kebijakan Rencana Tindak Keluaran Pelaksana
Waktu Jawab

7. Privatisasi Privatisasi sekitar 10 2003/2004 Kementerian Menko


BUMN BUMN (a.l.: PT BRI, Badan UsahaPerekonomian
PT Perusahaan Gas Milik Negara
Negara, PT (Kmntr BUMN)
Danareksa, dan PT
Angkasa Pura I):

 Konsultasi Sep-Okt 2003


DPR

 Pelaksanaan  Penerimaan 2004


Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara
(APBN) 2004

8. Pemantapan a. Merumuskan 2004 Depkeu Menko


KMK
Manajemen kebijakan Perekonomian
Utang Negara pembatasan
pinjaman oleh
pemerintah daerah
dalam 2004
(sesuai Undang-
undang Nomor 17
Tahun 2003 dan
Peraturan
Pemerintah Nomor
23 Tahun 2003).

b. Pengalihan Pusat Keppres Mar 2004 Depkeu Menko


Manajemen Perekonomian
Obligasi Negara
(PMON) ke
Direktorat Jenderal
Perbendaharaan
(sesuai
reorganisasi
Departemen
Keuangan).

(b) KEBIJAKAN MENJAGA KEMANTAPAN NERACA PEMBAYARAN


Sasaran Penanggung
Kebijakan Rencana Tindak Keluaran Pelaksana
Waktu
No. Jawab
1. Menjaga  Mendorong Di Bidang Ekspor: 2004- Departemen Menko Perekonomian
kemantapan tercapainya 2006 Perindustrian
Peningkatan ekspor
neraca transaksi berjalan dan
nonmigas.
pembayaran yang aman Perdagangan
dengan dengan dukungan (Deperindag),
meningkatkan ekspor non-migas, Departemen
Di Bidang Jasa :
ekspor dan pariwisata dan Kebudayaan
memperbaiki jasa TKI yang  Peningkatan dan Pariwisata
kondisi semakin kedatangan dan (Depbudpar),
transaksi meningkat. lama tinggal Departemen
modal turis asing. Tenaga Kerja
mendorong (Depnaker),
kecukupan  Peningkatan Badan
cadangan penerimaan jasa Koordinasi
devisa (lihat TKI dengan Penanaman
Bab IV strata pekerjaan Modal (BKPM),
Program yang semakin Depkeh &
Peningkatan baik. HAM,
Investasi, Departemen
Ekspor, dan Perhubungan
Penciptaan (Dephub),
Lapangan Depkeu,
Kerja). Departemen
Pertanian
(Deptan),
Bappenas,
berkoordinasi
dengan BI.

 Meningkatkan
• Peningkatan 2004-
iklim yang kondusif
penanaman BKPM, Menko Perekonomian
bagi peningkatan 2006
modal asing instansi terkait
investasi luar
(PMA) dan dan
negeri dan arus
investasi asing berkoordinasi
modal masuk.
lainnya. dengan BI
PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MINGGUAN
http://www.fiskal.depkeu.go.id/bapekki/indikator/detailindikator.asp?NewsID=N246359019
INDIKATOR EKONOMI 27 Nov-3 Desember 2005
Hidayat Amir , Amnu Fuady & Gunawan Setiyaji
27 November 2005, 12:25:23 PM
|Download PDF|

SUKU BUNGA
Tingkat SBI 1 bulan hasil lelang tanggal 30 November 2005 bertahan pada tingkat rata-rata
tertimbang (RRT) sebesar 12,25%. Hasil lelang SBI 1 bulan tersebut mampu menyerap dana
sebesar Rp8,912 triliun dari sebesar Rp9,018 triliun penawaran yang masuk. Dana yang terserap
lebih besar dari target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp7,00 triliun. Sementara lelang SBI 3
bulan menghasilkan tingkat bunga rata-rata tertimbang (RRT) sebesar 12,83%. Sementara itu BI
Rate berdasarkan keputusan Dewan Gubernur tanggal 1 Nopember 2005 adalah sebesar
12,25%. Para pengamat memperkirakan BI Rate masih akan dinaikkan akibat tingginya inflasi.
Selain inflasi, kenaikan BI Rate juga dipicu faktor eksternal, yaitu rencana kenaikan tingkat bunga
The Fed Funds pada akhir Januari 2006.

NILAI KURS RUPIAH


Dalam sepekan, rupiah menunjukkan penguatan kurs. Pada tanggal 2 Des 2005, nilai tukar rupiah
mantap di angka Rp10.035 per US$ menyusul penegasan Presiden SBY tentang rencana
reshuffle kabinet dan masuknya nama Boediono sebagai salah satu menteri di bidang ekonomi.
Meski target pertumbuhan ekonomi AS direvisi lebih besar menjadi 4,3% namun pengaruh isyu
reshuffle kabinet lebih besar dan menjadi faktor yang memperkuat nilai tukar rupiah.
Hari-hari sebelumnya diwarnai oleh fluktuasi di kisaran Rp10.000 per US$. Pada hari Senin (28
Nov) rupiah ditutup menguat di posisi Rp10.062 per US$. Penguatan rupiah tidak terlepas dari
melemahnya dolar atas sejumlah major currency.
Di hari Selasa (29 Nov) nilai tukar rupiah ditutup menguat 15 poin terhadap dolar AS pada posisi
Rp10.040 menyusul naiknya angka pengangguran dan turunnya penjualan sektor perumahan di
AS. Faktor penguatan rupiah berasal dari naiknya jumlah pengangguran yang terjadi di AS
menyusul keputusan sejumlah korporasi besar yang memangkas jumlah tenaga kerja, seperti
Merck memangkas 7.000 karyawannya untuk efisiensi. Di hari Rabu (30 Nov) nilai tukar rupiah
pada penutupan sesi sore menguat 5 poin terhadap dolar AS pada posisi Rp10.035 menyusul
potensi membaiknya ekonomi AS di kuartal IV-2005 dan diperkirakan semakin membaik di tahun
2006, namun tetap dibayangi tingginya inflasi. Di hari Kamis (1 Des) berbagai isu positif di dalam
negeri berhasil mengangkat nilai tukar rupiah menjadi Rp10.030,00 seperti naiknya cadangan
devisa menjadi US$33 miliar, inflasi November yang hanya 1,31% dan naiknya indeks saham.
Peluang bagi menguatnya rupiah masih sangat terbuka bila pengumuman reshuffle kabinet dapat
memenuhi harapan pasar secara lebih baik. Faktor fundamental seperti kebijakan BI khususnya
dalam mengendalikan tingkat inflasi akan tetap merupakan batu ujian bagi stabilitas rupiah.

IHSG
Perdagangan saham pada satu pekan lalu (28 November – 2 Desember 2005) menunjukkan
penguatan indeks yang cukup signifikan. Indeks menguat hingga 45,01 poin dari level 1.074,40
menjadi 1.119,41. Unsur utama penguatan ini adalah kabar resmi dari Presiden SBY tentang
masuknya Boediono untuk menduduki salah satu jabatan menteri bidang ekonomi. Kabar ini
membuat IHSG pada perdagangan akhir pekan (Jumat, 2 Des 2005) menguat hingga 23,04 poin.
Pada perdagangan akhir pekan juga tercatat 100 saham menguat, 48 stagnan dan 21 lainnya
melemah. Volume transaksi saham mencapai 1,24 milyar dengan nilai Rp. 1,36 Trilyun dan
frekuensi 18.315 kali.
Pada hari-hari sebelumnya, sebenarnya indeks berada pada trend menguat. Senin (28/11)
sentiment positif bursa regional dan optimisme pasar terhadap tingkat inflasi November 2005
mendorong penguatan indeks sebesar 6,66 poin. Di hari kedua (29/11) indeks menguat tipis 1,21
poin didorong oleh kinerja menggembirakan dari beberapa emiten. Perdagangan Rabu (30/11)
menguat 14,36 poin didukung oleh peningkatan harga beberapa komoditas dari sejumlah emiten
sektor pertambangan, telekomunikasi dan Astra. Indeks hanya terkoreksi tipis sebesar 0,27 poin
di hari Kamis (1/12) saat angka inflasi diumumkan sebesar 1,31%, suatu jumlah di atas harapan
pelaku pasar tapi disikapi dengan hati-hati.
Pekan selanjutnya diperkirakan indeks memiliki peluang untuk terus menguat. Indeks berpotensi
menguat dan saham-saham unggulan akan memberikan sentiment positif ke pasar. Isyu politik
terkait dengan reshuffle nampaknya akan memberikan kontribusi lainnya dalam penguatan IHSG.

INFLASI
Inflasi pada bulan November 2005 mencapai 1,31 persen. Inflasi masih cukup tinggi, meleset dari
perkiraan yang akan turun dari November tahun lalu, bahkan ada yang memperkirakan deflasi.
Inflasi tahun kalender Januari-November 2005 mencapai 17,17 persen, sedangkan yang tahunan
tercatat 18,38 persen.
Dengan demikian, inflasi tahun kalender dan tahunan mencapai titik tertinggi dalam tiga tahun
terakhir ini untuk dua bulan berturut-turut. Faktor pendorong utama tingginya inflasi pada
November 2005 antara lain adalah kenaikan harga kelompok bahan makanan 2,47 persen dan
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, serta tembakau yang mencapai 2,06 persen. Kedua
kelompok itu masing-masing memberikan andil terhadap inflasi November 2005 sebesar 0,62
persen dan 0,36 persen. Termasuk dalam dua kelompok komoditas itu antara lain adalah nasi
dan lauknya, beras, daging ayam ras, bawang merah, daging sapi, dan ikan segar.

HARGA MINYAK
PT Pertamina menurunkan harga bahan bakar minyak untuk industri dalam bulan Desember
2005. Penurunan yang berkisar 4,9-14,4 persen itu mengikuti kecenderungan penurunan harga
minyak mentah di pasar internasional. Harga BBM industri dihitung mengacu pada harga patokan
Mid Oil Platts Singapore (MOPS) plus pajak. Penurunan harga jual ini merupakan bagian dari
mekanisme pasar minyak dunia yang diaplikasikan untuk sektor industri, bungker internasional
dan pelanggan selain sektor rumah tangga, usaha kecil, transportasi dan pelayanan umum. Harga
BBM industri per liter yang berlaku mulai 1 Desember 2005 adalah premium Rp5.150, minyak
tanah Rp5.550, minyak solar Rp5.340, minyak diesel Rp5.180, minyak bakar Rp3.680.
Dibandingkan dengan harga bulan November, harga minyak tanah turun paling tajam, yaitu
sebesar 14,4 persen, disusul solar 13,5 persen, minyak diesel 12,8 persen, premium 12,6 persen,
dan minyak bakar 4,9 persen.
Harga minyak dunia menurun, setelah diumumkannya kenaikan cadangan bahan bakar minyak
(BBM) di Amerika Serikat. Ada kekhawatiran terjadinya kekurangan pasokan selama musim
dingin di wilayah Amerika bagian Utara. Kontrak penjualan minyak mentah ringan New York untuk
pengiriman Januari turun 23 sen dolar menjadi US$57,09 per barel dalam perdagangan. Di
London, harga minyak mentah jenis Brent dari Laut Utara untuk pengiriman Januari juga
mengalami penurunan 37 sen menjadi US$54,68 per barel.

CADANGAN DEVISA
Cadangan devisa Indonesia yang tersimpan di Bank Indonesia (BI) naik sebesar US$719,2 juta
sejalan dengan bertambahnya penerimaan minyak dan gas (migas) karena nilai impor minyak
lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Dengan peningkatan tersebut, pada pekan ketiga
November 2005 tercatat cadangan devisa di BI sebesar US$33,076 miliar, sementara pekan
sebelumnya sebesar US$32,357 miliar.
Posisi uang primer pada 23 November 2005 berdasarkan Indikator Moneter BI mengalami
penurunan dari pekan sebelum-nya menjadi Rp220,343 triliun.
Cadangan devisa diperkirakan mencapai sekitar US$30,7 miliar pada akhir tahun 2005.
Penurunan cadangan devisa diproyeksikan masih berlangsung tahun depan sehingga mencapai
sekitar US$27,1 miliar. Pelemahan cadangan devisa antara lain disebabkan defisit arus modal
publik yang meliputi kegiatan pemerintah, Bank Indonesia, dan BUMN mencapai US$0,6 miliar
pada 2005. Tahun depan defisit arus modal publik diproyeksikan masih meningkat menjadi
US$1,7 miliar, seperti yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah 2006. Kenaikan defisit
arus modal publik tersebut disebabkan antara lain oleh peningkatan pembayaran kembali
pinjaman publik dan IMF yang mencapai US$3,5 miliar pada 2005 dan US$7,5 miliar pada 2006.

PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan impor sampai Oktober 2005 masih lebih
tinggi dibandingkan ekspor. Pertumbuhan impor Januari hingga Oktober 2005 sebesar 29,13%.
Sedangkan pertumbuhan ekspor pada periode yang sama hanya 19,5%. Total nilai ekspor
Januari-Oktober 2005 sebesar US$70,1 miliar. Sedangkan nilai impor pada periode yang sama
sebesar US$48,6 miliar.
Pada Oktober 2005 nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 7,76 miliar, lebih tinggi 5,17% dibanding
ekspor bulan September 2005 sebesar US$ 7,38 miliar. Ekspor nonmigas Oktober 2005
mencapai US$ 5,94 miliar, atau naik 4,90 % dibanding September 2005. Sedangkan nilai ekspor
Januari-Oktober 2005 mengalami kenaikan sebesar 18,75 %. Peningkatan ekspor nonmigas
terbesar Oktober 2005 terjadi pada lemak & minyak hewani atau nabani sebesar US$353 juta.
Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$89,9 juta.
Ekspor nonmigas Oktober 2005 terbesar ke Amerika Serikat, mencapai angka terbesar yaitu US$
929,4 juta, disusul Jepang US$ 842,9 juta dan Singapura US$ 515,6 juta, dengan kontribusi
ketiganya mencapai 38,49%. Sementara ekspor ke 25 negara Uni Eropa sebesar US$892,5 juta.
Menurut sektor, ekspor hasil pertanian dan ekspor hasil industri pada Januari-Oktober 2005
meningkat masing-masing 25,48% dan 13,50% dibanding periode yang sama tahun 2004.
Kenaikan juga terjadi pada komoditas hasil tambang dan lainnya naik sebesar 75,80%.
Sementara nilai impor Indonesia pada Oktober 2005 mencapai US$4,79 miliar atau menurun
2,12% dibanding impor bulan September 2005 sebesar US$4,90 miliar. Total impor Januari-
Oktober 2005 sebesar US$48,63 miliar atau naik 29,13% dibanding impor periode yang sama
tahun 2004 sebesar US$ 37,66 miliar. Impor nonmigas bulan Oktober 2005 mencapai US$3,26
miliar atau meningkat 4,4% dibandingkan September 2005. Total impor Januari-Oktober 2005
mencapai US$33,81 miliar atau naik 19,41% dibandingkan periode yang sama tahun 2004.
Selama Januari-Oktober 2005, impor nonmigas terbesar pada mesin dan pesawat mekanik senilai
US$6,74 miliar atau 19,93 % dari total impor nonmigas. Sedangkan negara pemasok barang
impor terbesar masih Jepang dengan nilai US$5,95 miliar dengan pangsa 17,59 %, diikuti China
11,25 % dan Amerika Serikat 9,16 %. Impor dari negara ASEAN mencapai 19,33% dan Uni Eropa
sebesar 14,30%.
Menurut golongan penggunaan barang, impor bahan baku atau penolong selama Januari-Oktober
2005 meningkat 29,19%. Impor barang modal dan barang konsumsi masing-masing meningkat
sebesar 33,69% dan 20,97% dibanding periode yang sama tahun 2004.
Tingginya pertumbuhan impor ini mengakibatkan kebutuhan valuta asing (valas) makin
meningkat. Karenanya, kebutuhan suplai valas di dalam negeri ke depan terancam mengalami
defisit.

Gedung B Ruang 304, Jalan Dr. Wahidin No. 1 Jakarta 10710 Telp: 021-3441484 Fax: 3848049
Tim Penyusun: Purwiyanto (ed.), Hidayat Amir (hidayatamir@gmail.com), Amnu Fuady
(amnuf@yahoo.com), Gunawan Setiyaji (gsetiyaji@gmail.com).
Materi diolah dari berbagai sumber

Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Berbasiskan Masyarakat


[05 Januari 2004, 10:33 WIB] Oleh : Lina Padmo
http://www.bnn.go.id/konten.php?
nama=ArtikelCegah&op=detail_artikel_cegah&id=6&mn=2&smn=e

• Strategi untuk memberi kekuatan pada masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dan
keterampilan mereka dalam mengdentifikasi, memprioritaskan, dan mengambil tindakan terhadap
kebutuhan masyarakat secara terpadu.

Mengapa perlu partisipasi masyarakat ?

• Masalah narkoba adalah masalah yang sangat kompleks disebabkan oleh berbagai faktor
dalam lingkungan, dan umumnya disebabkan oleh : Individu, Lingkungan dan Narkoba.

• Ini menunjukkan bahwa strategi pencegahan yang efektif adalah secara komprehensif dan
terpadu.

• Kunci pada program pencegahan yang efektif adalah partisipasi dan kerjasama masyarakat
khususnya orang tua, tokoh masyarakat, LSM, sekolah dan anak-anak remaja sendiri.

• Masalah Narkoba adalah masalah masyarakat yang memerlukan kepedulian masyarakat


sendiri. Karenanya, wajar bilamana masyarakat berkewajiban dan bertanggung jawab pula untuk
menanggulangi masaralah tersebut.

• Masyarakat setempat lebih mengetahui masalah lingkungan mereka sendiri daripada siapapun.

Keadaan Masalah Narkoba Di Indonesia

• Jumlah pasien di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) naik 4x lipat dalam 4 tahun
terakhir dan 1.5x lipat dalam 2 tahun terakhir, di mana sebagian besar korban berusia 15-25
tahun.
• Jumlah mahasiswa yang menyalahgunakan obat meningkat dari 366 pada tahun 1996 menjadi
1677 pada tahun 1999.

• Fakta yang paling memprihatinkan adalah bahwa usia awal perkenalan dengan narkoba
semakin muda, yaitu : menghisap rokok (6 tahun), zat halusinogen (10 tahun), obat psikotropika
(10 tahun) dan opium (13 tahun).

Keadaan Masalah Penyelundupan Narkoba

• Keempukan pasar Narkoba di Indonesia bisa dilihat dari jumlah narkoba yang disita dalam 3
tahun terakhir ini.

• Indonesia sudah menjadi daerah pemasaran gelap narkoba dan sebagai produsen.

• Jumlah Ecstasy dan Shabu yang berhasil disita tahun 1996 – 2000 di Indonesia terus
meningkat.
• Tersedianya narkoba dimana-mana.
• Gampang mendapatkannya.
• Harganya relatif terjangkau dalam paket murah meriah.

• Kawasan permukiman menengah ke bawah pun kini menjadi incaran para pedagang narkoba.

Langkah-langkah pelaksanaan program pencegahan berbasiskan masyarakat

• Tahap Persiapan.
• Pemilihan satu masyarakat.
• Identifikasi tokoh-tokoh masyarakat yang peduli pada masalah nrkoba.
• Survei tentang masalah narkoba.
• Pembentukan tim/kelompok anti narkoba (penugasan tanggung jawab).
• Lokakarya/pelatihan untuk kelompok/tim anti narkoba.
• Penyusunan rencana kerja pencegahan penyalahgunaan narkoba.

• Evaluasi Program Pencegahan

• Pemilihan satu Masyarakat


Pilih satu Kecamatan, Kelurahan, RT/RWϖ
Tersedianyaϖ anggota masyarakat yang peduli/siap mendukung kegiatan pencegahan
Adaϖ potensi kerjasama dari pemerintah dan LSM.
Mempunyai sumber dayaϖ

• Survei – Mempelajari dan menganalisa masalah narkoba


Tingkatϖ kesadaran/pengetahuan masyarakat tentang masalah narkoba
Keadaan danϖ jangkauan masalah narkoba.
Jenis-jenis narkoba yang sering disalahgunakan,ϖ penyebab penyalahgunaan.
Program/tindakan pencegahan yang sudahϖ terlaksana.
Pelayanan pencegahan dan penanggulangan narkoba yang ada.ϖ
ϖ Kelompok masyarakat yang terlibat dalam program pencegahan.
Sumber dayaϖ yang tersedia.

• Pembentukan Tim/Kelompok Anti Narkoba Anggota Tim Anti Narkoba terdiri dari :
Tokoh-tokoh masyarakat/agama.ϖ
Orang tua.ϖ
ϖ Kelompok remaja.
Para guru/siswaϖ
LSMϖ

Tugas Badan Koordinasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

• Menyusun rencana kerja tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba.


• Melaksanakan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan pencegahan.
• Mengadakan evaluasi program pencegahan.
• Menyusun kebijakan tentang penanggulangan masalah narkoba ditempat.
• Membuat laporan tentag program pencegahan yang terlaksana.

• Lokakarya – Pelatihan Badan Koordinasi/Tim Anti Narkoba.

• Penyusunan rencana kerja pencegahan penyalahgunaan Narkoba.

• Kunci pada program pencegahan yang efektif adalah partisipasi dan kerjasama masyarakat
khususnya orang tua, tokoh masyarakat, LSM, sekolah dan anak-anak remaja sendiri.

• Oleh karena itu, rencana kerja untuk pencegahan penyalahgunaan narkoba perlu berfokus
kepada anak remaja, orang tua, guru, dan tokoh masyarakat sebagai mitra dan sasaran dalam
pencegahan.

Kegiatan apa yang dapat diberikan bagi :

Anak Remaja

• Pelatihan life skills seperti bagaimana menolak penawaran Narkoba oleh teman sebaya,
berkomunikasi yang baik, membuat keputusan yang benar dan sebagainya.
• Kegiatan alternatif untuk mengisi waktu luang, seperti kegiatan olah raga, kesenian dan lain
lain.
• Menjadi peer educator atau role model untuk tidak menggunakan narkoba.
• Membangun kelompok sebaya disekolah/masyarakat dengan budaya, perilaku yang sehat dan
berdisiplin serta bertanggung jawab.
Orang tua

• Pelatihan parenting skills.


• Penyuluhan tentang narkoba.
• Deteksi dini penyalahgunaan narkoba.
• Menjadi role model yang baik
• Memantau perilaku anak sehari-hari
• Menjalin kerjasama yang baik dengan sekolah

Guru
• Pembinaan murid mulai umur SD tentang kesadaran dan pengertian tentang penggunaan obat
secara tepat.
• Peningkatan kemampuan guru dalam mengajar ilmu pengetahuan secara menarik, lancar dan
menyenangkan.
• Integrasi pendidikan pencegahan penyalahgunaan narkoba.
• Pendekatan pihak sekolah pada anak secara lebih intensif melalui bimbingan karir untuk siswa
SMA secara professional.
• Penambahan kegiatan fisik dan mental yang menarik dan bermanfaat.

Tokoh Masyarakat
• Mengikutsertakan dalam pengawasan Narkoba dan pelaksanaan Undang-Undang.
• Mengadakan penyuluhan, kampanye pencegahan penyalahgunaan Narkoba.
• Rujuk korban Narkoba ditempat pengobatan.
• Merencanakan, melaksanakan dan mengkoordinir program pencegahan penyalahgunaan
Narkoba.

• Tahap Pelaksanaan.

Pelaksanaan rencanaϖ kerja.


Contoh program/kegiatan pencegahan penyalahgunaan Narkoba

ϖ Penyuluhan, penerangan dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat seperti :


Information Campaign (melalui kegiatan rutin masyarakat seperti¬ arisan/rapat ibu-ibu di tingkat
RT/RW.
Information Campaign (melalui¬ kegiatan rutin masyarakat seperti pengajian ibu-ibu Majelis
Taklim, tingkat Kelurahan.
Information Campaign melalui rapat bulanan pengurus RT/RW.¬
¬ Information Campaign melalui exhibits (pameran) di sekolah.
TV, leaflet,¬ sticker, poster, dsb.
Information campaign organisasi perempuan di tingkat¬ Kecamatan.
Penyuluhan pada organisasi perempuan di tingkat¬ Kecamatan.

Pendidikan orang tua tentang strategi-strategi pencegahan,ϖ seperti cara mengasuh anak yang
baik, cara mengajar anak bagaimana menolak penawaran Narkoba, cara meningkatkan harga
diri anak, cara mendeteksi penyalahgunaan Narkoba, cara hidup sehat, dsb.
Contoh : Program Orang tua Berbasiskan Masyarakat

PARENTING SKILLS
Strategi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Oleh :
Prof. Paulina G. Padmoehoedojo, MA, MPH
Ketua, Research Consultants Indonesia (Recon-Indo)
Staf Ahli, Badan Narkotika Nasional (BNN), Indonesia

Program pendidikan dan pelatihan bagi orang tua berbasiskan masyarakat adalah program
utama oleh Research Consultants Indonesia (Yayasan Recon-Indo) sebagai strategi pencegahan
penyalahgunaan Narkoba. Dengan permasalahan yang sedemikian kompleks ini memerlukan
partisipasi rakyat khususnya keluarga dan para orang tua yang merupakan benteng dalam
pencegahan masalah Narkoba. Program Parenting Skills ini membuktikan bahwa kelompok
orang tua, apabila diberikan pengetahuan dan keterampilan tentang cara mengasuh anak yang
baik serta pencegahan, merupakan mitra masyarakat yang paling efektif dalam pencegahan.
Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kekebalan anak-anak (drug proof children and
youth) terhadap Narkoba melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan para orang tua
tentang pencegahan dan mengasuh dan mendidik anak dengan baik. Yayasan Recon-Indo
mengakui bahwa keberhasilan para orang tua dalam mendidik anak dengan baik merupakan
sesuatu yang sangat bermanfaat pada seluruh masyarakat.

Program Parenting skills berbasiskan masyarakat ini adalah program pencegahan yang
dilakukan para orang tua untuk para orang tua di masyarakat. Sebagaimana ditunjukkan dari
pengalaman pencegahan penyalahgunaan narkoba, faktor utama program pencegahan yang
efektif adalah kerjasama para orang tua yang sadar dan mengetahui tentang masalah narkoba.
Selain itu, pengalaman menunjukkan bahwa apabila orang tua diberikan dorongan dan bantuan
moril, mereka dapat menjadi “radical change agent” dan mitra masyarakat yang aktif dalam
usaha pencegahan. Sebab para orang tua adalah orang-orang yang paling peduli kepada anak-
anak.

Program Parenting Skills berbasiskan masyarakat oleh Yayasan Recon-Indo ini tidak hanya
memberikan informasi yang akurat tentang masalah narkoba tetapi juga memberi kesempatan
pada orangtua untuk memeriksa hubungan mereka dengan anak-anak mereka dan mempelajari
cara-cara untuk memperbaikinya. Program ini juga membantu meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan para orangtua tentang keadaan dan situasi masalah narkoba di masyarakat
termasuk akibat dan bahaya penyalahgunaan narkoba, membahas beberapa alasan mengapa
anak-anak menyalahgunakan narkoba seperti alasan tekanan teman sebaya dan sikap para
orangtua, serta mengajarkan para orangtua tentang peranan mereka di bidang pencegahan
termasuk mengasuh anak dengan baik.

Pendidik Orang tua (Parent Peer Educator). Dalam program ini, sembilan puluh (90) pendidik
orang tua atau parentpeer educators telah dilatih dan diharapkan melatih dan mendidik orangtua
lain di lingkungan masing-masing melalui rapat dan pertemuan rutin para kelompok dan
organisasi para orang tua. Materi-materi pendidikan yang diberikan termasuk keadaan dari
situasi masalah narkoba di tingkat nasional peranan para orang tua di bidang pencegahan dan
keterampilan mengasuh dan mendidik anak dengan baik (Parenting Skills).

Program Parenting Skills oleh Yayasan Recon-Indo dilaksanakan untuk membantu para orang
tua meningkatkan keterampilan mereka untuk membentuk hubungan kekeluargaan yang kuat.
Kita menyadari bahwa jika orang tua diharapkan mempunyai anak yang lebih baik, orang tua
harus menjadi pendidik yang lebih baik. Para orangtua mempunyai kewajiban memberikan
pendidikan dasar untuk kesejahteraan anak dan memberi bimbingan untuk perkembangan
kepribadian anak. Karena kepribadian individu dibentuk dalam beberapa tahun pertama
kehidupan, maka tuhun-tahun awal tersebut sangat penting untuk kesejahteraan anak. Dalam
program ini, cara-cara untuk membentuk hubungan keluarga yang kuat diajarkan antara lain :

1. Peningkatan komunikasi dalam keluarga dimana anak-anak diberikan kebebasan untuk


mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginan. Anak merasa penting dan dihargai apabila
orang tua siap menjadi pendengar aktif.

2. Membantu anak meningkatkan harga diri dengan cara berfokus pada kemampuan anak bukan
pada kekurangan dan kelemahan; menahan diri untuk tidak mengkritik; pemberian pujian dan
mencari keberhasilan dalam pekerjaan walaupun kecil; pemberiaan tugas dan tanggung jawab
yang membangun kepercayaan; dan menghindari perbandingan usaha anak dengan usaha anak
lain. Perlu disampaikan kepada anak anda bahwa bagaimanapun ia akan tetap diterima
kehadirannya dalam keluarga tanpa syarat apapun.

3. Membantu anak-anak berani menyatakan "tidak" pada narkoba. Penelitian membuktikan,


mereka yang mempunyai resiko tertinggi untuk mulai menggunakan narkoba adalah anak-anak di
bawah usia 15 tahun. Itu sebabnya ketrampilan melakukan perlawanan (resistance skills) sudah
diajarkan sebelum anak berusia sembila tahun atau selambat-lambatnya pada usuai 12 tahun.
Dalam program ini, para orangtua diajarkan pula tentang peranan mereka di bidang pencegahan
seperti berikut ini :

a. Orangtua sebagai contoh yang baik. Orang tua menyadari bahwa kebiasaan dalam keluarga
besar pengaruhnya pada anak-anak. Orang tua yang biasa menyalahgunakan minuman keras
dan rokok dapat mempengaruhi anak untuk ikut menyalahgunakan zat-zat tersebut. Jika ayah
atau ibu pemabuk atau selalu memakai obat setiap kali merasa sakit, kemungkinan besar anak-
anak akan pula menjadi pengguna alcohol dan obat-obatan. Beberapa cara bagaimana orang tua
rnenunjukkan contoh-contoh yang baik dan sehat :

1) Berhati-hati tentang kebiasaan penggunaan obat setiap badan sakit atau setiap ada masalah.

2) Memelihara dan memperhatikan kesehatan melalui makanan yang bergizi dan olah raga yang
teratur.

3) Menjelaskan kapan sebaiknya obat itu digunakan dan tidak digunakan.

b. Orang tua sebagai pendidik. Dalam program parenting skills oleh Yayasan Recon-Indo, para
orang tua diberikan fakta-fakta tentang masalah narkoba, khususnya tentang akibat dan bahaya
narkoba terhadap pertumbuhan dan kesehatan. Mereka mempelajari materi materi pendidikan
pencegahan yang boleh diberikan mulai dari anak-anak sampai siswa. Misalnya, anak-anak TK
sampai SD 3, hanya diberikan informasi tentang cara-cara hidup sehat dan penggunaaan obat
secara aman (safe use of medicine), dilanjutkan dengan efek zaf; zat yang legal seperti rokok
dan rninuman keras pada tingkat SD 4-6. Informasi tentang bahaya jenis-jenis narkoba dimulai
pada tingkat SMP.

c. Orang tua sebagai Rule Setters. Orang tua diharapkan menyediakan .peraturan yang jelas
tentang “Dilarang Narkoba”. Langkah selanjutnya adalah penyarnpaian harapan kita kepada
anak-anak untuk mengikuti peraturan tersebut secara tegas tetapi dengan penuh rasa
kepedulian. Peraturan tersebut sangat membantu membuat anak-anak merasa aman.

d. Orang tua sebagai pengawas. Untuk menghindari anak dari bahaya narkoba, orang tua juga
harus meningkatkan perannya sebagai pengawas. Orang tua perlu tahu siapa saja teman
anaknya, ke mana mereka pergi dan apa kegiatan mereka. Tetaplah bangun sampai saat anak
pulang pada waktu malam.

e. Orangtua sebagai detektor penyalahgunaan narkoba. Para orangtua perlu mengetahui gejala-
gejala penyalahgunaan narkoba agar mereka segera dapatmembantu. Ada tiga gejala yang
menunjukkan bahwa anak itu menyalahgunakan narkoba yaitu : Pertama, hadirnya peralatan
narkoba, seperti pipa rokok yang biasa dipakai untuk menghirup kokain/heroin; kelias linting
untuk ganja atau botol kecil dan pemantik (korek) gas. Kedua, kehadiran narkoba itu sendiri.
Ketiga, adanya bau alkohol atau narkoba lainnya. Tanda-tanda lain adalah perubahan perilaku
dan keadaan tubuh anak seperti, munculnya kebosanan pada hal-hal yang pada awalnya sering
dilakukan dengan senang hati. Juga menurunnya prestasi, menjadi mudah tersinggung, malas,
mengantuk, berat badan menurun dan suka memakai baju lengan panjang untuk
menyembunyikan suntikan pada lengan.

4. Selain ini, Pembentukan jaringan orangtua berdasarkan lingkungan atau sekolah dimana para
orangtua berpartisipasi dan mendukung program pencegahan penyalahgunaan narkoba, juga
dilaksanakan.
Para orang tua menyusun perjanjian bersama berfokus pada kegiatan-kegiatan anak-anak
seperti pesta malam minggu, piknik bersama, waktu pulang rumah, dsb.
Pengalaman Yayasan Recon-Indo tentang Parenting Skills menunjukkan bahwa apabila para
orangtua menyadari, mengetahui dan trampil mengasuh dan mendidik anak dengan baik, mereka
mempunyai harapan besar untuk menjamin anak-anak bebas narkoba.

a. Mendukung kebijaksanaan sekolah tentang penyalahgunaan narkoba.


b. Membantu keluarga yang bermasalah narkoba.
c. Pembentukan Tim penanggulangan masalah narkoba di sekolah.
d. Pembahasan kebijaksanaan penggunaan dan pengedaran narkoba disekolah.
e. Pelatihan para guru tentang masalah dan strategi pencegahan narkoba.
f. Pembentukan program-program pencegahan di sekolah seperti “peer counseling”, “peer
education” dan “peer leadership”.
g. Melaksanakan kegiatan-kegiatan alternatif seperti : olahraga, kesenian, dsb.
h. Penyusunan sistem rujukan.
i. Pendekatan keamanan – kerjasama antara Polisi (Polsek) dan masyarakat melalui hotline yang
dapat memberi rasa aman dan tenteram bagi warga.

Berita (Ekonomi dan Sosial)

 2004-08-02 08:28:48 WIB

SK KAWASAN BEBAS ASAP ROKOK DITERBITKAN WALIKOTA BOGOR.

Walikota Bogor H. Diani Budiarto menerbitkan SK (Surat Keputusan) mengenai kawasan bebas
asap rokok di Kota Bogor. Kawasan tanpa asap rokok itu diberlakukan untuk tingkat SLTA di
sepuluh SMA Negeri satu SMA Swasta, serta satu SMKN.

Walikota Bogor H. Diani Budiarto menerbitkan SK (Surat Keputusan) mengenai kawasan


bebas asap rokok di Kota Bogor. Kawasan tanpa asap rokok itu diberlakukan untuk tingkat SLTA
di sepuluh SMA Negeri satu SMA Swasta, serta satu SMKN. Sedangkan untuk tingkat SLTP di
delapan SMP Negeri dan satu SMP Swasta. Selain itu di sepuluh instasi Pemerintah dan semua
jajaran instansi Kesehatan di Kota Bogor termasuk Rumah Sakit dan seluruh Puskesmas.

Untuk SMA yaitu SMAN I sampai SMAN 10, SMKN 3 dan SMA Rimba Madya. Kemudian
SMPN I sampai SMPN 8 dan SMP Bina Insani. Sedangkan dari 10 instansi diantaranya di
lingkungan Balaikota Bogor.

SK Walikota Bogor itu diterbitkan bertepatan pada peringatan Hari Internasional melawan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba tingkat Kota Bogor, di Balaikota Sabtu (26/6)
pagi,

Walikota Bogor H.Diani Budiarto mengatakan, dengan terbitnya SK Walikota perihal


penegakan Kawasan Tanpa rokok di Kota Bogor, maka diharapkan sedikit demi sedikit polusi
asap rokok yang membahayakan kesehatan masyarakat di Kota Bogor akan berkurang.

Selain itu lanjut Diani, dengan adanya kawasan tanpa rokok, juga merupakan
rangsangan bagi masyarakat untuk berperan nyata didalam usaha-usaha untuk meningkatkan
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
http://www.ekon.go.id/v2/content/view/233/25/33/25/

P USAT INFORMASI DAN PELAYANAN PEREKONOMIAN


Home Indonesian News Berita Terkini PAKET INSENTIF 1
Tuesday, 25 April 2006
OKTOBER 2005
PAKET INSENTIF 1 OKTOBER 2005
Written by Biro Persidangan dan Hubungan Masuayakat
Monday, 03 October 2005
Paket Insentif 1 Oktober 2005 merupakan bagian integral dan implementasi serta tindak lanjut dari
Paket Kebijakan 31 Agustus 2005 yang telah disampaikan oleh Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono. Paket ini juga didisain dalam kerangka reformasi ekonomi mikro untuk memperkuat
pondasi perekonomian dan mempertahankan momentum percepatan laju pertumbuhan ekonomi
dengan meningkatkan daya saing dan menggairahkan investasi.

Paket ini juga merupakan program kompensasi bagi seluruh stakeholders yang mencakup (i)
kelompok rumah tangga berpendapatan rendah; (ii) petani; (iii) buruh dan (iv) dunia usaha (lihat
Lampiran 2 tentang rincian dan kelompok sasaran dari kebijakan).
Cakupan paket kebijakan ini terdiri dari:
A. Paket Insentif Fiskal
B. Reformasi Regulasi dalam Sektor Perdagangan
C. Reformasi Regulasi dalam Sektor Perhubungan
D. Inpres Perberasan tentang Harga Pembelian Beras oleh Pemerintah
E. Subsidi Langsung Tunai

Rincian dari Paket Insentif termasuk tujuan, waktu implementasi dan kelompok sasaran kebijakan
diuraikan sebagai berikut.

A. Paket Insentif Fiskal


Dalam kebijakan fiskal, insentif yang akan diberikan Pemerintah akan terdiri dari pelbagai bentuk
kebijakan yang ditujukan untuk memperkuat daya saing industri, memperbaiki iklim usaha dan
memberikan kompensasi kepada kelompok rumah tangga (khususnya pekerja) yang tidak termasuk
dalam program subsidi langsung tunai.

Implementasi insentif fiskal ini akan berlangsung secara efektif tanggal 1 Oktober 2005 hingga 1
Januari 2006.

Bentuk insentif fiskal tersebut meliputi:

1. Perubahan status PPN atas produk primer menjadi Barang Bukan Kena Pajak

Perubahan status PPN atas produk primer menjadi barang bukan kena pajak ditujukan untuk
memberikan insentif untuk produk primer pertanian. Perubahan ini merupakan bagian dari
reformasi pajak dan akan efektif Januari 2006.

2. Penundaan pengenaan PNBP untuk transaksi ekspor dan impor

Kebijakan ini ditujukan untuk memperlancar dan meringankan biaya transaksi ekspor dan impor.
Penundaan ini akan dituangkan dalam perubahan PP No. 44/2003 berlaku mulai 1 November
2005 dan berlaku selama 3 bulan menunggu berlakunya secara efektif

3. Peningkatan Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Kebijakan ini ditujukan untuk meringankan beban wajib pajak khususnya buruh yang
berpendapatan rendah. Besarnya PTKP dinaikkan dari Rp 1 juta per bulan menjadi Rp 1,1 juta
perbulan. Perubahan ini mulai efektif 1 Januari 2006.

4. Pembebasan bea masuk untuk beberapa produk.

Pembebasan bea masuk ini dilakukan untuk memperkuat daya saing industri khususnya industri
pengguna yang umumnya adalah usaha kecil dan menengah.

Khusus untuk gula, penurunan tarif bea masuk dilakukan dengan mempertimbangkan baik
kepentingan petani tebu maupun konsumen baik konsumen antara seperti industri makanan dan
minuman maupun konsumen akhir.

Adapun produk yang akan dibebaskan bea masuk meliputi:

a) Bahan baku dan komponen industri alat-alat berat menjadi 0%;


b) Pembebasan bea masuk atas impor Engine Assy untuk angkutan
umum menjadi 0%;
c) Penurunan bea masuk gula terdiri dari
- Raw sugar dari Rp 550/kg menjadi Rp 250/kg
- Gula rafinasi dari Rp 790/kg menjadi Rp 550/kg
- Gula Putih dari Rp 790/kg menjadi Rp 550/kg
d) Pembebasan bea masuk converter kit untuk energi;

5. Percepatan pembatalan Perda mengenai pajak dan retribusi yang


menghambat dunia usaha.

Kebijakan ini ditujukan untuk memperbaiki iklim usaha yang merupakan bagian dari program
berlanjut dari Rencana Kerja Tahunan Pemerintah 2005 dan 2006. Program ini merupakan program
berjalan yang akan dilanjutkan dengan amandemen UU No. 34/2002.
6. Penurunan tarif dasar Pajak Kendaraan Bermotor untuk kendaraan
umum

Kebijakan ini akan dilakukan untuk memberikan keringanan bagi angkutan umum. Perubahan
dituangkan dalam Permendagri No 16/2005.

B. REFORMASI REGULASI DALAM BIDANG PERDAGANGAN

Fokus dari reformasi ini adalah adalah untuk memperlancar arus barang untuk meningkatkan daya
saing industri dan sekaligus untuk melindungi produk-produk industri dalam negeri dari persaingan
yang tidak fair.

Ruang lingkup pembebasan meliputi tiga aspek yaitu:

(a) Pembebasan verifikasi/penelurusan teknis produk impor untuk:


- Garam dan Gula untuk kebutuhan farmasi;
- Tire cord;
- Filter cloth;
- Kain goni; dan
- Karung goni.

(b) Menambah jalur prioritas dan jalur hijau kepada importir produsen.
(c) Upaya mengatasi penyeludupan dengan memperlakukan jalur merah untuk importir umum bagi
pelumas, rokok, garmen, sepatu, kosmetik dan barang elektronika dan memperketat Surat
Keterangan Asal (SKA).

C. REFORMASI REGULASI DALAM BIDANG PERHUBUNGAN

Sasaran dari Reformasi Regulasi dalam bidang Perhubungan ini adalah untuk mengurangi ekonomi
biaya tinggi sehingga diharapkan untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia baik di pasar
internasional maupun pasar domestik. Diharapkan reformasi ini akan memperkuat integrasi
ekonomi domestik. Sasaran utama reformasi ini adalah upaya penguatan daya saing produk
pertanian.

Cakupan reformasi meliputi tiga bidang yaitu:


(i) mengurangi jumlah jembatan timbang dari 127 buah menjadi 64 buah

(ii) menurunkan harga CHC dan menetapkan surcharge tidak lebih dari 50%, yang diharapkan
menurunkan THC dari US$ 150/container menjadi US$ 93/container

(iii) pembatalan 36 Perda sektor perhubungan tentang dispensasi kelebihan beban angkutan
kendaraan di jembatan timbang. Reformasi Regulasi ini akan efektif berlaku Oktober 2005.

D. PERUBAHAN INPRES BERAS

Perubahan Inpres 2/2005 tersebut terutama adalah untuk menjaga stabilitas pendapatan petani
akibat kenaikan harga BBM dengan tetap memperhatikan kepentingan konsumen.
Oleh karena itu harga pembelian pemerintah di tingkat petani (harga gabah kering panen/GKP)
diusulkan untuk dinaikkan 36,2 persen persen, sedangkan harga beras diusulkan untuk dinaikkan
34,4%.
Inpres Perberasan yang baru tersebut diterbitkan bersamaan dengan penetapan kenaikan harga
BBM dan akan efektif berlaku tanggal 1 Januari 2006

E. SUBSIDI LANGSUNG TUNAI


Program Penyesuaian Harga BBM di atas dilakukan dengan melakukan perubahan bentuk subsidi
dari subsidi pada komoditi menjadi subsidi langsung tunai kepada 15,5 juta rumah tangga (kurang
lebih 30% dari total rumah tangga Indonesia) yang berpendapatan rendah.
Pemberian subsidi dimulai pada tanggal 1 Oktober 2005 dengan memberikan bantuan uang tunai
selama 3 bulan (Oktober – Desember 2005) sebesar Rp 100.000 per bulan.
Program ini akan dilanjutkan pada tahun 2006 setelah dilakukan monitoring dan evaluasi untuk
penyempurnaan program lebih lanjut. Dalam jangka panjang diharapkan program subsidi langsung
tunai ini akan disempurnakan dan dikaitkan dan dijadikan suplemen dari kebijakan anti kemiskinan
yang lebih struktural (conditional cash transfer)

You might also like