Professional Documents
Culture Documents
(http://www.antirokok.or.id/product_index.htm)
Sekitar 50 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergabung dalam Gerakan Nasional
Penanggulangan Masalah Rokok mendukung.
Gabungan LSM juga siap membantu mensosialisasikan kebijakan larangan merokok di tempat
umum. Termasuk, memberi masukan untuk SK (Surat Keputusan) Gubernur yang akan diterbitkan
sebagai petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan Perda Pengendalian Pencemaran Udara .
"Kami mendukung Perda tersebut dan kami percaya Perda itu akan efektif, mungkin yang perlu
digalakkan adalah penegakan hukumnya serta sosialisasi ke masyarakat," kata ketua delegasi, Farid
Anfasa Moeloek usai bertemu Gubernur DKI Sutiyoso di Balai Kota, Senin (14/2).
LSM yang tergabung dalam Gerakan Nasional tersebut antara lain Wanita Indonesia Tanpa
Tembakau (WITT), YLKI dan LM3.
Farid mengutip penelitian yang menyebut perokok di Indonesia menghabiskan lebih dari 20 persen
anggaran rumah tangga hanya untuk membakar rokok. Mantan Menkes itu juga mengutip penelitian
yang menyebut kematian akibat rokok diperkirakan mencapai 3,5 juta jiwa per tahun atau 10 ribu
kematian per hari.
Di bagian lain, mereka juga mendukung jika Pemprov DKI Jakarta mengurangi keberadaan reklame
rokok. "Mengurangi reklame rokok sebenarnya adalah salah satu sosialisasi Perda Pengendalian
Pencemaran Udara yang juga mengatur mengenai kebijakan larangan merokok di tempat umum dan
tertutup," kata Moeloek.
Sebagai bentuk dukungan dan upaya mensosialisasikan kebijakan ini, Farid menyatakan pihaknya
akan membagikan leaflet dan menempel pamflet berisi larangan merokok di tempat umum
sebagaimana dimuat Perda tersebut.
"Namun, sebenarnya yang terpenting dari kebijakan ini adalah membangun kesadaran dan upaya
mengubah kebiasaan masyarakat perokok. Mereka harus diberi penyadaran bahwa kebiasaan ini
bisa menimbulkan penyakit TBC dan penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan kematian
mendadak," demikian Farid Anfasa Moeloek. (ant)
(http://www.antirokok.or.id/product_index.htm)
(http://www.antirokok.or.id/product_index.htm)
(http://www.antirokok.or.id/product_index.htm)
(http://www.antirokok.or.id/product_index.htm)
(http://www.kompas.com/kompas-cetak/0305/31/iptek/337439.htm)
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=127631&kat_id=123&kat_id1=&kat_id2=
Minggu, 08 Juni 2003
Merokok
Tak Cuma Mengundang Kanker Paru
Ada lima jenis penyakit mematikan yang muncul akibat kebiasaan merokok. Anda tak mau
mengalaminya, bukan?
Tahukah Anda, ada 4,9 juta orang mati setiap tahunnya akibat rokok. Dan kalau dihitung-hitung,
selama abad ke-20, sekitar 100 juta orang telah meninggal, juga akibat rokok. Nah, kalau
kecenderungan ini terus berjalan maka pada abad ke-21 akan ada satu miliar orang yang mati
akibat rokok. Mudah-mudahan, Anda bukan salah satu dari mereka.
Rokok memang barang beracun. Setidaknya, ada 4.000 jenis bahan kimia yang yang terkandung
di dalam asap rokok. Di antara bahan-bahan kimia itu, ada yang bersifat karsinogenik (memicu
kanker) yaitu: nitroso-nor-nicotine, vinyl chloride, benzo pyrenes. Walau begitu, rokok tak cuma
menyebabkan kanker. Ia juga bisa mengundang beberapa jenis penyakit mematikan lainnya.
Seperti dikatakan dokter Tjandra Yoga Aditama SpP (K) MARS, spesialis paru dari RS
Persahabatan, Jakarta, ada lima jenis penyakit mematikan yang bisa muncul akibat kebiasaan
merokok. Lima jenis penyakit itu diantaranya, penyakit paru, kanker, jantung, kelainan pada janin
akibat ibu merokok, dan penyakit lain.
Salah satu penyakit mematikan yang sering merenggut nyawa para perokok adalah kanker paru.
Untuk Anda ketahui, kanker ini merupakan kanker penyebab kematian tertinggi. Hampir 90
persen pengidap kanker ini tidak bisa diselamatkan karena jika sudah akut, kanker ini akan
dengan mudah menyebar ke jaringan tubuh di sekelilingnya seperti hati (liver), tulang belakang,
dan otak melalui pembuluh darah.
Penyebab utama penyakit kanker paru adalah asap rokok. Dalam asap rokok, ada beragam
bahan kimia dan zat-zat radioaktif. Zat-zat inilah yang menyebabkan kanker. Pada kasus kanker
paru, penyebab kematian penderita umumnya bukan karena kesulitan bernapas karena
membesarnya kanker, tapi lebih sering karena penyebaran kanker (metastase) ke arah otak dan
bagian penting lainnya dari tubuh.
Penyebaran sel kanker ini memang sangat dimungkinkan dalam kasus kanker paru mengingat
paru merupakan salah satu organ yang menjadi media transit sistem peredaran darah tubuh. Sel-
sel kanker ini menyebar ke jaringan tubuh lain melalui pembuluh darah. Setelah menyebar ke
organ tubuh lainnya, biasanya penderita baru merasakan dampak dari penyakit ini, dan akhirnya
tak tertolong.
FCTC
Asap rokok tidak hanya membahayakan perokok aktif. Aneka penyakit yang berbahaya itu juga
bisa menimpa orang-orang yang ada di sekitar perokok atau yang biasa disebut perokok pasif.
Mereka tidak tahu apa-apa, tapi menjadi korban dari ketidakpedulian orang lain -- dalam hal ini
perokok.
Untuk mencegah makin banyaknya korban yang mati sia-sia akibat rokok, sebanyak 192 negara
anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengadopsi suatu program penanggulangan
yang dinamakan Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Ini merupakan suatu
perjanjian/traktat internasional pertama di bidang kesehatan masyarakat yang salah satunya
berisi ketentuan penanggulangan dan kontrol konsumsi rokok.
Menurut Tjandra, FCTC telah disepakati secara bulat dalam sidang World Health Assembly pada
21 Mei 2003 lalu. Kesepakatan itu merupakan langkah besar penanggulangan masalah rokok di
dunia. Tentu implementasi penanggulangan rokok itu membutuhkan piranti hukum dan undang-
undang yang jelas dari negara-negara bersangkutan.
FCTC, lanjutnya, akan berjalan jika ada kebijakan pemerintah setempat yang jelas. Di Indonesia
misalnya, program penanggulangan masalah rokok selama ini sepertinya hanya berjalan di
tempat. Ini terjadi karena terbatasnya dukungan dari peraturan perundangan yang ada.
Dengan pengadopsian itu seluruh negara terikat untuk memberlakukan aturan FCTC. Begitu pula
Indonesia yang tergabung di dalamnya, tidak bisa menolak untuk tidak menerapkan aturan
penanggulangan rokok sedunia itu.
Jika FCTC berlaku, pemerintah RI bisa melarang iklan rokok secara total. Pembatasan penjualan
rokok pada usia 18 tahun, akan diatur dalam peraturan pemerintah atau undang-undang. Dalam
ketentuan tersebut, diatur juga tentang kemungkinan pelarangan penjualan rokok pada mereka
yang berusia dibawah 18 tahun.
Menyesatkan
Jika Anda perhatikan, selama ini banyak perokok yang mencoba mengurangi dampak buruk
rokok dengan menghisap rokok dengan label low, light, atau mild. Padahal, upaya ini sia-sia.
Sebab, sebenarnya tidak ada penurunan bahaya yang bermakna dengan penurunan kadar tar
dan nikotin dengan cara ini.
Menurut Tjandra, pencantuman label low, light, mild untuk kandungan tar, nikotin, dan
sejenisnya, sangat menyesatkan. Oleh karena itu FCTC mengatur pelarangan pencantuman
label seperti itu dalam kemasan. Kalimat peringatan bahaya merokok dalam bungkus,
menurutnya, juga harus ditulis lebih besar yaitu 30 persen dari luas seluruh kemasan. Selama ini
pesan peringatan mengenai bahaya merokok itu masih kecil.
Beragam peraturan yang ada dalam FCTC, kata Tjandra, memiliki implikasi besar terhadap
pembatasan penjualan rokok di masyarakat. Memang usaha untuk menerapkan aturan itu
menghadapi banyak kendala. Setiap negara memiliki alasan sendiri untuk tidak ikut meratifikasi
FCTC. Salah satu alasannya, ratifikasi akan menghancurkan industri rokok dalam negeri.
Padahal mereka mendapatkan keuntungan besar dari pajak sejumlah pabrik rokok yang ada di
negaranya itu.
Tentu program semacam ini, akan menghadapi tantangan dari negara-negara produsen rokok
dunia. Kendati demikian, Tjandra yakin masalah itu akan teratasi dengan mudah. Apalagi sahnya
ratifikasi hanya membutuhkan kesediaan minimal 40 negara saja. ''Dengan ratifikasi oleh 40
negara itu, maka FCTC bisa diberlakukan ke seluruh dunia,'' tegas Tjandra yang pada 1999
silam menerima penghargaan dari WHO berupa WHO Award on Tobacco Control.
LONDON--MIOL : Angka kematian akibat rokok di dunia diperkirakan akan berlipat ganda pada tahun
2020. Namun para ilmuwan Jumat mengatakan angka sesungguhnya kemungkinan akan jauh lebih
tinggi.
Proyeksi keadaan tersebut kemungkinan terlalu rendah karena menurut survei internasional dari remaja
dengan kisaran umur 13-15 tahun ditemukan kenaikan yang tak terduga dikalangan remaja wanita,
meningkatnya jumlah perokok dengan sendirinya meningkatkan jumlah perokok pasif dan meningkatnya
jumlah penguna produk tembakau lainnya.
"Kaitan dampak penggunaan tembakau didunia dapat lebih jauh lebih besar dari yang diperkirakan ,"
kata Dr.Charles Warren dari Pusat penanggulangan dan pencegahan Penyakit 9CDC) di Atlanta,
Georgia.
"Kecuali kita melakukan sesuatu maka hal itu akan membawa kita kepada angka kematian yang jauh
lebih tinggi," kata Dr.Warren kepada pers.
Penelitian akan penggunaan tembakau dikalangan remaja (GYTS) dari 131 negara dengan jumlah
sekitar 750 ribu termasuk yang berada di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang dilakukan oleh Warren dan
timnya memperlihatkan sebanyak 9 persen murid-murid usia remaja merokok dan 11 persen
menggunakan produk lain tembakau antara lain, permen kunyah tembakau, cerutu dan menghisap
tembakau lewat pipa.
Mengecilnya perbedaan
Hasil survei tersebut juga memperlihatkan mengecilnya perbedaan angka perokok wanita dan pria.
Menurut penelitian sebelumnya jumlah perokok pria empat kali lipat dari jumlah perokok wanita.
Namun hasil perolehan jajak pendapat GYTS perbedaan tersebut memperlihatkan selisih diantara
keduanya hanyalah jumlah perokok pria lebih besar 2,3 kali lebih besar dibeberapa negara bahkan tidak
ada perbedaan di antara keduanya antara perokok remaja putra dengan yang putri.
"Angka yang tinggi dikalangan remaja putri adalah berita yang paling buruk yang kita peroleh," kata
Warren lagi.
"Hal itu menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan yang besar yang sangat berbeda dibandingkan
dengan wanita usia dewasa."
Lebih dari 40% siswa yang ditanya mengatakan mereka menjadi perokok pasif di rumah dan 50 persen
mengalaminya di tempat-tempat umum demikian laporan penelitian jurnal kedokteran Lancet.
Merokok adalah penyebab kematian yang paling besar jumlahnya namun sebenarnya dapat dicegah.
Kebiasaan merokok meningkatkan risiko terkena penyakit jantung yang menyebabkan serangan
jantung, stroke, gangguan pernafasan, paru-paru dan berbagai jenis kanker.
Warren mengatakan temuannya harus disertakan dalam proyeksi terhadap kematian akibat merokok. Ia
juga menghimbau agar dilakukan upaya yang lebih bahkan dua kali lipat untuk mencegah para remaja
putri memiliki kebiasaan merokok.
Dalam penelitian yang terpisah para peneliti dari University of Minnesota School of Public health in
Minneapolis yang memuat karyanya di jurnal Lancet mengingatkan India bahwa negara itu dapat
menghadapi lonjakan perokok dikalangan usia anak-anak.
Setelah melakukan survei terhadap 11.642 murid-murid di 32 sekolah di India para ilmuwan tersebut
menemukan murid-murid kelas enam, dua hingga empat kali lipat jumlahnya menggunakan tembakau
dibandingkan kakak-kakak mereka yang kelas dua SMP.
"Hasil temuannya anak-anak kelas enam secara signifikan menggunakan lebih banyak tembakau
dibandingkan dengan muri-murid kelas dua SMP menunjukkan adanya gelombang baru pengguna
tembakau di kalangan urban India yang harus di segera ditangani dengan segera." (Ant/OL-1)
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=1639
18 Jun 2004
JAKARTA--MIOL : Iklan produk tembakau (rokok) merupakan masalah besar bagi kesehatan
masyarakat karena diyakini meningkatkan konsumsi tembakau dengan menciptakan situasi dimana
pemakaian tembakau dianggap baik dan biasa.
Siaran pers Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang diterima Antara di Jakarta, Senin, menyebutkan
seorang artis yang memegang rokok merupakan iklan yang mendorong anak muda untuk mengikuti tren
atau kecederungan dan gaya hidup modern.
Industri rokok menyatakan bahwa iklan rokok tidak menghasilkan perokok baru tetapi hanya mendorong
para perokok agar tetap merokok atau berpindah ke merek lain. WHO menyatakan pernyataan itu tidak
benar.
Laporan US Surgeon General menyimpulkan bahwa iklan tembakau meningkatkan konsumsi lewat
beberapa cara termasuk, menciptakan kesan bahwa pengunaan tembakau adalah suatu yang baik dan
biasa.
Juga menimbulkan kesan mengurangi motivasi perokok untuk berhenti merokok, mendorong anak-anak
mencoba merokok dan mengurangi peluang diskusi terbuka tentang bahaya penggunaan tembakau
karena adanya pendapatan dari iklan industri tembakau.
Rokok terbuat dari kertas, lem, tembakau, cengkih dan sekitar 600 jenis zat kimia. Rokok dirancang
sebagai pintu masuk nikotin yaitu zat sangat adiktif yang menyebabkan ketagihan dan membunuh
separuh dari pemakainya.
Sejak larangan iklan TV dicabut pada tahun 1991 hampir tidak ada batasan iklan termasuk iklan
tembakau di Indonesia. Laporan tahunan Sampoerna 1995 yang dikutip WHO menyebutkan, "Industri
(tembakau) di Indonesia memiliki kebebasan yang hampir mutlak untuk mengiklankan produk mereka
dalam bentuk apapun dan melalui semua lajur komunikasi."
Pengecualian yang berlaku saat ini adalah larangan jam tayang ilan tembakau di TV antara pukul 5:00-
21:30 (PP 12/2003).
Antara tahun 1990-2001 peningkatan konsumsi rokok di Indonesia termasuk salah satu yang paling
tinggi di dunia.
Indonesia menduduki posisi nomer empat terbesar, setelah Pakistan, Turki dan Bulgaria. Pakistan
mengalami peningkatan komsumsi 65 persen, Turki 58 persen, Bulgaria 56 persen dan Indonesia 54
persen.
Negara lainnya, Rumania 25 persen, Argentina dan Chili masing masing 22 persen, Republik Korea 20
persen dan Aljazair dan Portugal masing-masing 19 persen. (Ant/O-1)
08 Jun 2004
BOGOR--MIOL : Merokok adalah hak seseorang, namun di sisi lain orang yang tidak merokok yang
kebetulan satu ruangan atau berada dalam satu kendaraan umum, juga berhak mendapatkan
lingkungan udara yang sehat dan bersih.
"Ketika kita merokok, kemudian asap rokoknya mengepul ke mana-mana, tak ada lain bahwa kita
menebarkan asap racun, dan itu juga melanggar hak orang lain, karena udara menjadi tercemar,"
kata Tulus Abadi, SH, anggota pengurus harian YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) di
Bogor, Senin.
Hal itu dikemukakannya pada Lokakarya Penegakan Kawasan Tanpa Rokok Menuju Kota Bogor
Sehat tahun 2006 di Balaikota.
"Ingat juga, perokok pasif justru menghirup dua kali lipat racun yang dikepulkan asap rokok. Itulah
persoalannya, berbicara hak juga harus secara prorofesional dan fair," tambah Tulus Abadi, yang
juga menjabat Ketua III Komnas (Komisi Nasional) Penanggulangan Masalah Merokok.
Ia mengatakan, kebiasaan merokok bagi sebagian masyarakat sudah tak terelakan lagi, dan bahkan
ada yang memaknai bahwa tanpa kehadiran rokok, kadang-kadang dalam suatu acara terasa tidak
lengkap (hambar).
Kondisi itu bisa ditemui pada acara seperti sebuah kenduri, selamatan, yang biasanya selain disuguhi
berbagai macam kue dinilai akan terasa pincang, jika tidak ada suguhan yang bernama rokok.
Malahan, dalam sebuah pergaulan, rokok bisa pula dijadikan sebagai pemicu untuk saling
mengakrabkan diri, satu sama lain, sampai ada julukan friendly smooking.
Fenomena demikian, katanya, mengakibatkan di antara anggota masyarakat merasa enggan untuk
menegur jika ada yang merokok di tempat yang bukan untuk merokok, sekalipun merokok di dekat
bayi yang baru lahir.
Gejala seperti ini dimaknai beberapa hal misalnya, karena masyarakat belum tahu (belum sadar)
terhadap bahaya merokok. Apalagi bahaya menjadi perokok pasif, di samping adanya kendala
psikologis lain misalnya khawatir/takut teguran itu menyinggung atau bahkan membuat marah yang
ditegur.
Bisa difahami keengganan untuk menegur itu karena tidak sedikit perokok yang ditegur kemudian
menjawab bahwa "merokok adalah haknya", termasuk uang yang dikeluarkan untuk membeli rokok
juga uang miliknya, sehingga aktivitas merokok tidak perlu diributkan karena hal itu adalah hak asasi
manusia (HAM).
Kalau bicara hak, kata dia, memang orang yang merokok adalah hanya untuk merokok. Bahkan,
mungkin bisa dikategorikan HAM, sehingga ketika pihak lain yang mengusik orang yang merokok,
mungkin juga bisa dikatakan melanggar HAM.
''Tapi, harus diingat bahwa tidaklah merupakan kategori HAM lagi jika apa yang dilakukan kemudian
merugikan orang atau pihak lain. Atau, mungkin merugikan lingkungan sekitar. Jadi, tidaklah 'fair'
kalau dalam rangka melaksanakan HAM, tetapi justru dibarengi dengan pelanggaran HAM," katanya.
Perokok pasif
Pada bagian lain, Tulus Abadi mengutarakan, secara yuridis saat ini perokok pasif sudah
mendapatkan perlindungan hukum dari ulah si perokok aktif, khusus ketika perokok aktif tersebut
merokok di tempat-tempat umum, seperti kantor, sekolah, angkutan umum, bahkan tempat ibadah
dan rumah sakit.
Ia memberi rujukan dasar hukumnya pada pasal 22 Peraturan Pemerintah No: 19 tahun 2003 tentang
pengamanan rokok bagi kesehatan yang berbunyi : "tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja
dan tempat yang secara spesifik tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat
ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok".
Namun, kata dia, para pemimpin/penanggung jawab tempat umum tidak bisa tinggal diam guna
menegakkan aturan dimaksud. Sebab dalam pasal 23 dalam PP 19 tahun 2003 disebutkan,
pemimpin atau penanggung jawab tempat umum dan tempat kerja yang menyediakan tempat khusus
untuk merokok harus menyediakan alat penghirup udara sehingga tidak mengganggu kesehatan bagi
yang tidak merokok.
Sedangkan mengenai bagaimana bentuk pertanggungjawaban dalam kaitan Pemerintah daerah
(Pemda), yang sangat relevan dengan semangat Otda (otonomi daerah), kata dia, kalau melihat
pasal 23 idealnya, Pemda dalam hal ini Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kota, dan Pemerintah
Kabupaten idealnya segera membuat rancangan peraturan daerah (Perda).
"Ini perlu dilakukan setidak-tidaknya sebagai langkah permulaan, atau bisa membuat SK, yang
dimulai dari SK Gubernur, SK Bupati atau SK Walikota," katanya.
"Hingga saat ini baru Gubernur DKI Jakarta saja yang telah membuat SK tentang kawasan tanpa
asap rokok yang berlaku untuk instansi yang bernaung di bawah Pemerintah Propinsi DKI Jakarta,"
katanya.
Hanya saja, diakuinya bahwa untuk mewujudkan kawasan tanpa rokok tak semudah membalikan
tangan, mengingat kebiasaan merokok di masyarakat masih sangat tinggi.
Terlebih, hingga kini larangan untuk tidak merokok bagi siapapun masih merupakan suatu yang
kontoversial atau mengundang pro dan kontra di masyarakat.
Mengutip survey kesehatan rumah tangga, ia menyebutkan bahwa data jumlah perokok di Indonesia
mencapai 62.800.000 orang atau 69,04% laki-laki dan 4,83% perempuan, sementara WHO Tobacco
Atlas 2002 menyebutkan, 59% laki-laki, dan 3,7% perempuan. (Ant/O-2)
01 Jun 2004
31 Mei adalah hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tema peringatan kali ini adalah Tobacco and Poverty
alias Rokok dan Kemiskinan. Apakah ada hubungannya ? Tentu saja, ya. Pasalnya, masyarakat kita
yang pendapatan perkapitanya sempat berada dibawah garis kemisikinan ini ternyata merupakan
konsumen besar rokok.
Bahkan, angka yang dihimpun WHO (organisasi kesehatan sedunia) menyebutkan, sekitar 215 miliar
batang rokok dikonsumsi di Indonesia setiap tahunnya.
"Artinya, ada sekitar Rp 150 trilyun uang kita yang dibakar setiap tahunnya," ungkap dr Tjandra Yoga
Aditama SpP (K) MARS DTM & H DTCE.
Bayangkan saja, kalau uang ini dipakai untuk mengentaskan kemiskinan, tentu amat besar
dampaknya. Angka ini berasal dari sekitar 70 juta orang Indonesia yang masuk kategori perokok.
"Jumlah ini sekitar 30 persen dari total penduduk,"ungkap Direktur Medik dan Keperawatan RS
Persahabatan, Jakarta ini.
Miskin namun miliarder. Kalau mereka rata-rata merokok sebungkus saja sehari, setiap hari kita
membakar uang sekitar Rp 500 miliar. Aneh bukan. Soalnya, "Lima ratus miliar rupiah ini dibakar
setiap hari untuk menimbulkan 25 penyakit pada rakyat kita," jelas koordinator Penelitan Departemen
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI/RSUP Persahabatan itu.
Ironisnya lagi, sebagian dari dari perokok Indonesia yang menghabiskan uang Rp 500 miliar sehari
atau Rp 150 trilyun setahun ini, sebagian adalah orang miskin. "Berarti, kalau saja hanya 20 juta
orang Indonesia hidup dibawah garis kemiskinan, sedikitnya 7 juta dari mereka adalah perokok,"
papar Tjandra.
Angka 7 juta ini diambil dari angka nasional perokok di Indonesia, 30 persen. "Dengan kata lain,
orang Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan ternyata setiap harinya membakar uang
sebesar Rp 500 juta," jelasnya.
Undang penyakit. Aneh bukan ? Uang sebesar itu bukannya untuk hidup sehat dan mengatasi
kemiskinan, malah dibakar untuk menimbulkan penyakit. Padahal. Sebagai manusia hidup, kita butuh
makan, sandang, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan lain.
Perlu diketahui, rokok bisa menimbulkan beragam penyakit dalam tubuh manusia. "Mereka yang
miskin, uangnya akan habislagi untuk berobat," Kata Ketua Komite Ahli, Gerdunas TB Nasional ini
mengingatkan.
Dunia. Tjandra menyatakan, menurut WHO, seseorang dapat menghabiskan seperempat
penghasilannya untuk membeli rokok. Di Filipina, orang yang membeli rokok lokal 20 batang sehari
berarti menghabiskan 17 persen anggaran belanja rumah tangganya. Kalau yang dibeli itu rokok
impor, 35 persen anggaran belanjanya hilang untuk membeli rokok.
Di Malaysia, harga 20 batang rokok bisa setara dengan 5 persen pendapatan buruh kasar.
Sementara di Shanghai, china, petani membelanjakan uang untuk rokok dan alkohol lebih banyak
daripada uang untuk beli gandum, daging, dan buah-buahan. Nah, marilah mengucapkan selamat
tinggal pada rokok sekarang juga.(bet).
Akhirnya Saya berhasil Mematikan Rokok
(Pengalaman Nyata Keberhasilan Dalam Melepaskan Jeratan Rokok)
Buah Pena
Ahmad Salim Ba Dulan
Penerjemah
Muh Saefuddin M. Basri
Editor
Muh .mu’inuddin. M. Basri
Pembukaan
Segala puji bagi Allah. Kita mohon pertolongan dan ampunan kepadanya. Dan kita
berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan dari keburukan amal kita. Barangsiapa yang
diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan barangisapa yang
Dia sesatkan maka tidak ada yang bisa menunjukinya. Saya bersaksi tidak ada Ilah yang berhak
disembah melainkan Allah dan Muhammad hamba dan utusan-Nya. Semoga Allah melimpahkan
sholawat dan salam yang banyak kepadanya.
Adapun setelah itu:
Ikhwah fillah, ini adalah percobaanku meninggalkan rokok yang telah Allah tunjukkan
kepadaku. Bagi-Nyalah segala pujian dan sanjungan sesuai yang layak untuk-Nya atas banyak
kebaikan yang Dia tunjukan saya kepadanya. Dia telah menjadikan saya menang atas ujian
yang mana Dia selamatkan saya darinya setelah melalui pertarungan pahit yang berlangung
kurang lebih dua puluh tahun yang saya arungi dalam merusakkan kesehatanku, menghancurkan
diriku dan hartaku, menyakitkan keluargaku, rumah tanggaku, orang-orang yang saya cintai,
dengan memohon kepada Allah kiranya tidak menguji salah seorang kaum muslimin dengannya.
Serta semoga Dia selamatkan orang yang teruji dengannya secepat mungkin. Sesungguhnya Dia
Maha Dekat lagi Mengabulkan doa.
Saudaraku yang sedang teruji dengan rokok;
Saya tahu betul bahwa anda akan mengatakan bahwa anda telah berupaya berkali-kali
untuk meninggalkannya namun tak berhasil jua….Dan saya katakan kepada: Sesungguhnya hal
itu pernah terjadi pada diri saya dan akan saya ceritakan percobaanku secara rinci. Akan tetapi
yang saya inginkan dari diri anda adalah anda bisa serius dalam membaca surat ini dan supaya
anda melakukan percobaan yang telah saya lalui dalam melewati fase hitam dari fase
kehidupanku sepanjang 20 tahun.
Allah-lah yang bersaksi bahwa saya menyebutkan di sini bukan karena membanggakan
dan menonjolkan kemaksiatan. Akan tetapi saya menyebutkannya sebagai pujian dan sanjungan
kepada Allah atas karunia besar yang telah Dia limpahkan kepada saya dalam melepaskan diri
dari rokok. Saya sebutkan rincian percobaan ini semoga bisa diambil faidah oleh siapa saja yang
diuji dengan rokok sehingga ditetapkan baginya hidayah lalu mematikan rokok terakhir dalam
hidupnya bersamaan dengan lembaran akhir dari lembaran-lembaran surat ini.
Rokok Pertama
Perjalananku yang menyedihkan bersama rokok dimulai semenjak 20 tahun lalu saat saya
menjadi pelajar tingkat menengah dan pada hari-hari ujian. Dimana saya berkumpul dengan
teman-temanku di loteng rumah kami dalam rangka mengulang pelajaran. Salah seorang kawan
diantara yang sedang diuji dengan rokok turut bergabung bersama kami. Hingga dia bisa
merokok tanpa kami menegur dan mencelanya lalu berusaha mengajak kami untuk turut
merokok bersamanya. Dia katakan: “Sesungguhnya merokok itu bisa membantu konsentrasi dan
kefahaman”. Dia mencobanya dan mminta kami untuk melakukan uji coba. Jika ternyata tidak
terwujud hasilnya kita tinggalkan rokok. Maka kamipun melakukan ujin coba. Saya bersama
teman-temanku lalu menyalakan rokok kali pertama. Lalu saya merasakan kepalaku lebih berat
dari badan. Benda-benda yang ada di sekelilingku berputar. Mulailah stagnasi merayapi
tubuhku. Saya berkata kepada kawanku yang jahat itu: “Apa yang sedang saya rasakan ini?” Dia
berkata kepadaku: “Ini rokok pertama. Biasa lah yang sedang kamu alami itu. Hisaplah kedua kali
maka stagnasi dan pusing-pusing itu akan hilang darimu”. Maka saya hisap kedua, ketiga dan
keempat. Saya pergi yang pertama kali ke warung untuk beli bungkusan pertama rokok dari merk
paling jelek dan paling banyak bahayanya karena harganya murah.
Demikianlah saya lalu mengkhususkan setiap riyal yang saya peroleh untuk membeli rokok
hingga saya menghisap rokok sehari sampai 20 batang. Disela waktu 20 tahun semakin
bertambah banyak saya mengkonsumsi rokok hingga mencapai 80 batang dalam sehari sebelum
akhirnya saya tinggalkan rokok berkat karunia Allah.
Saya ingin mengisyaratkan dalam menceritakan permulaan rokok yang menyedihkan ini
supaya saya menunjukkan beberapa perhatian kepada para orang tua sehingga anak-anak
mereka tidak jatuh pada hal-hal yang tidak baik akibatnya. Diantaranya merokok. Beberapa
perhatian ini sebagai berikut:
- Waspadalah membiarkan anak anda jalan-jalan bersama kawan-kawan dan
teman sekolahnya tanpa pengawasan anda.
- Upayakan anak anda cukup dengan satu teman untuk belajar dan mengulang
pelajaran. Hendaknya teman ini dari yang dikenal istiqomah diantara yang anda kenal
dan percayai dari mereka.
- Jangan biarkan anak anda mengulang pelajaran atau belajar jauh dari
penglihatan anda atau penglihatan ibunya.
- Jangan biarkan banyak uang berada di tangan anak anda. Uang lebih terkadang
bisa mendorong untuk beli rokok karena kebanyakan. Sebagai ganti uang cukupilah apa
yang dibutuhkannya berupa makanan, minuman, kue dan lainnya.
- Jika anda punya kawan perokok maka jangan bolehkan dia merokok di rumah
anda. Dan jika memang anda tidak mampu, maka laranglah anak anda masuk kepada
anda berdua.
- Waspadailah anak anda keluar ke tempat-tempat yang jauh dari rumah dengan
ditemani kawan-kawannya sekalipun anda percaya kepada mereka.
Hati-hatilah wahai para orang tua/wali sesungguhnya merokok pada usia kecil akan susah
meninggalkannya. Kebiasaan buruk ini terkadang bisa terus melekat pada orangnya sepanjang
hidupnya jika Allah tidak mengasihi dan menunjukinya.
Penutup
Adapun setelah itu:
Saudaraku yang sedang teruji dengan rokok;
Sesungguhnya ini merupakan ajakan yang jujur dari hati ke hati supaya anda
meninggalkan rokok….
Anda akan mengatakan bahwa anda telah berkali-kali melakukan upaya akan tetapi pada
kali ini:
Janganlah anda meninggalkan rokok demi kesehatan
Janganlah anda meninggalkan rokok demi masyarakat dan manusia
Janganlah anda meninggalkan rokok demi menjaga harta anda
Namun tinggalkanlah rokok semata karena Allah, niscaya Allah akan membantu anda
dalam meninggalkannya.
Kami doakan anda secara tulus semoga Allah melimpahkan taufiq kepada anda dalam
meninggalkannya. Sesungguhnya Dia Maha Menunjukkan kepada jalan yang lurus. Semoga
Allah menjaga anda dari segala keburukan.
Demi Cukai, Rokok Tak Lagi Dibatasi Nikotinnya
(http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1049354005,21602,)
Difasilitasi Setneg
Budhi merupakan wakil Depkes dalam pertemuan revisi kilat PP Pengamanan Rokok yang
difasilitasi Sekretariat Negara (Setneg) pada 16-26 Februari lalu. Sejak hari Rabu, Budhi yang
kini pensiun, digantikan oleh Dr Faiq Bahfen SH.
Budhi menuturkan, desakan kepada pemerintah-bahkan ada yang sampai menghadap presiden-
datang antara lain dari asosiasi petani tembakau, gabungan perusahaan rokok, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Temanggung, dan Departemen Perindustrian dan
Perdagangan (Depperindag).
Hal itu agaknya membuat Depkes melangkah mundur dan akhirnya menyatakan tidak keberatan
PP Pengamanan Rokok direvisi dan pengaturan tar dan nikotin rokok tidak dicantumkan.
Sebagai kompensasi, Depkes meminta pengaturan iklan diperketat. Untuk media elektronik, lama
waktu tayang peringatan kesehatan (health warning) harus sama dengan lama waktu tayang
iklan rokoknya (jumlah detiknya sama). Untuk media luar ruang dan media cetak, besarnya kotak
peringatan kesehatan disertai pencantuman kadar tar nikotin tak kurang dari 15 persen ukuran
iklan. Kadar tar dan nikotin harus dicantumkan di kemasan rokok.
Selain itu, Depkes minta kawasan bebas asap rokok diperluas dan setiap sektor melakukan
upaya perlindungan kesehatan terhadap rokok. Misalnya, Departemen Keuangan (Depkeu)
menerapkan cukai rokok progresif, Departemen Pertanian (Deptan) mengganti varietas
tembakau dengan yang berkadar tar dan nikotin rendah, Depperindag mengusahakan produksi
rokok berkadar tar dan nikotin rendah.
Semula, tutur Budhi, pihaknya ngotot agar dilakukan larangan komprehensif terhadap iklan dan
promosi rokok. Namun hal itu ditolak Setneg dan sektor lain dengan alasan iklan rokok tidak
dilarang dalam Undang-Undang Penyiaran No 32/2002 (Pasal 46).
"Dalam pertemuan revisi itu Depkes menjadi peserta/diundang Setneg. Peserta lain adalah
Depperindag, Depkeu, Deptan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Badan Standarisasi
Nasional, serta Ketua DPRD Temanggung," ujar Budhi.
Pengendalian tembakau
31 May 2004
Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker
(karsinogen). Bahkan bahan berbahaya dan racun dalam rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan
kesehatan pada orang yang merokok, namun juga kepada orang-orang di sekitarnya yang tidak merokok
yang sebagian besar adalah bayi, anak-anak dan ibu-ibu yang terpaksa menjadi perokok pasif oleh
karena ayah atau suami mereka merokok di rumah. Padahal perokok pasif mempunyai risiko lebih tinggi
untuk menderita kanker paru-paru dan penyakit jantung ishkemia. Sedangkan pada janin, bayi dan anak-
anak mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita kejadian berat badan lahir rendah, bronchitis
dan pneumonia, infeksi rongga telinga dan asthma.
Demikian penegasan Menkes Dr. Achmad Sujudi pada puncak peringatan Hari Tanpa Tembakau
Sedunia dengan tema "Kemiskinan dan Merokok Sebuah Lingkaran Setan" sekaligus meluncurkan buku
Fakta Tembakau Indonesia Data Emperis Untuk Strategi Nasional Penanggulangan Masalah Tembakau
tanggal 31 Mei 2004 di Kantor Depkes Jakarta.
Mengingat besarnya masalah rokok, Menkes mengajak seluruh masyarakat bersama pemerintah untuk
menjalankan cara-cara penanggulangan rokok secara sistematis dan terus menerus yaitu meningkatkan
penyuluhan dan pemberian informasi kepada masyarakat, memperluas dan mengefektifkan kawasan
bebas rokok, secara bertahap mengurangi iklan dan promosi rokok, mengefektifkan fungsi label,
menggunakan mekanisme harga dan cukai untuk menurunkan demand merokok dan memperbaiki
hukum dan perundang-undangan tentang penanggulangan masalah rokok.
Menurut Menkes, kemiskinan dan merokok terutama bagi penduduk miskin merupakan dua hal yang
saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Seseorang yang membakar rokok tiap hari
berarti telah kehilangan kesempatan untuk membelikan susu atau makanan lain yang bergizi bagi anak
dan keluarganya. Akibat dari itu anaknya tidak dapat tumbuh dengan baik dan kecerdasanya juga tidak
cukup berkembang, sehingga kapasitasnya untuk hidup lebih baik di usia dewasa menjadi sangat
terbatas. Selain itu, kemungkinan besar sang ayah juga meninggal oleh karena penyakit yang
berhubungan dengan kebiasaan merokok. Demikian seterusnya, sehingga merokok dan kemiskinan
merupakan sebuah lingkaran setan
Menkes menambahkan, kebiasaan merokok di Indonesia cenderung meningkat. Berdasarkan data
Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) penduduk Indonesia usia dewasa yang mempunyai
kebiasaan merokok sebanyak 31,6%. Dengan besarnya jumlah dan tingginya presentase penduduk yang
mempunyai kebiasaan merokok, Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi kelima di dunia dengan
jumlah rokok yang dikonsumsi (dibakar) pada tahun 2002 sebanyak 182 milyar batang rokok setiap
tahunnya setelah Republik Rakyat China (1.697.291milyar), Amerika Serikat (463,504 milyar), Rusia
(375.000 milyar) dan Jepang (299.085 milyar).
Menurut Menkes, diantara penduduk laki-laki dewasa, persentase yang mempunyai kebiasaan merokok
jumlahnya melebihi 60%. Walaupun peningkatan prevalensi merokok ini merupakan fenomena umum di
negara berkembang, namun prevalensi merokok di kalangan laki-laki dewasa di Indonesia termasuk yang
sangat tinggi.
Sedangkan di negara maju yang terjadi justru sebaliknya, persentase perokok terus menerus cenderung
menurun dan saat ini kira-kira hanya 30% laki-laki dewasa di negara maju yang mempunyai kebiasaan
merokok. Hal ini disebabkan tingkat kesadaran masyarakat di negara maju akan bahaya merokok sudah
tinggi. Masyarakat sudah sadar merokok merupakan faktor risiko penyebab kematian, faktor risiko
berbagai penyakit dan disabilitas.
Kepala Perwakilan WHO untuk Indonesia dalam sambutan tertulis yang dibacakan Dr. Frits Reijsenbach
de Haan menyatakan, masyarakat miskin adalah kelompok masyarakat yang paling menjadi korban dari
industri tembakau karena menggunakan penghasilannya untuk membeli sesuatu (rokok) yang justru
membahayakan kesehatan mereka.
Dalam laporan yang baru saja dikeluarkan WHO berjudul "Tobacco and Poverty : A Vicious Cycle atau
Tembakau dan Kemiskinan : Sebuah Lingkaran Setan" dalam rangka peringatan Hari Tanpa Tembakau
Sedunia tanggal 31 Mei 2004, membuktikan bahwa perokok yang paling banyak adalah kelompok
masyarakat miskin. Bahkan di negara-negara maju sekalipun, jumlah perokok terbanyak berasal dari
kelompok masyarakat bawah. Mereka pula yang memiliki beban ekonomi dan kesehatan yang terberat
akibat kecanduan rokok. Dari sekitar 1,3 milyar perokok di seluruh dunia, 84% diantaranya di negara-
negara berkembang.
Hasil penelitian itu juga menemukan bahwa jumlah perokok terbanyak di Madras India justru berasal dari
kelompok masyarakat buta huruf. Kemudian riset lain membuktikan bahwa kelompok masyarakat
termiskin di Bangladesh menghabiskan hampir 10 kali lipat penghasilannya untuk tembakau
dibandingkan untuk kebutuhan pendidikan. Lalu penelitian di 3 provinsi Vietnam menemukan, perokok
menghabiskan 3,6 kali lebih banyak untuk tembakau dibandingkan untuk pendidikan, 2,5 kali lebih
banyak untuk tembakau dibandingkan dengan pakaian dan 1,9 kali lebih banyak untuk tembakau
dibandingkan untuk biaya kesehatan.
Menurut WHO, merokok akan menciptakan beban ganda, karena merokok akan menganggu kesehatan
sehingga lebih banyak biaya harus dikeluarkan untuk mengobati penyakitnya. Disamping itu meropok
juga menghabiskan uang yang seharusnya digunakan untuk membeli makanan yang bergizi.
Untuk mengurangi/menghilangkan kemiskinan, pemerintah perlu segera mengatasi masalah konsumsi
tembakau. Karena itu Kepala Perwakilan WHO untuk Indonesia mendorong pemerintah Indonesia untuk
lebih serius lagi mempertimbangkan untuk menandatangani global Framework Convention on Tobacco
Control (FCTC) akhir masa penandatangan akhir Juni 2004. Dengan demikian Indonesia dapat menjadi
pemimpin regional dalam gerakan pengawasan tembakau.
Selain meluncurkan buku, Menkes menyerahkan penghargaan "Manggala Karya Bakti Husada Arutala"
kepada Pondok Pesantren Langitan karena jasanya dalam menciptakan Kawasan Tanpa Rokok serta
penyerahan hadiah kepada 4 pemenang Quit and Win (Lomba Berhenti Merokok) yang diselenggarakan
Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3).
(http://www.suaramerdeka.com/harian/0310/28/surat.htm)
Penggunaan tembakau merupakan penyebab utama kematian yang sebenarnya dapat dicegah
di dunia ini. Dewasa ini 4 juta orang meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang
berhubungan dengan penggunaan tembakau. Bila kecenderungan ini menetap, maka 10 juta
orang akan meninggal setiap tahunnya di tahun 2030 di mana sebagian besar dari mereka
berasal dari negara berkembang. Bila tidak dilakukan penanganan memadai maka penggunaan
tembakau akan menjadi penyebab kematian utama di dunia, dan akan menyebabkan lebih
banyak kematian dibandingkan dengan penjumlahan mereka yang meninggal akibat tuberculosis,
pneumonia, diare, dan komplikasi persalinan.
Negosiasi pada Framework Convention Alliance on Tobacco Control (FCTC) merupakan peluang
bersejarah untuk melakukan gerakan dalam menanggulangi epidemi tembakau di dunia.
Framework Convention Alliance meminta para anggotanya untuk meningkatkan segala upaya
secara maksimal dan melakukan tindakan nyata dan tegas untuk mempercepat berjalannya
proses FCTC.
1. Perlu adanya partisipasi penuh dan aktif dari LSM pada semua pertemuan Negotiating
Body, kelompok kerja, kelompok ad hoc, dan komite lain yang dibentuk oleh INB untuk negosiasi
atau implementasi FCTC.
2. Produsen rokok beserta yang terkait dengannya tidak dapat menjadi peserta resmi dari
negosiasi ini dan tidak diperkenankan untuk berkiprah dalam segala bentuk badan FCTC
Akhirnya, kami juga mengajukan beberapa rekomendasi tentang substance, yang harus
dicantumkan, meliputi:
1. Pelarangan total segala bentuk, langsung muupun tidak langsung iklan tembakau,
sponsor, promosi, dan brand stretching.
2. Upaya yang gigih untuk mengurangi penyelundupan tembakau.
3. Pelarangan penjualan tembakau bebas pajak dan pembebasan pajak impor tembakau.
4. Peraturan produksi tembakau yang menyeluruh, yang antara lain meliputi: standar
produksi, pengepakan, bahan-bahan yang terkandung di dalamnya, dan pengemasan.
5. Pencantuman peringatan kesehatan bergambar yang meliputi setidaknya 50% dari
bungkus rokok dengan menggunakan bahasa utama di negara di mana rokok itu dijual.
6. Pelarangan penggunaan istilah-istilah yang menyesatkan, seperti "light" atau "mild".
7. Tersedianya mekanisme alih teknologi, bantuan keuangan, serta pengetahuan untuk
membantu berbagai negara dalam program penanggulangan tembakaunya, dan
8. Penggunaan kebijakan pajak tembakau guna kepentingan kesehatan masyarakat untuk
menurunkan secara berkesinambungan konsumsi tembakau.
FCTC juga harus mengharapkan semua pihak terkait untuk menyediakan dan mengumpulkan
program penanggulangan tembakau yang bersifat menyeluruh dan evidence based, baik di
tingkat local, nasional, dan internasional dengan tujuan untuk menurunkan akibat buruk pada
pemakai tembakau dan para perokok pasif. Akhirnya para negara anggota tidak perlu menunggu
adanya kesimpulan dari negosiasi untuk mengimplementasi kebijakan ini.
Aliansi berharap dapat bekerja sama dengan baik dengan para anggota INB untuk memastikan
agar dapat dihasilkan FCTC yang kuat dan efektif untuk melindungi kesehatan masyarakat dan
menurunkan kematian dan penyakit akibat tembakau.
Desember 2000
http://www.tempointeractive.com/hg/ekbis/2003/03/10/brk,20030310-05,id.html
Pemerintah sendiri, lanjut Merdias, sudah berbaik hati dengan memberi waktu selama lima tahun
untuk rokok produksi mesin dan 10 tahun untuk produksi tangan agar kadar kedua racun itu
sesuai dengan peraturan. Menurut dia, sebenarnya teknologi untuk ini sudah ada, hanya saja
parapengusaha rokok enggan untuk mengeluarkan uang lagi. “Kan masih ada waktu lima tahun,
kenapa buru-buru harus dicabut,” tutur dia.
Menurutnya, yang mengusulkan penghapusan kadar nikotin dan tar tidak berpihak terhadap
rakyat banyak yang kesehatannya perlu dijaga. Gerakan anti revisi ini juga diikuti belasan
organisasi, seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Komnas Penanggulangan Masalah
Merokok, Ikatan Dokter Indonesia, Yayasan Penyantun Asma Anak Indonesia, Yayasan Stroke
Indonesia, Persatuan Wartawan Indonesia, Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia, dan
lain-lain
Kata Merdias, kalau pun toh batasan kadar nikotin sebesar 1,5 miligram dan tar sebanyak 20 mg
jadi dicabut ada tiga kompensasi yang harus dilakukan. Pertama, semua iklan rokok di semua
media elektronik dilarang. “Kita maunya dilarang total atau kalau tidak bisa dipersempit waktunya
dari jam 24.00-05.00 (awal pukul 21.30-05.00),” ujar dia.
Ia mengatakan bahaya nikotin dan tar terhadap kesehatan harus dicegah. Karana dapat
mengakibatkan serangan jantung, kanker, impotensi dan ganguan kehamilan dan janin. Kalau
sampai perokok ketagihan akibat kadar kedua racun itu, akibatnya mereka akan menambah
aktivitas merokok. “berapapun kadar nikotin dan tarnya, pasti mengganggu kesehatan” tandas
Merdias.
TEMPO Interaktif, Jakarta:Direktorat Bea dan Cukai menargetkan pendapatan cukai rokok
untuk tahun 2003 sebesar Rp 27,9 triliun. Target ini melebihi pendapatan cukai rokok tahun lalu
yang mencapai Rp 23,3 triliun. Hal ini diungkapkan Direktur Bea dan Cukai Eddy Abdurrachman
di Jakarta, Rabu (12/3).
Menurut Eddy sampai Februari 2003 direktoratnya sudah membukukan pendapatan lebih dari 11
persen dari keseluruhan target tahun ini. Namun, katanya, jumlah itu masih lebih kecil dibanding
target dua bulan pertama dalam tahun anggaran yang seharusnya dicapai. "Semestinya bisa
mencapai 16 persen," katanya.
Tapi ia memaklumi karena pada akhir tahun seluruh industri rokok biasanya meningkatkan
pembelian pita cukai dibanding pada awal tahun sehingga pada awal tahun berikutnya jumlah
pendapatan cukai menurun. "Memang biasa pada dua bulan pertama pendapatan cukai selalu di
bawah target,"imbuh Eddy.
Untuk tahun lalu pendapatan Direktorat Bea dan Cukai melebihi pendapatan yang ditargetkan.
Dari 22,4 persen pendapatan yang ditargtekan, direktorat di bawah Departemen Keuangan itu
membukukan pendapatan sebesar 23,3 persen yakni Rp 900 miliar.
Mengomentari rencana pemerintah membatasi jumlah tar dan nikotin dalam tiap batang rokok,
menurut Eddy, hal itu tak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan cukai rokok. Menurutnya
pengaruh itu akan terjadi jika pembatasan tar dan nikotin juga mempengaruhi produksi rokok.
Melalui revisi Peraturan Pemerintah Nomor 38/2000, pemerintah berencana menetapkan kadar
tar sebanyak 20 miligram dan nikotin 1,5 miligram dalam tiap batang rokok.
Draft ini, kata Eddy, masih dalam tahap pembahasan. Ia mensinyalir industri rokok, khususnya
rokok kretek, belum siap dengan pembatasan itu. Sehingga rencana pemerintah merevisi
peraturan batasan rokok mendapat tentangan dari industri rokok. Menurutnya, pembatasan tar
dan nikotin relevansinya dengan Departemen Kesehatan yang meminta mencantumkan jumlah
dua zat itu dalam tiap bungkus rokok.
Eddy menjelaskan dalam menetapkan harga cukai rokok pihaknya menghitung dari tarif dan
harga eceran setiap merek rokok, sehingga, "Ada strata untuk masing-masing industri." Maka
untuk setiap industri digolongkan menjadi golongan I, II, dan III. Ia mencontohkan kretek putih
dengan mesin cukainya mencapai 40 persen, yang merupakan harga lebih tinggi dibanding cukai
untuk kretek putih dengan tangan.
Pemerintah memperpanjang waktu sosialisasi pembatasan tar dan nikotin menjadi lima tahun
untuk industri rokok dengan mesin dan sepuluh tahun untuk industri dengan tangan. Pemerintah
beranggapan pembatasan tar dan nikotin harus dilakukan dengan menggunakan teknologi
canggih.
TEMPO Interaktif, Jakarta:Dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS)
tangal 31 Mei mendatang, Departemen Kesehatan menetapkan “Film dan Fesyen Bebas Rokok”
sebagai tema peringatan. Hal ini disampaikan Menteri Kesehatan RI, Sujudi, di Departemen
Kesehatan, Jl. Rasuna Said Jakarta, Senin (26/5) siang.
Maksud dipilihnya tema tersebut antara lain karena film dan fesyen melibatkan banyak
peragawan peragawati dan bintang film yang menjadi idola masyarakat. Akibatnya, sebagai idola
masyarakat, tingkah laku mereka dapat dijadikan panutan dalam kehidupan sehari-hari. “Kami
berharap peragawan peragawati dan bintang film mempelopori sikap tidak merokok sebagai gaya
hidup," kata Sujudi.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Perwakilan WHO di Indonesia Dr. George Petersen
menjelaskan, tema ini dipilih untuk menyoroti dunia fesyen dan perfilman dalam menyebar-
luaskan bencana kesehatan akibat rokok. Lewat pemilihan tema ini, kata Petersen,
sesungguhanya WHO tengah menyerukan kepada industri hiburan untuk berhenti
mempromosikan benda penyebab mematikan manusia tersebut.
Dalam kesempatan itu, Petersen menyodorkan hasil penelitian di Amerika yang menyebutkan
bahwa para remaja yang mengidolakan bintang film yang merokok, di masa depannya akan
merokok lebih dari 16 kali. Selain itu, 30 persen yang melihat adegan merokok sampai 150 kali,
akhirnya juga merokok. Masih menurut penelitian, selama periode 1988-1997, 85 persen dari 24
film paling laris di Hollywood mempertunjukan adegan penggunaan tembakau.
Selain itu, sebuah penelitian tentang 395 film India yang diproduksi 1991–2001 menunjukan
bahwa 76,5 persen diantaranya mempertontonkan adegan merokok. “Mengingat semua
tantangan ini, jelaslah semua negara termasuk Indonesia tidak boleh istirahat dalam bekerja
melawan tembakau,” ujar Petersen. (Yandhrie Arvian -TNR)
http://www.tempointeractive.com/hg/ekbis/2004/01/07/brk,20040107-21,id.html
TEMPO Interaktif, Jakarta: Pemerintah menargetkan industri rokok bisa memproduksi rokok
hingga 200 miliar batang tahun ini. Jumlah tersebut untuk memenuhi target penerimaan cukai
tahun ini sebesar Rp 27,6 triliun. Demikian diungkapkan Direktorat Jenderal Bea Cukai Eddy
Abdurrahman, di Jakarta, Rabu (7/1),
Selain menambah jumlah produksi, kata Eddy, dari segi kegiatan pemerintah tidak akan
menaikkan tarif cukai dan harga jual eceran rokok. Dari lima kali perubahan kenaikan cukai rokok
sepanjang 2001-2003, kata Eddy, penerimaan negara dari cukai cenderung menurun.
Berpedoman pada pengalaman ini pemerintah tidak akan menaikkan harga cukai hingga tercapai
situasi ekonomi yang stabil.
Ia berharap, dengan adanya kebijakan itu industri rokok bisa merestrukturisasi perusahaan
dengan menambah jumlah produksi rokok selain keadaan ekonomi yang terus membaik. "Kalau
konsumsi naik produksi juga pasti naik," katanya.
Kebijakan lainnya yang akan terus dijalankan pada 2004 adalah mencegah beredarnya pita cukai
palsu dan kecepatan pelayanan pembayaran cukai.
Sedangkan untuk penerimaan bea masuk tahun ini, pemerintah menargetkan penerimaan
sebesar Rp 11,6 triliun. Meski tahun 2003 lalu penerimaan bea masuk tidak tercapai, pemerintah
tetap menaikkan target penerimaan denagn perkiraan kondisi ekonomi yang membaik dengan
adanya peningkatan impor.
TEMPO Interaktif, Kediri:Tujuh daerah produsen rokok meminta kepada pemerintah agar dapat
menunda pembayaran cukai rokok, yang semula ditetapkan dua bulan kemudian dapat diundur
menjadi tiga bulan. Ke tujuh daerah itu antara lain Kabupaten Kudus, Kabupaten/Kota Kediri,
Kabupaten/Kota Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kota Surabaya.
Permohonan penundaan tersebut juga mendapatkan dukungan dari produsen rokok Sampoerna,
Tri Sakti Purwosari Makmur, Gabungan Pengusaha Rokok Malang, Bentoel Prima, dan Gudang
Garam. Hal itu diungkapkan Ketua Pansus Cukai DPRD Kudus, MA Kurnen, Jum’at (11/6).
Tujuan dari penundaan pembayaran cukai itu, menurut Kurnen, uang yang disetor oleh produsen
ke Departemen Keuangan dapat terlebih dahulu mengendap satu bulan di bank, selanjutnya dari
bunganya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan di daerahnya masing- masing.
Upaya yang dilakukan ini, sebagai kompensasi dari cukai rokok yang disetor ke pemerintah pusat
karena selama ini daerah produsen rokok tidak mendapatkan bagian dari perolehan cukai
tersebut.
Menurut Kurnen, untuk kepentingan penundaan pembayaran cukai itu, telah dibentuk sebuah tim.
Surat penundaan dari ketujuh daerah telah disampaikan ke Departemen Keuangan. Dari daerah
produsen rokok di Jawa Tengah dan Jatim ini, setiap bulan cukai rokok yang disetor ke
pemerintah pusat sekitarRp 2,5 triliun. Untuk kepentingan itu, menurut Kurnen, tim membutuhkan
dukungan dari pemprop Jateng dan Jatim.
TEMPO Interaktif, Jakarta: Mulai 1 Januari 2004 pemerintah akan menerapkan pajak
pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah (PPn BM) untuk tiga komoditi yaitu
rokok, kendaraan bermotor, dan minuman berakohol. Kebijakan ini akan diujicobakan di Batam.
Demikian diungkapkan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Eddy Abdurrahman di Jakarta, Jumat
(1/2).
Selain PPN dan PPn BM, ketiga komoditas itu juga akan dikenakan bea masuk. Menurut Eddy,
penerapan ini tidak akan menggangu investasi dan menyurutkan industri memproduksi
komoditasnya. Alasannya, kebijakan itu akan dikenakan bagi komoditas yang dipakai untuk
konsumsi. "Kalau untuk industri tetap diberikan fasilitas bebas pajak dan bea masuk," kata Eddy.
Kebijakan fasilitas bebas bea masuk dan pajak ini diterapkan untuk seluruh kawasan brikat
nasional. Batam, kata Eddy, sebelum diterapkan Undang-Undang Zona Perdagangan Bebas
yang masih digodok DPR, Batam akan diperlakukan sebagai kawasan brikat. Ia menjamin
penerapan kebijakan itu akan mengurangi penyelundupan tiga komoditas itu. "Justru dengan
kebijakan ini kami mengupayakan praktek-praktek semacam itu berkurang," katanya.
Menurut Eddy, kebijakan penerapan pajak dan bea masuk itu secara bertahap akan dikenakan
juga untuk komoditas lainnya. Untuk barang elektronik pengenaan pajak dan bea masuk akan
diterapkan pada 1 Maret 2004. "Setiap enam bulan ada pertambahan komoditas sampai 18 bulan
sejak 1 Januari," katanya.
Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Pajak Hadi Poernomo mengatakan potensi penerimaan
pengenaan PPN, PPn BM, dan bea masuk itu sekitar Rp 300-400 miliar. Senada dengan Eddy,
Hadi juga menjamin penerapan pajak itu tidak akan mengganggu arus investasi ke dalam negeri.
Menteri Keuangan Boediono menambahkan prinsip kebijakan itu ditujukan untuk menyamakan
perlakuan bagi seluruh kawasan berikat di Indonesia dalam pengenaan pajak. "Tidak di Gunung
Kidul tidak di Batam, nantinya sama," katanya. Ia juga menjamin penerapan kebijakan itu tidak
akan mengganggu daya saing investasi. "Itu tidak akan mengganggu," katanya.
Tanggal 1 Januari juga mulai diberlakukan peraturan pemungutan PPN dan PPn BM hanya
dilakukan oleh bendaharawan negara. BUMN, Bank Indonesia, atau perusahaan kontrak yang
ditunjuk pemerintah tidak akan lagi menjadi pemungut dua jenis pajak itu. Pemungutan PPN dan
PPN BM dilakukan dengan cara memotong langsung tagihan pengusaha kena pajak rekanan
pemerintah.
TEMPO Interaktif, Jakarta: Indonesia berada dalam urutan tertinggi kelima di antara negara-
negara di dunia dengan konsumsi rokok sebanyak 182 miliar batang pada tahun 2002. Hal ini
disampaikan Menteri Kesehatan, Achmad Sujudi, dalam sambutan memperingati Hari Tanpa
Tembakau Sedunia, Senin (31/5), di Gedung Departemen Kesehatan, Jakarta.
Tahun ini, peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia mengambil tema "Kemiskinan dan
Merokok", untuk mengingatkan bahwa kemiskinan dan kebiasaan merokok merupakan dua hal
yang sangat berhubungan. "Berdasarkan data Susenas, lebih dari 30 persen penduduk dewasa
mempunyai kebiasaan merokok," papar Sujudi. Mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh rokok,
Sujudi menilai perlu penanggulangan yang sistematis dan terus menerus.
Wakil WHO Indonesia Frits Reijsenbach de Haan, dalam pidatonya menyampaikan bahwa
masyarakat miskin adalah kelompok masyarakat yang paling menjadi korban dari industri
tembakau, karena menggunakan penghasilan mereka untuk membeli sesuatu yang justru dapat
membahayakan kesehatan mereka. "Berbagai penelitian membuktikan bahwa yang paling
banyak merokok adalah kelompok masyarakat miskin," paparnya.
Dalam kesempatan itu, Menteri Kesehatan memberikan penghargaan kepada Pondok Pesantren
Langitan, Tuban, Jawa Timur, asuhan KH Abdullah Faqih yang telah menetapkan wilayah
pondoknya sebagai kawasan bebas rokok sejak 20 tahun lalu.
TEMPO Interaktif, Kediri: Menteri Keuangan Yusuf Anwar menyatakan saat ini pihaknya tengah
berkonsentrasi pada meruyaknya serangan cukai palsu. Karena pengaruhnya sangat besar bagi
kondisi keuangan di Indonesia. "Industri rokok merupakan salah satu penyumbang terbesar
pendapatan negara. Potensi penerimaan negara dari cukai tahun lalu mencapai Rp 30 triliun,"
kata Yusuf Anwar saat mengunjungi pabrik rokok PT Gudang
Garam Tbk, Kediri, Sabtu (5/3).
Akibat pemalsuan cukai dan rokok pada 2004, negara rugi sekitar Rp 150 miliar. Untuk itu Bea
Cukai mengambil langkah mencegah pemalsuan pita cukai rokok dengan cara
melakukan personalisasi pita cukai rokok untuk masing-masing perusahaan rokok.
Dwidjo U. Maksum
http://www.tempointeractive.com/hg/jakarta/2005/02/03/brk,20050203-16,id.html
TEMPO Interaktif, Jakarta: Menurut Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sutiyoso,
masyarakat belum siap menghadapi larangan merokok di tempat umum. Selain memerlukan
pembangunan infrastruktur pendukung, juga waktu sosialisasi yang cukup. "Jadi ada proses,"
kata Sutiyoso di Kantor Balaikota, Jakarta, Kamis (3/2).
Tentang lamanya sosialisasi, Sutiyoso belum mengetahui secara pasti. "Itu masalah teknis,"
ungkapnya.
Larangan merokok di tempat umum tertuang dalam Rancangan Peraturan Daerah (Raperda)
tentang pengendalian pencemaran udara. Raperda ini, rencananya akan disahkan pada Jumat
(4/2).
Denda yang dikenakan bagi pelanggar peraturan ini adalah Rp 50 juta atau kurungan enam
bulan. Dasar Raperda ini adalah UU Nomor 19 tahun 2003 tentang kesehatan.
Sementara itu, mengenai pengawas Perda, Sutiyoso mengatakan akan mengambil unsur
fungsional saja. Salah satu kemungkinannya, kata dia, menggunakan Dinas Ketentraman dan
Ketertiban (Trantib) sebagai pengawas. "Salah satu tugas Trantib adalah mengamankan Perda,"
kata Sutiyoso.
Gubernur menambahkan, Trantib akan diberikan pengarahan tentang Perda ini. Sedangkan dana
operasionalnya akan berasal dari anggaran rutin Trantib.
Eworaswa
http://www.tempointeractive.com/hg/ekbis/2005/01/20/brk,20050120-37,id.html
TEMPO Interaktif, Jakarta:PT HM Sampoerna Tbk. akan memberikan beasiswa kepada 5.000
siswa pada tahun ajaran 2005/2006.
Menurut Direktur Program dan Urusan Alumni Sampoerna Foundation Eddy F. Henry, dari jumlah
itu, 1.000 beasiswa akan diberikan untuk siswa tingkat dasar (SD) dan tingkat menengah
pertama (SMP).
Sebanyak 3.000 beasiswa akan dialokasikan untuk siswa-siswa tingkat menengh atas (SMA).
“Sebanyak 60 persen penerima beasiswa dari luar Pulau Jawa dan 40 persen dari Pulau Jawa,”
kata Eddy di Jakarta hari ini.
Siswa SD akan menerima uang beasiswa sebesar Rp 25 ribu, SMP Rp 35 ribu, dan SMA Rp 50
ribu per bulan. “Untuk penyalurannya, kami bekerja sama dengan BRI,” kata Eddy. Sampoerna
juga memberikan beasiswa kepada mahasiswa tingkat S1 sebanyak 30-45 orang dan S2
sebanyak 20-25 orang.
Eddy mengatakan, para siswa yang bisa mendapat beasiswa adalah yang lulus seleksi dengan
syarat berprestasi dan miskin. Beberapa standar telah ditetapkan seperti nilai minimum siswa
yang tidak boleh kurang dari 7,5. Namun, bagi yang berprestasi di luar akademik seperti olah
raga, standar itu diturunkan nilainya menjadi 6,0.
TEMPO Interaktif, Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Rencananya
akan mensahkan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang pengendalian pencemaran
udara, termasuk di dalamnya larangan merokok di tempat umum.
Selain itu bagi pemilik kendaraan diwajibkan melakukan uji emisi. Bagi pelanggar aturan tersebut
akan dikenakan denda Rp 50 juta atau kurungan selama 6 bulan.
Pengesahan ini akan dimulai dengan penyampaian kata akhir dari masing-masing fraksi.
Rencananya, acara ini dimulai pukul 09.00 WIB namun hingga berita ini diturunkan rapat belum
juga dimulai.
Rapat Paripurna di gedung DPRD DKI Jakarta Lantai 3 ini rencananya akan dihadiri Gubernur
DKI Jakarta Sutiyoso. Selain itu, dijadualkan pula hadir berbagai pihak yang terkait dengan Perda
ini.
Eworaswa
http://www.tempointeractive.com/hg/jakarta/2005/02/04/brk,20050204-53,id.html
Sebagian besar warga Jakarta juga belum mengetahui Raperda tersebut. "Kayanya kurang
sosialisasi" kata Bany (25 tahun) warga Duren Sawit Jakarta Timur, ketika ditemui di kantornya,
Jumat (4/1).
Bany, yang dalam sehari bisa menghabiska 1 bungkus rokok, mengaku kurang setuju dengan
pelarangan merokok di tempat umum. "Kalau di kendaraan umum itu wajar lah, tapi kalau di
tempat terbuka, masa nggak boleh juga?" ujarnya.
Ia sadar tujuan Perda itu baik. Namun ia tetap pesimis hal itu bisa berjalan disemua kalangan
masyarakat. sebab, kata dia, hal tersebut hanya dapat ditegakkan kepada orang-orang dengan
latar belakang pendidikan tertentu, namun untuk masyarakat bawah, yang merupakan mayoritas
penduduk, hal itu akan sulit dilakukan. "Mereka mungkin nggak tau Perda itu apa, gimana
menerapkannya?" katanya.
Seharusnya, kata dia, kesadaran masyarakatlah yang perlu ditingkatkan terlebih dahulu.
"Pemerintah cuma bisa bikin aturan yang hukumannya denda," tambahnya. Bila peraturan
tersebut disahkan, tambahnya, akan menjadi polemik bagi masyarakat karena denda yang
ditetapkan untuk pelanggarannya adalah Rp 50 juta. "Rakyat kecil Rp 1 juta saja mungkin nggak
punya" katanya melanjutkan.
Suwito (40 tahun) yang juga seorang perokok, bahkan mengatakan bila peraturan ini ingin
ditegakkan sebaiknya tutup saja pabrik rokok. "Karena peraturan ini nggak efektif," katanya.
Berbeda dengan dua para perokok aktif itu, Ratih (24 tahun) warga Cilitan dan seorang perokok
pasif sangat menyetujui Perda ini. "Sebagai perokok pasif, saya berhak menghirup udara segar
bebas asap rokok" katanya. Selama ini, kata dia, masyarakat perokok bisa merokok dimana saja
dan seakan tidak peduli dengan yang tidak merokok. Namun ia juga pesimis peraturan ini dapat
dijalankan. "Kecuali kalau aparatnya benar-benar menjalankannya" tambahnya.
Pernyataan serupa datang dari Ronald (28 tahun). Walaupun seorang perokok aktif yang bisa
menghabiskan 1 bungkus rokok dalam sehari, ia setuju dengan Raperda ini. Ia berpendapat
peraturan ini efektif untuk mengurangi polusi yang sudah kotor di Jakarta.
"Lagipula ini bisa mengurangi tingkat perokok aktif, baik untuk diri sendiri juga" katanya saat
ditemui di Pusat Grosir Cililitan. Namun mengenai denda Rp 50 juta, ia mengatakan hal tersebut
sangat berlebihan. "Seharusnya Rp 5 juta saja. Jumlah segitu saja orang sudah mikir, kalau Rp
50 juta orang bisa bayar nggak?" kata dia. Ia yakin bila Raperda ini dilaksanakan benar-benar
pasti berhasil. "Tapi kita lihat saja nanti. Kalau nggak ada follow up-nya percuma" tandasnya.
TEMPO Interaktif, Jakarta: Analis memperkirakan saham rokok HM Sampoerna (HMSP) masih
akan menguat dalam jangka panjang. "Namun investor lebih baik berhati-hati dengan
kemungkinan aksi ambil untung (profit taking) terhadap saham ini," kata analis Supra Surya
Danawan, Hendra Bujang kepada Tempo, Selasa (15/3).
Di samping, itu menurut Hendra, banyak juga investor yang sudah membeli saham HMSP di
bawah harga saat ini, sehingga terbuka kemungkinan untuk menjual saham mereka.
Harga saham HMSP melonjak tinggi kemarin akibat diakuisisinya PT Hanjaya Mandala
Sampoerna Tbk oleh Philip Morris Indonesia. Harga HMSP ditutup pada level Rp 10.450 kemarin
(14/3), naik Rp 1.600 dari penutupan pada hari Kamis (10/3).
Hendra juga mengatakan kenaikan harga HMSP akan berpengaruh juga terhadap saham GGRM
(Gudang Garam). "Dan investor harus berhati-hati karena kalau saham HMSP naik terus,
sedangkan GGRM tidak naik, maka orang akan membeli GGRM," kata Hendra. Lagipula, secara
psikologis, investor akan mencari GGRM sebagai pembanding HMSP.
Selain itu, nantinya price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV) GGRM pun akan
lebih rendah daripada HMSP. Namun Hendra juga melihat untuk jangka panjang sampai tutup
buku tahun ini, HMSP bisa saja mencapai level Rp 11-12 ribu.
Akuisisi HMSP oleh Philip Morris diperkirakan analis sebagai win-win solution. Bagi Philip Morris,
akuisisi ini dilakukan karena prospek HMSP yang bagus. Potensi pasar HMSP masih punya
prospek tinggi. "Selain itu Philip Morris melihat nilai tambah HMSP sebagai perusahaan yang
sehat dengan good corporate governance," kata Hendra.
Bagi HMSP sendiri, akuisisi oleh Philip Morris dapat dijadikan langkah awal HMSP untuk bermain
di pasaran internasional di luar Asia.
Secara umum, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini masih akan menguat.
Namun investor tetap harus berhati-hati dengan kemungkinan aksi ambil untung. "Karena pasar
sudah menunjukkan gejala over bought yang mungkin akan diikuti dengan kondisi jenuh beli,"
kata Hendra.
Pergerakan indeks hari ini akan berada pada kisaran 1.100-1.150. Indeks kemarin ditutup
menguat 15,435 poin menjadi 1.123,482.
Rekomendasi saham untuk aksi beli antara lain saham rokok yaitu HMSP dan GGRM; saham
perbankan seperti BNGA (Bank Niaga); saham properti seperti DILD (Dharmala Intiland) dan
JIHD (Jakarta International Hotel & Development); serta saham telekomunikasi TLKM
(Telekomunikasi Indonesia).
Saham telekomunikasi lainnya, ISAT (Indosat) direkomendasikan ditahan atau dijual. Saham
perkebunan seperti AALI (Astra Agro Lestari) dan LSIP (PP London Sumatra) pun
direkomendasikan untuk dijual.
Saham pertambangan seperti BUMI (Bumi Resources), ANTM (Aneka Tambang (Persero)),
INCO (International Nickel Indonesia), dan MEDC (Medco Energi International)
direkomendasikan untuk disimpan.
Fanny Febiana
http://www.tempointeractive.com/hg/nusa/jawamadura/2005/03/05/brk,20050305-23,id.html
TEMPO Interaktif, Kediri: Munculnya desakan kuat dari sejumlah daerah penghasil rokok
mengenai pembagian hasil cukai rokok, tampaknya bakal kandas. Pasalnya, pembagian cukai
rokok tetap akan dilakukan lewat pengalokasian melalui pembahasan DPR dan pemerintah
pusat.
Hal itu disampaikan Dirjen Bea Cukai, Eddy Abdulrahman saat mendampingi Menteri Keuangan
Yusuf Anwar berkunjung ke perusahaan rokok PT Gudang Garam Tbk di Kediri, Sabtu (5/3).
"Cukai merupakan pajak negara yang langsung dipungut pemerintah pusat. Selain cukai adalah
PPn dan PPH. Karena dipungut pemerintah pusat, dana tersbut masuk
dalam kas negara. Pengalokasiannya melalui mekanisme
APBN," kata Eddy kepada Tempo, Sabtu (5/3) di Kediri.
Dwidjo U. Maksum
http://www.tempointeractive.com/hg/ekbis/2005/01/10/brk,20050110-44,id.html
TEMPO Interaktif, Jakarta:PT Philip Morris Indonesia, produsen rokok Marlboro, mengajak kerja
sama PT HM Sampeorna Tbk (HMSP), melalui anak perusahaan, yakni PT Perusahaan Dagang
dan Industri Panamas (Panamas).
"Pada tanggal 10 Januari 2005, Panamas yang 99 persen sahamnya dimiliki HM Sampoerna
telah menandatangani perjanjian distribusi sebagai distributor eksklusif Philip Morris di
Indonesia," kata Tjandra Bachtiar, Sekretaris Perusahaan HM Sampoerna dalam penjelasannya
kepada Bursa Efek Surabaya (BES), Senin,(10/1).
Sampoerna yang memiliki pangsa pasar tertinggi untuk penjualan rokok putih. Sampai dengan
September tahun lalu akumulasi penjualan mencapai Rp 13,031 triliun dengan laba bersih Rp
1,726 triliun.
Sedangkan untuk periode satu tahun 2003 penjualan Sampoerna sebesar Rp 14,675 triliun
dengan laba bersih Rp 1,406 triliun.
Menurut direksi Bentoel, dengan pemutusan hubungan dengan Morris, pendapatan Bentoel
berkurang hingga 60 persen. (yuliawati)
http://www.tempointeractive.com/hg/jakarta/2005/02/04/brk,20050204-49,id.html
TEMPO Interaktif, Jakarta: Kepala Operasional Suku Dinas Keamanan Ketertiban dan
Perlindungan Masyarakat (Tramtib dan Linmas) Jakarta Selatan, Usman Siringo-ringo, hingga
hari ini, Jumat (4/2), belum menerima penugasan untuk menegakkan dan sosialisasi Peraturan
Daerah (Perda) Pengendalian Pencemaran Udara. Padahal, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso,
dalam pernyataannya kepada wartawan di balaikota, Kamis (3/2), menyatakan Dinas Tramtib dan
Linmas akan ditugaskan untuk mengawasi pelaksanaan perda tersebut.
"Kami belum menugaskan personel, karena surat penugasaannya belum saya terima," ujarnya
kepada Tempo di kantornya, Jakarta, Jumat (4/2). Sedangkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) DKI Jakarta berencana mensahkan Raperda Pengendalian Pencemaran.
Secara pribadi, Siringo-ringo, yang tiap harinya menghabiskan tiga batang rokok, mengaku
mendukung keluarnya perda tersebut. "Memang sebaiknya tidak merokok di tempat-tempat
fasilitas umum," katanya sambil mengisap rokok kreteknya.
Dalam pasal 13, Perda tersebut secara tegas melarang orang merokok di fasilitas publik. Orang
yang melanggar diancam denda Rp 50 juta atau kurungan selama 6 bulan.
Dia sendiri tidak berani berspekulasi, apakah larangan itu akan efektif bisa berjalan atau tidak.
"Sebelumnya juga sudah ada SK Gubernur yang melarang merokok di tempat umum, tapi tetap
saja banyak yang melanggar," katanya. Menurutnya, berhasil tidaknya perda tersebut, sangat
bergantung pada pelaksana di lapangan, terutama pengawas.
Suliyanti
http://www.tempointeractive.com/hg/jakarta/2004/01/09/brk,20040109-10,id.html
TEMPO Interaktif, Tangerang: Bagi kebanyakan orang, rokok memang mengganggu. Tapi,
tidak harus terjadi seperti yang dialami Sumiyati, 25 tahun, warga Kampung Cisereh, Kadujaya,
Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, ini kan? Tidak suka suaminya merokok di
hadapannya, Sumiyati nekat membakar tubuhnya hingga mengalami luka bakar serius, Kamis
(8/1) malam.
Awalnya, Herri, 22 tahun, sedang santai bersama Sumiyati, istrinya yang baru dinikahinya tiga
bulan lalu dalam status janda cerai dengan satu anak. Di sela-sela perbincangan, Heri
mengeluarkan sebatang rokok dan menyulutnya dengan korek api. Tanpa sungkan, buruh pabrik
kabel di Kawasan Curug itu pun menghisap rokok di hadapan istrinya. Seketika, Sumiyati merasa
kesal karena keasyikan obrolan mereka terganggu asap rokok Herri. Perbincangan santai
kemudian berubah jadi percekcokan. Sumiyati pun menyebut suaminya tidak sayang lagi. Herri
diam saja. Tidak disangka, Sumiyati bangkit dari duduknya dan langsung menuju dapur.
Diambilnya minyak tanah dan dibawa ke ruang tamu. Dihadapan suaminya, Sumiyati langsung
menyirami tubuhnya dengan minyak tanah dan menyulutkan api dari korek api yang juga turut
diambilnya dari dapur. Herri pun kaget. Dirinya berusaha mencegah upaya bakar diri Sumiyati
dengan menepis korek yang hendak dinyalakan. Tapi Sumiyati semakin nekat, korek yang sudah
terlempar direbut kembali dan langsung dinyalakan. Alhasil, api menyala membakar dirinya.
Merasa panik, Herri berteriak minta tolong. Tetangga pun berdatangan, memberi pertolongan
memadamkan api di sekujur tubuh Sumiyati. Setelah padam, Sumiyati langsung dilarikan ke
Rumah Sakit Umum Tangerang. Tapi lantaran luka bakar serius mencapai stadium empat,
Sumiyati kemudian dilarikan lagi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk mendapatkan
perawatan intensif.
Dari keterangan yang dihimpun TNR, aksi membakar diri ini adalah kali keduanya dilakukan
Sumiyati. "Sumiyati termasuk kolokan. Mungkin karena dia anak satu-satunya dan berasal dari
keluaga yang cukup berada. Setiap permintaannya harus dituruti. Kalau tidak, selalu mengancam
akan bakar diri," kata tetangga keluarga Herri-Sumiyati yang tidak mau disebutkan namanya.
NIAT Wakil Ketua Komisi B DPRD Mahmudi Toh Pati untuk menggunakan hak interpelasi
menyangkut rencana pendirian pabrik pelintingan rokok di Sragen (SM, 13/7), mendapatkan respons
positif eksekutif. Jajaran eksekutif menyatakan siap hadir di DPRD dan menjelaskan rencana
pendirian pabrik rokok senilai Rp 3 miliar kerja bareng Pemkab Sragen, PT Sampoerna, dan mitra
kerja PT Aruma Sukowati. Berikut petikan wawancara Suara Merdeka dengan Asisten II Sekda Drs
Sumarna MM.
Kalau DPRD jadi menggunakan hak interpelasi kepada eksekutif, guna menjelaskan rencana
pendirian pabrik pelintingan rokok di Nglangon, Sragen, kami siap. Namun, kami lebih menginginkan
dialog saja. Dengan dialog dua arah, antara eksekutif dan legislatif diharapkan bisa menghasilkan
titik temu.
DPRD akan meminta penjelasan karena pendirian pabrik itu dianggap tidak sesuai dengan
prosedur?
Kami sudah melalui prosedur. Bahkan kami sebelumnya memberitahukan kepada sejumlah anggota
DPRD tentang rencana pendirian pabrik pelintingan rokok itu. Kalau DPRD menganggap bahwa
rencana pendirian pabrik rokok itu tidak melalui prosedur, lalu prosedur yang mana?
Sesuai dengan UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 42 ayat 1 k disebutkan,
DPRD memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antardaerah dan dengan pihak ketiga
yang membebani masyarakat dan daerah.
Karena rencana pendirian pabrik rokok itu tidak membebani masyarakat dan daerah, wajar kami
menginterpretasikan sesuai dengan UU itu kalau kerja sama tersebut dilanjutkan. Sebab tidak
membebani masyarakat dan daerah.
Kalau membebani APBD dan rakyat, kami harus meminta izin DPRD. Namun, kerja sama itu kan
tidak akan mengutik-utik APBD dan membebani rakyat, bahkan akan menguntungkan rakyat karena
menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk menampung sekitar 1.300 orang.
Tentang Memorandum of Understanding (MoU) yang diminta DPRD menyangkut kerja sama itu?
Setelah proyek fisik pabrik rokok yang digarap Mitra Produksi Sigaret (MPS) selesai 75%, pihak PT
Sampoerna baru akan menyepakati MoU dengan Pemkab Sragen dan mitra kerja PT Aruma
Sukowati. Memang, aturan mainnya begitu. Tetapi saya jamin proyek itu tidak akan merugikan
Pemkab Sragen. (Anindito AN-16s)
Pabrik Rokok Utang Iuran Jamsostek
http://www.indomedia.com/bernas/2012/18/UTAMA/18jat2.htm
Semarang, Bernas
Perusahaan rokok di Kudus yang menghentikan iuran Jamsostek sejak Mei 1998 dianggap
memiliki utang, karena secara hukum mereka belum keluar secara resmi. Karena itu Kanwil V PT
Jamsostek Jateng akan melayangkan surat penagihan, sebab iuran tersebut merupakan piutang
negara yang harus dibayar oleh perusahaan rokok.
"Iuran Jamsostek yang belum dibayar selama dua tahun lebih itu menjadi utang perusahaan
rokok, meski selama itu PT Jamsostek tidak memberikan pelayanan kepada para pekerja.
Sebagai piutang negara, PT Jamsostek akan tetap menagih pada perusahaan,"tegas Kepala
Kanwil V PT Jamsostek Jateng-DIY, Drs HM Amin H Usman kepada wartawan di Semarang,
Sabtu (16/12).
Menurut Amin H Usman, sejak para pekerja perusahaan rokok di Kudus masuk sebagai
anggota/peserta Jamsostek, bilai dana mereka yang tersimpan di PT Jamsostek mencapai Rp
2,4 milyar. Jumlah tersebut merupakan simpanan jaminan hari tua dan lain-lain dari sekitar
48.734 peserta pekerja 18 perusahaan rokok.
"Meski mereka menyatakan keluar dari PT Jamsostek, kenyataannya belum ada satupun pekerja
atau perusahaan yang mengambil tabungan jaminan hari tua. Ini juga akan menjadi bukti kalau
mereka sebenarnya belum keluar secara resmi," ujarnya.
Ditanya mengenai dasar yang dipergunakan untuk menagih piutang negara kepada perusahaan
rokok yang tidak membayar selama dua tahun, ternyata Amin tidak bisa menjawab, bahkan
mengalihkan pembicaraan tentang rencana kerja di tahun 2001.
Mengenai rencana kerja di tahun 2001 mendatang, PT Jamsostek mengalokasikan dana Rp 8,7
milyar guna me- ningkatkan kepedulian kepada peserta Jamsostek. Alokasi dana tersebut
dipergunakan untuk menutup uang muka perumahan Rp 4 milyar, dana modal kerja kontraktor
Rp 1 milyar, beasiswa untuk 165 anak sebesar Rp 119 juta, santunan korban PHK sebanyak
1500 orang pekerja senilai Rp 300 juta dan bantuan hibah rumah sakit pemerintah Rp 1 milyar.
(rif)
RENCANA KERJA SKPD DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2006
http://www.dinkes.kebumen.go.id/index.php?name=EZCMS&menu=4&page_id=4&
PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG
Desentralisasi membawa implikasi perubahan mendasar dalam tatanan pemerintahan, sehingga terjadi
juga perubahan peran dan fungsi birokrasi mulai dari tingkat Pusat sampai ke Daerah. Perubahan yang
mendasar itu memerlukan juga pengembangan kebijakan yang mendukung penerapan desentralisasi
dalam mewujudkan pembangunan kesehatan sesuai kebutuhan Daerah dan diselenggarakan secara
efisien, efektif dan berkualitas.
Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan
yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak dalam kandungan
sampai usia lanjut. Selain itu pembangunan bidang kesehatan juga diarahkan untuk meningkatkan dan
memelihara mutu lembaga pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara
berkelanjutan, dan sarana prasarana dalam bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat
dijangkau oleh masyarakat. Dalam kerangka desentralisasi, pembangunan bidang kesehatan ditujukan
untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang berlandaskan prakarsa dan
aspirasi masyarakat dengan cara memberdayakan, menghimpun, dan mengoptimalkan potensi daerah
untuk kepentingan daerah dan prioritas Nasional dalam mencapai Indonesia Sehat 2010.
Selain hal-hal di atas, berbagai perubahan dan perkembangan dalam sekala luas turut mempengaruhi
perubahan arah pembangunan kesehatan di masa yang akan datang.
Pertama, perubahan-perubahan mendasar pada dinamika kependudukan yang mendorong lahirnya
transisi demografis dan epidemiologis.
Kedua, temuan-temuan substantial alam ilmu dan teknologi kedokteran yang membuka cakrawala baru
dalam memandang proses hidup sehat, sakit dan mati.
Ketiga, tantangan global sebagai akibat kebijakan perdagangan bebas, serta pesatnya revolusi dalam
bidan informasi, telekomunikasi dan transportasi.
Keempat, perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap derajat dan upaya kesehatan.
Kelima, demokratisasi disegala bidang yang menuntut pemberdayaan dan kemitraan dalam
pembangunan kesehatan.
Untuk dapat meningkatkan daya tangkal dan daya juang pembangunan kesehatan yang merupakan
modal utama pembangunan nasional, tinjauan kembali terhadap kebijakan pembangunan kesehatan
telah merupakan keharusan. Perubahan pemahaman akan konsep sehat dan sakit serta makin kayanya
khasanah ilmu pengetahuan dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit yang
multifaktorial, telah menggeser paradigma pembangunan kesehatan yang lebih mengutamakan
pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Pentingnya penerapan PARADIGMA SEHAT
merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktif. Paradigma sehat
tersebut merupakan model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang mampu mendorong
masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri, melalui kesadaran yang
lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif . Untuk
mewujudkan KEBUMEN SEHAT TAHUN 2010 bagi terwujudnya INDONESIA SEHAT di masa depan,
maka dasar-dasar, visi, serta misi pembangunan kesehatan harus dapat dilaksanakan serta bertaat azaz
dan berkesinambungan yang dijabarkan dalam Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
tiap tahun.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dimaksudkan sebagai penjabaran Rencana
Strategis Dinas Kesehatan. Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
bertujuan untuk :
1. Mengetahui Kondisi Umum Pembangunan Kesehatan Kab. Kebumen
2. Mengetahui Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan Kab. Kebumen
3. Mengetahui Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kab. Kebumen
4. Mengetahui Program dan Kegiatan Tahun 2006 Dinas Kesehatan Kab. Kebumen
C. SISTEMATIKA
Pendahuluan, berisi tentang uraian latar belakang yang mengantarkan permasalahan bidang kesehatan
serta maksud dan tujuan disusunnya Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas
Kesehatan Kabupaten Kebumen.
Kondisi Umum SKPD, berisi tentang uraian permasalahan internal dan eksternal pembangunan
kesehatan maupun peluang pengembangan. Dengan tinjauan struktur organisasi Dinas Kesehatan dan
masalah strategis.
Visi dan Misi, berisi uraian tentang gambaran masa depan yang ingin dicapai dalam jangka waktu
tertentu, yang realistis dan dapat menyemangati upaya untuk mewujudkannya sejalan dengan
kedudukan, tugas pokok dan fungsi SKPD. Sedangkan Misi merupakan uraian tentang sesuatu yang
harus diemban atau dilaksanakan oleh SKPD sesuai visi yang ditetapkan agar tujuan organisasi dapat
terlaksana dan berhasil dengan baik..
Kebijakan berisi uraian tentang arah penetapan program agar misi pembangunan dapat tercapai.
Program dan Kegiatan, berisi uraian tentang garis besar program dan kegiatan selama satu tahun
berdasarkan kebijakan atau standar-standar yang berlaku.
KONDISI UMUM SKPD DINAS KESEHATAN KEBUMEN
A. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan diatur berdasarkan Perda Kab. Kebumen No. 20
Tahun 2004. Dinas Kesehatan mempunyai Melaksanakan kewenangan otonomi Daerah dibidang
kesehatan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, Dinas
Kesehatan mempunyai fungsi:
a. pelaksanaan pembinaan umum dan perumusan kebijakan teknis dibidang kesehatan meliputi
pendekatan peningkatan (promotif), pencegahan (prefentif), pengobatan (kuratif), pemulihan
(rehabilitatif) berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
b. pelaksanaan pemberian perijinan dan pelayanan umum dibidang kesehatan.
c. pelaksanaan pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis dibidang upaya pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan serta pembinaan operasional sesuai kebijakan Bupati.
Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen terdiri dari :
• Kepala Dinas
• Bagian tata Usaha
• Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
• Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat
• Bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi
• Bidang Promosi & Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
• Unit Pelaksana Tehnis Dinas
• Kelompok Jabatan Fungsional.
B. ISU DAN MASALAH STRATEGIS
Setelah dilakukan analisis, masalah, kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman maka dapat
disimpulkan bahwa isu strategis yang dihadapi adalah :
1. Kerjasama Lintas Sektor
Sebagian dari masalah kesehatan merupakan masalah nasional yang tidak dapat terlepas dari berbagai
kebijakan sektor lain sehingga upaya ini harus secara strategis melibatkan sektor terkait. Isu utama
tersebut adalah bagaimana upaya meningkatkan kerjasama lintas sektor yang lebih efektif karena
kejasama lintas sektor dalam pembangunan kesehatan selama ini sering kurang berhasil. Banyak
program nasional yang terkait dengan kesehatan, tetapi pada akhirnya tidak atau kurang berwawasan
kesehatan. Pembangunan kesehatan yang dijalankan selama ini hasilnya belum optimal karena
kurangnya dukungan lintas sektor. Beberapa program-program sektoral yang tidak atau kurang
berwawasan kesehatan dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat. Sebagian dari
masalah kesehatan terutama lingkungan dan perilaku, berkaitan erat dengan bebagai kebijaksanaan
maupun pelaksanaan program di sektor lain. Untuk itu diperlukan pendekatan lintas sektor yang sangat
baik, agar sektor terkait dapat selalu mempertimbangkan kesehatan masyarakat. Demikian pula
peningkatan upaya dan manajemen pelayanan kesehatan tidak dapat terlepas dari peran sektor-sektor
yang membidangi pembiayaan, pemerintahan dan pembangunan daerah, ketenagaan, pendidikan,
perdagangan dan sosial budaya.
2. Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Mutu sumber daya manusia kesehatan sangat menentukan keberhasilan upaya serta manajemen
kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan yang bermutu harus selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan berusaha untuk menguasai IPTEK yang tinggi/mutakir. Disamping itu
mutu sumber daya tenaga kesehatan ditentukan pula oleh nilai-nilai moral yang dianut dan
diterapkannya dalam menjalankan tugas. Disadari bahawa sumber daya manusia kesehatan Indonesia
yang mengkuti perkembangan IPTEK dan menerapkan nilai-nilai moral etika profesi dalam era pasar
bebas harus diantisipasi dengan meningkatkan mutu dan profesionalisme. Hal ini diperlukan tidak saja
untuk meningkatkan daya saing sektor kesehatan, tetapi juga membantu meningkatkan daya saing
sektor lain. Antara lain peningkatan komoditi ekport bahan makanan dan makanan jadi.
Sejalan dengan desentralisasi penyelenggaraan pemerintah, peningkatan kemampuan dan
profesionalisme manajer kesehatan disetiap tingkat administrasi, merupakan kebutuhan yang sangat
mendesak. Pemberdayaan atau kemandirian masyarakat dalam upaya kesehatan sering belum seperti
yang diharapkan. Kemitraan yang setara, terbuka dan saling menguntungkan bagi masing-masing pihak
dalam upaya kesehatan, menjadi suatu yang penting untuk upaya pembudayaan perilaku hidup sehat,
penetapan kaidah hidup dan promosi kesehatan.
3. Mutu dan Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan.
Dipandang dari segi fisik persebaran sarana pelayanan kesehatan telah dapat dikatakan merata ke
seluruh pelosok wilayah. Namun harus diakui bahwa persebaran fisik tersebut masih belum diikuti
sepenuhnya dengan peningkatan mutu pelayanan. Mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh
kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang tersedia, obat, alat kesehatan dan sarana penunjang, proses
pemberian pelayanan, dan kompensasi yang diterima serta harapan masyarakat pengguna. Dengan
demikian maka peningkatan kualitas fisik serta faktor-faktor tersebut diatas merupakan prakondisi yang
harus dipenuhi. Selanjutnya proses pemberian pelayanan ditingkatkan melalui peningkatan pendidikan
umum, penyuluhan kesehatan, komunikasi yang baik antara pemberi pelayanan dengan masyarakat.
4. Sumber Daya Pembiayaan Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan masih kurang mengutamakan pendekatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
serta pencegahan penyakit, dan kurang didukung oleh sumber daya pembiayaan yang memadai.
Disadari bahwa keterbatasan dana pemerintah dan masyarakat merupakan ancaman yang besar bagi
kelangsungan program pemerintah serta ancaman terhadap pencapaian derajat kesehatan yang
optimal. Dengan demikian maka diperlukan upaya lebih intensif untuk peningkatan sumber daya
pembiayaan dari sektor publik yang diutamakan untuk kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan serta pencegahan penyakit. Sumber daya pembiayaan untuk upaya penyembuhan dan
pemulihan perlu digali lebih bayak dari sumber-sumber yang ada dimasyarakat dan diarahkan agar lebih
rasional dan lebih berhasil dan berdaya guna untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Berbagai
penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pengeluaran langsung masyarakat digunakan secara
kurang efektif dan efisien sebagai akibat dari adanya informasi yang tidak sama antara pemberi
pelayanan dan penerima pelayanan (pasien dan keluarganya). Keadaan ini mendorong perlunya
langkah strategis dalam menciptakan sistim pembiayaan yang bersifat pra upaya yang sering dikenal
dengan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
Ketersediaan sumber daya yang terbatas, khususnya di sektor publik mengharuskan adaya upaya-
upaya untuk meningkatkan peran serta sektor swasta khususnya dalam upaya yang bersifat
penyembuhan dan pemulihan. Upaya tersebut dilakukan melalui pemberdayaan sektor swasta, sehingga
sumber daya yang ada dapat dimafaatkan secara optimal.
VISI, MISI DAN STRATEGI
A. VISI
Sejalan dengan kedudukan, tugas pokok dan fungsinya, visi Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen
dirumuskan sebagai : “Terwujudnya Kebumen Sehat 2010, didukung lingkungan dan perilaku sehat
dengan pelayanan berkualitas dan peran serta masyarakat”
B. MISI
1. Mendorong terlaksananya pembangunan daerah yang berwawasan kesehatan
2. Menggerakkan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
3. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adil, merata dan terjangkau
4. Memberdayakan peran serta masyarakat
C. STRATEGI
Untuk mewujudkan misi pembangunan, secara umum dilakukan menggunakan pendekatan Sistem
Manajemen Kesehatan Terpadu (Integrated of Management Health System). Pendekatan sistem ini
menekankan perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan yang berdasar pada fakta (evidence-
based), dengan intervensi yang menyeluruh (holistic) di semua tingkatan manajemen. Secara
operasional konsep dasar Sistem Manajemen Kesehatan Terpadu terdiri dari fungsi-fungsi pokok, yaitu:
1. Fungsi manajemen umum melalui konsep pengelolaan yang efektif dan efisien
2. Fungsi sistem informasi melalui analisis kependudukan, risiko lingkungan, risiko perilaku, sistem
surveilans, sistem informasi geografis, sistem jaringan komunikasi serta penelitian dan riset operasional.
3. Fungsi perencanaan melalui perencanaan program kesehatan terpadu (P2KT)
4. Fungsi intervensi program kesehatan melalui pemasaran sosial, kemitraan dan pemberdayaan
masyarakat
5. Fungsi audit melalui audit kasus dan audit kesehatan masyarakat untuk menilai keberhasilan
keseluruhan program kesehatan.
ARAH KEBIJAKAN
Tujuan pembanguan kesehatan menuju Kebumen Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku
yang sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.
A. SASARAN
Sasaran pembangunan kesehatan menuju Kebumen Sehat 2010 adalah :
1. Perilaku hidup sehat.
Meningkatnya secara bermakna jumlah ibu hamil yang emeriksakan diri dan melahirkan ditolong oleh
tenaga kesehatan, jumlah bayi yang memperoleh imunisasi lengkap, jumlah bayi yang memperoleh ASI
eksklusif, jumlah anak Balita yang ditimbang setiap bulan, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS), peserta
Keluarga Berencana (KB), jumlah penduduk dengan makan dengan gizi seimbang, jumlah penduduk
yang memperoleh air bersih, jumlah penduduk buang air besar di jamban, jumlah pemukiman bebas
vektor dan rodent, jumlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan, jumlah penduduk berolah raga, dan
istarahat teratur, jumlah keluarga dengan komunikasi internal dan ekternal, jumlah keluarga yang
menjalankan ajaran agama dengan baik, jumlah pengendara yang menggunakan peralatan
keselamatan, jumlah penduduk yang merasa aman berada di kediaman dan tempat-tempat umum,
jumlah penduduk yang tidak merokok dan tidak minum-minuman keras/obat zat adiktif, jumlah penduduk
yang tidak berhubungan seks diluar nikah serta jumlah penduduk yang menjadi peserta Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
2. Lingkungan sehat
Meningkatnya secara bermakana jumlah willayah/kawasan sehat, tempat-tempat umum sehat, tempat
pariwisata sehat, tempat kerja sehat rumah dan bangunan sehat, sarana sanitasi, sarana air minum,
sarana pembuangan limbah, lingkungan sosial termasuk pergaulan sehat dan keamanan lingkungan,
serta berbagai standar dan peraturan perundang-undangan yang mendukung terwujudnya lingkungan
sehat.
3. Upaya kesehatan
Meningkatnya secara bermakna jumlah sarana kesehatan yang bermutu, jangkauan dan cakupan
pelayanan kesehatan, penggunaan obat generik dalam pelayanan kesehatan, penggunaan obat secara
rasional pemanfaatan pelayanan promotif dan preventif, biaya kesehatan yang dikelola secara efisien,
serta ketersediaan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
4. Manajemen Pembangunan Kesehatan
Meningkatnya secara bermakna sistem informasi pembangunan kesehatan, kemampuan daerah dalam
pelaksanaan desentralisasi pembangunan kesehatan, kepemimpinan dan manajemen kesehatan,
peraturan-perundangan-undangan yang mendukung pembangunan kesehatan, kerjasama lintas
program dan sektor
5. Derajat Kesehatan
Meningkatnya secara bermakna umur harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi dan ibu,
menurunnya angka kesakitan beberapa penyakit penting, menurunnya angka kecacatan dan
ketergantungan serta meningkatnya status gizi masyarakat, menurunnya angka fertilitas.
B. KEBIJAKAN
Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada dasar-dasar tersebut
diatas, maka penyelenggaraan tersebut diatas, maka penyelenggaraan upaya kesehatan perlu
memperhatikan kebijakan umum yang dikelompokan sebagai berikut :
1. Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor
Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan kesehatan, kerjasama lintas sektor merupakan hal
yang utama, dan karena itu perlu digalang serta mantapkan itu perlu digalang serta dimantapkan secara
seksama, sosialisasi masalah-masalah kesehatan kepada sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan
berkala. Kerjasama lintas sektor harus mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
serta melandaskan dengan seksama pada dasar-dasar pembangunan kesehatan.
2. Peningkatan Perilaku, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Swasta
Masyarakat dan Swasta perlu berperan akftif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Dalam kaitan ini
perilaku hidup manusia sejak usia dini melalui berbagai kegiatan-kegiatan penyuluhan dan pendidikan
kesehatan, sehingga menjadi bagian dari norma hidup dan budaya masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan kemandirian untuk hidup sehat. Peran masyarakat dalam pembangunan
kesehatan terutama melalui penerapan konsep pembangunan kesehatan masyarakat tetap didorong
dan bahkan dikembangkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan serta kesinambungan upaya
kesehatan. Kemitraan swasta lebih dikembangkan dengan memberikan kemudahan dalam dalam
membangun terutama pelayanan kesehatan rujukan rumah sakit dan pelayanan medik lainnya, dengan
memperhatikan efisiensi keseluruhan sistem pelayanan kesehatan. Kemitraan swasta juga ditingkatkan
dalam pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, Peran organisasi, sebagai organisasi
masyarakat, ditingkatkan terutama menyangkut penyusunan dan pemantauan standar kode etik profesi
dalam pelayanan kesehatan. Organisasi profesi didorong untuk berperan aktif mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan, membantu pemerintah dalam perumusan kebijakan dan
pengolahan serta pemantauan pelaksanaan pembangunan kesehatan dan berfungsi pula memberikan
masukan untuk mengembangkan sumber daya manusia kesehatan.
3. Peningkatan Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan, lingkungan yang
sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan kesehatan dan
keselamatan hidup manusia. Upaya ini perlu untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan
meningkatkan kemauan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan
pembngunan berwawasan kesehatan. Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-
tempat umum serta tempat pariwisata ditingkatkan melalui penyediaan serta pengawasan mutu air yang
memenuhi persyaratan terutama perpipaan, penerbitan tempat pembuangan sampah, penyediaan
sarana pembuangan air limbah serta berbagai sarana sanitasi lingkungan lainnya. Kualitas air, udara
dan tanah ditingkatkan untuk menjamin hidup sehat dan produktif sehingga masyakat terhindar dari
keadaan yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan. Untuk itu diperlukan peningkatan dan perbaikan
peraturan perundang-undangan, pendidikan lingkungan sehat sejak dari usia muda serta pembakuan
standar lingkungan.
Pengendalian penyebab, pembawa serta sumber penyakit perlu dilakukan untuk terciptanya lingkungan
yang sehat bagi segenap penduduk.. Perhatian khusus diberikan kepada gangguan lingkungan karena
penggunakan teknologi dan bahan berbahaya, eksplorasi sumber daya alam yang berlebihan, serta
karena bencana baik oleh alam maupun ulah manusia. Dampak global perubahan cuaca perlu
diwaspadai terutama yang terkait dengan timbulnya berbagai gangguan kesehatan disamping dampak
negataif kelangkaan bahan pangan yang berpengaruh terhadap gizi penduduk.
4. Peningkatan Upaya Kesehatan
Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan,
melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan serta upaya khusus melalui pelayanan kemanusiaan dan darurat atau krisis. Selanjutnya,
pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu terus-menerus diupayakan. Dalam
rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat selama krisis ekonomi, upaya kesehatan
diprioritaskan untuk mengatasi dampak krisis disamping tetap mempertahankan peningkatan
pembangunan kesehatan. Perhatian khusus dalam mengatasi dampak krisis diberikan kepada kelompok
berisiko dari keluarga-keluarga miskin agar derajat kesehatannya tidak memburuk dan tetap hidup
produktif. Pemerintah bertanggung jawab terhadap biaya pelayanan kesehatan untuk penduduk miskin.
Setelah melewati masa krisis ekonomi status kesehatan masyarakat diusahakan ditingkatkan melalui
pencegahan dan pengurangan morbiditas, mortalitas dan kecacatan dalam masyarakat terutama pada
bayi, anak balita, dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas, melalui upaya peningkatan (promosi)
hidup sehat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan penyakit dan
rehabilitasi. Prioritas utama diberikan kepada penanggulangan penyakit menular dan wabah cenderung
meningkat.
Perhatian yang lebih besar diberikan untuk mewujudkan produktifitas kerja yang tinggi, melalui berbagai
upaya pelayanan kesehatan kerja termasuk perbaikan gizi dan kebugaran jasmani tenaga kerja serta
upaya kesehatan lain yang menyangkut kesehatan lingkungan kerja dan lingkungan pemukiman,
terutama bagi penduduk yang tinggal didaerah kumuh. Peningkatan upaya kesehatan dilakukan dengan
menggalang kemitraan sektor swasta dan potensi masyarakat. Peningkatan upaya kesehatan sektor
pemerintah lebih diutamakan pada pelayanan kesehatan yang berdampak luas terhadap kesehatan
masyarakat. Sedangkan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan
penyakit terutama dipercayakan kepada swasta.
Pelayanan kesehatan dasar yang diselenggarakan melalui puskesmas, puskesmas pembantu, bidan di
desa dan upaya pelayanan kesehatan swasta ditingkatkan pemerataan dan mutunya. Begitu pula untuk
pelayanan kesehatan rujukan yang diselenggarakan oleh rumah sakit milik pemerintah maupun swasta.
Peningkatan pemerataan dilakukan penempatan bidan di desa, pengembangan puskesmas yang sudah
ada dan membangun puskesmas pembantu lengkap dengan sarananya. Peningkatan kualitas dilakukan
melelui pelaksanaan jaminan mutu oleh puskesmas dan rumah sakit.
5. Peningkatan Sumber Daya Kesehatan
Peningkatan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan kesehatan dan
diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan terampil sesuai pengembangan ilmu dan
teknologi, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berpegang teguh pada
pengabdian bangsa dan negara dan etika profesi. Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta mutu tenaga
kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan pembangunan kesehatan.
Dalam perencanaan tenaga kesehatan perlu diutamakan penentuan kebutuhan tenaga diberbagai
negara diluar negeri dalam rangka globalisasi.
Pengembangan karier tenaga kesehatan masyarakat dan pemerintah perlu ditingkatkan dengan terarah
dan seksama serta diserasikan secara bertahap.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM), yakni cara pelayanan kesehatan melalui
pembayaran secara pra upaya dikembangkan terus untuk menjamin terselenggaranya pemeliharaan
kesehatan yang lebih merata dan bermutu dengan raga yang terkendali. JPKM diselenggarakan sebagai
upaya bersama antara masyarakat, swasta dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan biaya
pelayanan kesehatan yang terus meningkat. Tarif pelayanan kesehatan perlu disesuaikan atas dasar
nilai jasa dan barang yang diterima oleh anggota masyarakat yang memmperoleh pelayanan.
Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu melalui sisten JPKM yang disubsidi oleh Pemerintah
Bersamaan dengan itu dikembangkan pula asuransi kesehatan sebagai pelengkap/pendamping JPKM.
Pengembangan asuransi kesehatan berada dibawah pembinaan pemerintah dan asosiasi peransuran.
Dalam upaya meningkatkan perbekalan kesehatan, pengadaan dan produksi bahan baku obat yang
secara ekonomis menguntungkan terus ditingkatkan. Pengadaan, produksi dan distribusi obat jadi
ditingkatkan efisien dan mutunya sehingga masyarakat dapat memperoleh obat yang bermutu dengan
harga yang terjangkau. Pemakaian obat yang rasional terutama dengan menggunakan obat generik
lebih digalakkan melalui upaya promosi dan penyuluhan bagai tenaga kesehatan dan masyarakat
umum. Obat-obatan tradisional yang bermanfaat bagi kesehatan akan dimanfaatkan secara terintergrasi
dalam pelayanan kesehatan masyarakat sendiri akan dikembangkan terus melalui pembinaan oleh
pemerintah maupun asosiasi profesi.
Pembinaan kualitas makanan dan minuman yang dipasarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat
ditingkatkan untuk melindungi masyarakat dari bahan dan organisme yang membahayakan.
6. Peningkaan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.
Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan terutama melalui
peningkatan secara strategis dalam kerja sama antara sektor kesehatan dan sektor lain yang terkait, dan
antara berbagai program kesehatan serta antara para pelaku dalam pembangunan kesehatan sendiri .
Manajemen upaya kesehatan yang terdiri dari perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengendalian
dan penilaian diselenggarakan secara sistematik untuk menjamin upaya kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh. Manajemen tersebut didukung oleh sistem informasi yang handal guna menghasilkan
pengambilan keputusan dan cara kerja yang efisien. Sistem informasi tersebut dikembangkan secara
komprehensif diberbagai tingkat administrasi kesehatan sebagai bagian dari pengembangan
administrasi moderm. Organisasi Departemen Kesehatan perlu disesuaikan kembali dengan fungsi-
fungsi : regulasi, perencanaan nasional, pembinaan dan pengawasan.
Desentralisasi atas dasar prinsip otomi yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab dipercepat
melalui pelimpahan tanggung jawab pengelolaan upaya kesehatan kepada daerah. Dinas kesehatan
ditingkatkan terus kemampuan manajemennya sehingga dapat melaksanakan secara lebih bertanggung
jawab dalam perencanaan, pembiayaan pelaksana upaya kesehatan. Peningkatan kemampuan
manajemen tersebut dilakukan melalui rangkaian kemampuan manajemen tersebut dilakukan melalui
rangkaian pendidikan dan pelatihan yang sesuai pembangunan kesehatan yang ada. Upaya tersebut
diatas perlu didukung oleh tersedianya pembiayaan kesehatan yang memadai. Untuk itu perlu
diupayakan peningkatan pendanaan kesehatan yang baik yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan
belanja Nasional maupun dari Anggaran Pembngunan dan Belanja Daerah. Sumber pendapatan untuk
pembangunan kesehatan dapat digali dari pengenaan pajak atas barang konsumen yang merugikan
kesehatan seperti cukai rokok dan tembakau, dan pajak atas minuman keras. Sejalan dengan itu semua
pendapatan oleh intitusi kesehatan dan upaya peningkatan mutu pelayanan. Kerjasama internasional
mungkin diperlukan, tetapi kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri dalam pembangunan
kesehatan perlu diutamakan.
7. Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan.
Penelitian dan pengembengan dibidang kesehatan akan terus dikembangkan secara terarah dan
bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan, utamanya untuk mendukung perumusan
kebijaksanaan, membantu memecahkan masalah kesehatan dan mengatasi kendala di dalam
pelaksanaan program kesehatan dan mengatasi kendala didalam pelaksanaan program kesehatan.
Penelitian dan pengembngan kesehatan akan terus dikembangkan melalui jaringan kemitraan dan
didesentralisasikan sehingga menjadi bagian penting dari pembangunan kesehatan daerah.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan, gizi, pendayagunaan obat, pengembangan obat asli Indonesia, pemberantasan
penyakit dan perbaikan lingkungan. Penelitian yang berkaiatan dengan ekonomi kesehatan
dikembangkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan swasta,
serta meningkatkan kontribusi pemerintah dalam pembiayaan kesehatan yang masih terbatas. Penelitian
bidang sosial budaya dan perilaku sehat dilakukan untuk mengembangkan gaya hidup sehat dan
mengurangi masalah kesehatan masyarakat yang ada.
8. Peningkatan Lingkungan Sosial Budaya.
Selain berpengaruh positif, globalisasi juga menimbulkan perubahan lingkungan sosial dan budaya
masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap pembangunan kesehatan. Untuk itu sangat
diperlukan peningkatan kesehatan sosial dan budaya masyarakat melalui peningkatan sosio-ekonomi
masyarakat, sehingga dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dan sekaligus meminimalkan
dampat negatif dari globalisasi.
PROGRAM DAN KEGIATAN
Arah kebijakan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tersebut dijabarkan dalam
program pembangunan kesehatan jangka menengah (RPJM). Selanjutnya program-program
pembangunan kesehatan dijabarkan ke dalam kegiatan tahunan.
A. Program
1. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
2. Program Lingkungan Sehat
3. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
4. Program Upaya Kesehatan Perorangan
5. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
6. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
7. Program Sumber Daya Kesehatan
8. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
9. Program Pengawasan Obat dan Makanan
10. Program Pengembangan Obat Asli Indonesia
11. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
12. Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
B. Kegiatan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota
Standar Pelayanan Minimal (SPM) memuat batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja
penyelenggaraan kewenangan wajib daerah Kabupaten/Kota. SPM berisi jenis pelayanan dasar kepada
masyarakat dalam bidang kesehatan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1457/Menkes/SK/2003 tentang SPM Bidang Kesehatan Kab/Kota dan Keputusan Gubernur Jawa
Tengah No. 71 Th. 2004 tanggal 23 Desember 2004 tentang SPM Bidang Kesehatan Kab/Kota, berisi 9
Kewenangan wajib, 26 jenis pelayanan minimal, 63 indikator kinerja. Kewenangan Wajib Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota meliputi kewenangan dalam:
1. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar
2. Penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat
3. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang
4. Penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular
5. Penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan sanitaasi dasar
6. Penyelenggaraan promosi kesehatan
7. Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif
8. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian (obat)
9. Penyediaan pembiayaan dan jaminan kesehatan
Dari 9 kewenangan wajib di atas di jabarkan dalam Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, terdiri dari:
1. Pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi
2. Pelayanan kesehatan Anak Pra sekolah dan Usia Sekolah
3. Pelayanan Keluarga Berencana
4. Pelayanan imunisasi
5. Pelayanan Pengobatan /Perawatan
6. Pelayanan Kesehatan Jiwa
7. Pemantauan pertumbuhan balita
8. Pelayanan gizi
9. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan Komprehensif
10. Pelayanan gawat darurat
11. Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan
Gizi buruk
12. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio
13. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru
14. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA
15. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIVAIDS
16. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
17. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare
18. Pelayanan kesehatan lingkungan
19. Pelayanan pengendalian vektor
20. Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum
21. Penyuluhan perilaku sehat
22. Penyuluhan Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif (P3 NAPZA) berbasis masyarakat
23. Pelayanan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan
24. Pelayanan penggunaan obat generik
25. Penyelenggaraan pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan
26. Penyelenggaraan pembiayaan untuk Keluarga Miskin dan masyarakat rentan
Selain SPM tersebut, Kabupaten/Kota wajib menyelenggarakan jenis pelayanan sesuai kebutuhan
spesifik daerah antara lain:
1. Pelayanan Kesehatan Kerja
2. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
3. Pelayanan gizi pemberian kapsul Yodium pada wanita usia subur
4. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIVAIDS melalui skrining darah donor
5. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Malaria
6. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Kusta
7. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Filariasis
Berdasarkan Fungsi-Sub Fungsi dan Program Kesehatan, disusun Rencana Kegiatan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen tahun 2006 berdasarkan prioritas
adalah sebagai berikut:
1. Pembinaan Bidan di Desa
2. Penyelenggaraan Imunisasi
3. Pengembangan standar pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan dasar (SOP)
4. Peningkatan Gizi Masyarakat
5. Penanggulangan GAKY
6. Peningkatan Pelayanan Gawat darurat
7. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit, Bencana dan
Masalah Kesehatan
8. Pencegahan dan Pemberantasan TBC
9. Pencegahan dan Pemberantasan ISPA
10. Pencegahan dan Pemberantasan HIV / AIDS
11. Pencegahan dan Pemberantasan DBD
12. Pencegahan dan Pemberantasan Diare
13. Pencegahan dan Pemberantasan Malaria
14. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
15. Pengendalian Nyamuk Malaria
16. Pengendalian Nyamuk Demam Berdarah
17. Survelans Kualitas Air
18. Penyuluhan Perilaku Sehat
19. Revitalisasi Posyandu
20. Pengadaan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar dan Obat Kecacingan bagi Murid SD danMI se-
Kabupaten Kebumen
21. Pengadaan Alat Kesehatan untuk Puskesmas
22. Pengadaan Alat Laboratorium untuk Labkesda Kabupaten Kebumen
23. Pembinaan Ketersediaan Penggunaan Obat yang Rasional di Unit Pelayanan Kesehatan.
24. Pembinaan Pengawasan Penerapan Cara Produksi Makanan yang Aman dan Bermutu pada Industri
RumahTangga
25. Pengamanan Produk Makanan yang tidak Memenuhi Syarat
26. Penyelenggaraan JPKM bagi Keluarga Miskin dan Rentan
27. Pemberian Bantuan Operasi Katarak bagi Keluarga Miskin
28. Pembinaan Program KB Bagi Bidan di Desa
29. Pengembangan Sistem Akreditasi Puskesmas
30. Peningkatan pelayanan Kesehatan Jiwa/Napza, indera, gigi dan mulut
31. Penyemprotan Lalat dan Vektor
32. Pemeriksaan Kesehatan TTU
33. Pengadaan Sarana Penyuluhan Perilaku Sehat
34. Pemberdayaan Pondok Pesantren dalam Peningkatan PHBS
35. Pembinaan Pengawasan Peredaran Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Kosmetika.
36. Pembinaan dan Pengawasan Penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) pada jajanan anak
sekolah
37. Pembinaan dan Pengawasan Pelayanan Kesehatan dalam Penggunaan Obat Generik
38. Upaya Kesehatan Kerja
39. Pembinaan Dukun Bayi
40. Pembinaan Kesehatan Remaja dan Usia Lanjut
41. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
42. Pencegahan dan Pemberantasan Kusta
43. Sosialisasi Program Kesehatan
44. Penyuluhan ttg penyakit menular ( DBD, Malaria, Diare dan PD3 I).
45. Pembinaan dan Pengembangan Obat Asli Indonesia (OAI)
46. Penyelenggaraan Forum Perencanaan Bidang Kesehatan
47. Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten dan Puskesmas Berdasarkan SPM
48. Pengembangan Program Aplikasi Sistem Informasi Kepegawaian (SIMKA) di Puskesmas
49. Pembangunan/Pengembangan/ Rehabilitasi Puskesmas, Pustu, Polindes.
PENUTUP
Pembangunan kesehatan pada akhirnya merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar
rakyat, yaitu hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi dalam mendukung peningkatan
kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya
penanggulangan kemiskinan. Keberhasilan pembangunan kesehatan merupakan indikator keberhasilan
pembangunan manusia pada umumnya.
Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Dinas Kesehatan disusun
dengan memperhatikan masukan dari Kecamatan dan kinerja pelaksanaan kegiatan SKPD tahun
berjalan. Dengan demikian, penyusunan Renja SKPD Dinas Kesehatan, merupakan daftar prioritas
kegiatan yang telah melalui tahap sinkronisasi prioritas pembangunan kecamatan dengan rencana kerja
Dinas Kesehatan.
Kebumen,
Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Kebumen,
BAB I
PENGANTAR
Selama dua tahun terakhir perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang membaik.
Tanda-tanda kepulihan ekonomi sudah terlihat. Pada akhir tahun 2003, inflasi diperkirakan
berada di bawah 6 %, kurs stabil di sekitar Rp 8.500 per 1 USD, suku bunga SBI 3 bulan
mencapai 9 % per tahun atau lebih rendah, cadangan devisa melampaui USD 34 miliar dan
stok utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus menurun menjadi sekitar
67%.
Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi mulai naik, terutama ditopang oleh pengeluaran
konsumsi masyarakat dan akhir-akhir ini juga oleh tanda-tanda awal kebangkitan ekspor dan
investasi. Namun peningkatan pertumbuhan ekonomi sampai saat ini belum memadai
dibandingkan dengan kebutuhan untuk membuka lapangan kerja baru, meningkatkan
penghasilan masyarakat dan mengurangi kemiskinan. Sasaran utama kebijakan ekonomi dalam
tahun 2004 dan sesudah itu adalah memacu pertumbuhan ekonomi yang memberikan manfaat
bagi masyarakat luas dalam kerangka kestabilan ekonomi yang tetap terjaga.
Dengan latar belakang situasi ekonomi seperti itu, Pemerintah memutuskan untuk mengakhiri
program dengan IMF pada akhir tahun 2003 ini. Untuk selanjutnya, Pemerintah tidak lagi
menerima dana dari IMF beserta fasilitas penjadwalan kembali utang dari Paris Club. Pemerintah
juga telah menyiapkan program pemulihan ekonominya, melaksanakannya sesuai jadwal yang
ditetapkan sendiri oleh Pemerintah dan selanjutnya memonitor hasil-hasilnya. Peran IMF
adalah memberikan penilaian dan saran mengenai pelaksanaan kebijakan ekonomi Pemerintah
berdasarkan Article IV dari Anggaran Dasar IMF yang diberlakukan terhadap semua anggota IMF
serta melalui Post-Program Monitoring yang merupakan proses konsultasi sebagaimana
lazimnya diterapkan kepada negara-negara yang baru saja menyelesaikan program pemulihan
ekonomi dengan IMF. Tanggungjawab kebijakan ekonomi sepenuhnya berada di tangan
Pemerintah.
Dalam rangka pengakhiran program ekonomi dengan IMF tersebut, Pemerintah telah menyusun
paket kebijakan ekonomi yang dilaksanakan terutama dalam tahun 2003 dan 2004 dengan
sasaran pokok:
Ketiga sasaran pokok itu dijabarkan ke dalam matriks rencana kerja seperti terlampir. Bersama-
sama dengan RAPBN 2004 yang sudah disampaikan kepada DPR-RI, matriks-matriks rencana
kerja ini merupakan upaya Pemerintah untuk mengamankan masa transisi pasca-program IMF,
agar pemulihan ekonomi nasional dapat terus berlanjut dalam tahun 2004 dan sesudahnya.
BAB II
A. Rangkuman
Berakhirnya program ekonomi dengan IMF pada akhir Desember 2003 tidak mengubah
sasaran. Pemantapan ekonomi makro Pemerintah dalam jangka menengah yang
substansinya tertuang dalam Propenas 1999-2004 maupun Repeta 2004. Sasarannya
adalah mencapai posisi keuangan negara yang sehat dan berkelanjutan (fiscal
substainability) dan penururan laju inflasi ke tingkat yang rendah setara dengan mitra-mitra
dagang kita serta terpeliharanya cadangan devisa yang cukup dalam jangka menengah.
Untuk mencapai sasaran tersebut, kebijakan fiskal diarahkan pada :
a. Penurunan defisit anggaran belanja negara secara bertahap untuk mencapai
posisi keseimbangan pada tahun 2005-2006;
b. Pengurangan stok utang pemerintah terhadap PDB hingga mencapai posisi yang
aman;
c. Reformasi dan modernisasi sistem perpajakan nasional untuk mengembangkan
sumber penerimaan negara yang handal;
d. Peningkatan efisiensi belanja negara;
e. Pengembangan sistem pengelolaan utang pemerintah yang efektif.
Matriks rencana tindak ini merupakan komplemen dari langkah-langkah kebijakan yang
diuraikan di dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2004.
Kebijakan yang menjadi kewenangan Bank Indonesia yang meliputi pengendalian inflasi,
menjaga kemantapan nilai tukar dan kecukupan cadangan devisa diuraikan tersendiri secara
rinci oleh Bank Indonesia.
Kerangka jangka menengah kebijakan fiskal dan moneter (sampai dengan 2006) telah
disusun bersama oleh Pemerintah dan Bank Indonesia dan akan dilaksanakan dengan
koordinasi intensif antara Pemerintah dan Bank Indonesia
Perincian dari kebijakan konsolidasi fiskal dan kebijakan menjaga kemantapan neraca
pembayaran diuraikan dalam matrik berikut.
Sasaran Penanggung
No. Kebijakan Rencana Tindak Keluaran Pelaksana
Waktu Jawab
• Setelah
pengesahan
UU
Sasaran Penanggung
No. Kebijakan Rencana Tindak Keluaran Pelaksana
Waktu Jawab
Dimulai di Pulau
Jawa dan
dilanjutkan ke
wilayah lainnya.
Hasil operasi dan
tindak lanjut
diumumkan
kepada publik dari
waktu ke waktu.
b. Penyempurnaan Menko
Sasaran Penanggung
No. Kebijakan Rencana Tindak Keluaran Pelaksana
Waktu Jawab
b. Revisi Keputusan
Presiden
(Keppres) No.18
Tahun 200 tentang
Pedoman Keppres
Pelaksanaan Okt 2003 Menko
Pengadaan Badan Peren-Perekonomian
Barang dan Jasa canan Pem-
Instansi bangunan
Pemerintah, untuk Nasional
meningkatkan (Bappenas),
efisiensi Setneg
penyaluran dana,
kompetisi, dan
transparansi.
dan
Perbendaraan.
e. Penyusunan draft
klasifikasi belanja
negara menurut
organisasi, fungsi
dan jenis belanja
sesuai dengan
standar nasional.
• Draft klasifikasi Belanja Des 2003 Depkeu Menko
Negara Perekonomian
f. Menyempurnakan
mekanisme
pinjaman
pemerintah.
j. On-line sistem
rekening
pemerintah melalui
tahap: Sep 2004 Depkeu, Menko
i. Persiapan berkoordinasi Perekonomian
Pedoman untuk pilot project 2005 dengan BI
ii. Pilot project
2006
iii. Implementasi Pedoman Implementasi
6 Konsolidasi a. Melanjutkan
Desentralisasi penyempurnaan
Fiskal UU di bidang
hubungan antara
Pemerintah Pusat
dan Daerah:
Undang-
undang Nomor Sep 2004 Departemen Menko Polkam
22 Tahun 1999, Draft amandemen Undang- Dalam Negeri
khususnya undang Nomor 22 Tahun (Depdagri)
mengenai 1999
hubungan
antara Pemda
Provinsi dengan
Pemda
Kabupaten/Kota.
Sasaran Penanggung
No. Kebijakan Rencana Tindak Keluaran Pelaksana
Waktu Jawab
Meningkatkan
• Peningkatan 2004-
iklim yang kondusif
penanaman BKPM, Menko Perekonomian
bagi peningkatan 2006
modal asing instansi terkait
investasi luar
(PMA) dan dan
negeri dan arus
investasi asing berkoordinasi
modal masuk.
lainnya. dengan BI
PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MINGGUAN
http://www.fiskal.depkeu.go.id/bapekki/indikator/detailindikator.asp?NewsID=N246359019
INDIKATOR EKONOMI 27 Nov-3 Desember 2005
Hidayat Amir , Amnu Fuady & Gunawan Setiyaji
27 November 2005, 12:25:23 PM
|Download PDF|
SUKU BUNGA
Tingkat SBI 1 bulan hasil lelang tanggal 30 November 2005 bertahan pada tingkat rata-rata
tertimbang (RRT) sebesar 12,25%. Hasil lelang SBI 1 bulan tersebut mampu menyerap dana
sebesar Rp8,912 triliun dari sebesar Rp9,018 triliun penawaran yang masuk. Dana yang terserap
lebih besar dari target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp7,00 triliun. Sementara lelang SBI 3
bulan menghasilkan tingkat bunga rata-rata tertimbang (RRT) sebesar 12,83%. Sementara itu BI
Rate berdasarkan keputusan Dewan Gubernur tanggal 1 Nopember 2005 adalah sebesar
12,25%. Para pengamat memperkirakan BI Rate masih akan dinaikkan akibat tingginya inflasi.
Selain inflasi, kenaikan BI Rate juga dipicu faktor eksternal, yaitu rencana kenaikan tingkat bunga
The Fed Funds pada akhir Januari 2006.
IHSG
Perdagangan saham pada satu pekan lalu (28 November – 2 Desember 2005) menunjukkan
penguatan indeks yang cukup signifikan. Indeks menguat hingga 45,01 poin dari level 1.074,40
menjadi 1.119,41. Unsur utama penguatan ini adalah kabar resmi dari Presiden SBY tentang
masuknya Boediono untuk menduduki salah satu jabatan menteri bidang ekonomi. Kabar ini
membuat IHSG pada perdagangan akhir pekan (Jumat, 2 Des 2005) menguat hingga 23,04 poin.
Pada perdagangan akhir pekan juga tercatat 100 saham menguat, 48 stagnan dan 21 lainnya
melemah. Volume transaksi saham mencapai 1,24 milyar dengan nilai Rp. 1,36 Trilyun dan
frekuensi 18.315 kali.
Pada hari-hari sebelumnya, sebenarnya indeks berada pada trend menguat. Senin (28/11)
sentiment positif bursa regional dan optimisme pasar terhadap tingkat inflasi November 2005
mendorong penguatan indeks sebesar 6,66 poin. Di hari kedua (29/11) indeks menguat tipis 1,21
poin didorong oleh kinerja menggembirakan dari beberapa emiten. Perdagangan Rabu (30/11)
menguat 14,36 poin didukung oleh peningkatan harga beberapa komoditas dari sejumlah emiten
sektor pertambangan, telekomunikasi dan Astra. Indeks hanya terkoreksi tipis sebesar 0,27 poin
di hari Kamis (1/12) saat angka inflasi diumumkan sebesar 1,31%, suatu jumlah di atas harapan
pelaku pasar tapi disikapi dengan hati-hati.
Pekan selanjutnya diperkirakan indeks memiliki peluang untuk terus menguat. Indeks berpotensi
menguat dan saham-saham unggulan akan memberikan sentiment positif ke pasar. Isyu politik
terkait dengan reshuffle nampaknya akan memberikan kontribusi lainnya dalam penguatan IHSG.
INFLASI
Inflasi pada bulan November 2005 mencapai 1,31 persen. Inflasi masih cukup tinggi, meleset dari
perkiraan yang akan turun dari November tahun lalu, bahkan ada yang memperkirakan deflasi.
Inflasi tahun kalender Januari-November 2005 mencapai 17,17 persen, sedangkan yang tahunan
tercatat 18,38 persen.
Dengan demikian, inflasi tahun kalender dan tahunan mencapai titik tertinggi dalam tiga tahun
terakhir ini untuk dua bulan berturut-turut. Faktor pendorong utama tingginya inflasi pada
November 2005 antara lain adalah kenaikan harga kelompok bahan makanan 2,47 persen dan
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, serta tembakau yang mencapai 2,06 persen. Kedua
kelompok itu masing-masing memberikan andil terhadap inflasi November 2005 sebesar 0,62
persen dan 0,36 persen. Termasuk dalam dua kelompok komoditas itu antara lain adalah nasi
dan lauknya, beras, daging ayam ras, bawang merah, daging sapi, dan ikan segar.
HARGA MINYAK
PT Pertamina menurunkan harga bahan bakar minyak untuk industri dalam bulan Desember
2005. Penurunan yang berkisar 4,9-14,4 persen itu mengikuti kecenderungan penurunan harga
minyak mentah di pasar internasional. Harga BBM industri dihitung mengacu pada harga patokan
Mid Oil Platts Singapore (MOPS) plus pajak. Penurunan harga jual ini merupakan bagian dari
mekanisme pasar minyak dunia yang diaplikasikan untuk sektor industri, bungker internasional
dan pelanggan selain sektor rumah tangga, usaha kecil, transportasi dan pelayanan umum. Harga
BBM industri per liter yang berlaku mulai 1 Desember 2005 adalah premium Rp5.150, minyak
tanah Rp5.550, minyak solar Rp5.340, minyak diesel Rp5.180, minyak bakar Rp3.680.
Dibandingkan dengan harga bulan November, harga minyak tanah turun paling tajam, yaitu
sebesar 14,4 persen, disusul solar 13,5 persen, minyak diesel 12,8 persen, premium 12,6 persen,
dan minyak bakar 4,9 persen.
Harga minyak dunia menurun, setelah diumumkannya kenaikan cadangan bahan bakar minyak
(BBM) di Amerika Serikat. Ada kekhawatiran terjadinya kekurangan pasokan selama musim
dingin di wilayah Amerika bagian Utara. Kontrak penjualan minyak mentah ringan New York untuk
pengiriman Januari turun 23 sen dolar menjadi US$57,09 per barel dalam perdagangan. Di
London, harga minyak mentah jenis Brent dari Laut Utara untuk pengiriman Januari juga
mengalami penurunan 37 sen menjadi US$54,68 per barel.
CADANGAN DEVISA
Cadangan devisa Indonesia yang tersimpan di Bank Indonesia (BI) naik sebesar US$719,2 juta
sejalan dengan bertambahnya penerimaan minyak dan gas (migas) karena nilai impor minyak
lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Dengan peningkatan tersebut, pada pekan ketiga
November 2005 tercatat cadangan devisa di BI sebesar US$33,076 miliar, sementara pekan
sebelumnya sebesar US$32,357 miliar.
Posisi uang primer pada 23 November 2005 berdasarkan Indikator Moneter BI mengalami
penurunan dari pekan sebelum-nya menjadi Rp220,343 triliun.
Cadangan devisa diperkirakan mencapai sekitar US$30,7 miliar pada akhir tahun 2005.
Penurunan cadangan devisa diproyeksikan masih berlangsung tahun depan sehingga mencapai
sekitar US$27,1 miliar. Pelemahan cadangan devisa antara lain disebabkan defisit arus modal
publik yang meliputi kegiatan pemerintah, Bank Indonesia, dan BUMN mencapai US$0,6 miliar
pada 2005. Tahun depan defisit arus modal publik diproyeksikan masih meningkat menjadi
US$1,7 miliar, seperti yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah 2006. Kenaikan defisit
arus modal publik tersebut disebabkan antara lain oleh peningkatan pembayaran kembali
pinjaman publik dan IMF yang mencapai US$3,5 miliar pada 2005 dan US$7,5 miliar pada 2006.
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan impor sampai Oktober 2005 masih lebih
tinggi dibandingkan ekspor. Pertumbuhan impor Januari hingga Oktober 2005 sebesar 29,13%.
Sedangkan pertumbuhan ekspor pada periode yang sama hanya 19,5%. Total nilai ekspor
Januari-Oktober 2005 sebesar US$70,1 miliar. Sedangkan nilai impor pada periode yang sama
sebesar US$48,6 miliar.
Pada Oktober 2005 nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 7,76 miliar, lebih tinggi 5,17% dibanding
ekspor bulan September 2005 sebesar US$ 7,38 miliar. Ekspor nonmigas Oktober 2005
mencapai US$ 5,94 miliar, atau naik 4,90 % dibanding September 2005. Sedangkan nilai ekspor
Januari-Oktober 2005 mengalami kenaikan sebesar 18,75 %. Peningkatan ekspor nonmigas
terbesar Oktober 2005 terjadi pada lemak & minyak hewani atau nabani sebesar US$353 juta.
Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$89,9 juta.
Ekspor nonmigas Oktober 2005 terbesar ke Amerika Serikat, mencapai angka terbesar yaitu US$
929,4 juta, disusul Jepang US$ 842,9 juta dan Singapura US$ 515,6 juta, dengan kontribusi
ketiganya mencapai 38,49%. Sementara ekspor ke 25 negara Uni Eropa sebesar US$892,5 juta.
Menurut sektor, ekspor hasil pertanian dan ekspor hasil industri pada Januari-Oktober 2005
meningkat masing-masing 25,48% dan 13,50% dibanding periode yang sama tahun 2004.
Kenaikan juga terjadi pada komoditas hasil tambang dan lainnya naik sebesar 75,80%.
Sementara nilai impor Indonesia pada Oktober 2005 mencapai US$4,79 miliar atau menurun
2,12% dibanding impor bulan September 2005 sebesar US$4,90 miliar. Total impor Januari-
Oktober 2005 sebesar US$48,63 miliar atau naik 29,13% dibanding impor periode yang sama
tahun 2004 sebesar US$ 37,66 miliar. Impor nonmigas bulan Oktober 2005 mencapai US$3,26
miliar atau meningkat 4,4% dibandingkan September 2005. Total impor Januari-Oktober 2005
mencapai US$33,81 miliar atau naik 19,41% dibandingkan periode yang sama tahun 2004.
Selama Januari-Oktober 2005, impor nonmigas terbesar pada mesin dan pesawat mekanik senilai
US$6,74 miliar atau 19,93 % dari total impor nonmigas. Sedangkan negara pemasok barang
impor terbesar masih Jepang dengan nilai US$5,95 miliar dengan pangsa 17,59 %, diikuti China
11,25 % dan Amerika Serikat 9,16 %. Impor dari negara ASEAN mencapai 19,33% dan Uni Eropa
sebesar 14,30%.
Menurut golongan penggunaan barang, impor bahan baku atau penolong selama Januari-Oktober
2005 meningkat 29,19%. Impor barang modal dan barang konsumsi masing-masing meningkat
sebesar 33,69% dan 20,97% dibanding periode yang sama tahun 2004.
Tingginya pertumbuhan impor ini mengakibatkan kebutuhan valuta asing (valas) makin
meningkat. Karenanya, kebutuhan suplai valas di dalam negeri ke depan terancam mengalami
defisit.
Gedung B Ruang 304, Jalan Dr. Wahidin No. 1 Jakarta 10710 Telp: 021-3441484 Fax: 3848049
Tim Penyusun: Purwiyanto (ed.), Hidayat Amir (hidayatamir@gmail.com), Amnu Fuady
(amnuf@yahoo.com), Gunawan Setiyaji (gsetiyaji@gmail.com).
Materi diolah dari berbagai sumber
• Strategi untuk memberi kekuatan pada masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dan
keterampilan mereka dalam mengdentifikasi, memprioritaskan, dan mengambil tindakan terhadap
kebutuhan masyarakat secara terpadu.
• Masalah narkoba adalah masalah yang sangat kompleks disebabkan oleh berbagai faktor
dalam lingkungan, dan umumnya disebabkan oleh : Individu, Lingkungan dan Narkoba.
• Ini menunjukkan bahwa strategi pencegahan yang efektif adalah secara komprehensif dan
terpadu.
• Kunci pada program pencegahan yang efektif adalah partisipasi dan kerjasama masyarakat
khususnya orang tua, tokoh masyarakat, LSM, sekolah dan anak-anak remaja sendiri.
• Masyarakat setempat lebih mengetahui masalah lingkungan mereka sendiri daripada siapapun.
• Jumlah pasien di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) naik 4x lipat dalam 4 tahun
terakhir dan 1.5x lipat dalam 2 tahun terakhir, di mana sebagian besar korban berusia 15-25
tahun.
• Jumlah mahasiswa yang menyalahgunakan obat meningkat dari 366 pada tahun 1996 menjadi
1677 pada tahun 1999.
• Fakta yang paling memprihatinkan adalah bahwa usia awal perkenalan dengan narkoba
semakin muda, yaitu : menghisap rokok (6 tahun), zat halusinogen (10 tahun), obat psikotropika
(10 tahun) dan opium (13 tahun).
• Keempukan pasar Narkoba di Indonesia bisa dilihat dari jumlah narkoba yang disita dalam 3
tahun terakhir ini.
• Indonesia sudah menjadi daerah pemasaran gelap narkoba dan sebagai produsen.
• Jumlah Ecstasy dan Shabu yang berhasil disita tahun 1996 – 2000 di Indonesia terus
meningkat.
• Tersedianya narkoba dimana-mana.
• Gampang mendapatkannya.
• Harganya relatif terjangkau dalam paket murah meriah.
• Kawasan permukiman menengah ke bawah pun kini menjadi incaran para pedagang narkoba.
• Tahap Persiapan.
• Pemilihan satu masyarakat.
• Identifikasi tokoh-tokoh masyarakat yang peduli pada masalah nrkoba.
• Survei tentang masalah narkoba.
• Pembentukan tim/kelompok anti narkoba (penugasan tanggung jawab).
• Lokakarya/pelatihan untuk kelompok/tim anti narkoba.
• Penyusunan rencana kerja pencegahan penyalahgunaan narkoba.
• Pembentukan Tim/Kelompok Anti Narkoba Anggota Tim Anti Narkoba terdiri dari :
Tokoh-tokoh masyarakat/agama.ϖ
Orang tua.ϖ
ϖ Kelompok remaja.
Para guru/siswaϖ
LSMϖ
• Kunci pada program pencegahan yang efektif adalah partisipasi dan kerjasama masyarakat
khususnya orang tua, tokoh masyarakat, LSM, sekolah dan anak-anak remaja sendiri.
• Oleh karena itu, rencana kerja untuk pencegahan penyalahgunaan narkoba perlu berfokus
kepada anak remaja, orang tua, guru, dan tokoh masyarakat sebagai mitra dan sasaran dalam
pencegahan.
Anak Remaja
• Pelatihan life skills seperti bagaimana menolak penawaran Narkoba oleh teman sebaya,
berkomunikasi yang baik, membuat keputusan yang benar dan sebagainya.
• Kegiatan alternatif untuk mengisi waktu luang, seperti kegiatan olah raga, kesenian dan lain
lain.
• Menjadi peer educator atau role model untuk tidak menggunakan narkoba.
• Membangun kelompok sebaya disekolah/masyarakat dengan budaya, perilaku yang sehat dan
berdisiplin serta bertanggung jawab.
Orang tua
Guru
• Pembinaan murid mulai umur SD tentang kesadaran dan pengertian tentang penggunaan obat
secara tepat.
• Peningkatan kemampuan guru dalam mengajar ilmu pengetahuan secara menarik, lancar dan
menyenangkan.
• Integrasi pendidikan pencegahan penyalahgunaan narkoba.
• Pendekatan pihak sekolah pada anak secara lebih intensif melalui bimbingan karir untuk siswa
SMA secara professional.
• Penambahan kegiatan fisik dan mental yang menarik dan bermanfaat.
Tokoh Masyarakat
• Mengikutsertakan dalam pengawasan Narkoba dan pelaksanaan Undang-Undang.
• Mengadakan penyuluhan, kampanye pencegahan penyalahgunaan Narkoba.
• Rujuk korban Narkoba ditempat pengobatan.
• Merencanakan, melaksanakan dan mengkoordinir program pencegahan penyalahgunaan
Narkoba.
• Tahap Pelaksanaan.
Pendidikan orang tua tentang strategi-strategi pencegahan,ϖ seperti cara mengasuh anak yang
baik, cara mengajar anak bagaimana menolak penawaran Narkoba, cara meningkatkan harga
diri anak, cara mendeteksi penyalahgunaan Narkoba, cara hidup sehat, dsb.
Contoh : Program Orang tua Berbasiskan Masyarakat
PARENTING SKILLS
Strategi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Oleh :
Prof. Paulina G. Padmoehoedojo, MA, MPH
Ketua, Research Consultants Indonesia (Recon-Indo)
Staf Ahli, Badan Narkotika Nasional (BNN), Indonesia
Program pendidikan dan pelatihan bagi orang tua berbasiskan masyarakat adalah program
utama oleh Research Consultants Indonesia (Yayasan Recon-Indo) sebagai strategi pencegahan
penyalahgunaan Narkoba. Dengan permasalahan yang sedemikian kompleks ini memerlukan
partisipasi rakyat khususnya keluarga dan para orang tua yang merupakan benteng dalam
pencegahan masalah Narkoba. Program Parenting Skills ini membuktikan bahwa kelompok
orang tua, apabila diberikan pengetahuan dan keterampilan tentang cara mengasuh anak yang
baik serta pencegahan, merupakan mitra masyarakat yang paling efektif dalam pencegahan.
Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kekebalan anak-anak (drug proof children and
youth) terhadap Narkoba melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan para orang tua
tentang pencegahan dan mengasuh dan mendidik anak dengan baik. Yayasan Recon-Indo
mengakui bahwa keberhasilan para orang tua dalam mendidik anak dengan baik merupakan
sesuatu yang sangat bermanfaat pada seluruh masyarakat.
Program Parenting skills berbasiskan masyarakat ini adalah program pencegahan yang
dilakukan para orang tua untuk para orang tua di masyarakat. Sebagaimana ditunjukkan dari
pengalaman pencegahan penyalahgunaan narkoba, faktor utama program pencegahan yang
efektif adalah kerjasama para orang tua yang sadar dan mengetahui tentang masalah narkoba.
Selain itu, pengalaman menunjukkan bahwa apabila orang tua diberikan dorongan dan bantuan
moril, mereka dapat menjadi “radical change agent” dan mitra masyarakat yang aktif dalam
usaha pencegahan. Sebab para orang tua adalah orang-orang yang paling peduli kepada anak-
anak.
Program Parenting Skills berbasiskan masyarakat oleh Yayasan Recon-Indo ini tidak hanya
memberikan informasi yang akurat tentang masalah narkoba tetapi juga memberi kesempatan
pada orangtua untuk memeriksa hubungan mereka dengan anak-anak mereka dan mempelajari
cara-cara untuk memperbaikinya. Program ini juga membantu meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan para orangtua tentang keadaan dan situasi masalah narkoba di masyarakat
termasuk akibat dan bahaya penyalahgunaan narkoba, membahas beberapa alasan mengapa
anak-anak menyalahgunakan narkoba seperti alasan tekanan teman sebaya dan sikap para
orangtua, serta mengajarkan para orangtua tentang peranan mereka di bidang pencegahan
termasuk mengasuh anak dengan baik.
Pendidik Orang tua (Parent Peer Educator). Dalam program ini, sembilan puluh (90) pendidik
orang tua atau parentpeer educators telah dilatih dan diharapkan melatih dan mendidik orangtua
lain di lingkungan masing-masing melalui rapat dan pertemuan rutin para kelompok dan
organisasi para orang tua. Materi-materi pendidikan yang diberikan termasuk keadaan dari
situasi masalah narkoba di tingkat nasional peranan para orang tua di bidang pencegahan dan
keterampilan mengasuh dan mendidik anak dengan baik (Parenting Skills).
Program Parenting Skills oleh Yayasan Recon-Indo dilaksanakan untuk membantu para orang
tua meningkatkan keterampilan mereka untuk membentuk hubungan kekeluargaan yang kuat.
Kita menyadari bahwa jika orang tua diharapkan mempunyai anak yang lebih baik, orang tua
harus menjadi pendidik yang lebih baik. Para orangtua mempunyai kewajiban memberikan
pendidikan dasar untuk kesejahteraan anak dan memberi bimbingan untuk perkembangan
kepribadian anak. Karena kepribadian individu dibentuk dalam beberapa tahun pertama
kehidupan, maka tuhun-tahun awal tersebut sangat penting untuk kesejahteraan anak. Dalam
program ini, cara-cara untuk membentuk hubungan keluarga yang kuat diajarkan antara lain :
2. Membantu anak meningkatkan harga diri dengan cara berfokus pada kemampuan anak bukan
pada kekurangan dan kelemahan; menahan diri untuk tidak mengkritik; pemberian pujian dan
mencari keberhasilan dalam pekerjaan walaupun kecil; pemberiaan tugas dan tanggung jawab
yang membangun kepercayaan; dan menghindari perbandingan usaha anak dengan usaha anak
lain. Perlu disampaikan kepada anak anda bahwa bagaimanapun ia akan tetap diterima
kehadirannya dalam keluarga tanpa syarat apapun.
a. Orangtua sebagai contoh yang baik. Orang tua menyadari bahwa kebiasaan dalam keluarga
besar pengaruhnya pada anak-anak. Orang tua yang biasa menyalahgunakan minuman keras
dan rokok dapat mempengaruhi anak untuk ikut menyalahgunakan zat-zat tersebut. Jika ayah
atau ibu pemabuk atau selalu memakai obat setiap kali merasa sakit, kemungkinan besar anak-
anak akan pula menjadi pengguna alcohol dan obat-obatan. Beberapa cara bagaimana orang tua
rnenunjukkan contoh-contoh yang baik dan sehat :
1) Berhati-hati tentang kebiasaan penggunaan obat setiap badan sakit atau setiap ada masalah.
2) Memelihara dan memperhatikan kesehatan melalui makanan yang bergizi dan olah raga yang
teratur.
b. Orang tua sebagai pendidik. Dalam program parenting skills oleh Yayasan Recon-Indo, para
orang tua diberikan fakta-fakta tentang masalah narkoba, khususnya tentang akibat dan bahaya
narkoba terhadap pertumbuhan dan kesehatan. Mereka mempelajari materi materi pendidikan
pencegahan yang boleh diberikan mulai dari anak-anak sampai siswa. Misalnya, anak-anak TK
sampai SD 3, hanya diberikan informasi tentang cara-cara hidup sehat dan penggunaaan obat
secara aman (safe use of medicine), dilanjutkan dengan efek zaf; zat yang legal seperti rokok
dan rninuman keras pada tingkat SD 4-6. Informasi tentang bahaya jenis-jenis narkoba dimulai
pada tingkat SMP.
c. Orang tua sebagai Rule Setters. Orang tua diharapkan menyediakan .peraturan yang jelas
tentang “Dilarang Narkoba”. Langkah selanjutnya adalah penyarnpaian harapan kita kepada
anak-anak untuk mengikuti peraturan tersebut secara tegas tetapi dengan penuh rasa
kepedulian. Peraturan tersebut sangat membantu membuat anak-anak merasa aman.
d. Orang tua sebagai pengawas. Untuk menghindari anak dari bahaya narkoba, orang tua juga
harus meningkatkan perannya sebagai pengawas. Orang tua perlu tahu siapa saja teman
anaknya, ke mana mereka pergi dan apa kegiatan mereka. Tetaplah bangun sampai saat anak
pulang pada waktu malam.
e. Orangtua sebagai detektor penyalahgunaan narkoba. Para orangtua perlu mengetahui gejala-
gejala penyalahgunaan narkoba agar mereka segera dapatmembantu. Ada tiga gejala yang
menunjukkan bahwa anak itu menyalahgunakan narkoba yaitu : Pertama, hadirnya peralatan
narkoba, seperti pipa rokok yang biasa dipakai untuk menghirup kokain/heroin; kelias linting
untuk ganja atau botol kecil dan pemantik (korek) gas. Kedua, kehadiran narkoba itu sendiri.
Ketiga, adanya bau alkohol atau narkoba lainnya. Tanda-tanda lain adalah perubahan perilaku
dan keadaan tubuh anak seperti, munculnya kebosanan pada hal-hal yang pada awalnya sering
dilakukan dengan senang hati. Juga menurunnya prestasi, menjadi mudah tersinggung, malas,
mengantuk, berat badan menurun dan suka memakai baju lengan panjang untuk
menyembunyikan suntikan pada lengan.
4. Selain ini, Pembentukan jaringan orangtua berdasarkan lingkungan atau sekolah dimana para
orangtua berpartisipasi dan mendukung program pencegahan penyalahgunaan narkoba, juga
dilaksanakan.
Para orang tua menyusun perjanjian bersama berfokus pada kegiatan-kegiatan anak-anak
seperti pesta malam minggu, piknik bersama, waktu pulang rumah, dsb.
Pengalaman Yayasan Recon-Indo tentang Parenting Skills menunjukkan bahwa apabila para
orangtua menyadari, mengetahui dan trampil mengasuh dan mendidik anak dengan baik, mereka
mempunyai harapan besar untuk menjamin anak-anak bebas narkoba.
Walikota Bogor H. Diani Budiarto menerbitkan SK (Surat Keputusan) mengenai kawasan bebas
asap rokok di Kota Bogor. Kawasan tanpa asap rokok itu diberlakukan untuk tingkat SLTA di
sepuluh SMA Negeri satu SMA Swasta, serta satu SMKN.
Untuk SMA yaitu SMAN I sampai SMAN 10, SMKN 3 dan SMA Rimba Madya. Kemudian
SMPN I sampai SMPN 8 dan SMP Bina Insani. Sedangkan dari 10 instansi diantaranya di
lingkungan Balaikota Bogor.
SK Walikota Bogor itu diterbitkan bertepatan pada peringatan Hari Internasional melawan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba tingkat Kota Bogor, di Balaikota Sabtu (26/6)
pagi,
Selain itu lanjut Diani, dengan adanya kawasan tanpa rokok, juga merupakan
rangsangan bagi masyarakat untuk berperan nyata didalam usaha-usaha untuk meningkatkan
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
http://www.ekon.go.id/v2/content/view/233/25/33/25/
Paket ini juga merupakan program kompensasi bagi seluruh stakeholders yang mencakup (i)
kelompok rumah tangga berpendapatan rendah; (ii) petani; (iii) buruh dan (iv) dunia usaha (lihat
Lampiran 2 tentang rincian dan kelompok sasaran dari kebijakan).
Cakupan paket kebijakan ini terdiri dari:
A. Paket Insentif Fiskal
B. Reformasi Regulasi dalam Sektor Perdagangan
C. Reformasi Regulasi dalam Sektor Perhubungan
D. Inpres Perberasan tentang Harga Pembelian Beras oleh Pemerintah
E. Subsidi Langsung Tunai
Rincian dari Paket Insentif termasuk tujuan, waktu implementasi dan kelompok sasaran kebijakan
diuraikan sebagai berikut.
Implementasi insentif fiskal ini akan berlangsung secara efektif tanggal 1 Oktober 2005 hingga 1
Januari 2006.
1. Perubahan status PPN atas produk primer menjadi Barang Bukan Kena Pajak
Perubahan status PPN atas produk primer menjadi barang bukan kena pajak ditujukan untuk
memberikan insentif untuk produk primer pertanian. Perubahan ini merupakan bagian dari
reformasi pajak dan akan efektif Januari 2006.
Kebijakan ini ditujukan untuk memperlancar dan meringankan biaya transaksi ekspor dan impor.
Penundaan ini akan dituangkan dalam perubahan PP No. 44/2003 berlaku mulai 1 November
2005 dan berlaku selama 3 bulan menunggu berlakunya secara efektif
Kebijakan ini ditujukan untuk meringankan beban wajib pajak khususnya buruh yang
berpendapatan rendah. Besarnya PTKP dinaikkan dari Rp 1 juta per bulan menjadi Rp 1,1 juta
perbulan. Perubahan ini mulai efektif 1 Januari 2006.
Pembebasan bea masuk ini dilakukan untuk memperkuat daya saing industri khususnya industri
pengguna yang umumnya adalah usaha kecil dan menengah.
Khusus untuk gula, penurunan tarif bea masuk dilakukan dengan mempertimbangkan baik
kepentingan petani tebu maupun konsumen baik konsumen antara seperti industri makanan dan
minuman maupun konsumen akhir.
Kebijakan ini ditujukan untuk memperbaiki iklim usaha yang merupakan bagian dari program
berlanjut dari Rencana Kerja Tahunan Pemerintah 2005 dan 2006. Program ini merupakan program
berjalan yang akan dilanjutkan dengan amandemen UU No. 34/2002.
6. Penurunan tarif dasar Pajak Kendaraan Bermotor untuk kendaraan
umum
Kebijakan ini akan dilakukan untuk memberikan keringanan bagi angkutan umum. Perubahan
dituangkan dalam Permendagri No 16/2005.
Fokus dari reformasi ini adalah adalah untuk memperlancar arus barang untuk meningkatkan daya
saing industri dan sekaligus untuk melindungi produk-produk industri dalam negeri dari persaingan
yang tidak fair.
(b) Menambah jalur prioritas dan jalur hijau kepada importir produsen.
(c) Upaya mengatasi penyeludupan dengan memperlakukan jalur merah untuk importir umum bagi
pelumas, rokok, garmen, sepatu, kosmetik dan barang elektronika dan memperketat Surat
Keterangan Asal (SKA).
Sasaran dari Reformasi Regulasi dalam bidang Perhubungan ini adalah untuk mengurangi ekonomi
biaya tinggi sehingga diharapkan untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia baik di pasar
internasional maupun pasar domestik. Diharapkan reformasi ini akan memperkuat integrasi
ekonomi domestik. Sasaran utama reformasi ini adalah upaya penguatan daya saing produk
pertanian.
(ii) menurunkan harga CHC dan menetapkan surcharge tidak lebih dari 50%, yang diharapkan
menurunkan THC dari US$ 150/container menjadi US$ 93/container
(iii) pembatalan 36 Perda sektor perhubungan tentang dispensasi kelebihan beban angkutan
kendaraan di jembatan timbang. Reformasi Regulasi ini akan efektif berlaku Oktober 2005.
Perubahan Inpres 2/2005 tersebut terutama adalah untuk menjaga stabilitas pendapatan petani
akibat kenaikan harga BBM dengan tetap memperhatikan kepentingan konsumen.
Oleh karena itu harga pembelian pemerintah di tingkat petani (harga gabah kering panen/GKP)
diusulkan untuk dinaikkan 36,2 persen persen, sedangkan harga beras diusulkan untuk dinaikkan
34,4%.
Inpres Perberasan yang baru tersebut diterbitkan bersamaan dengan penetapan kenaikan harga
BBM dan akan efektif berlaku tanggal 1 Januari 2006