You are on page 1of 23

Sistem Hukum dan

Peradilan Internasional

Oleh :
Erynda Bhita S.
Ifal Hafizan
Ita Pusfita
M. Farizul H.
Nur Amalia P.
Purwhita Nuansa
B.
Wida Rahmasari
Pengertian Hukum Internasional
Hukum Internasional adalah bagian hukum
yang mengatur aktivitas entitas berskala
internasional.
Menurut
-J.G. Starke : Hukum internasional adalah
sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri dari
asas-asas dan karena itu biasanya ditaati dalam
hubungan antar negara.
-Wirjono Prodjodikoro : Hukum internasional
adalah hukum yang mengatur perhubungan hukum
antara berbagai bangsa di berbagai negara
Asal Mula Hukum Internasional

Bangsa Romawi telah mengenal hukum internasional


sejak tahun 89 SM, yang dikenal dengan ius
civile (hukum sipil) dan ius gentium (hukum
antarbangsa)
Asas - Asas Hukum Internasional
• Asas Teritorial
Didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya
• Asas Kebangsaan
Didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga
negaranya
• Asas Kepentingan Umum
Didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi
dan mengatur kepentingan dalam kehidupan
masyarakat
Asas Hukum Internasional
• Setiap negara tidak melakukan tindakan berupa ancaman agresi
terhadap keutuhan wilayah dan kemerdekaan negara lain
• Setiap negara harus menyelesaikan masalah-masalah
internasional dengan cara damai
• Tidak melakukan intervensi terhadap urusan dalam negeri
negara lain
• Negara-negara berkewajiban untuk menjalin kerja sama dengan
negara lain berdasar pada piagam PBB
• Asas persamaan hak dan penentuan nasib sendiri
• Asas persamaan kedaulatan dari negara
• Setiap negara harus dapat dipercaya dalam memenuhi kewajiban
Sumber Hukum Internasional
• Dalam arti material
Sumber hukum yang membahas dasar berlakunya
suatu negara
• Dalam arti formal
Sumber dari mana kita mendapatkan atau
menemukan ketentuan-ketentuan hukum
internasional
Sumber hukum internasional di dalam Piagam
Mahkamah Internasional Pasal 38 adalah
sebagai berikut :

• Perjanjian Internasional (Traktat)


• Kebiasaan-kebiasaan Internasional
• Asas-asas hukum
• Keputusan hakim dan ajaran-ajaran para ahli hukum
internasional
• Pendapat-pendapat para ahli hukum
Subjek Hukum Internasional
• Negara
• Takhta Suci
• Palang Merah Internasional
• Organisasi Internasional
• Orang Perseorangan
• Pemberontak dan Pihak dalam Sengketa
Hubungan Hukum Internasional
dengan Hukum Nasional
Terdapat 2 aliran yang menggambarkan keterkaitan antara hukum Internasional
dengan hukum Nasional, antara lain :
• Aliran Monoisme
menurut aliran ini, hukum internasional dan hukum nasional merupakan satu
kesatuan. Hal ini disebabkan :
– Kesamaan subjek hukum
– Kekuatan hukum yang mengikat
• Aliran Dualisme
menurut aliran ini, hukum internasional dan hukum nasional merupakan 2
sistem terpisah yang berbeda 1 sama lain. Hal ini disebabkan :
– Perbedaan sumber hukum
– Perbedaan mengenai subjek
– Perbedaan mengenai kekuatan hukum
Sistem Peradilan Internasional

 Pengertian
Kata sistem dalam kaitannya dengan peradilan
internasional adalah unsur-unsur atau komponen-
komponen lembaga peradilan internasional yang
secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk
suatu kesatuan dalam rangka mencapai keadilan
internasional.
Mahkamah Internasional
• Fungsi utama MI adalah untuk menjelaskan kasus-kasus
persengkataan intersional yang subjeknya adalah negara.
• Pasal 9 Statuta MI menjelaskan, komposisi MI terdiri
dari 15 hakim. Ke-15 calon hakim tersebut direkrut dari warga
negara anggota yang dinilai cakap dibidang hukum
internasional, untuk memilih anggota mahkamah dilakukan
pemungutan suara secara independen oleh majelis MU dan
Dewan Keamanan (DK). Biasanya 5 hakim MI berasal dari
anggota tetap DK PBB, tugasnya untuk memeriksa dan
memutuskan perkara yang disidangkan baik yang bersifat
sengketa maupun yang bersikap nasihat.
Mekanisme Kerja Mahkamah
Internasional
Dalam mengadili suatu perkara, Mahkamah Internasional
berpedoman kepada :
a. Perjanjian Internasional
b. Kebiasaan Internasional
c. Prinsip hukum secara umum
d. Keputusan hakim-hakim terdahulu
e. Doktrin atau ajaran hukum terkemuka
Prosedur Penyelesaian Perkara di
Lembaga Peradilan
a. Jika suatu negara sedang melakukan penyelidikan, penyidikan,
atau penuntutan atas kejahatan yang terjadi, maka pengadilan
Pidana Internasional berada dalam posisi inadmissible
(ditolak) untuk menandatangani perkara kejahatan tersebut.
b. Perkara yang telah diinvestigasi oleh suatu negara, kemudian
negara yang bersangkutan telah memutuskan untuk tidak
melakukan penuntutan lebih lanjut terhadap pelaku kejahatan
tersebut, maka Pengadilan Pidana Internasional berada dalam
posisi inadmissible.
c. Jika pelaku kejahatan telah diadili dan memperoleh kekuatan
hukum yang tetap, maka terhadap pelaku kejahatan tersebut
sudah melekat asas nebus in idem.
Keputusan Mahkamah
Internasional
Dampak yang akan diterima oleh suatu negara, apabila tidak
menaati keputusan Mahkamah Internasional, diantaranya :
a. Dikucilkan dari pergaulan internasional.
b. Diberlakukan Travel Warning (peringatan bahaya berkunjung
ke negara tertentu) terhadap warga negaranya.
c. Pengalihan investasi atau penanaman modal asing.
d. Pemutusan hubungan diplomatik.
e. Pengurangan bantuan ekonomi.
f. Pengurangan tingkat kerjasama
g. Pemboikotan produk ekspor.
h. Embargo ekonomi
Yurisdiksi
Yurisdiksi adalah kewenangan yang dimiliki oleh MI yang bersumber
pada hukum internasional untuk menentukan dan menegakan sebuah
aturan hukum, meliputi: memutuskan perkara-perkara pertikaian dan
memberikan opini-opini yang bersifat nasihat.

Beberapa kemungkinan cara penerimaan tersebut:


 Perjanjian khusus
 Penundukkan diri dalam perjanjian Internasional.
 Pernyataan penundukan diri negara peserta statuta MI
 Keputusan MI mengenai Yurisdiksinya
 Penafsiran putusan
 Perbaikan putusan
Mahkamah Pidana Internasional
Merupakan Mahkamah Pidana Internasional yang berdiri
permanen berdasarkan traktat multilateral, yang mewujudkan
supremasi hukum internasional yang memastikan bahwa pelaku
kejahatan berat internasional di pidana.
Jenis kejahatan berat pada pasal 5-8 statuta yaitu sebagai
berikut:
•Kejahatan genosida
•Kejahatan terhadap kemanusiaan
•Kejahatan perang
•Kejahatan agresi
Panel Khusus dan Spesial Pidana
Internasional
Panel khusus pidana internasional (PKPI) dan Panel spesial
pidana internasional (PSPI) adalah lembaga peradilan
internasional yang berwenang mengadili para tersangka
kejahatan berat internasional yang bersifat tidak permanen.
Artinya selesai mengadili, peradilan ini dibubarkan.
Perbedaan antara PKPI dan PSPI terletak pada komposisi
penuntut dan hakim ad hoc-nya. Pada PSPI komposisi penuntut
dan hakim ad hoc-nya merupakan gabungan antara peradilan
nasional dan internasional. Sedangkan pada PKPI komposisi
sepenuhnya ditentukan berdasarkan ketentuan peradilan
internasional.
Sengketa Internasional
 Sebab – sebab Sengketa Internasional
a. Persoalan Politik, terutama ketika adanya Pakta Pertahanan atau
Pakta Perdamaia pasca Perang Dunia II muncul dua blok
kekuatan besar, yaitu Blok Barat dan Blok Timur..
b. Persoalan Batas Wilayah, terutama dalam penentuan
kepemilikan laut teritorial dan batas alam daratan.Kasus seperti
ini dapat kita lihat ketika adanya ketidaksepahaman antara
Indonesia dan Malaysia mengenai batas laut teritorial di antara
kedua negara tersebut yang terletak di Pulau Sipadan dan
Ligitan.
Penyelesaian Sengketa
Internasional
 Cara Menyelesaikan Sengketa
Internasional secara damai , yakni :
a. Jasa-jasa Baik (good office)
b. Konsiliasi (Consiliation)
c. Arbitrasi (arbitration)
d. Adjudikasi (adjudication)
e. Judicial Settlement
f. Negosiasi (negotiation)
 Cara Menyelesaikan Sengketa
Internasional melalui kekerasan, yakni:
a. Perang
b. Retorsi
c. Tindakan Pembalasan
d. Blokade secara damai
e. Intervensi
Istilah Penting dalam Penyelesaian
Sengketa Internasional
a. Advisory Opinion, yaitu suatu opini hukum yang dibuat oleh
pengadilan dalam menyelaraskan permasalahan yang diajukan oleh
lembaga berwenang.
b. Compromis, yaitu kesepakatan awal diantara pihak yang
bersengketa dan menetapkan ketentuan mengenai hal-ikhwal
persengketaan yang akan diselesaikan.
c. Compulsory Jurisdiction, yaitu kekuasaan Mahkamah
Internasional untuk mendengar dan memutuskan kategori tertentu
mengenai suatu keputusan tanpa memerlukan kesepakatan terlebih
dahulu dari pihak yang terlibat.
d. Ex Aequo et Bono, yaitu asas untuk menetapkan keputusan
pengadilan internasional atas dasar keadilan dan kebaikan.
Menghargai Putusan Mahkamah
Internasional
Menghargai keputusan MI pada hakikatnya
adalah sikap suatu negara atau warga negara
untuk menerima keputusan MI sebagai upaya
untuk mewujudkan keadilan internasional.
thank you srimulat

You might also like