You are on page 1of 33

LAPORAN KKL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA MELALUI


PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP)

KELOMPOK :
FIKRI RISWANDI
RETNO ANGGOROWATI
SONI MARTINO
WITA AFRIANTY
YANSEN PANJAITAN

SOSIOLOGI PEMBANGUNAN (REGULER 2007)


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2010

1
ABSTRAK

Pembangunan adalah proses natural mewujudkan cita-cita bernegara, yaitu


terwujudnya masyarakat makmur sejahtera secara adil dan merata. 1 Dalam agenda
pembangunan nasional hal yang perlu dibangun adalah “pemberdayaan”, dalam hal
ini pemberdayaan diposisikan sebagai sebuah metode dalam pelaksanaan
pembangunan nasional. Pembangunan perlu menjadikan pemberdayaan sebagai
nilai dan pilihan kebijakan, bahkan sebagai pembelajaran sosial, dengan artian
bahwa kita selalu belajar bagaimana melakukan pemberdayaan yang kian harinya
semakin membaik. 2
Pembangunan yang berazaskan pada pemberdayaan merupakan
pembangunan yang fokus pada rakyat. Sehingga pembangunan tidak hanya menitik
beratkan pada pembangunan ekonomi akan tetapi juga pembangunan manusianya.
Hal terpenting dalam pembangunan yang berpusat pada rakyat adalah
memperhatikan karakteristik komunitas dan masyarakat umum, informasi yang
bersifat global, pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan SDM karena faktor
tersebut menjadi faktor utama bagi perubahan sosial dan kemajuan masyarakat.3
Maka selanjutnya dalam pelaksanaan pembangunan hal yang terpenting adalah
sebuah konsep pemberdayaan. Pemberdayaan yang berorientasi pada peningkatan
kapasitas masyarakat tidak hanya dalam ekonomi akan tetapi mewujudkan
masyarakat yang skillfull.
Kini telah terwujud sebuah pembangunan yang berlandaskan pada
pemberdayaan, yakni melalui sebuah program pemerintah bernama ‘Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri)’. Dalam realisasinya
PNPM Mandiri ini terbagi menjadi dua kategori, tergantung pada wilayah
penerapannya, kategori petama adalah PNPM Mandiri Perkotaan dan yang kedua
adalah PNPM Mandiri Pedesaan. Program ini memusatkan kegiatannya pada
pemberdayaan masyarakat, dengan terinci pada 3 program bidang yakni program
pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Dalam penulisan ini akan mengkaji mengenai PNPM Mandiri tersebut, akan
tetapi fokus pada PNPM Mandiri Pedesaan. Desa yang menjadi lokasi penelitian ini
adalah Desa Sawarna yang terletak di Kecamatan Bayah Propinsi Banten. Dari
ketiga program bidang yang ada tulisan ini akan membahas program pembangunan
di bidang ekonomi. Yang dalam implementasinya di Desa Sawarna program ini
disebut sebagai ‘Program Simpan Pinjam Perempuan(SPP)’.
Pada proses pelaksanaannya PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Sawarna
menghasilkan dampak positif dan negatif bagi masyarakat (perempuan). Diantaranya
telah mampu membantu masyarakat lokal dalam meningkatkan taraf hidup mereka,
khususnya pada kaum perempuan. Melalui Program SPP kaum perempuan menjadi
berdaya dan mampu bermetamorfosa menjadi pribadi yang aktif. Dengan bantuan
dana yang diberikan kepada kaum perempuan mampu mengembangkan usaha mikro
yang mereka miliki menjadi lebih baik, sehingga mereka mampu terbebas ‘bank
keliling’. Akan tetapi muncul berbagai macam kekurangan dari pelaksanaan
program tersebut, sehingga proram SPP menjadi kurang maksimal. Maka dalam

1
Wrihatnolo, Randy R, dan Riant, Nugroho, Dwidjowijoto. 2007. Manajemen Pemberdayaan : Sebuah
Pengantar dan Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta : Elex Media Komputindo, hlm. 43
2
Ibid., hlm. 11.
3
Opcit., Oleh Supriatna, 1997: 62.
2
hasil tulisan ini akan disajikan beberapa rekomendasi untuk melengkapi kekurangan
yang ada.
DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
.................................................................................................................................
1
1.2. Permasalahan Penelitian
.................................................................................................................................
3
1.3. Tujuan dan Signifikansi Penelitian
.................................................................................................................................
4
1.4. Telaah Pustaka
.................................................................................................................................
5
1.5. Kerangka Konseptual
.................................................................................................................................
8
1.5.1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat
.......................................................................................................................
8
1.5.2. Teori Siklus Organisasi
.......................................................................................................................
9
1.5.3. Teori Struktural Fungsional
.......................................................................................................................
10
1.5.4. Teori Keterlekatan
.......................................................................................................................
11
1.5.5. Metode Evaluasi
.......................................................................................................................
12
1.6. Prosedur Prosedur
.................................................................................................................................
12
1.6.1. Rancangan Penelitian Kualitatif
.......................................................................................................................
12
1.6.2. Peran Peneliti
.......................................................................................................................
13
1.6.3. Prosedur Pengumpulan Data
.......................................................................................................................
13
1.6.4. Prosedur Analisis Data
.......................................................................................................................
14
3
1.6.5. Strategi Verifikasi Temuan Penelitian
.......................................................................................................................
15
1.7. Sistematika Penulisan
.................................................................................................................................
15

BAB 2. PROFIL DESA SAWARNA


2.1. Deskripsi Fisik Desa Sawarna
.................................................................................................................................
16
2.2. Kondisi Sosio-Demografis
.................................................................................................................................
18
2.3. Deskripsi Potensi Kelembagaan
.................................................................................................................................
22

BAB 3. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM SIMPAN


PINJAM PEREMPUAN
3.1. Sejarah Masuknya Program SPP
.................................................................................................................................
25
3.2. Pemangku Kepentingan dalam Pelaksaan Program SPP
.................................................................................................................................
27
3.3. Syarat Penerima Manfaat dan Sistematika Pencairan Dana
.................................................................................................................................
28
3.4. Sistematika Pembayaran Angsuran Dana Pinjaman
.................................................................................................................................
29
3.5. Implikasi Program SPP
.................................................................................................................................
30
3.6. Permasalahan dari Pelaksanaan Program SPP
.................................................................................................................................
30

BAB 4. PERAN SPP DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN


4.1. Program SPP dalam Konsep Pemberdayaan
.................................................................................................................................
33
4.2. Pola Pengorganisasian Program SPP dalam Teori Siklus Organisasi dan
Struktural Fungsional
.................................................................................................................................
34
4.3. Pola Keterlekatan dalam pelaksanaan Program SPP
.................................................................................................................................
36
4
BAB 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
.................................................................................................................................
38
5.2. Rekomendasi
.................................................................................................................................
39

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM
Mandiri Perdesaan atau PNPM Perdesaan) merupakan salah satu mekanisme
program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam
upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan
kerja di wilayah tingkat pedesaan. Tujuan utama program ini adalah untuk
membantu mensejahterakan masyarakat di tingkat pedesaan dengan
memandirikan anggotanya. Program PNPM ini terdiri dari tiga program pokok
yang sudah ajeg disusun oleh pemerintah pusat, yaitu pembangunan ekonomi,
sosial, dan lingkungan.
Pembiayaan program ini berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), serta dana hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan. Mekanisme
berjalannya program ini sepenuhnya mengadopsi mekanisme dan prosedur
Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak tahun
1998. PNPM Mandiri sendiri diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 30 April
2007 di Kota Palu, Sulawesi Tengah.4
Program ini dalam pelaksanaannya memusatkan kegiatan bagi masyarakat
paling miskin di wilayah pedesaan. Program ini menyediakan fasilitasi
pemberdayaan masyarakat/ kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta
dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara
langsung. Dalam pelaksanaan programnya seluruh anggota masyarakat diajak
terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses
perencanaan, pengambilan keputusan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan
paling prioritas di desanya, hingga pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya.
Berikut adalah lambang dari PNPM Mandiri.

4
http://id.wikipedia.org/wiki/PNPM_Mandiri_Pedesaan
5
Sumber: http://ponorogozone.files.wordpress.com/2009/10/124583401609-00-16.jpg

Program ini sangat strategi karena menyiapkan landasan kemandirian


masyarakat berupa “lembaga kepimpinan masyarakat” yang representatif,
mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (sosial capital)
masyarakat di masa mendatang, serta menyiapkan “program masyarakat jangka
menengah dalam penanggulangan kemiskinan” yang menjadi pengikat dalam
kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli
setempat. Lembaga kepemimpinan masyarakat tersebut, disebut juga Badan atau
Lembaga Keswadayaan Masyarakat (disingkat BKM/ LKM) dibentuk melalui
kesadaran kritis masyarakat untuk menggali kembali nilai – nilai luhur
kemanusiaan dan nilai – nilai kemasyarakatan sebagai pondasi modal sosial
kehidupan masyarakat. BKM/ LKM ini diharapkan mampu menjadi wadah
perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhan mereka,
sekaligus menjadi motor bagi upaya penanggulangan kemiskinan yang
dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan, mulai dari proses
penentuan, pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan
program hingga pemanfaatan dan pemeliharaan.
Dalam studi kali ini kelompok kami akan mengkaji mengenai Simpan
Pinjam Perempuan (SPP) melalui program PNPM Pedesaan yang terletak di
Desa Sawarna, Kecamatan Bayah. Program ini merupakan salah satu produk
program pembangunan PNPM Pedesaan di bidang pembangunan ekonomi.
Program tersebut diperuntukkan untuk para wanita yang akan memulai usaha
dan/ atau yang sudah mempunyai usaha. Dalam berjalannya program ini
terdapat beberapa pemangku kepentingan (stakeholder) yang berperan dalam
berjalannya program tersebut, yaitu: pihak aparatur desa (Kades, Sekdes, dan
Fasilitator Desa), UPK (Unit Pelaksana Kegiatan), TPK (Tim Pelaksana
Kegiatan), monitoring dan juga Anggota KSPP (Kelompok Simpan Pinjam
Perempuan) itu sendiri sebagai penerima manfaat.

1.2. Permasalahan Penelitian


Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup
kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi
terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
(Parsons,et.,al 1994). Pemberdayaan yang dilakukan bertujuan untuk
memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki
ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka
sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial
yang tidak adil). Dalam hal ini kelompok lemah dapat dikategorikan menjadi
tiga kelompok, yakni:
a. Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas, gender,
maupun etnis.
b. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja,
penyandang cacat, gay dan lesbian, masyarakat terasing.
c. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah
pribadi dan/ atau keluarga.

6
Dari ketiga kategori di atas maka nanti kita akan melihat masyarakat Desa
Sawarna dapat digolongkan ke dalam kelompok yang mana.
Pemberdayaan masyarakat lokal dapat dilakukan oleh semua orang
maupun semua instansi dan organisasi. Dan dalam lingkup penelitian kami,
masalah yang akan kami kaji adalah mengenai peran program pemerintah
terhadap pemberdayaan masyarakat Desa Sawarna. PNPM Mandiri Pedesaan
memiliki tiga program yang telah menjadi program pokok untuk dilaksanakan
dalam PNMPM Mandiri Pedesaan, yaitu program ekonomi, program sosial, dan
program lingkungan (pembangunan fisik). Dari ketiga program yang dimiliki
PNPM Mandiri tersebut, maka yang akan menjadi fokus penelitian kelompok
kami adalah mengenai program ekonomi, yakni “Simpan Pinjam Perempuan” di
dalam PNPM Mandiri Pedesaan. Kami akan mencoba untuk meneliti sejauh
mana peran program pemerintah yang berskala nasional ini di Desa Sawarna.
Sehingga kita dapat mengetahui apakah dengan keberadaan PNPM Mandiri
Pedesaan di Desa Sawarna dapat menjadikan masyarakat setempat menjadi
lebih berdaya atau tidak.
Untuk menjelaskan masalah yang akan kami kaji, maka akan
tergambarkan melalui beberapa pertanyaan penelitian, baik itu pertanyaan
penelitian induk dan pertanyaan penelitian turunan. Diantaranya sebagai
berikut:
1. Bagaimana awal mula keberadaan Program Simpan Pinjam Perempuan di
Desa Sawarna?
2. Bagaimana sistem pengelolaan Program Simpan Pinjam Perempuan di
Desa Sawarna?
3. Apa manfaat yang dirasakan masyarakat dalam pelaksanaan Program
Simpan Pinjam Perempuan?

1.3. Tujuan dan Signifikansi Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah berupaya mengkaji bagaimana PNPM
sebagai salah satu program pemerintah di tingkat pedesaan dalam melakukan
fungsinya sebagai agen pemberdayaan masyarakat di Desa Sawarna. Akan
tetapi, sekarang ini diketahui bahwa fungsi dan peran dari program PNPM di
Desa Sawarna belum terealisasikan dengan baik sehingga menyebabkan
masyarakat di Desa Sawarna mengalami kemuduran dalam hal kesejahteraan
ekonomi. Karena itulah, dalam laporan penelitian ini akan dideskripsikan
bagaimana eksistensi Program Pemberdayaan PNPM di Desa Sawarna dan
pasang surut dari program tersebut, khususnya program Simpan Pinjam
Perempuan. Pendeskripsian ini berisikan sejarah awal masuknya program SPP
di Desa Sawarna, bagaimana kontribusi warga masyarakat Desa Sawarna dan
Pemda terhadap program tersebut, bagaimana program dan kinerja program
tersebut dalam memberdayakan masyarakat petani di Desa Sawarna, serta dari
program PNPM tersebut mengalami kemajuan yang cukup pesat.
Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan satu temuan
baru berupa analisis pola pemberdayaan organisasi terhadap masyarakat dari
sudut pandang pemberdayaan, aktor yang terlibat, serta siklus organisasi yang
berlangsung di dalamnya.
Diharapkan pula dalam program PNPM Desa Sawarna melalui bantuan
SPP ditemukan adanya kontribusi yang cukup banyak dari Pemda (pemerintah
daerah) dan masyarakat setempat. Di mana jaringan sosial antar aktor yang
terlibat memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberlangsungan
7
program tersebut. Maka karena itu, jelas sekali terjadi keterkaitan antara peran
aktor dalam jaringan sosial dan program-program pemerbadayaan yang
dilaksanakan pemerintah yang dalam hal ini PNPM.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang
ironi yang dialami dalam melakasanakan program pemberdayaan ditingkat
pedesaan. Oleh karena itu, dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi suatu
acuan bagi program lainnya dalam menghadapi problematika yang dihadapi.
Diharapkan pula lebih eratnya jaringan sosial antar aktor dalam suatu organisasi
agar dapat lebih tanggap dan kompak dalam menyikapi arus perubahan dan
masalah yang terjadi.
Jadi, Simpan Pinjam Perempuan (SPP) sebagai suatu program
pemberdayaan di tingkat pedesaan diharapkan mampu berperan aktif secara
penuh dalam membantu masyarakat khususnya kaum perempuan agar menjadi
lebih sejahtera kehidupannya baik kesejahteraan ekonomi maupun sosial.

1.4. Telaah Pustaka


Telaah pustaka di dalam penelitian ini diambil dari Studi Evaluasi
Kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Program
Pengembangan Kecamatan (PNPM-PPK) yang disusun oleh Parikha.5 Studi
tersebut mengambil studi kasus di Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal pada
tahun 2007.
Program PNPM-PPK merupakan program penanggulangan kemiskinan
yang mempunyai tujuan umum untuk mempercepat upaya penanggulangan
kemiskinan berdasarkan pengembangan kemandirian masyarakat melalui
peningkatan kapasitas masyarakat, pemerintah lokal, serta penyediaan sarana
prasarana sosial dasar dan ekonomi.6 Sasaran utama dari program ini tentunya
adalah masyarakat yang masih terbelenggu kemiskinan. Bantuan yang diberikan
melalui program ini disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing desa
yang ada di Kelurahan Suradadi. Seperti Program Simpan Pinjam Perempuan
(SPP), pembangunan infrastruktur, pembuatan drainase dan MCK, bantuan
pendidikan, dan sebagainya.
Studi tersebut merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode
kualitatif. Sedangkan informasi-informasi didapatkan melalui wawancara secara
mendalam dengan narasumber. Pengambilan sample menggunakan purposive
sampling. Dimana narasumber yang diambil sebagai sampel hanya beberapa
orang yang terlibat langsung dan memiliki informasi yang luas mengenai
program tersebut. Kecamatan Suradadi diambil sebagai studi kasus karena
Kecamatan tersebut sudah mendapatkan bantuan tersebut sejak tahun 2003 dan
memiliki tingkat kemiskinan yang relatif tinggi yaitu 20.41%. Sebagian wilayan
daerah ini merupakan daerah pesisir dan lainnya merupakan daratan yang
memungkinkan bermacam-macam mata pencaharian. Hasil penelitian di
lapangan menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Fasilitator Kecamatan mengemukakan bahwa sebagian besar orang miskin
telah cukup aktif mengikuti berbagai tahapan dalam pelaksanaan PNPM-
PPK.

5
Studi tersebut diambil dari http://eprints.undip.ac.id/19347/1/STUDI_EVALUASI_PNPM_PPK_.pdf. (diakses
pada tanggal 15 Juli 2010)
6
http://eprints.undip.ac.id/19347/1/STUDI_EVALUASI_PNPM_PPK_.pdf . (diakses pada tanggal 15 Juli 2010)
8
2. Kehadiran perempuan dalam tahapan pelaksanaan program tersebut telah
mencapai lebih dari 63,17% dari jumlah keseluruhan perempuan, sehingga
dianggap efektif dan telah terwakilkan.
3. Tingkat keswadayaan cukup berhasil. Hal tersebut dapat dilihat dari
besarnya antusiasme masyarakat yang terlibat dalam memberikan berbagai
sumbangan di beberapa desa di Kelurahan Suradadi.
4. Pemerintah memberikan dukungan yang besar dalam terselenggarakannya
program PNPM-PPK tersebut.
5. Kebermanfaatan program ini sangat dirasakan oleh orang miskin yang
menerima bantuan ini. Karena apa yang diberikan disesuaikan dengan apa
yang dibutuhkan masing-masing desa.
6. Dana tersebut sudah dianggap tepat sasaran ,efektif, dan terlah berjalan
sesuai dengan prosedur. Selain itu pembayaran angsuran pun lancar dan
tepat waktu.
7. Orang miskin kurang dilibatkan dalam berbagai forum-forum atau
musyawarah, padahal antusiasme masyarakat sangat tinggi. Hal ini tidak
sesuai dengan prinsip dasar PNPM-PPK yaitu keberpihakan pada orang
miskin.
8. Masih kurangnya pelatihan atau pendidikan yang diberikan. Hanya ada satu
desa saja yang mendapatkan pelatihan, yaitu berupa pelatihan tata rias.
9. Tidak terpeliharanya sarana yang diberikan karena kurang adanya rasa
memliki.
10. Bantuan yang seharusnya diberikan untuk membuka atau memajukan usaha
justru digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Sehingga mereka
tidak dapat mengembangkan perekonomiannya.
11. Tidak adanya sanksi tegas apabila ada anggota yang terlambat membayar
angsuran.

Dari studi tersebut dapat dijadikan acuan dalam penulisan laporan ini.
Dimana studi tersebut dapat dilihat relevansinya dengan laporan ini dari
berbagai aspek. Seperti letak teritorial yang tidak jauh berbeda dengan Desa
Sawarna. Yaitu terlatak di daerah pesisir dan daratan. Sehingga mata
pencaharian penduduk pun bermacam-macam. Selain itu program yang diambil
dari laporan ini yaitu Program SPP merupakan salah satu bantuan yang
diberikan dalam program PNPM-PPK. Maka hasil studi tersebut dapat dijadikan
sebagai perbandingan dengan laporan ini.

1.5. Kerangka Konseptual


1.5.1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan).
Jadi ide pemberdayaan bersentuhan dengan konsep kekuasaan.
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok
rentan dan lemah sehinggga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan
dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki
kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan
pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas
dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang
memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatnya dan
memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang yang mereka perlukan; dan
9
(c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan
yang mempengaruhi mereka. Tujuan utama pemberdayaan adalah
memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang
memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya
persepsi mereka sendiri) maupun karena kondisi eksternal (misalnya
ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil). Dalam hal ini, PNPM
Mandiri sebagai suatu lembaga masyarakat, dalam kegiatannya secara
tidak langsung menerapkan proses pemberdayaan masyarakat karena
PNPM Mandiri mewadahi masyarakat dalam hal pengembangan ekonomi
sosial. PNPM Mandiri memberikan sarana dan fasilitas untuk masyarakat
agar menjadi lebih berdaya. Misalnya, dengan kegiatan simpan pinjam
perempuan, masyarakat dapat menyimpan (menabung) uang mereka
maupun meminjam uang dari PNPM Mandiri sebagai modal usaha
mereka. PNPM Mandiri juga menyediakan jasa perbaikan lingkungan
fisik dan sosial.
1.5.2. Teori Siklus Organisasi
Organisasi adalah unit sosial yang mampu hidup hingga ratusan
tahun. Dalam perjalannya setiap organisasi pasti mengalami pasang surut,
dan hal tersebut dapat disebut sebagai siklus organisasi. Siklus organisasi
adalah sebuah perputaran roda kehidupan organisasi. Siklus organisasi
terdiri dari empat tahapan, yakni tahap lahirnya organisasi, tahap
tumbuhnya organisasi, tahap kemunduran organisasi, dan tahap kematian
organisasi. Tahap tumbunya organisasi adalah proses awal bagaimana
sebuah organisasi dapat terbentuk. Jadi apabila dideskripsikan tahap
tumbuhnya organisasi merupakan penjelasan mengenai sejarah berdirinya
suatu organisasi. Organisasi dapat lahir karena dua faktor yakni karena
terdapat seorang pemimpin atau pendiri yang berpandangan visioner dan
karena terinspirasi dengan kesuksesan organisasi lainnya. Menurut Quin
dan Cameron (1998), organisasi dapat bertahan hingga menuju ke tahap
pertumbuhan setelah melalui tahap lahir, karena membangun empat
sistem di dalam organisasinya, yaitu: entrepreneurial, bersama,
formalisasi, dan kerjasama.
Tahap tumbuhnya organisasi berarti proses jalannya organisasi
mulai dari merintis hingga menuju kepada titik kesuksesan. Dalam
tahapan ini kita akan mengetahui sebuah penjelasan mengenai proses
tumbuh dan berkembangnya sebuah organisasi hingga menuju pada posisi
puncak. Dalam tahap pertumbuhan sebuah organisasi dapat tumbuh
berdasarkan empat aspek, yaitu :
a) Tumbuh dengan arahan, dengan artian bahwa organisasi dapat tumbuh
karena terdapat pemimpin yang mampu menuntun organisasi menuju
pada tujuan yang hendak dicapai.
b) Tumbuh dengan delegasi, setiap organisasi yang telah tumbuh menjadi
organisasi yang besar maka membutuhkan otonomi.
c) Tumbuh dengan koordinasi, setiap organisasi mampu tumbuh karena
tercipta keseimbangan dalam kontrol sentralisasi-desentralisasi.
d) Tumbuh dengan kolaborasi, berarti organisasi dapat tumbuh karena
melakukan kerjasama dengan organisasi lainnya atau disebut sebagai
ekspansi dengan struktur matriks.

10
Tahap kemunduran organisasi adalah tahapan siklus hidup dimana
organisasi gagal mengantisipasi, menyadari, menghindari, netral atau
mengadaptasi tekanan internal dan atau eksternal yang mempengaruhi
pertahanan hidup jangka panjang. Biasanya sebuah organisasi mengalami
kemunduran diakibatkan oleh problem kepemimpinan dan perubahan
manajemen serta kebijakan. Sedangkan, tahapan kematian organisasi
adalah kondisi saat organisasi tidak bisa lagi menjalankan aktifitasnya,
karena permasalahan yang dihadapi tidak dapat diatasi (dissolution).
Bahkan, restrukturisasi radikal pun tidak dapat membuat organisasi
tersebut kembali bekerja.7
Dalam studi penelitian kali ini kami akan mencoba menganalisis
pasang surut PNPM Mandiri menggunakan teori siklus organisasi ini.
Dengan begitu akan terlihat secara jelas mengenai perjalanan hidup dari
organisasi lokal tersebut. Dan hal ini akan mempermudah dalam
membantu para pembaca untuk memahami PNPM Mandiri pada Desa
Sawarna secara mendalam.

1.5.3. Teori Struktural Fungsional


AGIL merupakan akronim dari Adaptation, Goal Attainment,
Integration, dan Latency atau latent pattern-maintenance yang
dikemukakan oleh Talcott Parsons pada sekitar tahun 1950, meskipun
demikian tidak terdapat skala prioritas dalam pengurutannya. Teori ini
adalah lukisan abstraksi yang sistematis mengenai keperluan sosial
(kebutuhan fungsional) tertentu, yang mana setiap masyarakat harus
memeliharanya untuk memungkinkan pemeliharaan kehidupan sosial
yang stabil.
Menurutnya persyaratan kunci bagi terpeliharanya integrasi pola
nilai dan norma ke dalam sistem ialah dengan sosialisasi dan internalisasi.
Pada proses Sosialisasi yang sukses, nilai dan norma sistem sosial itu akan
diinternalisasikan. Artinya ialah nilai dan norma sistem sosial ini menjadi
bagian kesadaran dari aktor tersebut. Akibatnya ketika si aktor sedang
mengejar kepentingan mereka maka secara langsung dia juga sedang
mengejar kepentingan sistem sosialnya. Dalam Program SPP tersebut
teori ini sangatlah dibutuhkan karena apabila di dalam program SPP
tersebut tidak memakai aturan tersebut maka program itu tidak berjalan
dengan lancar sehingga akan merusak system berjalannya program itu.
Apabila hal itu terjadi maka akan kurangnya pemberdayaan masyarakat
desa tersebut. Teori ini juga dapat menjadi alat untuk menganalisis
permasalahan yang terjadi di dalam program SPP itu sendiri.

1.5.4. Teori Keterleketan


Konsep ini digunakan untuk menjelaskan fenomena perilaku
ekonomi dalam hubungan sosial. Konsep keterlekatan, menurut
Granovetter, merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial
dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung di
antara para aktor. Ini tidak hanya terbatas terhadap tindakan aktor
individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas,
seperti penetapan harga dan institusi-institusi ekonomi, yang semuanya

7
Bahan ajar Sosiologi Organisasi, semester 5.
11
terpendam dalam suatu jaringan hubungan sosial. Cara seorang terlekat
dalam jaringan hubungan sosial adalah penting dalam penentuan
banyaknya tindakan sosial dan jumlah dari hasil institusional8. Dalam
penerapan program SPP ini sendiri keterlekatan ini terjadi pihak
penyelenggara dengan pihak peminjam atau yang disebut KSPP
(Kelompok Simpan Pinjam Perempuan). Inilah yang akan membentuk
jaringan social dalam program SPP.

1.5.5. Metode Evaluasi


Dalam manganalisis konsep program SPP kami akan menggunakan
meteode evaluasi need assessment9 dan meteode evaluasi capacity
buiding10 dalam kedua metode evaluasi ini maka kami akan menganalisis
bagaimana permintaan peminjam yang menjadi kebutuhan mendesak
mereka dan menganalisis apa yang harus di perbaiki dengan program SPP
ini yang dikeluarkan oleh PNPM Mandiri. Maka dengan metode itu kita
bisa mengevaluasi program SPP di desa Sawarna.

1.6. Prosedur penelitian


1.6.1. Rancangan Penelitian Kualitatif
Sesuai dengan tujuan proposal di muka, penelitian ini menggunakan
metodologi kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan menggunakan analisis
dengan pendekatan induktif. Hal ini bertalian dengan tujuan penelitian
untuk memperoleh informasi detail tentang para pelaku, aktifitas,
peristiwa, khususnya mengenai dinamika lembaga masyarakat lokal.
Lokasi penelitian yang dipilih pada penelitian ini adalah PNPM
Mandiri Pedesaan di Desa Sawarna. Pada mulanya lembaga ini berperan
aktif untuk mengelola hasil bantuan dari World Bank yang akan
dipergunakan sebagai modal usaha masyarakat. Bantuan ini dikelola oleh
UPK. Namun karena dana yang dikucurkan terbatas sehingga para
penerima manfaat sering mengeluh karena modal mereka untuk usaha jadi
sulit didapat. Dampak dari semua ini adalah membuat kinerja PNPM
Mandiri pedesaaan tersebut belum berjalan dengan semestinya, yaitu
memberdayakan masyarakat di pedesaan.
Penelitian ini didukung oleh data data primer dan sekunder yang
berkaitan dengan dinamika PNPM Mandiri sebagai lembaga masyarkat
lokal. Data primer dalam penelitian ini meliputi data wawancara
mendalam pengamatan lansung, observasi serta field note dan diary. Data
sekunder berasal dari RT,RW, Kelurahan/ Kantor desa, buku atau studi
literature lainnya yang mendukung dalam penelitian ini.
Arena sosial dalam penelitian ini yang kami anggap penting untuk
diangkat adalah:
1) Program SPP PNPM Mandiri Pedesaan
2) Aktor-aktor yang terlibat dan peran masyarakat dalam
perkembangan organisasi tersebut.
8
Bahan ajar Sosiologi Ekonomi, semester 4
9
Bahan ajar Evaluasi Program Pembangunan, semester 6
10
Bahan ajar Evaluasi Program Pembangunan, semester 6
12
3) Sejarah perkembangannya.
4) Kegiatan dan program yang dijalankan guna memberdayakan
masyarakat sekitar.
5) Probelmatika dalam pelaksanaan program tersebut.
6) Strategi bertahan lembaga tersebut dalam menghadapi hambatan
yang ada.

1.6.2. Peran Peneliti


Dalam proposal ini penelitian ini peneliti membuat rapport pada subjek
peneltian. Rapport tidak sekali jadi. Perlu dikupas secara mendalam
sehingga akan memperoleh rapport yang semakin baik. Dan kami akan
berusaha untuk melihat pola kinerja PNPM Mandiri Pedesaan sebagai
lembaga pemberdayaan masyarakat lokal.

1.6.3. Prosedur Pengumpulan Data


Wawancara
Wawancara adalah cara memperoleh atau keterangan dengan
menanyakan masalah yang diteliti kepada narasumber atau informan.
Teknik wawancara dalam peneltian kualitatif adalah wawancara
mendalam. Dalam teknik wawancara mendalam ini digunakan pola
pedoman wawancara, recorder, alat tulis, dan kamera serta harus
mengetahui etika dalam penelitian kualitatif. Informan kunci dan
informan tambahan dalam penelitian ini ialah pengurus, pekerja, anggota,
tokoh masyarkat dan beberapa warga sekitar. Pada tahap ini, kelompok
kami menulis field note, memo, serta diary, dengan pengamatan terhadap
lokasi lokasi serta hasil rekaman wawancara dengan beberapa informan.

Observasi
Observasi digunakan untuk menyajikan gambaran realistis perilaku
dan kejadian dengan cara peneliti mengamati langsung kelapangan.
Dengan melakukan observasi, peneliti akan lebih mudah dalam
mendapatkan data dari informan yang termasuk rahasia sekalipun karena
denan melakukan observasi peneliti akan mudah mengenal
karakter,perilaku informan.

Dokumen
Peneliti mencari data dokumentasi seperti data wilayah desa dari
kelurahan/ Kantor Desa, sejarah dan tujuan PNPM Mandiri Pedesaan dan
arsip-arsip yang diberikan oleh PNPM Mandiri. Dan juga hal hal yang
penting yang mendukung penelitian kami.

1.6.4. Prosedur Analisis Data


Pengolahan data dan analisis merupakan tahap penting dalam
sebuah penelitian. Dalam tahap analisis data yang diolah terus-menerus
adalah data hasil wawancara mendalam, pengamatan langsung,
dokumentasi, dan kemudian akan dianalisis dengan mengikuti tahapan
analisis. Setelah itu tahap pengkodingan untuk mengkategorikan data
yang kami peroleh. Kemudian selanjutnya hasil ini dinaratifkan dengan

13
penggunan teori di dalamnya. Dalam peneltian kualitatif proposal ini
menggunkan alur berpikir deduktif induktif.

1.6.5. Strategi Verifikasi Temuan Penelitian


Di dalam verifikasi terdapat dua aspek, yaitu internal dan eksternal.
Internalnya adalah PNPM Mandiri Pedesaan sendiri dan pihak pengelola.
Sedangkan, aspek eksternal menyangkut aspek-aspek yang mendukung
dalam eksistensi PNPM Mandiri Pedesaan. Akhirnya bedasarkan tema
tersebut dapat diperoleh pola pola tertentu yang kemudian
diorganisasikan menjadi sub bagian dalam bab-bab tertentu.
Konseptualisasi pun terjadi, yakni merujuk pada pola atau tema payung
yang didukung oleh tema tema yang bersifat turunan.

1.7. Sistematika Penulisan


Proposal ini terdiri dari atas lima bab, yaitu: Bab I tentang pendahuluan
yang berisikan latar belakang permasalahan, permasalahan penelitian, tujuan,
dan signifikasi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konsep atau teori,
metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II yaitu mengenai profil
Desa Sawarna, yaitu penggambaran kondisi fisik, sosio-demografis dan
kelembagannya. Untuk Bab III berisikan tentang seluk beluk program Simpan
Pinjam Perempuan PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Sawarna, yaitu melihat
secara mendalam mengenai keberadaan program SPP tersebut. Di dalam bab ini
akan membahas melalui sub bab-sub bab mengenai sejarah masuknya program
Simpan Pinjam Perempuan, implikasi program SPP, pemangku kepentingan
dalam pelaksanaan program SPP, syarat penerima manfaat dan sistem pencairan
dana pinjaman, sistem pembayaran ansuran, hingga permasalahan yang terjadi
di dalam program SPP tersebut.
Selanjutnya, Bab IV membahas mengenai kontribusi peran program SPP
dalam pemberdayaan perempuan. Di dalam bab ini akan lebih mengaitkan
program SPP ini dengan teori-teori sosiologis. Seperti membahas pola
pengorganisasian program SPP dan membahas pola keterlekatan dalam program
tersebut. Laporan ini diakhiri dengan Bab V sebagai Penutup yang berisikan
kesimpulan dan rekomendasi.

14
BAB II
PROFIL DESA SAWARNA

2.1. Deskripsi Fisik Desa Sawarna


Desa Sawarna merupakan desa yang berada di sepanjang pesisir pantai
Sawarna. Berada di wilayah selatan Pulau Jawa, tepatnya di Kecamatan Bayah,
Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Desa ini sebelumnya merupakan hasil
pemekaran dua wilayah, yaitu wilayah Timur dan Barat Sawarna, yang
merupakan kebijakan pemerintah setempat. Desa ini memiliki beragam
panorama berbeda yang dapat dinikmati, yaitu pantai, persawahan, hutan,
maupun gua. Datarannya ber-relief karena ketika di daerah pertanian maka
tanahnya berada di atas atau daerah ketinggian, namun ketika di pantai, maka
datarannya akan menurun atau rendah. Hal inilah yang menjadikan desa
Sawarna cukup banyak dikunjungi para wisatawan baik lokal maupun asing.
Ketinggian tempat (datarannya) berkisar antara 100-400 mdl, dengan suhu rata-
rata berada pada level 18-28 derajat celcius. Curah hujan di wilayah ini adalah
sekitar 1200 Mm dengan jumlah bukan hujan sebanyak enam bulan.
Untuk mencapai wilayah desa Sawarna ini, dibutuhkan waktu tempuh
sekitar 30 menit dari ibu kota kecamatan Bayah karena desa ini berada di luar
ibu kota kecamatan Bayah sejauh 12 km. Sementara jika ingin menuju desa
Sawarna dari kabupaten Lebak, dibuthkan kurang lebih waktu tempuh sebanyak
4 jam yaitu sekitar 147 km jarak tempuhnya. Transportasi yang biasa dgunakan
masyarakat sekitar adalah ojek jika dari dalam desa yang dapat disewa
motornya seharga Rp 10.000,- per jam. Jika sudah sampai kabupaten Lebak,
sudah banyak terlihat angkot yang dapat mengantar penduduk ke sekitar
wilayah kabupaten tersebut. Dapat juga menggunakan truk umum (Elf), becak,
dan sepeda untuk mencapai lokasi ini. Desa ini dikelilingi sebagian besar oleh
pantai yang indah dan juga sawah yang meliputi pantai tersebut. Selain itu,
seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat gua alami yang disebut Gua
Lalai yang merupakan sejarah awal mula terbentuknya desa Sawarna ini. Konon
katanya gua ini ditemukan oleh penjajah Belanda. Makamnya pun ada di daerah
sebelum pantai Ciantir. Jadi wisata yang dapat dilakukan di desa ini sangat
banyak yaitu wisata laut/bahari, danau, gunung, sungai, agrowisata, hutan, gua,
dan budaya. Di daerah pemukimannya sudah diaspal dan di dalam gang-
gangnya sudah dipelitur, walaupun saat masuk ke pedalamannya tanah
seluruhnya. Pemukiman di desa Sawarna tidak padat, namun juga tidak jarang.
Persentase antara lahan kosong dengan pemukiman dapat dikatakan 50:50.
Perumahannya masih ada yang tradisional yang terbuat dari bilik bambu, namun
15
banyak pula yang sudah terbuat dari bata dan semen yang arsitekturnya sudah
seperti perumahan di perkotaan.
Desa ini memiliki pusat pemerintahan setempat yang tempatnya strategis
yaitu di tengah-tengah pemukiman warga, yaitu Kantor Balai Desa yang biasa
digunakan para pejabat kelurahan (seperti kepala desa) bekerja, dan digunakan
oleh pemuda-pemudi karang taruna untuk melakukan kegiatannya, serta untuk
mengadakan acara-acara penyuluhan dan sebagainya. Kantor ini juga terdapat
poliklinik sebagai sarana warga setempat untuk berkonsultasi kesehatan mereka,
terutama para wanita dan ibu hamil yang dapat menemui bidan di sana yang
bekerja sama dengan dukun beranak yang dipercaya warga setempat.
Akses penghubung masyarakat dengan wilayah luar desa Sawarna yaitu
jalan besarnya sudah tergolong bagus karena sudah diaspal sepanjang 20 km,
walaupun ada sedikit lubang-lubang di pinggiran jalan yang rusak. Terdapat
sembilan buah akses dengan jembatan yang terdiri dari empat buah jembatan
kayu (jembatan gantung), tiga buah jembatan beton, dan dua buah jembatan
besi. Sebagai desa yang menarik untuk didatangi para wisatawan, maka
pemerintah setempat sedang berusaha membangun kemajuan teknologi
komunikasi wilayah tersebut sebagai salah satu usaha promosi pariwisata dan
untuk mempermudah para wisatawan berkomunikasi dengan orang-orang yang
berada di luar wilayah desa. Sejauh ini keberhasilan pemerintah setempat adalah
telah terjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan provider telekomunikasi
nasional, seperti XL dan Indosat. Dapat dilihat tower XL dan Indosat tersebut di
dekat pemukiman warga. Dan sedang dalam pekerjaan pembangunan tower
Telkomsel untuk memperluas jaringan komunikasi warga. Jadi dapat dikatakan
desa ini sudah “melek teknologi”.
Dengan melihat topografi desa yang berada di wilayah pesisir, air bersih
merupakan salah satu kebutuhan yang agak sulit diakses warga karena air laut
kurang baik untuk digunakan dalam kegiatan rumah tangga. Oleh karena itu
warga memanfaatkan sungai sebagai sarana MCK (Mandi Cuci Kakus) dan juga
untuk keperluan rumah tangga. Namun tidak semua warga yang menggunakan
air sungai. Sudah banyak warga yang memiliki pompa air sendiri di rumahnya
ataupun menggunakan pompa air modern dengan kran air. Ada yang
menggunakan mata air, sumur gali, hidran umum, pipa, ada pula yang
menggunakan fasilitas air PAM. Air bersih menjadi komoditi mahal untuk
didapatkan khususnya di wilayah pesisir. Oleh karena itu dibutuhkan
pengelolaan yang benar baik melalui penghematan air maupun pengembangan
sarana-dan prasarana untuk mengakses air bersih agar kualitas hidup warga
setempat dapat lebih baik.

2.2. Kondisi Sosio-Demografis


Masyarakat desa Sawarna sangat ramah dan terbuka dengan adanya
pengunjung yang datang, baik untuk wisata maupun observasi seperti yang para
mahasiswa lakukan. Walaupun belum saling kenal, mereka kerap memberikan
senyum kepada kami para pengunjung yang datang. Saat diwawancara pun
mereka tak sungkan memberikan informasi lengkap untuk membantu kami
mengumpulkan data. Masyarakat desa Sawarna pada umunya bukan merupakan
penduduk asli, namun orang pendatang dari luar wilayah desa. Mayoritas dari
penduduk yang tinggal di sana adalah masyarakat pendatang namun sudah turun
temurun menetap sehingga mereka memiliki pola kekerabatan tersendiri yang
kuat dan kental antar sesama warganya. Desa ini dipimpin oleh seorang kepala
16
desa yang cakupan wilayahnya mencakup 10 Rukun Warga (RW). Berdasarkan
data yang didapat dari kantor Balai Desa, data kependudukan desa Sawarna
adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1
Jumlah Penduduk

Keterangan Jumlah
Jumlah total 4028 Orang
Jumlah Laki-laki 2043 Orang
Jumlah Perempuan 1985 Orang
Jumlah kepala Keluarga 1058 KK
Sumber data: Kantor Balai Desa

Dari segi pendidikan, warga desa Sawarna sebanyak sekitar 80% adalah
lulusan SLTP. Seperti yang diperlihatkan pada rincian di bawah ini.

Tabel 2.2
Pendidikan

Keterangan Jumlah
Belum sekolah 560 Orang
Usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah - Orang
Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat 5 Orang
Tamat SD/sederajat 1358 Orang
SLTP/sederajat 3190 Orang
SLTA/sederajat 976 Orang
D-I 28 Orang
D-II 69 Orang
DIII 11 Orang
S-I 50 Orang
S-II 4 Orang
S-III - Orang
Sumber data: Kantor Balai Desa

Pekerjaan mayoritas masyarakat desa sawarna adalah petani. Namun ada


pula yang nelayan, berhubung desa Sawarna adalah desa pesisir. Ada pula yang
bekerja sebagai pengrajin mebel. Selain itu terdapat banyak warung kelontong
kecil-kecilan yangg merupakan mata pencaharian ibu-ibu rumah tangga desa
Sawarna. Beragamnya lagi, terdapat orang yang menjual pulsa, proyek
percetakan digital sekaligus loket pembayaran listrik, yang menunjukkan bahwa

17
masyarakat desa Sawarna sudah sadar teknologi. Berikut adalah rincian mata
pencaharian warga.

Tabel 2.3
Mata Pencaharian Pokok

Jenis Pekerjaan Jumlah


Petani 1490 Orang
Buruh Tani 479 Orang
Buruh/ swasta 463 Orang
Pegawai negeri 70 Orang
Pengrajin 220 Orang
Pedagang 771 Orang
Peternak 153 Orang
Nelayan 394 Orang
Montir 45 Orang
Dokter - Orang
................................. ...................... Orang
................................. ...................... Orang

Sumber data: Kantor Balai Desa

Agama mayoritas penduduk di sini adalah Islam yaitu sebanyak 4028


orang. Jadi seluruh penduduk beragama Islam karena tidak dittemukan warga
yang beragama selain Islam tersebut. Penduduk desa mayoritas beretnis sunda
yaitu sebanyak 3680 orang, dan sisanya adalah beretnis Jawa yaitu sebanyak
348 orang. Potensi pariwisata di desa Sawarna juga bagus, yaitu pantai yang
menawan dengan panorama yang indah. Banyak wisatawan asing yang datang
untuk berselancar dan berjemur, walapun belum terlalu banyak yang
mengetahui keberadaan desa Sawarna. Sudah dibuat website tentang pantai desa
Sawarna, namun tetap harus disosialisasikan dengan baik. Selain itu,
pengelolaan sumber daya alam lautnya juga masih harus digali. Kreativitas
masyarakat untuk berketerampilan mengolah sumber daya alam agar dapat
menambah pendapatan masyarakat hingga menuju kesejahteraan dan
masyarakat yang berdaya. Kepemilikan kendaraan roda dua seperti sepeda
motor sudah cukup banyak terlihat di rumah penduduk. Kendaraan umum yang
sangat jarang melintas dan ketidaksampaian akses angkot serta kemudahan
kredit motor membuat banyaknya pengguna motor di wilayah desa ini.
Warga setempat juga memiliki kebiasaan unik yaitu mengadakan
semacam pasar kaget yang diselenggarakan seminggu sekali. Jika ada hajatan
18
atau pernikahan yang menimbulkan keramaian, maka pasar tersebut juga
muncul menghiasi acara hajatan tersebut. Berbagai macam barang dagangan
yang dijual di pasar tersebut, mulai dari makanan, pakaian, peralatan rumah
tangga, hingga mainan anak-anak. Penduduk setempat menggunakan
kesempatan tersebut untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari karena jika tidak
ada pasar tersebut, mereka harus ke pasar yang letaknya cukup jauh yaitu di
sekitar kota kecamatan.

2.3. Deskripsi Potensi Kelembagaan


Di bidang birokrasi dan organisasi, masyarakat desa Sawarna menganut
sistem demokrasi, hal ini ditunjukkan dengan adanya program pemilihan kepala
desa dan ketua RW yang ditunjuk langsung oleh warga melalui proses pemilu.
Persatuan ibu-ibu PKK, karang taruna, dan remaja masjid adalah organisasi-
organsisasi yang ada di ruang lingkup desa. Jiwa gotong royong sangat melekat
pada warga, karena terlihat dari sikap bantu membantu mereka pada saat ada
warga yang membangun rumah, maka warga lain akan turut membantu. Begitu
pula dengan adanya acara hajatan atau pernikahan, maka warga setempat siap
membantu. Berikut adalah rincian lembaga pemerintahan dan lembaga
kemasyarakatan di desa Sawarna:

Tabel 2.4
Lembaga Pemerintahan

Keterangan Jumlah
Pemerintahan Desa
Jumlah aparat 4 orang
Pendidikan Kepala Desa S.1
Pendidikan Sekretaris Desa S-1
Jumlah RW/dusun/taparu atau sebutan lain 10 RW
Jumlah RT atau sebutan lain 17 RT
Badan Perwakilan Desa
Jumlah anggota 10 orang
Pendidikan ketua BPD d.III
Sumber data: Kantor Balai Desa

Tabel 2.5
Lembaga Kemasyarakatan

Keterangan Jumlah
ORGANISASI PEREMPUAN 1 Kelompok
Jumlah anggota 30 Orang
ORGANISASI PEREMPUAN (PKK) 1
Jumlah anggota 80 Orang
ORGANISASI PEMUDA 5 Kelompok
Jumlah anggota 150 Orang
ORGANISASI KARANG TARUNA 1
Jumlah anggota 80 orang
ORGANISASI PROFESI (misalnya : petani) 5 Kelompok
Jumlah anggota 500 Orang
LKMD atau sebutan lain LPMD
19
Jumlah anggota 9 Orang
KELOMPOK GOTONG ROYONG 7 Kelompok
Jumlah anggota 400 Orang
Sumber data: Kantor Balai Desa

Dalam hal ini, fokus penelitian yang telah dilakukan adalah pada program
SPP (Simpan Pinjam Perempuan) di daerah pedesaan, salah satunya desa
Sawarna ini. Program SPP tersebut merupakan salah satu produk dari Program
PNPM Mandiri pedesaan. Program SPP ini dibuat untuk membantu
memberikan kegiata positif para perempuan di desa Sawarna agar pembangunan
ekonomi di desa ini dapat lebih baik dengan adanya wanita-wanita yang
berusaha dengan tenaga kreatif mereka.

BAB III
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI
PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN

3.1. Sejarah Masuknya Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP)


Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM
Mandiri Pedesaan) merupakan sebuah program pemerintah yang berasal dari
dana APBN yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat agar menjadi
lebih mandiri dan terberdaya. Secara umum, PNPM Mandiri memiliki 3
program pokok yang dijalankan untuk memberdayakan masyarakat, yaitu
program sosial, program ekonomi, dan program pembangunan fisik. Akan tetapi
dalam pelaksaannnya, kami menemukan bahwa di Desa Sawarna, program yang
baru dilaksanakan baru-baru ini adalah program pembangunan ekonomi dan
fisik (khususnya, lingkungan/ infrasturktur). Hal ini dikarenakan, masuknya
program PNPM Mandiri Pedesaan ke Desa Sawarna tersebut baru sekitar 2
tahun (tahun 2008).
Program Simpan Pinjam Perempuan (selanjutnya disebut SPP) merupakan
salah satu dari produk program pembangunan dengan fokus ekonomi yang
dikeluarkan oleh PNPM Mandiri Pedesaan. Seperti namanya “Simpan Pinjam
Perempuan”, program SPP ini memang difokuskan untuk pemberdayaan dan
pembangunan khusus pada kaum perempuan saja. Kehadiran program SPP
PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Sawarna, diawali dari adanya tawaran
program dari pemerintah, yakni program dana pinjaman untuk Pembangunan
Percepatan Desa Tertinggal (PPDT). Mengetahui adanya program tersebut,
warga desa yang aktif dalam kegiatan pembangunan desa (seperti Fasilitator
Desa) mengkonsepkan proposal yang akan diajukan. Setelah hal tersebut
mendapat respon baik dari warga desa maka selanjutnya diadakan musyawarah
antar dusun untuk membahas mengenai penentuan dusun mana yang akan
didahulukan dan kebutuhan apa yang harus diprioritaskan lebih dahulu untuk
kepentingan desa dan warga masyarakatnya (seperti apa pembangunan jalan
dahulu atau bantuan modal guna pengembangan usaha masyarakat dulu).
Kemudian hasilnya dimusyawarahkan lagi di kantor desa dan selanjutnya bila
sudah ditentukan mana yang akan diprioritaskan, maka oleh Faskel akan
langsung diajukan ke Kecamatan. Namun, ternyata di Kecamatan hasil tersebut
masih harus dirembug dengan kepentingan desa lainnya, untuk menentukan

20
desa mana dulu yang mendapat dana bantuan pembangunan dari PNPM Mandiri
Pedesaan lebih dahulu.11
Penentuan desa mana yang mendapat lebih dulu, ditentukan berdasarkan
desa mana yang lancar dalam pengembalian dan yang memiliki potensial
terbesar dalam memberdayakan masyarakatnya. Setelah ditentukan bahwa desa
Sawarna mendapatkan dana bantuan PNPM Mandiri Pedesaan lebih dulu, maka
kemudian dipilihlah para ketua KSPP yang akan bertanggungjawab dalam
pengelolaan dana dan penentuan penerima manfaat. Ketua KSPP pun dipilih
dari warga perempuan yang aktif dalam kegiatan pembangunan desa ataupun
aktif mengikuti penyuluhan/ sosialisasi dari PNPM Mandiri Pedesaan.12 Berikut
adalah gambar dari beberapa ketua KSPP yang kelompok kami temui:

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 1 : dari sebelah kiri (Ibu Imas dan Ibu Ida)


Gambar 2 : Ibu Nenda
Sumber: foto pribadi kelompok

3.2. Pemangku Kepentingan dalam Pelaksaan Program Simpan Pinjam


Perempuan (SPP)
Dalam pelaksanaan program SPP PNPM Mandiri Pedesaan ini terdapat
beberapa stakeholder (pemangku kepentingan) yang memiliki peranan penting,
mulai dari masyarakat (pemanfaat), Ketua KSPP, Unit Pelaksana Kegiatan
(UPK), Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), Monitoring, dan aparatur desa (Kepala
Desa, Sekretaris Desa, dan Staf).
UPK berperan dalam menyalurkan dan menyimpan dana bantuan. TPK
berperan sebagai penanggungjawab kegiatan dan mengawasi ketua kelompok
selama berjalannya program. Sedangkan, monitoring berperan dalam
mengawasi kinerja TPK selama berjalannya program tersebut. Masyarakat
sebagai penerima manfaat dari bantuan dana tersebut dan ketua KSPP sebagai
yang bertanggungjawab atas anggota dan dirinya sendiri dalam pengelolaan
dana dan penentuan anggota penerima manfaat.
Aparatur desa sendiri memiliki banyak peran, diantaranya berperan dalam
memfasilitasi jalannya program SPP (seperti menyediakan tempat untuk rapat
atau penyuluhan, dalam menyediakan sarana dan prasarana berjalannya program
SPP (seperti melegalkan hasil keputusan rembug desa), dalam mengawasi
jalannya program SPP, dan juga berperan dalam pembinaan (seperti membina
saat penyuluhan dan membina anggota penerima manfaat yang telat atau
kesulitan membayar iuran pengembalian dana SPP).

11
Hasil wawancara dengan Fasilitator Desa, Bapak Sandi
12
Hasil wawancara dengan Ketua KSPP, Ibu Ida
21
Fasilitator Desa (Fasdes) sebagai bagian dari aparatur desa berperan dalam
memfasilitasi jalannya program pembangunan desa. Dalam berjalannya program
SPP ini, Fasdes berperan dalam mensosialisasikan program SPP dan
memfasilitasi masyarakat dalam mengajukan usulan ke desa dan mengajukan
proposal ke UPK. Jadi Fasdes bertanggungjawab dalam proses pengajuan
permohonan dana pinjaman SPP dan juga saat ada hambatan dalam
pengembalian iuran dana SPP ke UPK. Fasdes akan memberikan penyuluhan
dan binaan kepada anggota kelompok SPP yang bermasalah.13
Agar seluruh warga desa mengetahui dan tertarik untuk mengikuti
program SPP PNPM Mandiri Pedesaan ini, maka digunakan sarana sosialisasi
melalui rapat-rapat di musyawarah dusun ataupun dalam penyuluhan-
penyuluhan di kantor desa. Sosialisasi juga dilakukan hingga ke tingkat RT/RW
melalui penyuluhan-penyuluhan.
Salah satu syarat utama untuk menjadi anggota penerima manfaat dana
SPP ini pun, salah satunya diharuskan sering mengikuti penyuluhan-penyuluhan
yang diadakan oleh pihak PNPM Mandiri Pedesaan. Penyuluhan tersebut
dilakukan secara berkelanjutan agar anggota penerima manfaat dana SPP ini
paham betul tentang program dan tujuan akhir dari program SPP tersebut.
Sehingga target penyaluran dana bantuan SPP menjadi tepat sasaran dan dapat
terberdaya warga masyarakat yang menggunakannya. Penyuluhan dilakukan
sebanyak 5 (lima) hingga 7 (tujuh) kali pertemuan, yang membahas mengenai
program SPP secara lebih mendalam.

3.3. Syarat Penerima Manfaat dan Sistematika Pencairan Dana


Untuk menjadi penerima manfaat syarat yang ditetapkan sangat mudah
sekali, yakni hanya menyerahkan foto copy KTP, dan sudah mempunyai usaha
mikro (seperti warung kelontong, jual pulsa, dll.). Akan tetapi dalam pemilihan
siapa saja yang berhak menerima bantuan dana yaitu anggota kelompok SPP,
ditetapkan oleh ketua kelompok yang sebelumnya sudah dipilih oleh Tim
Pelaksana Kegiatan (TPK).Ketua kelompok yang memiliki wewenang karena
dianggap mampu melihat target penerima manfaat dengan tepat dan objektif,
karena ketua kelompoklah yang melihat bagaimana kehidupan masyarakat
secara lebih riil.
Dalam SPP bantuan modal yang diiberikan kepada penerima manfaat
(kaum perempuan) tahap awal sebesar Rp 1.000.000,- untuk tiap anggota. Akan
tetapi penerima manfaat tidak menerima modal dalam jumlah Rp 1.000.000,,-
utuh, melainkan ada sejumlah uang yang harus dialokasikan untuk beberapa
hal, yakni: (1) Rp 50.000,- untuk tabungan tiap anggota yang sifatnya wajib.
Tabungan tersebut nantinya akan difungsikan untuk dana talangan bagi anggota
yang tidak mampu membayar angsuran ditiap bulannya. Sistem tersebut
dinamakan “tanggung renteng”. (2) Rp 4.000,- dialokasikan untuk asuransi
yang bersifat hibah. Asuransi digunakan untuk membayar angsuran anggota
kelompok yang mengalami musibah, seperti kecelakaan, meninggal, sakit
bersifat permanen atau yang dianggap tidak mampu untuk mencari uang guna
membayar angsuran. (3) Rp 3.000,,- sampai dengan Rp 5.000,- atau sesuai
dengan kesepakatan kelompok, yang dialokasikan untuk administrasi dan
diberikan kepada pihak UPK. Jadi tiap individdu akan menerima dana SPP

13
Hasil wawancara dengan Fasilitator Desa, Bapak Sandi
22
sebesar Rp. 943.000,- hingga Rp 941.000,- hal ini tergantung pada besar atau
kecilnya biaya administrasi yang dikeluarkan.

3.4. Sistematika Pembayaran Angsuran Dana Pinjaman


Angsuran setiap bulannya yang harus dibayar oleh masing-masing
penerima manfaat sebesar Rp 104.000,-. Dana Pinjaman SPP dapat
dikembalikan dengan jangka waktu selama 10 sampai dengan 12 bulan. Dan
angsuran tiap bulannya ke UPK paling lambat pada tanggal 5. Akan tetapi
berdasarkan hasil wawancara mendalam, kami dapati bahwa apabila pada
tanggal 5 kelompok belum dapat membayar angsuran kelompoknya ke UPK
maka tidak akan dikenakan sanksi, dengan syarat tetap melunasi angsuran
dibulan itu pula, walaupun ditanggal – tanggga terakhir. Dengan demikian kita
dapat melihat bahwa dalam sistem angsuran SPP ke UPK sangat fleksibel
sekali. Sehingga mempermudah masyarakat (penerima manfaat) dalam
menyetorkan angsuran, dan merasa tidak terlalu terbebani. Dengan kemudahaan
dalam pengembalian angsuran ditiap bulannya, apabila terdapat penerima
manfaat yang tidak dapat mengembalikan dana pinjaman atau dikenal dengan
kredit macet, maka si penerima manfaat yang bersangkutan akan dikenakan
sanksi, yaitu namanya akan di “black list” dan tidak akan diberikan kesempatan
kembali untuk meminjam kembali. Dengan sanksi yang sedemikian rupa
memang menurut kami dirasa tidak tegas. Karena tidak ada sanksi yang jelas
untuk kesalahan tersebut. Dan hal ini mungkin menjadi sebuah dilema, karena
di satu sisi sebaiknya dalam menghadapi masyarakat pedesaan seiap peraturan
yang dijalankan harus bersifat fleksibel, dan di sisi lain apabila tidak terdapat
sanksi yang tegas akan dikhawatirkan apabila terdapat permasalahan serius
dalam kredit macet maka masalah tersebut akan berlarut-larut dalam
penyelesaiannya. Dan berdasarkan informasi yang didapati dari Sekretaris Desa,
apabila didapati kredit macet di desa yang mendapatkan bantuan dana pinjaman
bergulir (melalui program SPP) maka desa tersebut akan mendapatkan sangsi
yakni tidak akan mendapatkan program bantuan di lain waktu.

3.5. Implikasi Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP)


Berdasarkan hasil wawancara, masuknya program SPP PNPM Mandiri
Pedesaan di Desa Sawarna mendapat respon yang sangat baik dari
masyarakatnya. Karena banyak dari nara sumber mengungkapkan, bahwa
mereka sangat tertarik sekali untuk turut serta dalam program SPP tersebut.
Dengan adanya bantuan dana yang diberikan mereka berharap dapat
mengembangkan usaha mereka menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Dan
masyarakat (khususnya, kaum perempuan) sangat berterima kasih dengan
adanya bantuan dana SPP ini, karena sejak dilaksanakannya para pemanfaat
dapat menyelesaikan beberapa permasalahan ekonomi mereka, seperti bebas
dari jeratan bank keliling dan kaum perempuan di desa Sawarna dapat menjadi
lebih mandiri dan berdaya, karena kini mereka tidak lagi hanya bergelut dalam
ranah privat saja, akan tetapi juga sudah berada di ranah publik. Mereka sudah
dapat bertransformasi menjadi perempuan yang aktif dalam beberapa kegiatan
desa (salah satunya kegiatan PKK) dan mengelola serta mengembangkan usaha
yang telah mereka miliki. Namun sangat disayangkan karena masih banyak
masyarakat yang belum dapat merasakan bantuan dana tersebut untuk
pengembangan usaha mikro mereka. Hal ini dikarenakan dana yang diberikan
masih sangat sedikit sekali.
23
3.6. Permasalahan dari Pelaksanaan Program SPP
Berdasarkan temuan di lapangan, terdapat seorang ketua kelompok yang
menerima bantuan akan tetapi dia tidak memiliki usaha, dan batuan tersebut
digunakan hanya untuk kebutuhan sehari-hari saja. Menurut yang bersangkutan
ia mendapatkan bantuan karena ia sebagai pengurus TPK dan berfungsi untuk
mendampingi anggota kelompoknya dalam kegiatan SPP. Dan ini kami anggap
sebagai salah satu masalah dalam pelaksanaan SPP di Desa Sawarna. Karena
adanya pelaksanaan pemberian bantuan dana dengan tidak tepat sasaran. Selain
itu permasalahan yang ada yakni, masih banyak yang kurang maksimal dalam
mengembangkan usaha (khususnya perempuan di tingkat mikro). Karena tidak
adanya pelatihan yang berorientasi pada peningkatan pengetahuan dan
keterampilan. Tersendatnya proses pemberdayaan perempuan karena adanya
keterbatasan dana yang diberikan oleh pemerintah sehinggga target penerima
manfaat masih dalam sekup yang relatif sediki. Berpotensi menimbulkan
ketergantungan masyarakat terhadap dana SPP, dikarenakan tidak adanya
penerapan aturan main yang tegas dan jelas, dalam hal ini berkaitan dengan
batasan peminjaman dana. Padahal mengenai batasan peminjaman telah
ditetapkan oleh pihak PNPM Mandiri Pedesaan. Hal ini karena tidak adanya
sosialisasi yang jelas dari pihak PNPM Mandiri itu sendiri. Tidak semua
masyarakat mengetahui program SPP dan adanya perbedaan pada pemahaman
dan pelaksanaan terhadap program SPP hal ini dikarenakan sosialisasi yang
dilakukan kurang jelas dan tidak maksimal. Untuk mengtahui lebih jelas
mengenai permasalahan yang muncul dari pelaksanaan program SPP di Desa
Sawarna dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1
Masalah dan Faktor Masalah

Masalah Faktor Masalah


• Masih banyak yang kurang • Dana yang dikucurkan kurang.
maksimal dalam mengembangkan • Pencairan dana cukup lama
usaha (khususnya perempuan di (sekitar ).
tingkat mikro). • Keterbatasan dalam pemberian dana
• Tersendatnya proses pemberdayaan pinjaman.
perempuan. • Tidak adanya batasan peminjaman
• Berpotensi menimbulkan (Continuitas).
ketergantungan masyarakat • Tidak adanya sanksi yang tegas.
terhadap dana SPP. • Kurang maksimalnya sosialisasi.
• Berpotensi pemanfaat menjadi tidak • Alokasi target pemanfaat kurang
disiplin dalam pengembalian selektif.
angsuran. • Belum adanya pelatihan
• Tidak semua masyarakat peningkatan skill (keterampilan).
mengetahui program SPP.
• Adanya perbedaan pada
pemahaman dan pelaksanaan
terhadap program SPP.
• Penyebaran bantuan menjadi tidak
tepat sasaran.
24
• Bentuk usaha pemanfaat tidak
berkembang (monoton).
• Dana SPP menjadi kurang
bermanfaat.

BAB IV
PERAN PROGRAM SPP
DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

4.1. Program SPP dalam Konsep Pemberdayaan


Kemiskinan pada negera – negara di dunia berkembang terjadi karena
program – program pembangunan yang di keluarkan oleh pihak pemerintah
tidak berhasil terealisasikan di kehidupan masyarakat karena terhambat oleh
berbagai faktor – faktor yang terjadi di internal maupun eksternal pemerintah.
Sehingga kemiskinan seperti di Indonesia setiap tahun semakin bertambah,
kegagalan pada program – program pembangunan terkadang dikarenakan
program yang di keluarkan oleh pemerintah tidak melibatkan atau memberi
kesempatan kepada masyrakat miskin untuk ikut serta dalam merenanakan,
melaksanakan, monitoring, dan juga evaluasi program – program pembangunan
yang dicanangkan oleh pemerintah. Dengan kata lain, masyarakat miskin hanya
menjadi objek penderita yang hanya menerima semua keputusan – keputusan
dari pemerintah walaupun terkadang keputusan itu tidak memihak kepada
rakyat miskin.
Baru – baru ini pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
mengeluarkan sebuah program yang bernama program PNPM Mandiri baik kota
maupun masyrakat desa. Dimana dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri
tersebut menggunakan sebuah konsep pemberdayaan masyarkat. Pemberdayaan
sendiri adalah menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan
dan lemah sehinggga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a)
memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),
dalam mengemukakan pendapat, bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan,
bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang
memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatnya dan memperoleh
barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam
proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.14
Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat,
khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena
14
Bahan Ajar Sosiologi Pedesaan semester 3.
25
kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri) maupun karena kondisi
eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil). Dalam hal ini,
SPP sebagai suatu program pemberdayaan masyarakat, dalam kegiatannya
secara tidak langsung menerapkan proses pemberdayaan masyarakat karena SPP
mewadahi masyarakat dalam hal pengembangan ekonomi sosial. Program SPP
memberikan sarana dan fasilitas dengan memberi pinjaman modal usaha yang di
khususkan untuk perempuan. Dalam proses pemberdayaan yang di keluarkan
dalam program SPP ini proses pengorganisasian dan pengelolaan monitoring
dan evaluasi melibatkan para angogota peminjam yang di khususkan oleh
perempuan dengan membuat sebuah kelompok simpan pinjam perempuan.
Sehingga dalam bab ini akan membahas bagaimana sistematika
pengorganisasian program SPP dan pola keterlekatan antara peminjam dan
pemberi modal yang sebelumnya hasil temuan di lapangan sudah di bahas
dalam bab sebelumnya.

4.2. Pola Pengorganisasian Program SPP dalam Teori Siklus Organisasi dan
Struktural Fungsional
Dalam perjalannya, setiap organisasi pasti mengalami pasang surut, hal
tersebut dapat disebut sebagai siklus organisasi. Siklus organisasi terdiri dari
empat tahapan, yakni tahap lahirnya organisasi, tahap tumbuhnya organisasi,
tahap kemunduran organisasi, dan tahap kematian organisasi. Tahap tumbuhnya
organisasi adalah proses awal bagaimana sebuah organisasi dapat terbentuk.
Tahap tumbuhnya organisasi berarti proses jalannya organisasi mulai dari
merintis hingga menuju kepada titik kesuksesan. Tahap kemunduran organisasi
adalah tahapan siklus hidup dimana organisasi gagal mengantisipasi, menyadari,
menghindari, netral atau mengadaptasi tekanan internal dan atau eksternal yang
mempengaruhi pertahanan hidup jangka panjang.
Dalam studi penelitian kali ini kami akan mencoba menganalisis pasang
surut Program SPP menggunakan teori – teori organisasi. Dengan begitu akan
terlihat secara jelas mengenai perjalanan hidup dari organisasi lokal tersebut.
Dan hal ini akan mempermudah dalam membantu para pembaca untuk
memahami Program SPP pada Desa Sawarna secara mendalam. Dalam
pelaksanaan program SPP ini pengoorganisasian berawal dari pihak UPK
memberi informasi kepada pihak TPK selanjutnya pihak TPK dan Monitoring
sosialisasi dan penyeleksian kepada masyarakat untuk membuat KSPP dan
KSPP selanjutnya di ajukan oleh pihak fasilitator desa kepada UPK dan
pencairan dana melalui pihak TPK kepada KSPP, bagian monitoring
selanjutnya melakukan pengawasan dari berjalannya program SPP ini. Sehingga
dalam penjabaran di atas membentuk sebuah sistem organisasi yang di
dalamnya terdapat sebuah struktur fungsional dimana didalam sebuah sistem
tersebut terdapat mekanisme hubungan – hubungan peran masing – masing
sistem di dalam sebuah organisasi SPP.15 Apabila salah satu sistem itu tidak
menjalankan tugasnya dengan baik maka akan menggangu kinerja sistem
lainnya. Dalam penelitian kami pada program SPP di desa Sawarna terdapat
sebuah penyakit atau kendala – kendala dalam pelaksanaan program SPP
tersebut. Di dalam pihak UPK bertugas sebagai sistem pemberi sosialisasi dan
penanggung jawab program SPP ini kurang melaksanakan tugasnya dengan
benar, seperti UPK yang seharusnya menjadi pusat pengelolaan dalam tingkat
15
George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Cet. 6; Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2004), hlm.121
26
kecamatan bertugas memberi proses sosialisasi dan pemberian pelatihan –
pelatihan kepada pihak KSPP tidak terealisasikan. Proses sosialisasi atau
adaptasi hanya dilakukan awal – awal pencairan modal, setelah itu tidak adanya
perkumpulan rutin dengan pihak KSPP untuk proses sosialisasi dan pemberian
pelatihan – pelatihan untuk menambah skill para anggota KSPP, sehingga hal
ini dapat menggangu kinerja mekanisme program SPP yang seharusnya dapat
memberdayakan menjadi kurang efektif dalam pelaksanaanya di lapangan
karena tidak adanya indikator – indikator yang kongkret tentang keberhasilan
dari pihak UPK untuk mengetahui efektifitas organisasi SPP.16
Bukan hanya pihak UPK saja yang tidak menjalankan fungsinya dengan
benar, ternyata pihak TPK dan Monioring terdapat disfungsi dalam pemberian
dan penyeleksian KSPP yang masih bersifat nepotisme, dan pihak monitoring
kurang dalam pengawasan karena masih terjadi kecurangan dan praktek
manipulasi dalam pelaksanaan program tersebut yang disebabkan kurangnya
sosialisasi dan efektifitas organisasi di dalamnya. Sedangkan pihak KSPP juga
mengalami disfungsi dalam pemilihan anggotanya, karena bersifat nepotisme
berdasarkan saudara, kerabat atau teman dekat sehingga program SPP ini tidak
terkena merata kepada pihak yang benar – benar membutuhkan. Kurangnya
sosialisasi juga mengakibatkan KSPP kurang mengetahui mekanisme dari
program tersebut. Pihak FD sebagai fasilitator desa yang seharusnya sebagai
fasilitator dalam program ini, tidak melibatkan KSPP dalam pengajuan
pembuatan proposal sehingga KSPP tidak tahu menahu mengenai prosedur
pembuatan proposal untuk pengajuan pinjaman.
Dari pembahasan tersebut, berdasarkan hasil temuan lapangan terlihat
bahwa hubungan antar sistem di organisasi tidak berjalan dengan baik sehingga
merusak sebuah berjalannya sistem pengorganisasian program SPP tersebut.17
Akibatnya mekanisme pemberdayaan tidak berjalan dengan baik dalam program
SPP tersebut. Selanjutnya, kami akan mengulas proses keterlekatan antara
peminjam dan pemberi modal.

4.3. Pola Keterlekatan dalam pelaksanaan Program SPP


Konsep ini digunakan untuk menjelaskan fenomena perilaku ekonomi
dalam hubungan sosial. Konsep keterlekatan, menurut Granovetter, merupakan
tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan
sosial personal yang sedang berlangsung di antara para aktor. Ini tidak hanya
terbatas terhadap tindakan aktor individual sendiri tetapi juga mencakup
perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti penetapan harga dan institusi-institusi
ekonomi, yang semuanya terpendam dalam suatu jaringan hubungan
sosial. Cara seorang terlekat dalam jaringan hubungan sosial adalah penting
dalam penentuan banyaknya tindakan sosial dan jumlah dari hasil institusional.18
Dalam penerapan program SPP sendiri, keterlekatan ini terjadi pada pihak
penyelenggara dengan pihak peminjam atau yang disebut KSPP (Kelompok
Simpan Pinjam Perempuan). Inilah yang akan membentuk jaringan sosial dalam
program SPP. Keterlekatan ini terjadi pada sebuah kata yang disebut
kepercayaan, kepercayaan antara pemberi modal dan penerima modal ini terjadi
pada pencairan dana dan pengembalian modal. Hal ini bisa terjadi karena
terdapat jaringan hubungan sosial yang sudah berlansung lama dalam sebuah
16
Bahan ajar Sosiologi Organisasi semester 5
17
Bahan ajar Soosiologi Organisasi semester 5
18
Bahan ajar Sosiologi Ekonomi, semester 4
27
masyarakat. Dalam teori keterlekatan ini, sistem kepercayaan dapat
memudahkan para peminjam untuk membutuhkan modal tambahan usaha
mereka karena bersifat bebas dari anggunan, karena pihak pengelola berasal dari
elemen masyarakat sekitar, maka karena itu program SPP ini bersifat dari
masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Namun dalam
pelaksanaannya sistem kepercayaan ini bisa menjadi boomerang dalam
program SPP ini karena hanya mengandalkan sistem kepercayaan tidak terdapat
sanksi yang jelas apabila terjadi kredit macet dalam pelaksanaannya. Dan
terkadang dalam sistem kepercayaan dari jaringan hubungan sosial ini bisa
berakibat, seperti ulasan sebelumnya (yaitu nepotisme dalam kalangan teman
dekat, kerabat, dan saudara). Inilah yang menjadi kekurangan dalam teori
keterlekatan didasarkan rasa percaya yang menjadi penghambat apabila sistem
pengorganisasiannya tidak cukup jelas, seperti ulasan di atas bedasarkan hasil
temuan di lapangan. Dengan sistem keterlekatan yang dibentuk oleh pola
pengorganisasian KSPP dan pihak UPK ini tidak adanya aturan – aturan yang
jelas dalam pengembaliannya karena pinjaman SPP ini bebas dari anggunan,
sehingga sanksi bagi yang tidak mengembalikan uang pinjaman tersebut kurang
tegas karena tidak adanya anggunan yang memaksa mereka untuk membayar
pinjaman hanya berdasarkan rasa kepercayaan semata.

28
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) telah berjalan di Desa Sawarna
selama 2 tahun, yakni mulai dari tahun 2009 sampai dengan 2010, dengan
jumlah Kelompok Simpan Pinjam Perempuan sebanyak 6 kelompok. Pada
tahun 2009 sebanyak 4 (empat) kelompok dan tahun 2010 bertambah sebanyak
2 kelompok. Dalam pelaksanaannya program yang bertujuan guna
memberdayakan perempuan ini, di satu sisi mampu memberikan manfaat bagi
kaum perempuan dan sisi lain memiliki kurangan. Manfaat yang dirasakan oleh
para target sasaran program ini (perempuan) yaitu: terbebasnya masyarakat dari
jeratan “bank keliling”, mampu mengembangkan usaha mikro yang telah kaum
perempuan miliki sebelum menerima bantuan modal (seperti: usaha kredit
pakaian, warung kelontong, jual pulsa elektrik, dan lain sebagainya),
menjadikan wanita lebih berdaya dan mandiri sehingga mampu bertransformasi
ke ranah publik dan hal ini terwujud dalam aktivitas kaum perempuan yang
meningkat (seperti: aktif dalam kegiatan PKK, mampu mengelola usaha mikro
yang mereka miliki, dan lain sebagainya).
Dan hal yang menjadi kurangan dalam pelaksanaan program SPP ini,
yakni: pertama, dikarenakan belum adanya pelatihan peningkatan skill
(keterampilan), pemberian Dana SPP menjadi kurang bermanfaat bagi
targetnya. Sehingga, masih banyak anggota kelompoknya yang kurang
maksimal dalam mengembangkan usaha (khususnya perempuan di tingkat
mikro), sehingga mengakibatkan tersendatnya proses pemberdayaan perempuan
di desa Sawarna. Kedua, karena kurang maksimalnya sosialisasi, sehingga
berpotensi menimbulkan ketergantungan masyarakat terhadap dana SPP dan
tidak semua masyarakat mengetahui program SPP. Karena itu terdapat
perbedaan pemahaman dan pelaksanaan terhadap program SPP. Ketiga,
kurangnya tegasnya sanksi yang diberikan, berpotensi pemanfaat menjadi tidak
disiplin dalam pengembalian angsuran. Keempat, kurang selektifnya alokasi
dana SPP menyebabkan penyebarannya menjadi tidak tepat sasaran.
Berdasarkan dari kajian – kajian teori terhadap program SPP ini terlihat
sekali bahwa kurangnya akan sistem pengorganisasian yang jelas dan sosialisasi
pada program tersebut akan menimbulkan masih kurang maksimalnya dalam
meningkatkan usaha mikro bagi KSPP. Berpotensi menimbulkan
ketergantungan karena sistem pengorganisasian yang tak jelas dan sanksi yang
tidak tegas karena masyarakat beranggapan kalau pinjaman ini akan terus
29
menerus ada disebabkan kurangnnya sosialisasi. Kurangnya sosialisasi juga
menimbulkan tidak terjadinya perputaran dana SPP dsn dana pinjaman tersebut
hanya bersifat monoton dan masyarakat pada umumnya tidak mengetahui
mengenai pinjaman SPP tersebut. Dengan adanya praktek nepotisme dalam
penurunan atau pencairan dana SPP tidak tepat sasaran dan tidak merata yang
disebabkan oleh hal tersebut. Dengan hal – hal yang terjadi seperti di atas
mengakibatkan tersendatnya proses pemberdayaaan perempuan yang di
rencankan secara struktural fungsional karena terjadinya disfungsi – disfungsi
pada penerapan di lapangannya.

5.2. Rekomendasi
Berdasarkan permasalahan yang muncul maupun hal-hal yang berpotensi
menjadi masalah dari pelaksanaan Program SPP di Desa Sawarna, kelompok
kami merekomendasikan beberapa hal untuk melengkapi dan memperbaiki
kekurangan dari pelaksanaan Program SPP tersebut. Berikut adalah
rekomendasi yang kami ajukan:
1. Menambah jumlah anggaran dana pinjaman SPP.
2. Proses pencairan dana dipercepat, dengan mempersingkat waktu
penyuluhan SPP. Agar lebih efisien dan efektif, dan pada akhirnya
pemanfaat dapat mengembangkan usahanya lebih cepat.
3. Adanya batasan pinjaman maksimal yang diberikan pada pemanfaat. Agar
masyarakat lainnya dapat merasakan pula bantuan dana.
4. Adanya indikator penilaian kemandirian bagi pemanfaat yang sudah
mandiri.
5. Apabila sudah ada pemanfaat yang mandiri, agar dimitrakan dengan bank
atau swasta agar dapat meminjam modal lebih besar, sehingga usaha
mereka dapat berkembang lebih besar.
6. Harus terdapat sanksi yang tegas agar pelaksanaan SPP dapat berjalan
dengan baik. Sehingga apabila terdapat kemacetan dalam pengembalian
dapat terselesaikan secara cepat.
7. Sosialiasasi harus disampaikan secara utuh mulai kepada TPK, Ketua
KSPP, Monitoring, Aparatur Desa, Fasdes, dan Masyarakat. Sehingga para
stakeholder dapat memahami PNPM Mandiri Pedesaan dan program yang
ada di dalamnya (pembangunan fisik dan ekonomi) secara utuh. Dan pada
akhirnya proggram yang dijalankan dapat berjalan sesuai dengan prosedur
dan aturan main.
8. Penentuan penerima manfaat harus sesuai dengan aturan main program
yang sudah ditentukan.
9. Pemilihan ketua harus lebih selektif, orang yang berkompeten, lebih
memahami program dengan baik, dan lebih objektif.
10. Dalam pemberian dana SPP juga harus objektif.
11. Harus ada pelatihan guna peningkatan keterampilan dan pengetahuan bagi
masyarakat (baik perempuan dan laki-laki) dalam rangka pemberdayaan
masyarakat (seperti: pelatihan manajemen keuangan, pelatihan pembuatan
kerajinan yang memanfaatkan SDA di desa, pelatihan membuat kue,
pelatihan menjahit, dsb).
12. Bermitra dengan lembaga yang berkompeten dengan pelatihan-pelatihan
tersebut.
30
13. Melibatkan pihak swasta untuk mendapatkan modal usaha.

Tabel 5.1
Kesimpulan Penelitian

Program SPP di Masalah Faktor Rekomendasi


Lapangan
• Dana SPP yang • Masih banyak • Dana yang • Menambah jumlah
diberikan per yang kurang dikucurkan anggaran dana pinjaman
anggota kelompok maksimal dalam kurang. SPP
rata-rata sebesar mengembangkan • Pencairan • Proses pencairan dana
Rp 1.000.000. usaha (khususnya dana cukup dipercepat, dengan
• Syarat pengajuan perempuan di lama mempersingkat waktu
pinjaman SPP tingkat mikro). (sekitar ). penyuluhan SPP. Agar
cukup degan KTP. • Tersendatnya • Keterbatasan lebih efisien dan efektif,
• Mengikuti 5 – 7 proses dalam dan pada akhirnya
kali pertemuan pemberdayaan pemberian pemanfaat dapat
sosialisasi bersama perempuan. dana mengembangkan usahanya
calon-calon • Berpotensi pinjaman. lebih cepat.
pemanfaat, baru menimbulkan • Tidak adanya • Adanya batasan pinjaman
bisa dicairkan ketergantungan batasan maksimal yang diberikan
dananya. masyarakat peminjaman pada pemanfaat. Agar
• Pengembalian terhadap dana (Continuitas). masyarakat lainnya dapat
setiap tanggal 1-4 SPP. • Tidak adanya merasakan pula bantuan
tiap bulan selama • Berpotensi sanksi yang dana.
12 bulan. Pada pemanfaat tegas. • Adanya indikator penilaian
awal pemberian menjadi tidak • Kurang kemandirian bagi
dana SPP, ada disiplin dalam maksimalnya pemanfaat yang sudah
biaya tabungan pengembalian sosialisasi. mandiri.
sukarela sebesar angsuran. • Alokasi target • Apabila sudah ada
Rp 50.000. • Tidak semua pemanfaat pemanfaat yang mandiri,
• Setiap masyarakat kurang agar dimitrakan dengan
pengembalian mengetahui selektif. bank atau swasta agar
dikenakan dana program SPP. • Belum dapat meminjam modal
asuransi Rp 4.000 • Adanya adanya lebih besar, sehingga usaha
dan administrasi perbedaan pada pelatihan mereka dapat berkembang
Rp 3.000. pemahaman dan peningkatan lebih besar.
• Setelah lunas pelaksanaan skill • Harus terdapat sanksi yang
diijinkan terhadap program (keterampilan tegas agar pelaksanaan
31
meminjam lagi SPP. ). SPP dapat berjalan dengan
meskipun sudah • Penyebaran baik. Sehingga apabila
dirasa mandiri. bantuan menjadi terdapat kemacetan dalam
• Untuk diberikan tidak tepat pengembalian dapat
pinjaman lagi ada sasaran. terselesaikan secara cepat.
2 kriteria, yakni • Bentuk usaha • Sosialiasasi harus
lancar dalam pemanfaat tidak disampaikan secara utuh
membayar dan berkembang mulai kepada TPK, Ketua
terpercaya. (monoton). KSPP, Monitoring,
• Telat dalam • Dana SPP Aparatur Desa, Fasdes,
pengembalian menjadi kurang dan Masyarakat. Sehingga
tidak apa-apa, bermanfaat. para stakeholder dapat
selama masih bisa memahami PNPM Mandiri
membayar. Pedesaan dan program
Pemilihan ketua yang ada di dalamnya
KSPP ada 2 cara, (pembangunan fisik dan
yaitu bisa ditunjuk ekonomi) secara utuh. Dan
oleh desa dan juga pada akhirnya proggram
bisa mengajukan yang dijalankan dapat
kelompoknya berjalan sesuai dengan
sendiri. prosedur dan aturan main.
• Penentuan penerima
manfaat harus sesuai
dengan aturan main
program yang sudah
ditentukan.
• Pemilihan ketua harus
lebih selektif, orang yang
berkompeten, lebih
memahami program
dengan baik, dan lebih
objektif.
• Dalam pemberian dana
SPP juga harus objektif.
• Harus ada pelatihan guna
peningkatan keterampilan
dan pengetahuan bagi
masyarakat (baik
perempuan dan laki-laki)
dalam rangka
pemberdayaan masyarakat
(seperti: pelatihan
manajemen keuangan,
pelatihan pembuatan
kerajinan yang
memanfaatkan SDA di
desa, pelatihan membuat
kue, pelatihan menjahit,
dsb).
32
• Bermitra dengan lembaga
yang berkompeten dengan
pelatihan-pelatihan
tersebut.
• Melibatkan pihak swasta
untuk mendapatkan modal
usaha.

DAFTAR PUSTAKA

Ritzer, George & Douglas J. Goodman, 2004. Teori Sosiologi Modern, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group) Cetakan keenam.
Riant, Nugroho, Wrihatnolo, Randy R, dan Dwidjowijoto. 2007. Manajemen
Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan Panduan Untuk Pemberdayaan
Masyarakat, (Jakarta : Elex Media Komputindo).
Buku Profil Desa Sawarna Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak Tahun 2010
Bahan ajar Mata Kuliah Sosiologi Pedesaan, semester 3.
Bahan ajar Mata Kuliah Sosiologi Ekonomi, semester 4.
Bahan ajar Mata Kuliah Sosiologi Organisasi, semester 5.
Bahan ajar Mata Kuliah Evaluasi Program Pembangunan, semester 6.
http://id.wikipedia.org/wiki/PNPM_Mandiri_Pedesaan (diakses pada tanggal 23 April
2010)
http://ponorogozone.files.wordpress.com/2009/10/124583401609-00-16.jpg (diakses
pada tanggal 23 April 2010)
http://eprints.undip.ac.id/19347/1/STUDI_EVALUASI_PNPM_PPK_.pdf. (diakses
pada tanggal 15 Juli 2010)
http://eprints.undip.ac.id/19347/1/STUDI_EVALUASI_PNPM_PPK_.pdf. (diakses
pada tanggal 15 Juli 2010)

33

You might also like