Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK :
FIKRI RISWANDI
RETNO ANGGOROWATI
SONI MARTINO
WITA AFRIANTY
YANSEN PANJAITAN
1
ABSTRAK
1
Wrihatnolo, Randy R, dan Riant, Nugroho, Dwidjowijoto. 2007. Manajemen Pemberdayaan : Sebuah
Pengantar dan Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta : Elex Media Komputindo, hlm. 43
2
Ibid., hlm. 11.
3
Opcit., Oleh Supriatna, 1997: 62.
2
hasil tulisan ini akan disajikan beberapa rekomendasi untuk melengkapi kekurangan
yang ada.
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
.................................................................................................................................
1
1.2. Permasalahan Penelitian
.................................................................................................................................
3
1.3. Tujuan dan Signifikansi Penelitian
.................................................................................................................................
4
1.4. Telaah Pustaka
.................................................................................................................................
5
1.5. Kerangka Konseptual
.................................................................................................................................
8
1.5.1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat
.......................................................................................................................
8
1.5.2. Teori Siklus Organisasi
.......................................................................................................................
9
1.5.3. Teori Struktural Fungsional
.......................................................................................................................
10
1.5.4. Teori Keterlekatan
.......................................................................................................................
11
1.5.5. Metode Evaluasi
.......................................................................................................................
12
1.6. Prosedur Prosedur
.................................................................................................................................
12
1.6.1. Rancangan Penelitian Kualitatif
.......................................................................................................................
12
1.6.2. Peran Peneliti
.......................................................................................................................
13
1.6.3. Prosedur Pengumpulan Data
.......................................................................................................................
13
1.6.4. Prosedur Analisis Data
.......................................................................................................................
14
3
1.6.5. Strategi Verifikasi Temuan Penelitian
.......................................................................................................................
15
1.7. Sistematika Penulisan
.................................................................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
4
http://id.wikipedia.org/wiki/PNPM_Mandiri_Pedesaan
5
Sumber: http://ponorogozone.files.wordpress.com/2009/10/124583401609-00-16.jpg
6
Dari ketiga kategori di atas maka nanti kita akan melihat masyarakat Desa
Sawarna dapat digolongkan ke dalam kelompok yang mana.
Pemberdayaan masyarakat lokal dapat dilakukan oleh semua orang
maupun semua instansi dan organisasi. Dan dalam lingkup penelitian kami,
masalah yang akan kami kaji adalah mengenai peran program pemerintah
terhadap pemberdayaan masyarakat Desa Sawarna. PNPM Mandiri Pedesaan
memiliki tiga program yang telah menjadi program pokok untuk dilaksanakan
dalam PNMPM Mandiri Pedesaan, yaitu program ekonomi, program sosial, dan
program lingkungan (pembangunan fisik). Dari ketiga program yang dimiliki
PNPM Mandiri tersebut, maka yang akan menjadi fokus penelitian kelompok
kami adalah mengenai program ekonomi, yakni “Simpan Pinjam Perempuan” di
dalam PNPM Mandiri Pedesaan. Kami akan mencoba untuk meneliti sejauh
mana peran program pemerintah yang berskala nasional ini di Desa Sawarna.
Sehingga kita dapat mengetahui apakah dengan keberadaan PNPM Mandiri
Pedesaan di Desa Sawarna dapat menjadikan masyarakat setempat menjadi
lebih berdaya atau tidak.
Untuk menjelaskan masalah yang akan kami kaji, maka akan
tergambarkan melalui beberapa pertanyaan penelitian, baik itu pertanyaan
penelitian induk dan pertanyaan penelitian turunan. Diantaranya sebagai
berikut:
1. Bagaimana awal mula keberadaan Program Simpan Pinjam Perempuan di
Desa Sawarna?
2. Bagaimana sistem pengelolaan Program Simpan Pinjam Perempuan di
Desa Sawarna?
3. Apa manfaat yang dirasakan masyarakat dalam pelaksanaan Program
Simpan Pinjam Perempuan?
5
Studi tersebut diambil dari http://eprints.undip.ac.id/19347/1/STUDI_EVALUASI_PNPM_PPK_.pdf. (diakses
pada tanggal 15 Juli 2010)
6
http://eprints.undip.ac.id/19347/1/STUDI_EVALUASI_PNPM_PPK_.pdf . (diakses pada tanggal 15 Juli 2010)
8
2. Kehadiran perempuan dalam tahapan pelaksanaan program tersebut telah
mencapai lebih dari 63,17% dari jumlah keseluruhan perempuan, sehingga
dianggap efektif dan telah terwakilkan.
3. Tingkat keswadayaan cukup berhasil. Hal tersebut dapat dilihat dari
besarnya antusiasme masyarakat yang terlibat dalam memberikan berbagai
sumbangan di beberapa desa di Kelurahan Suradadi.
4. Pemerintah memberikan dukungan yang besar dalam terselenggarakannya
program PNPM-PPK tersebut.
5. Kebermanfaatan program ini sangat dirasakan oleh orang miskin yang
menerima bantuan ini. Karena apa yang diberikan disesuaikan dengan apa
yang dibutuhkan masing-masing desa.
6. Dana tersebut sudah dianggap tepat sasaran ,efektif, dan terlah berjalan
sesuai dengan prosedur. Selain itu pembayaran angsuran pun lancar dan
tepat waktu.
7. Orang miskin kurang dilibatkan dalam berbagai forum-forum atau
musyawarah, padahal antusiasme masyarakat sangat tinggi. Hal ini tidak
sesuai dengan prinsip dasar PNPM-PPK yaitu keberpihakan pada orang
miskin.
8. Masih kurangnya pelatihan atau pendidikan yang diberikan. Hanya ada satu
desa saja yang mendapatkan pelatihan, yaitu berupa pelatihan tata rias.
9. Tidak terpeliharanya sarana yang diberikan karena kurang adanya rasa
memliki.
10. Bantuan yang seharusnya diberikan untuk membuka atau memajukan usaha
justru digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Sehingga mereka
tidak dapat mengembangkan perekonomiannya.
11. Tidak adanya sanksi tegas apabila ada anggota yang terlambat membayar
angsuran.
Dari studi tersebut dapat dijadikan acuan dalam penulisan laporan ini.
Dimana studi tersebut dapat dilihat relevansinya dengan laporan ini dari
berbagai aspek. Seperti letak teritorial yang tidak jauh berbeda dengan Desa
Sawarna. Yaitu terlatak di daerah pesisir dan daratan. Sehingga mata
pencaharian penduduk pun bermacam-macam. Selain itu program yang diambil
dari laporan ini yaitu Program SPP merupakan salah satu bantuan yang
diberikan dalam program PNPM-PPK. Maka hasil studi tersebut dapat dijadikan
sebagai perbandingan dengan laporan ini.
10
Tahap kemunduran organisasi adalah tahapan siklus hidup dimana
organisasi gagal mengantisipasi, menyadari, menghindari, netral atau
mengadaptasi tekanan internal dan atau eksternal yang mempengaruhi
pertahanan hidup jangka panjang. Biasanya sebuah organisasi mengalami
kemunduran diakibatkan oleh problem kepemimpinan dan perubahan
manajemen serta kebijakan. Sedangkan, tahapan kematian organisasi
adalah kondisi saat organisasi tidak bisa lagi menjalankan aktifitasnya,
karena permasalahan yang dihadapi tidak dapat diatasi (dissolution).
Bahkan, restrukturisasi radikal pun tidak dapat membuat organisasi
tersebut kembali bekerja.7
Dalam studi penelitian kali ini kami akan mencoba menganalisis
pasang surut PNPM Mandiri menggunakan teori siklus organisasi ini.
Dengan begitu akan terlihat secara jelas mengenai perjalanan hidup dari
organisasi lokal tersebut. Dan hal ini akan mempermudah dalam
membantu para pembaca untuk memahami PNPM Mandiri pada Desa
Sawarna secara mendalam.
7
Bahan ajar Sosiologi Organisasi, semester 5.
11
terpendam dalam suatu jaringan hubungan sosial. Cara seorang terlekat
dalam jaringan hubungan sosial adalah penting dalam penentuan
banyaknya tindakan sosial dan jumlah dari hasil institusional8. Dalam
penerapan program SPP ini sendiri keterlekatan ini terjadi pihak
penyelenggara dengan pihak peminjam atau yang disebut KSPP
(Kelompok Simpan Pinjam Perempuan). Inilah yang akan membentuk
jaringan social dalam program SPP.
Observasi
Observasi digunakan untuk menyajikan gambaran realistis perilaku
dan kejadian dengan cara peneliti mengamati langsung kelapangan.
Dengan melakukan observasi, peneliti akan lebih mudah dalam
mendapatkan data dari informan yang termasuk rahasia sekalipun karena
denan melakukan observasi peneliti akan mudah mengenal
karakter,perilaku informan.
Dokumen
Peneliti mencari data dokumentasi seperti data wilayah desa dari
kelurahan/ Kantor Desa, sejarah dan tujuan PNPM Mandiri Pedesaan dan
arsip-arsip yang diberikan oleh PNPM Mandiri. Dan juga hal hal yang
penting yang mendukung penelitian kami.
13
penggunan teori di dalamnya. Dalam peneltian kualitatif proposal ini
menggunkan alur berpikir deduktif induktif.
14
BAB II
PROFIL DESA SAWARNA
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk
Keterangan Jumlah
Jumlah total 4028 Orang
Jumlah Laki-laki 2043 Orang
Jumlah Perempuan 1985 Orang
Jumlah kepala Keluarga 1058 KK
Sumber data: Kantor Balai Desa
Dari segi pendidikan, warga desa Sawarna sebanyak sekitar 80% adalah
lulusan SLTP. Seperti yang diperlihatkan pada rincian di bawah ini.
Tabel 2.2
Pendidikan
Keterangan Jumlah
Belum sekolah 560 Orang
Usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah - Orang
Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat 5 Orang
Tamat SD/sederajat 1358 Orang
SLTP/sederajat 3190 Orang
SLTA/sederajat 976 Orang
D-I 28 Orang
D-II 69 Orang
DIII 11 Orang
S-I 50 Orang
S-II 4 Orang
S-III - Orang
Sumber data: Kantor Balai Desa
17
masyarakat desa Sawarna sudah sadar teknologi. Berikut adalah rincian mata
pencaharian warga.
Tabel 2.3
Mata Pencaharian Pokok
Tabel 2.4
Lembaga Pemerintahan
Keterangan Jumlah
Pemerintahan Desa
Jumlah aparat 4 orang
Pendidikan Kepala Desa S.1
Pendidikan Sekretaris Desa S-1
Jumlah RW/dusun/taparu atau sebutan lain 10 RW
Jumlah RT atau sebutan lain 17 RT
Badan Perwakilan Desa
Jumlah anggota 10 orang
Pendidikan ketua BPD d.III
Sumber data: Kantor Balai Desa
Tabel 2.5
Lembaga Kemasyarakatan
Keterangan Jumlah
ORGANISASI PEREMPUAN 1 Kelompok
Jumlah anggota 30 Orang
ORGANISASI PEREMPUAN (PKK) 1
Jumlah anggota 80 Orang
ORGANISASI PEMUDA 5 Kelompok
Jumlah anggota 150 Orang
ORGANISASI KARANG TARUNA 1
Jumlah anggota 80 orang
ORGANISASI PROFESI (misalnya : petani) 5 Kelompok
Jumlah anggota 500 Orang
LKMD atau sebutan lain LPMD
19
Jumlah anggota 9 Orang
KELOMPOK GOTONG ROYONG 7 Kelompok
Jumlah anggota 400 Orang
Sumber data: Kantor Balai Desa
Dalam hal ini, fokus penelitian yang telah dilakukan adalah pada program
SPP (Simpan Pinjam Perempuan) di daerah pedesaan, salah satunya desa
Sawarna ini. Program SPP tersebut merupakan salah satu produk dari Program
PNPM Mandiri pedesaan. Program SPP ini dibuat untuk membantu
memberikan kegiata positif para perempuan di desa Sawarna agar pembangunan
ekonomi di desa ini dapat lebih baik dengan adanya wanita-wanita yang
berusaha dengan tenaga kreatif mereka.
BAB III
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI
PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN
20
desa mana dulu yang mendapat dana bantuan pembangunan dari PNPM Mandiri
Pedesaan lebih dahulu.11
Penentuan desa mana yang mendapat lebih dulu, ditentukan berdasarkan
desa mana yang lancar dalam pengembalian dan yang memiliki potensial
terbesar dalam memberdayakan masyarakatnya. Setelah ditentukan bahwa desa
Sawarna mendapatkan dana bantuan PNPM Mandiri Pedesaan lebih dulu, maka
kemudian dipilihlah para ketua KSPP yang akan bertanggungjawab dalam
pengelolaan dana dan penentuan penerima manfaat. Ketua KSPP pun dipilih
dari warga perempuan yang aktif dalam kegiatan pembangunan desa ataupun
aktif mengikuti penyuluhan/ sosialisasi dari PNPM Mandiri Pedesaan.12 Berikut
adalah gambar dari beberapa ketua KSPP yang kelompok kami temui:
Gambar 1 Gambar 2
11
Hasil wawancara dengan Fasilitator Desa, Bapak Sandi
12
Hasil wawancara dengan Ketua KSPP, Ibu Ida
21
Fasilitator Desa (Fasdes) sebagai bagian dari aparatur desa berperan dalam
memfasilitasi jalannya program pembangunan desa. Dalam berjalannya program
SPP ini, Fasdes berperan dalam mensosialisasikan program SPP dan
memfasilitasi masyarakat dalam mengajukan usulan ke desa dan mengajukan
proposal ke UPK. Jadi Fasdes bertanggungjawab dalam proses pengajuan
permohonan dana pinjaman SPP dan juga saat ada hambatan dalam
pengembalian iuran dana SPP ke UPK. Fasdes akan memberikan penyuluhan
dan binaan kepada anggota kelompok SPP yang bermasalah.13
Agar seluruh warga desa mengetahui dan tertarik untuk mengikuti
program SPP PNPM Mandiri Pedesaan ini, maka digunakan sarana sosialisasi
melalui rapat-rapat di musyawarah dusun ataupun dalam penyuluhan-
penyuluhan di kantor desa. Sosialisasi juga dilakukan hingga ke tingkat RT/RW
melalui penyuluhan-penyuluhan.
Salah satu syarat utama untuk menjadi anggota penerima manfaat dana
SPP ini pun, salah satunya diharuskan sering mengikuti penyuluhan-penyuluhan
yang diadakan oleh pihak PNPM Mandiri Pedesaan. Penyuluhan tersebut
dilakukan secara berkelanjutan agar anggota penerima manfaat dana SPP ini
paham betul tentang program dan tujuan akhir dari program SPP tersebut.
Sehingga target penyaluran dana bantuan SPP menjadi tepat sasaran dan dapat
terberdaya warga masyarakat yang menggunakannya. Penyuluhan dilakukan
sebanyak 5 (lima) hingga 7 (tujuh) kali pertemuan, yang membahas mengenai
program SPP secara lebih mendalam.
13
Hasil wawancara dengan Fasilitator Desa, Bapak Sandi
22
sebesar Rp. 943.000,- hingga Rp 941.000,- hal ini tergantung pada besar atau
kecilnya biaya administrasi yang dikeluarkan.
Tabel 3.1
Masalah dan Faktor Masalah
BAB IV
PERAN PROGRAM SPP
DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
4.2. Pola Pengorganisasian Program SPP dalam Teori Siklus Organisasi dan
Struktural Fungsional
Dalam perjalannya, setiap organisasi pasti mengalami pasang surut, hal
tersebut dapat disebut sebagai siklus organisasi. Siklus organisasi terdiri dari
empat tahapan, yakni tahap lahirnya organisasi, tahap tumbuhnya organisasi,
tahap kemunduran organisasi, dan tahap kematian organisasi. Tahap tumbuhnya
organisasi adalah proses awal bagaimana sebuah organisasi dapat terbentuk.
Tahap tumbuhnya organisasi berarti proses jalannya organisasi mulai dari
merintis hingga menuju kepada titik kesuksesan. Tahap kemunduran organisasi
adalah tahapan siklus hidup dimana organisasi gagal mengantisipasi, menyadari,
menghindari, netral atau mengadaptasi tekanan internal dan atau eksternal yang
mempengaruhi pertahanan hidup jangka panjang.
Dalam studi penelitian kali ini kami akan mencoba menganalisis pasang
surut Program SPP menggunakan teori – teori organisasi. Dengan begitu akan
terlihat secara jelas mengenai perjalanan hidup dari organisasi lokal tersebut.
Dan hal ini akan mempermudah dalam membantu para pembaca untuk
memahami Program SPP pada Desa Sawarna secara mendalam. Dalam
pelaksanaan program SPP ini pengoorganisasian berawal dari pihak UPK
memberi informasi kepada pihak TPK selanjutnya pihak TPK dan Monitoring
sosialisasi dan penyeleksian kepada masyarakat untuk membuat KSPP dan
KSPP selanjutnya di ajukan oleh pihak fasilitator desa kepada UPK dan
pencairan dana melalui pihak TPK kepada KSPP, bagian monitoring
selanjutnya melakukan pengawasan dari berjalannya program SPP ini. Sehingga
dalam penjabaran di atas membentuk sebuah sistem organisasi yang di
dalamnya terdapat sebuah struktur fungsional dimana didalam sebuah sistem
tersebut terdapat mekanisme hubungan – hubungan peran masing – masing
sistem di dalam sebuah organisasi SPP.15 Apabila salah satu sistem itu tidak
menjalankan tugasnya dengan baik maka akan menggangu kinerja sistem
lainnya. Dalam penelitian kami pada program SPP di desa Sawarna terdapat
sebuah penyakit atau kendala – kendala dalam pelaksanaan program SPP
tersebut. Di dalam pihak UPK bertugas sebagai sistem pemberi sosialisasi dan
penanggung jawab program SPP ini kurang melaksanakan tugasnya dengan
benar, seperti UPK yang seharusnya menjadi pusat pengelolaan dalam tingkat
15
George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Cet. 6; Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2004), hlm.121
26
kecamatan bertugas memberi proses sosialisasi dan pemberian pelatihan –
pelatihan kepada pihak KSPP tidak terealisasikan. Proses sosialisasi atau
adaptasi hanya dilakukan awal – awal pencairan modal, setelah itu tidak adanya
perkumpulan rutin dengan pihak KSPP untuk proses sosialisasi dan pemberian
pelatihan – pelatihan untuk menambah skill para anggota KSPP, sehingga hal
ini dapat menggangu kinerja mekanisme program SPP yang seharusnya dapat
memberdayakan menjadi kurang efektif dalam pelaksanaanya di lapangan
karena tidak adanya indikator – indikator yang kongkret tentang keberhasilan
dari pihak UPK untuk mengetahui efektifitas organisasi SPP.16
Bukan hanya pihak UPK saja yang tidak menjalankan fungsinya dengan
benar, ternyata pihak TPK dan Monioring terdapat disfungsi dalam pemberian
dan penyeleksian KSPP yang masih bersifat nepotisme, dan pihak monitoring
kurang dalam pengawasan karena masih terjadi kecurangan dan praktek
manipulasi dalam pelaksanaan program tersebut yang disebabkan kurangnya
sosialisasi dan efektifitas organisasi di dalamnya. Sedangkan pihak KSPP juga
mengalami disfungsi dalam pemilihan anggotanya, karena bersifat nepotisme
berdasarkan saudara, kerabat atau teman dekat sehingga program SPP ini tidak
terkena merata kepada pihak yang benar – benar membutuhkan. Kurangnya
sosialisasi juga mengakibatkan KSPP kurang mengetahui mekanisme dari
program tersebut. Pihak FD sebagai fasilitator desa yang seharusnya sebagai
fasilitator dalam program ini, tidak melibatkan KSPP dalam pengajuan
pembuatan proposal sehingga KSPP tidak tahu menahu mengenai prosedur
pembuatan proposal untuk pengajuan pinjaman.
Dari pembahasan tersebut, berdasarkan hasil temuan lapangan terlihat
bahwa hubungan antar sistem di organisasi tidak berjalan dengan baik sehingga
merusak sebuah berjalannya sistem pengorganisasian program SPP tersebut.17
Akibatnya mekanisme pemberdayaan tidak berjalan dengan baik dalam program
SPP tersebut. Selanjutnya, kami akan mengulas proses keterlekatan antara
peminjam dan pemberi modal.
28
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) telah berjalan di Desa Sawarna
selama 2 tahun, yakni mulai dari tahun 2009 sampai dengan 2010, dengan
jumlah Kelompok Simpan Pinjam Perempuan sebanyak 6 kelompok. Pada
tahun 2009 sebanyak 4 (empat) kelompok dan tahun 2010 bertambah sebanyak
2 kelompok. Dalam pelaksanaannya program yang bertujuan guna
memberdayakan perempuan ini, di satu sisi mampu memberikan manfaat bagi
kaum perempuan dan sisi lain memiliki kurangan. Manfaat yang dirasakan oleh
para target sasaran program ini (perempuan) yaitu: terbebasnya masyarakat dari
jeratan “bank keliling”, mampu mengembangkan usaha mikro yang telah kaum
perempuan miliki sebelum menerima bantuan modal (seperti: usaha kredit
pakaian, warung kelontong, jual pulsa elektrik, dan lain sebagainya),
menjadikan wanita lebih berdaya dan mandiri sehingga mampu bertransformasi
ke ranah publik dan hal ini terwujud dalam aktivitas kaum perempuan yang
meningkat (seperti: aktif dalam kegiatan PKK, mampu mengelola usaha mikro
yang mereka miliki, dan lain sebagainya).
Dan hal yang menjadi kurangan dalam pelaksanaan program SPP ini,
yakni: pertama, dikarenakan belum adanya pelatihan peningkatan skill
(keterampilan), pemberian Dana SPP menjadi kurang bermanfaat bagi
targetnya. Sehingga, masih banyak anggota kelompoknya yang kurang
maksimal dalam mengembangkan usaha (khususnya perempuan di tingkat
mikro), sehingga mengakibatkan tersendatnya proses pemberdayaan perempuan
di desa Sawarna. Kedua, karena kurang maksimalnya sosialisasi, sehingga
berpotensi menimbulkan ketergantungan masyarakat terhadap dana SPP dan
tidak semua masyarakat mengetahui program SPP. Karena itu terdapat
perbedaan pemahaman dan pelaksanaan terhadap program SPP. Ketiga,
kurangnya tegasnya sanksi yang diberikan, berpotensi pemanfaat menjadi tidak
disiplin dalam pengembalian angsuran. Keempat, kurang selektifnya alokasi
dana SPP menyebabkan penyebarannya menjadi tidak tepat sasaran.
Berdasarkan dari kajian – kajian teori terhadap program SPP ini terlihat
sekali bahwa kurangnya akan sistem pengorganisasian yang jelas dan sosialisasi
pada program tersebut akan menimbulkan masih kurang maksimalnya dalam
meningkatkan usaha mikro bagi KSPP. Berpotensi menimbulkan
ketergantungan karena sistem pengorganisasian yang tak jelas dan sanksi yang
tidak tegas karena masyarakat beranggapan kalau pinjaman ini akan terus
29
menerus ada disebabkan kurangnnya sosialisasi. Kurangnya sosialisasi juga
menimbulkan tidak terjadinya perputaran dana SPP dsn dana pinjaman tersebut
hanya bersifat monoton dan masyarakat pada umumnya tidak mengetahui
mengenai pinjaman SPP tersebut. Dengan adanya praktek nepotisme dalam
penurunan atau pencairan dana SPP tidak tepat sasaran dan tidak merata yang
disebabkan oleh hal tersebut. Dengan hal – hal yang terjadi seperti di atas
mengakibatkan tersendatnya proses pemberdayaaan perempuan yang di
rencankan secara struktural fungsional karena terjadinya disfungsi – disfungsi
pada penerapan di lapangannya.
5.2. Rekomendasi
Berdasarkan permasalahan yang muncul maupun hal-hal yang berpotensi
menjadi masalah dari pelaksanaan Program SPP di Desa Sawarna, kelompok
kami merekomendasikan beberapa hal untuk melengkapi dan memperbaiki
kekurangan dari pelaksanaan Program SPP tersebut. Berikut adalah
rekomendasi yang kami ajukan:
1. Menambah jumlah anggaran dana pinjaman SPP.
2. Proses pencairan dana dipercepat, dengan mempersingkat waktu
penyuluhan SPP. Agar lebih efisien dan efektif, dan pada akhirnya
pemanfaat dapat mengembangkan usahanya lebih cepat.
3. Adanya batasan pinjaman maksimal yang diberikan pada pemanfaat. Agar
masyarakat lainnya dapat merasakan pula bantuan dana.
4. Adanya indikator penilaian kemandirian bagi pemanfaat yang sudah
mandiri.
5. Apabila sudah ada pemanfaat yang mandiri, agar dimitrakan dengan bank
atau swasta agar dapat meminjam modal lebih besar, sehingga usaha
mereka dapat berkembang lebih besar.
6. Harus terdapat sanksi yang tegas agar pelaksanaan SPP dapat berjalan
dengan baik. Sehingga apabila terdapat kemacetan dalam pengembalian
dapat terselesaikan secara cepat.
7. Sosialiasasi harus disampaikan secara utuh mulai kepada TPK, Ketua
KSPP, Monitoring, Aparatur Desa, Fasdes, dan Masyarakat. Sehingga para
stakeholder dapat memahami PNPM Mandiri Pedesaan dan program yang
ada di dalamnya (pembangunan fisik dan ekonomi) secara utuh. Dan pada
akhirnya proggram yang dijalankan dapat berjalan sesuai dengan prosedur
dan aturan main.
8. Penentuan penerima manfaat harus sesuai dengan aturan main program
yang sudah ditentukan.
9. Pemilihan ketua harus lebih selektif, orang yang berkompeten, lebih
memahami program dengan baik, dan lebih objektif.
10. Dalam pemberian dana SPP juga harus objektif.
11. Harus ada pelatihan guna peningkatan keterampilan dan pengetahuan bagi
masyarakat (baik perempuan dan laki-laki) dalam rangka pemberdayaan
masyarakat (seperti: pelatihan manajemen keuangan, pelatihan pembuatan
kerajinan yang memanfaatkan SDA di desa, pelatihan membuat kue,
pelatihan menjahit, dsb).
12. Bermitra dengan lembaga yang berkompeten dengan pelatihan-pelatihan
tersebut.
30
13. Melibatkan pihak swasta untuk mendapatkan modal usaha.
Tabel 5.1
Kesimpulan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Ritzer, George & Douglas J. Goodman, 2004. Teori Sosiologi Modern, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group) Cetakan keenam.
Riant, Nugroho, Wrihatnolo, Randy R, dan Dwidjowijoto. 2007. Manajemen
Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan Panduan Untuk Pemberdayaan
Masyarakat, (Jakarta : Elex Media Komputindo).
Buku Profil Desa Sawarna Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak Tahun 2010
Bahan ajar Mata Kuliah Sosiologi Pedesaan, semester 3.
Bahan ajar Mata Kuliah Sosiologi Ekonomi, semester 4.
Bahan ajar Mata Kuliah Sosiologi Organisasi, semester 5.
Bahan ajar Mata Kuliah Evaluasi Program Pembangunan, semester 6.
http://id.wikipedia.org/wiki/PNPM_Mandiri_Pedesaan (diakses pada tanggal 23 April
2010)
http://ponorogozone.files.wordpress.com/2009/10/124583401609-00-16.jpg (diakses
pada tanggal 23 April 2010)
http://eprints.undip.ac.id/19347/1/STUDI_EVALUASI_PNPM_PPK_.pdf. (diakses
pada tanggal 15 Juli 2010)
http://eprints.undip.ac.id/19347/1/STUDI_EVALUASI_PNPM_PPK_.pdf. (diakses
pada tanggal 15 Juli 2010)
33