You are on page 1of 12

FENOMENA TASYRI’ DI ERA RASULULULLAH SERTA

BERBAGAI FAKTOR SOSIAL YANG


MELATARBELAKANGINYA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tarikh Tasyri’ yang dibimbing
oleh Ustad Roibin

REVISI
Oleh:

Ahmad Arif Daniel: 07210007

JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
April, 2009
BAB I
PENDAHULUAN
a.latar belakang
Ketika kita berbicara tentang fenomena, maka akan terlintas dalam pikiran
kita bahwa pengertian fenomena sendiri adalah kejadian yang
melatarbelakanginya sebuah masalah. Ketika kita mengatakan fenomena tasyri’,
maka dapat dipahami pengertiannya adalah kejadian terbentuknya
tasyri’(Undang-undang).
Tasyri’ secara istilah adalah pembentukan undang-undang untuk
mengetahui hukum-hukum bagi perbuatan orang dewasa dan ketentuan-ketentuan
hukum serta peristiwa yang terjadi dikalangan mereka.1 melihat dari makna tasyri’
tersebut maka mucul sebuah persmasaalahan yang sangat perlu diperhatikan, yaitu
keberadaan sebuah agama (Islam) yang berada dalam lingkungan orang-orang
yang berwatak keras (Badui) dan masyarakat yang hidup penuh dengan
kebiadaban dan pelecehan serta belum memiliki sebuah aturan baku untuk dijalani
oleh pemeluk-pemeluknya, dalam hal ini adalah tasyri’.
Tentunya melihat kondisi tersebut, maka Allah mengutus Rasulullah
sebagai wasilah pertama untuk menegakkan syariat Islam yang benar. Penegakan
syariat Islam (tasyri’) ini tidak berhenti setelah Rasulullah wafat, akan tetapi hal
ini berlangsung sampai beberapa periode, mulai dari periode Rasulullah,
khulafaurrasyidin, tabiin dan sterusnya. Akan tetapi dalam makalah ini penulis
hanya memaparkan tentang penegakan syariat Islam(tasyri’) pada periode
Rasulullah saja.
Tidak terlepas bahwa berbagai faktor social juga menjadi latar belakang
turunnya al-quran. Banyak hal-hal yang menjadi asbabun nuzulnya al-quran
sebagai sumber tasyri’ periode Rasulullah ini. Akan tetapi bukan keseluruhan
ayat-ayat al-quran ini diturunkan karena adanya Asbabun Nuzul. Kesesuaian
tradisi dan al-quran juga terlihat disana, akan tetapi bukan berarti al-quran dapat
dikatakan sebagai tradisi orang Arab, karena diturunkannya al-quran adalah untuk
seluruh umatnya.

1
Khallaf, wahab khulasah tarikh tasyri’ islami, hal: 4
Adapun pada periode Rasulullah ini memiliki dua fase, yaitu fase Mekkah
dan fase Madinah. Secara sosio cultural kedua fase ini berbeda dalam penerimaan
tasyri’ yang dibawa oleh Rasulullah ini. Karena corak kehidupan Mekkah dan
Madinah sangatlah jauh berbeda. Keadaan Mekkah yang saat itu penuh dengan
hal-hal yang menyimpang dari aturan atau hukum Islam, tentunya bagi
masyarakat tersebut sulit untuk menerima hal-hal yang baru dibawa oleh
Rasulullah. Sehingga yang pertama kali ditanamkan dalam hati mereka adalah
hal-hal yang menyangkut dengan ketauhidan.
Berbeda halnya dengan keadaan masyarakat Madinah yang sangat mudah
menerima Islam, bahkan mereka menerima kedatangan Rasulullah dengan senang
hati. Sehingga pembentukan tasyri’ pada masa ini dirasa jauh lebih mudah
dibanding dengan fase Mekkah, dan pada masa inilah hal-hal yang berkaitan
dengan Ibadah, tauhid dan sebagainya menjadi tasyri’.
Al-quran dan hadist pada periode ini menjadi sebagai sumber penetapan
tasyri’, kemudian permasaalahan yang muncul adalah keterkaitan dengan ijtihad
pada masa ini, apakah ijtihad juga menjadi sumber tasyri’ saat itu. Maka untuk
lebih lengkapnya akan kita bahas pada bab selanjutnya.
Melihat berbagai latar belakang diatas, maka penulis dapat merangkaikan
rumusan masalah sebagai berikut:
b.Rumusan masalah
1. Bagaimana Arab sebelum Islam?
2. Bagaimana Tasyri’ periode Mekkah?
3.Bagaimana Tasyri’ periode Madinah?
4.Apa saja Sumber Tasyri’ periode Rasulullah?
5.Bagaimana ijtihad pada Masa Rasulullah?

c.Tujuan Masalah
1. Mengetahui Keadaan Arab sebelum Islam
2. Mengetahui tasyri’ periode Mekkah
3. Mengetahui tasyri’ periode Madinah
4. Mengetahui Sumber tasyri’ periode Rasulullah
5. Mengetahui tentang ijtihad masa Rasulullah
BAB II
PEMBAHASAN
a.bangsa Arab Pra Islam
Bangsa Arab sebelum diutus seorang Nabi SAW adalah umat yang tidak
mempunyai aturan, kebiadaban yang mengendalikan mereka, gelapnya kebodohan
yang menaungi mereka dan tidak ada agama yang mengikat mereka, serta tidak
ada undang-undang yang dapat mereka patuhi.2akibat dari itu semua jiwa mereka
dipenuhi dengan akidah yang batil. Tuhan dihayalkan pada patung yang mereka
Pahat. Dengan tangannya sendiri, terkadang pada binatang-binatang yang tampak
dan hilang didepan mata mereka.
Mekkah adalah sebuah kota yang sangat penting di negeri Arab, baik
karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini ini dilalui jalur perdagangan
yang ramai menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di Utara. Dengan
adanya ka’bah ditengah kota, Mekkah menjadi pusat keagamaan Arab. ka’bah
adalah tempat mereka berziarah. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi
berhala utama, atau hubal. Mekkah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan
masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah
Arab dengan luas satu juta mil persegi.3
Bila dilihat dari asal-usul keturunan, penduduk jazirah Arab dapat dibagi
menjadi dua golongan besar, yaitu Qathaniyun (keturunan Catan), dan Adnaniyun
(keturunan Ismail ibn Ibrahim). Pada mulanya wilayah utara diduduki oleh
golongan Adnaniyun, dan wilayah selatan diduduki oleh golongan qahthan. Akan
tetapi lama-kelamaan kedua golongan tersebut membaur karena perpindahan-
perpindahan dari utara ke selatan atau sebaliknya.
Masyarakat, baik nomadik ataupun yang menetap, hidup dalam budaya
kesukuan Badui. Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan sehingga
kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah
atau suku. Mereka sangat suka berperang, sehingga peperangan antar suku sering
terjadi. Sikap ini nampaknya sudah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam
diri orang Arab.

2
Ali As-sayis, Muhammad sejarah fiqih Islam, hal: 17
3
Yatim, Badri sejarah peradaban islam, hal: 9
Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai seorang wanita
sangatlah rendah. Situasi ini terus berlangsung sampai agama Islam lahir. Dunia
Arab ketika itu merupakan kancah peperangan terus menerus. Pada sisi lain,
meskipun masyarakat badui mempunyai pemimpin, namun mereka hanya tunduk
kepada syekh atau amir (ketua kabilah) itu dalam hal yang berkaitan dengan
peperangan, pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu. Diluar itu,
syekh atau amir tidak memiliki wewenang apa-apa.
Pada saat itu penganut agama yahudi juga banyak mendirikan koloni di
jazirah Arab, yang terpenting diantaranya adalah Yastrib. Penduduk koloni ini
terdiri dari orang-orang Arab yang menganut agama Yahudi. Walaupun agama
Yahudi dan Kristen sudah masuk ke jazirah Arab, akan tetapi bangsa Arab masih
menganut agama asli mereka, yaitu percaya kepada banyak dewa yang
diwujudkan dalam bentuk berhala dan patung. Setiap kabilah mempunyai berhala
sendiri. Berhala-berhala itu mereka jadikan tempat menanyakan dan mengetahui
nasib baik dan buruk. Demikianlah keadaan bangsa Arab menjelang kebangkitan
islam.

b. tasyri’ pada periode Mekkah


Selama 13 tahun masa kenabian Muhammad SAW di Mekkah sedikit
demi sedikit turun hukum. Periode ini lebih terfokus pada roses penamaan (ghars)
tata nilai tauhid, seperti iman kepada Allah, Rasulnya, hari kiamat, dan perintah
untuk berakhlak mulia seperti keadilan, kebersamaan, menepati janji dan
menjauhi kerusakan akhlak seperti zina, pembunuhan dan penipuan..,4
Pada awalnya Islam berorientasi memperbaiki akidah , karena akidah
merupakan fundamen yang akan berdiri diatasnya, apapun bentuknya.5sehingga
bila telah selesai tujuan yang pertama ini, maka Nabi melanjutkan dengan
meletakkan aturan kehidupan (tasyri’). Bila kita perhatikan ayat-ayat al-quran
yang Turun di Mekkah, maka terlihat disana penolakan terhadap syirik dan
mengajak mereka menuju tauhid, memuaskan mereka dengan kebenaran risalah
yang disampaikan oleh para Nabi. Mengiringi mereka agar mengambil pelajaran
dari kisah-kisah umat terdahulu, menganjurkan mereka agar membuang taklid
4
A.sirri, Mun’in, sejarah fiqih Islam sebuah pengantar, hal: 22
5
Op.cit, hal: 18
pada nenek moyangnya, dan memalingkan mereka dari pengaruh kebodohan yang
ditinggalkan oleh leluhurnya seperti pembunuhan, zina dan mengubur anak
perempuan hidup-hidup.
Kebanyakan ayat-ayat al-quran itu meminta mereka agar menggunakan
akal pikiran, Allah mengistimewakan mereka dengan akal, yang tidak dimiliki
oleh makhluk lainnya agar mereka mendapat petunjuk kebenaran dari dirinya
sendiri (rasionalitas). Mengingatkan mereka agar tidak berpaling dengan ajaran
para Nabi, agar tidak tertimpa azab seperti apa yang ditimpakan pada Amat-umat
terdahulu yang mendustakan Rasul-rasul mereka dan mendurhakai perintah
tuhannya.
Pada masa ini al-quran hanya sedikit memaparkan tujuan yang kedua,
sehingga mayoritas masalah Ibadah belum disyariatkan kecuali setelah hijrah.
Ibadah yang disyariatkan sebelum hijrah erat kaitannya dengan pemeliharaan
akidah, sepertti pengharaman bangkai, darah dan sembelihan yang tidak disebut
nama Allah. Dengan kata lain, periode Mekkah merupakan periode revolusi
akidah untuk mengubah sistem kepercayaan masyarakat jahiliyah menuju
penghambaan kepada Allah semata. Statu revolusi yang menghadirkan perubahan
fundamental, rekonstruksi social dan moral pada seluruh dimensi kehidupan
masyarakat.
Namun ada beberapa hal yang menyebabkan ajaran Nabi Muhammad
SAW tidak diterima oleh masyarakat Mekkah, terutama dalam aspek ekonomi,
faktor diantaranya yatu :
a. Ajaran tauhid menyalahkan kepercayaan dan praktek menyembah berhala.
Bila menyembah berhala dihapuskan maka berhala yang ada tidak laku
lagi. Hal ini mengancam sisi ekonomi mereka (produsen berhala). Karena
itu ajaran tauhid juga banya ditolak oleh masyarakat Mekkah.
b. Ajaran Islam mengecam perilaku ekonomi masyarakat Mekkah yang
mempunyai ciri pokok penumpuk harta dan mengabaikan fakir miskin
serta anak yatim.
Seperti yang kita ketahui bahwa Mekkah terletak dijalur perdagangan yang
penting6. Mekkah makmur karena letaknya yang berada dijalur penting dari

6
Asghar ali engineer, asal-usul dan perkembangan Islam, hal: 59
Arabia selatan sampai utara dan mediteranian, teluk Persia, laut merah melalui
jiddah dan afrika. Dan Mekkah adalah salah satu pusat perdagangan yang ramai.
Maka faktor tersebut sangat mempengaruhi penolakan dakwah Nabi.
c. Tasyri’ pada periode Madinah
Pada fase atau periode ini Islam sudah kuat dan berkembang dengan
pesatnya, jumlah umat Islam pun sudah betambah banyak dan mereka sudah
memiliki suatu pemerintahan yang gilang gemilang.7keadaan inilah yang
mendorong perlunya mengadakan tasyri’ dan pembentukan undang-undang untuk
mengatur perhubungan antara individu dari suatu bangsa dengan bangsa lainnya,
dan untuk mengatur pula perhubungan mereka dengan bangsa yang bukan Islam
baik di waktu damai maupun perang.
Adapun periode madinah ini dikenal dengan periode penataan dan
pemapanan masyarakat sebagai masyarakat percontohan.8oleh karena itu di
periode madinah inilah ayat-ayat yang memuat hukum-hukum untuk keperluan
tersebut (ayat-ayat ahkam) Turun, baik yang berbicara tentang ritual maupun
social. Meskipun pada periode ini Nabi Muhammad SAW baru melakukan
legislasi, Namun ketentuan yang bersifat legalitas sudah ada Sejak periode
Mekkah, bahkan justru dasar-dasarnya telah diletakkan dengan kukuh dalam
periode Mekkah tersebut. Dasar-dasar itu memang tidak langsung bersifat
legalistik karena selalu dikaitkan dengan ajaran moral dan etik.
Pada periode ini tasyri’ Islam sudah berorientasi pada tujuan yang kedua
yaitu disyariatkan bagi mereka hukum-hukum yang meliputi semua situasi dan
kondisi, dan yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan, baik individu
maupun kelompok pada setiap daerah, baik dalam Ibadah, muamalah, jihad,
pidana, mawaris, wasiat, perkawinan, thalak, sumpah, peradilan dan segala hal
yang menjadi cakupan ilmu fiqih.
Proses pembentukan hukum pada masa kenabian tidak dipaparkan
peristiwa-peristiwa, menggambarkan kejadiannya, mencari sebab-sebab
pencabangannya dan kodifikasi huku-hukum, sebagaimana masa-masa akhir yang
telah dimaklumi. Tetapi pembentukan hukum pada masa ini berjalan bersama
kenyataan dan pembinaan bahwa kaum muslimin, apabila menghadapi suatu
7
Khallaf, Wahhab terjemahan khulasah tarikh tasyri’ islam, hal: 10
8
Zuhri, Muhammad hukum Islam dalam lintasan sejarah, hal: 13
masalah yang harus dijelaskan hukumnya, maka mereka langsung bertanya
kepada Rasulullah SAW. Terkadang Rasulullah SAW memberikan fatwa kepada
mereka dengan satu atau beberapa ayat (wahyu) yang diturunkan Allah
kepadanya, terkadang dengan hadis dan terkadang dengan memberi penjelasan
hukum dengan pengalamannya. Atau sebagian mereka melakukan suatu perbuatan
lalu Nabi SAW menetapkan (takrir) hal itu, jika hal tersebut benar menurut Nabi
SAW.
Ada tiga aspek yang perlu dijelaskan dari proses perkembangan syariat
pada periode ini.9 Pertama adalah : metode Nabi dalam menerangkan hukum.
Dalam banyak hal syariat Islam Turun secara global nabi sendiri tidak
menjelaskan apakah perbuatannya itu wajib atau sunnah, bagaimana syarat dan
rukunnya dan lain sebagainya. Seperti ketika nabi salat para sahabat melihat salat
nabi dan mereka mengikutinya tanpa menanyakan syarat dan rukunnya.
Kedua adalah: kerangka hukum syariat. Ada hukum yang disyariatkan
untuk suatu persoalan yang dihadapi oleh masyarakat, seperti bolehkah menggauli
istri ketika mereka sedang haid, bolehkah berperang pada bulan haji. Dan ada pula
yang disyariatkan tanpa didahului oleh pertanyaan dari sahabat atau tidak ada
kaitannya dengan persoalan yang mereka hadapi, termasuk didalamnya adalah
masalah ibadah dan beberapa hal yang berkaitan dengan muamalat.
Ketiga adalah: turunnya syariat secara bertahap (periodik). Maksudnya
pembentukan kondisi masyarakat yang layak dan Siap dan menerima Islam harus
menjadi prioritas yang diutamakan.
d.Sumber perundang-undangan(tasyri’ pada periode Rasulullah SAW
Penentuan hukum pada periode Rasulullah SAW mempunyai dua
sumber10, yaitu :
1.Wahyu Ilahi (Al-Quran)
Al-quran adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
SAW yang mengandung petunjuk kebenaran bagi kebahagiaan ummat manusia.
Dalam bahasa “Fazlurrahman,11 alquran adalah dokumen keagamaan dan etika
yang bertujuan praktis menciptakan masyarakat yang bermoral baik dan adil, yang

9
Ibid. sejarah fiqih Islam sebuah pengantar, hal: 24
10
Ibid terjemahan khulasah tarikh tasyri’ islam, hal: 13
11
Ibid. sejarah fiqih Islam sebuah pengantar hal:28
terdiri dari manusia-manusia saleh dan religius dengan keadaan yang peka dan
nyata akan adanya satu tuhan yng memerintahkan kebaikan dan melarang
kejahatan.
Ketika terjadi sesuatu yang menghendaki adanya pembentukan hukum
dikarenakan suatu peristiwa, perselisihan, pertanyaan, permintaan fatwa, maka
Allah menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW satu atau beberapa ayat al-
quran yang menjelaskan hukum yang hendak diketahuinya. Kemudian Rasulullah
menyampaikan kepada umat Islam apa-apa yang sudah diwahyukan kepada beliau
itu, dan wahyu itu menjadi undang-undang yang wajib diikuti.
Ada karakteristik yang sangat menonjol dari al-quran yaitu, bahwa
meskipun al-quran diturunkan dalam ruang waktu tertentu, sebab tertentu, tetapi
esensi kalam tuhan tersebut adalah universal, sehingga mengatasi ruang dan
waktu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sasaran alquran dan juga sebab
turunnya adalah “kemanusiaan(problematika kehidupan manusia), baik pada masa
Nabi, masa kini dan masa seterusnya.
2.Ijtihad Rasulullah (Sunnah)
Sunnah adalah sumber fiqih kedua setelah al-quran. Dalam terminologi
muhaddisin, fuqaha dan ushuliyyin, sunnah berarti setiap sesuatu yang
dinisbatkan kepada Nabi Muhammad, baik perkatan, perbuatan dan ketentuan.
Sebagaimana al-quran, sunnah juga tidak muncul dalam satu waktu, tetapi secara
bertahap(periodik) mengikuti fenomena umum dalam masyarakat, atau lebih tepat
disebut mengikuti perkembangan turunnya syariat. Oleh karena itu dalam banyak
hal, kita akan melihat bahwa sunnah bertujuan menerangkan, merinci, membatasi
dan menafsirkan al-quran.
Ketika muncul sesuatu yang menghendaki peraturan, sedang Allah tidak
mewahyukan kepada Rasulullah ayat al-quran yang menunjukkan hukum yang
dikehendakinya, maka Rasulullah berijtihad untuk mengetahui ketentuan
hukumnya.
Dan dengan hasil ijtihad itulah yang dipergunakan beliau untuk memutusi
hukum sesuatu masalah, atau memberi fatwa hukum atau menjawab pertanyaan
atau menjawab permintaan fatwa hukum. Dan hukum yang terbit dari hasil ijtihad
beliau itu juga menjdai undang-undang yang wajib diikuti. Setiap hukum yang
disyareatkan pada periode Rasulullah SAW itu sumbernya adalah dari wahyu ilahi
(al-quran) dan ijtihad Nabi (Sunnah).
e.Ijtihad pada periode Rasulullah SAW
Permasaalahan ijtihad pada masa Rasulullah ini terjadi perbedaan
pendapat, akan tetapi ijtihad yang menyangkut dengan kemaslahatan dunia dan
pengaturan strategi perang jelas dilakukan oleh Nabi.12 Mungkin kita masih ingat
ketika Rasulullah saw bermusyawarah dengan para sahabatnya soal tawanan
perang Badar. Di antara para sahabat yang mengutarakan pendapatnya dalam
musyawarah itu adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Abdullah bin
Rawahah dan Sa'd bin Mu'adz.
Saat itu Rasulullah saw lebih condong kepada pendapat Abu Bakar yang
berpendapat untuk mengambil fidyah dari para tawanan tersebut. Namun setelah
itu turun firman Allah swt yang mendukung pendapat Umar untuk membunuh
mereka "Tidak patut bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat
melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi
sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana" (QS. Al-Anfal [8]: 67)
Dalam Fiqh us-Sirot in-Nabawiah-nya, Prof. DR. M. Said Ramadhan al-
Bhuti menjelaskan bahwa kejadian itu menunjukkan terjadinya ijtihad dari pribadi
Rasulullah saw. Kemudian beliau melanjutkan penjelasannya dengan menyatakan
bahwa ijtihad Rasulullah saw bisa salah namun tidak kontinyu, karena akan
datang wahyu Allah swt yang membenarkannya. Kesalahan itu menurut beliau
tidak bertentangan dengan sifat Ishmah (terjaga dari kesalahan) yang dimiliki
Rasulullah saw. Sebab kesalahan itu bukan sebuah keburukan, namun hanya
sebuah kekurangsempurnaan dalam versi ilmu Allah swt.13

12
Ibid. hal: 28
13
http://jurnalislam.net/id/images/favicon.ico diakses pada tanggal 28 maret 2009
BAB III
PENUTUP
a.kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita tarik beberapa kesimpulan secara
global, yaitu sebagai berikut:
1. Tasyri’ adalah manifestasi dari lahirnya Islam sebagai agama
yang benar dan diridhai oleh Allah SWT.
2. Bangsa Arab para Islam adalah bangsa yang sangat tidak
bermoral, sehingga Rasulullah saat itu berdakwah tentang-tentang
akidah (periode mekkah)
3. Periode Mekkah adalah periode dimana nabi hanya menjelaskan
tentang tauhid dan akidah. Sehingga periode ini dikenal dengan periode
penataan akidah.
4. Periode Madinah adalah periode dimana kesempurnaan tasyri’
mulai terlihat, ayat-ayat yang Turín tidak lagi berkaitan dengan tauhid
ataupun akidah akan tetapi sudah beralih kepada hal-hal yang
mengandung tentang Ibadan.
5. Yang menjadi sumber tasyri’ pada periode ini adalah wahyu
ilahi(al-quran) daan ijtihad Nabi (sunnah).
6. Keberadaan ijtihad pada masa Rasulullah masih diperselisihkan,
akan tetapi beberapa ijtihad tentang kemaslahatan dunia dan strategi
perang terlihat wujudnya pada periode ini.
`
b.saran
Setelah membaca dan menganalisis lebih jauh, maka penulis hanya dapat
memberikan saran kepada pembaca agar lebih memberikan perhatiannya untuk
mempelajari tarikh tasyri’ dari periode satu ke periode berikutnya. Karena
mempelajari periode-periode tasyri’ akan memudahkan kita dalam mengetahui
hukum.
DAFTAR PUSTAKA

Asghar ali engineer, asal-usul dan perkembangan Islam, 1999. Yogyakarta:

INSIST dan IKAPI

Yatim, Badri sejarah peradaban Islam, 2003. Jakarta: PT. Raja Grafindo persada

Zuhri, Muhammad hukum Islam dalam lintasan sejarah, 1996. Jakarta: PT. Raja

Grafindo persada

Sirri, Mun’in sejarah fiqih Islam sebuah pengantar, 1995. Risalah Gusti

Khallaf, Wahab terjemahan khulasah tarikh tasyri’ islam, 1974. Solo:

CV.Ramadhani.

Ali As-sayis, Muhammad sejarah fiqih Islam, 2003. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

http://jurnalislam.net/id/images/favicon.ico diakses pada tanggal 28 maret 2009

http://alilmu.wordpress.com, diakses pada tanggal 25 april 2009

You might also like