You are on page 1of 19

Artikel Tahun Baru

Tahun baru adalah suatu perayaan di mana suatu budaya merayakan


berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun
selanjutnya. Budaya yang mempunyai kalender tahunan semuanya
mempunyai perayaan tahun baru. Hari tahun baru di Indonesia jatuh pada
tanggal 1 Januari karena Indonesia mengadopsi kalender Gregorian, sama
seperti mayoritas negara-negara di dunia.

Bagi sebagian orang, pergantian tahun merupakan saat yang dinanti-nanti,


namun bagi sebagian lagi masih diliputi tanda tanya bagaimana kondisi
tahun depan. Setiap pergantian tahun, selalu diikuti dengan refleksi dan
resolusi baru. Luangkan waktu untuk melihat kembali apa yang sudah kita
raih dalam satu tahun ini.
HIDUPKAN IMPIAN BARU

Memasuki tahun baru, sebaiknya segera menetapkan impian baru. Apakah


itu menghidupkan kembali impian lama yang belum terwujud atau benar-
benar menetapkan impian baru yang hendak diraih di tahun 2009.

Mulailah menetapkan impian. Menghidupkan impian akan memberikan


banyak manfaat bagi kita. Karena memiliki impian akan memberi motivasi
bagi kita untuk bertindak mewujudkannya. Memiliki impian dapat menjadi
arah bagi kita untuk melangkah kedepan. Bahkan menghidupkan impian
seperti membangkitkan energi dari dalam diri, dapat menjadi pendorong
bagi kita untuk memperkuat diri dalam menghadapi berbagai tantangan dan
hambatan.Memiliki impian dapat memberi kita dorongan untuk hidup lebih
terencana, hidup lebih efisien guna merealisasikan mimpi kita. Mimpi dapat
menjadi pendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang terarah demi
merealisasikan impian.Dengan impian akan menghidupkan harapan. Dengan
harapan akan melahirkan tindakan.

RENCANA DAN TINDAKAN

Setelah memiliki impian, langkah berikutnya yang sangat penting adalah


memvisualisasikan impian tersebut menjadi sebuah tujuan yang jelas dan
rinci. Kemudian mulailah menyusun rencana dan strategi untuk melakukan
tindakan-tindakan dalam merealisasikan impian tersebut. Dengan demikian
memiliki kejelasan impian sangatlah penting dalam membantu memudahkan
menyusun rencana rinci dan tindakan yang diperlukan.Ingatlah bahwa
impian tanpa rencana dan tindakan hanyalah sekedar impian. Ketika sudah
menetapkan impian, menyusun rencana, berusahalah dalam tindakan selalu
fokus pada impian dan rencana kita. Dengan fokus akan menjadi lebih
bersemangat, lebih terarah dan melahirkan kreativitas untuk mencari
berbagai cara baru dalam merealisasikannya.
Kalau hal itu dilakukan secara konsisten dan terarah, kita akan menikmati
hasilnya di tahun mendatang. Arahkan hati dan pikiran kita tentang
indahnya meraih kesuksesan dalam merealisasikan impian kita.
Saya pensiunan PNS di Departemen Pertanian, pendidikan terakhir Faculty of Agriculture and
Forestry, Univesity of Melbourne, Australia. Saat ini giat dalam kegiatan Dakwah dan Tabligh
serta menjalankan bisnis Air Oxy http://www.my-oxy.com/?id=rudinis dan kalung/ gelang
biomagnet http://www.biomagwolrd.com 0815 910 5151
Makna Tahun Baru Hijriah bagi Seorang Muslim dan Bagaimana Menyambutnya:Bagian I
OPINI
Bakaruddin Is
| 04 December 2010 | 23:30

1131
26
2 dari 4 Kompasianer menilai Aktual.

Tahun Baru Hijrah adalah 1 Muharam 1432, yang tahun ini bertepatan dengan 7 Desember 2010.
Walaupun lebih dari 80 persen penduduk Indonesia yang berjunlah lebih 230 juta jiwa adalah
Muslim, tapi hanya sebagian kecil yang tahu persis kapan tahun baru Islam , bahkan mereka
sebagian besar tak hafal nama-nama bulan Hijriah tersebut.

Mengapa umat Islam di Indonesia banyak yang lupa atau tidak tahun tanggal, bulan dan tahun
Hijriah?. Tidak lain karena Indonesia bukanlah Negara Islam, walaupun penduduknya mayoritas
Muslim. Indonesia menggunakan Tahun Masehi, sehingga tanggal gajian seorang pegawai negeri
sipil (PNS) misalnya adalah pada setiap tanggal 1 Masehi atau tanggal 25 bagi karyawan
Swasta. Jadi yang didingat hanya tanggal dan bulan Masehi. Begitu juga, hari libur akhir pekan
pada sabtu dan Minggu.

Di Negara-negara Islam seperti Arab Saudi, yang dipakai sebagai penanggalan resmi adalah
Tahun Hijriah, sehingga tanggal gajian juga disesuaikan dengan tanggal tersebut. Begitu juga
hari libur, bukan Sabtu dan Minggu, tapi hari Jum’at dan (mungkin) Sabtu. (Tolong teman-teman
Kompasianer yang tinggal di Arab untuk mengoreksinya bila salah).

Saat penulis berangkat ke Arab Saudi untuk menunaikan Ibadah Haji yang kebetulan bertepatan
dengan pergantian tahun baru dari 31 Desember 2003 ke 1 Januari 2004, tidak terlihat
samasekali baliho-baliho atau spanduk ucapan Selamat Tahun Baru 2004, baik di Madinah
maupun Mekah, sebagaimana yang lazim di Indonesia.

Padahal bagi seorang Muslim sangat penting mengetahui tanggal dan bulan Hijriah, karena
berhubungan dengan pelaksanaan ibadah. Ibadah-ibadah tersebut antara lain puasa atau saum
yang dilaksanakan satu bulan penuh (29 atau 30 hari) pada bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri
1 Syawal, Wukuf di Arafah saat Ibadah Haji tanggal 9 Zulhijah, Hari Raya Idul Adha atau Idul
Qurban pada tanggal 10 Zulhijah, dan Hari Tasyrik tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah serta Tahun
Baru Hijriah 1 Muharam.

Pada bulan Ramadhan umat Islam yang sudah baligh (dewasa) wajib berpuasa, dan haram
hukum nya bila tidak puasa, termasuk dosa besar. Seorang Muslim boleh tidak berpuasa bila ada
uzur atau halangan, misalnya sakit berat, sedang musafir, atau wanita yang sedang mengandung
atau menyusui, tapi harus bayar fidiyah (pengganti), baik berpuasa di bulan lain atau dibayar
dengan memberi makan orang miskin. Sebaliknya umat Islam dilarang (haram hukumnya)
berpuasa pada hari-hari Raya Idul Fitri (1 Syawal) dan Idul Adha dan hari-hari Tasrik atau
tanggal 10-13 Zulhijah. Jadi sangat jelas penting bagi seorang Muslim/ Muslimah mengetahui
persis tahun Hijriah.

Hilal, Tanggal 1 Bulan Hijiriah

Penentuan tanggal 1 pada bulan Hijriah ditandai dengan terbitnya hilal atau tampak bulan sabit
pada saat terbenamnya matahari dengan derajat ketinggian tertentu. Itulah sebabnya sering
tanggal 1 Ramadhan saat dimulai bulan puasa, terdapat perbedaan antara satu Negara dengan
Negara lainnya, bahkan dalam satu Negara seperti Indonesia, terkadang terdapat perbedaan
tanggal 1 Ramadhan, yang berakibat berbeda juga saat lebaran. Ini bisa terjadi karena begitu
demokratisnya Indonesia, karena Negara tidak dapat mencampuri urusan keyakinan.

Berbeda dengan Malaysia misalnya, penentuan hari-hari Islam ditentukan oleh Mukti (seperti
MUI), dimana Pemerintah dan semua rakyat Malaysia tunduk danmematuhinya, sehingga tidak
ada perbedaan hari Raya di seluruh Malaysia.

Sekedar mengingatkan bagi yang lupa, bahwa nama nama bulan Hijriah adalah Muharam,
Safar, Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sa’ban,
Ramadhan, Syawal, Zulakedah, dan Zulhijah.

Peristiwa Hijrah dan Perkembangan Islam

Sekedar mengingatkan, bahwa Tahun Hijriah atau Tahun Baru Islam, bukan dimulai dari tahun
lahirnya Nabi Muhammad SAW, tapi tahun saat beliau hijrah (pindah) atau mengungsi dari Kota
Mekah ke Madinah, karena mau dibunuh oleh orang-orang kafir Quraish saat itu.
Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi

Berbicara tentang perkembangan Islam, tentu tidak bisa lepas dari peristiwa hijrah Rasulullah
dari Makkah ke Madinah. Dakwah Nabi di Makkah pada saat itu banyak mengalami rintangan
berupa tantangan dan ancaman dari kaum musyrikin dan kafir Quraisy.

Selama kurun waktu 12 tahun sejak Nabi diutus, dakwah Rasulullah tidak mendapat sambutan
menggembirakan, bahkan sebaliknya banyak menghadapi terror, pelecehan, hinaan, dan
ancaman dari kaum musyrikin dan kafir Quraisy yang dikomandani oleh paman Nabi sendiri,
yaitu Abu Lahab.

Karena itu, Rasulullah diperintahkan Allah SWT untuk pindah (hijrah). Akhirnya, beliau
meninggalkan kota kelahiranya Mekah, berhijrah ke kota Madinah. Di Madinah, Nabi dan para
sahabat Muhajirin mendapat sambutan hangat oleh kaum Anshar (penduduk asli Madinah).

Agama Islam pun mengalami perkembangan amat pesat. Dalam kurun waktu relatif singkat,
hanya sekitar 8 tahun, suara Islam mulai bergema ke seluruh penjuru dunia dan Islam pun
berkembang meluas ke seluruh pelosok permukaan bumi. Karena itu tidak mengherankan jika
peristiwa hijrah merupakan titik awal bagi perkembangan Islam dan bagi pembentukan
masyarakat Muslim yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW.

Menurut para pakar sejarah, masyarakat Muslim, kaum Muhajirin dan Anshar, yang dibangun
Rasulullah SAW di Madinah merupakan contoh masyarakat ideal yang patut ditiru, penuh kasih
sayang, saling bahu-membahu dan lebih mengutamakan kepentingan umum daripada
kepentingan peribadi. Karena itu, tidak mengherankan jika Khalifah Umar bin Chatab
menjadikan peristiwa hijrah sebagai awal perhitungan tahun baru Islam, yang kemudian dikenal
dengan Tahun Baru Hijriah,

Allah berfirman,“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian dari seorang lelaki
dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya
kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu” (Al-Hujurat ayat 13)
Umat manusia kadang-kadang terjebak kepada sesuatu yang bersifat jangka pendek, dan
melupakan yang bersifat jangka panjang bahkan yang abadi selama-lamanya. Manusia sering
tergesa-gesa dan ingin cepat berhasil apa yang diinginkannya, sehingga tidak sedikit yang
menempuh jalan pintas, termasuk korupsi misalnya. Islam menekankan bahwa hidup ini adalah
perjuangan dan dalam berjuang pasti banyak tantangan dan rintangan. Hidup di dunia adalah
sebagai jalan untuk menuju kehidupan Akhirat.

Hikmah dari Peristiwa Hijrah Nabi

Beberapa hikmah yang dapat dipetik dari Hijrahnya Nabi dan para sahabat dari Mekah ke
Madinah saat itu adalah:

Pertama: perisitwa hijrah Rasululah dan para sahabatnya dari Mekah ke Madinah merupakan
tonggak sejarah yang monumental dan memiliki mkjna yang sangat berarti bagi setiap Muslim,
karena hijrah merupakan tonggak kebangkitan Islam yang semula diliputi suasana dan situasi
yang tidak kondusif di Mekah menuju suasana yang prospektif di Madinah.

Mesjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi

Kedua: Hijrah mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa dan rasa opimisme yang
tinggi, yaitu semangat berhijrah dari hal-hal yang buruk kepada yang baik, dan hijrah daru hal-
hal yang baik ke yang lebih baik lagi. Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya telah melawan rasa
sedih dan takut dengan berhijrah, meski harus meninggalkan tanah kelahiran, sanak saudara
dan harta benda mereka.

Ketiga: Hijrah mengandung semangat persaudaraan, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah
SAW pada saat beliau mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, bahkan
beliau telah membina hubungan baik dengan beberapa kelompok Yahudi yang hidup di Madinah
dan sekitarnya pada waktu itu.

Dalam konteks sekarang ini, pemaknaan hijrah tentu bukan selalu harus identik dengan
meninggalkan kampung halaman seperti yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. dan kaum
Muhajirin, tetapi pemaknaan hijrah lebih kepada nilai-nilai dan semangat berhijrah itu sendiri,
karena hijrah dalam arti seperti ini tidak akan pernah berhenti.

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, ada seorang yang mendatangi Rasulullha dan berkata: “Wahai
Rasulullah,saya baru saja mengunjungi kaum yang berpendapat bahwa hijrah telah telah
berakhir”, Rasulullah bersabda: ”Sesungguhnya hijrah itu tidak ada hentinya, sehingga
terhentinya taubat, dan taubat itu tidak ada hentinya sehingga matahari terbit darisebelah
barat”.

Merupakan Bukti Maha Adilnya Allah

Berbeda dengan tahun Masehi, permulaan hari atau pergantian hari bukan di pagi hari atau jam
00.01, tetapi di saat terbenamnya matahari atau munculnya bulan. Itulah sebabanya Tahun
Masehi (dari Isa Al Masih) dalam Islam disebut Tahun Syamsyiah (matahari), sedangkan Tahun
Hijriah atau Tahun Islam disebut juga Tahun Qomariah (bulan). Kalau Tahun Masehi, setiap
bulan terdiri dari 30 hari atau 31 hari, kecuali Februari yang 28 atau 29 hari, tetapi bulan Hijriah
terdiri dari 29 dan 30 hari.

Mesjid Baiturahman, Banda Aceh,NAD

Itulah sebabnya, terdapat selisih sekitar 10-12 hari setiap tahun, ada pergeseran kegiatan
keagamaan Islam pada tahun Masehi. Sebagai contoh, hari raya Idul Fitri atau 1 Syawal pada
tahun 2010 jatuh pada tanggal 10 September, tapi pada tahun 2009, Idul Fitri bersamaan dengan
22 September. Sehingga tidak heran kalau ada saatnya dimana tahun baru Islam (1 Muharam)
hampir bersamaan dengan Tahun Baru Masehi (1 Januari).

Dengan perbedaan antara bulan Hijriah dengan bulan Masehi itu, maka bulan Ramadhan atau
bulan Puasa setiap tahun bergeser sekitar 10-12 hari setiap tahun Masehi, sehingga suatu saat
bulan Ramadhan bersamaan dengan bulan Juni, dan ada saatnya tahun kemudian puasa
dilaksanakan bulan Desember.

Berbeda dengan Indonesia dan Negara-negara tropis, hampir tidak ada perbedaan lamanya
berpuasa untuk sepanjang tahun, yaitu bulan Januari s/d Desember berpuasa sekitar 14 jam (jam
4 pagi sampai 18.00), tapi di Negara-negara yang mengalami empat musim seperti di Eropa dan
Amerike Serikat dan Kanada, juga Australia dan Selandia Baru, lamanya berpuasa sangat
bervariasi.

Sebagai contoh bila bulan puasa bertepatan dengan bulan Juni atau Musim Panas di Eropa, maka
penduduk yang tinggal di belahan bumi Bagian Utara akan berpuasa sampai 18-20 jam, mulai
jan 02 dinihari (Imsyak) sampai jam 22.00 malam baru berbuka, karena matahari baru terbenam.

Keadaan sebaliknya yang dialami oleh penduduk di belahan Bumi Bagian Selatan seperti
Australia dan Selandia Baru. Karena bulan Juni adalah Musim Dingin (Winter), maka waktu
Imsyak sekitar jam 6.00 pagi dan waktu Magrib sekitar jam 16.00 sore, sehingga mereka hanya
berpuasa sekitar 10 jam saja.

Keadaan sebaliknya terjadi bila bulan Desember, maka umat islam yang tinggal di belahan bumi
Bagian Utara berpuasa lebih singkat, dan sebaliknya yang di belahan Selatan lebih lama
(berbanding terbalik). Sedangkan pada bulan Maret dan September dimana matahari persis ada
di Khatulistiwa, kaum Muslimin di belahan Utara dan Selatan berpuasa dengan jumlah jam yang
sama, sekitar 12 jam.

Disitulah salah satu bukti betapa adilnya Allah, di daerah dekat Equator (Khatulsitiwa) seperti
Indonesia, Malysia dan Negara-negara Arab dimana umat Islam terbesar ada di sana atau daerah
Sub Tropis, fluktuasi lamanya berpuasa setiap tahun hampir tidak berbeda banyak.

Seandainya, bulan Ramadhan ditetapkan berdasarkan bulan Masehi, misalnya bulan Juni,
kasihan umat Muslim di bagaian Utara yang harus puasa sampai 18-20 jam dengan temparatur
sangat panas di atas 50 derajat C, setiap tahun seperti itu, dan orang di belahan Selatan puasanya
sangat singkat. Kan sangat tidak adil?. Untungnya Tuhan Maha Adil, sehingga penentuna bulan
puasa berdasarkan Tahun Hijriah. bukan Tahun Masehi, Allahu Akbar.

Selamat Tahun Baru Hijriah

Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini

Amin
Tahun 2010 telah berlalu. Tahun baru 2011 telah datang. Apa makna tahun baru? Kenapa
banyak orang bahkan sebagian besar bergembira, bersuka ria dengan datangnya tahun baru? Apa
yang membuat mereka begitu bahagianya dengan tibanya pergantian tahun? Tidak hanya di
Indonesia bahkan di seluruh negara di dunia, semua merayakannya. Padahal pergantian tahun
berarti semakin tuanya umur manusia dan semakin tuanya umur bumi dan alam semesta ini.
Kalau manusia, bumi dan alam semesta telah tua kan berarti semakin dekatnya dengan yang
namanaya kehancuran dengan datangnya kiamat. Kiamat. Ya kiamat. Hari di mana alam dan
seisinya akan dimusnahkan. Percayakah anda?

Sudahlah kita tak akan membahas itu ya. Nanti malah membuat kita menjadi penakut dan tidak
optimis menghadapi hidup. Makna tahun baru bagi sebagian orang ( mungkin ) adalah adanya
perubahan. Karena memang manusia suka perubahan. Manusia itu baru dan sangat suka
pembaharuan. Sehingga karena itu maka manusia merayakannya denga penuh antusias, penuh
optimisme dan penuh semangat di dalam menjalankan hidup. Hidup itu perlu perubahan, perlu
inovasi dan perlu variasi. Monoton di dalam aktivitas hidup kadang membuat kita bosan dan
akhirnya mematikan semangat di dalam beraktivitas sehari-hari. Maka dari itulah maka segala
aktivitas di dunia diliburkan karena menyambut Tahun baru.

Di tahun baru 2011 ini cobalah kita belajar dari kegagalan, kekurangan dan kekeliruan di tahun
2010. Semua yang terjadi pada tahun sebelumnya harus kita jadikan pelajaran dan peringatan.
Agar kita benar-benar bisa menghayati makna tahun baru ini dan memperbaiki serta
menyempurnakan apa yang telah kita lakukan. Jika kita belum bisa memahami apa makna tahun
baru, jika apa yang terjadi di tahun 2010 masih terjadi juga di tahun 2011 ini, jika keteledoran
masih tetap kita lakukan, maka tidak ada gunanya kita merayakannya.

Yang terpenting adalah Tahun Baru tidak membuat Tuhan Baru. Lihatlah lagi cermin kita di
tahun 2010. Ada artis yang dipuja setinggi langit sehingga bersalah secara hukumpun masih
dielu-elukan. Ada bencana yang beruntun terjadi, tidak membuat kita ingat pada Sang Pencipta.
Ada koruptor yang masih dengan enaknya melenggang seakan tidak punya beban. Dan ada
banyak hal yang membuat orang membuat Tuhan Tuhan baru dalam diri mereka. Blogger juga
begitu. Jangan membuat blog ini sebagai Tuhan ya. He he he.

Selamat Tahun Baru 2011. Yuk kita tinggalkan tahun 2010 dengan penuh optimisme untuk
menyongsong tahun yang lebih baik, lebih bahagia dan lebih semangat.
Alhamdulillah.. .

Segala puji bagi ALLAH SWT ,Tuhan semesta alam .

Yang telah memberikan kenikmatan yang luas serta karunianya yang berlimpah ruah.

Sebentar lagi kita akan menyambut pergantian tahun baru islam dari 1431 H menuju 1432 H ,

Tahun baru Hijriyah ,dimana kita diberikan kenikmatan oleh ALLAH bertemu ke tahun
berikutnya.

Bila mana di tahun sebelumnya kita terlalu banyak kekurangan ,dan tahun yang akan datang kita
akan berusaha mengurangi bahkan menghilangkan kekurangan kita ditahun sebelumnya.

Hal – hal yang salah yang dilakukan untuk menyikapi tahun baru hijriyah :

1. Berhura – hura seakan masa bodoh atas kenikmatan yang ALLAH berikan kepada kita.
2. Tidak bersyukur kepada ALLAH atas nikmat yang diberikan kepada kita.
3. Mengadakan ritual yang sirik seperti membakar sesajen sesembahan buat jin – jin
,sedekah alam yang tidak ada aturannya dari Rosul SAW.
4. Berprasangka buruk kepada orang lain ,dengan saling membidah – bidah kan orang yang
sedang berdoa di malam tahun baru.

Hal – hal yang baik dilakukan untuk menyikapi tahun baru hijriyah :

1. Bersyukur kepada ALLAH atas nikmat yang diberikan kepada kita.


2. Mengadakan hataman Al Quran dan mempelajari serta menghayatinya agar kita dapat
menjadikan AL Quran sebagai benar – benar pedoman bagi hidup kita di tahun
berikutnya.
3. Berdoa kepada ALLAH agar tahun berikutnya lebih baik dari tahun sebelumnya ( Doa
awal tahun)
4. Memohon ampun kepada ALLAH SWT atas dosa yang banyak kita lakukan ditahun
sebelumnya ( Doa ahir tahun )

Jadilah kita sebagai muslim yang baik dan selalu berpegang teguh kepada ajaran Rosul SAW.

Ada beberapa golongan yang tidak suka akan adanya doa awal dan ahir tahun ,

itu semua karena pikiran dangkal mereka.Padahal secara tidak langsung mereka sendiri berdoa
minta keselamatan dan kebaikan ditahun berikutnya.Kalau mereka tidak berdoa yang mereka
termasuk kategori orang yang sakit hatinya.
“Hai orang-orang beriman, takut kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa
yang telah disiapkannya untuk hari esok dan takut kepada Allah, karena Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyr: 18)

Dari takut kepada ALLAH, kita memohon kepada ALLAH SWT agar ditahun berikutnya kita
dapat mempersiapkan bekal yang lebih baik dari sebelumnya.Agar hari berikutnya lebih baik
dari hari ini.(seperti doa awal tahun)

Rasulullah saw. bersabda: “ Semua anak-anak Adam pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-
baik oang yang salah adalah yang bertaubat.” (HR. Ibnu Majah dan Darimi)

Melalui doa ahir tahun kita bertobat kepada ALLAH,atas dosa – dosa yang sangat banyak yang
kita lakukan.Malu kita sebagai manusia yang penuh dosa,tidak bertobat kepada ALLAH SWT.

Tetapi,benarkah kita bersyukur dan bertobat hanya pada awal dan ahir tahun saja ?

Tentu tidak,kita harus bersyukur setiap waktu dan bertobat setiap melakukan kesalahan.Cuman
pada hakikatnya pada malam pergantian tahun kita bersyukur kepada ALLAH dan memohon
taubat kepadanya.

Semoga tahun berikutnya kita lebih baik daripada tahun ini . .. ALLAHUMMA
AAaMIIIIIIIIIINNN .
Mencari ‘Makna’ Tahun Baru

December 31st, 2010 | Oleh Cordova Press

“Jangan lupa, kala meniup terompet di malam tahun baru nanti, berdoalah semoga Israfil tetap
tak tergoda untuk turut meniup terompet sangkakalanya.”

Bilangan tahun sebentar lagi berubah, bagaimana seharusnya kita memaknainya (?) Apakah
memang ada hal baru setiap masuk pada bilangan tahun yang baru (?) Rasa-rasanya, debar-debar
dan gegap-gempita itu hanya akan kita rasakan ketika menjelang malam awal tahun. Langit di
sekeliling kita tiba-tiba seperti memekik karena begitu banyak yang meniupkan terompet. Dan
kembang api terus berdenyar menerangi angkasa, seolah tak pernah putus hingga ujung malam.
Jalanan dibanjiri kendaraan, seakan malam itu semua orang mesti turun ke jalan agar tidak
kehilangan momentum awal tahun. Macet lagi, sudah pasti. Klakson pun mulai dipencet,
mendengking saling bersahutan. Lalu semuanya riuh dalam tawa kegembiraan, meski juga tak
tahu apa maknanya. Barangkali karena telah berhasil melewati tahun, dalam artian tidak tamat
riwayatnya alias wafat, dan akan bertemu tahun bilangan baru. Atau, itu hanyalah bentuk
kompensasi dari kebingungan manusia memaknai awal tahun, selain hanya bisa hura-hura
dengan meniupkan terompet, menerangi langit dengan kembang api, dan mejeng-mejeng di
pinggir jalan hingga menjelang subuh.

Sementara, di ruang-ruang hiburan saling berlomba menampilkan “sang penghibur” –dan bisa
dipastikan menampilkan biduan atau dancer yang secara visual tampak sesksi dan sensual-. Agar
terkesan meriah, dibikinlah count down raksasa yang menampilkan hitungan mundur sebelum
suara mengelegar di seantero jagad. Hiburan pun terkadang berlangsung sampai pagi, sebab
besok hari di awal tahun, biasanya pekerjaan diliburkan atau mungkin meliburkan diri.

Namun ada juga yang memaknai awal tahun dengan perenungan. Biar terkesan gebyar, maka
perenungan ini pun dibuat secara massal yang dikemas dalam Tabligh Akbar. –padahal menurut
saya- Apa mungkin kita bisa merenung di tengah orang banyak (?) Namun nyatanya, kita masih
sering menemukan orang menangis meraung-raung di tengah lautan massa. Dan –tentu saya
yakin- bukan tangis yang dibikin-bikin, terlebih ketika disebutkan dosa-dosanya, surga dan
neraka, dan juga segala hal tentang kedurhakaan kepada orangtua. Mungkin, sekali lagi saya
tekankan, mungkin, ketika berada di tengah atmosfir ribuan manusia yang menangis, ia akan
turut dalam larutan airmata, dan menyatakan akan tobat setobat-tobatnya. Meski kita tidak tahu
bagaimana setelah keluar dari barisan jamaah. Sebab begitulah iman manusia, ibarat gelombang,
kadang surut kadang juga pasang.

Setelah pesta dan perenungan akhir tahun itu selesai, semuanya akan senyap. Hingga subuh pun
tiba. Dan pagi hari di awal tahun itu, nyatanya sama saja dengan pagi hari sebelumnya. Matahari
yang menyembul adalah matahari yang itu-itu juga. Barangkali jadwal bangun pagi saja yang –
mungkin- berubah kesiangan. Namun saya percaya, pedagang di pasar akan tetap tidak berubah,
subuh-subuh telah menerjang gelap dan dingin. Pedagang bubur, ketupat sayur dll masih terus
berjuang hidup, sebab kehidupan harus tetap dijalani.
Lalu, sepanjang hari awal tahun itu pun kita habiskan dengan tetap agak malas, dan pastinya juga
telah lupa buat apa meniup terompet hingga mulut terasa bengkak dan menghabiskan lusinan
kembang api yang cahayanya semu di malam tadi. Memang, tahun baru tanpa terompet
sepertinya tak lengkap.

Namun jangan lupa, kala meniup terompet di malam tahun baru nanti, berdoalah semoga Israfil
tetap tak tergoda untuk turut meniup terompet sangkakalanya
Hakikat Silaturahmi

June 16th, 2008 | Oleh Cordova Press

“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim (Arham). Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (QS. 4:1)

Silaturahmi secara bahasa berasal dari dua kata, yakni silah (hubungan) dan Rahim (Rahim
perempuan) yang mempunyai arti Hubungan nasab, sebagaimana ayat diatas kata al-Arham
(rahim) diartikan sebagai Silaturahmi. Namun pada hakikatnya silaturahmi bukanlah sekedar
hubungan nasab, namun lebih jauh dari itu hubungan sesama muslim merupakan bagian dari
silaturrahmi, sehingga Allah SWT mengibarat kan umat Islam bagaikan satu tubuh. Sebagaimana
firman-Nya, “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat.” (49:10).

Hubungan persaudaraan inilah yang menjadikan sesama muslim mempunyai kewajiban untuk
saling membantu, saling menghormati, menjenguk ketika sakit, mengantarkan sampai ke
kuburan ketika meninggal dunia, saling mendoakan, larangan saling mencela, menghasud dan
lain sebagainya.

Al-Qur’an telah banyak menceritakan kisah terputusnya silaturahmi, padahal mereka


mempunyai hubungan nasab. Diantaranya, Nabi Ibrahim AS menjadi jauh dengan bapaknya,
karena seorang Musyrik. Malah doa nabi Ibrahim untuk bapaknya sendiri tidak dikabulkan oleh
Allah SWT, sebagaimana firman-Nya, “Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah)
untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya
itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim
berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya
lagi penyantun”. (QS. 9:114).

Nabi Luth AS harus berpisah dengan istrinya dikarenakan tidak mau mengikuti ajarannya,
sehingga Allah SWT mengadzabnya bersama kaum yang lainnya, Nabi Nuh AS harus berpisah
dengan anaknya Kan’an dikarenakan tidak mau mengikuti ajarannya, sehingga Allah SWT
menenggelamkannya bersama umat yang lainnya. Begitupun dengan Nabi Muhammad SAW
tidak bisa bersama-sama didalam surga bersama pamannya Abu Thalib, padahal pamannya
sangat menjaga dan menyayangi beliau.

Untuk menghindari terputusnya silaturahmi, Allah SWT mengajarkan sebuah doa supaya
senantiasa ada dalam keimanan,”Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami
condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah
kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi
(karunia).” (QS. 3:8)
Wallahu a`lam bi ash-Shawab.
Aku seorang suami dan ayah dari dua orang anak yang sangat lucu. Saat ini aku baru saja
menyelesaikan pendidikan dokter spesialis di Jakarta. Sempat aku bernazar saat dalam
pendidikan, jika lulus nanti, insya Allah aku dan keluarga akan menjalani ibadah umrah sebagai
wujud rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatNya tiada terhingga.
Seperti yang sering disebutkan dalam surat Ar Rahman berulang-ulang. Tak terasa waktu demi
waktu kujalani dan hari kelulusanku pun tiba, saat kelulusanku ternyata hampir bersamaan
dengan musim haji sehingga rasanya untuk menjalankan ibadah umrah kami sekeluarga harus
bersabar hingga 3-4 bulan ke depan. Ada sebuah biro perjalanan haji dan umrah di Jakarta yang
secara tak sengaja kami temui di Makkah Al Mukkarama sejak tahun 2006, ketika aku dan
istriku menunaikan ibadah haji, mereka menawarkan untuk umrah di bulan Januari dengan
memanfaatkan undangan salah seorang Amir di Saudi Arabia untuk mendapatkan visa umrah
tentunya, karena seperti kita ketahui bahwa ibadah umrah untuk Asia Tenggara baru dibuka pada
bulan Maret.

Pucuk dicinta ulam tiba pikirku, Allah selalu menjawab niat baik umatnya apalagi jika umatnya
ingin mendekatkan diri kepadaNya. Saat hari pemberangkatan tiba, beberapa teman dekat sempat
mengucapkan selamat jalan melalui telepon bahkan ada seorang temanku yang belum pernah ke
Saudi ingin sekali berangkat haji dengan menanyakan kepadaku, jika ada biro perjalanan haji
yang membutuhkan tenaga dokter, maka temanku tersebut siap untuk berangkat, sungguh mulia
niatnya pikirku saat mendengarkannya bercerita.

Beberapa jam sebelum kami berangkat ke bandara, datanglah manajer dan pemilik biro
perjalanan haji dan umrah tersebut ke kediaman kami, untuk memberitahukan dengan berat hati
bahwa perjalanan umrah tertunda untuk waktu yang tidak ditentukan karena masalah visa. Tidak
masalah, jawabku dan istriku sambil tersenyum mantap, karena ini adalah undangan Allah
sehingga masalah berangkat atau tidak, adalah ketentuan Allah, kami sangat menyadari itu
karena aku dan istri sering mengalami hal-hal yang menurut kami adalah semacam ketentuan
atau jalan dari Allah SWT yang sulit kami jabarkan secara gamblang di sini.

Pihak biro pun merasa heran bercampur lega saat itu karena kami
tidak marah ataupun kecewa bahkan kami sempat berbincang-bincang mengenai masalah
lainnya. Di kesempatan itu pulalah pemilik biro perjalanan haji dan umrah tersebut menawarkan
aku untuk menjadi tenaga medis saat ibadah haji tahun 2010 ini. Subhanallah, sempat ku
terhenyak karena beberapa saat yang lalu temanku ingin sekali menunaikan ibadah haji dengan
menjadi tenaga kesehatan di sana, doa temanku langsung diijabah oleh Allah SWT. Kukatakan
apa adanya kepada pemilik biro perjalanan tersebut bahwa aku merasa sangat terhormat dan
berterima kasih karena sudah dipercaya, namun apabila tidak keberatan sebaiknya temanku yang
berangkat karena atas pertimbangan bahwa temanku belum pernah berhaji serta -mungkin juga-
memang doa temanku tersebut yang diijabah oleh Allah SWT.

Pemilik biro tersebut tanpa ada keraguan sedikitpun langsung menyetujuinya. Di sinilah tangan
Allah bekerja, bagaimana mungkin beberapa komponen bertemu pada saat yang sama sehingga
menghasilkan suatu keputusan penting ? Apakah ini suatu kebetulan ? Tentu tidak, ini adalah
ketentuan Allah SWT. Ini adalah nikmat pertama, tidak berangkat umrah, namun diganti dengan
menghajikan seorang teman. Fabi ayyi alaa irobikum matukadzibaan (Karunia Tuhanmu mana
lagi yang kan kau dustakan).

Tidak disangka, rizki kembali menghampiri kami di awal bulan Februari, pemilik biro tersebut
memberitahukan kepada kami bahwa visa sudah didapatkan dan kami dapat berangkat tanggal 4
Februari 2010. Bahkan aku sempat tidak menyadari bahwa jadwal berangkat tersebut di bulan
Februari, karena sepertinya aku salah membaca pesan singkat melalui Short Message Service
yang dikirimkan oleh pihak biro perjalanan tersebut yang sempat kukira berangkat pada tanggal
4 Maret 2010. Subhanallah, kenapa tiba-tiba jadi sangat lancar seperti ini ? Kebetulankah ? Tentu
tidak, kembali ini adalah campur tangan dari Allah SWT, karena begitu diberi satu ujian dan kita
dapat menerimanya maka kita akan lulus dan naik kelas tentunya, hadiahnya ? Inilah hadiahnya,
berangkat umrah dilancarkan.

Pesawat berangkat dari bandara Soekarno-Hatta dengan tujuan Madinah Al Munawara tak terasa
kami tempuh dalam waktu 10 jam, cuaca cerah di Madinah, suhu berkisar 15-17 derajat celcius,
cukup sejuk walaupun matahari bersinar dengan terang. Badan sedikit letih mungkin karena jet
lag, namun rasa bahagia kami sekeluarga serta merta telah menghilangkan rasa lelah tersebut
begitu melihat keagungan masjid Nabawi, telah terbayang di pelupuk kami semua bahwa kami
akan segera bertemu dengan Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya, tak sabar rasanya ingin
menyapa Rasulullah SAW, bahkan ayahku yang belum lama ini terkena serangan jantung dan
berhasil selamat walaupun terlihat mulai tua dan lelah namun begitu melihat masjid Nabawi,
masjid Rasulullah SAW terlihat binar-binar kebahagiaan di wajahnya yang sulit dijelaskan di
sini.

Jarak hotel kami dengan masjid hanya terpaut pagar pembatas saja, namun demikian bagi
seorang yang pernah terkena serangan jantung mungkin terasa jauh karena harus berjalan
beberapa saat, namun hal itu tidak memupuskan niat ayahku untuk beribadah, walaupun jarak
tersebut harus ditempuh dengan beberapa kali istirahat dengan berjalan kaki, dengan sabarnya
ibuku menunggu ayah saat berjalan.
Assalamualaika ya Rasulullah, bergetar hati ini rasanya
ketika mengucapkan itu di depan makam Rasulullah dan sahabat-sahabatnya , betapa berat ya
Rasulullah perjuanganmu saat itu untuk menyiarkan Islam, namun lihatlah hari ini ya Rasulullah,
umatmu sudah datang dari berbagai penjuru dunia. Tak terasa air mata mengalir dari mata
ayahku, aku, anak laki-lakiku yang berusia 9 tahun, dan mutawif.

Dua hari di Madinah kami isi dengan ibadah di masjid, dan selalu kami sempatkan untuk sholat
di Raudah, tak lupa pula kami selau minum air zam-zam yang disediakan di masjid tiap kali
selesai sholat. Betapa damai dan indahnya suasana hati kami semua saat berada di Madinah, kota
yang dicintai Rasulullah SAW, bahkan anak perempuanku yang berusia 6 tahun pun merasa
senang sekali berada di Madinah khususnya di masjid Nabawi, tak henti-hentinya dia
mengucapkan “aku suka air zam-zam.”

Perjalanan umrah kami lanjutkan menuju Makkah Al Mukarramah untuk menunaikan ibadah
umrah, tak lupa kami semua pamit kepada Rasulullah SAW. Miqat kami ambil di Bir Ali di pagi
hari dengan cuaca cerah dan udara yang sejuk. Selama dalam perjalanan kami bersama muthawif
tak henti-hentinya mengucapkan talbiyyah “Labbaik allahuma labbaik, labbaika laa syarika
laka labbaik…” Menyambut panggilan Allah SWT, tak terasa kami sudah berada di depan
Dar Al Tawhid- Intercontinental Makkah, setelah sempat berhenti sesaat untuk makan siang di
pertengahan jalan.

Kembali hati ini berdegup kencang, terharu, senang, bercampur aduk menjadi satu karena akan
melihat Baitullah, apalagi anak perempuanku semangatnya hampir mengalahkan semua anggota
keluarga lainnya karena selalu meminta untuk melihat Kabah yang sebelumnya hanya dapat
dilihatnya di majalah atau layar kaca, Subhanallah anak ini ujarku, betapa bersyukurnya aku dan
istri memiliki anak-anak yang soleh dan solehah. Pasti ini karena doa orangtua kami, saudara-
saudara kami, dan kerabat-kerabat kami yang selalu mendoakan.

Tak terasa air mata sudah mulai menitik, betapa besar rasa sayang Allah SWT kepada keluarga
kami, kupandangi wajah anggota keluargaku satu persatu dari mulai ayah, ibu, istri, anak lelaki,
anak perempuanku, begitu bersemangatnya mereka semua untuk beribadah, tak terlihat
sedikitpun rasa lelah setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dengan mobil GMC. Tanpa
menyia-nyiakan waktu yang ada, kami bergegas untuk melaksanakan ibadah umrah. Tak kuasa
hati ini rasanya begitu kembali memandang Kabah, mata ini kembali mengalirkan air matanya,
ya Allah telah engkau dengarkan doaku sehingga aku bersama keluargaku tercinta dapat kembali
menjadi tamu Mu ya Allah, karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.

Suasana Masjidil Haram memang cukup lengang saat itu karena musim umrah belum mulai.
Enam tahun yang lalu saat aku menunaikan ibadah umrah pertama kalinya aku pernah memohon
kepada Allah SWT agar aku diberikan kesempatan untuk dapat mencium batu yang berasal dari
syurga yang dilekatkan di Kabah atau biasa disebut dengan Hajar Aswad. Dalam doaku, aku
sempat memohon agar diberikan kesempatan untuk menciumnya, namun tanpa harus menyakiti
orang lain karena untuk menujunya, harus berdesak-desakan. Bahkan saat menunaikan ibadah
haji pun aku sempat berdoa dengan doa yang sama, hanya saja memang doaku sedikit terdengar
mission impossible. Namun bagi Allah SWT tiada yang tak mungkin, setelah menunggu dengan
sabar selama 6 tahun ternyata Allah tidak tega membiarkan umatnya merengek terus meminta
hal yang sama.

Pada kesempatan umrah kali ini Allah SWT membiarkan aku dan keluargaku mencium Hajar
Aswad berkali-kali tanpa harus berdesak-desakan, cukup dengan antri tidak sampai dua menit
dan hal tersebut dapat terlaksana dengan sangat sempurna. Terima kasih ya Allah, betapa Engkau
selalu mendengarkan keinginan setiap umatMu. Begitu pula saat aku tiba-tiba mengungkapkan
keinginan untuk sholat fardhu di depan Kabah ketika qamat mulai dilantunkan, padahal saat itu
aku jauh berada di belakang, “Ayo pak kita maju aja ke depan jalan pelan-pelan” ungkap
mutawifku. Saat itu kami bertiga, ternyata diantara shaf depan yang sudah penuh terisi tersebut
tersisa tempat untuk tiga orang, Subhanallah.. sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib
suatu kaum apabila kaum tersebut tidak berusaha.

Kemudahan-kemudahan dan berbagai keajaiban terus terjadi pada keluarga kami yang jika
dijabarkan satu persatu, mungkin akan terlalu panjang jika disebutkan di sini. Bahkan ketika
kami sedang mengunjungi museum Kabah yang izinnya terkenal ketat, saat itu seharusnya
museum ditutup karena belum waktunya buka, ternyata kami diperbolehkan masuk dengan
mudah. Tak henti-hentinya kami sekeluarga bersyukur atas apa yang telah Allah SWT berikan
kepada kami. Lainsyakartum laidzadanakum, lainkafartum inna adzabii lasyadiid.

Perjalanan spiritual selama 8 hari serasa cepat sekali berlalu dengan indah, hubungan kami
dengan para mutawif di sana pun sudah seperti keluarga, begitu ikhlas, penuh perhatian, sabar,
dan berdedikasi tinggi. Terima kasih ya Allah, terima kasih orang tuaku, terima kasih istri dan
anak-anakku, terima kasih Cordova. Semoga semua ini jadi amalan baik kita dan menjadi modal
di akhirat kelak.

Kupersembahkan untuk Iin, Rafi, dan Medine


Tangerang, 16 Februari 2010

You might also like