You are on page 1of 13

Strategi Pembelajaran Ekspositori

Abstraksi

Kegiatan belajar mengajar merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan,
sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar, atau guru mengajar
agar siswa belajar. Oleh karena keduanya merupakan suatu keterpaduan, maka
pendekatan atau strategi mengajar yang digunakan oleh guru sangat menentukan
keberhasilan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa.

Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan efektif dan efisien maka diperlukan


perencanaan yang tersusun secara sistematis, demi tercapainya tujuan yang menjadi
target kesuksesan sebuah pembelajaran. Salah satu cara untuk mencapai cita-cita
dari proses pembelajaran yaitu dengan menerapkan strategi atau metode yang
sesuai dengan tujuan yang akan dimaksud apabila proses pembelajaran telah
selesai.

Metode ceramah banyak dipilih karena mudah dilaksanakan dengan


persiapan yang sederhana, hemat waktu dan tenaga, dengan satu langkah langsung
bisa menjangkau semua siswa dan dapat dilakukan cukup di dalam kelas. Setiap
penyajian informasi secara lisan dapat disebut ceramah. Penyajian ceramah yang
bersifat formal dan biasanya berlangsung selama 45 menit maupun yang informal
yang hanya berlangsung selama 5 menit. Ceramah tidak dapat dikatakan baik atau
buruk, tetapi penyampaian ceramah harus dinilai menurut tujuan penggunaannya.

1
BAB I
PENDAHULUAN

Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan


memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran
serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah,
demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh
guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode
pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara
langsung.

Penggunaan metode ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri
fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru.Kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat kepada
guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara
terperinci tentang materi pembelajaran. Metode ekspositori sering dianalogikan
dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi.Pada
umumnya guru lebih suka menggunakan metode ceramah dikombinasikan dengan
metode tanya jawab.

Tidak ada satupun strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik daripada
strategi lainnya. Baik atau tidaknya suatu strategi pembelajaran tergantung dari
efektifitasnya dalam mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. 1 Dengan
demikian, sebelum seorang guru menentukan startegi apa yang akan ia gunakan
dalam sebuah pembelajaran terlebih dahulu ia harus menentukan tujuan apa yang
hendak dicapai dalam proses pembelajaran tersebut.

1
Wina Sanjaya, Startegi Pembelajaran , (Jakarta: Kencana, 2010) hal. 181

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Strategi Pembelajaran.
Dalam interaksi belajar-mengajar terjadi proses saling mempengaruhi antara
guru dan siswa. Bukan hanya guru yang mempengaruhi siswa, akan tetapi siswa juga
bisa mempengaruhi guru. Perilaku guru akan berbeda ketika menghadapi kelas yang
aktif dengan yang pasif, kelas yang disiplin dan yang tidak disiplin. Selain itu proses
belajar mengajar bukan hanya melibatkan antara guru dengan siswa, hal yang lain
juga ikut berinteraksi dalam proses ini seperti siswa dengan siswa lainnya dan
termasuk juga media belajar yang digunakan.
Peranan guru dan siswa dalam interaksinya pada proses belajar mengajar
sangat ditentukan oleh strategi yang dipilih guru dalam mendidik. Oleh karena itu,
tujuan dan target yang harus dicapai dari suatu pembelajaran merupakan dasar
pertimbangan seorang guru dalam memilih strategi yang akan ia terapkan. Dilihat
dari peran yang lebih dominan dalam proses belajar mengajar, para pakar pendidikan
membagi strategi pembelajaran menjadi dua yaitu:2

1. Siswa sebagai pusat pembelajaran.


Proses belajar mengajar dari sudut siswa sebagai pusat ini merupakan
serangkaian upaya untuk mengembangkan kemampuan dan perilaku serta nilai bagi
diri siswa baik kemampuan intelektual, sosial, afektif, maupun psikomotor.
Sebagaimana Suhaenah Suparno mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas
yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya
yang dilakukan seorang siswa.3
Dari sudut ini interaksi dalam proses belajar mengajar lebih aktif dilakukan
oleh siswa, peranan mereka lebih besar dibanding guru karena siswa tidak diberi
bahan ajar yang sudah jadi atau sudah selesai dan kemudian untuk dihafal, akan
tetapi diberi persoalan-persoalan yang membutuhkan pengamatan, percobaan,
analisis, dan penyimpulan oleh para siswa sendiri.
2
R. Ibrohim & Nana Syaodih S., Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996) hal. 35
3
A. Suhaenah Suparno, Membangun Kompetensi Belajar, (Jakarta: Depdiknas 2000) hal. 2

3
2. Guru sebagai pusat pembelajaran.
Dilihat dari sudut guru, proses belajar mengajar berwujud dalam kegiatan
mengajar. keberhasilannya cenderung lebih banyak ditentukan oleh apa yang dimiliki
guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme,
motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi),
dan kemampuan mengelola kelas.
Dari sudut ini interaksi dalam proses belajar mengajar lebih cenderung
dilakukan oleh guru dan peranan siswa lebih pasif, mereka lebih banyak menerima
dari apa yang disampaikan oleh guru. Pengertian menerima atau pasif disini lebih
banyak menyangkut proses mental terutama berpikir. Dalam kegiatan belajar
menerima bukan berarti tidak ada proses berpikir sama sekali akan tetapi prosesnya
sedikit atau sederhana.

B. Strategi Pembelajaran Ekspositori


1. Definisi Strategi Pembelajaran Ekspositori
Wina Sanjaya mendefinisikan strategi pembelajaran ekspositori adalah
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal
dari seorang guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal. Dengan strategi ini materi pelajaran disampaikan secara
langsung, dan siswa tidak dituntut untuk menemukan materi tersebut. 4Dan untuk
mengenalinya strategi pembelajaran ekspositori memiliki ciri khas sebagai berikut: 5
a. Dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal,
artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan
strategi ini, oleh karena itu orang sering mengidentikkannya dengan
ceramah.
b. Biasanya materi yang disampaikan dengan strategi ini adalah materi
yang sudah jadi seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang
harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.

4
Wina Sanjaya, Startegi Pembelajaran , (Jakarta: Kencana, 2010) hal. 179
5
Ibid.

4
c. Tujuan utama dari strategi ini adalah penguasaan materi pelajaran itu
sendiri. Artinya setelah proses pembelajaran selesai siswa diharapkan
menguasai materi yang telah diuraikan.
Seirama dengan definisi di atas, R Ibrahim & Nana Syaodih juga
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang
menempatkan guru sebagai peran yang lebih aktif baik pada tahap perencanaan
maupun dalam proses pelaksanaan. Dan sebaliknya siswa berperan lebih pasif tanpa
banyak melakukan pengolahan materi pembelajaran, karena telah menerima materi
yang sudah jadi dari guru. Selain itu mereka juga menyatakan bahwa metode
pembelajaran ceramah dan demonstrasi termasuk bagian dari strategi pembelajaran
ini.6
Karena strategi ini lebih cendrung dipengaruhi oleh aliran psikologi
behaviouristik yang menekankan kepada pemahaman bahwa perilaku manusia pada
dasarnya adalah keterkaitan antara stimulus dan respon, maka dari itu dalam
implementasinya peran guru sebagai pemberi stimulus merupakan faktor yang sangat
menentukan.7 Peran guru dalam memfasilitasi koneksi antara stimulus dengan respon
benar-benar menjadi kunci dari kesuksesan pembelajaran dengan strategi ekspositori
ini, atau dengan kata lain semakin baik stimulus semakin baik juga respon yang
datang dari siswa sebagai feedback.

2. Prinsip Pembelajaran Ekspositori


Dalam penerapannya strategi ekspositori memiliki prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan oleh setiap guru. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:8
a. Berorientasi pada tujuan.
Meski penyampaian materi secara verbal adalah ciri khas dari strategi
ekspositori, akan tetapi setiap guru terlebih dahulu harus merencanakan
dan merusmuskan orientasi dari pembelajaran yang akan ia sampaikan.
Tujuan umum dan tujuan khusus dari pembelajaran setidaknya harus

6
R. Ibrohim & Nana Syaodih S., Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996) hal. 43
7
Wina Sanjaya, Startegi Pembelajaran , (Jakarta: Kencana, 2010) hal. 179
8
Ibid.

5
menjadi acuan dalam pelaksanaan pembelanjaran ekspositori demi
terfokusnya materi dan tidak meluasnya pembahasan yang akan
disampaikan seorang guru. Contoh penyimpangan dari prinsip ini seperti
seorang guru yang lebih cendrung bercerita tentang kehidupan
pribadinya sehingga pembahasan terfokus kepada si guru bukan lagi
materi dari pembelajaran yang disampaikannya.
b. Komunikasi yang efektif.
Proses pembelajaran dengan strategi ekspositori merupakan
penyampaian pesan dari seorang guru kepada siswa. Pesan yang
dimaksud disini adalah materi pembelajaran yang terencana dan tersusun
secara rapi, sebab dalam proses pembelajaran terjadi urutan perpindahan
pesan dari sumber pesan (guru) kepada si penerima pesan (siswa).
Efektif atau tidaknya sebuah komunikasi tergantung dari kualitas pesan
yang tersampaikan kepada penerima pesan dan dalam hal ini adalah
siswa yang menerima materi pelajaran. Contoh penyimpangan dari
prinsip ini seperti seorang guru yang menyampaikan materi dengan nada
suara yang sangat rendah sehingga tidak terdengar oleh para siswa, atau
seorang guru yang tidak bisa mengatur intonasi ketika berkomunikasi
dengan siswa sehingga menimbulkan kebingungan di benak para siswa.
c. Kesiapan Siswa.
Kesiapan siswa dalam menerima stimulus yang akan disampaikan oleh
seorang guru merupakan prinsip yang tidak bisa ditinggalkan, sebab
sebaik apapun metode seorang guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran tidak akan dapat diterima oleh sebagian atau bahkan
seluruh siswa. Sebelum proses transfer ilmu siswa harus dalam keadaan
siap menerima pesan yang disampaikan oleh sorang guru, meski
demikian adalah tanggung jawab seorang guru dalam memposisikan
para siswa untuk siap baik secara fisik maupun psikis. Contoh
penyimpangan dari prinsip ini seperti seorang guru yang memulai

6
ceramah di depan kelas tanpa sedangkan para siswa masih ngantuk atau
tertidur di dalam kelas.
d. Berkelanjutan.
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk
mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran tidak hanya
berlangsung saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya.
Pembelajaran akan disebut berhasil apabila proses penyampaian dapat
membawa siswa pada situasi ketidak seimbangan (penasaran), sehingga
mendorong siswa untuk terus menggali materi pembelajaran serta
menambah wawasan melalui proses belajar mandiri.

3. Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Ekspositori


Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori, yaitu:9
a. Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk
menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan
merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangat
tergantung pada langkah persiapan. Beberapa hal yang harus dilakukan
dalam langkah persiapan di antaranya adalah:
1) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.
2) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.
3) Bukalah file dalam otak siswa.
b. Penyajian (Presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai
dengan persiapan yang telah dilakukan. Harus dipikirkan oleh seorang
guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat
dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Karena itu, ada

9
Ibid. lihat juga DEPDIKNAS, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Jakarta: 2008) hal. 35

7
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini,
yaitu:
1) Penggunaan bahasa.
2) Intonasi suara.
3) Menjaga kontak mata dengan siswa.
4) Menggunakan joke-joke yang menyegarkan.
c. Korelasi (Correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran
dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan
siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang
telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna
terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur
pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan
kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
d. Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti {core) dari materi
pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan
langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui
langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses
penyajian.
e. Mengaplikasikan (Application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah
mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah
yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab
melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang
penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang
biasa dilakukan pada langkah ini di antaranya:
1) Dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah
disajikan.

8
2) Dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang
telah disajikan.

4. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Ekspositori


a. Keunggulan.
Pembelajaran Ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang
banyak dan sering digunakan, hal ini disebabkan strategi ini memiliki
beberapa keunggulan, di antaranya:10
1) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan
dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh
mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila
materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu
waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat
mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran,
juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui
pelaksanaan demonstrasi).
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan
untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

b. Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori juga
memiliki kelemahan, di antaranya:11
1) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap
siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara
baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu
digunakan strategi lain.

10
Ibid. lihat juga DEPDIKNAS, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Jakarta: 2008)
11
Ibid. lihat juga DEPDIKNAS, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Jakarta: 2008)

9
2) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu
baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan
bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3) Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan
sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan
sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4) Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak
terjadi satu arah (one-way communication), maka kesempatan untuk
mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat
terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa
mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada
apa yang diberikan guru.

5. Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Ekspositori.


Bidang Study Fiqih MTs
Standar Kompetensi - Siswa dapat melaksanakan shalat fardhu.
Kompetensi Dasar - Siswa melaksanakan tata cara shalat fardhu dan
menghafal bacaan pada tiap rukunnya.
Indikator - Menjelaskan pengertian shalat
- Menjelaskan syarat-syarat shalat
- Menjelaskan rukun shalat
- Menjelaskan sunnah shalat
- Menjelaskan hal-hal yang membatalkan shalat
Metode Pembelajaran - Ekpositori
- Tanya Jawab
Media - Perangkat Komputer/Laptop
- LCD Proyektor

Kegiatan pembelajaran:
a. Pendahuluan
1. Guru menggali informasi pengalaman siswa tentang sholat.
2. Guru mempersiapkan perhatian siswa untuk menerima pelajaran
dengan mengaitkan materi sebelumnya.
3. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dipelajari serta manfaat
dan pentingnya sholat.

10
b. Kegiatan inti
1. Guru menjelaskan pengertian shalat dengan menggunakan media slide
dan LCD.
2. Guru menjelaskan syarat-syarat sahnya shalat dengan menggunakan
media slide dan LCD dilanjutkan dengan tanya jawab antara guru dan
siswa.
3. Guru menjelaskan rukun-rukun shalat dengan menggunakan media
slide dan LCD dilanjutkan dengan tanya jawab antara guru dan siswa.
4. Guru menjelaskan sunnah-sunnah yang terdapat pada shalat dengan
menggunakan media slide dan LCD dilanjutkan dengan tanya jawab
antara guru dan siswa.
5. Guru menjelaskan hal-hal yang membatalkan shalat dengan
menggunakan media slide dan LCD dilanjutkan dengan tanya jawab
antara guru dan siswa.
c. Penutup
1. Guru menyimpulkan seluruh pelajaran yang telah disampaikannya.
2. Guru memberi tugas rumah yang relevan dengan materi yang baru
saja disampaikan.

11
BAB III
PENUTUP

Ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang mengarah kepada


tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Dalam penggunaan
strategi ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta
pembelajaran karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat kepada guru karena
guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci.
Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada
apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat,
antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur
(berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan
proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.

12
DAFTAR PUSTAKA

A. Suhaenah Suparno, Membangun Kompetensi Belajar, (Jakarta: Depdiknas 2000)

DEPDIKNAS, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Jakarta: 2008)

R. Ibrohim & Nana Syaodih S., Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,

1996)

Wina Sanjaya, Startegi Pembelajaran , (Jakarta: Kencana, 2010)

13

You might also like