You are on page 1of 49

“Telah nyata kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia supaya

Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka
kembali .” . Di tengah hiruk pikuknya pembangunan dunia sekarang ini kita dihadapkan pada
kenyataan bahwa pembangunan secara langsung maupun tidak mengharuskan timbulnya
kehancuran di sisi lain. Tuntutan yg besar dari pembangunan terhadap ketersediaan bahan baku
dan sumber daya alam telah mendorong banyak anak manusia utk melakukan pengrusakan di
belahan lain dari bumi ini demi mengambil keuntungan sesaat dari pembangunan itu.
Lihatlah bagaimana hutan-hutan ditebangi pohon-pohonnya utk sekedar mendapatkan kayu yg
indah dan kuat utk memenuhi selera pembangunan tanpa menghiraukan akibat yg akan menimpa
lingkungan. Bahkan sudah banyak yg merasakan akibatnya mulai dari tanah longsor banjir dan
sebagainya. Juga ada pembakaran hutan sebagai cara murah utk membuka lahan tanpa
mempedulikan kehidupan orang lain yg terganggu oleh asap yg tebal baik kesehatan masyarakat
kegiatan perekonomian dan kepentigan umum lainnya. Pembangunan itu penting namun
melindungi diri dari ketamakan pembangunan itu lbh penting. Pembangunan harus dilanjutkan dgn
tetap menjaga alam dan lingkungan dari pengrusakan. Logikanya adl bahwa membangun sambil
merusak sama dgn nol. Banyak lagi kehancuran yg ditimbulkan oleh ulah manusia yg rakus dan
bodoh. Banjir yg melanda kita beberapa saat yg lalu juga merupakan akibat perbuatan kita yg suka
menjadikan got-got dan saluran pembuangan air sebagai tempat sampah. Juga akibat perbuatan
kita yg tak peduli dgn kelestarian sungai sebagai saluran utama bagi air hujan. Kehancuran-
kehancuran yg ditimbulkan kerusuhan dan demo-demo juga tidak sedikit. Sementara di lautan
ketamakan manusia juga menimbulkan kerusakan yg tak sedikit mulai dari penghancuran terumbu
karang penggalian pasir laut tumpahan minyak perburuan dan penangkapan ikan-ikan yg tak
mengenal batas telah menimbulkan kesengsaraan pada sebagian ummat manusia serta kerusakan
alam. Udara juga tak ketinggalan terkena kerusakan bolongnya ozon sedikit demi sedikit telah
menimbulkan berbagai efek yg tak pernah ada sebelumnya yg ditimbulkan oleh radiasi
sinar matahari yg tak lagi disaring oleh ozon. Lalu timbullah ketakutan pada sebagian bangsa akan
habisnya riwayat bumi ini lalu mereka mulai memikirkan dan membuat stasiun-stasiun angkasa
sebagai tempat mengungsi manusia jika terjadi hal-hal yg tak diinginkan. Kerusakan dan
kehancuran dalam kehidupan manusia dgn segala aspeknya juga lbh dahsyat. Pembunuhan massal
mau pun tidak dekadensi moral ketamakan iri dan dengki telah mengantarkan manusia menuju
derajat yg lbh rendah dari binatang ternak sekalipun.Lembaran ini tak akan cukup utk
mengungkapkan semua kehancuran yg diakibatkan oleh perbuatan manusia di muka bumi ini baik
laut mau pun darat. Untuk menanggulangi hal ini kita selalu meminta kesadaran dari semua orang
yg terlibat secara langsung maupun tidak langsung sayangnya kita tak pernah menyadari bahwa
ketamakan dan kerakusan kita merupakan biang semua itu dan lagi pula kita tidak
tahu bagaimana membentuk generasi yg sadar. Setiap hari generasi kita hanya dicekoki dgn segala
keindahan dan kesenangan dunia sehingga membuat mereka lalai akan kewajiban mereka. Mereka
hanya sibuk berpesta dgn segala kesenangan semunya. Seharusnyalah kita menyisihkan waktu utk
merenungi segala perbuatan kita tiap harinya. Dengan begitu kita dapat melakukan evaluasi dini
pada segala perbuatan yg akan merugikan dan merusak. Semoga Allah menunjuki kita jalan yg lbh
baik. Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Kerusakan Bumi Akibat Manusia
Posted by: admin
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka
kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-Araf [7]: 96)
Bila kita melihat keadaan negara kita, terlihat sangat carut marut keadaan ekonomi maupun kehidupan
masyarakat. Semenjak krisis ekonomi mendera pada tahun 1997 sampai sekarang, negara kita belum
mampu keluar dan mengatasi permasalahan ini.
Bahkan, belakangan ini, negara kita ditimpa oleh musibah yang berkepanjangan. Bahkan musibah yang
terjadi menimpa darat, laut dan udara. Lengkaplah sudah penderitaan negeri ini. Belum lagi masalah
alam yang belum beres, masalah baru kembali mencuat yaitu adanya masalah flu burung, demam
berdarah dan musibah yang lainnya yang melanda negeri ini.
Masyarakat yang miskin, semakin terjepit dengan harga-harga barang pokok kehidupan seperti beras
naik. Sehingga banyak masyarakat yang hanya mengandalkan pemberian orang ataupun makan
seadanya walau hanya memakan nasi basi dan nasi kering.
Kelaparan melanda, kemiskinan bertambah, tapi seolah-olah itu tidak menjadikan kita untuk semakin
mendekatkan diri kepada Allah. Kita malah semakin jauh dari-Nya dan hanya mementingkan diri kita
sendiri.
Allah telah menjanjikan kepada kita apabila masyarakat dalam suatu negeri beriman dan bertakwa, maka
Allah akan melimpahkan keberkahan dari langit dan bumi. Sebagaimana firman-Nya, “Jikalau sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah
dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.” (QS. Al-a’raf [7]: 96)
Bila kita mau menghayati dan mengamalkan firman Allah ini, maka kita tidak akan berada dalam keadaan
seperti ini. Karena bila kita beriman dan bertakwa kepada-Nya, niscaya kita akan berada dalam
kehidupan yang lebih baik.Seorang ayah menyayangi anaknya, seorang karyawan menghormati
atasannya, masyarakat mencintai pemimpinnya, dan yang lain sebagainya. Itulah yang diajarkan Allah
melalui Rasul-Nya untuk saling mencintai dan menyayangi dalam kehidupan.
Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, memberikan solusi akan hal itu. Islam yang diperkenalkan
kepada umat manusia selama 23 tahun, sebenarnya telah memberikan gambaran yang sangat jelas
dalam mengatur kehidupan manusia melalui al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW.Kita tahu, pada
permulaan hijrah, Rasulullah SAW, telah mempersaudarakan kaum muhajirin dan kaum anshar, antara
penduduk Mekah dan Madinah, yang mungkin pada zaman jahiliyah dulu mereka berperang untuk
mempertahankan kekuasaannya. Tapi setelah datangnya Islam, mereka seperti saudara sekandung yang
tidak akan pernah terpisahkan lagi. Dan keberkahan didapati dalam kehidupan mereka, karena satu
tujuan, yaitu menjadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai tuntunan hidup melalui al-Quran dan Sunnah.
Pada zaman sekarang ataupun yang akan datang, kita tidak akan pernah mendapatkan kembali suatu
generasi seperti generasi pertama Islam. Karena generasi pertama Islam benar-benar rela
mengorbankan harta dan jiwa mereka untuk Islam. Selain itu, keimanan dan ketakwaan mereka kepada
Allah benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan mereka, sehingga Allah menaungi mereka dengan
keberkahan didalam kehidupan.
Tetapi yang terjadi sekarang, banyak masyarakat kita yang mendustakan akan kebenaran yang
datangnya dari Allah dan Rasul-Nya. Pikiran kita telah banyak terkontraminasi oleh pemikiran-pemikiran
dari selain al-Quran dan Sunnah juga oleh logika pemikiran sendiri, sehingga kita banyak mengartikan
ayat-ayat dalam al-Quran sesuai dengan logika sendiri tanpa dibarengi oleh ilmu yang lainnya.
Maka, janganlah kita menyalahkan alam dan yang lainnya apabila terjadi bencana dan kerusakan
dimana-mana, tetapi salahkan diri kita sendiri. Setiap bencana yang menimpa dan musibah yang
melanda adalah akibat tangan kita sendiri.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka
kembali.”  (QS. AR-Ruum [30]: 41).
Allahu a’lam bisahawab
Perjalanan hidup manusia sejak Nabi Adam a.s. yaitu manusia pertama sekaligus bapak seluruh
umat manusia hingga sekarang ini tenyata menoreh berbagai macam bekas berupa sejarah yg
melukiskan perputaran roda kehidupan manusia dgn segala rona-ronanya yg pada hakekatnya
sejarah tiada pernah henti sampai tibanya ajal yg telah ditentukan oleh Allah mengenai akhir
hayat manusia dan akhir dari alam semesta ini. Karena Allah menciptakan langit dan bumi ini dan
apa yg ada di antara keduanya adl dgn ajal yg sudah ditentukan. Semua sejarah yg pernah berlalu
itu harus kita mengerti dan kita pelajari sehingga kita bisa napak tilas generasi-generasi Rabbani
melihat apa yg didapat oleh kaum yg beriman kepada Allah dan menyadari akibat dari orang-
orang yg mengingkari seruan Ilahi. Itulah yg dititahkan di dalam Alquran kepada kita umat akhir
jaman umat pilihan umat Nabi yg paling mulia Muhammad saw. bahwa Allah menjadikan
perjalanan umat-umat terdahulu itu sebagai ibrah bagi kita.

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagiorang-orang yg mempunyai


akal. Alquran itu bukanlah cerita yg dibuat-buat akan tetapi membenarkan yg sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yg beriman. .

Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat
memperhatikan bagaimana kesudahanorang-orang yg sebelum mereka; Allah telah menimpakan
kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima seperti itu. .

Kita harus menyadari bahwa mereka umat-umat terdahulu diadzab oleh Allah di dunia dgn adzab
yg dahsyat yg sangat mengerikan biladibayangkan adl krn mereka mendurhakai membangkang dan
mendustakan rasul yg diutus utk mereka. Mereka mengingkari kebenaran yg disampaikan kepada
mereka meskipun telah nyata bukti-bukti kebenaran di hadapan mereka. itu adl yg terjadi pada
umat-umat terdahulu sebelum diutusnya Rasulullah saw.

Adapun berkenaan dgn umat Rasulullah saw. umat akhir jaman ini ada keterangan dari Rasulullah
saw. bahwa jika umat-umat terdahulu mendurhakai dan mendustakan nabinya mereka segera
diadzab oleh Allah swt. dan apabila umat Muhammad saw. durhaka maka adzab mereka
ditangguhkan dahulu sampai suatu masa. Tetapi hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa Allah
akan menurunkan adzab kepada umat ini seperti yg pernah menimpa umat-umat terdahulu.
Karena Allah pernah mengabarkan bahwa tidak akan mengadzab suatu kaum sedang Rasulullah
saw. berada di antara mereka. Sedangkan saat ini Rasulullah saw. telahwafat. Dan Allah tidak
akan mengadzab suatu kaum sedangkan mereka beristighfar kepada Allah sedangkan manusia saat
ini lbh banyak yg lalaidari pada yg berdzikir lbh banyak yg berbuat maksiat dari pada yg
beristighfar. Maka datangnya adzab itu sangat mungkin terjadi mengingat kondisi mayoritas
manusia dewasa ini telah jauh dan teramat jauh dari petunjuk dan terang-terangan menentang
aturan Allah dan Rasul-Nya. Kemaksiatan meraja lela zina khamr judi penipuan dan pemerkosaan
hak sudah menjadi menu yg selalu disantap oleh masyarakat. Ada juga beberapa orang yg
dianggap sebagai tokoh agama justru mereka yg pertama kali menolak ketika ada tawaran
penegakan syariat Islam. Ditawari saja sudah menolak mentah-mentah bagaimana mungkin mereka
akan memperjuangkan kalimatullah itu. Na’udzubillah min dzalik.
Maka dari itu marilah kita tengok sejarah umat-umat terdahulu agar kita menyadari betapa keras
ancaman betapa pedih dan mengerikannya siksaan yg diberikan oleh Allah kepada umat yg
mendurhakai di dunia dan di akherat dan betapa besar ni’mat yg diberikan kepada umat yg
mentaati dan mengikuti petunjuk-Nya. Lebih dari itu dgn mempelajari dan menghayati kisah-
kisah orang-orang terdahulu baik yg beriman maupun yg durhaka kita harapkan hal itu bisa
menjadi penyubur iman dan keyakinan yg ada di lubuk hati akan kebenaran risalah Ilahi yg dibawa
oleh Rasul-Nya juga agar tumbuh rasa takut di dalam sanubari akan murka Allah yg tiada sesuatu
pun yg mampu menghalangi kehendak-Nya.

Yang pertama kita lihat kaum Nabi Nuh a.s. yg mendustakan Nabi mereka.

Tentang mereka Allah berfirman Sebelum mereka telah mendustakan kaum Nuh maka mereka
mendustakan hamba Kami dan mengatakan ‘Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi
ancaman’. Maka dia mengadu kepada Rabbnya ‘bahwasanya aku ini adl orang yg dikalahkan oleh
sebab itu tolonglah ‘. Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dgn air yg tercurah. Dan Kami jadikan
bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu utk satu urusan yg
sungguh telah ditetapkan.

Coba kita bayangkan pintu-pintu langit dibuka sehingga turunlah hujan yg tercurah limpah dgn
sangat deras ditambah lagi Allah menjadikan seluruh permukaan bumi memancarkan air hingga
tanah yg gersang sekalipun. Maka air dari langit bertemu dgn air yg memancar dari bumi hingga
akhirnya meninggi setinggi puncak gunung. Habislah apa yg dimuka bumi tenggelam semuanya.
Apakah hukuman mereka hanya sebatas itu? Tidak. Allah berfirman Disebabkan kesalahan-
kesalahan mereka mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka maka mereka tidak
mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah.

Adapun Nabi Nuh a.s. dan orang-orang yg beriman bersama dengannya mereka diselamatkan oleh


Allah. Dan Kami angkut Nuh ke atas yg terbuatdari papan dan paku. Yang berlayar dgn
pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang-orang yg diingkari . Dan sesungguhnya telah Kami
jadikan kapal itu sebagai pelajaran maka adakah orang yg mau mengambil pelajaran.

Itu adl merupakan sejarah besar yg pernah berlalu di muka bumi ini yg harus kita ambil sebagai
pelajaran. Tak hayal kalau ada sekelompok manusia di bumi ini yg mungkin krn keingin tahuan
mereka terhadap bukti-bukti sejarah mereka berusaha mencari-cari bangkai kapal Nabi Nuh a.s.

Yang kedua kaum ‘Ad. Yaitu kaum Nabi Hud a.s. yg mampu membangun bangunan-bangunan yg
tinggi yg belum pernah dibangun semisalnya. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana
Rabbmu berbuat terhadap kaum ‘Aad.
Penduduk Iram yg mempunyai bangunan yg tinggi. Yang belum pernah dibangun seperti itu di
negeri-negeri lain. .

Tetapi kelebihan yg ada pada mereka itu tidak dapat memberikanmanfaat sedikitpun kepada
mereka ketika mereka mendustakan Nabi Hud a.s. yg kemudian diadzab oleh Allah Kaum
‘Aadpun telah mendustakan . Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.
Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yg sangat kencang pada hari
nahas yg terus-menerus yg menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok korma yg
tumbang. Maka betapakah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.

. Diterangkan pula dalam surah yg lain Adapun kaum ‘Aad maka merekatelah dibinasakan dgn
angin yg sangat dingin lagi amat kencang. yg Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama
tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ‘Aad pada waktu
itu matibergelimpangan seakan-akan mereka tanggul-tanggul pohon kurma ygtelah kosong . .
Padahal adzab mereka tidak cukup sebatas itu bahkan adzab yg akan mereka terima di akherat lbh
pedih.

Berikutnya kaum nabi Luth a.s. Kaum yg padanya terkumpul antara inkar kepada Allah dan Rasul-
Nya dan perbuatan keji yg belum dilakukan oleh kaum yg sebelumnya. Yaitu mereka menyukai
sesama jenis mereka dan meninggalkan istri-istri mereka. Perbuatan mereka ini sangat terkutuk.

Perbuatan yg mencerminkan rusaknya fitrah dan kacaunya perikemanusiaan dan hati nurani
mereka. Istilah dari perbuatan seperti yg mereka lakukan itu disebut liwath mengingat asalnya
adl dari kaumNabi Luth a.s. Dan di jaman sekarang perbuatan tersebut dikenal dgn homosek.

Jika di jaman Nabi Luth a.s. dikhabarkan bahwa mereka melakukannya antara laki-laki dgn laki-
laki tetapi di saat ini kaum perempuan tidak mau ketinggalan. Sebagian mereka juga ada yg
berpikiran menyimpang darifitrah kemanuasiaan yaitu ketika sebagian mereka menyukai sesama
jenis mereka. hal ini dikenal dgn istilah lesbi. Bahkan ada khabar yg sangat heboh menunjukkan
kebejatan sebagian manusia dewasa ini ketika telahdisahkan perbuatan keji mereka itu di salah
satu belahan bumi di Eropa. Yaitu mereka mengesahkan undang-undang kawin sejenis.
Na’udzubillah min dzalik.

Bukankah ini perbuatan yg sudah benar-benar melanggar aturan Allah dan melampaui batas yg
dilakukan dgn terang-terangan? Lalu apa yg diganjarkan Allah kepada kaum Nabi Luth a.s. setelah
keingkaran dan pembangkangan mereka itu? Sebelum itu Nabi Luth a.s. tak henti-hentinya
mengingatkan kepada mereka utk bertauhid kepada Allah dan meninggalkan perbuatan keji
mereka. Tetapi apakah jawaban mereka? Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan
mengatakan ‘Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; krn sesungguhnya mereka itu orang-
orang yg {menda’wakan dirinya} bersih’. . Kemudian setelah itu Allah memberikan keputusan utk
mereka. Allah berfirman Maka tatkala datang azab Kami Kami jadikan negeri kaum Luth itu yg di
atas ke bawah dan Kami hujani mereka dgn batu dari tanah yg terbakar dgn bertubi-tubi.
Yang diberi tanda oleh Rabbmu dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yg zalim. . Dan
tentang tamu Nabi Ibrahim Allah berfirman Ibrahim bertanya ‘Apakah urusanmu hai para utusan?’
Mereka menjawab ‘Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yg berdosa .

Agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah yg yg ditandai di sisi Rabbmu utk orang-
orang yg melampaui batas. Lalu Kami keluarkan orang-orang yg beriman yg berada di negeri kaum
Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu kecuali sebuah rumah dari orang-orang yg
berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yg takut pada
siksa yg pedih. {Adz-Dzariyat 31-37}.

Kisah-kisah di atas dan masih banyak kisah-kisah yg lain seperti kaum Madyan kaum Tsamud
Fir’aun dan lain-lainnya sangatlah penting utk kita ambil pelajaran. Karena semua itu berkaitan
dgn masalah tauhid. Semua kisah tersebut bukanlah kisah yg dibuat-buat dan sekedar hanya utk
bahan dongengan. Akan tetapi mengandung sesuatu yg sangat besar. Semua kisah tersebut berasal
dari Alquran. Dan Alquran seluruhnya berisi tentang penetapan terhadap tauhid memurnikan
peribadatan hanya utk Allah semata atau mengesakan Allah dalam beribadah. Dan kisah-kisah di
atas semuanya bermuatan tauhid yaitu ketika berbicara tentang umat yg mengingkari seruan
tauhid yg merupakan inti ajaran para rasul. Masalah tauhid adl masalah yg sangat asas dan prinsip.
Apabila seseorang keliru dalam masalah tersebut berarti dia tergelincir ke jurang kesesatan dan
kecelakaan yg berkepanjangan. Na’udzubillah min dzalik. Semoga Allah menunjukkan kita jalan-
Nya yg lurus dan tidak tergelincir seperti kebanyakan orang.

Berkenaan dgn kisah-kisah seperti tersebut di atas Syekh Utsaimin rahimahullah mengatakan
Sesungguhnya dalam menyikapi kisah-kisah tersebut dan semisalnya manusia terbagi menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama mereka yg mengetahui dan mengenal Allah beserta tanda-tanda
kekuasaan-Nya yg terjadi kemudian mereka mengambil pelajaran dari kejadian yg dialami orang-
orang yg telah lalu hingga mereka kembali kepada Allah takut sangat takut apabila mereka
tertimpa apa yg telah menimpa orang-orang terdahulu. Allah berfirman ‘Maka apakah mereka
tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana
kesudahan orang-orang yg sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan
orang-orang kafir akan menerima seperti itu.’ . Adapun kelompok kedua kelompok yg jahil dan
tidak mengenal Allah hati mereka kosong dari keimanan dan keras krn kedurhakaan mereka.
Mereka berkata ‘Sesungguhnya kejadian-kejadian itu adl alamiah’. Sehingga mereka tidak
memperhatikannya dan tidak melihat akibat yg datang dari Allah yaitu akibat bagi orang-orang yg
mendustakan Allah dan para rasul-Nya. Kita memohon kepada Allah dgn ayat-ayatnya dan dgn
asma’-asma ‘ dan sifat-sifat-Nya agar menjadikan kita sebagai orang yg mampu mengambil
pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan-Nya dan takut akan ancaman dan siksa-Nya. Dan semoga
Allah melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kita sesungguhnya Dia Maha Pemberi.

Demikianlah hendaknya kita bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah tersebut dan menambah
rasa takut kepada Allah apabila ditimpakan kepada kita apa-apa yg telah ditimpakan terhadap
umat-umat terdahulu.
Kisah-kisah di atas telah terjadi ribuan tahun yg lalu. Namun belum lama ini di akhir tahun 2004
penduduk bumi kembali dikejutkan dgn kejadian yg sungguh luar biasa yg kemudian diaggap
sebagai bencana kelas dunia.

Yaitu ketika bumi digoncangkan oleh Allah dgn dahsyat kemudian Allah mengirimkan gelombang yg
juga sangat hebat dan mengerikan yg mampu menyapu apa yg dilewatinya yaitu gelombang
tsunami yg hanya beberapa detik mampu memporak-porandakan beberapa kota di negara-negara
kawasan benua Asia dan menyebabkan melayangnya seratus ribu lbh nyawa manusia. Yang jadi
pertanyaan mengapa akibat terparah justru menimpa Indonesia yg kabarnya masyarakat mayoritas
muslim?!.

Meski peristiwa itu dianggap sebagai musibah bencana alam atau yg lainnya yg jelas itu peringatan
keras dari Allah swt. selain hal itu juga merupakan isyarat telah dekatnya hari kiamat
sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis riwayat Al-Bukhari bahwa di antara tanda-tanda
kiamat adl banyaknya terjadi gempa bumi.

Bahkan saat ini air mata bangsa Indonesia belum kering dan luka hati mereka belum terobati
sebab belum lama ini musibah dahsyat berupa gempa bumi memporak-porandakan Daerah
Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya hingga menelan korban yg sangat banyak sekitar 6000 jiwa
melayang.

Sesuatu yg tidak disangka-sangka oleh kebanyakan manusia sebab saat terjadi gempa mereka
sedang berkonsentrasi menghadapi gunung merapi yg dikhawatirkan meledak. Tetapi Allah
berkehendak lain. Dan tidak ada seorang pun yg akan selamat dari makar Allah. Hendaknya
kejadian tersebut bisa menjadi ibrah bagi seluruh manusia yg masih diberi kesempatan oleh Allah
di dunia ini.

Jika sekiranya penduduk bumi beriman dan bertakwa pasti Allah akan melimpahkan rahmat dan
berkah-Nya dari langit dan bumi. Tetapi jika mereka ingkar bagi mereka adl ancaman akan
datangnya adzab utk mereka. Allah berfirman Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman
sekiranya adzab kami datang menimpa mereka di malam hari sedang mereka dalam keadaan
terlelap tidur? Ataukah mereka merasa aman apabila adzab kami datang kepada mereka di waktu
dhuha dan mereka sedang asyik bermain? Apakah mereka merasa aman dari makar Allah?
Sesungguhnya tidak ada yg merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yg rugi. .

Di dalam surah Al-mulk Allah juga telah memperingatkan Apakah kamu merasa aman terhadap
Allah yg di langit bahwa Dia menjungkir balikkan bumi bersama kamu sehingga dgn tiba-tiba bumi
itu bergoncang. atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yg di langit bahwa Dia akan
mengirimkan badai yg berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana {akibat
mendustakan} peringatan-Ku.Dan sesungguhnya orang-orang yg sebelum mereka telah
mendustakan . Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku.

.
Jika kita amati ternyata memang sudah kelewat kedurhakaan yg dilakukan umat manusia dewasa
ini. Di Indonesia yg kedengarannya banyak orang-orang baik ternyata orang-orang yg tidak baik tak
kalah banyak justru lbh banyak. Pelacuran kehidupan bebas perjudian khamr dan maksiat-maksiat
lain sudah menyebar luas meraja lela di tiap pelosok negeri tak terkecuali di Aceh yg dikenal
sebagai serambi Mekah. Kebanyakan manusia lupa lalai dan mati hatinya sehingga mereka jauh
dari petunjuk. Maka peringatan-peringatan Allah tidak berarti bagi mereka dan mereka dgn
terang-terangan menentang Allah dan mendustakan nabi-Nya. Hingga tak hayal dan sudah menjadi
kenyataan Allah menurunkan adzab-Nya yg sangat dahsyat yg tak seorangpun mampu
menghalanginya. Meskipun di antara yg terkena bencana itu adl orang-orang saleh. Karena siksa
Allah yg diturunkan belum tentu hanya menimpa orang-orang zhalim saja namun orang-orang saleh
bisa jadi ikut terkena akibatnya. Orang-orang saleh meskipun terkena getahnya mereka akan
menuju kepada ampunan dan rahmat Allah. Maka dari itu kita diperintahkan utk takut apabila
Allah menurunkan adzab-Nya. ”Dan peliharalah dirimu dari siksaan yg tidak menimpa orang-orang
zalim di antaramu saja. Dan ketahuilah Allah amat keras siksaan-Nya.” {Al-Anfaal 25}. Agaknya
ayat ini perlu hadir ketika berbagai bencana menerpa. Terutama saat hanya dalam beberapa detik
bencana terbesar dalam sejarah Indonesia dan negeri-negeri Asia. Bahwa bencana-bencana itu
tidak bisa disikapi sebatas peristiwa alam biasa. Tapi juga membawa sebagian siksa Allah serta
peringatan yg sangat besar dan menakutkan bagi mereka yg masih di dunia. Sikap itulah yg segera
dihadirkan Khalifah Umar bin Khattab ketika gempa besar melanda. Diriwayatkan oleh Shafiyah
binti Ubaid bahwa sesudah gempa Umar berpidato ”Kalian suka melakukan bid’ah yg tidak ada
dalam Alquran sunah Rasul dan ijma para sahabat Nabi sehingga kemurkaan dan siksa Allah turun
lbh cepat.” .

Pernyataan Umar menarik didalami. Beliaulah kepala negara yg begitu adil termasuk kepada orang
kafir serta teguh dan lurus menjalankan petunjuk Allah selama pemerintahannya.

Di masa Umar ia takkan membiarkan ada kemungkaran besar semacam kemusyrikan pemurtadan
pembantaian manusia saling bunuh judi prostitusi dan fanatisme jahiliyah. Bahkan korupsi recehan
pun tidak dibiarkan seperti saat Umar menyita hadiah Gubernur Syam Muawiyah kepada ayahnya
Abu Sufyan yg diduga dari harta negara dan rakyat. Namun demikian Umar tetap mengaitkan
bencana dgn dosa manusia. Saat itu berbagai kesalahan warga memang mulai terjadi seperti
korupsi malas berjihad dan sikap menumpuk-numpuk harta krn negara telah makmur. Jika di masa
Umar yg mendapat pujian dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai generasi terbaik
terjadi bencana lalu bagaimana dgn keadaan kita? Sungguh sangat mungkin Allah akan
mendatangkan malapetaka kepada umat manusia mengingat manusia semakin durhaka tidak
banyak yg berdzikir dan beristighfar serta Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sudah tidak ada
di antara mereka. Maka tidak ada yg menjamin keamanan dari murka Allah.

Kita yg sudah mendengar kisah-kisah orang terdahulu dan yg telah menyaksikan peristiwa dahsyat
yg menimpa manusia jika masih ada kebaikan dalam hati kita tentu kita akan terhenyak ingat
menyadari diri serta mulai interospeksi. Sehingga akan benar-benar memahami dan mengerti lalu
kembali kepada jalan dan petunjuk Allah swt. mendekatkan diri menghadapkan wajah dan
memurnikan peribadatan kepada-Nya memperbanyak istighfar atas kesalahan dan kelalaian yg
telah dilakukan.

Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yg diridhai-Nya memasukkan kita ke dalam
golongan orang-orang yg saleh dan melindungi kita dari murka-Nya.

sumber file al_islam.chm

 nabi  

 oranges  

 dari  

 matis  

 memberikan  

 bagaimana
adzab terdahulu sebelum nabi muhammaad Pengajaran dari kejadian Adam gempa gempa besar
dalam sejarah umat manusia BALASAN ORANG MAKSIAT TIDAK DI DUNIA AKHERAT AZAB cerita
orang saleh terdahuluayat tentang adzab Allah menurunkan adzab akibat prostitusi sejarah nabi
terdahulu azab allah kepada orang- orang zaman terdahulu sebelum nabi muhammad banyak
terjadi bencana di indonesia tanda apa ituzaman nabi luth
Kisah Kota Sodom dan Kaum Nabi Luth yang
Dihancurkan Allah
Posted 29 September 2010 by @theonlynelly in Islam.
Ditandai:Allah, binasa, gay, gunung, hancur, homo,homoseksual, Ibrahim, kaum, Laut
Mati, Luth, meletus, Nabi, penyimpangan, Rasul, Sodom, sodomi. 1 Komentar

Tulisan ini saya ambil dari website Harun Yahya, semoga bermanfaat 
***
KAUM NABI LUTH DAN KOTA YANG DIJUNGKIRBALIKKAN
“Kaum Luth pun telah mendustakan ancaman-ancaman (Nabinya). Sesungguhnya Kami telah
menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali
keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat dari Kami.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Dan sesungguhnya dia (Luth)
telah memperingatkan mereka akan azab-azab Kami, maka mereka mendustakan ancaman-ancaman itu.”
(QS. Al Qamar, 54: 33-36)
Luth hidup semasa dengan Ibrahim. Luth diutus sebagai rasul atas salah satu kaum tetangga Ibrahim.
Kaum ini, sebagaimana diutarakan oleh Al Quran, mempraktikkan perilaku menyimpang yang belum
dikenal dunia saat itu, yaitu sodomi (homoseksual). Ketika Luth menyeru mereka untuk menghentikan
penyimpangan tersebut dan menyampaikan peringatan Allah, mereka mengabaikannya, mengingkari
kenabiannya, dan meneruskan penyimpangan mereka. Pada akhirnya kaum ini dimusnahkan dengan
bencana yang mengerikan.
Kota kediaman Luth, dalam Perjanjian Lama disebut sebagai kota Sodom. Karena berada di utara Laut
Merah, kaum ini diketahui telah dihancurkan sebagaimana termaktub dalam Al Quran. Kajian arkeologis
mengungkapkan bahwa kota tersebut berada di wilayah Laut Mati yang terbentang memanjang di antara
perbatasan Palestina-Yordania.
Sebelum mencermati sisa-sisa dari bencana ini, marilah kita lihat mengapa kaum Luth dihukum seperti
ini. Al Quran menceritakan bagai-mana Luth memperingatkan kaumnya dan apa jawaban mereka:
“Kaum Luth telah mendustakan rasulnya, ketika saudara mereka Luth, berkata kepada mereka, “Mengapa
kamu tidak bertakwa?”. Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,
maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu
atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Mengapa kamu mendatangi jenis
lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan Tuhanmu untukmu, bahkan kamu
adalah orang-orang yang melampaui batas. Mereka menjawab “Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak
berhenti, benar-benar kamu termasuk orang yang diusir”. Luth berkata ‘Sesungguhnya aku sangat benci
kepada perbuatanmu’.” (QS. Asy-Syu’araa’, 26: 160-168 )
Sebagai jawaban atas ajakan ke jalan yang benar, kaum Luth justru mengancamnya. Kaumnya membenci
Luth karena ia menunjuki mereka jalan yang benar, dan bermaksud menyingkirkannya dan orang-orang
yang beriman bersamanya. Dalam ayat lain, kejadian ini dikisahkan sebagai berikut:
“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka:
“Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (homoseksual) itu, yang belum pernah dikerjakan
oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?”. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk
melampiaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang
melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan para
pengikutnya) dari kotamu ini, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan
diri.” (QS. Al A’raaf, 7: 80-82)
Luth menyeru kaumnya kepada sebuah kebenaran yang begitu nyata dan memperingatkan mereka
dengan jelas, namun kaumnya sama sekali tidak mengindahkan peringatan macam apa pun dan terus
menolak Luth dan tidak mengacuhkan azab yang telah ia sampaikan kepada mereka:
“Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan
perbuatan yang amat keji yang sebelumnya belum pernah dikerjakan oleh seorang pun dari umat-umat
sebelum kamu”. Apakah sesungguhnya kamu mendatangi laki-laki, menyamun, dan mengerjakan
kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu?” Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan:
“Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” ( QS. Al
‘Ankabuut, 29: 28-29)
Karena menerima jawaban sedemikian dari kaumnya, Luth meminta pertolongan kepada Allah.
“Ia berkata: “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan
itu.” (QS. Al ‘Ankabuut, 29: 30)
“Ya Tuhanku, selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan.” ( QS.
Asy-Syu’araa’, 26:169)
Atas doa Luth tersebut, Allah mengirimkan dua malaikat dalam wujud manusia. Kedua malaikat ini
mengunjungi Ibrahim sebelum mendatangi Luth. Disamping membawa kabar gembira kepada Ibrahim
bahwa istrinya akan melahirkan seorang jabang bayi, kedua utusan itu menjelaskan alasan pengiriman
mereka: Kaum Luth yang angkara akan dihancurkan:
“Ibrahim bertanya, “Apakah urusanmu hai para utusan?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami diutus
kepada kaum yang berdosa (kaum Luth), agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah yang
(keras), yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk (membi-nasakan) orang-orang yang melampaui batas” (QS.
Adz-Dzaariyaat, 51: 31-34)
“Kecuali Luth beserta pengikut-pengikutnya. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan mereka
semuanya, kecuali istrinya. Kami telah menentukan bahwa sesungguhnya ia itu termasuk orang-orang
yang tertinggal (bersama-sama dengan orang kafir lainnya).” (QS. Al Hijr, 15: 59-60)
Setelah meninggalkan Ibrahim, para malaikat yang dikirim sebagai utusan lalu mendatangi Luth. Karena
belum pernah bertemu utusan sebelumnya, Luth awalnya merasa khawatir (karena tamunya laki-laki,
Luth takut kaumnya melakukan perbuatan sodomi itu terhadap tamunya), namun kemudian ia merasa
tenang setelah berbicara dengan mereka.
“Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa
sempit dadanya karena keda-tangan mereka, dan dia berkata, “Inilah hari yang amat sulit.” (QS. Huud,
11: 77)
“Ia berkata: “Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang tidak dikenal”. Para utusan menjawab:
“Sebenarnya kami ini datang kepadamu dengan membawa azab yang selalu mereka dustakan. Dan kami
datang kepadamu membawa kebenaran dan sesungguhnya kami betul-betul orang yang benar. Maka
pergilah kamu di akhir malam dengan membawa keluargamu, dan ikutilah mereka dari belakang dan
janganlah seorang pun di antara kamu menoleh ke belakang dan teruskanlah perjalanan ke tempat yang
diperintahkan kepadamu”. Dan Kami telah wahyukan kepadanya (Luth) perkara itu, yaitu bahwa mereka
akan ditumpas habis di waktu subuh.” (QS. Al Hijr, 15 : 62-66)
Sementara itu, kaum Luth telah mengetahui bahwa ia kedatangan tamu. Mereka tidak ragu-ragu untuk
mendatangi tamu-tamu tersebut dengan niat buruk sebagaimana terhadap yang lain-lain sebelumnya.
Mereka mengepung rumah Luth. Karena khawatir atas keselamatan tamunya, Luth berbicara kepada
kaumnya sebagai berikut:
“Luth berkata: “Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku),
dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina.” (QS. Al Hijr, 15 : 68-69)
Kaum Luth menjawab dengan marah:
“Mereka berkata: “Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia.” (QS. Al Hijr, 15:
70)
Merasa bahwa ia dan tamunya akan mendapatkan perlakuan keji, Luth berkata:
“Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada
keluarga yang kuat (tentu akan aku lakukan).” (QS. Huud, 11: 80)
“Tamu”-nya mengingatkannya bahwa sesungguhnya mereka adalah utusan Allah dan berkata:
“Para utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-
kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan
pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kamu yang tertinggal, kecuali
istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya
azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?” (QS. Huud, 11 : 81)
Ketika kelakuan jahat warga kota memuncak, Allah menyelamatkan Luth dengan perantaraan malaikat.
Pagi harinya, kaum Luth dihancurleburkan dengan bencana yang sebelumnya telah ia sampaikan.
“Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu
Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya
pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal.” (QS. Al Qamar, 54: 37-38)
Ayat yang menerangkan penghancuran kaum ini sebagai berikut :
“Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka kami
jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu belerang yang
keras. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang
yang meperhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih
tetap (dilalui manusia).” (QS. Al Hijr, 15: 73-76)
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang atas ke bawah (Kami balikkan),
dan Kami hujani mereka dengan (batu belerang) tanah yang terbakar secara bertubi-tubi, yang diberi
tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS. Huud, 11: 82-83)
“Kemudian Kami binasakan yang lain, dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu belerang), maka amat
kejamlah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu. Sesungguh-nya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak
beriman. Dan sesung-guhnya Tuhanmu, benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.”
(QS. Asy-Syu’araa’, 26: 172-175)
Ketika kaum tersebut dihancurkan, hanya Luth dan pengikutnya, yang tidak lebih dari “sebuah keluarga”,
yang diselamatkan. Istri Luth sendiri juga tidak percaya, dan ia juga dihancurkan.
“Dan (Kami juga yang telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada
mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh
seorang pun (di dunia ini) sebelumnya?”. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang me-lampaui batas.
Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari
kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri”. Kemudian
Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang
tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu belerang), maka perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang memperturutkan dirinya dengan dosa dan kejahatan itu.” (QS.
Al A’raaf, 7: 80-84)
Demikianlah, Nabi Luth diselamatkan bersama para pengikut dan keluarganya, kecuali istrinya.
Sebagaimana disebutkan dalam Perjanjian Lama, ia (Luth) berimigrasi bersama Ibrahim. Akan halnya
kaum yang sesat itu, mereka dihancurkan dan tempat tinggal mereka diratakan dengan tanah.
“TANDA-TANDA YANG NYATA” DI DANAU LUTH
Ayat ke-82 Surat Huud dengan jelas menyebutkan jenis bencana yang menimpa kaum Luth. “Maka
tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri Kaum Luth itu yang atas ke bawah (Kami balikkan), dan
Kami hujani mereka dengan (batu belerang) tanah yang terbakar secara bertubi-tubi.”
Pernyataan “menjungkirbalikkan (kota)” bermakna kawasan terse-but diluluhlantakkan oleh gempa bumi
yang dahsyat. Sesuai dengan ini, Danau Luth, tempat penghancuran terjadi, mengandung bukti “nyata”
dari bencana tersebut.
Kita kutip apa yang di-katakan oleh ahli arkeologi Jerman bernama Werner Keller, sebagai berikut:
Bersama dengan dasar dari retakan yang sangat lebar ini, yang persis me-lewati daerah ini, Lembah
Siddim, termasuk Sodom dan Gomorrah, dalam sa-tu hari terjerumus ke kedalaman. Kehancuran mereka
terjadi melalui se-buah peristiwa gempa bu-mi dahsyat yang mung-kin disertai dengan letus-an, petir,
keluarnya gas alam serta lautan api.(13)
Malahan, Danau Luth, atau yang lebih dikenal dengan Laut Mati, terletak tepat di puncak suatu kawasan
seismik aktif, yaitu daerah gempa bumi.
Dasar dari Laut Mati berdekatan dengan runtuhan yang berasal dari peristi-wa tektonik. Lembah ini
terletak pada sebuah tegangan yang merentang antara Danau Taberiya di Utara dan tengah-tengah Danau
Arabah di Selatan.(14)
Peristiwa tersebut dilukiskan dengan “Kami menghujani mereka dengan batu belerang keras
sebagaimana tanah liat yang terbakar secara bertubi-tubi” pada bagian akhir ayat. Ini semua mungkin
berarti letusan gunung api yang terjadi di tepian Danau Luth, dan karenanya cadas dan batu yang meletus
berbentuk “terbakar” (kejadian serupa diceritakan dalam ayat ke-173 Surat Asy-Syu’araa’ yang
menyebutkan: “Kami menghujani mereka (dengan belerang), maka amat kejamlah hujan yang menimpa
orang-orang yang telah diberi peringatan itu.”)
Berkaitan dengan hal ini, Werner Keller menulis :
Pergeseran patahan membangkitkan tenaga vulkanik yang telah tertidur lama sepanjang patahan. Di
lembah yang tinggi di Jordania dekat Bashan masih terdapat kawah yang menjulang dari gunung api yang
sudah mati; bentangan lava yang luas dan lapisan basal yang dalam yang telah terdeposit pada
permukaan batu kapur.(15)
Sebuah ilustrasi yang menunjukkan letusan gunung berapi dan keruntuhan yang mengikutinya, yang
memusnahkan seluruh kaum.
Lava dan lapisan basal merupakan bukti terbesar bahwa letusan gunung api dan gempa bumi pernah
terjadi di sini. Bencana yang dilukiskan dengan ungkapan “Kami menghujani mereka dengan batu
belerang keras sebagaimana tanah liat yang terbakar secara bertubi-tubi” dalam Al Quran besar
kemungkinan menunjuk letusan vulkanis ini, dan Allah-lah Yang Mahatahu. Ungkapan “Ketika firman
Kami telah terbukti, Kami jungkir-balikkan (kota)”, dalam ayat yang sama, mestilah menunjuk pada
gempa bumi yang mengakibatkan letusan gunung api di atas permukaan bumi dengan akibat yang
dahsyat, serta retakan dan reruntuhan yang diakibatkannya, dan hanya Allah yang mengetahui
kebenarannya.
“Tanda-tanda nyata” yang disampaikan oleh Danau Luth tentu sangat menarik. Umumnya, kejadian yang
diceritakan dalam Al Quran terjadi di Timur Tengah, Jazirah Arab, dan Mesir. Tepat di tengah-tengah
semua kawasan ini terletak Danau Luth. Danau Luth, serta sebagian peristiwa yang terjadi di sekitarnya,
patut mendapat perhatian secara geologis. Danau tersebut diperkirakan berada 400 meter di bawah
permukaan Laut Tengah. Karena lokasi terdalam dari danau tersebut adalah 400 meter, dasarnya berada
di kedalaman 800 meter di bawah Laut Tengah. Inilah titik yang terendah di seluruh permukaan bumi. Di
daerah lain yang lebih rendah dari permukaan laut, paling dalam adalah 100 meter. Sifat lain dari Danau
Luth adalah kandungan garamnya yang sangat tinggi, kepekatannya hampir mencapai 30%. Oleh karena
itu, tidak ada organisme hidup, semacam ikan atau lumut, yang dapat hidup di dalam danau ini. Hal
inilah yang menyebabkan Danau Luth dalam literatur-literatur Barat lebih sering disebut sebagai ” Laut
Mati”.
Kejadian yang menimpa kaum Luth, yang disebutkan dalam Al Quran berdasarkan perkiraan terjadi
sekitar 1.800 SM. Berdasarkan pada penelitian arkeologis dan geologis, peneliti Jerman Werner Keller
mencatat bahwa kota Sodom dan Gomorah benar-benar berada di lembah Siddim yang merupakan
daerah terjauh dan terendah dari Danau Luth, dan bahwa pernah terdapat situs yang besar dan dihuni di
daerah itu.
Karakteristik paling menarik dari struktur Danau Luth adalah bukti yang menunjukkan bagaimana
peristiwa bencana yang diceritakan dalam Al Quran terjadi:
Pada pantai timur Laut Mati, semenanjung Al Lisan menjulur seperti lidah jauh ke dalam air. Al Lisan
berarti “lidah” dalam bahasa Arab. Dari daratan tidak tampak bahwa tanah berguguran di bawah
permukaan air pada sudut yang sangat luar biasa, memisahkan laut menjadi dua bagian. Di sebelah
kanan semenanjung, lereng menghunjam tajam ke kedalaman 1200 kaki. Di sebelah kiri semenanjung,
secara luar biasa kedalaman air tetap dangkal. Penelitian yang dilakukan beberapa tahun terakhir ini
menunjukkan bahwa kedalamannya hanya berkisar antara 50 – 60 kaki. Bagian dangkal yang luar biasa
dari Laut Mati ini, mulai dari semenanjung Al Lisan sampai ke ujung paling Selatan, dulunya merupakan
Lembah Siddim.(16)
Werner Keller menenggarai bahwa bagian dangkal ini, yang ditemu-kan terbentuk belakangan,
merupakan hasil dari gempa bumi dahsyat yang telah disebutkan di atas. Di sinilah Sodom dan Gomorah
berada, yakni tempat kaum Luth pernah hidup.
Suatu ketika, daerah ini dapat dilintasi dengan berjalan kaki. Namun sekarang, Lembah Siddim, tempat
Sodom dan Gomorah dahulunya ber-ada, ditutupi oleh permukaan datar bagian Laut Mati yang rendah.
Ke-runtuhan dasar danau akibat bencana alam mengerikan yang terjadi di awal alaf kedua sebelum
Masehi mengakibatkan air garam dari utara mengalir ke rongga yang baru terbentuk ini dan memenuhi
lembah sungai dengan air asin.
Jika seseorang bersampan melintasi Danau Luth ke titik paling utara dan matahari sedang bersinar pada
arah yang tepat, maka ia akan melihat sesuatu yang sangat menakjubkan. Pada jarak tertentu dari pantai
dan jelas terlihat di bawah permukaan air, tampaklah gambaran bentuk hutan yang diawetkan oleh
kandungan garam Laut Mati yang sangat tinggi. Batang dan akar di bawah air yang berwarna hijau
berkilauan tampak sangat kuno. Lembah Siddim, di mana pepohonan ini dahulu kala bermekaran
daunnya menutupi batang dan ranting merupakan salah satu tempat terindah di daerah ini. Aspek
mekanis dari bencana yang menimpa kaum Luth diungkapkan oleh para peneliti geologi. Mereka
mengungkapkan bahwa gempa bumi yang menghancurkan kaum Luth terjadi sebagai akibat rekahan
yang sangat panjang di dalam kerak bumi (garis patahan) sepan-jang 190 km yang membentuk dasar
sungai Sheri’at. Sungai Sheri’at membuat air terjun sepanjang 180 meter keseluruhannya. Kedua hal ini
dan fakta bahwa Danau Luth berada 400 meter di bawah permukaan laut adalah dua bukti penting yang
menunjukkan bahwa peristiwa geologis yang sangat hebat pernah terjadi di sini.
Sisa-sisa dari kota yang terkubur ke dalam danau, ditemukan di tepian danau. Peninggalan ini
menunjukkan bahwa kaum Luth telah memiliki standar hidup yang cukup tinggi.
Struktur Sungai Sheri’at dan Danau Luth yang menarik hanya merupakan sebagian kecil dari rekahan
atau patahan yang melintas dari kawasan bumi tersebut. Kondisi dan panjang rekahan ini baru
ditemukan akhir-akhir ini.
Rekahan tersebut berawal dari tepian Gunung Taurus, memanjang ke pantai selatan Danau Luth dan
berlanjut melewati Gurun Arabia ke Teluk Aqaba dan terus melintasi Laut Merah, dan berakhir di Afrika.
Di sepanjangnya teramati kegiatan-kegiatan vulkanis yang kuat. Batuan basal hitam dan lava terdapat di
Gunung Galilea di Palestina, daerah dataran tinggi Yordan, Teluk Aqaba, dan daerah sekitarnya.
Seluruh reruntuhan dan bukti geografis tersebut menunjukan bahwa bencana geologis dahsyat pernah
terjadi di Danau Luth. Werner Keller menulis:
Bersama dengan dasar dari retakan yang sangat lebar ini, yang persis melewati daerah ini, Lembah
Siddim, termasuk Sodom dan Gomorrah, dalam satu hari terjerumus ke kedalaman. Kehancuran mereka
terjadi melalui sebuah peristiwa gempa bumi dahsyat yang mungkin disertai dengan letusan, petir,
keluarnya gas alam serta lautan api. Pergeseran patahan membang-kitkan tenaga vulkanik yang telah
tertidur lama sepanjang patahan. Di lembah yang tinggi di Jordania dekat Bashan masih terdapat kawah
yang menjulang dari gunung api yang sudah mati; bentangan lava yang luas dan lapisan basal yang dalam
yang telah terdeposit pada permukaan batu kapur.(17)
National Geographic edisi Desember 1957 menyatakan sebagai berikut:
Gunung Sodom, tanah gersang dan tandus muncul secara tajam di atas Laut Mati. Belum pernah seorang
pun menemukan kota Sodom dan Gomorrah yang dihancurkan, namum para akademisi percaya bahwa
mereka berada di lembah Siddim yang melintang dari tebing terjal ini. Kemungkinan air bah dari Laut
Mati menelan mereka setelah gempa bumi.(18)
Kisah Nabi Luth dan Kaum Sodom

Posted by Bustamam Ismail on October 28, 2008

Nabi Luth adalah anak saudara kepada Nabi Ibrahim a.s. iaitu


ayahnya yang bernama Hasan bin Tareh. Nabi Luth diutuskan sebagai rasul kepada satu kaum yang mendiami
sepanjang timur laut (Dari Israel – Yordania), Laut Mati. Ibukota Sodom terletak di Utara Basin Laut Mati.

Gambar satelit, Laut Mati

Hampir keseluruhan kaum ini mengamalkan gaya hidup songsang, iaitu melakukan hubungan kelamin sesama
sejenis iaitu lelaki dengan lelaki yakni meninggalkan perempuan. Perbuatan ini merupakan sesuatu penyelewengan
fitrah yang amat buruk. Nabi Luth telah menyeru mereka untuk menghentikan perbuatan tersebut disamping
menyampaikan seruan-seruan Allah, tetapi mereka mengabaikannya dan malah mereka mengingkari kenabiannya.
Akhirnya, kaum Nabi Luth dimusnahkan dengan bencana yang sangat mengerikan dan dahsyat. Kejadian ini berlaku
pada kira-kira tahun 1800 sebelum Masihi.

Kisah Nabi Allah Luth a.s. mengikut Islam

Di dalam Kitab Al-quran menceritakan kisah Nabi Luth yang menasihati kepada kaumnya seperti mana dalam Surah
Asy-Syuara;

“Kaum Luth telah mendustakan para Rasul”,(160 “Ketika saudara mereka Luth berkata kepada
mereka,”Mengapa kamu tidak bertakwa?”(161) “Sungguh, aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu,”(162) “Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepada ku”(163)”Dan aku tidak meminta upah
kepadamu atas ajakan itu, upahku hanyalah dari Tuhan seluruh alam”(164) “Mengapa kamu mendatangi jenis
lelaki (Homoseks) di antara manusia”(165) “dan kamu tinggalkan (perempuan) yang diciptakan Tuhan untuk
dijadikan sebagai isteri kamu? Kamu memang orang-orang yang melampaui batas’(166) ” Mereka menjawab, ”
Wahai Luth! Jika engkau tidak berhenti, engkau termasuk orang-orang yang terusir”(167) ” Dia (Luth)
berkata, ” Aku sungguh benci kepada perbuatan mu”(168).

Kaum Luth telah mengancam Nabi Luth dan membencinya kerana mengajak kaumnya beriman. Ayat seterusnya
dalam kitab Al-quran dikisahkan dalam Surah Al-Araf:“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya).
(Ingatlah ) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang
belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?”. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki
untuk melampiaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang
melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan para pengikutnya)
dari kotamu ini, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri .” (QS. Al
A’raaf, 7: 80-82)

Nabi Luth Diutuskan Oleh Allah Kepada Rakyat Sadom

Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah paras moralnya dan rosak akhlak. Masyarakat Sadum tidak
mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Maksiat dan kemungkaran bermaharajalela
dalam pergaulan hidup mereka. Pencurian dan perampasan harta milik merupakan kejadian hari-hari di mana yang
kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang
paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup mereka adalah perbuatan homoseksual {liwat} di kalangan lelakinya
dan lesbian di kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis kemungkaran ini begitu bermaharajalela di dalam masyarakat
sehinggakan ia merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sadum.

Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari diganggu oleh mereka. Jika ia membawa barang-
barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak menyerahkannya maka
nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok
maka ia akan menjadi rebutan di antara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya
jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.

Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa keruntuhan moralnya dan sedemikian paras penyakit sosialnya
diutuslah nabi Luth sebagai pesuruh dan Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan ,kejahilan dan
kesesatan serta membawa mereka alam yang bersih ,bermoral dan berakhlak mulia. Nabi Luth mengajak mereka
beriman dan beribadah kepada Allah meninggalkan kebiasaan mungkar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan
kejahatan yang diilhamkan oleh iblis dan syaitan. Ia memberi penerangan kepada mereka bahwa Allah telah
mencipta mereka dan alam sekitar mereka tidak meredhai amal perbuatan mereka yang mendekati sifat dan tabiat
kebinatangan dan tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bahwa Allah akan memberi ganjaran setimpal
dengan amal kebajikan mereka. Yang berbuat baik dan beramal soleh akan diganjar dengan syurga di akhirat sedang
yang melakukan perbuatan mungkar akan di balaskannya dengan memasukkannya ke dalam neraka Jahanam.

Nabi Luth berseru kepada mereka agar meninggalkan adat kebiasaan iaitu melakukan perbuatan homoseksual dan
lesbian. Luth menyatakan perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati nurani manusia serta menyalahi hikmah
yang terkandung didalam penciptaan manusia menjadi dua jenis iaitu lelaki dan wanita. Juga kepada mereka di beri
nasihat dan diajukan supaya menghormati hak dan milik masing-masing dengan meninggalkan perbuatan
perampasan, perompakan serta pencurian yang selalu mrk lakukan di antara sesama mereka dan terutama kepada
pengunjung yang datang ke Sadum. Diterangkan bahawa perbuatan-perbuatan itu akan merugikan mereka sendiri,
kerana perbuatan itu akan menimbulkan kekacauan dan ketidak amanan di dalam negeri sehingga masing-masing
dari mereka tidak merasa aman dan tenteram dalam hidupnya.

Demikianlah Nabi Luth, melaksanakan dakwahnya sesuai dengan tugas risalahnya.Ia tidak henti-henti menggunakan
setiap kesempatan dan dalam tiap pertemuan dengan kaumnya secara berkelompok atau secara berseorangan
mengajak agak mereka beriman dan percaya kepada Allah dan menyembah-Nya. Diajaknya Luth terhadap kaumnya
untuk melakukan amal soleh dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar. Akan tetapi keruntuhan moral dan
kerusakan akhlak sudah hidup lama di dalam pergaulan sosial mereka dan pengaruh hawa nafsu dan
penyesatan syaitan sudah begitu kuat menguasai tindak-tanduk mereka, maka dakwah dan ajakkan Nabi Luth yyang
dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan tidak mendapat tempat di dalam hati dan fikiran mereka dan berlalu
laksana suasana teriakan di tengah-tengah padang pasir .Telinga-telinga mereka sudah menjadi pekak bagi ajaran-
ajaran Nabi Luth sedang hati dan fikiran mereka sudah tersumbat rapat dengan ajaran -ajaran syaitan dan iblis.

Akhirnya kaum Luth merasa dan kesal hati mendengar dakwah dan nasihat-nasihat Nabi Luth yang tidak putus-
putus itu dan minta agar ia menghentikan aksi dakwahnya atau menghadapi pengusir dirinya dari sadum bersama
semua keluarganya. dari pihak Nabi Luth pun sudah tidak ada harapan lagi masyarakat Sadum dapat terangkat dari
lembah kesesatan dan keruntuhan moral mereka dan bahawa meneruskan dakwah kepada mereka yang sudah buta-
tuli hati dan fikiran serta mensia-siakan masa. Ubat satu-satunya, menurut fikiran Nabi Luth untuk mencegah
penyakit akhlak itu yang sudah parah itu menular kepada tetangga-tetangga dekatnya, ialah dengan membasmikan
mereka dari atas bumi sebagai pembalasan ke atas terhadap kekerasan kepala mereka juga untuk menjadi ibrah dan
pengajaran umat-umat disekelilingnya. beliau memohon kepada Allah agar kepada kaumnya masyarakat Sadum
diberi pengajaran berupa azab di dunia sebelum azab yang menanti mereka di akhirat kelak.

Tetamu Nabi Ibrahim dan Nabi Luth

Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah s.w.t. Dikirimkanlah kepadanya tiga
orang malaikat menyamar sebagai manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang bertemu kepada Nabi Ibrahim
dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq, dan memberitahu kepada mrk bahwa dia adalah utusan
Allah dengan tugas menurunkan azab kepada kaum Luth penduduk kota Sadum. Dalam kesempatan pertemuan
mana Nabi Ibrahim telah mohon agar penurunan azab keatas kaum Sadum ditunda ,kalau-kalau mereka kembali
sedar mendebgarkan dan mengikuti ajakan Luth serta bertaubat dari segala maksiat dan perbuatan mungkar. Juga
dalam pertemuan itu Nabi Ibrahim mohon agar anaksaudaranya, Luth diselamatkan dari azab yang akan diturunkan
keatas kaum Sadum permintaan mana oleh para malaikat itu diterima dan dijamin bahwa Luth dan keluarganya tidak
akan terkena azab.

Para malaikat itu sampai di Sadum dengan menyamar sebagai lelaki muda yang berparas tampan dan badan yang
berotot, tegap dan sasa tubuhnya. Dalam perjalanan mereka hendak memasuki kota, mereka berselisih dengan
seorang gadis yang cantik dan ayu sedang mengambil dari sebuah perigi. Lelaki muda (malaikat) bertanya kepada si
gadis kalau-kalau mereka diterima ke rumah sebagai tetamu. Si gadis tidak berani memberi keputusan sebelum ia
beruding terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka ditngglkanlah para lelaki muda itu oleh lalu pulang ke rumah
cepat-cepat untuk memberitahu ayahnya (Luth).

Mendengar khabar berita anak perempuannya, Nabi Luth menjadi bingung, jawapan apa yang harus ia berikan
kepada para pendatang yang ingin bertemu ke rumahnya untuk beberapa waktu, namun menerima tetamu yang
berparas tampan dan kacak akan mengundang risiko gangguan kepadanya dan kepada tetamu dari kaumnya yang
tergila-gila untuk melakukan hubungan seks sejenis dengan anak muda yang mempunyai tubuh bagus dan paras
wajah elok. Sedang kalau hal yang demikian itu terjadi ia sebagai tuan rumah harus bertanggungjawab terhadap
keselamatan tamunya, padahal ia merasa bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan
haus maksiat itu.

Nabi Luth memutuskan untuk menerima lelaki-lelaki muda itu sebagai tetamu di rumahnya. Luth hanya pasrah
kepada Allah dan berlindung sekiranya terdapat segala rintangan yang akan datang. Lalu pergilah ia sendiri
menjemput tetamu yang sedang menanti di pinggir kota dan diajaklah mereka bersama-sama ke rumah. Ketika itu,
kota Sadum sudah diliputi kegelapan dan manusia sudah nyenyak tidur di rumah masing-masing.

Nabi Luth telah pun berpesan kepada isteri dan kedua puterinya agar merahsiakan kedatangan anak-anak lelaki
muda itu. Jangan sampai terdengar dan diketahui oleh kaumnya. Namun, kedegilan isteri Nabi Luth, yang juga
sehaluan dan sependirian dengan penduduk Sadum, telah membocorkan berita kedatangan tetamu Luth kepada
mereka. Berita kedatangan tetamu Luth tersebar kerana isteri Nabi Luth. Datanglah beramai-ramai lelak-lelaki
Sodom, yang buta seks ini, ke rumah Nabi Luth, berhajat untuk memuaskan nafsu seksual mereka, setelah lama
tidak mendapat anak muda. Berteriaklah mereka memanggil Luth untuk lepas anak-anak muda itu, agar diberi
kepada mereka untuk memuaskan nafsu.

Dengar teriakan mereka, Nabi Luth tidak membuka pintu bagi mereka dan berseru agar mereka kembali ke rumah
masing-masing dan jangan menggunggu tetamau yang datangnya dari jauh yang sepatutnya dihormati dan
dimuliakan .Mereka diberi nasihat agar meninggalkan perbuatan kebiasaan mereka yang keji itu. Perbuatan mereka
yang bertentangan dengan fitrah manusia dan kudrat alam di mana Allah telah menciptakan manusia berpasangan
antara lelaki dengan perempuan untuk menjaga kelangsungan perkembangan umat manusia sebagai makhluk yang
termulia di atas bumi. Nabi Luth berseru agar mereka kembali kepada isteri-isteri mereka dan meninggalkan
perbuatanmaksiat dan mungkar yang tidak senonoh, sebelum mereka dilanda azab dan seksaan Allah.

Seruan dan nasihat-nasihat Nabi Luth tidak dihiraukan dan dipedulikan ,mereka bahkan mendesak akan menolak
pintu rumahnya dengan paksa dan kekerasan jika pintu tidak di buka dengan sukarela. Merasa dirinya sudah tidak
berdaya untuk menahan arus orang-orang lelaki kaumnya itu yang akan memaksakan kehendaknya dengan
kekerasan berkatalah Nabi Luth secara terus terang kepada para tamunya:” Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi
menahan orang-orang itu menyerbu ke dalam .Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan fizikal yang dapat menolak
kekerasan mereka , tidak pula mempunyai keluarga atau sanak saudara yang disegani mereka yang dapat aku mintai
pertolongannya, maka aku merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalaukan
gangguan terhadap tetamu dirumahku sendiri.Mendengar keluh-resah Nabi Luth, lantas anak-anak muda itu
memberitahu hal yang sebenar, mereka adalah malaikat-malaikat yang menyamar sebagai manusia yang diutus oleh
Allah untuk menurunkan azab dan seksa atas rakyatnya kerana segala kemungkaran dan kemaksiat yang keji dan
kotor.

Malaikat-malaikat itu menyuruh Nabi Luth membuka pintu rumahnya seluas mungkin agar dapat memberi
kesempatan bagi orang -orang yang hauskan seks dengan lelaki itu masuk. Namun malangnya apabila pintu dibuka
dan para penyerbu memijakkan kaki untuk masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mereka dan tidak dapat melihat
sesuatu. Malaikat-malaikat tadi telah membutakan mata mereka. Lalu, diusap-usap dan digosok-gosok mata mereka,
ternyata mereka sudah menjadi buta.

Sementara para penyerbu rumah Nabi Luth berada dalam keadaan kacau bilau berbentur antara satu dengan lain
berteriak-teriak menanya-nanya gerangan apa yang menjadikan mereka buta dengan mendadak para berseru kepada
Nabi Luth agar meninggalkan segera perkampungan itu bersama keluarganya, kerana masanya telah tiba bagi azab
Allah yang akan ditimpakan. Para malaikat berpesan kepada Nabi Luth dan keluarganya agar perjalanan ke luar kota
jangan seorang pun dari mereka menoleh ke belakang.

Nabi Luth keluar dari rumahnya sehabis tengah malam, bersama keluarganya terdiri dari seorang isteri dan dua
puterinya berjalan cepat menuju keluar kota, tidak menoleh ke kanan mahupun kekiri sesuai dengan petunjuk para
malaikat yang menjadi tamunya.Akan tetapi si isteri yang menjadi musuh dalam selimut bagi Nabi Luth tidak
tergamak meninggalkan kaumnya. Ia berada dibelakang rombongan Nabi Luth berjalan perlahan-lahan tidak secepat
langkah suaminya dan tidak henti-henti menoleh ke belakang karena ingin mengetahui apa yang akan menimpa atas
kaumnya, seakan-akan meragukan kebenaran ancaman para malaikat yang telah didengarnya sendiri. Dan begitu
langkah Nabi Luth berserta kedua puterinya melewati batas kota Sadum, sewaktu fajar menyingsing, bergetarlah
bumi dengan dahsyatnya di bawah kaki rakyat Sadum, tidak terkecuali isteri Nabi Luth yang munafiq itu. Getaran
itu mendahului suatu gempa bumi yang kuat dan hebat disertai angin yang kencang dan hujan batu sijjil yang
menghancurkan dengan serta-merta kota Sadum berserta semua pemghuninya . Bertebaran mayat-mayat yang
dilaknat oleh Allah S.W.T di kota Sodom, dan hancurlah kota tersebut yang berada di laluan manusia yang lalu-
lalang. Namun, masih ditinggalkan kesan-kesan kehancuran kota tersebut oleh Allah S.W.T, sebagai peringatan
kaum yang kemudian yang melalui di jalan tersebut. Demikianlah kebesaran dan ayat Allah yang diturunkan untuk
menjadi pengajaran dan ibrah bagi hamba-hamba-Nya yang mendatang

Kisah Nabi Luth Di Dalam Al-Quran

Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada 85 ayat dalam 12 surah diantaranya Surah Al-Anbiyaa ayat 74 dan
75 , Surah Asy-Syu’ara ayat 160 sehingga ayat 175 ,Surah Hud ayat 77 sehingga ayat 83 , Surah Al-Qamar ayat
33 sehingga 39 dan surah At-Tahrim ayat 10 yang mengisahkan isteri Nabi Luth yang mengkhianati suaminya.
eladan Kesabaran dalam Riwayat Nabi Ayyub as.

Oleh: AnneAhira.com Content Team

  ( 2 )   |   Jumlah komentar: 3

SHARE :     Facebook       Twitter       Blogger       Wordpress

Artikel Terkait

 Riwayat Nabi Muhammad


 Bahtera Nabi Nuh: Legenda Sepanjang Masa
 Belajar Kehidupan dari Kisah 25 Nabi dan Rosul
 Kisah Nabi Nabi, Peringatan Untuk Manusia

Salah satu nabi yang disebut namanya dalam Al Quran adalah Nabi Ayyub. Allah
mengutusnya berdakwah kepada Bani Israil dan Kaum Amoria di Syam, sekitar tahun
1500 SM.

Dalam kitab tarikh Dimasq, Ibnu Asakir menyebutkan bahwa Ayyub memiliki segalanya.
Kekayaannya melimpah, beraneka binatangternak yang banyak jumlahnya, serta tanah
yang membentang di daerah Hauran dengan berbagai tanaman pertanian. Ayyub
memiliki keluarga yang melengkapi kebahagiaannya; istri yang shlihah dan anak-anak
yang patuh beribadah.
Segala nikmat dunia yang dilimpahkan Allah kepada Ayyub, tidak membuatnya
tergelincir kepada kekufuran. Bahkan sebaliknya, semua itu menjadi wasilah
kesyukuran dan membuatnya semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Diuji dengan Harta

Kemuliaan dan keutamaan Ayyub menjadi perbincangan di kalanganmalaikat. Tak


henti-henti mereka memuji makhluk Allah tersebut. Pembicaraan itu terdengar oleh Iblis
yang selalu bernafsu untuk menggelincirkan manusia dari jalan kebenaran. Maka, Iblis
pun berniat untuk menggoda Ayyub.

Iblis melihat kehidupan Ayyub yang diberi kelimpahan harta. Iblis merasa yakin bahwa


dengan kefakiran dan kesempitan hartalah, dia akan dengan mudah menjerumuskan
Ayyub kepada kekufuran.

Maka dengan seizin Allah, Iblis pun menguji Ayyub dengan harta. Satu per satu
ternaknya mati tanpa sebab. Harta benda miliknya lenyap dalam sekejap. Tak lama
kemudian, Ayyub yang kaya raya telah berubah menjadi orang paling miskin.

Namun, betapa kecewanya Iblis saat mengetahui bahwa di dalam kemiskinannya,


Ayyub as tetap berzikir dan mendekatkan diri kepada Allah, bahkan semakin bertambah
dekat.

Diuji dengan Keluarga

Gagal dengan ujian harta, Iblis tak mau menyerah. Dia kembali memerhatikan
kehidupan Ayyub. Saat itulah dia melihat bahwa Ayyub memiliki keluarga yang rukun
dan harmonis. Mereka saling menyokong dalam kesabaran dan keimanan. Karena itu,
Iblis memutuskan untuk menggelincirkan keimanan Ayyub lewat jalan ini.

Tiba-tiba saja keluarga Ayyub tertimpa musibah sakit sehingga banyak anggota


keluarganya yang meninggal dunia. Sanak famili berselisih satu dengan yang lain.
Sebagian lagi pergi menjauh dan saling tercerai-berai.

Ayyub memang teramat sedih melihat keluarganya tercerai-berai, hingga tinggal ia dan
istrinya yang setia. Mereka tinggal di rumah yang sederhana dan hidup teramat miskin.
Namun, lagi-lagi cobaan itu tidak membuat Ayyub terjerumus dalam kekufuran. Dia
tetap sabar menjalani ujian itu dengan keimanan yang semakin menebal.

Diuji dengan Penyakit

Iblis masih belum mau menyerah. Setelah Ayyub kehilangan sebagian besar dari
keluarganya, Iblis melihat bahwa Ayyub masih dalam keadaan sehat walafiat. Iblis
merasa yakin apabila Ayyub ditimpapenyakit, maka akan hilanglah sifat syukur
daripadanya.
Maka, tiba-tiba Ayyub ditimpa penyakit kulit yang sangat berat. Teramat berat sakit
yang diderita sehingga menyulitkannya untuk beribadah. Namun, alangkah
tercengangnya Iblis mengetahui bahwa dalam keadaan sakit sedemikian rupa, sama
sekali tidak menggoyahkan keimanan Ayyub. Ia tetap berzikir dan mengucap syukur
kepada Allah.

Diuji dengan Istri

Hampir putus asalah Iblis hendak menggoda Ayyub. Maka, selagi Iblis melihat
bagaimana istri Ayyub teramat tekun merawat suaminya, timbul niatnya untuk
menghasut istri Ayyub.. Iblis pun mengebuskan rasa was-was ke dalam hati istri Ayyub
dan membangkitkan kenangan atas nikmat kebahagiaan di masa lalu.

Atas hasutan Iblis, datanglah istri Ayyub kepada suaminya dan berkata, “Mengapa kau
tidak meminta kepada Tuhanmu agar mengembalikan kejayaanmu di masa lalu dan
menyembuhkan penyakitmu?”

Ayyub terkejut mendengar perkataan istrinya yang menunjukkan hilangnya


rasa syukur dan berkurangnya kesabaran atas ujian yang Allah timpakan. Namun, lagi-
lagi itu tidak membuatnya tergelincir sebagaimana yang diharapkan Iblis.

Ayyub malah mengingatkan istrinya agar bersabar dan tetap mendekatkan diri kepada
Allah, seraya mengingatkan bahwa apa pun musibah yang ditimpakan Allah
kepadanya, masih belum seberapa dibandingkan dengan nikmat yang telah Allah
limpahkan.

Istri Ayyub terhenyak dan buru-buru istghfar atas kesalahannya. Maka, Iblis pun
menyerah. Segala upaya telah ia lakukan untuk menjerumuskan Ayyub namun sia-sia
belaka.

Buah Kesabaran

Allah pun mengganjar kesabaran Ayyub dengan limpahan barakah dan rahmat-Nya.
Dia menurunkan obat bagi penyakit Ayyub melalui mata air yang muncul dari hentakan
kaki Ayyub, dan dengan air itu pula kembali tumbuhkah aneka rupa tanaman. Allah pun
mengembalikan semua nikmat yang pernah diberikan kepada Ayyub. Bahkan nikmat itu
semakin bertambah-tambah.

Mengenai berapa lama Ayyub  menjalani cobaan yang bertubi-tubi itu, banyak pendapat
berbeda. Namun ada baiknya kita merujuk padahadits yang diriwayatkan dari jalur Anas
bin Malik r.a., bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Nabiyullah Ayyub diuji
dengan musibah selama 18 tahun, di mana keluarganya (yang dekat dan yang jauh)
telah menolaknya dan mengusirnya, kecuali dua orang laki-laki dari saudaranya.” 
Subhanallah…! Berada dalam ujian yang begitu berat selama 18 tahun lamanya, dan
Ayyub tetap mampu menjaga rasa syukur dan keimanannya. Riwayat Nabi Ayyub
benar-benar sebuah teladan kesabaran yang luar biasa.

Kisah Nabi Nabi, Peringatan Untuk Manusia

Oleh: AnneAhira.com Content Team

  ( 2 )   |   Jumlah komentar: 0

SHARE :     Facebook       Twitter       Blogger       Wordpress

Artikel Terkait

 Muhammadku, Aku Rindu Kepadamu


 Teladan Dari Kisah Kisah 25 Nabi
 Nama Nama 25 Nabi di dalam Al-Qur’an
 Kisah Nabi Musa Bersama Nabi Khidir

Kisah nabi nabi pada dasarnya saling memiliki keterkaitan. Sebab kehadiran nabi nabi
tersebut selalu melanjutkan tugas dan ajaran dari nabi yang terlebih dahulu ada
sebelumnya. Demikian pula dengan Nabi Hud AS.

Nabi Hud merupakan nabi yang meneruskan kisah nabi nabi sebelumnya, di antaranya


yakni Nuh AS. Umat nabi Nuh yang selamat dari bencana menurunkan banyak manusia
yang kemudian tersebar ke berbagai daerah. Penyebaran ini mengakibatkan banyak
umat yang mulai melupakan ajaran Nabi Nuh, terkait dengan masalah tolong menolong
dan saling mengormati antar sesama manusia.

Keimanan umat manusia pada masa itu menurun drastis. Banyak manusia yang mulai
meninggalkan kebaikan dan menuju pada kehidupan yang penuh dengan kerusakan
dan kemusyrikan. Diantaranya dengan kembali menyembah berhala-berhala dan
melupakan menyembah Allah.

Kisah Nabi Hud AS

Selain kisah Nuh dengan kapalnya, kisah nabi nabi pun mengungkap tentang peristiwa
yang dialami di jaman Nabi Hud AS. Nabi yang melanjutkan perjuangan Nabi Nuh ini
diuji Allah melalui kesabarannya menghadapi kecongkakan kaum yang hidup pada saat
itu.

Dalam perjalanan dakwahnya Hud diperintahkan Allah untuk berdakwah pada kaum
Aad yang terkenal akan kedurhakaannya. Mereka durhaka dan tidak mau menyembah
Allah karena merasa bahwa harta melimpah dan kesuburan alam bukan berasal dari
Allah. Namun mereka menganggap semua itu adalah hasil usaha mereka semata-mata.

Bahkan ketika kaum Aad diperingatkan oleh Nabi Hud untuk kembali menyembah Allah,
mereka mengatakan Hud adalah manusia bodoh. Akibatnya, Hud memohon pada Allah
agar kaum tersebut diberikan peringatan atas kecongkakan mereka.

Atas do’a dari nabi Hud, Allah mengabulkan dengan memberikan kemarau yang
berkepanjangan selama tiga tahun tanpa ada air sedikit pun. Namun hal ini tidak
mengurangi kecongkakan mereka. Akibatnya Allah menambah adzab yang lebih berat
lagi yakni angin kencang selama tujuh malam dan delapan hari yang membinasakan
binatang-binatang ternak di padang pasir.

Kisah Nabi Shalih

Setelah kaum Aad binasa, muncullah kaum Tsamud menghuni wilayah yang
sebelumnya dikuasai oleh Kaum Aad. Mereka mengolah lahan tandus tersebut hingga
kembali subur. Namun kesuburan tersebut, lagi-lagi menjadikan kaum tersebut menjadi
congkak dan enggan menyembah Allah.

Dan diutuslah Nabi Shalih AS untuk mengingatkan kaum Tsamud agar menyembah
Allah. Namun kaum Tsamud melecehkan ajakan tersebut, bahkan mereka meminta
Nabi Shalih untuk membuktikan kenabiannya.

Berdo’alah Nabi Shalih untuk meminta mukjizat pada Allah, yang dipenuhi dengan


diturunkannya seekor unta betina yang sangat gemuk dan sehat dan memiliki air susu
yang tidak pernah habis. Yang menakjubkan, unta tersebut muncul dari dalam gunung
yang ada di luar kota Tsamud.
Alih-alih mempercayai kenabian Nabi Shalih, kaum Tsamud justru bertambah iri hingga
mereka membunuh unta tersebut. Tujuannya, agar orang-orang yang menjadi pengikut
Nabi Shalih berubah pikiran dan mengikuti kekafiran kaum Tsamud.

Nabi Shalih yang mengetahui hal ini, memperingatkan pada kaum Tsamud untuk
bertobat dan memberi waktu tiga hari pada mereka. Jika tidak bertobat, maka akan
didatangkan bencana yang sangat dahsyat. Namun Kaum Tsamud justru menantang
Nabi Shalih untuk mempercepat datangnya bencana tersebut.

Namun sebenarnya, Kaum Tsamud ini takut jika ancaman Nabi Shalih menjadi
kenyataan. Akibatnya mereka berencana membunuh Nabi Shalih. Sayangnya, sebelum
rencana tersebut dilaksanakan datanglah bencana gempa bumi dan petir yang teramat
dahsyat yang menghancurkan Kaum Tsamud tersebut. Maka musnahlah Kaum
Tsamud dan menjadi bagian dari kelompok yang menyepelekan kisah Nabi nabi
sebelumnya, yang mengajak untuk menyembah dan mengakui keesaan Allah semata.

Kisah Nabi Musa Bersama Nabi Khidir

Oleh: AnneAhira.com Content Team

  ( 4 )   |   Jumlah komentar: 1

SHARE :     Facebook       Twitter       Blogger       Wordpress

Artikel Terkait
 Belajar Kehidupan dari Kisah 25 Nabi dan Rosul
 Mengenal Mukjizat 25 Nabi dan Rasul
 Meneladani Kisah Nabi Muhammad
 Muhammadku, Aku Rindu Kepadamu

Dari sekian banyak nabi yang diceritakan oleh Allah Swt dalamAl-Qur’an, ada beberapa
nabi yang boleh dibilang misterius, karena tidak banyak kisah yang disampaikan
mengenai nabi-nabi ini.

Salah satunya adalah Nabi Khidir (atau Khadr/Khader/al-Khadir). Kita tidak diberitahu
banyak tentang siapa dia, latar belakangnya danriwayat hidupnya.

Apa yang kita ketahui hanyalah sepotong kisahnya dalam sebuah episode kisah
Nabi Musa, sebagaimana tertera dalam surat Al-Kahfi. Musa  bertemu dengan Nabi
Khaidir, lalu terjadilah beberapa peristiwa yang menjadi pelajaran berharga bagi Nabi
Musa.

Kisah bermula ketika suatu saat Nabi Musa ditanya oleh pengikutnya dari Bani Israil,
“Siapakah orang yang paling berilmu?”

Lalu Musa menjawab, “aku.”

Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits, Allah langsung menegur Musa


dengan berfirman, “sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di
pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada kamu.”

Maka tercetuslah keinginan Musa untuk menemui hamba Allah tersebut dan menimba
ilmu darinya. Singkat cerita, Nabi Musa mendatangi tempat yang dimaksud dan
bertemu dengan seseorang yang berjubah putih bersih, yang tidak lain adalah Nabi
Khidir as.

Musa pun berkata, “Aku datang menemui Tuan supaya Tuan dapat mengajarkan
sebagian ilmu dan kebijaksanaan yang telah diajarkan kepada Tuan.” Namun, Khidir
menjawab, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan bersabar denganku.”

Oleh karena itu, Nabi Musa meyakinkan Nabi Khidir bahwa ia akan bersabar dan
berjanji untuk tidak bertanya tentang apa pun yang kelak dilakukan oleh Khidir sampai
ia menjelaskannya. Musa pun mengikuti Nabi Khidir pergi dan bertekad untuk tidak
bertanya walaupun kelak apa yang dilakukan oleh Khidir membuat Musa terperanjat.

Membunuh Seorang Anak

Peristiwa pertama yang membuat Musa kaget adalah ketika Khidir


menghancurkan perahu yang mereka tumpangi. Musa tidak dapat menahan diri untuk
bertanya tentang sebab Khidir melakukan itu. Namun, Khidir mengingatkan janji Musa
untuk tidak bertanya. Maka Musa pun meminta maaf atas kelancangannya.
Setelah mereka sampai di daratan, tiba-tiba Nabi Khidir membunuh seorang anak yang
sedang bermain bersama teman-temannya. Nabi Musa kaget setengah mati dan tidak
mampu menahan tanya. Khidir mengingatkan bahwa sekali lagi Musa bertanya, maka
ia akan meninggalkan Musa as. Mereka pun melanjutkan perjalanan.

Sesampainya di sebuah pemukiman, kedua Nabi yang kelelahan ini meminta bantuan
kepada penduduk setempat. Namun, mereka malah direspon buruk oleh
para penduduk. Nabi Musa merasa sangat kesal atas perlakuan tersebut, namun apa
yang dilakukan oleh Nabi Khidir as?

Ia malah mengajak Nabi Musa untuk memperbaiki sebuah tembok yang hampir runtuh
di daerah tersebut. Kali ini Musa kehabisan kesabaran hingga lagi-lagi ia bertanya
tentang tindakan Khidir yang selalukontroversial.

Maka Khidir pun menegaskan bahwa Nabi Musa tidak dapat menjadi muridnya. Lalu ia
pun menjelaskan alasan dari tindakan-tindakannya.

Pada peristiwa pertama, Nabi Khidir menghancurkan perahu karena perahu itu milik
seorang miskin dan di sana hidup seorang raja yang suka merampas perahu dari
rakyatnya.

Pada peristiwa kedua, Khidir membunuh seorang anak karena ia tahu bahwa anak itu
kelak akan menyesatkan kedua orangtuanya yang beriman. Maka Allah akan
menggantinya dengan seorang anak yang saleh.

Pada peristiwa terakhir, ia menjelaskan bahwa rumah yang temboknya mereka perbaiki


itu adalah rumah dua orang kakak beradik yang saleh yang ayahnya sudah meninggal
dunia.

Dalam rumah itu ada harta peninggalan orang tuanya untuk mereka berdua. Apabila
rumah itu runtuh, sudah barang tentu para penduduk akan mengambil harta itu, sedang
kakak-beradik tersebut masih terlalu kecil untuk mengelola harta.

Ilmu Allah Tidak Akan Berkurang

Akhirnya Nabi Musa mengerti pelajaran yang ada di balik setiap tindakan Nabi Khidir
as. Ia bersyukur dipertemukan dengan orang yang memiliki ilmu yang begitu luas, yang
tentu saja diperoleh dari Allah Swt.

Nabi Khidir telah menjadi guru yang menyadarkannya bahwa ia bukanlah orang yang


paling berilmu, masih ada orang yang jauh lebih berilmu daripadanya. Dan tentu saja
Allah Swt memiliki ilmu yang jauh lebih luas daripada keduanya.

Saat mereka di dalam perahu, hinggaplah seekor burung di ujung perahu lalu meneguk
air laut dengan paruhnya.
Nabi Khidir lantas berkata, “Ilmuku dan ilmumu tidak sebanding dengan ilmu Allah. Ilmu
Allah tidak akan berkurang lantaran diminum sedikit airnya oleh burung ini.”

Nabi Khidir memberi pelajaran berharga, bukan hanya kepada Nabi Musa as, tetapi
juga kepada kita bahwa tidak ada yang boleh mengklaim sebagai orang yang paling
berilmu, dan bahwasanya seorang murid yang baik harus memiliki sikap sabar ketika
menimba ilmu dari gurunya.

 Satria Al Fath
Oleh Syeikh Dr. Muhammad Musa Nashr, Al Hafidz
(Dosen Universitas Amman Al Ahliyah, Al Baany Jordan)

Sungguh sebaik-baiknya pembicaraaan adalah firman Allah, dan sebaik-baiknya petunjuk adalah yang
diberikan Rasulullah SAW. Seburuk-buruknya perkara adalah mengada-adakan sesuatu yang baru dalam
ajaran agama, dan sesuatu yang baru yang tidak diajarkan syariat agama adalah bid’ah, dan setiap bid’ah
adalah kesesatan. Dan kesesatan itu tempatnya di neraka.

Sungguh Allah telah mengutus Rasululah Muhammad SAW dengan haq, sebagai Rasul pemberi petunjuk ke
jalan yang benar, mengajak untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, serta toleransi. Menunjukkan
manusia kepada kebenaran, dan memperingatkannya kepada jalan kesesatan dan keburukan. Yang hal itu
sesuai dengan firman Allah dalam surat at-Taubah:
‘Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap
orang-orang mukmin’.

Dari sekian banyak dakwah Rasulullah dalam syariatnya, bahkan ajaran yang paling asasi (dasar) adalah
menegakkan keadilan dan kebenaran, mencegah berbuat kedzaliman, memerintahkan menyebarkan rahmat
(kedamaian), dan melarang pembunuhan dan pertumpahan darah. Inilah esensi ajaran Islam dan inilah
spirit dakwah yang diajarkan Rasulullah SAW. Beliau adalah rahmat yang dihadiahkan oleh Allah kepada
umat manusia. Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
(al-Anbiya’: 107). Mengajak kepada kearifan dan toleransi, serta melarang berbuat dzalim. Rasulullah juga
memerintahkan segala kebajikan dan melarang segala bentuk kemungkaran. Beliau juga melarang berbuat
kerusakan dimuka bumi ini, setelah kebaikan itu nyata-nyata ditegakkan. Allah memperingatkan kepada
orang yang berbuat kerusakkan di muka bumi dengan firmanNya yang maknanya:
Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakkan padanya, dan
merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. Dan apabila dikatakan
kepadanya ‘Bertaqwalah kepada Allah’, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkan berbuat dosa. Maka
cukuplah (balasannya) neraka Jahanam. Dan sungguh neraka Jahanam itu tempat tinggal yang seburuk-
buruknya (al-Baqoroh 205-206)

Tetapi kebanyakan manusia membangkang dengan tetap membuat kerusakkan di muka bumi ini. Dan bila
dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, mereka menjawab:
“Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (al-Baqoroh : 11)

Nabi Muhammad SAW melarang kita untuk membunuh sesama yang tanpa dibenarkan oleh syariat, bahkan
Allah melarang dalam kitab suciNya: walaa taq tulun nafsallatii illa bil haq. Nabi kita bersabda, lenyapnya
bumi ini lebih baik, lebih ringan bagi Allah Ta’ala daripada membunuh seorang muslim. Demikian pula
Rasulullah SAW ketika berkhutbah di haji wada’ ketika berkumpulnya umat islam dalam jumlah yang sangat
besar, beliau menyampaikan bahwa sesama orang Islam adalah haram darah, harta dan kehormatannya.
Pengharaman terbesar dalam syariat Islam adalah menyakiti atau mencelakakan diri sendiri dan orang lain.
Hal itu adalah menjadi prinsip dasar qaidah Islamiyah; laa dhororo wa laa dhiroor (janganlah mencelakakan
diri sendiri dan orang lain). Hadith ini termuat dalam 5 kitab hadith yang masyhur, yang dipakai sebagai
prinsip penetapan qaidah hukum Islam.

Islam memerintahkan untuk menebarkan rahmat (perdamaian). Nabi SAW bersabda: arroohimuuna
yarhamuhumurrohmaan, irhamuu man fil ardhi, yarhamkum man fis samaa’i.(orang-orang yang selalu
menebarkan rahmat akan dicintai oleh Allah SWT. Sayangilah seluruh makhluk bumi, maka kamu akan
dicintai dan disayangi oleh seluruh penghuni langit dan bumi). Sungguh rahmat Allah tidak diturunkan
kecuali kepada mereka yang selalu menebarkan kasih sayang.

Rahmat agama ini tidak terbatas kepada manusia saja, tetapi ke seluruh alam, sehingga hewan dan
tumbuhan juga perlu kita berikan kasih sayang. Rasulullah SAW menceritakan bahwa ada seorang laki-laki
yang banyak dosa, di teriknya matahari yang menyengat, lalu dia memberi minum seekor anjing yang
kehausan, maka diampuni dosanya oleh Allah SWT. Begitu juga ada seorang wanita pezina di zaman bani
Israel, yang memberi minum seekor anjing yang kehausan, maka diampuni dosanya oleh Allah SWT. Dan
sebaliknya ada seorang wanita ahli ibadah yang mengurung seekor kucing tanpa diberi makan dan minum,
sehingga mati, maka dia dimasukkan ke dalam neraka.

Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Alam yang diciptakan oleh Allah pengelolaannya diserahkan kepada
umat manusia. Tetapi Allah melarang mengeksploitasi alam secara berlebihan yang menyebabkan rusaknya
ekosistem alam. Islam melarang kita merusak lingkungan, melarang kita memotong pohon, menebang
pepohonan dan merusak hutan. Karena fungsinya adalah menjaga ekosistem alam, dan menjaga
keseimbangan alam raya. Allah berfirman: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (ar-Ruum:41).

Setiap perbuatan yang menyebabkan keharmonisan ekosistem alam, maka Islam pertama kali telah
mengajarkan dan mendorong umatnya untuk melestarikannya. Dan setiap perbuatan yang mengakibatkan
kerusakan ekosistem alam, Islam juga lebih dahulu melarang umatnya untuk mengerjakannya. Karena
semua itu akan menyebabkan timbulnya bencana dan malapetaka. Sebagaiman Islam melarang kita dari
berkhianat karena pengkhianatan adalah salah satu sifat yang jelek, dan orang yang berkhianat akan
ditegakkan bendera pada dirinya di hari kiamat akan disebutkan nama orang tersebut, dan akan diberi gelar
sebagai seorang pengkhianat.

Sebagaiman Islam melarang membunuh sesama kaum muslimin, Islam juga sangat melarang mengganggu
rasa aman dari orang yang mengunjungi negara Islam, walaupun yang berkunjung itu adalah orang non
muslim, yang tidak menganggu negara umat Islam. Islam juga melarang orang yang membawa pedang lalu
pergi ke pasar dengan mengacungkan pedangnya memerintahkan orang pergi ke Masjid. Nabi SAW
bersabda: Barang siapa yang membunuh mu’ahidan (orang non muslim yang mengikat janji damai dengan
umat Islam) maka dia tidak akan mencium bau surga.

sekitar 6 bulan yang lalu · Laporkan


Satria Al Fath
Sebagaiman pula kita melihat fenomena yang ada tentang munculnya kalangan muda dari umat ini yang
mereka membuat kerusakan yaitu dengan beralasan membela Islam, tetapi tindakan-tindakan yang mereka
lakukan adalah tindaka terorisme yang dilarang oleh Islam, karena Islam adalah agama yang membawa
kedamaian. Dan mereka telah melakukan perbuatan yang justru dengan merugikan Islam. Melapangkan
jalan bagi orang-orang kafir untuk menguasai negeri-negeri muslim padahal nabi kita telah melarang
perbuatan itu dan beliau telah mengatakan bahwa para terorisme itu adalah kilabunnaar (anjing neraka)
dan seandainya Rasulullah SAW hidup dan bertemu dengan mereka, beliau akan membunuh mereka,
sebagaimana Allah menghancurkan kaum ‘Aad dan Tsamud.

Marilah kita senantiasa berpegang dan bersabar dalam menghadapi musibah yang menimpa kaum muslimin,
karena telah terjadi bencana alam di mana-mana termasuk di negeri Indonesia ini, yang tentunya kita harus
menghadapinya dengan segala kesabaran dengan doa dan harapan kepada Allah SWT, semoga Allah Azza
wajalla menolong kita, menolong saudara-saudara kita.

Salah satu penyebab bencana itu adalah karena terjadi kerusakan di muka bumi ini, terjadi kemaksiatan
kemungkaran kemusyrikan perzinahan dan lain sebagainya, serta penganiyaan kepada sesama manusia. Ini
diantara penyebab utama dari terjadinya bencana itu. Maka dari itu, mari kita mengikhlaskan tobat kita
kepada Allah ta’ala, mari kita kembali kepada Allah SWT dengan sabar menerima takdirnya dan senantiasa
berpegang pada tuntunan Allah dan RasulNya Muhammad SAW, menjauhi penyebab yang mendatangkan
kemurkaan Allah kepada kita.

Dan marilah kita berdoa untuk pemimpin kaum muslimin terutama di negeri ini semoga Allah SWT memberi
taufik hidayah kepada mereka, untuk dapat memimpin dan membawa kaum muslimin kepada yang terbaik.
Semoga Allah memberikan kepada mereka penolong-penolong yang baik yang dapat membantu mereka
dengan baik dalam melaksanakan tugas-tugas mereka.

sekitar 6 bulan yang lalu · Laporkan


Berbuat Kerusakan Di Muka Bumi
17 APRIL 2010 OLEH IBNUABBASKENDARI TINGGALKAN SEBUAH KOMENTAR

Ustadz Abdullah bin Taslim, M.A


Kebanyakan manusia yang hidup di jaman sekarang ini, menjadikan barometer dalam menilai hal-hal yang terjadi di
sekitarnya dengan perkara-perkara lahir yang nampak dalam pandangan mereka, sebagai akibat dari kuatnya
dominasi hawa nafsu dan kecintaan terhadapa dunia dalam diri mereka.
Mereka lalai dari memahami hakekat semua kejadian tersebut, karena mereka tidak memiliki keyakinan yang kokoh
terhadap perkara-perkara yang gaib (tidak nampak) dan lupa pada kehidupan abadi di akhirat nanti.
Allah Ta’ala berfirman:
ِ ‫} َيعْ لَمُونَ َظاهِرً ا مِنَ ْالحَ يَا ِة ال ُّد ْنيَا َو ُه ْم ع‬
{ َ‫َن اآلخِرَ ِة ُه ْم غَ افِلُون‬
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (nampak) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat
adalah lalai” (QS ar-Ruum:7).
Sebagai contoh nyata dalam hal ini, memahami arti “kerusakan di muka bumi” yang sebenarnya. Sementara ini,
banyak orang, tidak terkecuali kaum muslimin, yang mengartikan “kerusakan di muka bumi” hanya sebatas pada hal-
hal yang nampak, seperti bencana alam, kebakaran, pengrusakan hutan, tersebarnya penyakit menular dan lain
sebagainya.
Mereka melupakan kerusakan-kerusakan yang tidak kasat mata, padahal ini adalah kerusakan yang paling besar
dan fatal akibatnya, bahkan kerusakan inilah yang menjadi sebab terjadinya kerusakan-kerusakan “lahir” di atas.
Arti “kerusakan di muka bumi” yang sebenarnya
Allah Ta’ala berfirman:
ِ ‫َت أَ ْيدِي ال َّن‬
{ َ‫اس لِ ُيذِي َق ُه ْم َبعْ ضَ الَّذِي َعمِلُوا لَ َعلَّ ُه ْم َيرْ ِجعُون‬ ْ ‫}ظهَرَ ْال َف َسا ُد فِي ْالبَرِّ َو ْال َبحْ ِر ِبمَا َك َسب‬
َ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat)[1]manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)” (QS Ar Ruum:41).
Dalam ayat yang mulia ini Allah Ta’ala menyatakan bahwa semua kerusakan yang terjadi di muka bumi, dalam
berbagai bentuknya, penyebab utamanya adalah perbuatan buruk dan maksiat yang dilakukan manusia. Maka ini
menunjukkan bahwa perbuatan maksiat adalah inti “kerusakan” yang sebenarnya dan merupakan sumber utama
kerusakan-kerusakan yang tampak di muka bumi.
Imam Abul ‘Aliyah ar-Riyaahi rahimahullah[2] berkata: “Barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi
maka (berarti) dia telah berbuat kerusakan padanya, karena perbaikan di muka bumi dan di langit (hanyalah dicapai)
dengan ketaatan (kepada Allah I)”[3].
Imam asy-Syaukaani rahimahullah  ketika menafsirkan ayat di atas berkata: “(Dalam ayat ini) Allah menjelaskan
bahwa perbuatan syirk dan maksiat adalah sebab timbulnya (berbagai) kerusakan di alam semesta”[4].
Dalam ayat lain Allah Azza wa jalla berfirman:
{ ‫َت أَ ْيدِي ُك ْم‬
ْ ‫}ومَا أَصَا َب ُك ْم مِنْ مُصِ ي َب ٍة َف ِبمَا َكسَ ب‬
َ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan (dosa)mu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS asy-Syuura:30).
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini, beliau berkata: “Allah Ta’ala memberitakan
bahwa semua musibah yang menimpa manusia, (baik) pada diri, harta maupun anak-anak mereka, serta pada apa
yang mereka sukai, tidak lain sebabnya adalah perbuatan-perbuatan buruk (maksiat) yang pernah mereka
lakukan…”[5].
Tidak terkecuali dalam hal ini, musibah dan “kerusakan” yang terjadi dalam rumah tangga, seperti tidak rukunnya
hubungan antara suami dan istri, serta seringnya terjadi pertengkaran di antara mereka, penyebab utama semua ini
adalah perbuatan maksiat yang dilakukan oleh sang suami atau istri.
Inilah makna yang diisyaratkan dalam ucapan salah seorang ulama salaf yang mengatakan: “Sungguh (ketika) aku
bermaksiat kepada Allah, maka aku melihat (pengaruh buruk) perbuatan maksiat tersebut pada tingkah laku
istriku…”[6].
Oleh sebab itu, Allah menamakan orang-orang munafik sebagai “orang-orang yang berbuat kerusakan di muka
bumi”, karena buruknya perbuatan maksiat yang mereka lakukan dalam menentang Allah Azza wa jalla dan rasul-
Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah berfirman:
{ َ‫ أَال إِ َّن ُه ْم ُه ُم ْال ُم ْفسِ ُدونَ َولَكِنْ ال َي ْشعُرُ ون‬، َ‫ض َقالُوا ِإ َّنمَا َنحْ نُ مُصْ لِحُ ون‬
ِ ْ‫}وإِ َذا قِي َل َل ُه ْم ال ُت ْفسِ دُوا فِي األر‬
َ
“Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,” mereka menjawab:
“Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang
yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar” (QS al-Baqarah:11-12).
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata: “Melakukan maksiat di muka bumi (dinamakan) “berbuat
kerusakan” karena perbuatan tersebut menyebabkan rusaknya apa yang ada di muka bumi, seperti biji-bijian, buah-
buahan, pepohonan dan tumbuh-tumbuhan, karena terkena penyakit yang disebabkan perbuatan maksiat. Demikian
juga karena melakukan perbaikan di muka bumi adalah dengan memakmurkan bumi dengan ketaatan dan keimanan
kepada Allah, yang untuk tujuan inilah Allah menciptakan manusia dan menempatkan mereka di bumi, serta
melimpahkan rezeki kepada mereka, agar mereka menjadikan (nikmat tersebut) sebagai penolong mereka untuk
melaksanakan ketaatan dan ibadah kepada Allah, maka jika mereka melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan ketaatan kepada Allah (maksiat) berarti mereka telah mengusahakan (sesuatu yang menyebabkan)
kerusakan dan kehancuran di muka bumi” [7].
Maka kematian orang-orang pelaku maksiat merupakan sebab utama berkurangnya kerusakan di muka bumi,
sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “(Kematian) seorang hamba yang fajir (banyak berbuat
maksiat) akan menjadikan manusia, negeri, pepohonan dan binatang terlepas (terselamatkan dari kerusakan karena
perbuatan maksiatnya)”[8].
Syirik dan bid’ah sebab terbesar kerusakan di muka bumi
Dikarenakan perbuatan syirik (menyekutukan Allah dalam beribadah) adalah dosa yang paling besar di sisi Allah,
maka kerusakan yang ditimbulkan akibat perbuatan ini sangat besar, bahkan perbuatan inilah yang menjadi sebab
utama kerusakan terbesar di muka bumi.
Imam Qatadah rahimahullah[9] dan as-Suddi berkata: “Kerusakan (yang sesungguhnya) adalah perbuatan syirik,
dan inilah kerusakan yang paling besar” [10].
Demikian juga perbuatan bid’ah[11] dan semua seruan dakwah yang bertentangan dengan petunjuk
RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam, pada hakekatnya merupakan sebab terbesar terjadinya kerusakan di muka
bumi. Karena petunjuk dan kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah satu-satunya
aturan untuk memakmurkan dan mensejahterakan alam semesta, sehingga semua seruan agama yang
bertentangan dengan petunjuk beliau adalah sebab utama terjadinya kerusakan di muka bumi.
Oleh karena itu, imam Abu Bakar Ibnu ‘Ayyasy Al Kuufi rahimahullah[12] ketika ditanya tentang makna firman
AllahAzza wa jalla:
ِ ْ‫}وال ُت ْفسِ دُوا فِي اأْل َر‬
{‫ض َبعْ دَ ِإصْ ال ِحهَا‬ َ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya…”.
Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat
manusia, (sewaktu) mereka dalam keadaan rusak, maka Allah memperbaiki (keadaan) mereka dengan (petunjuk
yang dibawa) Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga barangsiapa yang mengajak (manusia)
kepada selain petunjuk yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka dia termasuk orang-orang
yang berbuat kerusakan di muka bumi”[13].
Cara mengatasi dan memperbaiki kerusakan di muka bumi
Karena sebab utama terjadinya kerusakan di muka bumi adalah perbuatan maksiat dengan segala bentuknya, maka
satu-satunya cara untuk memperbaiki kerusakan tersebut adalah dengan bertobat dengan taubat yangnasuh[14] dan
kembali kepada Allah. Karena taubat yang nasuh akan menghilangkan semua pengaruh buruk perbuatan dosa yang
pernah dilakuakan.
Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang telah bertobat (dengan sungguh-sungguh) dari
perbuatan dosanya, adalah seperti orang yang tidak punya dosa (sama sekali)”[15].
Inilah makna yang diisyaratkan dalam firman Allah Azza wa jalla di atas:
{ َ‫} ِل ُيذِي َق ُه ْم َبعْ ضَ الَّذِي عَ مِلُوا لَعَ لَّ ُه ْم َيرْ ِجعُون‬
“…supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar)” (QS Ar Ruum:41).
Artinya: agar mereka kembali (bertobat) dari perbuatan-perbuatan (maksiat) yang berdampak timbulnya kerusakan
besar (dalam kehidupan mereka), sehingga (dengan tobat tersebut) akan baik dan sejahteralah semua keadaan
mereka” [16].
Dalam hal ini, sahabat yang mulia, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah mengucapkan dalam doanya: “Ya
Allah, sesungguhnya tidak akan terjadi suatu malapetaka kecuali dengan (sebab) perbuatan dosa, dan tidak akan
hilang malapetaka tersebut kecuali dengan taubat (yang sungguh-sungguh)…”[17].
Maka kembali kepada petunjuk Allah Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mempelajari,
memahami dan mengamalkannya adalah solusi untuk menghilangkan kerusakan di muka bumi dalam segala
bentuknya, bahkan menggantikan kerusakan tersebut dengan kebaikan, kemaslahatan dan kesejahteraan. Karena
memang agama Islam disyariatkan oleh Allah Azza wa jalla yang maha sempurna ilmu dan hikmah-Nya[18], untuk
kebaikan dan kemaslahan hidup manusia. Allah Ta’ala berfirman:
ِ ‫}يَا أَ ُّيهَا الَّذِينَ آ َم ُنوا اسْ َت ِجيبُوا هَّلِل ِ َولِلرَّ س‬
{ ‫م ِلمَا يُحْ ِيي ُك ْم‬‰ْ ‫ُول ِإ َذا دَعَ ا ُك‬
“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul-Nya yang mengajak kamu kepada suatu yang
memberi (kemaslahatan)[19] hidup bagimu” (QS al-Anfaal:24).
Imam Ibnul Qayyim – semoga Allah Ta’ala merahmatinya – berkata: “(Ayat ini menunjukkan) bahwa kehidupan yang
bermanfaat hanyalah didapatkan dengan memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka
barangsiapa yang tidak memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya maka dia tidak akan merasakan kehidupan (yang
baik). Meskipun dia memiliki kehidupan (seperti) hewan yang juga dimiliki oleh binatang yang paling hina (sekalipun).
Maka kehidupan baik yang hakiki adalah kehidupan seorang yang memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya secara
lahir maupun batin”[20].
Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman:
ِ ْ‫ت مِنَ ال َّسمَا ِء َواأْل َر‬
{‫ض َولَكِنْ َك َّذبُوا َفأ َ َخ ْذ َنا ُه ْم ِبمَا َكا ُنوا َي ْكسِ بُون‬ ٍ ‫}ولَ ْو أَنَّ أَهْ َل ْالقُرَ ى آَ َم ُنوا َوا َّت َق ْوا لَ َف َتحْ َنا َعلَي ِْه ْم بَرَ َكا‬
َ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya” (QS al-A’raaf:96).
Artinya: Kalau saja mereka beriman dalam hati mereka dengan iman yang benar dan dibuktikan dengan amalan
shaleh, serta merealisasikan ketakwaan kepada Allah Ta’ala lahir dan batin dengan meninggalkan semua larangan-
Nya, maka niscaya Allah akan membukakan bagi mereka (pintu-pintu) keberkahan di langit dan bumi, dengan
menurunkan hujan deras (yang bermanfaat), dan menumbuhkan tanam-tanaman untuk kehidupan mereka dan
hewan-hewan (ternak) mereka, (mereka hidup) dalam kebahagiaan dan rezki yang berlimpah, tanpa ada kepayahan,
keletihan maupun penderitaan, akan tetapi mereka tidak beriman dan bertakwa maka Allah menyiksa mereka karena
perbuatan (maksiat) mereka” [21].
Oleh karena itu, “orang-orang yang mengusahakan perbaikan di muka bumi” yang sebenarnya adalah orang-orang
yang menyeru manusia kembali kepada petunjuk Allah Azza wa jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
dengan mengajarkan dan menyebarkan ilmu tentang tauhid dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallamkepada manusia.
Mereka inilah orang-orang yang menyebabkan kemaslahatan dan kesejahteraan alam semesta beserta isinya, tidak
terkecuali hewan-hewan di daratan maupun lautan ikut merasakan kebaikan tersebut, sehingga mereka senantiasa
mendoakan kebaikan dari Allah untuk orang-orang tersebut, sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada
mereka[22].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya orang yang berilmu (dan mengajarkan ilmunya
kepada manusia) akan selalu dimohonkan pengampunan dosa baginya oleh semua makhluk yang ada di langit (para
malaikat) dan di bumi, sampai-sampai (termasuk) ikan-ikan yang ada di lautan…”[23].
Sekaligus ini menunjukkan bahwa kematian orang-orang berilmu yang selalu mengajak manusia kepada petunjuk
Allah Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan pertanda akan munculnya malapetaka dan
kerusakan besar dalam kehidupan manusia. Karena dengan wafatnya mereka, akan berkurang penyebaran ilmu
tauhid dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah manusia, yang ini merupakan sebab
timbulnya kerusakan dan bencana dalam kehidupan.
Dalam hal ini, imam al-Hasan al-Bashri  rahimahullah[24] pernah berkata: “Kematian orang yang berilmu merupakan
kebocoran (kerusakan) dalam Islam yang tidak bisa ditambal (diperbaiki) oleh apapun selama siang dan malam
masih terus berganti”[25].
Penutup
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin dalam mengajak mereka untuk selalu kembali kepada petunjuk
Allah Azza wa jalla dan Rasul-Nya, yang itu merupakan sumber kebaikan dan kebahagiaan hidup yang hakiki bagi
mereka.
‫ وآخر دعوانا أن الحمد هلل رب العالمين‬،‫وصلى هللا وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين‬
Kota Kendari, 2 Rabi’ul awwal 1431 H
Abdullah bin Taslim al-Buthoni
Artikel: ibnuabbaskendari.wordpress.com
Catatan Kaki:

[1] Lihat “Tafsir Ibnu Katsir” (3/576).


[2] Beliau adalah Rufai’ bin Mihran ar-Riyaahi (wafat 90 H), seorang Tabi’in senior yang terpercaya dalam
meriwayatkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lihat “Taqriibut tahdziib” (hal. 162).
[3] Dinukil oleh imam Ibnu Katsir dalam tafsir beliau (3/576).
[4] Kitab “Fathul Qadiir” (5/475).
[5] Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 759).
[6] Dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam kitab “ad-Da-u wad dawaa’” (hal. 68).
[7] Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 42).
[8] HSR al-Bukhari (6512) dan Muslim (no. 2245).
[9] Beliau adalah Qotadah bin Di’aamah As Saduusi Al Bashri (wafat setelah tahun 110 H), imam besar dari kalangan
tabi’in yang sangat terpercaya dan kuat dalam meriwayatkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (lihat
kitab “Taqriibut tahdziib”, hal. 409).
[10] Dinukil oleh imam al-Qurthubi rahimahullah dalam tafsir beliau (14/40).
[11] Yaitu mengada-adakan sesuatu yang baru dalam agama, yang tidak dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
[12] Beliau adalah imam dari kalangan atba’ut tabi’in senior, seorang ahli ibadah dan terpercaya dalam meriwayatkan
hadits Rsulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (wafat 194 H), lihat kitab “Taqriibut tahdziib” (hal. 576).
[13] “Tafsir Ibni abi Hatim Ar Raazi” (6/74) dan “Ad Durrul mantsuur” (3/477).
[14] Yaitu taubat yang benar dan sungguh-sungguh, sehingga menghapuskan dosa-dosa yang lalu. Lihat “Tafsir Ibnu
Katsir” (8/168).
[15] HR Ibnu Majah (no. 4250) dan ath-Tahbraani dalam “al-Mu’jamul kabiir” (no. 10281) dan dinyatakan hasan oleh
Ibnu Hajar dan Syaikh al-Albani rahimahullah. Lihat “adh-Dha’iifah” (no. 615).
[16] Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 643).
[17] Dinukil oleh imam Ibnu Hajar al-‘Asqalaani rahimahullah  dalam “Fathul Baari” (3/443).
[18] Hikmah adalah menempatkan segala sesuatu tepat pada tempatnya, yang ini bersumber dari
kesempurnaan ilmu Allah Ta’ala, lihat kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 131).
[19] Lihat “Tafsir Ibnu Katsir” (4/34).
[20] Kitab “al-Fawa-id” (hal. 121- cet. Muassasatu ummil qura’).
[21] Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 298).
[22] Lihat kitab “Miftaahu daaris sa’aadah” (1/64) dan “Faidhul Qadiir” (4/268).
[23] HR at-Tirmidzi (no. 2682) dan Ibnu Majah (no. 223), dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah
[24] Beliau adalah al-Hasan bin abil Hasan Yasar al-Bashri rahimahullah (wafat 110 H), seorang imam besar dan
termasyhur dari kalangan tabi’in. Lihat kitab “Taqriibut tahdziib” (hal. 160).
[25] Diriwayatkan oleh imam Ad-Darimi rahimahullah dalam kitab “as-Sunan” (no. 324) dengan sanad yang shahih
Mencermati ayat-ayat “ kerusakan di muka bumi”.
April 13, 2010 by Vien AM

“ Dan janganlah kamu membuat  kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan

berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan

dikabulkan).  Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat

baik”.(QS. Al-‘Araf(7):56).

Bila kita perhatikan ayat yang berisi larangan agar tidak berbuat  kerusakan di muka bumi tidaklah

sedikit. Walaupun tentu saja ini tidak berarti bahwa bahwa bila ayat yang berisi perintah atau

larangan hanya sedikit maka kita tidak perlu memperhatikan ayat tersebut !

Masalahnya tahukah kita sebenarnya apa dan yang bagaimanakah yang dimaksudkan kerusakan itu …

Seperti kita ketahui Allah swt menciptakan manusia dengan tujuan yang jelas yaitu, agar ia menjadi

khalifah di bumi ini. Manusia di beri tugas agar memelihara, menjaga serta mengelola bumi ini.

Artinya demi kelangsungan, kepentingan serta kenyamanan kita sebagai manusia,  Allah swt sebagai

pemilik tunggal bumi ( dan seluruh alam semesta ) mengizinkan kita mendaya gunakan bumi dan

seluruh isinya secara maksimal. Ini adalah sifat utama-Nya, yaitu Ar-Rahman, Yang Maha Pengasih.

Dengan syarat tidak merusak keseimbangannya.

“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya

dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai

kebinasaan.  ( QS.Al-Baqarah(2):205).

Mengapa ? Karena Allah swt telah menciptakan bumi dan alam semesta ini dengan penuh

perhitungan, dengan ketelitian super tinggi, dengan keseimbangan yang benar-benar mengagumkan.

“Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana  Kami

meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak

sedikitpun? Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya  gunung-gunung yang

kokoh dan Kami tumbuhkan padanyasegala macam tanaman yang indah dipandang

mata,” (QS.Qaaf(50):6-7).

Perputaran matahari, bumi dan bulan dengan gravitasi dan sentrifugalnya, perkisaran angin, struktur

dan sifat tanah, gunung, air, udara dll itu semua adalah sunatullah, hukum alam yang diciptakan-Nya
dengan sengaja dan dengan maksud tertentu pula. Demikian pula proses penciptaan manusia, sebab

dan akibat timbulnya suatu penyakit dll. Ia sengaja tidak menyembunyikan aturan tersebut kepada

manusia. Walaupun sebenarnya Ia  bisa berbuat sekehendak-Nya tanpa perlu aturan.

“ Allah Pencipta langit dan bumi, dan  bila Dia berkehendak  (untuk menciptakan) sesuatu, maka

(cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya:  “Jadilah”. Lalu jadilah ia. QS.Al-Baqarah(2):117).

Namun Ia berkehendak agar manusia memahaminya. Tidak hanya pasrah begitu saja. Itu sebabnya

aturan-aturan tersebut dapat dilihat, diikuti, dipahami, dipelajari dan diserap hikmahnya, terutama

bagi orang-orang yang mau berpikir.

Dengan bekal inilah manusia mustinya berjalan. Ada aturan yang harus kita patuhi. Tidak boleh kita

misalnya  membuka lahan dengan cara membakarnya secara sembarangan, menebang pepohonan

seenaknya, membuang sampah tidak pada tempatnya, menggunakan air dan mengexploitasi bumi

secara berlebihan dan tanpa ilmu pula.

Kita dapat melihat dan merasakan sendiri  apa akibatnya bila kita tidak mematuhi aturan alias

merusaknya. Banjir, kebakaran hutan, naiknya permukaan dasar laut,  krisis energi, rusaknya lapisan

Ozon, pemanasan global adalah beberapa diantara contohnya. Belum lagi berbagai jenis penyakit

yang saat ini makin banyak saja ragamnya. Adab menjaga kebersihan seperti yang dicontohkan

Rasululah saw, seperti mencuci tangan sebelum makan, bersiwak ( menggosok gigi ) setiap habis

makan bahkan mandi junubpun sesungguhnya merupakan bagian dari menghindari berbagai penyakit.

Jadi sebenarnya kita sendirilah yang menderita dan rugi bila kita berbuat kerusakan.

Ini adalah kerusakan jenis pertama. Berikutnya adalah kerusakan moral. Allah menciptakan manusia

dalam keadaan jiwa yang bersih. Manusia adalah mahluk bermoral yang menjunjung tinggi kejujuran, 

adab dan sopan santun serta tata krama pergaulan. Manusia diciptakan untuk saling  menghargai,

saling menyayangi, saling mengingatkan serta menjaga silaturahmi.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan

dan menjadikan  kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal

mengenal……”(QS. Al-Hujuraat (49):13).

Seperti juga halnya dengan dengan kerusakan pertama, akibat dari kerusakan kedua ini juga kita

sendiri yang harus menanggungnya.  Dimulai dari hal-hal kecil yang kelihatannya sepele seperti

menyapa dengan sapaan yang baik ketika berjumpa kenalan, menjenguk teman sakit, mengunjungi
orang-tua, berlaku jujur ketika sedang ujian alias tidak menyontek, bersedekah hingga hal-hal serius

seperti menutup aurat, menjaga pergaulan dan pandangan.

Bila semua ini kita abaikan bukan tidak mungkin musibah dan kesengsaraan akan menghampiri kita.

Karena dengan tidak menjaga silaturahmi akan beresiko dikucilkan dan dibenci teman dan kerabat.

Akibat tidak jujur alias berbuat curang bisnis bisa terhambat. Dengan kurang bersedekah maka doa

dan restu dari orang ‘kecil’pun tidak muncul. Karena pergaulan bebas maka beberapa resiko terpaksa

harus ditanggung. Mulai dikeluarkan dari sekolah karena hamil di luar nikah, cercaan hingga terkena

Aids.

Yang terakhir, dan inilah yang paling penting yaitu menghindari penyakit sombong. Sombong ?? Ya ..

sombong terhadap-Nya. Yaitu merasa diri tidak memerlukan-Nya, tidak mentaati-Nya bahkan

mengakui-Nyapun enggan. Atau bisa juga karena menyekutukan-Nya. Ironisnya, justru kasus inilah

yang terbanyak.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut  disebabkan karena perbuatan tangan manusia,

supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka

kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: “Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah

bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu.  Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-

orang yang mempersekutukan (Allah)“.( QS. Ar-Ruum(30) : 41-42).

Penyakit sombong seperti ini adalah penyakit  yang paling berbahaya. Karena akibatnya tidak saja

harus ditanggung di dunia namun lebih parah lagi di akhirat nanti. Ini adalah dosa terbesar dan

terberat yang nyaris tidak ada ampunan kecuali sempat  bertobat. Dengan catatan bukan tobat yang

dilakukan menjelang ajal. Tobat yang seperti ini tidak akan diterima-Nya. Dan balasannya adalah

neraka jahanam untuk selamanya. Astaghfirullah …

“Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya

yang menyebabkannya berbuat dosa.  Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan

sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya”. ((QS.Al-Baqarah(2):206).

Adapun balasannya di dunia adalah tergantung Sang Khalik. Bisa segera diberikan bisa ditangguhkan

bisa juga di’total’ di akhir nanti. Itu sebabnya seringkali kita menyaksikan  orang kafir yang

menjalankan tanggung jawabnya dengan baik, tidak berbuat  kerusakan terhadap lingkungan dan

dirinya sendiri namun mereka tetap aman dari segala penyakit dan kesusahan. Ini adalah hak yang

pantas mereka terima berkat sifat Ar-Rahman-Nya.


Namun bisa jadi ini adalah Istidraj, yaitu cobaan kesehatan, kesenangan, kekayaan dan kemegahan

dari-Nya. Bagi orang-orang tertentu cobaan dalam bentuk seperti ini terasa lebih berat daripada

cobaan yang sifatnya kesusahan dan kesengsaraan. Biasanya mereka tidak menyadari bahaya

penyakit ini. Sebaliknya mereka merasa telah berbuat baik dan benar. Padahal sebenarnya mereka

tengah menuju lembah nestapa yang benar-benar hina!

“  Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka

menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” ( QS.Al-

Baqarah(2):11).

Orang-orang seperti ini pada umumnya merasa bahwa akal adalah diatas segalanya. Ilmu yang

mereka miliki dianggap sudah lebih dari cukup. Padahal manusia adalah mahluk yang sangat terbatas

ilmunya. Mereka hanya mampu melihat hal-hal yang nyata saja. Tidak yang ghaib. Karena untuk

melihat yang ghaib diperlukan ilmu yang lain. Yaitu keimanan. Hanya melalui Al-Quranul Karim

dibantu dengan contoh Rasulullah saw sajalah kita bakal mampu melihat yang ghaib ini.

“Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang

mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang

menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang

ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan  ikutilah

dia, supaya kamu mendapat petunjuk“.( QS.Al-Araf(7):158).

Dewasa ini dapat kita lihat secara kasat mata bahwa kerusakan telah terjadi dimana-mana dan

dengan begitu parahnya pula. Baik kerusakan jenis pertama, jenis kedua maupun jenis ketiga.

Kerusakan lingkungan, kerusakan moral, kekafiran serta kemunafikan makin meraja-lela. Ajaran

Islam terpecah-pecah, umat terkotak-kotak dan terbelah. Persaudaraan Islampun hancur.

Sementara perbuatan homoseksual yang jelas-jelas melanggar fitrah menjamur dimana-mana.

Bahkan dengan dalih kebebasan berpendapat dan demokrasi sejumlah negara dengan sembrono

berani merestui pernikahan sesama jenis ini. Astaghfirullah .. Tampaknya mereka tidak mampu

mengambil hikmah kejadian yang terjadi berad-abad lalu berikut ini :

“ Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya kamu benar-benar

mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari umat-

umat sebelum kamu”. Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki,  menyamun dan

mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain

hanya mengatakan: “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang
benar”. Luth berdo`a: “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang

berbuat kerusakan itu”.(QS. Al-Ankabuut) ( 29):28-30).

“... Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali  orang-orang yang fasik, (yaitu) orang-orang yang

melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan

Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan  membuat kerusakan di muka bumi.

Mereka itulah orang-orang yang rugi”.(QS.Al-Baqarah(2):26-27).

“ ….. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah

itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar  “.(QS. Al-

Anfaal(8):73).

Dari Abi Sa’id Al-Khudlari-radliallahu ‘anhu- dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu

‘alaihi Wasallam bersabda : “  Barangsiapa diantara kamu yang melihat kemungkaran maka

hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lidahnya,

jika tidak mampu maka dengan hatinya dan itulah (dengan hati) selemah-lemah iman  ”

(HR.Muslim).

Wallahu’alam bishawwab.
Berbagai aksi pengeboman dan terorisme yang kini sedang marak di Indonesia dikait-kaitkan dengan
orang-orang yang iltizam ( berpegang teguh ) dengan agama, padahal tidaklah demikian, karena Alloh
SWT berfirman dalam Al-Qur’an :
‫ا ِء‬++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++‫ش‬ َ ‫ح‬ ْ
ْ ‫أ ُم ُر بِا ْل َف‬++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ َ‫ل إِنَّ الل َّ َه ال َ ي‬++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ُ
ْ ‫ق‬
“Katakanlah : “Sesungguhnya Alloh tidak pernah menyuruh untuk melakukan perbuatan keji !” ( Qs. Al-
A’rof : 28 )
Dan para pelaku terorisme sejatinya adalah orang-orang yang masih dangkal ilmu agamanya,
sebagaimana sabda Rosululloh  :
‫م‬ ‫ه‬ ‫ر‬ ‫ج‬
ِ ‫ا‬ ‫ن‬‫ح‬
ْ ُ َ َ َ ُِ َ ُ‫ز‬ ‫او‬ ‫ج‬ ‫ي‬ َ ‫ال‬ َ‫آن‬‫ر‬ْ ‫ق‬
ُ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ َ‫ون‬ ‫ء‬ ‫ر‬ ‫ق‬
ْ ‫ي‬
ُ َ َ َّ ِ َ‫ة‬
ِ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ب‬‫ل‬ْ ‫ا‬ ِ‫ل‬ ‫و‬ َ
‫ق‬
ْ ِ ْ ْ‫ر‬‫ي‬‫خ‬َ ‫ِن‬ ‫م‬ ‫ُون‬
+
َ ‫ل‬ ‫و‬‫ق‬ُ ‫ي‬ ‫م‬
َ ِ ْ‫اَل‬ ‫ح‬َ ‫أل‬ ‫ا‬ ‫اء‬ ‫ه‬ ‫ف‬
ُ َ َ ُ‫س‬ ِ‫ان‬ ‫ن‬ ‫س‬
َ ْ َ ‫أل‬ ‫ا‬ ‫اث‬
ُ ‫د‬ ‫ح‬ َ ‫أ‬
َ ْ ٌ ْ ‫م‬ ‫و‬ َ
‫ق‬ ِ‫ان‬‫م‬ ‫ز‬ ‫ال‬
َ َّ ِ ‫ِر‬
‫خ‬ ‫آ‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫خ‬ ‫ي‬
ُ ُ ْ َ َ ‫س‬
‫ة‬ ِ َّ‫الر ِمي‬
َّ ‫ِن‬ ْ ‫مم‬ُ ‫ ْه‬+++++++++++++++++++++++‫الس‬ َّ ُ‫رق‬+++++++++++++++++++++++
ُ ‫م‬ْ َ‫ا ي‬+++++++++++++++++++++++‫م‬ َ ‫ِين َك‬
ِ ‫د‬ ّ +++++++++++++++++++++++‫ِن ال‬ ْ ‫ونَ م‬+++++++++++++++++++++++ُ‫م ُرق‬
ْ َ‫ي‬
“Akan keluar di akhir zaman nanti orang-orang yang masih muda usianya dan masih mentah
pemikirannya, tetapi mereka mengatakan perkataan sebaik-baiknya makhluk, mereka membaca Al-
Qur’an namun bacaannya tidak melampaui kerongkongannya, mereka keluar dari agama sebagaimana
keluarnya anak panah setelah menembus buruannya.” ( HR. Muslim )
Beberapa ustadz yang pernah turut berjihad di Afghanistan menuturkan kesaksiannya bahwa ketika
mereka bertemu dengan Usamah bin Laden yang dianggap biang terorisme dunia, ternyata dia adalah
orang yang sangat dangkal dalam masalah agama, namun memiliki semangat berjuang yang tinggi dan
uang yang berlimpah.
Beberapa kalangan wartawan menyebutkan bahwa Usamah bin Laden pernah menerima pelatihan
intelijen yang terbaik dari CIA. Semua itu bisa saja terjadi, terkait dengan perang dingin antara Uni
Sovyet dengan Amerika Serikat ketika itu. Sehingga Usamah bin Laden dan kawan kawannya yang
terkenal sebagai Pasukan Perlawanan bertempur melawan Uni Sovyet dengan dukungan CIA.
Setelah Sovyet dapat dipukul mundur dari Afghanistan, Usamah bin Laden mendirikan organisasi veteran
para pejuang Afghanistan yang berada di dalam kelompoknya – hal ini mengingat para pejuang
Afghanistan berada dalam berbagai faksi dan kelompok yang berbeda-beda -. Organisasi ini kemudian
dikenal dengan nama Al-Qaeda.
Kemudian Usamah bin Laden pulang ke Saudi Arabia dan terlibat dalam kelompok anti-Pemerintah.
Sehingga pada tahun 1994 Usamah bin Ladin menjadi buronan Kerajaan Saudi Arabia.
Pada tahun 1995 Usamah bergabung dengan Hasan At-Turobi seorang tokoh gerakan Ikhwanul Muslimin
yang radikal di Sudan. Lalu menjalin hubungan dengan kelompok-kelompok radikal lainnya di Mesir.
Selanjutnya Usamah bergabung dengan Thaliban di Afghanistan, sampai akhirnya dia menjadi tertuduh
dalam peledakan gedung menara kembar WTC pada tanggal 11 September 2001 di New York.
Dr. Azahari seorang warga negara Malaysia yang menjadi ahli bom bagi gerakan terorisme Noordin M.
Top, juga pernah mendapatkan pelatihan perakitan bom di Afghanistan. Keterkaitan gerakan ini dengan
Usamah bin Laden bisa ditebak melihat kesamaan aksinya.
Dari semua mata rantai gerakan terorisme yang dimotori oleh Usamah bin Laden dengan Azahari dan
Noordin M. Top terdapat keterkaitan erat dengan misi Yahudi / Zionis Internasional yang menghendaki
terciptanya tata dunia baru versi Yahudi, yakni agar seluruh bangsa di dunia tunduk menjadi “budak” dari
bangsa Israel. Sebagaimana kita ketahui, meskipun negara Israel adalah negara kecil, tetapi peran
mereka untuk mengatur dunia tidak boleh diremehkan. Amerika Serikat yang mayoritas Nashrani, tapi
dalam prakteknya kaum Nashrani tidak memegang kendali atas Amerika, bahkan orang-orang Yahudi
yang minoritas yang melakukan kendali terhadap politik dan militer Amerika Serikat. Setiap Presiden atau
pun Gubernur Negara Bagian yang tidak sejalan dengan kepentingan Yahudi pasti berakhir dengan
tembakan “misterius” yang kemudian kasusnya dipetieskan karena sudah dapat ditebak siapa dalang dan
pelakunya. Keterkaitan antara Mossad agen rahasia Israel yang merupakan agen rahasia terlicik di dunia
dengan CIA agen rahasia Amerika Serikat sangat kental. Bilamana demikian, apakah tidak mungkin
terdapat keterkaitan antara Usamah bin Laden dengan misi Yahudi mengingat Usamah bin Laden adalah
orang yang bodoh tentang agama Islam sehingga sangat mudah dimanfa’atkan oleh orang-orang Zionis
Yahudi. Apalagi bila penuturan TIME Magazine benar bahwa Usamah memang pernah mendapat
pelatihan khusus oleh CIA maka tidak perlu diragukan lagi bila Usamah bin Laden memang eksekutor
misi Zionisme Yahudi di lapangan. Tujuannya sangat jelas, yakni membuat kaum muslimin lari dari
agamanya.
Begitu pula gerakan terorisme yang dilakukan oleh Azahari dan Noordin M. Top. Sadar atau tidak, mereka
telah dimanfa’atan oleh orang-orang Yahudi untuk melancarkan misi Zionisme Internasional guna
membuat kaum muslimin di Indonesia menjauh dari majelis ta’lim, bahkan me mandang buruk terhadap
orang-orang yang iltizam ( berpegang teguh ) dengan ajaran agama Islam. Dibuat kaum muslimin selalu
curiga dengan orang-orang berjenggot, wanita bercadar, laki-laki yang mengenakan celana di atas mata
kaki dan lain-lainnya. Bahkan kaum muslimin dijadikan selalu curiga dengan setiap orang yang
menghidupkan pengobatan cara Rosululloh  , seperti bekam, madu dan habbatus sauda’. Dan ketika
umat Islam Indonesia menjauh dari agama yang benar, saat itu terbuka lebar-lebar pintu masuk bagi
antek-antek Yahudi, seperti Jaringan Islam Liberal ( JIL ) yang memang terang-terangan mengakui
mendapat kucuran dana dari Yahudi Internasional sekitar USD 400.000,00 setiap tahunnya. Ekspansi JIL
untuk menguasai pola fikir kaum muslimin Indonesia semakin intensif. Setelah keberhasilan mereka
merusak ‘aqidah dan fikroh ( pemikiran ) IAIN / UIN, mereka kini mulai mengincar para eksekutif muda,
guru dan kaum intelektual.
Aksi pengeboman dan bom bunuh diri bukan ajaran agama Islam sama sekali. Semua ulama Ahlus
Sunnah di seluruh belahan dunia sepakat bahwa pengeboman dan aksi bom bunuh diri adalah HARAM,
sebagaimana firman Alloh ta’ala :
‫ِين‬
َ ‫ن‬++++++++‫س‬ ‫ح‬ ‫م‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ح‬ ‫ي‬
ِ ْ ُ ُّ‫َ ُ ِب‬‫ه‬َّ ‫ل‬‫ال‬ ‫إ‬
َّ‫ُ ِن‬‫وا‬‫ن‬++++++++‫س‬ ‫ح‬ َ ‫أ‬
ِ ْ َ ِ‫و‬ ‫ة‬ ++++++++َ
‫ك‬ ‫ل‬
ُ ‫ه‬ ‫ت‬
ْ َّ ‫ال‬ ‫ى‬َ ‫ل‬ ‫إ‬
ِ ْ‫ُم‬
‫ك‬ ‫ِي‬
‫د‬ ++++++++‫ي‬ َ
ْ ِ ‫أ‬‫ب‬ ‫وا‬++++++++‫ق‬ ْ
‫ل‬ ‫ت‬ ‫اَل‬
ُ ُ َ ِ ‫و‬ ‫ه‬َّ ‫ل‬‫ال‬ ‫يل‬
ِ ِ ‫ب‬++++++++‫س‬
َ ‫ِي‬ ‫ف‬ +
‫ا‬ ‫و‬++++++++
‫ق‬ ‫ف‬ ‫ن‬َ
ُ ِ ْ َ‫أ‬‫و‬
“Dan berinfaqlah di jalan Alloh, tetapi janganlah kalian menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan, berbuat
baiklah, karena Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” ( Qs. Al-Baqoroh : 195 )
Apalagi “jihad” yang dilakukan oleh Usamah bin Laden, Azahari dan Noordin M. Top banyak sekali
melanggar rukun, syarat dan etika berjihad yang benar di dalam Islam sebagaimana tersebut di dalam
Al-Qur’an, kitab-kitab Hadits dan Fiqh. Dan seandainya “jihad” mereka benar, kenapa tidak dilakukan di
Palestina yang memang sedang berjuang melawan penjajah Israel, sekaligus membebaskan Masjidil
Aqsho dari cengkram Zionis Yahudi ? Dan seandainya memang mereka hendak menghancurkan
kepentingan Amerika, Australia dan Inggris, kenapa mereka tidak me lakukan aksinya di Malaysia yang
merupakan anggota persemakmuran Inggris ? Atau melakukan aksi di Singapura yang merupakan simbol
dominasi Barat dan Yahudi di Asia Tenggara ? Semua itu adalah kebohongan besar mereka. Bahkan
sebenarnya mereka itulah antek Zionis !!!

 Posted in artikel |   Tags: islam, NOORDIN, OSAMA, TERORISME, YAHUDI

15 Responses to “ALLOH TIDAK PERNAH MENYURUH


BERBUAT KERUSAKAN DI MUKA BUMI”

 Abdurrohman: 
October 13th, 2009 2:38 am

Bismillah

Assalaamu’alaikum Warohmatulloh Wabarokatuh

Barokallohu Fiikum

Ini istimbat antum sendiri?

Antum udah tabayyun kpd mereka yg antum tuduh? Kpd Usamah bin Laden dll, Kpd mereka yg sedang
melakukan perlawanan di Afghonistan, Iroq. Checnya, Palestina dll..?

Antum pernah mrasakn ikut perang brsama mereka?


Ato antum cm menarik kesimpulan dr media2 kafirin yg memberitakan bahwa mereka adalah teroris?

Sekiranya kaum muslimin diam, pun para kafirin dan munafiqin akan mmbuat kerusakan di muka bumi
dg menyebarkan din kekafiran mereka..salah satunya demokrasi..bukankah mreka takkan ridho sblum
kita masuk din mereka? Bukankah mereka kaum yg tdk bs dipegang janjinya?

Bukankah Usamah berperang di atas islam? bukankah Jihad mnjadi fardhu ‘Ain bgi pndudukny jika tanah
kaum muslimin di serang? kmudian bg pnduduk skitarny, kemudian lebih luas lg, kmudian lbh luas lg,
sampai jihad mnjadi fardhu kifayah…?

Bukankah Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam memerintahkan kita utk mengusir kafirin dr jazirah arab?

Bknkah jihad akan tetap berlangsung sampai hari kiamat?

Bukankah ada hadits scr makna ” Akan senantiasa ada diantara umatku sekelompok orang yang
berperang diatas haq, menang atas orang yg memusuhi mereka, sampai akhir dr mereka memerangi al
masih dajjal?

Bukankah ada hadits scr makna “Dari Salamah bin Nufail Al Kindi,dia berkata: “ketika aku sdg duduk di
dekat Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wassalam, tiba2 ada seorang laki2 bertanya: “Wahai Rosululloh, org2
sudh tdk lagi mengurus kuda mereka dan meletakan snjata mereka dan mereka mngatakan ” Tak ada
lagi jihad, perang telah usai!” Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wassalam mnghadapkn wajahnya dan
brsabda: “Mereka dusta !! Sekarang tlah datang masa perang, dan akan senantiasa ada di antara umatku
skelompok org yg brperang di atas haq dan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala memalingkan hati byk kaum pd
mereka, dan memberi rizki mereka dr harta musuh mereka hingga hari kiamat tiba, shingga janji Alloh
Subhanahu Wa Ta’ala datang. Kuda itu trtambat pd ubun2nya kebaikan hingga hr kiamat”

Pertanyaannya, Siapakah yg skrg sedang brperang di atas islam?

Jgnlah kita sampai…mnjadi org2 yg tdk pula brjihad, tdk pula berdakwah ttg jihad, tdk pula mndoakan
mreka, pdhal di Al Qur’an Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wassalam diperintah Alloh Subhanahu Wa Ta’ala
utk mengobarkan smangat kaum muslimin utk brjihad, jgnlah malah menggembosi jihad dan menuduh
antek zionis…

Sesunguhnya Alloh ‘Azza Wa Jalla tdk membutuhkan kita, islam tdk membtuhkn kita, surga tdk
mmbutuhkn kita, jihad tidak mmbutuhkan kita..Akan ttapi kitalah yg mmbutuhkn kesemuanya itu..mka
jihad akan selalu ada mski kita tdk suka, shingga Alloh Subhanahu Wa Ta’ala akan mngganti kaum yg
mreka cinta pd Nya, dan brjihad di jalanNya..

Allohummanshur mujaahidiina fiy kulli makaan..

Maka jdilah yg pertengahan, karena itu lebih baik bg kita..Smoga Alloh Subhanahu Wa Ta’ala mnjadikan
kita sbg org yg mndengar perkataan2 yg baik, kemudian mengikuti yg paling baik diantaranya, mereka
itulah org2 yg diberi petunjuk oleh Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, dan mereka itulah ulul albaab..

Allohu Ta’ala A’lam


Afwan Jiddan
Barokallohu Fiikum
Anjuran Berbuat Perbaikan Dan Peringatan Bahaya Berbuat Kerusakan di Muka
Bumi
Kategori Jalan Petunjuk | 18 Safar 1430 H / 16-02-2009
Telah merupakan hal yang dimaklumi dari kaidah agama kita bahwa
syari’at Islam ini datang untuk mewujudkan segala mashlahat atau
menyempurnakannya, menghilangkan segala madharat atau
menguranginya. Hal ini adalah karakteristik Islam yang sangat agung dan
penuh dengan keistimewaan.
Anjuran untuk berbuat perbaikan dan larangan dari berbuat kerusakan di
muka bumi telah ditekankan dalam berbagai ayat, di antaranya adalah
firman-Nya,
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya.” (QS. Al-A’râf : 56)
“Dan janganlah kalian mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat
kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.” (QS. Asy-Syu’arô` : 151-152)
Menyeru manusia kepada prinsip ini adalah salah satu tugas para nabi dan rasul. Nabi
Sholih ‘alaihissalâm menyeru kaumnya,
“Dan ingatlah olehmu di waktu Dia menjadikan kalian pengganti-pengganti (yang berkuasa)
sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagi kalian di bumi. Kalian dirikan istana-istana di
tanah-tanahnya yang datar dan kalian pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka
ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kalian merajalela di muka bumi membuat
kerusakan.” (QS. Al-A’râf : 74)
Dan Nabi Syu’aib ‘alaihissalâm berkata kepada kaumnya,
“Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Rabb bagi kalian selain-Nya.
Sesungguhnya telah datang kepada kalian bukti yang nyata dari Rabb kalian. Maka
sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kalian kurangkan bagi manusia barang-
barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi
sesudah diperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang
yang beriman”.” (QS. Al-A’râf : 85)
Dan Nabi Musa ‘alaihissalâm berpesan kepada saudaranya Nabi
Harun ‘alaihissalâm,
“Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan buatlah perbaikan, dan janganlah kamu
mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. Al-A’râf : 142)
Dan orang-orang sholih di masa Nabi Musa mengingatkan Qârûn,
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash : 77)
Dan syari’at kita telah menerangkan bahwa berbuat kerusakan adalah
akhlak orang-orang Yahudi, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya,
“Dan mereka (orang-orang Yahudi) berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak
menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. Al-Mâ`idah : 64)
Dan hal tersebut juga merupakan akhlak orang-orang munafiqîn,
“Dan bila dikatakan kepada mereka (orang-orang munafiqîn), Janganlah kalian membuat
kerusakan di muka bumi, mereka menjawab, “Sesungguhnya kami orang-orang yang
mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat
kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah : 11-12)
Syari’at Islam benar-benar mengutuk dan sangat mencela perbuatan
kerusakan di muka bumi, sehingga dijelaskanlah dalam ajarannya berbagai
jenis perbuatan kerusakan yang berseberangan dengan nilai-nilai Islam
yang mulia nan luhur. Diantara bentuk kerusakan itu adalah menumpahkan
darah yang terjaga dan terlindungi -dari kalangan muslimin maupun kafir
yang haram untuk dibunuh[1]-,
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah
dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al-Mâ`idah : 32)
“Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan
penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak
laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun
termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash : 4)
Di antara perbuatan kerusakan ialah mencuri harta manusia, baik milik
pribadi maupun milik umum,
“Saudara-saudara Yusuf menjawab, “Demi Allah sesungguhnya kalian mengetahui bahwa
kami datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan kami bukanlah para
pencuri”.” (QS. Yûsuf :73)
Menghalangi manusia ke jalan Allah termasuk perbuatan kerusakan di muka bumi,
“Dan janganlah kalian duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-
halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi
bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kalian berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak
jumlah kalian. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (QS. Al-A’râf : 86)
Menyimpang dari kebenaran setelah mengetahuinya dan mengikuti hawa nafsu juga termasuk
perbuatan kerusakan,
Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Âli Imrân : 63)
“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini,
dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka
kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (QS. Al-Mukminûn : 71)
Dan ingatlah bahwa Allah Al-‘Azîz Al-Jabbâr telah menegaskan berbagai
ancaman bagi siapa yang berbuat kerusakan di muka bumi,
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya
dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong
tangan dan kaki mereka dengan bersilang, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya).
Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka
akan beroleh siksaan yang besar.” (QS. Al-Mâ`idah : 33)
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan
apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi,
orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk
(Jahannam).” (QS. Ar-Ra’d : 25)
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik
hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah
penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk
mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah
tidak menyukai kebinasaan. Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”,
bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya)
neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-
buruknya.” (QS. Al-Baqarah : 204-206)
“Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan
kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan.” (QS. An-
Nahl : 88)
Kemudian ketahuilah, bahwa sebab munculnya kerusakan di muka bumi
adalah karena perbuatan tangan manusia sendiri,
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rûm : 41)
Dan berpaling dari perintah Allah juga merupakan sebab munculnya kerusakan di tengah
manusia,
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang
lain. Jika kalian (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah
itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS. Al-Anfâl :
73)
Dan sebaliknya, mengadakan perbaikan dan kemashlahatan di suatu
negeri adalah salah sebab tertolaknya bencana dan azab dari negeri
tersebut,
“Dan Rabbmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri karena kezholiman (yang
mereka lakukan), sedang penduduknya orang-orang yang mengadakan kemashlahatan
(perbaikan).” (QS. Hûd : 117)
Dan ketahuilah, bahwa tiada keselamatan bagi segenap hamba kecuali
dengan memerangi segala bentuk perbuatan kerusakan, baik itu kerusakan
pada keyakinan, kerusakan pemikiran, kerusakan aksi dan tindakan, dan
sebagainya. Allah ‘Azzat Hikmatuhu menegaskan,
“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang
mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi,
kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka,
dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada
mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (QS. Hûd : 116)
Dan Allah berfirman,
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan
kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.
Al-Qashash : 83)
Dan untuk kaum muslimin di zaman ini, kami ingatkan dengan firman
Allah ‘Azza wa Jalla,
“Dan berkata Fir`aun (kepada pembesar-pembesarnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa
dan hendaklah ia memohon kepada Rabb-nya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan
menukar agama kalian atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.” (QS. Ghôfir : 26)
Perhatikan ayat ini dan cermatilah kandungannya secara mendalam,
niscaya engkau akan mendapatkan dua pelajaran yang sangat berharga dan
amat dibutuhkan di zaman ini. Dua pelajaran tersebut ialah :
Satu : Mengetahui bagaimana Fir’aun menampilkan dirinya sebagai orang
yang anti kerusakan dan memberantas para pelaku kerusakan, padahal
Fir’aun sendirilah yang banyak berbuat kerusakan di muka bumi
sebagaimana yang telah dimaklumi. Tujuan Fir’aun menampilkan dirinya
sedemikian rupa, tentunya telah diketahui, yaitu agar para pengikutnya
tetap mempercayainya dan setia kepadanya. Maka jangan heran melihat
tingkah Amerika, Australia dan semisalnya yang mengatakan, “Kami
memerangi terorisme”, “Kami melindungi dunia dari ancaman terorisme”,
padahal mereka sendiri adalah para teroris kelas kakap dan para pembunuh
berdarah dingin dengan memakai sejuta slogan yang memukau lagi menipu
guna meraih kepentingan-kepentingan bejat mereka. Jangan heran, itu
adalah gaya klasik dan lagu lama yang mereka warisi dari nenek moyong
mereka; Fir’aun dan sejenisnya.
Dua : Perhatikan bagaimana Fir’aun menuduh Nabi
Musa ‘alaihissalâm sebagai orang yang menimbulkan kerusakan di muka
bumi. Dan ini adalah pelajaran lain bagi kita umat Islam bahwa musuh-
musuh agama dari masa dahulu senantiasa mensifatkan orang-orang yang
berjalan di atas kebenaran dan istiqomah sesuai dengan tuntunan syari’at
sebagai para pembuat kerusakan. Sungguh sangat menyedihkan, karena
propaganda musuh-musuh agama sehingga sebagian kaum muslimin tega
untuk melecehkan saudaranya yang tekun beribadah sesuai dengan
tuntunan Islam yang benar. Dan sangat menyayat hati, karena ulah
sebagian orang yang tidak faham hakikat dan tuntunan agama, sehingga
kaum muslimin lainnya di berbagai penjuru dunia harus menjadi korban
aksi-aksi mereka yang brutal dan tidak bertanggung jawab. Hendaknya
seorang muslim –khususnya di masa fitnah- tidak terlalu bergampagan
menjatuhkan vonis atau mendiskreditkan muslim yang lainnya kecuali kalau
telah nampak secara jelas kesalahannya menurut timbangan Al-Qur`ân dan
As-Sunnah. Dan juga tidak pantas seorang muslim terlalu cepat termakan
oleh isu-isu yang berkembang dan pemberitaan media massa yang belum
tentu bisa dipertanggung-jawabkan, apalagi kalau hal tersebut datangnya
dari musuh-musuh Islam,
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari
jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang
lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Rabbmu
menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang
mereka ada-adakan. Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada
kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya
mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan.” (QS. Al-An’âm : 112-113)
Wallâhul Musta’ân.

[1] Insya Allah akan datang rincian jenis-jenis orang kafir (hal. 81).

Tags: agama, As-Sunnah, bahaya, darah, dosa, hukum, Islam, Jalan
Petunjuk, kafir,kezholiman, mashlahat, membunuh, mukmin, muslimin, Nabi
, rasul, sunnah, Teroris,Terorisme, umat, zholim

You might also like