You are on page 1of 12

Bangsa Maritim Sejahtera & Merata: Visi Indonesia

2030 1

Visi Perekonomian Indonesia 2030

Cetakan Pertama, Mei 2009


Badan Penerbit Ekonomi Pembangunan
(BPEP) UNS Jl. Ir. Sutami 36 A,
Kentingan, Solo, 57136.
Telp/Fax +62271-668607, 668609

Editor: Lukman Hakim, Dwi Prasetyani, Hery


Sulistyo JNS Desain Sampul: Lestude
Penata Letak: elha

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari
Penerbit

Perpusatakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan


(KDT)

Visi Perekonomian Indonesia 2030 /Lukman


Hakim, Dwi Prasetyani, Hery Sulistyo JNS,
Cetakan 1,
Solo: BPEP, 2009.
vii + 200 hlm: 14 cm x 21 cm
ISBN 978-979-17320-0-0

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com§


2 Visi Perekonomian Indonesia 2030

PENDAHULUAN
Perubahan orientasi pembangunan dari paradigma
daratan menjadi lautan, mutlak dilakukan pada
Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 20 tahun yang
akan datang. Indonesia adalah bangsa yang
mempunyai luas wilayah 2/3 persen atau 3.302.498
juta km2 adalah lautan, sisanya 1/3 persen atau
1.890.754 km2 adalah daratan. Dominasi lautan itu
menyebabkan Indonesia menjadi negara kepulauan
dengan jumlah pulau sebanyak 18.110 buah. Namun
selama ini, orientasi pembangunan yang dijalankan
oleh pemerintah adalah membangun daratan dan
melupakan lautan. Peristiwa dua tahun terakhir ini
khususnya gempa di berbagai daerah dan sebagian
terjadi Tsunami mengingatkan kita bahwa kita hidup
di daerah kepulauan yang rentan terhadap bencana-
bencana itu.
Selama pelaksanaan Pembangunan Jangka Panjang
(PJP) tahap pertama yang dijalankan sejak tahun
1969 sampai dengan 1994 dan diteruskan hingga saat
ini lebih memfokuskan kepada paradigma daratan dari
pada lautan. Paradigma pembangunan yang dominan
selama itu adalah memfokuskan tranformasi struktural
dari sektor pertanian ke industri dan jasa. Cetak biru
tranformasi struktural ini berasal dari pemikiran Barat
yang telah diterapkan diberbagai negara negara yang
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com§
Bangsa Maritim Sejahtera & Merata: Visi Indonesia
2030 3
dominasi wilayahnya adalah daratan seperti Eropa
dan Amerika Serikat. Tentu saja hal ini menyebabkan
cetak biru pembangunan “ daratan” itu tidak sesuai
dengan keadaan Indonesia yang didominasi oleh
kelauatan. Maka pemahaman di mana kita berdiri dan
hidup menjadi sangat penting dalam penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-
2030.

Pada masa akhirkepemimpinan Presiden Megawati


Soekarnoputri tahun 2004 terlahir salah satu undang-
undang yang sangat penting dalam bidang
perencanaan pembangunan yakni Undang-undang
Nomor 25/2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN). Undang-undang SPPN
ini merupakan tonggak bersejarah bagi perencanaan
pembangunan di Indonesia. Jika pada sistem
perencanaan sebelumnya hanya berdasarkan atas
Keputusan Presiden atau Keputusan Menteri, maka
dengan UU SPPN ini, sistem perencanaan pembangunan
dipayungi oleh undang-undang. Ini menyebabkan posisi
perencanaan pembangunan serta lembaga pelaksanan
menjadi semakin kuat. Apabila pada masa reformasi
yang lalu, posisi lembaga perencanaan pembangunan
Bappenas dan Bappeda sempat terabaikan, dengan
UU SPPN menjadi semakin kokoh seperti halnya pada
masa Orde Baru.
UU SPPN ini mengatur perencanaan pembangunan
berjangka yakni jangka pendek (satu tahun) yang
disebut dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP),
jangka menengah (lima tahun) atau Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan jangka
panjang (20 tahun) yang dinamakan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) baik untuk tingkat
nasional maupun daerah. Dalam sejarah pembangunan
Indonesia, perencanan pembangunan berjangka
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com§
4 Visi Perekonomian Indonesia 2030
sudah kerap dilakukan baik pada masa Demokrasi
Parlementer, Demokrasi Terpimpin sampai dengan
Orde Baru. Pembangunan berjangka menengah atau
lima tahunan yang telah diterapkan pada masa sebelum
Orde Baru adalah Rencana Juanda 1956 s/d 1960;
Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961 s/d
1969. Namun karena ketiadaan dukungan dana
pembiayaan yang memadai dan juga adanya
ketidakstabilan politik, maka kedua perencanaan itu
tidak berjalan secara optimal (Kunarjo 1992: 10).
Perencanaan pembangunan yang berjalan secara
optimal adalah pada masa Orde Baru, yakni 1969 s/d
1973 (Repelita I); 1973/74 s/d 1978/79 (Repelita II);
1979/1980 s/d 1982/1983 (Repelita III); 1983/1984
s/d 1988/1989 (Repelita IV); 1989/1990 s/d 1993/
1994. Rangkaian Repelita dari tahun 1969 sampai 1994
itu disebut Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) I di mana dasar

normatifnya terdapat di GBHN yang ditetapkan oleh Majelis


Permusyawaratan Rakyat (MPR) tiap 5 tahun sekali.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kesinambungan
Pembangunan Jangka Panjang I ini karena faktor
stabilitas politik Pemerintah Orde Baru di bawah
pimpinan Presiden Soeharto yang dalam kurun waktu itu
berkuasa. Hipotesis adanya ketidakstabilan politikakan
menghancurkan sistem perencanaan terbukti dengan
RPJP ke-2 yang sudah dicanangkan oleh Pemerintah
Orde Baru mulai tahun 1994/1995 sampai 2014/ 20
15, namun seiring dengan jatuhnya regim Orde Baru
pada tahun 1998 menyusul adanya krisis ekonomi
1997 menyebabkan RPJP ke-2 “Orde Baru” itu
terhenti.
Berdasarkan pengalaman seperti itu, jelas bahwa
RPJP akan dapat diterapkan jika prasyarat stabilitas
politik terpenuhi. Dengan kata lain selama kurun
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com§
Bangsa Maritim Sejahtera & Merata: Visi Indonesia
2030 5
waktu itu penguasa tidak pernah ganti, seperti halnya
Pemerintah Orde Baru. Situasi ini tidak memungkinkan
pada masa sistem presidensial yang dibatasi hanya
dua periode. Dengan sistem presidensial murni yang
berlaku dewasa ini, menurut S ila la h i (20 0 5) Presid en
terp ilih tid a k p erlu m eny u su n R PJP, m ela
cukup
in k a n
Rencana Pembangunan Lima Tahun saja. Dalam
sistem presidensial ini, UUD sudah dapat dianggap
sebagai RPJP, karena dari pembukaan sampai pasal-
pasalnya merupakan arah dan pedoman
pembangunan nasional. Penyusunan RPJP dapat
diinterpretasikan sebagai pemaksaan terhadap
presiden terpilih untuk menuruti policy presiden
sebelumnya (pembuat RPJP).

Sementera itu, menanggapi pandangan ini, Rachbini


(2005) – Ketua Pansus RPJP DPR RI – lebih
mengedepankan azas manfaat. Menurutnya RPJP
merupakan penjabaran visioner yang akan
membantu menjabarkan secara lebih komprehensif
dan lebih sistematis UUD 1945. Pada prinsipnya UUD
1945 tidak melarang upaya menjelaskan konsep masa
depan yang disusun dalam bentuk Undang-undang.
Bahkan dengan ini justru baik pemerintah maupun DPR
dapat bersama-sama merancang sebuah masa depan
secara lebih holistik. Rancangan masa depan yang
menjangkau 20 tahun dalam bentuk visi dan misi
sangat diperlukan oleh Indonesia seperti dilakukan oleh
nePermasalahannya dalam draft RPJP kedua yang
disampaikan oleh Pemerintah kepada DPR tetap
mengedepankan pada paradigma daratan. Ini
menandakan bahwa diantara kita belum sepenuhnya
melihat arti pentingya lautan bagi bangsa ini.
Demikian juga pendekatan yang dipakai oleh
Sastrosoenarto (2006) yang menyusun buku cukup
komprehensif tentang visi Indonesia 2030, namun tetap
mendasarkan pada pendekatan daratan. Oleh sebab
itu, diperlukan sebuah pemikiran alternatif yang
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com§
6 Visi Perekonomian Indonesia 2030
justru melihat masalah laut sebagai faktor paling
penting dalam mengembangkan Indonesia di masa yang
akan datang. Termasuk dalam penyusunan skenario
dan visi Indonesia tahun 2030 ini diupayakan untuk
mengacu paradigma kemaritiman.

METODOLOGI
Referensi utama dalam penyusunan skenario dan visi
Indonesia 2030 adalah beberapa literatur pokok dalam
manajemen strategis yang biasanya mengambil kasus
pada tingkat korporat (Miller, 1998). Beberapa korporat
yang merupakan pioner dalam penyusunan visi, misi dan
skenario dalam jangka panjang antara lain adalah
General Electric perusahaan yang bergerak dalam bidang
perkakas elektronik dari Amerika Serikat dan dan
perusahaan minyak Belanda Royal Dutch/Shell. Shell
misalnya, sejak tahun dekade tahun 1960-an hingga
tahun 2000-an ini konsisten membuat skenario 25
tahunan (Ringland, 1998). Dalam “Shell Global
Scenarios to 2030”, Shell mempersiapkan diri
menghadapi era penggunaan Hydrogen sebagai bahan
bakar utama pada masa depan. Shell mempunyai
tiga skenario global untuk tahun 2030 (Bentham,
2006) yaitu:
1. Rendahnya kepercayaan terhadap globalisasi (low trust
globalization) yakni suasana di mana sebagian masyarakat
mulai meragukan perdagangan bebas pada era yang bersifat
legalistik (legalistic world);
Membuka pintu (open doors) yakni meningkatnya
kepercayaan masyarakat terhadap investor pada era
yang pragmatik (pragmatic world);gara lain antar
lain Malaysia, Korea dan China.

3. Bendera (flags) yakni menguatnya negara bangsa


PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com§
Bangsa Maritim Sejahtera & Merata: Visi Indonesia
2030 7
yang bersifat dog matik (dogmatic world).
Dalam perkembangannya, penyusunan skenario
tidak hanya diterapkan pada perusahaan MNC,
melainkan juga diimplementasikan di suatu negara.
Sebagai contoh Klinec (2004) menyusun empat
skenario untuk Slovakia yang terdiri atas:
1. “Industrial Periphery', di mana terdapat
pengembangan industri dan pasar dalam sistem politik
yang partisan dan maraknya k o ru p s i.
2. “Information Express', di mana terdapat
pengembagan teknologi informasi dan pasar dalam sistem
demokrasi parlementer dan menguatnya masyarakat
madani.
3. “Problematic Child', di mana terdapat
pengembangan industri dan momentum ekonomi dalam
sistem politik yang partisan dan maraknya korupsi.
4. “Grey Mouse', di mana terdapat pengembangan
industri generasi ketiga dan pasar dalam sistem demokrasi
parlementer dan menguatnya masyarakat madani.
Penyusunan skenario untuk suatu negara yang lebih
kompre-hensif dilakukan oleh City of London (2006)
untuk India dan China tahun 2015. Studi ini
dilakukan untuk mengukur dampak perekonomian
kedua negara tersebut terhadap perkembangan Kota
London:
Tiga skenario India 2015 adalah
1. “The Elephant Breaks Its Chains', di mana terdapat
akselerasi liberalisasi ekonomi dan semakin kuatnya
penerapan system pemerintahan terpusat. Ini merupakan
skenario revolusioner.
2. “The Elephant Lumbers Along', di mana meneruskan
liberalisasi ekonomi dan sistem pemerintahan mengarah
lebih federatif . Ini merupakan scenario evolusioner
3. “The Elephant Retreats to the Woods', dimana
mengurangi liberalisasi ekonomi tetapi
menggabungkan pemerintahan yang
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com§
8 Visi Perekonomian Indonesia 2030
lebih federal dan sistem subsidi. Ini akan berdampak
terhadap menurunnya pertumbuhan ekonomi.
Berikut ini adalah tiga skenario untuk China:
1.“The Crane Flies Against the Wind', dimana institusi
negara dan bisnis semakin adaptif dan efektif, tetapi
China dipandang sebagai ancaman ekonomi dan
sumber ketidakstabilan oleh dunia luar. Ini
merupakan skenario revolusioner.
2. “The Lion Leads the Dance', dimana institusi negara
dan bisnis semakin adaptif dan efektif dan China dipandang
sebagai sumber peluang dan kekayaan. Ini merupakan
skenario evolusioner.
3. “The Dragon Breathes Fire', dimana kegagalan tata
kelola bertemu dengan kompleksitas tantangan
pertumbuhan dan China dipandang sebagai ancaman
ekonomi dan sumber ketidakstabilan. Skenario ini
menggambarkan bahwa dalam jangka panjang akan
perekonomian China akan tereduksi.
Berdasarkan referensi di atas, maka dalam
menyusun skenario dan visi Indonesia 2030 adalah
pertama, menguraikan modal dasar pembangunan yang
merupakan beberapa capaian yang merupakan produk
kebijakan pada masa sebelumnya yang merupakan
prasyarat kesinambungan pembangunan ke depan.
Kedua, menjelaskan tentang potret pembangunan
yang berisi cerita sukses maupun ketidakberhasilan.
Ketiga, adalah menjelaskan tentang tantangan utama
yang akan dihadapi Indonesia 2030 baik secara
eksternal maupun internal. Keempat, menjelaskan
tentang faktor utama penggerak perubahan yang
merupakan respons terhadap adanya tantangan
eksternal dan internal. Kelima, adalah menjabarkan
Skenario Indonesia 2030. Keenam, adalah penjabaran
Visi Indonesia 2030. Ketujuh, menguraikan peran
pemerintah dan Bank Indonesia dalam mewujudkan
Visi Indonesia 2030.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com§


Bangsa Maritim Sejahtera & Merata: Visi Indonesia
2030 9
MODAL DASAR PEMBANGUNAN
Modal dasar pembangunan ini dimaksudkan bahwa
selama ini sudah banyak program pemerintah sudah
cukup berhasil dan akan menjadi modal dasar bagi
pembangunan

Demografis
Salah satu keberhasilan dari pembangunan era
sebelumnya, yang paling mononjol adalah
pengendalian jumlah penduduk. Diberbagai negara
sedang berkembang, kelebihan jumlah penduduk masih
menjadi persoalan besar, namun di Indonesika sudah
tidak menjadi masalah. Berbagai program sejak era
Orde Baru seperti Keluarga Berencana, Puskesmas,
Posyandu telah diterapkan secara konsisten dalam
menekan peningkatan pertumbuhan penduduk.
Berdasarkan data Sensus tahun 1980, 1990, dan 2000
jumlah penduduk Indonesia memang mengalami
peningkatan. Pada tahun 1980 jumlah penduduk
Indonesia adalah 146 juta, pada tahun 1990 dan
2000 masing-masing mengalami peningkatan menjadi
178 juta 203 juta orang. Namun jika dilihat dari sudut
pertumbuhan penduduk antara tahun 1980-1990 dan
1990-2000 mengalami penurunan yang cukup drastis.
Yakni pada tahun 1980-1990 pertumbuhan penduduk
adalah sebesar 1,95%, sementara pada tahun 1990-
2000 mengalami penurunan menjadi 1,35% (Hull,
2001:104). Pertumbuhan penduduk yang rendah ini
merupakan prasyarat bagi pembangunan 25 tahun
yang akan datang.
Stabilitas Harga
Capaian yang cukup monumental sejak Orde Baru
adalah dalam kebijakan stabilitas harga, terutama
beras. Karena sejak awal Orde Baru telah disadari
bahwa harga beras merupakan determinan utama bagi
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com§
10 Visi Perekonomian Indonesia 2030
kenaikan inflasi (Nasution, 1983:8). Pendirian Badan
Urusan Logistik (Bulog) merupakan sebuah tindakan
yang tepat untuk mengendalikan pasok beras dan
komoditi pangan yang lain. Lembaga ini telah berhasil
memelihara ketersediaan komoditi pangan yang menjadi
prasyarat mutlak bagi kesinambungan pembangunan.
Dengan didukung oleh perpaduan kebijakan fiscal
dan moneter yang tepat, ketersediaan pangan
mendorong stabilitas harga yang bertahan cukup lama,
bahkan pada era sebelum krisis, inflasi dapat ditekan di
bawah dua dijid selama hampir 20 tahun (Hill, 1996:32)
Demokrasi
Demokrasi yang seutuhnya baru diterapkan sejak
lengsernya Presiden Soeharto dan menyerahkan
kekuasaannya kepada Wakil

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com§


Bangsa Maritim Sejahtera & Merata: Visi Indonesia 2030 11

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com§


12 Visi Perekonomian Indonesia 2030

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com§

You might also like