Professional Documents
Culture Documents
Katakanllah =
Wahai orang-orang kafir =
Aku tidak akan =
menyembah
Apa yang kamu sembah =
Dan kamu bukan =
Penyembah (Tuhan) =
Yang aku sembah =
Dan aku tidak pernah =
Menjadi penyembah =
Apa yang kamu semabah =
Dan kamu tidak pernah =
Menjadi penyembah =
Yang aku sembah =
Untukmulah agamamu =
Dan untukkulah agamaku =
c. Mempraktikkan perilaku toleransi seperti terkandung dalam QS. Yunus ayat 40-41
.Untuk dapat membiasakan diri bersikap toleran seperti terkandung dalam QS. Yunus : 40-41,
hendaknya terlebih dahulu kamu memperhatikan beberapa hal berikut ini;
- Pelajari agama Islam dengan baik dan benar, dan amalkan sesuai dengan
petunjuknya
- Tanamkan sikap hormat dan menghargai orang lain dalam segala hal, baik dalam
berpendapat, berperilaku maupun berkeyakinan erhadap agama yang dianutnya.
- Hindari sikap arogansi dan keras kepala yang mengganggu diri sebagai yang terbaik dan
paling benar, sehingga dapat menimbulkan kebencian dan kemarahan orang laina
- Mulailah membiasakan diri bersikap perilaku toleran dari lingkungan yang paling kecil
dalam hal yang sangat sederhana, seperti dalam lingkungan keluarga ketika berbeda
pendapat dengan adik atau kakaktentang sesuatu. Hargai setiap pendapat dan hormati setiap
keyakinan orang lain..
2. Berikut ini yang tidak termasuk kandungan Surah Yunus ayat 40-41 adalah….
a. di dunia ini ada orang-orang yang beriman kepada Al Qur’an dan ada pula yang tidak
beriman
b. Allah Swt Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kebaikan dan orang yang berbuat
kerusakan.
c. Dalam menghadapi kaum yang tdak beragama Islam, umat Islam harus berpendirian teguh.
d. Setiap orang berlepas diri dari apa yang dikerjakan orang lain.
e. Umat Islam dan umat non-Islam sama-sama umat yang diredhoi oleh Allah Swt.
1.4. Tugas !
1. Diskusikan dan kemukakan contoh-contoh kerja sama antara umat Islam dan umat lain (non-
Islam) dalam urusan dunia yang dibenarkan syara’
2. Carilah referensi buku-buku Agama Islam dan buku lainnya. Tulis judul dan nama pengarang
buku yang dijadikan referensi!.
a. Bagaimana bersikap toleransi yang baik dan benar menurut ajaran Islam !
b. Tulis beberapa contoh perilaku toleransi terhadap orang yang berbeda agama !
2. Ranah Afektif (berkelanjutan)
No
KEGIATAN 2
ASPEK AL QUR’AN : Ayat-ayat Al Qur’an Tentang Etos Kerja
RINGKASAN MATERI
I. QS. Al MUJADILAH AYAT 11
1.1. Membaca Surat Al Mujadilah ayat 11
1,2 Hukum Bacaan
Wahai =
Orang-orang yang beriman =
Apabila =
Dikatakan =
Kepadamu =
Berlapang-lapanglah =
Dalam Majlis =
Maka lapangkanlah =
Niscaya Allah akan memberi =
kelapangan
Untukmu =
Dan apabila dikatakan =
Berdirilah kamu =
Maka berdirilah =
Niscaya Allah akan meninggikan =
Orang-orang yang beriman =
Di antara kamu =
Dan orang-orang =
Yang diberi ilmu pengetahuan =
Beberapa derajat =
Dan Allah =
Terhadap apa yang kamu kerjakan =
Maha mengetahui =
. 1.6. Membiasakan beretos kerja seperti terkandung dalam surat Al Mujaadillah ayat 11.
a. Identifikasi perilaku beretos kerja seperti terkandung dalam QS Al Mujaadillah : 11
Perilaku etos kerja yang terdapat dalam ayat tersebut, di antaranya yaitu sebagai berikut;
- Perilaku disiplin dan taat asas, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, baik diri sendiri
maupun orang atau pihak lain.
- Menghormati hak dan kewibawaan orang lain, sebab pada dasarnya semua orang ingin
dihargai dan dihormati kewibawaannya.
- Rajin dan giat mencari ilmu, baik ilmu-ilmu umum maupun ilmu-ilmu agama, sehingga
tidak ada waktu yang terbuang sia-sia, dan semakin hari semakin bertambah banyak
ilmunya.
- Rajin dan taat beribadah kepada Allah sehingga imannya terus bertambah dan semakin kuat.
- Bersikap sportif dan konsekuen dengan bersedia menerima kesalahan dan kekurangan diri
sendiri, serta mengakui kelebihan dan kebenaran dari orang lain.
b. Menunjukkan perilaku etos kerja sesuai dengan surat Al Mujadillah ayat 11.
Sebagai Muslim kita harus menunjukkan sikap perilaku etos kerja yang bagus, apa pun
pekerjaan kita dan di manapun tempat kita bekerja. Misalnya, sebagai pelajar, pekerjaannya
adalah belajar dan menggali ilmu pengetahuan. Maka belajarlah dengan menunjukkan perilaku
etos kerja yang baik. Di antara perilaku etos kerja yang baik adalah;
- Bekerja / belajar sesuai dengan aturan yang telah ditentukan, sebab pekerjaan yang
dilakukan tidak sesuai aturan, akan mendatangkan hasil yang buruk.
- Bekerja / belajar dengan penuh semangat, sehinga pekerjaan dipandan sebagai sesuatu yang
menyenangkan bukan beban yang memberatkan.
- Bekerja denagan sikap penuh tangung jawab, tidak hanya kepada manusia melainkan kepada
Allah Swt. Sehingga tertanam rasa takut akan berbuat curang atau aniaya terhadap siapa pun.
- Bekerja dngan didasari niat ibadah kepada Allah Swt., sehingga setiap tugas dan pekerjaan
dijalankan dengan ikhlas, dan sepanjang menjalankan pekerjaan senantiasa mendapat pahala
dari Allah Swt.
c. Mempraktikkan beretos kerja seperti terkandung dalam surat Al Mujadillah ayat 11.
Sebagai generasi yang hidup di era modern, dimana persaingan hidup semakin ketat dan peluang
mendapat pekerjaan semakin sempit, hendaknya kita dapat mempersiapkan diri dengan berbagai
bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan, serta etos kerja yan baik.
Untuk dapat membiasakan diri beretos kerja yang baik, hendaknya terlebih dahulu kamu
perhatikan beberapa hal berikut :
- Pahami dengan baik, bahwa waktu dan kesempatan datanganya hanya satu kali dalam
seumur hidup. Hari ini tidak akan dating lagi esok atau lusa, ia akan terkubur oleh hari-hari
berikutnya, waktu yang telah berlalu tidak akan pernah kembali, ia akan menjadi sebuah
kenangan.
- Biasakan menghargai waktu dan menggunakannya untuk hal-hal yan positif. Jangan biarkan
waktu berlalu tanpa arti atau terisi dengan perbuatan yan sia-sia.
- Biasakan hidup teratur dan bersikap disiplin, taat kepada aturan, tepat atas komitmen, dan
setia pada janji. Sehingga hidup terasa indah dan bermakna.
- Jadikan suatu pekerjaan atau tugas sebagai kewajiban yang harus ditunaikan, sehingga tidak
terbersit pikiran akan menyepelekan atau mengabaikannya.
- Mulailah membiasakan diri beretos kerja yang baik sejak sekarang, dengan menata jadwal
kegiatan sendiri dan berusaha menepati dan melaksanakannya sesuai komitmen diri.
2.6. Membiasakan beretos kerja seperti terkandung dalam surat Al Jumu’ah ayat 9 – 10.
a.. Identifikasi peilaku etos kerja sesuai denan surat Al jumu’ah ayat 9 – 10.:
- Perilaku disiplin dan konsekuen terhadap peraturan dan ketentuan hukum yang berlaku, baik
peraturan negara maupun peraturan agama.
- Bersikap perilaku seimbang terhadap pekerjaan duniawi mencari nafkah atau menuntut ilmu,
denan pekerjaan ukhrawi, yakni beribadah kepada Allah Swt.
- Perilaku pandai mengatur waktu, sehingga tidak ada waktu yang terbuang tanpa pekerjaan
yang berarti.
- Perilaku ulet, tekun dan bekerja keras dalam mendapatkan kebahagiaan hidup, baik hidup di
dunia maupun di akherat.
- Perilaku jujur dan adil dalam bekerja, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan akibat
perbuatan curang dan zalim.
b.. Menunjukkan perilaku etos kerja sesuai dengan surah Al Jumu’ah ayat 9 – 10
Beberapa perilaku etos kerja di atas, hendaknya ditunjukan oleh setiap muslim yang beriman
dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga apa pun pekerjaannya dapat mendatangkan
keberuntunan baik bagi dirinya maupun orang lain.
Di antara perilaku etos kerja yang harus ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain
sebagai berikut ;
- Selalu berpegang teguh kepada aturan dan ketentuan yang berlaku, baik aturan yang dibuat
manusia maupun aturan Allah Swt.
- Tidak merendahkan pekerjaan yang menjadi tugas dan kewajibannya, sebab sikap perilaku
demikian itu hanya akan megurangi semangat bekerja. Misalnya menganggap pekerjaan
sebagai sampingan atau sementara.
- Selalu bersikap seimbang antara pekerjaan dunia untukmencari nafkah dengan pekerjaan
akhirat untuk beribadah.
- Selalu bersikap perilaku serius dalam menjalankan tugas pekerjaan, sehingga dapat
mendatangkan hasil yang optimal, dan terhindar dari kecelakaan kerja.
- Selalu mengisi waktu luang dengan mengerjakan sesuatu yang bermanfaat. Baik bagi diri
sendiri maupun orang lain.
c. Mempraktikan beretos kerja seperti terkandung dalam surat Al Jumu’ah ayat 9-10
Setelah memahami dan menhayati ayat di atas, hendaknya kita mampu membiasakan diri
beretos kerja yang tinggi dan mampu mempergunakan waktu sebaik-baiknya, sehingga tidak ada
waktu yang terlewatkan dengan percuma, yang pada gilirannya dapat mendatangkan penyesalan
di kemudian hari.
Untuk dapat membiasakan diri beretos kerja yang tinggi, hndaknya kamu perhatikan terlebih
dahulu beberapa hal berikutini ;
- Tanamkan keyakinan bahwa menyia-nyiakan waktu adalah suatu kerugian yang amat besar,
sebab waktu adalah peluang dan kesempatan yang diberikan oleh Allah Swt. kepada umat-
Nya untuk diisi dan dipergunakan sebaik-baiknya.
- Yakinkan dalam hati bahwa hidup di dunia ini satu kali, tanpa diisi dengan amal shaleh dan
perbuatan terpuj, kita akan merugi, baik di dunia maupun di akherat.
- Tanamkan keyakinan bahwa tidak ada kebahagiaan dan kesuksesan yang turun dari langit,
tanpa diraih dengan kerj sia keras, tekun, ulet dan rajin beribadah serta berdo’a kepada
Allah. Sebab do’a tanpa usaha adalah mimpi belaka, dan usaha tanpa do’a membuat hati
mudah kecewa dan putus asa.
- Tanamkan keyakinan bahwa dihadapan Allah tidak ada pekerjaan baik yang sia-sia
melainkan semuanya akan mendapat balasannya yang setimpal. Si rajin akan mendapat
prestasi dan pujian dan si malas akan tertimpa malapetaka dan hinaan.
- Mulailah membiasakan diri beretos kerja yang tinggi sejak sekarang dari hal-hal yang
sederhana, seperti mengisi waktu dengan belajar, bekerja membantu orang tua, menguji ilmu
agama dan sebagainya.
.
KEGIATAN 3
ASPEK AL QUR’AN
Standar Kompetensi : Meningkatkan keimanan kepada Hari Akhir
Kompetensi Dasar :
Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap hari
akhir.
Menerapkan hikmah beriman kepada hari akhir
Membiasakan perilaku etos kerja seperti terkandung dalam QS. Al
Mujadilah ayat 11 dan QS. Al jumu’ah ayat 9-10
Beriman pada hari akhir merupakan cirri orang-orang yang bertaqwa (muttaqin). Allah
berfirman sebagai berkut:
4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu[17], serta mereka yakin akan adanya (kehidupan)
akhirat[18].
[17] Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al
Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Quran yang diturunkan kepada Para
rasul. Allah menurunkan kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril
menyampaikannya kepada rasul.
[18] Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. akhirat lawan dunia.
kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar
percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.
Jadi, orang yang mengaku Islam tetapi tidak beriman kepada hari akhir dianggap murtad. Pada
pelajaran ini, kita akan membahas tentang hari akhir atau sering disebut sebagai hari kiamat.
56. dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang
kafir): "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari
berbangkit; Maka Inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya)."
26. semua yang ada di bumi itu akan binasa.
27. dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
RINGKASAN MATERI
1. Adil
1.1. Pengertian Adil
Adil menurut bahasa ialah menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya. Sedangkan
menurut istilah, adil ialah suatu keputusan atau tindakan yang tidak memihak dan dapat
memberikan kepuasan bathin bagi pihak lain atau menerima hak tanpa lebih dan memberikan hak
orang lain tanpa melebihinya atau menguranginya.
Sebagai muslim, kita harus senantiasa bersikap adil dan menegakkan keadilan tanpa pandang
bulu, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, bahkan terhadap musuh sekalipun. Sebab
keadilan adalah milik semua orang, dan kewajiban setiap orang untuk menegakkan dan
menjunjung tinggi keadilan tersebut.
Perhatikan firman Allah Swt. dalam Surat Al Maidah ayat 8 di bawah ini !
8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena
adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Menurut Ulama, adil terbagi kepada tiga macam;
a. Adil terhadap diri sendiri
Bersikap adil terhadap diri sendiri misalnya, memberikan hak tidur buat mata, hak istirahat
buat seluruh anggota badan, hak makan dan minum buat tenaga, dan sebagainya. Islam
melarang umatnya melakukan perbuatan yang dapat menganiaya diri sendiri, sebab hal itu
termasuk perbuatan aniaya yang dapat merugikan dirinya
1.2. Contoh dan cara membiasakan diri bersikap perilaku adil dalam kehidpan sehari-hari
Di antara sikap prilaku adil yang harus dimiliki oleh setiap orang, termasuk kamu sebagai siswa
muslim adalah kamu menyukai semua pelajaran, dan semua guru yang mengajarmu, tanpa pilih
kasih atau tidak hanya menyukai pelajaran tertentu, guru tertentu dan waktu belajar tertentu
dengan mengabaikan yang lainnya. Perbuatan tidak menyukai semua pelajaran dan gurunya
termasuk sikap perilaku tidak adil, yang tidak akan mendatangkan keuntungan bagi diri kamu,
dan itu artinya kamu telah berbuat tidak adil bagi dirimu sendiri. Begitu pula dalam mengerjakan
tugas piket di sekolah misalnya. Jika setiap kali piket, kamu selalu dengan sengaja datang
terlambat dan selalu dan beralasan kesiangan, artinya kamu sedang berbuat tidak adik terhadap
orang lain.
Selain itu, menyontek pada saat ujian atau meminta jawaban kepada orang lain, juga termasuk
perbuatan tidak adil / zhalim. Membiarkan bunga di taman sekolah kekeringan dan layu juga
termasuk perbuatan tidak adil terhadap sesama makhluk Allah, atau sengaja melukai binatang
tanpa ada alasan syar’i pun termasuk perbuatan tidak adil. Membuang sampah sembarangan atau
bukan pada tempatnya, juga termasuk perbuatan tidak adil terhadap orang lain dan lingkungan.
Untuk dapat menunjukkan atau membiasakan diri bersikap adil, hendaknya terlebih dahulu
kamu ;
Meningkatkan keyakinan bahwa bersikap perilaku adil itu merupakan perintah Allah Swt.
yang harus dipatuhi.
Bersikap kasih sayang baik terhadap diri sendiri maupun terhadap sesama makhluk Allah
Swt., sehingga terhindar dari sikap dan kemauan untuk berbuat aniaya.
Senantiasa berkata benar dan bersikap perilaku jujur, sehingga tidak merugikan orang atau
pihak lain.
Menghindari sikap sombong dan ankuh terhadap sesama, sebab kesombongan hanya akan
mendatangkan kezaliman dan aniaya.
Biasakan menghargai waktu dan oran lain, sehingga tidak ada orang atau pihak yang merasa
dikecewakan dan teraniaya.
Senantiasa bersikap tawadhu’ atau rendah hati, agar tertanam sikap jiwa pemurah, pengasih
dan penyayang, sehingga mempunyai semangat untuk menegakkan keadilan.
Mulailah bersikap adil terhadap hal-hal yang sederhana, seperti tidak begadang di tengah
malam tanpa tujuan dan manfaat, bersikap acuh kepada guru dan sebagainya
2. Ridla.
2.1. Pengertian Ridla
Ridla artinya rela menerima atau mengerjakan sesuatu, tanpa ada perasaan terpaksa atau
terbebani. Ridla juga dapat diartikan suka atau senang terhadap sesuatu dan bersedia menerima
atau melakukannya.
Ridla yang dimaksudkan disini adalah ridla terhadap takdir Allah Swt. Takdir dapat disebut juga
qadar atau nasib, yaitu rencana ketentuan Allah Swt., terhadap makhluk-Nya yang telah menjadi
kenyataan. Ridla terhadap takdir Allah maksudnya adalah selalu bersyukur kepada-Nya jika
menerima takdir baik berupa kenikmatan, dan senantiasa bersabar jika menerima takdir buruk
berupa musibah
Ridla terhadap takdir Allah merupaka kewajiban seseorang hamba terhadap khalik penciptanya.
Orang yang tidak ridla terhadap ketentuan dan kekuasaan Allah atas nasib yang menimpanya
tergolong orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya dan akan mendatkan azab yang sangat
pedih.
Perhatikan Firman Allah Swt.:
23. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka
putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat azab yang pedih.
2.2. Contoh dan Cara Membiasakan diri bersikap perilaku rida dalam kehidpan sehari-hari
Misalnya, ketika kamu hendak mengikuti Ujian Nasional, tentu jauh-jauh hari kamu telah
mempersiapkan diri dengan belajar yang giat dan rajin, bahkan menambah ilmu dengan
mengikuti les, privat, dan bimbingan belajar. Kamu pun yakin bahwa hasil ujianmu akan
bagus, dan kamu akan lulus dengan nilai tertinggi, sesuai dengan kerja kerasmu. Namun ternyata
tidak demikian, justru hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Kamu mendapatkan nilai rata-rata
sama dengan temanmu yang lain, bahkan hampir dibawah standar kelulusan. Sebagai manusia,
tentu kamu merasa kecewa dan bisa jadi mencari kambing hitam dengan menyalahkan orang
atau pihak lain. Tetapi sebagai muslim yang beriman, kamu menermanya dengan ridha dan
ikhlas, sebab mungkin masih ada kelemahan dan kekurangan dalam diri kamu yang ingin
ditunjukkan oleh Allah Swt. Misalnya karena adanya rasa sombong dan angkuh bahwa kamu
pasti bisa menjawab semua soal ujian dengan mudah, sehingga kamu tidak berhati-hati bahkan
tergesa-gesa dalam mengisi jawaban. Akibatnya banyak jawaban yang keliru atau salah mengisi
nomor jawaban, yang semestinya jawaban untuk nomor dua kamu simpan di nomor lima.
Oleh sebab itu, apa pun yang menimpa diri kita hendaknya diterima dengan ridha dan ikhlas,
agar kita dapat mengambil suatu hikmah atau pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Untuk dapat menunjukkan atau membiasakan diri bersikap ridha,hendaknya terlebih dahulu
kamu ;
Meningkatkan keimanan yang kuat dalam hati, agar tidak mudah tergoda oleh bujuk rayu
syetan yang akan menjerumuskan manusia ke dalam jurang kebinasaan.
Berkeyakinan bahwa setiap musibah dan bencana yang menimpa manusia, hakekatnya
datang dari Allah Swt., sesuai dengan rencana yang telah ditentukan-Nya.
Berkeyakinan bahwa Allah tidak.akan memberi ujian dan cobaan tehadap hamba-Nya di luar
batas kemampuannya.
Biasakan berbuat sesuatu tanpa pamrih atau mengharap imbalan dari pihak atau orang lain,
sebab perbuatan demikian itu hanya akan mendatangkan kecewa manakala tidak
mendapatkannya.
3. Amal Saleh
3.1. Pengertian Amal Shaleh
Menurut bahasa amal artinya perbuatan, saleh artinya baik. Menurut istilah dalam pengertian
yang khusus amal saleh atau perbuatan yang baik ialah setiap hal yang mengajak dan membawa
ketaatan terhadap Allah Swt., atau setiap perbuatan yang mengantar kepada ketaatan kepada
Allah, baik perbuatan lahir mapun bathin. Dalam pengertian yang umum, amal saleh ialah semua
perbuatan lahir atau bathin,yan berakibat pada hal yang positip atau bermanfaat.
Setiap muslim diwajibkan untuk beramal saleh sepanjang hayatnya, sebab setiap perbuatan,
ucapan, dan tindakan kelak akan diperhitungkan dan dimintai pertnggungjawaban di hadapan
Allah Swt.
Dalam ajaran Islam, setiap perbuatan yang baik,bermanfaat dan tidak melanggar aturan agama
dan negara termasuk amal saleh, jika disertai niat yang tulus dan ikhlas serta keimanan yang kuat
kepada Allah Swt. Orang yang beramal dan beriman kepada Allah, niscaya akan diberikan
kehidupan yang lapang oleh Allah, baik di dunia dan di akhirat.
Apabila amal saleh itu dikerjakan dengan niat yang ikhlas karena Allah, sesuai dengan ketentuan
sara’ dan sesuai dengan ilmunya, tentu akan mendatangkan kebaikan-kebaikan baik begi
kehidupan di alam dunia maupun bagi kehidupan di akherat.
Allah berfirman ;
82. Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka
kekal di dalamnya.
3.2. Contoh dan Cara Membiasakan diri bersikap perilaku amal saleh dalam kehidupan
sehari-hari.
Setiap perbuatan yang baik menurut agama dan hokum Negara, serta mendatangkan manfaat
bagi pelaku dan masyarakat lingkungannya termasuk amal saleh, misalnya perbuatan
melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, membantu orang lain
yang membutuhkan pertolongan, baik berupa moril maupun material menengok teman atau
saudara yang sakit, menyumbang dana bai pembangunan masjid, madrasah, pondok pesantren,
ataupun fasilitas umum yang lainnya, turut bekerja bakti membersihkan lingkungan sekolah,
mendonorkan darah untuk keperluan kemanusiaan dan sebagainya. Semua perbuatan tersebut,
tentunya harus didasari keimanan dan keikhlasan, sehingga di hadapan Allah Swt. dapat
digolongkan amal saleh.
Untuk dapat menunjukkan atau membiasakan diri bersikap amal saleh, hendaknya terlebih
dahulu kamu ;
Meningkatkan keimanan yang kuat agar dapat terjaga dari godaan syetan.
Pahami dengan bak makna keimanan yang dimiliki, sehingga dapat melaksanakan nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya.
Setiap perbuatan harus didasarkan kepada niat yang baik dan ikhlas, sehingga terhindar dari
perbuatan riya yang dapat menghancurkan pahala.
Perbanyak bergaul dengan orang-orang saleh agar dapat terbawa arus pergaulan yang baik
dan bermanfaat.
KEGIATAN 5
ASPEK FIQIH
Standar Kompetensi : Memahami Hukum Islam tentang Hukum Keluarga
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan ketentuanhHukum perkawinan dalam Islam
Menjelaskan hikmah perkawinan.
Menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundang-undangan di
Indonesia.
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat :
Menjelaskan ketentuan hokum Islam tentang nikah, talak dan ruju’.
Menjelaskan hikmah nikah, talak dan ruju’
Menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundang-undangan di
Indonesia dan menguraikan kompilasi hukum perkawinan di Indonesia
RINGKASAN MATERI
1. Ketentuan Hukum Islam tentang Nikah
1.1. Arti dan Tujuan pernikahan
Nikah berasal dari bahasa Arab yang artinya dalam bahasa Insonesia adalah kawin. Menurut
istilah hokum syara’, nikah ialah akad atau ikatan perjanjian yang menghalalkan hubungan
antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan, yang bukan muhrim untuk membentuk
rumah tangga yang diridhai Allah Swt.
Adapun tujuan pernikahan dalam Islam antara lain sebagai berikut;
Untuk mencapai ketenangan hidup yang diliputi kasih sayang lahir bathin dari suami
istri.
Untuk memperoleh keturunan yang sah, yaitu keturunan yang mengenal atau diketahui
kedua orang tua yang bertanggung jawab kepada keturunannya.
Untuk menjaga diri seseorang agar tidak mudah jatuh ke lembah kemaksiatan terutama
perzinaan, karena orang yang telah menikah akan merasa segala tindakannya senantiasa
mendapat pengawasan langsung dari suami atau istrinya
Untuk mewujudkan keluarga muslim yang sejahtera, bahagia, tentram, dan damai serta
menciptakan pendidikan menurut ajaran islam, sehingga mencerminkan keluarga yang
taat menjalankan ibadah.
Untuk menyalurkan nafsu seksual dengan wajar dan sah, secara naluriah.
Dua orang saksi; syarat untuk menjadi saksi sama dengan syarat seorang wali.
Ijab Kabul
1.5. Hak dan kewajiban suami istri
Kewajiban suami atau hak istri
Memimpin, memelihara dan membimbing keluaga, serta menjaga dan bertanggung
jawab atas kesejahteraan dan keselamatan keluarganya.
Memberi nafkah lahir batin sesuai dengan kemampuan serta mengusahakan segala
keperluan rumah tangga, terutama sandang, pangan dan tempat tinggal.
Membantu tugas-tugas istri terutama dalam hal mendidik dan memelihara anak
dengan penuh rasa tanggung jawab.
Memberi kebebasan berpikir dan bertindak kepada istri sepanjang sesuai dengan
ajaran islam, tidak mempersulit apalagi membuat istri menderita lahir batin yang
dapat mendorong istri berbuat jahat.
Dapat mengatasi keadaan, mencari penyelesaian secara bijaksana dan tidak berbuat
semena-mena. Sebab suami adalam pemimpin bagi keluarganya.
Dilihat dari segi keadaan istri yang akan diceraikan, talak terbagai dua.
Talak sunni; suami yang menceraikan istri yang sudah disetubuhinya dengan satu talak pada
waktu suci, dan kemudian meruju’nya, dan sekali lagi mentalaknya, lantas meruju’nya
kembali. Setelah talak yang kedua itu, suami boleh pilih mau terus dilanjutkan atau
diceraikan.
Talak bid’I; talak yang dijatuhkan suami dengan talak tiga sekaligus, baik dalam satu kali
ucapan maupun dengan tiga kali ucapan dan dalam tiga tempat. Juga menjatuhkan pada
saat istri sedang haid atau nifas, atau suci, namun sebelumnya disetubuhi terlebih dahulu.
2.4. Iddah
Iddah ialah masa menunggu bagi wanita yang telah diceraikan oleh suaminya, guna mengetahui
apakah ia sedang hamil atau tidak.
Iddah terbagi tiga macam, yaitu;
Iddah hamil, masa iddahnya sampai melahirkan anak, baik cerai mati atau cerai hidup.
Iddah cerai mati; jika tidak hamil masanya empat bulan 1sepuluh hari.
Iddah cerai hidup, jika ia masih haid masanya tiga kali suci, jika tidak haid lagi masanya
tiga bulan.
Hukum ruju’ sangat tergantung pada situasi dan kondisi para pelaku ruju’, yakni;
Mubah / jaiz; merupakan hukum asli ruju’, karena suami berhak kembali kepada istri
Sunnah; jika diyakini ruju’ akan mendatangkan kebaikan bagi keduanya dan anak.
Wajib; khusus bagi suami yang berpoligami, dan istri yang diceraikan belum sempurna
gilirannya.
Haram; jika diyakini bahwa ruju’ akan mendatangkan kemudaratan, dan penderitaan bagi
keduanya.
Makruh; jika diyakini bahwa perceraian itu justru lebih baik bagi keduanya.
3.2. Rukun dan syarat ruju’.
Suami; syaratnya merdeka dan atas dasar kehendak sendiri.
Istri; syaratnya
Dalam keadaan talak raj’i
Terjadinya ruju’ harus pada waktu istri masih dalam keadaan iddah.
Sudah disetubuhi.
Jelas orangnya, artinya istri yang akan diruju’ itu orangnya ada.
Sighat; syaratnya harus mengucapkan lafaz ruju’, baik secara tegas atau
sindiran.
Saksi; syarat dua orang saksi yang adil dan berakal sehat.
B. Hikmah Talak
Syari’at islam yang diturunkan Allah Swt. kepada umatnya, tidak semata-mata untuk
membebani umat-Nya, melainkan demi kemaslahatan dan kebaikan umat itu sendiri. Begitu
pula dengan disyari’atkannya talak. Diantara hikmah talak sebagai berikut;
Menghindari kemudaratan dan pendritaan.
Jika suatu rumah tangga sudah tidak dapat dipertahankan keutuhannya, dan jika dipaksakan
untuk tetap dipertahankan dapat mndatangkan bencana bagi semuanya, maka talak
merupakan jalan terbaik bagi keduanya.
Melestarikan tali silaturahmi
Meskipun hubungan pernikahan telah diakhiri dengan talak, tapi hubungan kekeluargaan,
sebagai muslim dan sebagai sesame manusia harus tetap dilestarikan. Untuk menjaga
kelestarian hubungan keluarga itu maka perpisahan sebuah rumah tangga harus atas dasar
kehendak bersama. Dengan demikian, talak tidak boleh dijatuhkan oleh suami tanpa ada
sebab-sebab yang jelas dan manusiawi.
Memberi kedamaian lahir batin
Jika seorang merasa gelisah, takut, dan tertekan karena suatu pernikahan maka jalan yang
terbaik baginya adalah talak. Sebab kondisi yang demikian itu, sangat bertentangan dengan
tujuan pernikahan, yakni membuat jiwa menjadi tenang..
Memungkinkan untuk islah (berdamai)
Dengan syari’at talak, seorang suami dapat melakukan islah (damai) kembali kepada
istrinya. Tentu saja sepanjang istri bersedia untuk ruju’, dan sesuai dengan ketentuan syari’at
agama.
Berpisah dengan baik-baik
Meskipun awal mula talak adalah perselisihan, pertengkaran dan silang pendapat antara
suami istri, tetapi dengan dijatuhkannya talak atas dasar kesadaran keduany, dapat
menimbulkan kerukunan kembali untuk tidak saling membuka aib masing-masing.
C. Hikmah Ruju’
Dibolehkan ruju’ dalam Islam merupakan tanda bahwa Islam tidak menghendaki umatnya
terpecah belah. Maka jika ada diantara suatu keluarga yang dilanda sengketa, hendaknya
diselesaikan dengan jalan damai. Dan salah satunya dengan melakukan ruju’ atas istri yang ditalak.
Dengan demikian, ruju’ mengandung hikmah bagi kehidupan umat manusia. Diantaranya sebagai
berikut:
Merajut kembali barang yang pecah.
Perceraian adalah perpecahan dan perpisahan, maka dengan ruju’ seseorang dapat merajut
kembali barangnya yang sudah pecah. Di dunia ini tidak ada orang yang sempurna, semua
memiliki kelebihan dan kekurangannya. Maka kesadaran akan hal itu, hendaknya dapat
menjadikan kedua belah pihak menjadi intim kembali, agar dapat menyelamatkan segala hal
yang selama ini menjadi cita-cita bersama.
Menemukan cinta kasih yang baru
Jika selama ini, cinta kasih diantara keduanya seakan telah raib entah kemana, maka dengan
ruju’ diharapkan, mereka dapat menemukan kembali mahkota kasih sayang yang sempat
hilang tersebut.
Menyelamatkan aset keluarga
Aset yang paling berharga dalam sebuah keluarga adalah anak-anak, mereka adalah aset
masa depan bagi keluarganya. Maka hendaknya mereka diselamatkan oleh kedua orang
tuanya. Ruju’ merupakan upaya positif yang mesti dilakukan untuk menyelamatkan aset
penting tersebut.
2) Pencatatan perkawinan
Mengenai pencatatan perkawinan tercantum pada pasal 2 ayat 2 yang berbunyi;
“Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
Adapun yang menjadi tujuan pencatatan perkawinan adalah;
Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam, setiap perkawinan harus dicatat.
Pencatatan perkawinan harus dilakukan oleh pegawai pencatat nikah.
Sikap perkawinan harus dilangsungkan dihadpan dan di bawah pengawasan Pegawai
Pencatat Nikah.
Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nkah tidak mempunyai
kekuatan hukum.
3) Sahnya perkawinan
Dalam pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dinatakan bahwa:
“Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaan itu “.
Pernikahan antara laki-laki muslim dan wanita muslimah adalah sah, dan pencatatan
nikahnya di Kantor Urusan Agama (KUA), sedankan pencatatan nikah abtara muslin dengan
non muslim atau antar agama selain islam dilakukan di Kantor Catatan Sipil.
4) Tujuan perkawinan
Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, tujuan perkawinan adalah membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan
melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan
mencapai kesejahteraan spiritual dan material.
5) Akta nikah
Dalam pasal 7 ayat (1) dari kompilasi Hukum Islam di bidang hokum perkawinan dijelaskan
bahwa perkawinan hanya dapat dibuktkan dengan Akta Nikah yang dibuat oleh Pegawai
Pencatat Nikah, yakni KUA Kecamatan tempata dilangsungkannya pernikahan, yang
menerangkan bahwa pada hari, tanggal, bulan, tahun, dan jam telah terjadi akad nikah antara
seorang laki-laki (dituliskan nama, tanggal dan tempat lahir, pekerjaan dan tempat tinggal)
dengan seorang wanita (dituliskan nama, tanggal dan tempat lahir, pekerjaan dan tempat
tinggal) dan yang menjadi wali (juga dituliskan nama, tanggal dan tempat lahir, pekerjaan,
tempat tinggal, dan apa hubungannya dengan mempelai wanita (yang diwalikan). Surat
tersebut ditandatangani oleh Pegawai Pencatat Nikah diatas meteri dan distempel, lalu
diserahkan kepada kedua mempelai.
6) Kawin hamil
Dalam pasal 53 ayat (1), (2), dan (3) dari Kompilasi Hukum Islam di bidang perkawinan
dijelaskan;
Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dikawinkan dengan pria yang menghamilinya.
Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat dilangsungkan tanpa
menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya.
Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukan
perkawinan ulang setelah anak yang dikandungnya lahir.
Sebagai penjabaran dari Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, dalam pasal 16 Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dinyatakan:
“Pengadilan hanya memutuskan untuk mengadakan sidang pengadilan untuk menyaksikan
perceraian yang dimaksud dalam pasal 14 apabila memang terdapat alasan-alasan seperti
dimaksud pasal 19 Peraturan Pemerintah (PP) ini, dan Pengadilan berpendapat bahwa antara
suami istri yang bersangkutan tidak mungkin lagi didamaikan untuk hidup rukun dalam
rumah tangga.”
Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
peran Pengadilan Agama dinyatakan sebagai berikut:
Pasal 66 ayat 1
“Seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan istrinya mengajukan
permohonan kepada Pengadilan Agama untuk mengadakan sidang guna menyaksikan ikrar
talak.”
Pasal 70 ayat 1
“Pengadilan Agama setelah berkesimpulan bahwa kedua belah pihak tidak mungkin lagi
didamaikan dan telah cukup alasan perceraian maka Pengadilan menetapkan bahwa
perceraian tersebut dikabulkan.”
KEGIATAN 6
ASPEK TARIKH DAN PERADABAN ISLAM :
Standar Kompetensi : Memahami Perkembangan Islam di Indonesia
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia.
Menampilkan contoh perkembangan Islam di Indonesia.
Mengambil hikmah dari perkembangan
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat :
Menjelaskan masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia.
Mentukan ciri-ciri dan menunjukkan perkembangan Islam di indonesia
Mengidentifikasi dan menjelaskan hikmah perkembangan Islam di
Indonesia.