You are on page 1of 28

sekapur sirih

Akhirnya terbit juga....

Alhamdulillah, JL masih bisa hadir di hadapan pembaca sekalian, setelah sekian lama tidak ‘berkunjung’.
Bersama Hijaukan Leuser, sedikit menyitir slogan Balai Besar TNGL (”Bersama Selamatkan Leuser”), inilah tema
utama Jejak Leuser edisi ini. Dunia semakin panas, perubahan iklim membawa banyak efek ke arah
ketidaknyamanan manusia dan ‘teman-temannya’ di dunia ini.

Di lingkup yang lebih kecil, Taman Nasional Gunung Leuser, salah satu paru-paru dunia yang masih tersisa, masih
belum sembuh dengan ‘luka-luka’-nya. Bolong-bolong di tubuh taman nasional dengan luas sejuta hektar ini masih
banyak menganga. Hijaukan! Inilah satu-satunya jalan untuk menyembuhkan sakit itu, sekaligus membantu
pengurangi luka dunia sebagai akibat bolong-bolongnya ozon, sang selimut bumi.

Upaya menghijaukan Leuser dengan memberdayakan masyarakat sekitar kawasan, oleh Ujang WB diulas pada
rubrik Laporan Utama di edisi ini. Semoga langkah ini menjadi langkah indah untuk membantu Leuser memulihkan
dirinya. Di edisi ini, rubrik Kehati cukup mendominasi halaman Jejak Leuser dengan tiga judul yang ditulis oleh
Ridha, Esti, dan Iskandar; masing-masing tentang rafflesia, kelelawar, dan lumut. Semoga menjadi tulisan yang
membawa kita untuk lebih ingin menjelajahi pengetahuan tentang fauna dan flora.

Ada bacaan menarik lain di Jejak Leuser edisi ini... Selamat membaca.

b u l e t i n

Jejak Leuser
Pelindung Diterbitkan oleh:
Kepala Balai Besar TNGL Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser

Pemimpin Redaksi Jl. Suka Cita 12 Kel. Suka Maju


Medan Johor, Medan, Sumatera Utara
Bisro Sya'bani Telp/ Fax. (061) 7879378

Email: jejakleuser@yahoo.co.id
Dewan Redaksi Blog : jejakleuser.blogspot.com
Ratna Hendratmoko
Subhan
Ujang Wisnu Barata Catatan Redaksi
Redaksi Buletin “Jejak Leuser” menerima sumbangan tulisan
yang berkaitan dengan aspek konservasi. Tulisan diketik
Distribusi dengan spasi tunggal, maksimal 5 halaman dan minimal 3
Ahtu Trihangga halaman A4 dengan font Times New Roman 11. Naskah dikirim
ke email : jejakleuser@yahoo.co.id dengan disertai identitas diri
(termasuk foto penulis), serta foto-foto dan/atau gambar-gambar
Administrasi yang dapat mendukung tema tulisan. Naskah yang dikirimkan
menjadi hak penuh redaksi Buletin “Jejak Leuser” untuk
Yunita Aprillia dilakukan proses editing seperlunya.

Umum Cover depan : Bersama Hijaukan Leuser


(Foto: Bisro, sxc.hu)
Ali Sadikin Cover belakang : Gaya Gajah Tangkahan
(Foto: Dokumentasi FFI Medan)
Design‘n Layout : Bisro Sya’bani
4
Rehabilitasi Kawasan Hutan TNGL
Melalui Pola Pemberdayaan Masyarakat

MENU
MENU HARI HARI
11
Rafflesia,
Princess In The Jungle

14 Hipposideros cervinus,
si Kudanil Terbang

INI
17 Lumut - lumut di Sekitar Kita

20

INI
Konservasi di Era Kolaborasi

23 Prinsip Dasar pada GPS


(Global Positioning System)

INTERMEZZO 26
WANASASTRA 27
Jejak Leuser
Rehabilitasi Kawasan Hutan TNGL
Melalui Pola Pemberdayaan Masyarakat
Ujang Wisnu Barata*)

K awasan hutan di wilayah kerja Seksi Pengelolaan


Taman Nasional (SPTN) Wilayah VI Besitang,
Kabupaten Langkat merupakan salah satu bagian
kawasan TN.Gunung Leuser yang mengalami kerusakan
parah. Kerusakan tersebut telah terjadi sejak tahun 1978,
dikendalikan akhir-akhir ini melalui upaya penegakan
hukum secara konsisten terhadap para pelaku ilegal
logging dan perambahan serta upaya pendekatan kepada
para pengungsi yang bermukim di dalam kawasan agar
tidak menambah luasan lahan garapan. Di sisi lain, proses
sebelum kawasan ditetapkan sebagai bagian dari TN. suksesi alami pada bekas-bekas lahan yang dikerjakan para
Gunung Leuser (semula berstatus Suaka Margasatwa). perambah yang telah ”terusir” terus berjalan, sehingga di
beberapa blok hutan telah banyak ditumbuhi semak, dan
Penyebab kerusakan/ terbukanya kawasan hutan hujan menjadi tempat hidup satwa. Satwa-satwa tersebut dapat
tropis dataran rendah yang kaya jenis dan merupakan berperan sebagai agen biji. Di blok hutan Sei Bamban dan
habitat satwa gajah tersebut, antara lain Alur Gusta (areal eks perambahan
disebabkan oleh kesalahan kebijakan di kelompok Suruhen Pinem yang sedang
masa lalu, illegal logging, pembukaan menjalani hukuman 3 tahun penjara), telah
lahan untuk kepentingan tanaman dapat dijumpai berbagai jenis burung,
pertanian dan umumnya untuk beberapa kelompok kera ekor panjang,
penanaman sawit dan karet, beberapa kelompok lutung, babi hutan, dan
perambahan oleh pengusaha sawit kancil. Satwa-satwa tersebut merupakan
skala sedang, penjualan lahan-lahan agen biji yang potensial dalam membantu
yang sudah terbuka kepada pihak- proses suksesi alami. Begitu juga di lokasi-
pihak ketiga, dan pendudukan sebagian lokasi lainnya yang telah ditinggalkan para
kawasan oleh ± 500 kepala keluarga perambah pasca penertiban tahun lalu.
pengungsi asal Aceh sejak tahun 1999.
Penguasaan dan jual beli lahan
kawasan ini meliputi areal seluas lebih Rehabilitasi Kawasan
kurang 16.000 hektar.
Dalam Peraturan Presiden Republik
Hasil analisis tim Balai TNGL yang Indonesia nomor 89 tahun 2007 tentang
didasarkan pada penafsiran Citra Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan
Landsat tahun 1995 luas kerusakan Lahan (Gerhan), disebutkan bahwa yang
mencapai 8.470 hektar dan pada tahun 2002 meluas lagi dimaksud dengan rehabilitasi hutan dan lahan adalah
sampai 21.130 hektar. Dengan demikian, pada periode 7 upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan
tahun tersebut, telah terjadi kerusakan seluas 1.832 meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya
hektar/tahun, setara dengan 152 hektar/bulan atau 5 dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung
hektar/hari. Laju kerusakan tersebut telah coba sistem penyangga kehidupan terjaga. Gerhan merupakan

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


4
kegiatan terkoordinasi dengan mendayagunakan 2. Tumpangsari yang dimodifikasi
segenap potensi dan kemampuan pemerintah, Pola ini telah lama diterapkan oleh Perum
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/ kota, Perhutani dalam pilot proyek perhutanan sosial di
badan usaha dan masyarakat dalam rangka rehabilitasi Jawa. Metode ini merupakan modifikasi dari
hutan dan lahan pada DAS prioritas. teknik tumpangsari konvensional, dimana petani
tidak hanya dibolehkan menanam tanaman

LAPORAN
LAPORAN UTAMAUTAMA
Menurut ketentuan dalam PP. No. 89 tahun 2007 budidaya di sela tanaman pokok pada awal
tersebut, penyelenggaraan Gerhan terbagi dalam tiga pembuatan hutan tanaman, namun juga
model, yaitu : dibolehkan untuk menanam sela dengan tanaman
budidaya sepanjang siklus pengembangan hutan
1. Penyelenggaraan Gerhan yang berupa pembuatan dari penanaman sampai panen akhir.
tanaman di dalam kawasan hutan yang dibiayai
dengan APBN atau APBD dilaksanakan secara 3. Hutan yang dikelola masyarakat
kontraktual yang berbasis tahun jamak (multi Teknik ini memerlukan pelibatan partisipasi
years) dengan menggerakkan potensi badan usaha masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan dengan
nasional dan daerah serta melibatkan masyarakat bimbingan Departemen Kehutanan. Masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bertanggung jawab atas pencegahan kebakaran,
2. Penyelenggaran Gerhan yang berupa pembuatan pengayaan tanaman, dan perlakuan silvikultur.
tanaman di daerah tertentu dalam kawasan hutan Keuntungan bagi masyarakat lokal adalah hak
dengan mempertimbangkan kondisi tertentu dari pemanenan kayu non komersial dan hasil hutan
aspek keamanan, yang dibiayai dengan APBN atau non kayu. Pemerintah bertanggung jawab atas
APBD dilaksanakan secara swakelola berbasis penyediaan dana untuk peralatan, persemaian, dan
tahun jamak (multi years) melalui operasi bakti tenaga kerja persemaian.
Tentara Nasional Indonesia (TNI)
3. Penyelenggaraan Gerhan yang berupa pembuatan 4. Pengembangan hutan model
tanaman di luar kawasan hutan yang dibiayai Program ini didasarkan pada kemandirian
APBN atau APBD dilaksanakan secara swakelola finansial untuk unit 100 hektar yang terdiri atas
yang berbasis tahun jamak (multi years) melalui zona inti dan zona pendukung, dari hutan yang
Surat Perjanjian Kerjasama (SPKS) dengan telah dibalak atau hutan terganggu dengan
kelompok tani dengan menggerakkan potensi berbagai derajat kerusakan. Biaya pengelolaan
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang- zona pendukung dan pelestarian zona inti berasal
undangan. dari penghasilan berbagai kegiatan, misalnya
tebang pilih, tumbuhan budidaya, produksi rotan,
Balai Besar TNGL saat ini sedang menjalankan perkebunan dan pemeliharaan hewan liar.
program Gerhan seluas 2.000 hektar, dengan jenis
tanaman Sungkai (Peronema canescens), Salam 5. Kontrak proyek penghutanan kembali
(Eugenia sp.), Durian (Durio spp.), Cempedak Pendekatan ini dirancang dan dilaksanakan oleh
(Artocarpus sp.), Bayur (Pterospermum javanicum) perusahaan swasta atau Lembaga Swadaya
dan Beringin (Ficus spp.). Pemilihan jenis tersebut atas Masyarakat (LSM) dengan partisipasi masyarakat
dasar pertimbangan : lokal. Ada tiga model pendekatan, yaitu :

1. Merupakan jenis asli / endemik TNGL a. Pendekatan perusahaan, yang merupakan


2. Merupakan jenis MPTS (Multi Purpose Trees rancangan untuk kawasan dengan luas lebih
Species) yang dapat memberikan kemanfaatan bagi dari 500 hektar. Pelaksana adalah perusahaan
masyarakat terutama sebagai hasil hutan non kayu swasta melalui kontrak dengan pemerintah.
3. Merupakan sumber pakan satwa, sekaligus b. Pendekatan masyarakat, yang merupakan
mempermudah penyebaran biji dengan satwa rancangan untuk kawasan kurang dari 100
sebagai agen bijinya. hektar, dimana kontrak dilakukan antara
pemerintah setempat dengan LSM.
Secara teknis, dikenal beberapa pendekatan c. Pendekatan keluarga. Kontrak dibuat antara
Jejak Leuser

rehabilitasi (dikutip dari Kuswata & Ismayadi, 2007) pemerintah dan LSM untuk kawasan sampai
yaitu : 100 hektar yang dikerjakan oleh beberapa
keluarga masing-masing seluas 1-5 hektar.
1. Regenerasi yang dipercepat
Pola ini di Indonesia dikenal dengan ”regenerasi
alami yang dipercepat” atau Accelerated Natural Pelibatan Masyarakat
Regeneration dan merupakan metode
penghutanan kembali dengan memanfaatkan Pengelola yang konvensional biasanya selalu enggan
proses-proses alam untuk pemulihan vegetasi. untuk melewati tingkatan pelibatan masyarakat,
dengan pola pikir bahwa masyarakat biasanya apatis,

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


5
kesepakatan dua desa membuat
Peraturan Desa dan diperkuat dengan
R. Hendratmoko

pembentukan lembaga pengelola


yaitu Lembaga Pariwisata
Tangkahan (LPT) merupakan contoh
nyata bagaimana masyarakat
pinggiran Leuser memiliki inisiatif
untuk turut serta mengelola kawasan.
Kedua desa tersebut, yaitu desa
Namo Sialang dan desa Sei Serdang,
telah sepenuhnya menjadi pengelola
dan mitra BBTNGL dengan
ditandatanganinya Memorandum of
Understanding (MoU) antara Balai
TNGL dan LPT pada tahun 2006 lalu.
Model seperti inilah yang akan
ditularkan ke wilayah ”pinggiran
Leuser” lainnya. Salah satu momen
penting adalah dengan keterlibatan
penuh masyarakat pada kegiatan
rehabilitasi yang sedang berjalan.

Kelompok Kerja Rehabilitasi


Tua mudanya masyarakat sekitar Sekoci menghijaukan Leuser Sebagai Fasilitator

Dengan dilatarbelakangi oleh


dan pelibatan mereka hanya buang-buang waktu.
kompleksitas permasalahan di Besitang, Balai Besar
Pengelola pada dasarnya memiliki tanggung jawab untuk
TNGL mencoba membentuk tim kerja internal yang fokus
melakukan pendekatan partisipasi masyarakat berdasarkan
pada masing-masing isu penyelesaian. Tim tersebut berupa
kaidah-kaidah ilmiah, dan lembaga-lembaga masyarakat
tiga kelompok kerja (pokja), yaitu pokja perambahan,
mempunyai tugas berdasarkan hukum yang tidak dapat
pokja penyelesaian pengungsi, dan pokja rehabilitasi.
dilimpahkan ke pihak lain. Sebaliknya, masyarakat
Konsep penyelesaian masalah Besitang secara
semakin meningkat kesadarannya dengan mengharapkan
komprehensif, secara sederhana terbentuk melalui
”partisipasi yang lebih bermanfaat”, yang dalam keyakinan
pemikiran ”keluarkan-kuasai-hutankan lagi”. Artinya
mereka termasuk pula pelimpahan sebagian kekuasaan.
keluarkan semua pemukim dan hal-hal ilegal dari kawasan,
Pelimpahan atau alokasi kembali kekuasaan ini
kuasai dengan melakukan penjagaan areal dan
menimbulkan isu ”apakah kelompok yang diberi
pemusnahan aset perambah, dan terakhir, hutankan lagi
kepercayaan dan kekuasaan dapat dipercaya” (Bruce
dengan merehabilitasi kawasan menggunakan jenis asli
Mitchell et.al., 2003). Kepercayaan, komunikasi,
untuk membantu mempercepat proses suksesi. Semua itu
kesempatan dan fleksibilitas merupakan elemen penting
harus dikawal dengan penegakan hukum yang konsisten.
yang menentukan efektif tidaknya program-program
partisipasi masyarakat.
Tugas kelompok kerja adalah melakukan pra kondisi
kegiatan, mengusulkan rekomendasi kegiatan, hingga
Pengelolaan bersama merupakan suatu pendekatan yang
mengawal proses kegiatan sebagai bahan evaluasi. Pokja
menyatukan sistem-sistem pengelolaan pada tingkat lokal
rehabilitasi internal BBTNGL sampai saat ini telah
dan negara. Pada tingkat negara, pengelolaan dilakukan
melakukan kegiatan-kegiatan berikut :
oleh kantor pemerintah yang diberi wewenang khusus dan
resmi untuk bidang-bidang pengelolaan sumberdaya
a. Melakukan pertemuan-pertemuan internal di Seksi
tertentu. Bentuk pengelolaannya selalu dicirikan dengan
Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) VI Besitang
sangat terpusat dan hirarki, dengan kantor pusat yang
b. Melakukan survey potensi pembibitan desa di Desa
menentukan kebijakan serta kantor lokal yang
Halaban, Desa PIR-ADB, dan Desa Sekoci
menerapkannya. Pelaksanaannya didasarkan pada otoritas
c. Melakukan survey potensi lembaga lokal, baik
yang diberikan berdasar hukum dan peraturan. Sebaliknya,
kelompok tani maupun Kelompok Swadaya
sistem-sistem pengelolaan lokal didasarkan atas
Masyarakat (KSM) pada tiap desa
pengetahuan percobaan, tradisi budaya, adat-istiadat, tanpa
d. Memfasilitasi pertemuan dengan kelompok
aturan dan hukum resmi. Pendekatannya sepenuhnya tidak
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Desa
terpusat. Semua keputusan ditentukan berdasar
Halaban yang telah didampingi oleh Sumatran
kesepakatan, sementara pelaksanaannya didasarkan atas
Orangutan Society Orangutan Information Centre
sanksi-sanksi sosial.
(SOS-OIC) terkait keinginan masyarakat membuat
pembibitan desa
Pada lingkup wilayah kerja Balai Besar TNGL,

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


6
e. Memfasilitasi pertemuan dengan KSM lokal Oppel di Desa PIR-ADB, dan kelompok adat
(Organisasi Petani Pecinta Ekosistem Leuser - Kedatukan. Selain itu, juga mendorong terbentuknya
OPPEL & Gerakan Pecinta Alam Leuser - kelompok-kelompok baru yang berkomitmen
GEPAL) dan Kedatukan Besitang terkait rencana membantu pelestarian kawasan. Salah satu kelompok
rehabilitasi, pengkondisian pekerja lapangan, dan baru yang potensial adalah KSM Permata Rimba di
persiapan pembibitan Desa Mekar Makmur, Kecamatan Sei Lepan,

LAPORAN
LAPORAN UTAMAUTAMA
f. Melakukan pendampingan dan pengawasan Kabupaten Langkat. Kelompok ini sedang didampingi
secara intensif terkait pelaksanaan Gerhan TNGL, oleh tim SOS-OIC dalam menyusun program dan
yang telah dilaksanakan dengan pelibatan kepengurusan, sebagai katalisator pembentukan
masyarakat pada penanaman tahap I. Peraturan Desa (Perdes).
KSM Permata Rima mulai muncul terkait adanya isu
Dalam setiap pertemuan dan pendampingan tersebut, konflik satwa gajah liar yang menggangu perkebunan
pokja rehabilitasi berfungsi sebagai fasilitator yang masyarakat. Entry point konflik ini dikelola
menggali potensi para pihak untuk keterlibatan dalam sedemikian rupa oleh tim CRU Fauna&Flora
rehabilitasi kawasan TNGL. Pokja juga selalu International dan BB TNGL untuk memunculkan
menekankan agar pihak-pihak yang terlibat tetap potensi positif dan peningkatan penyadaran
mengacu pada kronologis dan skenario penyelesaian konservasi.
secara komprehensif. Dalam bekerja, tim pokja
internal rehabilitasi BBTNGL memanfaatkan potensi Ilustrasi-ilustrasi berikut menggambarkan beberapa
lembaga lokal di tiap titik, misalnya kelompok HKTI pertemuan yang menghasilkan keputusan/ amanah
di Desa Halaban, KSM Gepal di Desa Sekoci, KSM yang mengikat:

Ilustrasi 1. Hasil “Local Community Workshop” Besitang

Workshop ini dilaksanakan tanggal 8 Juli 2006, dengan menghadirkan wakil sembilan desa yang berbatasan dengan kawasan,
jajaran Muspika, Kedatukan Besitang, Sei Lepan, dan Trenggulun, wakil kelompok tani, dan wakil pengungsi.

Hasil sesi I pertemuan stakeholder lokal :


1. Persoalan pengungsi diselesaikan melalui kegiatan relokasi. Untuk itu diperlukan kejujuran dari pihak pengungsi untuk
memberikan data, terkait dengan pembagian dana terminasi
2. Batas TNGL direkonstruksi dengan melibatkan masyarakat sehingga disepakati dan diketahui secara luas
3. Perkebunan sawit di dalam kawasan yang telah terbukti melanggar hukum harus dimusnahkan
4. Pelibatan masyarakat secara aktif dalam pengelolaan kawasan secara partisipatif dalam berbagai bentuk kegiatan,
misalnya: ekowisata, pengamanan bersama, rehabilitasi
5. Penegakan hukum terhadap pelaku perusakan hutan secara serius dan tegas
Jejak Leuser

6. Tetap mengembangkan prinsip-prinsip penyelesaian masalah secara komprehensif dengan peran aktif para pihak.

Hasil sesi II pertemuan dengan perwakilan pengungsi :


1. Sangat berat bagi pengungsi apabila harus pindah, karena sudah cukup lama mereka menetap, dan sekarang mulai
menampakkan hasil untuk hidup lebih layak. Pengalaman pernah direlokasi ke Riau kemudian ditelantarkan, membuat
trauma dan kepercayaan terhadap pemerintah makin berkurang.
2. Tanggapan pengungsi dihadapkan pada pilihan/opsi lain (relokasi) maka:
a. Bersedia dipindahkan dengan pola transmigrasi permanen
b. Bersedia dipindahkan asal masih di Pulau Sumatera, terutama SUMUT
c. Bersedia dipindahkan asal: tidak dirugikan, fasilitas yang jelas/terpenuhi, dan dilibatkan dalam proses penyelesaian
sejak awal.

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


7
Ilustrasi 2. Kesimpulan Workshop Pusdal Regional I - Departemen Kehutanan,
“Penyelesaian Permasalahan Besitang - TNGL”

A. PENGUNGSI
Pada dasarnya penyelesaian persoalan pendudukan kawasan Besitang, TN.Gunung Leuser, di wilayah Kabupaten Langkat, Propinsi
Sumatera Utara, dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek kemanusiaan dan konservasi, secara bertahap dan tuntas. Untuk itu,
maka dinilai perlu untuk dibentuk Tim Penyelesaian Permasalahan Pengungsi di dalam kawasan TN.Gunung Leuser, dengan
SK.Menteri Kehutanan. Tim terdiri dari unsur-unsur Balai TN.Gunung Leuser, PemProp Nanggroe Aceh Darussalam, PemProp
Sumatera Utara, dan Yayasan Leuser International, dengan tugas sebagai berikut : (1) Melakukan pendataan kependudukan,
koordinasi lintas instansi, pendampingan kepada masyarakat; (2) Mengkaji pilihan-pilihan calon lokasi penempatan, baik di tempat
asal maupun di tempat yang baru; (3) Menyusun kebutuhan pendanaan penyelesaian pengungsi;

B. PERAMBAHAN KAWASAN
1. Dibentuk Kelompok Kerja, yang terdiri dari unsur Pemprov Sumut, Pemkab Langkat, BTNGL, Tokoh Masyarakat Adat, Aparat
Penegak Hukum, LSM dan instansi terkait lainnya melalui Keputusan Gubernur Sumatera Utara, dengan tugas :
(a) Inventarisasi dan identifikasi perambah,
(b) Melakukan Penegakan hukum,
(c) Menyusun Program Relokasi dan Rehabilitasi.
2. Membangun Kesepakatan Konservasi Lokal dengan Pendekatan Perencanaan Konservasi Partisipatif di tingkat Desa di sekitar
kawasan TNGL khususnya Seksi Wilayah IV Besitang.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dam memperkuat Manajemen Desa Penyangga untuk memanfaatkan zona penyangga dan
mengamankan kawasan TNGL.

C. REHABILITASI KAWASAN
1. Percepatan perubahan zonasi dari zona inti menjadi zona rehabilitasi.
2. Penentuan prioritas lokasi lahan yang akan direhabilitasi dan jenis tumbuhannya, serta penyusunan pedoman dan rancangan
teknis rehabilitasi pada kawasan konservasi.
3. Membangun kelembagaan rehabilitasi kawasan konservasi dan mencari sumber pembiayaan.

Medan, 3 Agustus 2006

Ilustrasi 3. Hasil Konferensi Desa Tangkahan, Cluster I, Komisi Rehabilitasi Kawasan


Komisi III : Pokja Rehabilitasi kawasan TNGL di wilayah Besitang - Lepan

Pernyataan:

1. Kerusakan kawasan TNGL seluas kurang lebih 22.000 ha di wilayah Besitang Lepan ( Cluster I )
2. Untuk itu harus dilakukan Rehabilitasi kawasan dengan melibatkan masyarakat di Desa setempat yang berbatasan langsung dengan
Taman Nasional Gunung Leuser

Solusi:

Untuk mewujudkan Rehabilitasi di kawasan tersebut harus dilakukan :


1. Penuntasan berbagai permasalahan permasalahan kawasan ( pengungsi Aceh, Perambahan ) sebagai langkah awal menuju
rehabilitasi kawasan
2. Koordinasi antar instansi pemerintah terkait untuk memberikan kepercayaan pelaksanaan rehabilitasi kepada masyarakat Desa yang
berbatasan langsung
3. Kerjasama seluruh pihak untuk mendukung pelaksanaan rehabilitasi tersebut melalui mekanisme kelembagaan, bukan orang per
orang
4. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan penduduk pedesaan di dalam seluruh proses pelaksanaan rehabilitasi
5. Meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat setempat melalui pelaksanaan rehabilitasi dengan tanaman tanaman hutan
yang bernilai produktif bagi perekonomian masyarakat
6. Menetapkan berbagai kebijakan dan peraturan di tingkat Desa ( Perdes ) untuk mendukung berbagai aspek didalam pelaksanaan
rehabilitasi
7. Jaminan pembiayaan yang cukup didalam proses pelaksanaan rehabilitasi

Atas nama sidang Paripurna Konferensi Rakyat Pedesaan Leuser


Hasil keputusan komisi III di Cluster I
Tangkahan, 22 Juni 2007 pkl. 21.30 wib

Naswandi Sembiring, Desa PIR ADB


Efendi Tarigan, Desa Bukit Selamat
Faisal Matondang, Desa Harapan Jaya

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


8
Ilustrasi 4. Kesimpulan Workshop Penyelesaian Perambahan Besitang
Medan, 28-29 Januari 2008

Kelompok Kerja Penyelesaian Perambahan


1. Tindak tegas setiap pelaku ilegal logging dan perambahan.
2. Pengelolaan penanganan perkara ilegal logging & parambahan selain memenuhi prosedur fomal dapat dilakukan sistem

LAPORAN
LAPORAN UTAMAUTAMA
pengawasan sesuai prinsip akuntabilitas dan keterbukaan.
3. Pihak TNGL bersama aparat penegak hukum melakukan analisis kasus ilegal logging & perambahan di dalam kawasan
TNGL untuk ditindaklanjuti.
4. Penguatan payung hukum dalam menghadapi kasus perdata.
5. Mengusulkan dana ke APBN melalui proyek/kegiatan Balai Besar TNGL untuk melanjutkan pemusnahan tanaman ilegal di
dalam kawasan.
6. Penyelesaian sistem koordinasi antar pihak terkait (BBTNGL, BPKH, BPN, PT. Bandar Meriah dan masyarakat pemegang
SHM PIR ADB).
7. Proses pidana menunggu penyelesaian masalah tumpang tindih kawasan tersebut.

Kelompok Kerja Penyelesaian Pengungsi


1. Secara tegas hanya memberikan opsi relokasi atau transmigrasi.
2. Kementian Kooordinator Kesra menjadi leading sektor proses pelaksanaan relokasi atau transmigrasi pengungsi.
3. Dibutuhkan komitmen proses pengkondisian di lapangan sebelum dan proses transmigrasi atau relokasi bagi pengungsi.
4. Syarat-syarat relokasi yg pernah dikemukakan oleh pengungsi pada Konferensi Rakyat Batas Leuser di Tangkahan pada Juni
2007 (point 1-7) dan kesepakatan warga sebelum utusan hadir pada workshop (point 8-13):
 Lahan siap garap dan memiliki kejelasan status (legal)
 Rumah tinggal minimal 6 x 7 meter persegi
 Fasilitas untuk pendidikan dan kesehatan
 Luas lahan untuk pengungsi asal Aceh adalah 2 hektar per KK
 Tempat relokasi diluar NAD dan tetap berada di dalam wilayah Sumatera, terutama SUMUT
 Jadup
 Pembibitan
 Penerangan
 Perhubungan
 Biaya transportasi
 Pemindahan menjadi satu lokasi
 Peninjauan tempat relokasi
 Ganti rugi tanaman yang selama sekian tahun kami kelola

Kelompok Kerja Rehabilitasi


1. Pemantapan Pokja rehabilitasi para pihak akan segera dilakukan dengan fungsi koordinasi oleh Balai Besar TNGL
2. Kejelasan tentang tata waktu gerhan dari mulai kegiatan pembibitan s/d penanaman agar segera disosialisasikan oleh Balai
Besar TNGL bersama dengan penguatan dari para pihak
3. Kegiatan rehabilitasi dilaksanakan melalui dua pendekatan, yaitu pola Gerhan dan pola lain yang melibatkan masyarakat,
misalnya melalui inisiatif LSM lokal / dan atau kerjasama dengan Pemda-BUMD.
4. Pelaksanaan rehabilitasi dengan pola lain tersebut secara teknis dilakukan dengan model tanaman campuran dalam rangka
percepatan proses rehabilitasi, mengingat status emergency kawasan. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pencapaian
areal rehabilitasi yang mencapai 4.000 Ha.
5. Semua bentuk partisipasi dan kerjasama diatur dengan perjanjian/MoU/kontrak dengan BBTNGL.
6. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi akan dilakukan oleh Departemen Kehutanan.
7. Hal-hal teknis yang dijelaskan pada poin 3 s/d poin 6 harus mendapatkan landasan berupa kejelasan payung hukum atau
aturan-aturan formal.
Jejak Leuser

Ketua Pokja Penyelesaian Perambahan


Naswandi Sembiring

Ketua Pokja Penyelesaian Pengungsi


OK. Abdul Hamid

Ketua Pokja Rehabilitasi Lahan


Syamsul,S.Ag.

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


9
Pada tanggal 23 November 2007, Pokja Rehabilitasi rehabilitasi kawasan TNGL, beberapa hal berikut perlu
internal BBTNGL bersama dengan SOS-OIC dipertimbangkan :
memfasilitasi pertemuan dengan kelompok tani HKTI dan
beberapa kelompok lain di Desa Halaban, Kecamatan a. Segera dibentuk tim pokja para pihak yang fokus pada
Besitang. Pertemuan yang dihadiri oleh 26 orang tersebut upaya rehabilitasi kawasan, agar kegiatan-kegiatan
bertujuan untuk sosialisasi rencana pembentukan rehabilitasi tidak terkesan hanya menunggu proyek
kelompok masyarakat yang peduli pelestarian leuser dan pemerintah seperti halnya Gerhan. Tim ini akan
hal-hal lain menyangkut rehabilitasi kawasan. Hasil dari dipimpin oleh koordinator tim, yaitu lembaga tertentu
pertemuan ini adalah : (instansi pemerintah/LSM/akademisi) yang ditunjuk
secara bersama.
1. Masyarakat Desa Halaban melalui KSM yang b. Melakukan pertemuan dengan stakeholder lokal pada
terbentuk nantinya, ingin dilibatkan secara penuh lokasi target rehabilitasi, yaitu Camat Besitang, Camat
dalam kegiatan rehabilitasi kawasan dari mulai Sei Lepan, Kepala Desa Sekoci, Bukit Mas, PIR ADB,
pembibitan sampai dengan penanaman Tani Jaya, Mekar Makmur, Harapan Jaya, Kedatukan
2. Masyarakat Pecinta Leuser di Halaban mengajukan Sei Lepan, Kedatukan Besitang, dan KSM lokal,
usul konkrit agar mereka diberikan akses untuk turut sebagai sosialisasi dan upaya penguatan dalam rangka
serta mengamankan kawasan sambil memanfaatkan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi.
areal rehabilitasi mereka. Untuk itu jenis-jenis tanaman c. Membuat kesepakatan tentang pemberdayaan
rehabilitasi hendaknya berupa jenis yang dapat masyarakat sekitar kawasan dalam kegiatan rehabilitasi
dimanfaatkan, misalnya pete, rambe, cempedak dan dan pola-pola/ teknis keterlibatkan yang diharapkan
durian, dimana jenis-jenis tersebut juga tumbuhan asli serta mendorong penguatan lembaga lokal.
TNGL yang banyak dijumpai di wilayah Sei Betung.
3. Masyarakat juga ingin terlibat dalam pengukuran
kerusakan kawasan dan kegiatan patroli bersama Penutup
Polhut TNGL.
Dalam konsep pengelolaan kawasan konservasi yang
Belum lama ini, tim Pokja Rehabilitasi internal BBTNGL mutakhir, masyarakat merupakan benteng hidup untuk
juga memfasilitasi pertemuan/ musyawarah KSM lokal menjaga kelestarian hutan. Merekalah yang secara
(Oppel & Gepal), kedatukan, serta masyarakat Desa Sekoci kontinyu dan konsisten berinteraksi dengan hutan dan
dan PIR ADB. Pertemuan yang dihadiri oleh 30 orang merasakan manfaat langsung dari keberadaan hutan.
tersebut membahas tentang pola rehabilitasi kawasan Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pelestarian
TNGL dan keterlibatan mereka. Kesimpulan dari hutan perlu didorong ke arah yang lebih produktif.
musyawarah tersebut adalah :
Praktek rehabilitasi kawasan di TNGL sebisa mungkin
1. Masyarakat, melalui lembaga lokal, menginginkan mengikutsertakan masyarakat lokal, melalui kesepakatan
pola pelibatan secara penuh, dari mulai pembibitan, kerjasama dengan kelembagaan lokal, bukan orang per
penanaman, pemeliharaan, dan penjagaan tanaman. orang. Dengan model seperti itu, diharapkan terbentuk
2. Masyarakat memiliki kemauan untuk membuat komitmen dan tanggungjawab kolektif dalam menjaga
pembibitan desa sebagai stok bibit rehabilitasi dengan areal rehabilitasi dan mendukung proses ”suksesi alami
jenis-jenis tanaman asli TNGL, melalui mekanisme yang dipercepat” tersebut.
pemesanan dan pembelian langsung.
3. Masyarakat menginginkan agar dapat diberi hak kelola
dengan luasan areal dan batas blok yang jelas, Bahan Bacaan
sehingga jelas pula kewenangan dan tanggung jawab
dalam perawatan dan pengamanan areal tanam. Anonim. 2007. Peraturan Presiden Republik Indonesia
4. Untuk itu, masyarakat harus melakukan penguatan Nomor 89 Tahun 2007 Tentang Gerakan Nasional
lembaga lokal yang berupa kesepakatan beberapa desa Rahabilitasi Hutan dan Lahan. Sekretariat Negara.
sekitar kawasan, agar bisa secara bersama-sama Jakarta.
mengajukan usulan rehabilitasi dengan pembagian
areal yang jelas. Buletin Jejak Leuser, Vol 2, No 5. 2006.
5. Kegiatan rehabilitasi merupakan salah satu ”pintu
masuk” untuk merealisasikan program patroli bersama Kuswata, K & Ismayadi, S. 2007. Draft. Pendekatan untuk
dengan masyarakat, dimulai dengan tanggung jawab Rehabilitasi Lahan Hutan Rusak dan Pemulihan
pemeliharaan dan pengamanan areal tanam. Ekosistem di Taman Nasional Gunung Leuser
Sumatera Utara. UNESCO Office. Jakarta
Rencana Lanjutan dan Usulan Kerja Mitchell, B. Setiawan, B. Rahmi, D.H. 2003. Pengelolaan
Sumberdaya dan Lingkungan. Gadjah Mada
Hasil kerja Pokja Rehabilitasi internal BBTNGL perlu University Press. Yogyakarta.
ditindaklanjuti agar lebih efektif dalam mengawal agenda

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


10
K
K EE
H AH
Rafflesia,
Princess In The Jungle

TI A T I
Ridha Mahyuni*)

Jika singa dikenal sebagai raja hutan sejak dahulu kala karena bentuk tubuhnya yang menyeramkan, karena
kebuasannya, karena suara yang sangat khas yang bisa membuat orang lari ketakutan, maka si merah yang sangat
menawan ini pantas disebut sebagai putri hutan, walau dia tidak semerbak bagai melati wanginya.

C
antik dan eksotis, begitu banyak tanggapan semua deskripsi tentang Rafflesia dari Pulau Jawa telah
bagi banyak orang yang telah melihatnya. dirampas oleh tentara Inggris pada saat Deschamps
Itulah gambaran sekilas jika melihat Rafflesia akan kembali ke Perancis (pada masa itu Inggris dan
saat tumbuh mekar dengan indahnya. Nama Rafflesia Perancis sedang berperang). Dan publikasinya tidak
sudah cukup dikenal oleh banyak orang pernah terbitkan.
sebagai bunga bangkai, tetapi tidak
banyak orang yang telah melihat bunga Untuk Rafflesia yang berasal dari
terbesar di dunia ini. Rafflesia adalah Bengkulu, pertama kali dideskripsikan
tumbuhan langka yang telah ditetapkan oleh William Jack yang kemudian
sebagai puspa langka Indonesia, mengirimkan spesimen dan deskripsinya
tepatnya pada spesies Rafflesia arnoldii kepada Sir Stamford Raffles di Inggris.
R.Brown. Rafflesia dikenal sebagai Sementara menunggu pengiriman
tumbuhan parasit yang bergantung spesimen Rafflesia ke Inggris, William
sepenuhnya pada inangnya. Tumbuhan Jack membuat deskripsi Rafflesia
ini mempunyai banyak keunikan dan tersebut yang selanjutnya diberi nama
hanya tersebar di wilayah Asia Tenggara Rafflesia titan dan dipublikasikan dalam
seperti Indonesia, Malaysia, Filipina dan Appendix of Description of Malayan
Jejak Leuser

Thailand. Flora ini tidak mempunyai Plants pada tahun 1821. Cetakan ulang
akar, batang dan daun. Pada saat mekar, tulisannya itu dikirimkan kepada Robert
diameter tumbuhan ini dapat mencapai Brown (salah seorang ilmuwan Inggris)
lebih dari 1 meter dan berat bisa lebih tertanggal 23 Mei 1821 tetapi tulisan
dari 7 kilogram (Davis et. al., 2007). tersebut baru sampai di tangan Robert
Brown pada bulan Juli 1821.
Rafflesia pertama kali ditemukan di Pulau Jawa pada Nama Rafflesia titan Jack adalah nama yang lebih dulu
tahun 1797 oleh Louis Auguste Deschamps (Nais, muncul daripada Rafflesia arnoldii, dan walaupun
2001), seorang naturalis Perancis yang pada waktu itu
sedang melakukan eksplorasi di pulau tersebut. Tetapi,

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


11
Rafflesia yang berikutnya. Dalam penyebarannya, biji
www.wikipedia.com

Rafflesia juga dapat dibantu oleh tupai tanah (Tupaia


tana) dan cencorot (Callosciurus notatus).

Sebagaimana tumbuhan parasit lainnya, Rafflesia tidak


dapat memproses makanannya sendiri melalui
fotosintesis. Tumbuhan ini menyerap segala
keperluannya (air, mineral dan makanan) dari inangnya.
Rafflesia hidup sebagai parasit hanya pada tumbuhan
spesies Tetrasitgma, yaitu sejenis anggur-angguran liar
dalam famili Vitaceae (Nais, 2001). Rafflesia juga
memerlukan hewan lain untuk membantu
penyeburkannya, misalnya lalat. Agen penyerbukan ini
akan memasuki ruang bagian dalam Rafflesia yang
mengeluarkan bau busuk. 'Kunjungan' lalat ini akan
menghasilkan suatu pendebungaan, dimana alat akan
Rafflesia cantleyi.JPG membawa lendir dari alat kelamin jantan (anter) ke
bagian ovari bunga betina. Namun, dalam proses
penyerbukan ini ditemukan kesulitan yang disebabkan
nama Rafflesia titan diterima sebagai sinonim, tetapi flora oleh karena Rafflesia adalah tumbuhan diosius, di mana
tersebut lebih dikenal dengan Rafflesia arnoldii (Susatya organ jantan dan organ betina terdapat pada dua induvidu
et.al., 2005). Rafflesia arnoldii didasari atas koleksi yang berlainan dan kemungkinan amat kecil untuk
spesimen dari Arnold dan Raffles dari ekspedisi yang menemui dua kuntum Rafflesia, dimana satu jantan dan
mereka lakukan pada tahun 1818 di Pulau Lebar, satu betina saling berdekatan (Nais, 2004). Rafflesia juga
Perkampungan Sungai Mannam - bagian Bengkulu disebut sebagai parasit ganda karena tidak membuat
Selatan. Robert Brown yang telah mempublikasikan makanan sendiri melainkan mengambilnya dari inang, dan
Rafflesia arnoldii untuk mengenang kedua penemunya itu tumbuhan tersebut tidak menyediakan untuk agen
pada tahun 1821. penyerbukan melainkan agen penyerbukan secara
langsung mendatangi bunga yang lagi mekar, karena bau
Daur Hidup khasnya. (Beaman et.al., 1998).

Apabila ditinjau dari daur hidupnya,


Rafflesia menghabiskan waktu empat hingga
lima tahun untuk melengkapkan satu daur

www.wikipedia.com
hidupnya (Nais, 2004). Daur hidup Rafflesia
diawali dengan biji benih yang selanjutnya
akan berkembang menjadi tunas dan
biasanya tunas bunga Rafflesia tersebut akan
terlihat sebagai benjolan sebesar ibu jari
yang keluar dari batang atau akar tumbuhan
inangnya. Tunas-tunas bunga ini akan
berkembang dan ketika matang akan
menyerupai kol. Tunas rata-rata memerlukan
waktu selama sekitar enam bulan untuk
menjadi matang. Setelah tunas bunga
Rafflesia matang, maka akan berkembang
lagi menjadi bunga yang mekar dengan
sempurna (Nais, 2001). Biasanya bunga
Rafflesia akan mekar selama 4 sampai
dengan 7 hari dan setelah itu akan
menghitam dan membusuk. Setelah
beberapa hari mekar tersebut, terjadi
perkecambahan untuk pembentukan biji
kembali. Proses ini akan berlangsung Rafflesia arnoldii
berterusan untuk pembentukan tunas bunga

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


12
Rafflesia di Indonesia harus kita jaga dengan sebaik-baiknya, baik itu oleh
Departemen Kehutanan (dalam hal ini manajemen
Salah satu keunikan Rafflesia adalah karena tumbuhan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser),
ini yang hanya tersebar di wilayah Asia Tenggara. Di pengunjung, maupun masyarakat umum. Sampai
Indonesia, Rafflesia tersebar di Pulau Sumatera, dengan saat ini para peneliti belum ada yang berhasil

K
Kalimantan, Jawa dan Bali. Indonesia mempunyai dengan sempurna membudidayakan Rafflesia, baik itu

K EE
spesies Rafflesia terbanyak dibandingkan negara- dengan cara ex situ mau pun in situ. Maka dari itu, satu
negara kawasan Asia Tenggara lainnya, yaitu sebanyak populasi Rafflesia menjadi sesuatu sangat berharga
11 spesies yang kesemuanya adalah endemik. Adapun bagi kelangsungan tumbuhan langka ini. Banyak sudah

H AH
spesies-spesies yang dimiliki Indonesia adalah sebagai spesies Rafflesia yang terancam punah karena ulah
berikut: Rafflesia arnoldii R.Brown., Rafflesia arnoldii tangan-tangan orang yang tidak bertanggung jawab,
var.atjhensis (Koord) Meijer, Rafflesia microphylora karena illegal logging, atau karena kejadian alami

TI A T I
Meijer, Rafflesia patma Blume, Rafflesia rouchesenii seperti tumbangnya pohon-pohon yang ada di sekitar
Teisjman.&Binn, Rafflesia hasseltii Suringar, Rafflesia populasi Rafflesia, dan 'hilang'-nya tunas-tunas
borneensis Koorder, Rafflesia ciliata Koorders, Rafflesia karena dimakan hewan.
Rafflesia witkampii Koorders, Rafflesia zollingeriana
Koorders, Rafflesia gadutensis Meijer, Rafflesia Konservasi Rafflesia hendaklah dilakukan dengan
bengkuluensis Susatya,Arianto&Mat-Salleh. serius dan dengan sebenar-benarnya karena tumbuhan
langka ini juga merupakan aset bangsa yang akan
Rafflesia di Taman Nasional menjadi kebanggaan rakyat Indonesia. Tanggung jawab
menjaganya adalah tanggung jawab kita. Dengan
Rafflesia merupakan icon dari beberapa taman nasional langkah sosialisasi kepada masyarakat setempat,
maupun kawasan cagar alam di Indonesia, beberapa diharapkan populasi Rafflesia dapat terlindungi dan
diantaranya adalah Taman Nasional Gunung Leuser, dapat bertahan selamanya.***
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman
*)
Nasional Batang Gadis, Cagar Alam Batang Palupuh, Staf Peneliti LIPI, Puslit Biologi, Bidang Botani di
Cagar Alam Rimbo Panti, Hutan Lindung Ulu Gadut, Cibinong Science Center
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Taman Nasional
Kerinci Seblat, Cagar Alam Pananjung Pangandaran,
Cagar Alam Luewung Sancang, Taman Nasional Meru Rujukan
Betiri. Rafflesia dijadikan daya tarik bagi taman-taman
nasional tersebut khususnya untuk menarik wisatawan. Beaman, R.S,. Decker, P.J & Beaman J.H. 1998.
Pollination of Rafflesia (Rafflesiaceae). American
Untuk kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yang Journal of Botany 75(8): 1148-1162.
merupakan kawasan yang telah dikenal dan diakui
dunia internasional memiliki tingkat keanekaragaman Davis, CC., Latvis, M., Nikcrent, D.L, Wurdack, K.J.,
flora dan fauna sangat tinggi, Rafflesia sangat beragam Baum, D.A. 2007. Floral Gigantism in Rafflesiaceae.
spesiesnya. Taman nasional ini mempunyai wilayah Science 315, Issue 5820,pp.
yang meliputi dua provinsi yaitu Nangroe Aceh
Darusalam dan Sumatera Utara. Untuk kawasan di Meijer, W. 1997. Rafflesiaceae. Flora Malesiana. Ser.1
sekitar Taman Nasional Gunung Leuser wilayah Aceh, (13):1-42.
telah ditemukan Rafflesia arnoldii di daerah Sungai
Jernih dan Lokop-Kabupaten Gayo Lues, Rafflesia Nais, J. 2001. Rafflesia of The World. Kota Kinabalu:
arnoldii var. atjehensis dilaporkan telah ditemukan di Sabah Park in Assosiation with Natural History
daerah Lokop (Meijer, 1997) dan Rafflesia Publicating (Borneo) Sdn, Bhd.
microphylora dilaporkan dapat ditemukan di kawasan
Jejak Leuser

Ketambe. Sedangkan Rafflesia rouchesenii dapat Nais, J. 2004. Rafflesia Bunga Terbesar di Dunia.
ditemui di daerah Berastagi, Kabupaten Karo, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Sumatera Utara.
Susatya, A., Arianto, W & Mat-Salleh, K. 2005.
Jadi, dengan banyaknya spesies Rafflesia yang telah Rafflesia bengkuluensis. (Rafflesiaceae) A new spesies
ditemukan di kawasan taman nasional tersebut from South Sumatera, Indonesia. Folia Malaysiana 6
hendaknya populasi-populasi Rafflesia ini benar-benar (3&4):139-152

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


13
Hipposideros cervinus,
si Kudanil Terbang

Esti Asmalia*)

K elelawar merupakan satu-satunya mamalia yang


memiliki kemampuan terbang. Mereka sering
dihubungkan dengan dunia kegelapan dan
makhluk penghisap darah yang menyeramkan. Mitos ini
menjadi salah satu alasan mengapa kelelawar cenderung
Alat bantu yang memungkinkan kelelawar untuk terbang
adalah sepasang sayapnya. Sayap ini sesungguhnya
merupakan lembaran otot dan serat elastis berlapis kulit
yang digerakkan oleh otot lengan. Otot-otot penggerak
sayap ini sama dengan yang digunakan manusia untuk
dianggap sebagai hewan pengganggu, sehingga mengepakkan kedua lengannya, namun secara
keberadaannya acapkali terpinggirkan. Padahal di balik proporsional beberapa kali lebih kuat. Sementara rangka
anggapannya sebagai hama, kelelawar ternyata memiliki sayapnya merupakan perkembangan dari tangan dan jari-
fungsi ekologis yang tidak kecil. Kelelawar pemakan buah jari tangan. Tulang-tulang lengan dan jari-jari kedua
(fruit-eating bats) mendukung pemencaran biji, kelelawar hingga kelima menyangga sayap. Jari pertama berbentuk
penyerbuk (pollinator bats) 'berjasa' dalam seperti kuku dan dipakai untuk merangkak,
proses penyerbukan pada beberapa jenis membersihkan diri dan pada spesies
pohon komersial, seperti durian dan tertentu untuk berkelahi dan memegang
kelelawar pemangsa serangga makanan (Hutapea, 1992).
(insectivorous bats) berperan dalam
mengendalikan populasi hama. Kelelawar, seperti kebanyakan mamalia
berkembang biak dengan melahirkan. Pada
Ada banyak fakta mengagumkan mengenai kelelawar pemangsa serangga, betina
kelelawar. Selain kemampuan terbangnya, melahirkan dengan kaki keluar terlebih
kemampuan fisiologi tubuh kelelawar juga dahulu, sementara mamalia lain kepalanya
luar biasa. Pada musim dingin di kawasan keluar lebih dulu (Suyanto, 2001). Mereka
subtropik, kelelawar tidur dan mampu umumnya adalah monotocous
menurunkan laju metabolisme tubuhnya (berkembang biak sekali setahun) dengan
sehingga bisa bertahan hidup tanpa makan; masa kehamilan 3-6 bulan dan melahirkan
keadaan ini disebut masa dorman. Pada CO2 sepanjang periode 2 3 minggu pada awal
sebesar 21.000 ppm (50 kali kadar CO2 di musim panas (sekitar bulan Juni) ketika
udara normal) dan kemampuan amonia ketersediaan pakan melimpah. Biasanya
sebesar 5.000 ppm, kelelawar masih hanya 1 anakan yang dilahirkan. Sang anak
mampu bertahan hidup. Sementara kemampuan manusia tumbuh dengan cepat dan mampu
untuk bertahan hidup pada kadar CO2 yang sama hanya ¼ mencapai ukuran hampir 90% besar induknya ketika mulai
nya dan hanya mampu bertahan hidup selama satu jam disapih (usia 4 - 6 minggu). Mereka masih terus menyusu
dalam kadar amonia sebesar 100 ppm saja (Constantine pada induknya sampai hampir dua bulan berikutnya. Jika
1970 dalam Suyanto, 2001). proporsi tersebut dibandingkan dengan manusia dewasa
dengan berat 60 kilogram, maka bayi yang disusuinya
seberat 54 kilogram.

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


14
GEF/opwall

K
K EE
H AH
segitiga lebar dan besar menyerupai telinga

TI A T I
kucing. (Anonim, 1997).

Mamalia primitif ini merupakan fauna


crepuscular. Mereka aktif setelah matahari
terbenam dan menjelang pagi hari. Biasanya
mereka keluar dari gua tempat mereka
bergantung (roosting) untuk mencari pakan
(foraging) di bawah kanopi hutan. Yang
termasuk dalam diet mereka antara lain kumbang,
Secara umum, kelelawar (ordo Chiroptera) dibagi rayap, semut dan kecoa. Saat mencari pakan, spesies ini
menjadi dua sub-ordo, yaitu Megachiroptera dan sering terbang rendah dekat dengan tanah atau vegetasi
Microchiroptera. Termasuk dalam sub-ordo yang rapat. (Bonaccorso, 1998).
Megachiroptera adalah kelelawar pemakan buah,
kelelawar penyerbuk dan rubah terbang (flying fox), Lain halnya dengan kelelawar pemakan buah yang
sementara kelelawar pemangsa serangga termasuk indera penglihatannya berfungsi baik, kelelawar
dalam sub-ordo Microchiroptera. Selain diet, pemangsa serangga (termasuk didalamnya
perbedaan kedua sub-ordo tersebut terletak pada Hipposideros cervinus) tidak menggunakan mata
ukuran tubuhnya. Keluarga sub-ordo Megachiroptera secara maksimal sebagai indera penglihatan. Mereka
relatif lebih besar jika dibandingkan dengan sub-ordo menggunakan telinga, mulut dan lubang hidung
Microchiroptera. sekaligus sebagai perangkat orientasi yang disebut
dengan ekolokasi. Mulut atau lubang hidung kelelawar
Satu dari sekian banyak kelelawar dari sub-ordo akan mengeluarkan suara ultrasonik dengan rerata
Microchiroptera yang hidup di Indonesia adalah kekerapan 50 kHz. Jika menabrak suatu benda,
Hipposideros cervinus (Fawn Nose-leaf Bats atau
Gould's Nose-leaf Bats) yang ditemukan pertama kali
oleh Gould tahun 1863. Spesies anggota famili
Hipposideridae dengan nama lokal Barong Rusa ini

GEF/opwall
tersebar di Australia, Kepulauan Solomon, Afrika,
Vanuatu, Filipina, Pulau-pulau di Pasifik, Brunei,
Papua New Guinea dan Malaysia. Di Indonesia
ditemukan di Sumetera, Kalimantan, Papua, Sulawesi,
Pulau Kangean, Pulau Kai, Pulau Bacan, Kepulauan
Aru dan Maluku (Suyanto, 2001).

Wajah Hipposideros cervinus sebagaimana layaknya


anggota keluarga Hipposideridae lainnya menyerupai
kudanil (Hippopotamus). Dari kenampakan morfologi
Jejak Leuser
Jejak Leuser

wajah inilah penamaan famili Hipposideridae muncul.


Pada jenis Hipposideros cervinus bagian hidungnya
terdiri dari dua lipatan kulit lateral yang berwarna
merah jambu keabu-abuan dan daun hidung median
lebih sempit daripada daun hidung posterior (Payne,
2000). Warna bulu bagian atas pada Hipposideros
cervinus dewasa berwarna coklat, pada juvenil
berwarna agak kehitaman. Bulu tubuh bagian bawah
berwarna lebih pucat sementara telinga berbentuk

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


15
gelombang ini akan memantul sebagai gema, dengan cara kelelawar seringkali berkurang populasinya selama
inilah Hipposideros cervinus dan kelelawar pemangsa beberapa waktu setelah proses pengambilan guano. Proses
serangga lainnya dapat mengukur jarak suatu benda. Hal ini mencari tempat roosting yang baru akan menimbulkan
yang membuat mereka tidak saling bertabrakan ketika stress tersendiri pada kelelawar. Jika keadaan ini berlanjut
terbang bersama koloninya atau saat mencari pakan pada maka kelelawar yang trauma tidak akan kembali lagi ke gua
vegetasi yang rapat. dimana mereka bersarang sebelumnya. Ini kemudian yang
akan memicu terjadinya kepunahan lokal.
Status konservasi si 'kudanil terbang' ini termasuk low risk
(resiko rendah). Meski demikian mereka tetap menghadapi Kepunahan lokal Hipposideros cervinus disuatu tempat
resiko kepunahan lokal akibat aktivitas manusia yang berarti berkurangnya predator serangga di kawasan
merangsek ke dalam habitat asli mereka. Kebanyakan tersebut. Jika keberadaan hama menjadi faktor pengganggu
aktivitas manusia terkait dengan kelelawar adalah proses bagi tanaman pertanian atau tanaman bernilai komersial
pengambilan kotoran kelelawar (guano) yang lainnya, maka keberadaan kelelawar pemangsa serangga
dimanfaatkan sebagai pupuk. Untuk mendapatkan guano menjadi elemen yang penting dalam menjaga
orang harus masuk ke gua tempat kelelawar bersarang. keseimbangan ekosistem dan rantai makanan.
Proses pengambilan guano sendiri secara otomatis
mengganggu aktivitas kelelawar di habitat alami mereka. *) Project Secretary International Tropical Timber
Organization (ITTO) PD 396/06 Rev.2 (F), Jakarta
Habitat Hipposideros cervinus adalah hutan hujan primer
dan hutan hujan sekunder, tegakan eukaliptus, taman,
perkebunan dan daerah pinggiran kota dengan ketinggian Referensi
rendah sampai pegunungan. Sementara tempat roosting
mereka adalah didalam gua dengan kedalaman dangkal Anonim. 1997. Family Hipposideridae. Operation
sampai sedang, areal penambangan, terowongan, rumah- Wallacea. Buton
rumah tua yang kosong dan lubang pohon (Bonaccorso,
1998). Bonaccorso, F. J. 1998. Bats of Papua New Guinea.
Conservation International. Washington D.C
Dalam buku yang bertajuk Biologi Konservasi, Primack
et.al (1998) menyebutkan bahwa spesies yang membentuk Hutapea, G., 1992. Seri Eyewitness: Mamalia .
kelompok secara tetap atau sementara sangat rentan dengan Incorporated with The Natural History Museum. Bentara
kepunahan lokal, termasuk contoh di dalamnya adalah Antar Asia. Jakarta
kelelawar. Mereka mencari makan sendiri pada malam hari
dan akan menetap pada malam hari secara bersama-sama Payne, J., 2000. Panduan Lapangan Mamalia di
pada gua yang sama. Sehingga tidak menutup Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam. The
kemungkinan terjadinya pengurangan populasi atau Sabah Society and World Conservation Society Indonesia
bahkan kepunahan lokal jika tempat mereka bersarang Program
terganggu akibat maraknya aktivitas manusia.
Primack, J.B., Jatna Supriatna 1998. Biologi Konservasi.
Hipposideros cervinus sebagaimana mamalia lainnya Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
tergolong learning animals terjemahan umumnya adalah
hewan yang mampu belajar. Jika habitatnya terganggu, Suyanto, A., 2001. Seri Panduan Lapangan Kelelawar di
seringkali kelelawar enggan kembali ke sarang mereka Indonesia. Puslitbang Biologi LIPI. Balai Penelitian
selama periode tertentu. Ini yang lantas membuat gua-gua Botani Herbarium Bogoriense. Bogor

Cinta itu sebuah perjuangan


Cinta tidak pernah datang dengan cara murah datang dari langit
Semuanya harus kita perjuangkan
Dan seringkali cinta itu baru mekar setelah kita melewati berbagai macam derita
....
....
....
Derita bukan musuhnya cinta
Derita itu sedang membuat cinta lebih dewasa

(Sebuah pesan cinta Gde Prama - diungkapkan di Kick Andy)


Vol. 4 No. 10 Tahun 2008
16
K
K EE
H AH
Lumut-lumut di Sekitar Kita

TI A T I
Oleh: Iskandarudin*)

L umut merupakan tumbuhan tingkat rendah


yang termasuk dalam divisi Bryophyta.
Meliputi kurang lebih 1.500 jenis dan 1.000
marga, lumut merupakan kelompok tumbuhan yang
dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan daratan.
Di Indonesia, penyebaran populasi dan kekayaan
spesies lumut tergolong sangat tinggi. Namun sayang,
informasi dan pengetahuan tentang Bryophyta tersebut
masih belum dapat digali maksimal dikarenakan
Cara penyebaran kelompok tumbuhan ini adalah minimnya ketertarikan masyarakat, terutama kalangan
dengan spora. Lumut diperkirakan telah mendiami akademisi akan tumbuhan tingkat rendah ini,
bumi sejak kurang lebih 350 juta tahun yang lalu. dibandingkan negara-negara maju yang telah
Bryophyta dapat ditemukan di semua habitat kecuali di melakukan riset secara terpadu dan lengkap. Bahkan
laut, mulai dari padang pasir sampai ke hasil penelitian dan informasi mereka
hutan hujan basah, dan dari daerah tropis saat ini telah banyak dipublikasikan.
sampai ke daerah alpin.
Apakah Beda Lumut, Alga dan
Pada umumnya tumbuhan lumut menyukai Tumbuhan Berbiji?
tempat-tempat yang basah dan lembab di
dataran rendah sampai dataran tinggi. Dalam skala evolusi, lumut berada di
Tumbuhan ini sering disebut sebagai antara ganggang hijau dan tumbuhan
tumbuhan pioneer atau tumbuhan perintis, berpembuluh (pakis dan tumbuhan
karena lumut dapat tumbuh dengan berbagai berbiji). Persamaan antara ketiga
kondisi pertumbuhan, sekalipun tumbuhan kelompok ini adalah ketiganya
tingkat tinggi tidak bisa tumbuh di suatu mempunyai pigmen fotosintesis
tempat. Lumut merupakan tumbuhan berupa klorofil A dan B, dan pati
pertama yang tumbuh ketika awal suksesi sebagai cadangan makanan utama.
pada lahan yang rusak atau daerah dengan Perbedaan mendasar antara
Jejak Leuser

hara yang miskin. Setelah areal ditumbuhi ganggang dengan lumut dan
lumut, areal tersebut akan menjadi media tumbuhan tinggi adalah kedua
yang cocok untuk perkecambahan dan kelompok tumbuhan terakhir telah
pertumbuhan tumbuhan lainnya. beradaptasi terhadap lingkungan
darat yang kering dengan mempunyai organ
Tumbuhan ini memiliki keanekaragaman spesies dan reproduksi (gametangium dan sporangium) selalu
keindahan yang tinggi, serta memiliki variasi habitat terdiri dari banyak sel (multiseluler) dan dilindungi
yang luas. Lumut dapat tumbuh menutupi batu-batuan, oleh lapisan sel-sel mandul, zigotnya berkembang
batang pohon, dinding, batu bata, juga bisa berupa menjadi embrio dan tetap tinggal di dalam
hamparan seperti karpet hijau. gametangium betina. Oleh karena itu lumut dan

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


17
ke sel-sel untuk langsung dipergunakan. Pada beberapa
Harry Wiriadinata

jenis terdapat modifikasi struktur daun yang berfungsi


untuk memperluas area penyerapan air/ nutrisi.

Ciri khas yang dimiliki Bryophyta adalah sistem


reproduksinya. Tumbuhan ini memiliki generasi gametofit
yang dominan. Sedangkan pada tumbuhan tingkat tinggi,
generasi gametofit-nya tereduksi. Tumbuhan ini memiliki
organ seks (antheridia dan arkegonia) dan gamet (sperma
dan sel telur). Sporofit yang menghasilkan spora tidak
dapat hidup sendiri, sehingga tetap melekat pada
gametofit. Suplai air dan nutrisi bagi sporofit sangat
bergantung pada gametofit.

Siklus Hidup
Lumut dari kelas Bryopsida (lumut daun) menempel pada
batang pohon yang masih hidup Lumut dapat memperbanyak diri dengan menggunakan
spora. Spora tersebut akan berkecambah menjadi
protonema dan tumbuh menjadi tumbuhan lumut baru
tumbuhan vascular (tumbuhan tinggi) pada umumnya ketika menemukan substrat yang cocok. Tubuh lumut yang
merupakan tumbuhan darat, tidak seperti ganggang yang baru disebut gametofit, biasanya berwarna hijau, memiliki
kebanyakan aquatik. Dan lumut dapat dibedakan dari daun atau thallus. Struktur gametofit memiliki jenis
tumbuhan tinggi terutama karena lumut tidak mempunyai kelamin, ada yang jantan (antheridium) dan ada yang
sistem pengangkut air dan makanan. Lumut termasuk betina (arkegonium). Masing-masing gametofit
kelompok tumbuhan dengan ketidakadaan jaringan menghasilkan gamet yang berupa sperma dan sel telur. Jika
vaskular. Meskipun beberapa spesies memiliki batang, keduanya bertemu (sperma membuahi sel telur), maka
tetapi tumbuhan ini tidak memiliki susunan jaringan pada tubuh arkegonium akan berkembang dan struktur
pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. yang disebut sporofit. Sporofit inilah yang merupakan
organ penghasil spora.
Beberapa Bryophyta ada yang memiliki daun tetapi ada
juga yang tidak. Jenis yang tidak memiliki daun hanya Berbeda dengan paku-pakuan, sporofit pada lumut tumbuh
berupa hamparan tubuh yang disebut thallus. Struktur melekat dan memperoleh makanan pada gametofit.
thallus seperti ini tidak dijumpai pada tumbuhan tingkat Ukuran sporofit biasanya lebih kecil dari pada gametofit.
tinggi. Seperti kelompok tumbuhan lainnya, Bryophyta Sporofit melekat pada gametofit di bagian reseptakel/ kaki,
memiliki klorofil, sehingga umumnya memiliki warna dan biasanya didukung oleh seta (tangkai). Di ujung seta,
hijau. Tetapi, daunnya kadang tidak memiliki terdapat kapsul yang di dalamnya merupakan tempat
tulang daun. Tulang daun biasanya ada pada

Angela E Newton
kelompok lumut daun (musci), kadang terdapat
satu sampai dua tulang daun. Struktur stomata
pada tumbuhan tinggi umumnya tidak
dijumpai, tetapi Bryophyta memiliki pori yang
fungsinya hampir sama seperti stomata.
Perbedaannya, pori selalu berada dalam
keadaan terbuka, dan tidak bisa menutup atau
membuka seperti pada stomata.

Bryophyta tidak memiliki akar seperti


tumbuhan tingkat tinggi, tetapi memiliki
rhizoid. Rhizoid hanya berfungsi sebagai alat
untuk melekatkan diri pada substrat, tetapi
tidak berfungsi dalam menyerap nutrisi.
Bryophyta menyerap nutrisi dengan
menggunakan seluruh bagian tubuhnya kecuali
rhizoid. Daun, batang atau thallusnya memiliki
pori yang bisa mengalirkan air, gas dan nutrisi
Kapsul lumut yang di dalamnya terdapat spora spesies dari Rhizogonium
armatum

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


18
Monica Suleiman

Anthocerotopsida atau lumut tanduk tidak mempunyai


daun tetapi ber-thallus. Merupakan kelompok lumut
dengan jumlah spesies yang terkecil dibanding
kelompok lumut lainnya. Menurut Prof. Stephan
Robbert Gradstein, seorang ahli lumut dari Universitas

K
Gottingen Jerman, lumut tanduk meliputi ± 100

K EE
spesies. Lumut tanduk gampang dibedakan dengan
jenis lumut lainnya karena mempunyai antena atau
”tanduk” yang merupakan kapsul tempat

H AH
penyimpanan spora. Apabila spora akan keluar maka
kapsul terbelah dua dan spora yang berwarna
kekuningan keluar secara sangat perlahan.

TI A T I
Hepaticopsida dikenal sebagai lumut hati yang kurang
Leucobryum javense lebih 5.000 spesies. Gametofit lumut hati mempunyai
struktur morfologi yang bervariasi. Ada dua tipe lumut
hati, yaitu lumut hati ber-thallus (thallose liverwort)
penghasil spora. Jika spora matang, kadar air dalam
dan lumut hati berdaun (leafy liverwort). Berbeda
kapsul berkurang, penutup kapsul (operkulum) akan
dengan lumut daun, helaian daun lumut hati tidak
lepas atau kapsul akan pecah, sehingga spora akan
mempunyai tulang daun (costa). Lumut hati melekat
keluar dengan dibantu oleh gerakan higroskopis dari
pada substrat dengan rizhoid uniselluler. Pada
beberapa organ yang terdapat di dalam kapsul.
kebanyakan lumut hati ber-thallus, selain rhizoid juga
dijumpai sisik-sisik.
Angin sangat berjasa dalam penyebaran spora lumut.
Spora akan ”mengembara” tertiup angin hingga
Manfaat dan Potensi
menempel di suatu tempat. Air juga memberi
kontribusi dalam penyebaran spora di permukaan
Secara ekologi, Bryopyta memiliki peranan penting,
bumi. Bila hujan datang maka spora akan mengalir
sebagi tumbuhan perintis dalam menciptakan habitat
terbawa air dari tempat yang tinggi ke tempat yang
primer dan sekunder setelah adanya perusakan
lebih rendah. Setelah spora menemukan substrat yang
lingkungan. Bryophyta merupakan rumah bagi
cocok sebagai media tumbuhnya, maka keluarlah si
invertebrata, dan sebagai material pembuatan sarang
lumut muda dan siklus kehidupanpun berlanjut.
burung. Divisi ini memiliki peran yang penting dalam
menjaga porositas tanah dan mengatur tingkat
Klasifikasi
kelembaban ekosistem, karena kemampuannya dalam
menahan dan menyerap air, mencegah erosi lahan,
Divisi Bryophyta terdiri dari tiga kelas
sumber pakan bagi serangga dan beberapa spesies
1. Kelas Bryopsida/ Musci (Lumut daun).
hewan lainnya. Sampai dengan saat ini, masih belum
2. Kelas Anthocerotopsida/ Anthocerotae (Lumut
ditemukan spesies lumut yang mengandung racun.
tanduk)
3. Kelas Hepaticopsida/ Hepaticae (Lumut hati)
Bryophyta juga dapat digunakan sebagai indikator
pencemaran udara. Spesies-spesies tertentu sangat
Bryopsida dikenal sebagai lumut daun atau lumut
peka terhadap perubahan komposisi gas di udara. Jika
sejati, merupakan kelas yang terbesar dalam
udara sudah penuh dengan polutan, lumut tidak bisa
Bryophyta (± 9.000 spesies). Hampir semua
tumbuh dengan baik, bahkan bisa mati.
anggotanya mempunyai gametofit yang telah
terdiferensiasi sehingga dapat dibedakan bentuk-
Para ahli sudah mulai banyak meneliti komposisi zat
bentuk seperti batang, cabang dan daun. Sporofit-nya
yang dikandung lumut, beberapa diantaranya
berumur panjang, berwarna kecoklatan terdiri atas
mengandung antibiotik, juga dipakai sebagai material
kaki yang berfungsi untuk menyerap nutrisi dari
tambahan dalam industri kosmetik dan zat lain yang
gametofit, dan kapsul yang disangga oleh seta. Ciri
Jejak Leuser

memiliki khasiat obat.


khas yang membedakan lumut daun dengan kelas
lumut lainnya adalah susunan atau kedudukan daun
Keunikan dan keindahan lumut juga memberikan nilai
yang umumnya tersebar mengelilingi tangkai. Lumut
lebih, terutama untuk orang yang menyenangi seni.
daun umumnya dibagi kedalam dua bagian yaitu
Lumut memiliki potensi sebagai tanaman hias, karena
lumut daun yang tumbuh tegak (acrocarpus mosses)
bentuk dan keragaman jenisnya. Di negara seperti
dan lumut daun yang menjalar (pleurocarpus mosses).
Singapura, sudah ada lumut yang dijadikan tanaman
bersambung ke hal. 22.
Lumut-lumut....

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


19
Konservasi di Era Kolaborasi

*)
Bambang S. Antoko

K awasan hutan sampai saat ini masih dipandang


orang hanya sebagai kumpulan kayu semata yang
dapat dieksploitasi seluruhnya tanpa
memperhatikan unsur kelestariannya. Tidak bisa
dipungkiri bahwa sebagian besar daerah di Indonesia
bahkan sudah dilaksanakan secara turun temurun pada
beberapa kelompok masyarakat lokal di Indonesia. Seperti
kegiatan repong damar di Lampung, budidaya rotan di
Kalimantan dan lain sebagainya. Artinya masyarakat
(terutama masyarakat sekitar hutan) secara keseluruhan
dalam hal pembangunan ekonomi masih sangat bergantung mulai menyadari bahwa secara langsung atau tidak
pada hasil dari eksploitasi sumberdaya alam (SDA). Secara langsung, hutan dan keunikannya mempunyai peran yang
langsung dan tidak langsung hal ini telah menyebabkan sangat besar baik sebagai pengatur dan pelindung tata air
hilangnya kawasan hutan beserta keanekaragaman maupun sebagai wadah besar dari sekumpulan tanaman
hayatinya, termasuk dalam hal kerusakan serius dan yang mereka budidayakan.
hilangnya habitat bagi flora fauna endemik daerah
Di sisi lain, pada era otonomi daerah sekarang ini makin
tersebut. Sebagian besar orang sepertinya belum terbiasa
banyak pemerintah daerah (Pemda) yang menyadari peran
membayangkan bahwa kawasan hutan
besar keberadaan hutan termasuk bagi
bisa mempunyai peran yang sangat
peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)-nya.
powerfull terkait fungsinya dalam
Sebagai contoh, Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
melindungi kehidupan lain termasuk
Indragiri Hulu telah menginvestasikan jutaan
manusia, dengan caranya sendiri, tanpa
rupiah bekerjasama dengan Balai Taman Nasional
kita sadari.
Bukit Tigapuluh (TNBT) untuk membangun
Valuasi terhadap sumberdaya alam kawasan wisata air terjun khas batu granit, yang
terutama hutan yang belum lengkap dan berada di dalam zona pemanfaatan TNBT. Contoh
terinci diduga menjadi salah satu sebab lain adalah proses pembentukan Taman Nasional
dari begitu mudahnya kawasan ini Batang Gadis (TNBG) di Mandailing Natal,
dialihfungsikan menjadi areal Sumatera Utara yang diawali dari kesepakatan
peruntukan dan kepentingan lain seperti dan kesadaran tinggi multi stakeholders yang ada
perkebunan, pertambangan dan energi, di daerah tersebut terhadap peran konservasi
jalan raya dan lain-lain. Kegiatan untuk melindungi kepentingan-kepentingan masa
konservasi pada beberapa kasus masih depan yang lebih besar. Dan yang baru-baru ini
dianggap sebagai cost center belaka. terjadi adalah dukungan dan kemauan keras dari
Tidak seperti kegiatan-kegiatan pada sektor lain, Pemda Tapanuli Selatan (Tapsel) untuk mengusulkan
sebagaimana tersebut di atas, yang mampu mendatangkan empat taman nasional baru di wilayahnya yang merupakan
keuntungan secara cepat (benefit center). alih fungsi dari kawasan hutan lindung, hutan produksi,
hutan bekas tebangan maupun areal HPH habis konsesi.
Beberapa kegiatan konservasi yang tidak semata hanya
Para pemangku kepentingan di Tapsel beranggapan bahwa
konservasi melulu sudah mulai berkembang di masyarakat
keberadaan taman nasional sebagai perwujudan kegiatan

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


20
Ratna Hendratmoko

W
WAC
AA NCA A N A
Bekerja sama dan sama-sama bekerja... Sebuah ‘kolaborasi’ BBTNGL dengan
masyarakat dalam pembibitan tanaman GERHAN di Sekoci, Kab. Langkat.

konservasi sumberdaya alam akan mampu melindungi dan saving dana dari bencana banjir 24,8 milyar/tahun
aset-aset berharga mereka di bidang lain di masa (Conservation International, 2006). Yang harus diingat
mendatang dibanding jika kawasan tersebut adalah bahwa kejadian bencana yang telah dan saat ini
dialihfingsikan untuk kepentingan sesaat menjadi terjadi, jika tanpa disikapi dengan positive effort dari
kawasan HPH, HPT ataupun areal pertambangan. kita semua, adalah seperti menunggu meledaknya bom
waktu yang tanpa kita sadari telah dinyalakan
Beberapa kejadian bencana yang terjadi akibat over
sumbunya. Tentunya dengan akibat dan kerugian yang
exploitation terhadap sumberdaya alam termasuk
lebih luar biasa dibanding pada saat ini.
kawasan hutan telah menimbulkan kerugian yang tidak
sedikit. Data Greenomics & CI (2005) menyebutkan Untuk itu Pemerintah Republik Indonesia melalui
bahwa total kerugian akibat banjir pada tahun 2003 di Departemen Kehutanan sebagai pemegang otorita
Provinsi Riau dan 7 kabupaten setara dengan 832,1 pengelolaan di kawasan konservasi saat ini telah
milyar rupiah atau 95 % dari total investasi. Padahal mengeluarkan sebuah payung hukum dalam hal
pada tahun 2002 telah diinvestasikan 876, 5 milyar pengelolaan kolaborasi di Kawasan Suaka Alam (KSA)
rupiah dalam APBD untuk biaya pembangunan sektor dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) melalui
publik. Sebagai upaya antisipasi terhadap kejadian Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-
banjir maka setiap tahun antara 2003-2005 telah II/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan
dialokasikan biaya sebesar sepertiga APBD. Data Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Ini
CRED-EMDAT, 2005 menyebutkan bahwa selama merupakan suatu niatan baik dalam merangkul semua
kurun waktu 1975-2005 total kerugian yang pemangku kepentingan (stake holders) di KSA dan atau
diakibatkan oleh banjir di region Asia menempati KPA untuk bersama-sama merancang dan
urutan kedua setelah gempa bumi yaitu sebesar US$ mengembangkan pola kolaboratif yang hasil akhirnya
161.095.953.000. Namun demikian kerugian secara adalah demi terciptanya pengelolaan yang lestari pada
ekonomi akibat banjir pada kawasan Asia sepanjang kawasan konservasi itu sendiri. Sebagai sebuah proses,
Jejak Leuser

tahun tersebut merupakan yang terbesar untuk seluruh model pengelolaan kolaborasi ini perlu didukung dan
dunia (region Afrika, Amerika, Eropa dan Oseania). segera diwujudkan dalam praktek yang nyata. Tentunya
Fakta tersebut membuktikan bahwa keuntungan yang membutuhkan kerjasama, kepedulian, komitmen dan
didapat dari eksploitasi sumberdaya alam sangat tidak sikap saling terbuka serta respek positif dari semua
sebanding dengan total kerugian yang harus ditanggung stake holders.
akibat bencana. Nilai ekonomi parsial DAS Batang
Kenyataan bahwa makin banyak Pemda yang peduli
Gadis, dimana kawasan TNBG termasuk di dalamnya,
terhadap peran besar konservasi (hutan dan
jika dikelola secara lestari adalah minimal sekitar 44,4
sumberdaya alam lainnya) akan menimbulkan apresiasi
milyar rupiah yang diperoleh dari nilai air untuk rumah
yang tinggi dari masyarakat di daerah tersebut.
tangga sebesar 7 milyar/tahun, perikanan senilai 10
Selanjutnya tentu akan mengubah gaya hidup dan pola
milyar/tahun, irigasi pertanian sebesar 2,6 milyar/tahun

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


21
pikir masyarakat ke arah yang lebih baik terhadap pendanaan internasional. Fenomena carbon trade atau
kepentingan konservasi secara global di masa kini maupun berjualan karbon hutan yang hanya bisa dilakukan jika
masa depan. Mungkin mereka berkaca dari pengalaman di hutan itu ada, pengembangan ekowisata yang prospektif
daerah lain yang telah mengeksploitasi secara besar- dan semakin mendapat tempat di mata penikmat
besaran sumberdaya alamnya dengan hasil akhir berupa lingkungan tanpa merusak lingkungan serta lain
bencana yang marak terjadi dan ancaman terhadap sebagainya turut menandai era baru konservasi. Atau juga
terjadinya bencana yang secara kontinyu akan terus terjadi. keberadaan proposal Reducing Emissions from
Dalam pandangan logis mungkin mereka beranggapan Deforestation in Developing Countries (REDD/ADD)
bahwa hasil sesaat dari eksploitasi yang membabibuta yang baru-baru ini digagas dan telah diajukan oleh
terhadap SDA tidak akan pernah mampu membayar Pemerintah Indonesia dalam Conference of Parties (CoP)
kerugian-kerugian yang telah dan akan ditimbulkan di of the United Nations Climate Convention (UNFCCC) ke-
kemudian hari. Termasuk ancaman bencana yang akan 13 yang diselenggarakan di Bali, Indonesia pada bulan
terjadi. Mereka dan kita semua harus sadar bahwa Desember 2007 yang lalu, dimana mekanisme tersebut
kehilangan kawasan hutan terutama di kawasan konservasi akan memberikan keuntungan lebih nyata dan lebih besar
merupakan suatu kerugian yang luar biasa dan secara pasti bagi daerah-daerah dan atau negara-negara yang mampu
akan menyebabkan efek domino terhadap terjadinya melindungi dan mempertahankan luasan kawasan
bencana baik skala kecil maupun besar. Mungkin beberapa hutannya. Bagi mereka yang belum berkiprah, tidak pernah
dari mereka, juga termasuk kita, akan mulai berpandangan ada kata terlambat untuk bergabung. Tentunya demi masa
bahwa konservasi ternyata bukan hanya sekedar depan dan eksistensi kita semua. ***
konservasi. Konservasi bukan lagi dianggap sebagai cost
*) Staf Peneliti pada Balai Litbang Kehutanan Sumatera,
center tetapi sudah mulai dan bisa menjadi benefit center.
Pematangsiantar, Sumatera Utara
Dalam hal pembiayaan konservasi saat ini juga telah
tersedia banyak pilihan yang dapat dimanfaatkan baik Email: bs_antoko@yahoo.com
internal funding maupun eksternal seperti dari sumber

Sambungan hal. 19.


Lumut-lumut....

hias, yang dipakai untuk menghiasi akuarium, dengan Damayanti, L., 2006. Koleksi Bryophyta Taman Lumut
harga yang cukup mahal. Selain itu, tumbuhan ini telah Kebun Raya Cibodas, Volume II Nomor 4. Seri koleksi
banyak digunakan sebagai alat dekorasi ruangan, maupun kebun raya LIPI, Cianjur.
sebagai penghias taman.
Gradstein, S.R., 2007. Biodiversity and Ecology of
Jadi, bagaimana dengan kita? Apakah bisa Bryophytes in Tropical Rainforest. Powerpoints. Biotrop
mengoptimalkan potensi dan peluang sumberdaya alam Fourth Regional Training Course on Biodiversity
yang kaya dan melimpah yang telah diberikan Tuhan? Atau Conservation of Bryophytes and Lichens. SEAMEO
malah mengabaikannya? Kita sedang membutuhkan BIOTROP, Bogor.
generasi penerus yang mau dan mampu menggali potensi
dan kekayaan alam negeri ini secara lestari untuk Hasan, M., 2003. Lebih Mengenal Lumut. Buletin
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.*** Edelweis. Vol X No.4 Triwulan IV Tahun 2003. Balai
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cianjur.
*)
Pengendali Ekosistem Hutan pada Seksi Pegelolaan
TNGL Wilayah V Bohorok, BPTNGL Wil. III, Balai Newton, E.Angela. 2007. Classification of Mosses.
Besar TNGL. Compilation of The Lecture Notes. Biotrop Fourth
Regional Training Course on Biodiversity Conservation of
Bryophytes and Lichens. SEAMEO BIOTROP,Bogor.
Bahan Bacaan:

Compilation of The Lecture Notes, Reprints, Powerpoints,


and Keys Related To The Course, 2007. Biotrop Fourth
Regional Training Course on Biodiversity Conservation of
Bryophytes and Lichens. SEAMEO BIOTROP, Bogor.

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


22
KHASANAH
KHASANAH
Prinsip Dasar pada GPS
(Global Positioning System)
*)
Bisro Sya’bani

N ama lengkapnya adalah NAVSTAR GPS


(Navigational Satellite Timing and Ranging
Global Positioning System; ada juga yang
mengartikan "Navigation System Using Timing and
Ranging"). Dari perbedaan singkatan itu, orang lebih
fee bulanan yang mesti dibayarkan agar dapat mengakses
sinyal satelit navigasi? Rupiah atau dollar? Tak perlu
khawatir karena kita tidak sedang membahas tentang televisi
berlangganan semisal Indovision atau Astro. Sampai saat ini
pihak Departemen Pertahanan Amerika Serikat masih
mengenal cukup dengan nama GPS. Terdiri dari bagian bermurah hati dan belum berniat menarik iuran. Artinya kita
ruang angkasa (satelit), bagian pengendali (stasiun bisa memencet tombol GPS sesuka kita dan posisi koordinat
bumi), dan bagian pengguna (user GPS) akan berjatuhan dari balik awan secara gratis.

GPS merupakan suatu sistem navigasi Bagaimana GPS Mengetahui Posisinya?


yang memanfaatkan satelit/alat
navigasi yang mampu menyajikan
posisi koordinat dimana tempat kita Satelit GPS mengelilingi bumi dua kali tiap
berdiri. Penerima GPS memperoleh harinya dalam ketepatan orbit yang tinggi
sinyal dari beberapa satelit yang dan mengirimkan sinyal informasi ke bumi.
mengorbit bumi. Satelit yang Penerima GPS mengambil informasi
mengitari bumi pada orbit pendek ini tersebut dan menggunakan triangulasi untuk
terdiri dari 24 susunan satelit, dengan menentukan dimana lokasi pengguna GPS
21 satelit aktif dan 3 buah satelit berada. Pada intinya penerima GPS
sebagai cadangan. Dengan susunan membandingkan waktu saat sinyal
orbit tertentu, maka satelit GPS bisa ditransmisikan oleh satelit dengan waktu
diterima di seluruh permukaan bumi saat diterima. Perbedaan waktu ini
dengan penampakan antara 4 sampai 8 memberitahukan kepada penerima GPS
buah satelit. GPS dapat memberikan berapa jaraknya dari satelit berada. Saat ini,
informasi posisi dan waktu dengan dengan pendekatan jarak dari lebih banyak
ketelitian sangat tinggi.
Jejak Leuser

Pertama kali yang mengorbitkan satelit GPS adalah


Departemen Pertahanan Amerika Serikat. GPS
pertama kalinya di-launching pada tahun 1978 yang
pada awalnya diperuntukkan untuk kebutuhan militer
(pada tahun 1980-an pemerintah mulai membuat
sistem GPS untuk kebutuhan sipil). GPS bekerja di
kondisi cuaca apapun, dimanapun di bumi ini, 24 jam
setiap harinya.

Pertanyaan yang sering muncul adalah seberapa mahal


Vol. 4 No. 10 Tahun 2008
21
satelit, penerima GPS dapat menentukan posisi
pengguna GPS dan menampilkannya dalam unit peta
elektronik.

Sebuah penerima GPS harus terikat setidaknya pada 3


satelit untuk menghitung posisi 2 dimensinya (latitude
dan longitude) dan jalur pergerakan. Dengan 4 atau lebih Sistem Satelit Pada GPS
satelit, penerima GPS dapat menentukan posisi 3 dimensi
si pengguna GPS (latitude, longitude, dan altitude). Saat
posisi pengguna GPS diketahui, unit GPS dapat 24 satelit yang menyusun segmen ruang angkasa GPS mengorbit
menghitung informasi lain, seperti kecepatan, tujuan, jalur, bumi sekitar 12.000 mil diatas kita. Satelit-satelit tersebut
jarak perjalanan, jarak ke tujuan, waktu sunrise dan sunset bergerak secara konstan, mengorbit lengkap dua kali dalam
dan sebagainya. waktu kurang dari 24 jam. Satelit-satelit itu berjalan dalam
kecepatan kira-kira 7.000 mil per jam.
Satelit GPS menggunakan energi matahari dan menyimpan
Untuk mengetahui posisi dari GPS, diperlukan minimal 3
energi tersebut untuk menjaga agar tetap berfungsi saat terjadi
satelit. Pengukuran posisi GPS didasarkan oleh sistem
gerhana matahari, atau saat tidak ada tenaga matahari. Roket
pengukuran matematika yang disebut dengan Triliterasi.
penggerak kecil dalam setiap satelit menjaganya agar tetap
Yaitu pengukuran suatu titik dengan bantuan 3 titik acu.
terbang pada garis edar yang tepat.
Misalnya anda berada di suatu kota A (di sini kota kita
anggap sebagai titik), tetapi anda tidak mengetahui dimana
anda berada. Untuk mengetahui keberadaan anda, anda
bertanya kepada seseorang, dan orang tersebut menjawab
bahwa anda 2 km dari kota B. Jawaban ini tidak
memuaskan anda karena anda tidak tahu apakah anda di
sebelah selatan, utara, barat, atau timur kota B. Kemudian
anda bertanya kepada orang ke-2 dan mendapat jawaban
bahwa anda berada 5 km dari kota C. Dengan jawaban ini
anda sudah dapat membayangkan dimana posisi anda,
hanya ada kemungkinan 2 titik berbeda yang berpotongan
antara lingkaran dengan radius kota A dengan kota B dan
lingkaran dengan radius kota A dengan kota C. Untuk lebih
memperjelas lagi anda memerlukan orang ke-3, misalnya
anda berada di 1 km dari kota D. Dengan demikian anda
mendapatkan perpotongan antara lingkaran dengan radius
jarak kota A ke kota B, lingkaran antara kota A dan kota C,
dan lingkaran antara kota A dan kota D. Dalam GPS kota A

Jejak Leuser
adalah alat penerima GPS, kota B, C, dan D adalah Satelit.
Sumber-Sumber Kesalahan Pada Sinyal GPS
Seberapa Jauh Keakuratan GPS?
1. Ionosphere and troposphere delays
Dua hal utama yang mempengaruhi keakuratan GPS Sinyal satelit bergerak lambat saat melalui atmosfer. Sistem
adalah Selective Availability (SA) dan multipath. Saat ini GPS menggunakan model built-in yang mengkalkulasi
penerima GPS mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi. jumlah rata-rata keterlambatan ke sebagian koreksi
Misalnya saja GarminGPS yang mempunyai nilai kesalahan tipe ini. Kondisi cuaca mempengaruhi delay
keakuratannya sampai 15 meter dalam rata-ratanya. Faktor waktu penerimaan sinyal. Sebagai koreksi, satelit
atmosfer tertentu dan sumber kesalahan lain dapat mengirimkan sinyal lain pada frekuensi yang berbeda
mempengaruhi keakuratan dari penerima GPS. Garmin sebagai komparasi perhitungan untuk mencapai presisi.
GPS terbaru dengan WAAS (Wide Area Augmentation 2. Signal multipath
System) tingkat akurasinya bisa kurang dari 3 meter dalam Keakuratan juga dipengaruhi oleh gangguan yang disebut
rata-ratanya. Untuk mendapatkan sinyal dengan tingkat dengan multipath. Kesalahan ini terjadi akibat sinyal yang
koreksi tinggi pengguna GPS bisa menggunakan GPS ditangkap oleh antena GPS terpantulkan terlebih dahulu ke
yang berbeda (Differential GPS). Selain itu juga untuk obyek di sekeliling GPS semisal gedung maupun batang
mendapatkan sinyal terkoreksi, pengguna harus pohon. Artinya, posisi yang terekam oleh antena GPS
mempunyai menara receiver dan antena yang berbeda sebenarnya adalah posisi gedung atau pohon yang
untuk ditambahkan dalam GPS-nya. memantulkan sinyal tersebut dan bukannya posisi kita
berdiri. Untuk menghindari hal tersebut, dianjurkan pada
saat mengoperasikan GPS hendaknya memilih lokasi yang
relatif terbuka.

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


24
3. Receiver clock errors Aplikasi GPS
Jam penerima GPS tidak seakurat jam satelit GPS-
nya. Bagaimanapun hal ini memungkinkan 1. Lokasi - menentukan posisi utama
kesalahan waktu walaupun tipis.
Aplikasi pertama dan sangat nyata dari GPS adalah
4. Orbital errors penentuan secara sederhana suatu posisi atau lokasi.
Juga dikenal sebagai kesalahan sesaat, hal ini

KHASANAH
GPS adalah positioning system pertama yang

KHASANAH
disebabkan ketidakakuratan lokasi satelit. menawarkan ketepatan data lokasi yang tinggi untuk
5. Number of satellites visible point apapun di planet ini dalam kondisi cuaca apapun.
Penerima GPS dapat melihat jumlah satelit yang 2. Navigasi - mengetahui satu lokasi dengan lokasi lainnya
tertangkap oleh GPS untuk akurasi yang lebih GPS membantu kita menentukan dimana kita berada
baik. Bangunan, perbukitan/pegunungan, secara tepat, namun kadang penting kita untuk tahu
gangguan elektronik, atau kadang kerapatan daun bagaimana cara menuju/mendapatkan tempat lain yang
pohon dapat menghalangi penerimaan sinyal. kita inginkan. GPS telah di desain untuk menyediakan
6. Satellite geometry/shading informasi navigasi baik untuk pelayaran dan
Hal ini berdasarkan posisi relatif dari satelit pada penerbangan.
setiap waktu yang diberikan. Keberadaan 3. Tracking - memonitor pergerakan manusia dan benda
geometri satelit idealnya ketika satelit terletak Jika navigasi adalah proses untuk mengetahui satu
pada luas sudut yang relatif antara satu dengan lokasi lokasi dengan lokasi lainnya, kemudian tracking
lainnya. Geometri yang tidak baik terjadi saat adalah proses untuk memonitornya selama pergerakan
satelit terletak pada suatu garis atau dalam berlangsung.
keadaan bergerombol. 4. Mapping - memetakan dunia
7. Intentional degradation of the satellite signal Dunia ini begitu luas, dengan menggunakan GPS untuk
Selective Availability (SA) adalah pengurangan survey dan memetakannya secara tepat dan dapat
sinyal yang disengaja dan ditentukan oleh meminimalkan waktu dan biaya yang harus
Departemen Pertahanan Amerika. SA dikeluarkan. Pemetaan merupakan ilmu dan seni,
dimaksudkan untuk mencegah musuh militer dari dengan GPS untuk menempatkan item-item tertentu
penggunaan sinyal GPS dengan tingkat akurasi kemudian membuat peta dan model dari apapun yang
tinggi. Dengan kata lain SA adalah upaya sengaja ada di dunia (jalan, rute, gunung, sungai, hutan, dan
dari pihak Departemen Pertahanan Amerika segala macam bentuk lahan)
Serikat untuk mengurangi akurasi GPS dalam 5. Timing - menentukan waktu yang tepat
rangka melindungi negaranya. Awalnya SA
menyebabkan akurasi GPS sebesar 100 meter, Selain dikenal untuk navigasi, tracking, dan mapping,
artinya posisi obyek berada dalam radius 100 GPS juga digunakan untuk menyebarkan informasi
meter dari yang seharusnya. Beruntunglah pada waktu yang tepat, interval waktu, dan frekuensi. GPS
awal tahun 2000 Pemerintah Amerika Serikat mempunyai tugas untuk mensinkronisasikan jam kita
mencabut kebijaksanaan SA tersebut sehingga dengan mudah dan dapat dipercaya. Waktu
akurasi GPS pada umumnya menjadi sekitar 10 memberitahu kita kapan sesuatu terjadi atau kapan akan
meter. Angka ini cukup memadai untuk GPS terjadi. Sebagai cara untuk mensinkronisasikan orang
genggam. Dengan asumsi peta yang kita atau kejadian, waktu membantu menjaga semua
tampilkan di layar memiliki skala 1:10.000, maka rencana/jadwal menjadi tepat waktu. Selain itu juga bisa
kesalahan 10 meter di lapangan hanya setara menginformasikan kapan suatu kejadian akan berakhir.
dengan 0,1 milimeter di layar display GPS, artinya Satelit GPS mempunyai tingkat keakuratan waktu yang
tidak masalah jika diabaikan. tinggi, sehingga penerima GPS kita juga mempunyai
keakuratan yang tinggi yang sering disebut dengan
istilah an atomic accuracy clock.***

*) Pengendali Ekosistem Hutan pada Balai Besar Taman


Nasional Gunung Leuser di Medan
Jejak Leuser

Materi tulisan di atas bersumber dari www.garmin.com


dan www.wikipedia.com.

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


25
10 Perbedaan Antara Manusia

INTERMEZZO
INTERMEZZO
Melihat datangnya Pak Menteri Nonton bareng film konservasi ‘Panas’ di kelompok kecil
1. Ekstrovert lawan introvert: Yang ekstrovert senang kerumunan orang banyak sementara yang introvert lebih
suka melewatkan waktunya sendirian atau dengan seorang teman dekat. Yang ekstrovert bersemangat karena adanya
orang-orang sementara yang introvert bisa jadi terkuras enerjinya karena adanya orang-orang.

2. Pelaku atau pengamat: Para pelaku berani mengambil risiko; kalau melihat peluang mereka ingin segera
memanfaatkannya sebelum terlambat. Para pengamat lebih hati-hati. Mereka suka memeriksa segalanya terlebih
dulu sebelum mengambil keputusan.

3. Yang memberikan garis besar atau yang memberikan rincian: Yang memberikan garis besar memiliki fokus
yang umum dan melihat gambaran besarnya. Mereka berpikir menurut arah serta keinginan menjadikan segalanya
terlaksana. Yang memberikan rincian memperhatikan hal-hal yang sekecil-kecilnya. Keprihatinan mereka adalah
bagaimana caranya menjadikan segalanya terlaksana.
Sebuah persembahan Ceria sebelum debat
4. Tukang belanja atau penghemat : Kalau tukang belanja memiliki uang lebih, mereka ingin membelanjakannya -
untuk diri sendiri, untuk orang lain, untuk maksud-maksud yang layak, untuk apapun. Kalau penghemat memiliki
uang lebih, mereka ingin menabungnya untuk jaga-jaga. Mereka tidak suka membelanjakannya kecuali sangat
penting.

5. Perencana atau yang fleksibel : Perencana suka struktur dimana segalanya terorganisasikan dan terkemas
dengan rapih. Mereka suka jadwal dan batas waktu. Yang fleksibel menyesuaikan diri dengan jalannya kehidupan
dan menangani segalanya seadanya. Mereka cenderung spontan dan santai. Ketidak-rapihan tidak mengganggu
mereka karena mereka percaya segalanya akan beres.

6. Yang tergesa-gesa atau yang santai : Yang tergesa-gesa selalu sibuk. Kecepatan serta efisiensi adalah kata kunci
mereka
“Hotel” - selesaikanlah
peserta konferensisebanyak mungkin secepat mungkin. Yang santai meluangkan waktunya dan menetapkan
kecepatan kerjanya sendiri. Mungkin mereka tidak menyelesaikan cukup banyak, namun mereka menikmati apa
yang mereka kerjakan.

7. Pemikir atau perasa : Pemikir memfokuskan pada fakta-fakta dan prinsip-prinsip. Mereka dasarkan keputusan-
keputusan atas data yang objektif dan cenderung berorientasi pada tugas. Perasa memfokuskan pada orang serta
perasaan. Mereka dasarkan keputusan pada data yang subjektif dan cenderung berorientasi pada hubungan.

8. Pemimpi atau pekerja : Pemimpi adalah orang-orang kreatif yang suka banyak idenya. Mereka optimis dan
berorientasi pada masa depan. Pekerja bersifat praktis. Mereka suka mengambil ide orang lain dan
melaksanakannya. Mereka cenderung bersikap realistik dan memfokuskan pada yang sekarang.
Foto: Bisro Sy.
9. Pengumpul atau pembuang : Pengumpul suka mengumpulkan barang-barang. Mereka tidak suka membuang
apapun
Arahan Pakkarena mereka takut kalau-kalau membutuhkannya kapan-kapan. Pembuang suka membuang barang-barang.
Menteri
Mereka tidak suka berantakan dan mereka bersikeras bahwa kalau sudah lama sesuatu itu tidak digunakan, mungkin
takkan pernah digunakan.
Jejak Leuser

10. Tukang akrobat atau pemain tunggal : Tukang akrobat bersifat multi saluran dan dapat menangani banyak hal
sekaligus. Pemain tunggal bersifat saluran tunggal dan hanya bisa menangani satu atau dua hal sekaligus. Kalau
mereka mencoba mengerjakan lebih banyak, mereka menjadi stress dan kewalahan.

Kita semua berbeda dan unik. Itu menciptakan keseimbangan, keragaman, serta tantangan dalam hubungan-
hubungan. Syukurilah perbedaan-perbedaan Anda; bicarakanlah juga perbedaan-perbedaan Anda itu.

Tampilan sama, semangat sama-Lindungi Leuser


- dari situs era baru -
Tampilan sama, semangat sama-Lindungi Leuser Sekedar refreshing

Vol. 4 No. 10 Tahun 2008


26
WANASASTRA
WANASASTRA
Aku Juga Bisa Marah
Wajah ini telah berubah
Walau dilirik dari berbagai arah
Dulu aku begitu mulus, tertata rapi
Kini menjadi kerikil-kerikil terjal
Membingkai semi di ladang hati

Aku tidak lagi diberlakukan sebagaimana gunaku


Mereka mengerti tapi tidak peduli
Hingga luas kini bisa dihitung jari
Aku marah.

Luka membawaku pada jalan-jalan kerikil dan berliku


Kabut yang dulu hinggap dalam tubuhku
Kini mencari celah kemana akan bersipu
Semua bagian tubuhku robek, koyak
Karna ku digarap,digundul,dan dimusnah
Aku kesakitan.

Kini saatnya ku bersuara


Siapa diriku,dan apa gunaku
Biar mereka mengerti, biar mereka sadar
Aku marah dengan gumpalan tanah
Aku marah dengan derasan air bah
Tak peduli mereka siapa... Tua, muda, beriman atau tidak
Aku kan hancurkan diriku, biar mereka tau siapa aku.

Sebenarnya diriku tidaklah mendendam, tapi aku juga bisa marah..

Ali Sadikin
Jejak Leuser

Polhut di BBTNGL
Sumber dana: DIPA Balai Besar TNGL Tahun 2008

You might also like