You are on page 1of 14

Burung Kakaktua

Kakatua

Kakak tua putih


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Psittaciformes
Famili: Cacatuidae
G.R. Gray,
1840
Subfamily
Microglossinae
Calyptorhynchinae
Cacatuinae
Nymphicinae
Kakatua (suku Cacatuidae) adalah jenis burung hias yang memiliki bulu yang indah
dengan lengkingan suara yang cukup nyaring.spesies ini termasuk salah satu burung
dengan kecerdasan yang cukup bagus, sehingga sering digunakan untuk acara-
acara hiburan di kebun binatang atau tempat hiburan lainnya.

Spesies ini hidup pada ketinggian 0-1520 meter dari permukaan laut, biasanya
berkelompok. Kakatua pada umumnya berusia panjang, hingga mencapai 60 tahun
bahkan lebih.

Jenis-jenis Kakatua
Jenis Kakatua-kecil Jambul-kuning (bahasa Inggris: Yellow-crested Cockatoo)
biasanya hidup berpasangan atau berkelompok dalam jumlah kecil. Sangat
mencolok ketika terbang, dengan kepakan sayap yang cepat dan kuat diselingi
gerakan melayang serta saling meneriaki. Bila sedang bersuara dari tempat
bertengger, jambul ditegakkan lalu diturunkan. Jenis ini tertekan dengan ledakan
populasi yang mengejutkan selama 10-15 tahun terakhir, akibat penangkapan yang
berlebihan untuk perdagangan burung dalam sangkar, dan sekarang langka akibat
kegiatan ini.

Habitat

Kakatua menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi dan tepi hutan; juga hutan
monsun (Nusa Tenggara), hutan yang tinggi bersemak, semak yang pohonnya
jarang dan lahan budidaya yang pohonnya jarang. Dari permukaan laut sampai
ketinggian 900 m (Sulawesi), 1520 m (Lombok), 1000 m (Sumbawa), 700 m (Flores),
950+ m (Sumba) dan 500+ m (Timor). sedangkan untuk jenis Kakatua Maluku
(bahasa Inggris: Salmon-crested Cockatoo) biasanya hidup sendiri, berpasangan
dan kelompok kecil; dahulu di pohon tidur berkelompok hingga 16 ekor. Umumnya
tidak mencolok, kecuali pada saat terbang ke dan dari lokasi pohon tidur ketika
petang dan menjelang fajar. Walaupun terlihat terbang di atas kanopi tapi
kebanyakan terbang di bawah batas kanopi. Mencari makan dengan tenang di
kanopi dan lapisan tengah kanopi dan memiliki sebaran lokal di daerah Seram,
Ambon, Haruku dan Saparua. Kakatua menghuni hutan primer dan sekunder yang
tinggi, hutan yang rusak dan hidup diatas permukaan laut sampai ketinggian 1000 m.

Kakatua-kecil Jambul-
kuning
Status konservasi

Kritis
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Psittaciformes
Famili: Cacatuidae
Genus: Cacatua
Spesies: C. sulphurea
Nama binomial
Cacatua sulphurea
(Gmelin, 1788)
Kakatua-kecil Jambul-kuning atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea
adalah burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 35cm, dari marga
cacatua. Burung ini hampir semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya terdapat
jambul berwarna kuning yang dapat ditegakkan. Kakatua-kecil Jambul-kuning
berparuh hitam, kulit di sekitar matanya berwarna kebiruan dan kakinya berwarna
abu-abu. Bulu-bulu terbang dan ekornya juga berwarna kuning. Burung betina
serupa dengan burung jantan.

Daerah sebaran Kakatua-kecil Jambul-kuning adalah di kepulauan Sunda Kecil,


Sulawesi, Bali, Timor Barat dan Timor Timur, dimana terdapat hutan-hutan primer
dan sekunder. Pakan burung Kakatua-kecil Jambul-kuning terdiri dari biji-bijian,
kacang dan aneka buah-buahan. Burung betina menetaskan antara dua sampai tiga
telur dalam sarangnya di lubang pohon.

Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut
untuk perdagangan, serta daerah dan populasi dimana burung ini ditemukan sangat
terbatas, Kakatua-kecil Jambul-kuning dievaluasikan sebagai kritis di dalam IUCN
Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.
Kakatua Maluku

Status konservasi

Rentan
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Psittaciformes
Famili: Cacatuidae
Genus: Cacatua
Spesies: C. moluccensis
Nama binomial
Cacatua moluccensis
Gmelin, 1788
Kakatua Maluku atau dalam nama ilmiahnya Cacatua moluccensis adalah burung
berukuran sedang, dengan panjang sekitar 52cm, dari genus Cacatua. Burung ini
mempunyai bulu putih bercampur warna merah-jambu. Di kepalanya terdapat jambul
besar berwarna merah-jambu yang dapat ditegakkan. Bulu-bulu terbang dan ekornya
berwarna jingga kekuningan. Burung betina serupa, dan biasanya berukuran lebih
besar dari burung jantan.

Endemik Indonesia, daerah sebaran kakatua Maluku adalah di Maluku Selatan.


Spesies ini hanya terdapat di hutan primer dan sekunder Pulau Seram, Ambon,
Pulau Haruku dan Saparua. Sejumlah populasi kakatua Maluku dilindungi di Taman
Nasional Manusela, yang merupakan salah satu tempat terakhir untuk menemukan
burung ini di habitat liar. Pakan kakatua Maluku terdiri dari biji-bijian, kacang dan
aneka buah-buahan.

Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut
untuk perdagangan, serta daerah burung ini ditemukan sangat terbatas, kakatua
Maluku dievaluasikan sebagai Rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini
didaftarkan dalam CITES Appendix I dan II sejak tahun 1989.
Kakatua Raja

Status konservasi

Risiko rendah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Psittaciformes
Famili: Cacatuidae
Genus: Probosciger
Kuhl, 1820
Spesies: P. aterrimus
Nama binomial
Probosciger aterrimus
(Gmelin, 1788)
Kakatua Raja atau dalam nama ilmiahnya Probosciger aterrimus adalah sejenis
burung Kakatua berwarna hitam dan berukuran besar, dengan panjang sekitar 60cm.
Burung ini memiliki kulit pipi berwarna merah dan paruh besar berwarna kehitaman.
Di kepalanya terdapat jambul besar yang dapat ditegakkan. Burung betina serupa
dengan burung jantan.

Kakatua Raja adalah satu-satunya burung di marga tunggal Probosciger. Daerah


sebaran burung ini adalah di pulau Irian dan Australia bagian utara. Pakan burung
Kakatua Raja terdiri dari biji-bijian. Paruh burung Kakatua Raja tidak dapat tertutup
rapat, dikarenakan ukuran paruh bagian atas dan bagian bawah yang berbeda. Dan
ini berguna untuk menahan dan membuka biji-bijian untuk dikonsumsi.

Walaupun spesies ini terancam oleh hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar
yang terus berlanjut untuk perdagangan, Kakatua Raja masih sering ditemukan di
habitatnya. Kakatua Raja dievaluasikan sebagai beresiko rendah di dalam IUCN Red
List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.

___________________________________________________________________
_______________________

Kakatua Goffin
Status konservasi

Hampir terancam
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Psittaciformes
Famili: Cacatuidae
Upafamili: Cacatuinae
Genus: Cacatua
Upagenus: Licmetis
Spesies: C. goffiniana
Nama binomial
Cacatua goffiniana
(Finsch, 1863)
Kakatua Tanimbar, Cacatua goffiniana, atau Kakatua Goffin, adalah spesies
kakatua asli dan endemik dari hutan kepulauan Laut Banda di Indonesia. Berat
burung ini rata-rata sekitar 350 gram dan panjang sekitar 31 sentimeter dari kepala
hingga ekor. Kakatua Goffin adalah yang terkecil dari seluruh Cacatuinae. Saat
penemuan pertama, hewan ini tampak seperti kakatua putih dengan sebagian bulu
wajah merah jambu, dan paruh abu-abu pucat. Jantan dan betinanya serupa.

Seperti seluruh anggota Cacatuidae, Kakatua Goffin memiliki jambul, yang berarti
hewan ini memiliki sekumpulan bulu pada kepalanya yang dapat mengambang atau
menguncup. Tubuhnya terutama tertutup oleh bulu-bulu putih, dengan bulu berwarna
salmon atau merah jambu diantara paruh dan mata. Bagian dalam (proksimal) dari
bulu jambul dan bulu leher juga berwarna salmon, namun pewarnaan disini
tersembunyi oleh warna putih yang bagian terdapat di permukaan (distal) bulu-bulu
itu. Bagian dalam bulu sayap dan ekornya menunjukkan warna kekuningan. Antara
matanya berwarna antara coklat hingga hitam. Hewan ini sulit dibedakan dengan
Corella kecil karena penampilannya yang serupa.

Terkait dengan habitan yang hilang, (Di Tanimbar, kebanyakan hutan telah gundul)
ruang terbatas dan perburuan liar, Kakatua Goffin dievaluasi Beresiko Rendah dalam
IUCN Red List untuk Spesies Terancam. Spesies ini didaftarkan pada Appendix I
CITES. Tahun 1970-an, penebang kayu Jepang merusak pulau. Burung-burung
ditangkap untuk ajang binatang peliharaan. Meskipun banyak yang stres karena
dikandangkan, mungkin hal ini menjadi hal penting di belakang bencana ekologi ini,
karena banyak Kakatua Goffin bereproduksi dalam program penangkaran. Demikian,
sekarang terdapat banyak Kakatua Goffin di penangkaran daripada di alam liar.

Kakatua Putih
Status konservasi

Rentan
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Psittaciformes
Famili: Cacatuidae
Genus: Cacatua
Spesies: C. alba
Nama binomial
Cacatua alba
Müller, 1776
Kakatua putih atau dalam nama ilmiahnya Cacatua alba adalah burung berukuran
sedang, dengan panjang sekitar 46cm, dari genus Cacatua. Burung ini hampir
semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul besar berwarna putih
yang dapat ditegakkan. Bulu-bulu terbang dan ekornya berwarna kuning. Burung
betina serupa dengan burung jantan.
Endemik Indonesia, daerah sebaran kakatua putih adalah di kepulauan Maluku
Utara. Spesies ini hanya ditemukan di hutan primer dan sekunder pulau Halmahera,
Ternate, Tidore, Kasiruta, Mandiole dan Bacan.

Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut
untuk perdagangan, serta daerah persebaran burung ini ditemukan sangat terbatas,
kakatua putih dievaluasikan sebagai Rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini
didaftarkan dalam CITES Appendix II.

Kakatua putih belum termasuk jenis satwa yang dilindungi, namun bukan berarti
bebas ditangkap begitu saja. Pada tahun 2001 hingga kini, tidak ada kuota tangkap
untuk kakatua putih. Artinya tidak boleh ada penangkapan kakatua putih di alam
(Maluku Utara) untuk tujuan komersil. Namun ternyata kuota tangkap nol ini tidak
ada artinya karena pada tahun 2002 rata-rata setiap tahunnya ada sekitar 500 ekor
kakatua putih yang ditangkap dari alam untuk diperdagangkan. Sementara itu
pemantauan ProFauna Indonesia di sejumlah pasar burung di Jawa pada tahun
2006, rata-rata dalam setahun ada sekitar 100 ekor kakatua putih yang
diperdagangkan. Di pasar burung, kakatua putih ditawarkan seharga rata-rata Rp
500.000 per ekor.

Pemberian kuota tangkap nol terhadap kakatua putih dinilai tidak efektif, karena di
lapangan penangkapannya untuk tujuan komersil masih berlangsung secara intensif.
Status kuota tangkap nol terkesan lemah, sehingga KSDA di daerah masih berani
mengeluarkan surat ijin angkut untuk kakatua putih ini.

Penangkapan kakatua putih secara terus menerus di Maluku Utara menyebabkan


burung ini telah menghilang dari beberapa desa di Pulau Halmahera. ProFauna
melakukan banyak wawancara informal dengan penduduk desa soal keberadaan
kakatua putih di alam. Banyak diantara mereka yang menyatakan bahwa faktor
utama hilangnya kakatua putih dalam 12 tahun terakhir ini adalah faktor
penangkapan di alam secara besar-besaran.

Melihat laju penangkapan dan perdagangan serta telah hilangnya kakatua putih di
beberapa wilayah di Halmahera, maka sudah saatnya burung ini ditetapkan sebagai
jenis satwa yang dilindungi. Apalagi burung ini juga termasuk satwa endemik Maluku
Utara.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 (pasal 5), suatu jenis satwa
wajib ditetapkan dalam golongan dilindungi apabila telah mempunyai kriteria; 1.
Mempuyai populasi kecil 2. Adanya penurunan yang tajam pada jumlah individu di
alam. 3. Daerah penyebaran yang terbatas (endemik).

Dengan demikian kakatua putih sebetulnya telah memenuhi kriteria untuk dimasukan
dalam daftar jenis satwa yang dilindungi karena dia memiliki penyebaran yang
terbatas.

___________________________________________________________________
________________________

Kakatua Jambul-
jingga
Status konservasi

Kritis
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Psittaciformes
Famili: Cacatuidae
Genus: Cacatua
Spesies: C. sulphurea
Upaspesies: C. s.
citrinocristata
Nama trinomial
Cacatua sulphurea
citrinocristata
(Fraser, 1844)
Kakatua jambul-jingga atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea
citrinocristata adalah burung berukuran sedang dari salah satu genus burung paruh
bengkok, Cacatua. Kakatua jambul-jingga merupakan subspesies terkecil dari empat
subspesies burung Kakatua-kecil Jambul-kuning. Burung ini hampir semua bulunya
berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul berwarna jingga yang dapat
ditegakkan dengan paruh abu-abu gelap, kuping bercak jingga, mata coklat-tua
kehitaman dan kaki berwarna abu-abu. Bulu-bulu terbang dan ekor bagian bawah
berwarna kuning. Burung betina serupa dengan burung jantan.

Burung endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan-hutan primer dan sekunder
Pulau Sumba yang terletak di Kepulauan Sunda Kecil. Pakan burung kakatua
jambul-jingga ini sama seperti jenis burung kakatua lainnya, terdiri dari biji-bijian,
kacang, tanaman dan aneka buah-buahan. Burung ini bersarang di dalam lubang
pohon.

Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut
untuk perdagangan, populasi yang terus menyusut serta persebaran burung ini
sangat terbatas, kakatua jambul-jingga dievaluasikan sebagai kritis di dalam IUCN
Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix I sejak 12 Januari 2005.

You might also like