You are on page 1of 37

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

WHO mengatakan hipertensi merupakan sillent killer, karena banyak

masyarakat tak menaruh perhatian terhadap penyakit yang kadang dianggap

sepele oleh mereka, tanpa menyadari jika penyakit ini menjadi berbahaya

dari berbagai kelainan yang lebih fatal misalnya kelainan pembuluh darah

kapiler di otak atau yang lebih disebut dengan nama stroke

(www.ttpysirblogspot.com). Kunci keberhasilan pengobatan ialah

komunikasi yang baik antara dokter dengan penderita. Informasi yng baik

tentang tekanan darah dan hipertensi, tentang resiko prognosis, manfaat

pengobatan dan resiko serta efek samping pengobatan akan sangat

membantu kontrol jangka panjang hipertensi. Kegagalan membangun

hubungan komunikasi yang baik menyebabkan ketidakpatuhan terhadap

pengobatan dan kontrol yang tak memuaskan terhadap hipertensi (Soesetyo,

Boedi, 2002: 59). Salah satu penyebab kekambuhan hipertensi adalah

kepatuhan dalam menjalankan program diit. Penderita mungkin tidak patuh

dengan penatalaksanaan diit karena tidak mengetahui tujuan dari

penatalaksanaan atau mungkiin melupakan begitu saja atau sudah mengerti

instruksi yang diberikan tetapi tidak dilaksanakan (N.Neil, 2004: 98). Bagi

penderita hipertensi haruslah diit yang dapat menurunkan/ sekurang-

kurangnya mencegah agar tidak terjadi peningkatan teakan darah. Makanan

yang dikonsumsi hendaknya mempunyai syarat makanan rendah lemak,

1
2

makanan dengan jumlah kalori yang tidak berlebihan (Marliani. Lili, 2007 :

44).

Data Wold hypertension League Brochure 2009 menyebutkan bahwa

hipertensi diderita lebih dari 1,5 miliyar jiwa di seluruh dunia. Sebanyak 10-

30 persen di antara populasi orang dewasa pada hampir semua negara

terkena hipertensi. Angka kejadian hipertensi akan meningkat seiring

dengan meningkatnya usia dan laki-laki memiliki resiko lebih besar di

banding wanita (www.kamusilmiah.com). Berdasarkan data yang di peroleh

dari dinas kesehatan banyuwangi seperti pada tahun 2009 sebesar 14.122

jiwa, sedangkan pada tahun 2010 pada bulan Januari sampai Maret sejumlah

4.626 jiwa. Selain itu dari hasil rekapitulasi data yang diperoleh dari

puskesmas Sobo Banyuwangi pada tahun 2009 jumlah kunjungan pada

penderita hipertensi usia 60 sampai 69 sekitar 1060 jiwa dan pada tahun

2010 bulan Febuari mencapai 99 jiwa. Dari 10 penderita hipertensi yang

kambuh ternyata diantaranya di akibatkan oleh kurang patuhnya terhadap

program diet hipertensi.

Faktor yang menyebabkan kekambuhan hipertensi adalah gaya hidup

yang tidak sehat, terutama pola makan yang salah. Dengan pengaturan pola

makan (diet) secara ketat dan cenderung sembarangan tanpa petunjuk ahli

gizi dapat mengundang resiko makan makanan yang tinggi garam dan tinggi

lemak dapat meningkatkan vikositas (kekentalan) darah sehingga tekanan

darah meningkat. Apabila hipertensi ini tidak dapat ditangani akan timbul

komplikasi seperti stroke, gagal ginjal, gagal jantung sampai gangguan

pengelihatan.
3

Dari masalah yang dapat muncul akibat dari ketidakpatuhan diit

terhadap terjadinya kekambuhan hipertensi maka penderita sebenarnya

hanya memerlukan disiplin dan ketentuan menjalankan aturan hidup sehat,

sabar dan ikhlas dalam mengendalikan perasaan dan keingina atau ambisi.

Selain itu mengontrol tekanan darah, minum obat dengan benar dan tepat

serta jangan pernah bosan dengan pengobatan yang sedang dijalani. Jumlah

kunjungan penderita hipertensi di Puskesmas Sobo Banyuwangi pada awal

tahun 2009 hingga Febuari 2010 mencapai 1.239 jiwa. Hal yersebut

membuat peneliti tertarik untuk mengetahui adakah hubungan antara

kepatuhan diet dengan terjadinya kekambuhan hipertensi di Puskesmas Sobo

Banyuwangi pada tahun 2009-2010.

1.2 Rumusan Masalah

“Adakah hubungan kepatuhan diit dengan terjadinya kekambuhan hipertensi

pada usia 60-69 tahun di wilayah Puskesmas Sobo Banyuwangi?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara kepatuhan diit dengan

terjadinya kekambuhan hipertensi pada usia 60-69 tahun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kepatuhan diit pasien hipertensi pada usia 60-

69 tahun tahun di wilayah Puskesmas Sobo Banyuwangi pada

tahun 2009-2010.
4

2. Mengdentifikasi kekambuhan hipertensi pada usia 60-69 tahun

tahun di wilayah Puskesmas Sobo Banyuwangi pada tahun 2009-

2010.

3. Menilai kepatuhan diit dengan terjadinya kekambuhan hipertensi

pada usia 60-69 tahun di Puskesmas Sobo Banyuwangi pada

tahun 2009-2010
5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar

2.1.1 Definisi kepatuahan

Menurut Sackett dalam Niven, kepatuhan adalah sejauh mana

perilaku pasien sesui dengan ketentuan yang diberikan oleh professional

kesehatan ( Niven, Neil, 2002,192). Kepatuhan pasien berkenaan dengan

kemauan dan kemampuan dari individu untuk mengikuti cara sehat yang

berkaitan dengan nasehat aturan pengobatan yang ditetapkan mengikuti

jadwal pemeriksaan dan rekomendasi hasil penyelidikan. Kepatuhan juga

merupakan tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan

untuk pengobatan seperti diet , kebiasaan hidup sehat dan ketetapan

berobat. Sikap perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan,

identifikasi, kemudian menjadi internalisasi (http://morningcanp.com)


6

2.2.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan:

a. Faktor internal

1). Pengetahuan

Semakin tinggi tingkat pengetahuan individu maka

semakin mudah individu yang bersangkutan untuk dapat menerima

informasi atau saran dari luar. Informasi itu dapat berbentuk

sebuah penyuluhan atau leaflet yang diberikan oleh professional

kesehatan guna untuk meningkatkan pengetahuan tentang

kesehatan. Dengan pengetahuan yang semakin tinggi dapat

menstimulasi motivasi dan meningkatkan motivasi untuk

meningkatkan ketaatan ( Neil. N, 2002 : 197 ).

2). Sikap

Sikap individu terhadap program pengobatan dipengaruhi

oleh tingkat pengetahuan individu sendiri. Semakin tinggi tingkat

pengetahuan, maka sikap individu semakin terbuka dengan

penatalaksanaan penyakit yang sedang di derita. Sikap tersebut

dapat ditujukan dengan mematuhi program penatalaksanaanm

pengobatan yang telah ditetapkan oleh professional kesehatan

(Niven. N, 2002 : 197)

b. Faktor eksternal

1). Dukungan keluarga

Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat

prefentif dan secara bersama – sama merawat anggota keluarga

yang sakit karena keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat

yang paling dekat hubungannya dengan penderita. Dengan adanya


7

dukungan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan penderita dalam

penatalaksanaan diit ( Niven. N, 2002 : 197 )

2). Dukungan professional kesehatan

Dukungan professional kesehatan sangat diperlukan untuk

meningkatkan kepatuhan. Contoh yang paling sederhana dalam hal

dukungan tersebut adalah dengan adanya tehnik komunikasi.

Komunikasi memegang peranan penting karena komunikasi yang

baik diberikan oleh mematuhi keberadaan praktek kesehatan yang

positif. Dengan semakin, seringnya keluarga menangani masalah

kesehatan sehingga dukungan keluarga lebih siap untuk diberikan (

Marylin, 1998 : 195 ).

2.1.2 Strategi untuk meningkatkan kepatuhan

a) Dukungan professional kesehatan

Dukungan professional kesehatan yang di perlukan untuk

meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling sederhana

dalam hal dukungan tersebut adalah dengan adanya teknik

komunikasi.komunikasi memegang peranan penting karna

komunikasi yang baik diberikan oleh professional

kesehatan.baik dokter/perawat dapat menanamkan ketaatan

bagi pasien.

b) Dukungan social

Dukungan social yang dimaksud adalah keluarga, para

professional kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien


8

untuk menunjang peningkatan kesehatan pasien, maka ketidak

patuhan dapat dikurangi.

c) Perilaku sehat

Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan untuk pasien

dengan hipertensi diantaranya adalah tentang bagaimana cara

untuk menghindari dari komplikasi lebih lanjut apabila sudah

menderita hipertensi.modifikasi gaya hidup dan control secara

teratur atau minum obat anti hipertensi sangat perlu bagi pasien

hipertensi.

d) Pemberian informasi

Pemberian informasi yang jelas pada pasien dan keluarga

mengenai penyakit yang dideritanya serta cara pengobatanya

(Niven.Neil,2007;196-197)

2.1.3 Kepatuhan Terapi Diet

Terapi diet merupakan presripsi atau terapi yang memanfaatkan

diet yang berbeda dengan diet orang normal untuk mempercepat

kesembuhan dan memperbaiki status gizi. Seorang pasien yang di rawat di

rumah sakit tetapi setelah pulang, mungkin ia merasa bosan dan

melupakan dietnya. Untuk menghindari keungkina ini, pasie sudah pulang

dapat menyusun sendiri perencanaan makan yang memenuhi persyaratan

medis dengan bimbingan teknis ahli gizi (Hartono,Andry,2006:4)

sedangkan arti kepatuhan terapi diet ialah menjalankan semua perintah dan
9

meninggalkan semua yang dilarang dalam program diet (

www.mediaindonesia.com)

2.1.4 Pengukuran Kepatuhan

Menurut niven tahun 2002 hal41 , pengukuran kepatuhandikategorikan

menjadi patuh dan tidak patuh.

1. Patuh

Bila perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan

oleh profesional kesehatan. (http://morningeamp.com).

a) Makanan yang boleh diberikan:

a) Sumber hidrat arang :

beras, kentang, singkong, terigu, gula, tapioka,

makanan yang diolah dari bahan makanan tersebut

di atas tanpa garam dapur dan soda seperti :

makaroni, mie, bihun, roti, biskuit, kue kering dan

sebagainya.

b) Sumber protien hewani :

Daging dan ikan maksimal 100 gram sehari, telur

maksimal 1 butir sehari, susu maksimal 200 gram

sehari.

Sumber protein nabati :

Semua kacang-kacangan dan hasilnya yang diolah

dan di masak tanpa garam.


10

c) Sayuran :

Semua sayuran segar, sayuran yang diawetkan tanpa

garam dapur, natrium, benzoat dan soda.

d) Buah-buahan :

Semua buah-buahan yang segar , buah-buahan yang

diawetkan tanpa garam dapur, natrium, benzoat dan

soda.

e) Lemak :

Minyak, margarin tanpa garam, mentega tanpa

garam.

f) Bumbu-bumbu :

Semua bumbu-bumbu segar dan kering yang tidak

mengandung garam dapur dan lain ikatan natrium

( keterangan rasa makanan dapat dipertinggi dengan

menggunakan bumbu-bumbu lain yang tidak

mengandung natrium misalnya : gula, cuka, bawang

merah, bawang putih, jahe, kunyit, laos, dan salam )

g) Minuman :

Coklat, teh, minuman botol ringan.

2. Tidak Patuh

Bila pasien menunjukkan ketidaktaatan terhadap intruksi yang

diberikan. (http://morningcant.com)

B. Makanan yang tidak boleh diberikan:


11

a) Sumber hidrat arang :

beras, kentang, singkong, terigu, gula, tapioka, makanan

yang diolah dari bahan makanan tersebut di atas tanpa

garam dapur dan soda seperti : makaroni, mie, bihun,

roti, biskuit, kue kering dan sebagainya.

b) Sumber protien hewani :

Daging dan ikan maksimal 100 gram sehari, telur

maksimal 1 butir sehari, susu maksimal 200 gram

sehari.

Sumber protein nabati :

Semua kacang-kacangan dan hasilnya yang diolah dan

di masak tanpa garam.

c) Sayuran :

Semua sayuran segar, sayuran yang diawetkan tanpa

garam dapur, natrium, benzoat dan soda.

Buah-buahan :

Semua buah-buahan yang segar , buah-buahan yang

diawetkan tanpa garam dapur, natrium, benzoat dan

soda.

d) Lemak :

Minyak, margarin tanpa garam, mentega tanpa garam.

e) Bumbu-bumbu :

Semua bumbu-bumbu segar dan kering yang tidak

mengandung garam dapur dan lain ikatan natrium


12

( keterangan rasa makanan dapat dipertinggi dengan

menggunakan bumbu-bumbu lain yang tidak

mengandung natrium misalnya : gula, cuka, bawang

merah, bawang putih, jahe, kunyit, laos, dan salam )

f) Minuman :

Coklat, teh, minuman botol ringan.

2.1.4 Jenis diet hipertensi

Diet yang dikenal saat ini dinegara maju bagi pasien-pasien hiprtensi adalah diet

DASH, Dietary Approach to Stop Hipertension, yang merupakan diet sayuran

serta buah yang banyak mengandung serat pangan ( 30 gram per hari ) dan

mineral tertentu ( kalium, magnesium, serta kalsium ) sementara asupan garamnya

dibatasi. Prinsip diet yang berhubungan dengan pencegahan hipertensi mencakup :

a. Upaya mempertahankan berat badan yang ideal / normal menurut tinggi badan

dengan IMP yang tidak melebihi 22 dan lingkaran perut yang tidak lebih dari 90

cm pada laki-laki serta 80 cm pada wanita

b. Penerapan diet DASH yang kaya serat pangan dan mineral tertentu disamping

diet rendah garam, rendah kolesterol, lemak terbatas serta diet kalori seimbang

menurut penyakit penyertanya

c. Membatasi asupan garam dapur hingga 3 gram per hari dengan memperhatikan

pemberian mineral seperti kalsium, kalium, dan magnesium menurut angka

kecukupan gizi.

2.1.5 Pendidikan kesehatan dan kepatuhan terhadap pengobatan


13

Kunci keberhasilan pengobatan iialah komunikasi yang baik antara dokter

dengan penderita. Informasi yang baik tentang tekanan darah dan hipertensi,

resiko dan prognosis, manfaat pengobatan serta efek samping pengobatan akan

sangat membantu kontrol jangka panjang hipertensi. Kegagalan mebangun

komunikasi yang baik menyebabkan ketidakpatuhan terhadap pengobatan dan

kontrol yang tak memuaskan terhadap hipertensinya 70-75% penderita hipertensi

didunia tidak diobati atau tidak terkontrol dengan baik.(Soesetyo, Boedi, 2002;59)

2.3 Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet dengan Terjadinya Kekambuhan

Hipertensi

Faktor yang menyebabkan kekambuhan hipertensi adalah gaya hidup yang

tidak sehat, terutama pola makan yang salah. Dengan pengaturan pola makan

(diet) secara ketat dan cenderung sembarangan tanpa petunjuk ahli gizi dapat

mengundang resiko makan makanan yang tinggi garam dan tinggi lemak dapat

meningkatkan vikositas (kekentalan) darah sehingga tekanan darah meningkat.

Apabila hipertensi ini tidak dapat ditangani akan timbul komplikasi seperti

stroke, gagal ginjal, gagal jantung sampai gangguan pengelihatan.


14
15

2.2 Konsep Dasar Kekambuhan Hipertensi

2.2.1 Definisi Kambuh Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan

diastolik dengan konsisten diatas 140/90 mnHg

(Baradero,Mary,2008;49).

Modifikasi pola hidup merupakan langkah pencegahan yang

baik agar penderita hipertensi tidak kambuh gejala

penyakitnya. Kambuh memiliki arti keadaan klien dimana

muncul gegala yang sama seperti sebelumnya dan

mengakibatkan klien harus dirawat kembali.

Pemeriksaan tekanan darah

1. Jelaskan prosedur pada klien

2. Cuci tangan

3. Atur posisi klien

4. Letakkan lengan yang hendak di ukur dalam posisi terlentang


16

5. Buka lengan baju

6. Pasang manset pada lengan kanan / kiri atas sekitar 3cm di atas fossa

cubiti (jangan terlalu ketat maupun jangan terlalu longgar)

7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/ sinistra

8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba

9. Pompa terus sampai monometer setinggi 20mmHg dari titik radialis tidak

teraba

10. Letakkan diafragma stetoskop diatas atas arteri brankialis dan dengarkan

11. Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan

dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawan arah jarum jam.

12. Catat tinggi air raksa monometer saat pertama kali terdengar kembali

denyut.

13. Catat tinggi air raksa pada monometer

- Suara korotkoff I: menunjukan besarnya tekanan sistolik secara

auskultasi

- Suara korotkoff IV/V: menunjukan besarnya tekanan diastolik secara

auskultasi

14. Catat hasilnya pada catatan pasien

15. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

(Alimul,Aziz,2005:15-18)

Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolic atau sistolik yang

intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau

lebih tinggi pada orang yang berusia di atas 50 tahun memastikan hipertensi.
17

(L.Jaime,2008:208)

Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia

1. Pra lansi (prasenilis)

Seorang yang berusia antara 45-59 tahun

2. Lansia

Seorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3. Lansia resiko tinggi

Seorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia 60

tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI,2003)

4. Lansia potesial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang

dapat menghasilkan barang/ jasa (Depkes RI,2003)

5. Lansi tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung

pada bantuan orang lain. (Depkes RI,2003)

Takanan darah normal rata-rata


18

Usia Tekanan darah (mmHg)


Bayi baru lahir 40 (rerata)
1 bulan 85/54
1 tahun 95/65
6 tahun 105/65
10-13 tahun 110/65
14-17 tahun 120/75
Dewasa tengah 120/80
Lansia 140/90

2.2.2 Penyebab Hipertensi

Berhubungan dengan lebih dari 90% penderita hipertensi

digolongkan atau disebabkan oleh hipertensi primer, maka

secara umum yang disebut hipertensi primer. Meskipun

hipertensi primer belum diketahui dengan pasti

penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan

beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya

hipertensi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor

keturunan, ciri perseorangan, dan kebiasaan hidup.

a. Faktor Keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan

memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan

hipertensi jika orang tuanya adalah penderi hipertensi.

b. Ciri Perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya

hipertensi adalah umur, jenis kelamin, dan ras. Umur

yang bertambah akan menyebabkan terjadinya kenaikan

tekanan darah. Tekanan darah pada pria umumnya lebih

tinggi dibandingkan wanita. Juga, statistik di Amerika


19

menunjukkan prevelensi hipertensi pada orang kulit

hitam hampir dua kali lebih banyak di bandingkan

dengan kulit putih.

c. Kebiasaan Hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya

hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi,

kegemukan atau makan berlebihan, stres dan pengaruh

lain.

 Konsumsi Garam yang Tinggi

Dari data statistik ternyata dapat diketahui bahwa

hipertensi jarang di derita oleh suku bangsa atau

penduduk dengan konsumsi garam yang rendah.

Dunia kedokteran juga telah membuktikanbahwa

pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan

tekanan darah, dan pengeluaran garam dapat

menurunkan tekanan darah; dan pengeluaran

garam (natrium) oleh obat deuretik (pelancar

kencing) akan menurunkan tekanan darah lebih

lanjut.

 Kegemukan atau Makan Berlebihan

Dari penelitian kesehatan yang banyak

dilaksanakn, terbukti bahwa ada hubungan antara

kegemukan (obesitas) dan hipertensi. Meskipun

mekanisme bagaiman kegemukan menimbulkan


20

hipertensi belum jelas, tetapi sudah terbukti

penurunan berat badan dapat menurunkan

tekanan daran

 Stres atau Ketegangan Jiwa

Sudah lama diketahui bahwa stres atau

ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa

marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat

merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan

hormon adrenalin dan memicu jantung berdenyut

lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan

darah akan meningkat. Jika stres berlangsung

cukup lam, tubuh akan berusaha mengadakan

penyesuaian sehingga timbul kelainan organis

atau perubahan patologis

(Dr.Hans Selye: Generel Adaptation

Syndrme,1957)

 Pengaruh Lain

Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya

tekanan darah adalah sbb:

 Merokok karena merangsang sistem

adrenergik dan meningkatkan

tekanan darah.

 Minum alkohol
21

 Minum obat-obatan, misal: ephedrin,

prednison, epinefrin

(Gunawan, Laly,2001)

2.2.3 Klasifikasi Derajat Tekanan Darah Menurut WHO-ISH

1999

no Katagori Sistolik Diastolik

(mmHg) (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal <130 <85
3 Normal tinggi 130-139 85-89
4 Hipertensi derajat 1 (ringan) 140-159 90-99

Subgrup: perbatasan 140-149 90-94


5 Hipertensi derajat 2 (sedang) 160-179 100-109
6 Hipertensi derajat 3 (berat) >= 180 >=110
7 Hipertensi sistolik >=140 <90

(Isolated Systolic

Hypertension)

Subgrup: perbatasan 140-149 <90

a)

2.2.2 Pencegahan Kekambuhan Hipertensi

Dari kumpulan leafrek kuliah dan berbagai sumber,

pencegahan kekambuhan hipertensi terdiri dari :

a. Olahraga : bermanfaat untuk meningkatkan

kekuatan otot tubuh, membakar lemak tubuh,

mempertahankan berat ideal, memperlancar

peredaran darah dan menurunkan stres

b. Mengatur makanan : kurangi konsumsi makanan


22

berlemak, sate kambing, jeroan, dan makanan yang

banyak mengandung garam

c. Kurangi konsumsi kopi dan berhenti merokok

d. Hindari stres ( komunikasi yang baik dan

relaksasi )

e. Kontrol tekanan darah secara teratur

f. Mendekatkan diri pada Allah SWT.

( www.wikimedya.blogspot.com ).

2.2.4 Gejala yang Diperlihatakan Penderita

Hipertensi

a) Sakit kepala berat

b) Muntah terus menerus

c) Gangguan penglihatan

d) Kejang – kejang

e) Gangguan kesadaran sampai koma

f) Sesak nafas

g) Sakit dada

h) Sakit perut berkepanjangan

i) Bunyi atau denyut jantung tidak teratur

j) Kaki bengkak

k) Air seni berkurang atau tidak ada sama sekali


23

l) Sakit pinggang akut

( Junaidi,Iskandar,2001;112)

2.2.4 Aturan Dasar Bagi Pengidap Hipertensi

a) Mintalah agar tekanan darah anda diukur secara teraturan atau

ukurlah sendiri

b) Kurangi garam

c) Turunkan berat badan

d) Minumlah obat yang diresepkan Dokter

e) Berhentilah merokok

f) Kurangi alkohol

g) Berolah ragalah secara teratur

h) Hindari tekanan darah dan stres

i) Dapatkan cukup tidur, belajarlah untuk bersantai

j) Biarlah Dokter anda memutuskan apakah anda cukup bugar

untuk menyetir

k) Ambillah liburan setidaknya 1 sampai 2 minggu

l) Berhati – hatilah pada ketinggian lebih dari 8000 meter

- perubahan iklim yang tiba-tiba, ketika terbang

( Peter,Hanns,2007;191)
24
25
26

Bab 3

Kerangka Konseptual dan Hipotesis


27

2.2 Kerangka Konsep

Penyabab
- kebiasaan hidup

- stres

- merokok

- minum alkohol

Pencegahan Klasifikasi
- olah raga - hipertensi ringan

140/90-159/99mmHg
- kepatuhan diet
- hipertensi sedang
- hindari stres
160/100-179/109mmHg
- kontrol tekanan
- hipertensi berat
darah
>=180/>=110 mmHg

Kekambuhan

Hipertensi

Gejala
- sakit kepala berat

- muntah terus-menerus

- kejang-kejang

- sesak nafas

- sakit dada

- gangguan kesadaran sampai koma

- bunyi atau denyut jantung tidak teratur


28

Keterangan :

---------------- : Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

3.2 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan yang bermakna antara tingkat kepatuhan diet dengan

kekambuhan hipertensi di Puskesmas Sobo.

BAB 4
29

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Desain penelitian adalah suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi

permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data dan digunakan untuk

mendefinisikan struktur dimana penelitian dilaksanakan. (Nursalam, 2003 : 72)

Berdasarkan masalah dan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis

penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dan menggunakan rancangan

penelitian study korelasional (hubungan / asosiasi) dengan bentuk rancangan cross

sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-

faktor resiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat. (Notoatmodjo, 2002 : 146).

4.2 Kerangka Kerja

38

Populasi : Pasien yang memiliki keluhan rematik


yang berobat di Puskesmas Sobo. N = 1060

Purposive sampling

Sampel : Sebagian dari populasi yang


memenuhi kriteria inklusi n = 30
Penelitian non eksperimental, rancangan studi
korelasional dengan bentuk cross sectional
30

4.3 Populasi, Sample dan Sampling

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut

masalah yang diteliti (Nursalam, 2001 : 64). Populasi yang digunakan

adalah seluruh penderita yang memiliki keluhan hipertensi yang berobat di

Puskesmas Sobo 1060 orang.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih untuk bisa

memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2001 : 64). Sampel yang

digunakan adalah sebagian dari pasien dengan hipertensi yang berobat di


31

Puskesmas Sobo dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Peneliti

menggunakan jumlah sampel terkecil yaitu 30.

4.3.2.1 Kriteria Sampel

a) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik subjek

penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan

diteliti (Nursalam, 2001 : 65). Kriteria inklusi dalam penelitian

ini :

 Pasien yang mempunyai keluhan kambuh hipertensi yang

berobat di Puskesmas Sobo.

 Pasien hipertensi yang mampu membaca dan menulis

 Pasien hipertensi yang kooperatif

 Pasien hipertensi yang bersedia menjadi responden

b) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau

mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi studi

karena berbagai sebab (Nursalam, 2001 : 65).

 Pasien bukan penduduk asli Sobo

4.3.3 Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari

populasi untuk dapat mewakili populasi. (Nursalam, 2001). Tehnik

purposive sampling adalah suatu tehnik penetapan sampel dengan cara

memilih sampel diantara populasi sesuai yang dikehendaki peneliti (tujuan /

masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili

karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2001).


32

4.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

4.4.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dll). (Nursalam, 2008:97)

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Independet (bebas)

Variabel Independent adalah variabel yang nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam, 2008 : 97). Variabel Independent

(bebas) dalam penelitian ini adalah tingkat kepatuhan diet.

2. Variabel Dependent

Variabel Dependent adalah variabel yang nilainya ditentukan

oleh variabel lain (Nursalam, 2008 : 78). Variabel dependent

(tergantung) dalam penelitian ini adalah kejadian kambuh hipertensi

4.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

dapat diamati (diukur) untuk di observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap situasi objek yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain

(Nursalam, 2008 : 100).


Tabel 4.1 : Definisi Operasional

Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Independent : Menjalankan Pasien hipertensi Kuisioner Nominal Patuh =

Kepatuhan semua perintah dibatasi 56 – 100%

Diet mengkonsumsi Tidak patuh


dan
- Garam < 56%
meninggalkan
berlebihan
semua yang
- Mentega dan
dilarang dalam
margarin yang
program diet
asin

- Makanan yang

di asap/

diawetkan

- Makanan snack

asin

- Kacang-

kacangan

- jeroan
Dependent : Keadaan klien - Hipertensi ringan Observasi Ordinal

Kekambuhan dimana muncul 149/90-159/99mmHg

Hipertensi - Hipertensi Sedang


gegala yang

sama seperti 160/100-

179/109mmHg
sebelumnya
- Hipertensi
pada
Berat
peningkatan
>= 180/>=110mmHg
tekanan darah
sistolik dan

diastolik dengan

konsisten diatas

140/90 mnHg

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Sobo Banyuwangi.

4.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan April 2010

4.6 Pengumpulan Data dan Analisa Data

4.6.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan kuisioner dan

obsevasi. Data dari masing-masing responden dikumpulkan dan dikelompokkan untuk

mengetahui hubungan tingkat kepatuhan diet dengan kekambuhan hipertensi yang

tercantum pada lembar kuisioner.

4.6.2 Analisa Data

Langkah-langkah analisa

a. Coding

Memberikan kode-kode pada setiap responden. Pertanyaan-pertanyaan dan segala

hal yang dianggap perlu. Pada data khusus “Kambuh Hipertensi” kode jawaban

yang digunakan adalah dengan item “Ya” dan “Tidak”

b. Scoring

I. Makanan Tinggi Purin


Penilaian sekor untuk Tingkat Kepatuhan Diet

Skore didapat
x 100%
Skore maksimal
- Patuh = 56-100%

- Tidak Patuh = <56%

Untuk pertanyaan no 1-5 :

- Jawaban Ya = 1

- Jawaban Tidak = 2

Untuk pertanyaan no 6-10 :

- Jawaban Ya = 2

- Jawaban Tidak = 1

II. Kambuh Hipertensi

- Ya : Menjawab minimal 4 item (a,b,c,d). Mengalami Kambuh HIpertensi

- Tidak : Menjawab kurang dari 4 item (a,b,c,d). Tidak mengalami gejala

Kambuh hipertensi

c. Tabulating

Mentabulasi hasil data yang diperoleh sesuai dengan item pertanyaan dan

selanjutnya dilakukan uji statistik yang dipakai untuk menentukan antara dua

variabel yaitu tingkat kepatuhan diet dengan kekambuhan hipertensi adalah uji chi

square.

Rumus :

b k
(Oij − Eij)2
∑ ∑ Eij
X2 =

( n. j ) . ( n.i )
Dimana : Eij = n

Keterangan :
Oij : Frekuensi yang diamati ketagori pada baris yang ke-i dan kolom ke-j.

Eij : Nilai pengamatan hasil perhitungan

nj : Jumlah n kolom pada sel yang bersangkutan

ni : Jumlah n baris pada sel yang bersangkutan

Jika X2 hitung > X2 tabel α, df = (b – 1) (k – 1), maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Tabel 4.2

Crosstabulasi Kepatuhan Diet dengan Kekambuhan Hipertensi

Kepatuhan Diet

YA TIDAK TOTAL
Kekambuhan Hipertesi

TINGGI O11 O12 N1


SEDANG O21 O22 N2
RENDAH O31 O32 N3
TOTAL N1 N2 N

4.7 Etika Dalam Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan rekomendasi dari STIKES Banyuwangi

dan permintaan izin Kepala Puskesmas Sobo untuk mendapatkan persetujuan. Setelah

mendapatkan persetujuan berulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika,

antara lain :

4.7.1 Informed Consent

Informed consent diberikan sebelum riset dilaksanakan pada subyek yang

diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang akan dilakukan. Jika subyek

bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika menolak untuk

diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati haknya.

4.7.2 Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek-subyek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi

inisial dan kode lembar kuisioner tersebut.

4.7.3 Confidentialy

Semua informasi yang diberikan subjek dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanya data kelompok tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil

riset. (Nursalam, 2003).

You might also like