Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
HAMRAN AMBRIE
Brosur Korr. Serie ke–9 ini, adalah untuk menjawab atas brosur Sdr. A. Tou yang
suntingannya oleh satu team Proyek Mau’izhatul Hasanat, Jemaat Ahmadiyah cabang
Denpasar Bali, yang berjudul “Isa (as) dan Muhammad dalam Perspektif Nubuatan”
(sebagai lanjutan dari permasalahan yang terdahulu).
II. Disamping itu untuk argumentasi penginjilan, dalam hal yang sama akan dibahas
juga pemikiran penulis-penulis lain yang sejajar dengan Sdr. A. Hasan Tou, agar
masalah ini dapat diungkapkan secara tuntas dan menyeluruh.
Mari kita adu argumentasi. Mari kita adu kebenaran, supaya kebenaran yang hendak
kita dambakan itu dapat dinyatakan. Terima kasih.
IV. Penelaahan tentang “Siapakah Almasih yang dijanjikan akan datang itu”, sama
sekali tidak ada tanggapan ataupun sanggahan Saudara. Sdr. A. Hasan masih
berjanji dalam surat khususnya, untuk menanggapinya kemudian. Silahkan!
Permintaan Sdr. A. Hasan Tou, supaya brosur yang mengenai masalah ini
dikirimkan juga kepada cabang Jemaah Ahmadiyah lainnya di Indonesia, bahkan
juga kepada beberapa pribadi khusus di Rabwah-Pakistan-supaya ada tanggapan
dari salah seorang dari mereka, itupun sudah saya penuhi.
Hal ini perlu kita telaah. Dalam naskah saya yang lalu (korr. No. 8) cukup gamblang
mengemukakan argumentasi yang meyakinkan bahwa pengakuan Mizra Ghlam Ahmad
sebagai almasih yang dijanjikan itu, adalah tidak benar, tidak ada suatu fakta apapun
yang cukup meyakinkan. Meskipun demikian, pengakuan Mizra Ghulam Ahmad dan
keturunannya Mizra Nasir Ahmad itu penting bagi kita untuk membuktikan dengan nyata
bahwa nubuat Alkitab yang tertulis dalam Injil Matius 24:5 dan lain-lain yang
mengatakan bahwa “akan muncul nabi palsu dan yang mengaku Mesias yang
menyesatkan “ itu, sekarang sedang dan sudah digenapi. Haleluya!
Patut kita catat, bahwa Almasih yang dijanjikan ini akan datang adalah pada akhir zaman
yang lazim dikatakan juga “hari kiamat”, yaitu suatu hari yang sudah tidak ada lagi “hari
besok atau lusa”, apapun pula bertahun-tahun kemudian. Kepalsuan Mizra Ghulam
Ahmad ini kita tandai bahwa kehadirannya jelas bukanlah pada akhir zaman (seperti yang
dinubuatkan) bahkan ternyata dia sendiri sudah mati, dan keturunannya sudah pula mati.
Namun akhir zaman itu belum juga masanya, dan diapun tidak pernah menjadi hakim
yang adil, mengadili umat manusia seluruhnya.
Apakah fakta ini masih juga belum dapat saudara-saudara dari Jemaat Ahmadiyah
nilai sebagai suatu bukti yang sangat nyata akan kepalsuannya da’wah Mizra
Ghulam Ahmad itu sebagai Almasih yang dijanjikan?
Hadist nabi Muhammad yang diimani oleh seluruh umat Islam, dengan tegas bahwa
Almasih yang dijanjikan akan datang itu namanya adalah ibnu Maryam, bukan
Mizra Ghulam Ahmad.
V. Supaya Khalayak ramai yang mengikuti pembahasan kami, antara saya (Hamran
Ambrie) dengan A. Hasan Tou plus Jemaat Ahmadiyah cabang Denpasar Bali
mengetahui, dapat saya kabarkan bahwa:
2. Begitupun tentang analisa Injil, tentang Kebanaran Alkitab. Pengertian Salib bagi
Isa (as) dan Uraian Tritunggal, sama sekali tidak disanggah.
3. Juga mengenai Almasih yang dijanjikan, nubuat akhir jaman, masalah mansokh
mukjizat Muhammad dan lain-lain tidak tersanggah.
Saudara seiman berdoalah, agar Rohulkudus menolong kita bersaksi, agar kebenaran
iman Kristiani nyata, dan mana Tuhan dipermuliakan hingga pada kesudahan alam.
Amin.
“Maka kesimpulan yang ditarik sdr. Ambrie, seolah-olah Al Fatihah itu merupakan
serangkum permohonan doa oleh Allah yang satu kepada Allah yang lain, hanya lantaran
bentuk “derecterede”dari surah itu dan juga karena tidak didahului kata “Qul” adalah
kesimpulan yang terlalu naïf. Tidak sepantasnya seorang domine terperosok dalam
pengertian sedungu itu. Sayang!”
Saya tidak pernah menyimpulkan demikian. Cobalah saudara baca baik-baik sekali
lagi. Kesimpulan itu adalah kesimpulan saudara sendiri.
Saya hanya bertanya, bahwa kalau apa yang tertulis dalam Quran itu memang merupakan
Firman Allah, merupakan Sabda Allah, dengan kata lain bahwa yang tertulis dalam
Quran itu semuanya ucapan Allah, dalam bentuk directerede maka:
a. Saya bertanya : Allah yang manakah lagi yang di atas namakan oleh Allah itu
sendiri, seperti Sabda Allah yang tertulis dalam Quran s. Al Fatihah ayat 1 yang
berbunyi “Atas nama Allah yang Pemurah lagi Penyayang”
b. Saya bertanya : Siapakah yang dimaksud “Engkau” yang Allah sembah, seperti
Sabda atau ucapan Allah yang tertulis dalam Quran s. Al Fatihah ayat 5 yang
berbunyi: “Engkaulah yang kami sembah dan kepada Engkau kami minta
pertolongan”.
c. Saya bertanya : Kepada siapakah permohonan doa Allah ini ditujukan, seperti
Sabda atau ucapan Allah yang tertulis dalam Quran s. Al Fatihah ayat 6 yang
berbunyi: “Tunjukilah kami jalan yang lurus”.
Pertanyaan-pertanyaan itu timbul karena Quran itu adalah sabda Allah dalam bentuk
directerede. Saudara sendiri akui demikian bukan?
Seandainya Quran s. Al Fatihah ini adalah sabda Allah dalam bentuk indirecterede, yaitu
Sabda Allah yang disuruh ucapkan orang lain, misalnya Nabi Muhammad merupakan
indirecterede, yang selalu dimulai dengn kata “Qul”, pastilah saya tidak akan bertanya
lagi.
Uraian saudara yang panjang lebar dalam halaman 16 ad. 19, adalah kalau Quran s. Al
Fatihah itu dalam bentuk indirecterede. Jadi jelaslah bahwa uraian Saudara itu bukanlah
jawaban dari apa yang saya tanyakan. Uraian Saudara itu nampak sekali hanya ingin lari
dari permasalahan yang sedang dibicarakan, yaitu pertanyaan-pertanyaan saya yang
pernah saya kemukakan seperti pada point a.b.c.diatas. saudara sudah akui bahwa Quran
s. Al Fatihah itu adalah dalam bentuk indirecterede form, artinya bahwa yang tertulis
dalam Quran s. Al Fatihah ayat 1, 5 an 6 itu memang ucapan Allah, memang Sabda
Allah, memang sabda Allah. Kenapa begitu susah untuk menjawabnya, atau memang
tidak bisa dijawab, atau jawaban serba salah, karena itu diperlukan jawaban yang
mengambang, seperti yang saudara kemukakan dalam MH.04 itu.
Apakah masih dapat saya harapkan jawaban Saudara yang tuntas, atau pengakuan yang
jujur saja bahwa Quran s. Al Fatihah itu memang bukan firman Allah. Pokoknya tuntas,
jangan ngambang.
Ya, tidak apalah. Karena sayapun maklum taktik Saudara A. Hasan ini, sekedar untuk
lari, bersembunyi untuk menghindar dari permasalahan yang dibicarakan.
Dalil yang saudara kemukakan itu, menunjukkan Saudara kehabisan akal, karena
memang sudah tidak sanggup mengemukakan argumentasi yang wajar dan sehat.
Apakah tidak lucu, kalau Saudara menyamakan kata “Fatoah” itu dengan “Fatihah”.
Itupun kalau memang benar kata terbuka itu dalam bahasa Ibraninya fatoah. Kalau begitu
bagaimana pendapat Saudara “seorang penjahit” itu, sama juga artinya dengan “seorang
penjahat”, karena hanya berbeda satu huruf antara I dan a.
Yang benar saja Saudara A. Hasan. Cara demikianlah apa yang Saudara katakana sendiri
“asbun” alias asal bunyi. Kita belajar bermain secara “fakta” mengadu argumentasi
kebenaran, bukan main sulap, bermain meraba-raba, main putar lidah ala pakrul-pakrilan.
Makna Kitab Wahyu 10:1-2 yang sesungguhnya dapat saya terangkan sebagai berikut:
1. Kitab Wahyu itu sendiri, adalah merupakan Kitab nubuatan untuk akhir jaman
(hari kiamat) dimana manusia dibangkitkan untuk menerima pengadilan yang adil
oleh Al-Masih yang dijanjikan. Jadi sama sekali tidaklah untuk menubuatkan
abad ke-6 atau masa 1300 tahun yang lalu.
2. Kitab Kecil yang terbuka itu, ialah yang disebutkan juga “Kitab al-Hayat”,
sebagaimana diterangkan dalam Wahyu 20:12, dan berdasarkan catatan Kitab
Hayat itulah orang akan mendapat keselamatan hidup yang Kekal. Tujuh guruh
yang dimaksudkan itu adalah bunyi dari sangkakala di hari kiamat itu, yaitu suatu
hari di alam baqa, bukan alam dunia yang kita berpijak saat ini.
Uraian diatas ini adalah berdasarkan Alkitab. Apakah sekarang dapat Saudara fahami
dengan baik?
2. MAKNA SALIB DAN PENEBUSAN DOSA WARISAN
Masalah ini sebenarnya sudah saya uraikan sebagiannya dalam brosur korr. Serie ke-7
bagian IV halaman 15 s/d 20. maka uraian ini, Sdr. A. Hasan sama sekali tidak
mengadakan sesuatu sanggahan, tetapi dalam brosur MH. 04 masalah yang sama
dikemukakan kembali.
Sebenarnya, kalau Saudara tidak puas atau berpendapat lain dengan uraian pandangan
saya, kemukakan sanggahan dengan menunjukkan pemikiran-pemikiran yang sehat, dalil-
dalil yang masuk akal, argumentasi-argumentasi yang meyakinkan. Dengan cara
demikian, akan dapat melihat kepada kesudahan pembahasannya setingkat demi
setingkat, hingga sampai kepada satu kesimpulan.
Saya sangat senang sekali, kalau membaca sanggahan Saudara yang kuat dan argumentis,
hingga dapat menimbulkan keyakinan saya, bahwa Saudara berada dipihak yang benar,
atau secara terus terang dan jujur, jika memang uraian saya itu tidak tersanggah, akuilah
dengan hati yang terbuka.
Sebab itu saya tunggu sanggahan Saudara yang baik dan fair atau pengakuan yang jujur.
Dan sementara itu baiklah saya teruskan saja untuk memberi jawab atas uraian yang
Saudara kemukakan terakhir ini sebagai berikut:
“Maka lahirlah teori dogmatic tentang “penebusan dosa warisan” lewat kematian
Isa (as) di tiang salib, suatu doktrin yang sangat asing dan tidak dikenal dimasa
dini Kekristenan. Yang bertanggung jawab atas penyimpangan total dari spectrum
Tauhid rumpun Ibrahim itu adalah Paulus (d/h Saul), seorang peranaka Yahudi
yang sengaja menyusup kedalam persekutuan Kristen untuk tujuan melumpuhkan
roh sejati Jemaat Al-Masih itu dengan membiakkan faham-faham kekafiran
didalamnya”. (MH04-hal.9)
Sebagaimana terangkan diatas, uraian ini memang sudah diuraikannya juga terdahulu,
dalam MH04 hal. 11, dan sudah saya berikan penjelasannya dalam brosur saya korr. 7
hal. 15 s/d 20, namun Saudara A. Hasan Tou tidak singgung dan juga tidak
menyanggahnya.
Makna “Salib dan Penebusan Dosa”, meskipun sudah saya uraikan dalam brosur Korr. 7
halaman 15, dan tidak disanggah oleh Saudara A. Hasan Tou dkk. Sebentar lagi akan
saya uraikan kembali untuk lebih menjelaskan.
Sebelum itu, baiklah sekarang saya akan menguraikan dahulu makna Dosa Warisan, yang
masih kurang difahami oleh saudara-saudara kita yang berlatar belakang pendidikan
Islam, diantaranya nampak juga pada pribadi Saudara kita A. Hasan Tou dan anggota
Jemaat Ahmadiyah umumnya.
Untuk membicarakan masalah Dosa Warisan ini, haruslah kita lebih dahulu
membedakannya dengan pengertian Dosa Perbuatan. Adapun Dosa Perbuatan, ialah dosa
yang diperbuat oleh masing-masing pribadi, seperti dosa membunuh, menipu, mencuri
dan sebagainya. Dosa perbuatan ini adah menjadi tanggung jawab risiko masing-masing
pribadi. Dosa perbuatan seorang bapa tidak akan ditanggung oleh anaknya, begitupun
dosa perbuatan seorang anak tidak akan ditanggung oleh ayah-ibunya. Hal ini dapat kita
baca dalam Kitab Yehezkiel 18:20 yang mengatakan bahwa “Orang yang berbuat dosa,
itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar
akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung
diatasnya”. (Yehezkiel 18:20)
Kita semua tentu sudah sependapat (Islam dan Kristen) bahwa Adam dan Hawa telah
melakukan perbuatan dosa, melanggar larang Allah mendekati dan memakan buah-nya
pohon yang dilarang itu. Ceritera kejadian ini dapat kita baca dalam Quran s. Al Baqarah
30-39, Q.s Al A’raf 11-20, Alkitab: Kejadian 2:15-17.
Untuk jelasnya, baiklah dibawah ini kita salinkan saja ayat-ayat yang terpenting sebagai
berikut:
Quran s. Al Baqarah:
35. Berkata kami: “Hai Adam! Tinggallah engkau bersama perempuan engkau
didalam Sorga (kebun), dan makanlah engkau berdua buah Sorga itu dengan
senang menurut kehendak engkau, dan janganlah engkau berdua mendekati pohon
kayu itu. Jikalau engkau mendekati niscaya masuklah engkau kedalam golongan
orang-orang aniaya.”
Quran s. Al A’raf :
23. Keduanya menjawab: “Ya Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami
sendiri, dan sekiranya Engkau tidak mengampuni kesalahan kami dan belas
kasihan, niscaya kami masuk golongan orang-orang yang merugi.”
24. Allah berfirman kepada keduanya: Turunlah kamu, setengah kamu dengan yang
lain bermusuh-musuhan. Kamu boleh tinggal diatas bumi dengan bersuka ria
sehingga sampai ajalmu.
25. Firman Allah: Dibumi itulah kamu hidup, dan disanalah kamu mati, dan dari
padanya kamu keluar nanti (bangkit).
“Maka TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam Taman
Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi
perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya
dengan bebas,tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah
kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
”Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari
mana ia diambil.”
“Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat
sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan
berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.”
1. Adam dan Hawa telah melakukan perbuatan dosa pelanggaran di Sorga atau
Taman Firdaus – Eden.
3. sebagai akibat dari dosa ini, maka selama Adam dan keturunannya, yaitu kita-kita
ini berada di dunia fana akan mengalami :
a. Datangnya maut (kematian rohani dan badani), dan hilangnya kehidupan
kekal di alam sorgawi (sebab jatuh kedalam dosa terpisah dengan Allah).
b. Sebagai pengganti dari kehidupan kekal sorgawi yang hilang itu, Adam
dan Hawa seketurunannya (yaitu kita0kita ini) diganti dengan kehidupan
fana, hidup sementara dibumi dengan kematian (maut) dan
kebangkitannya kemudian di akhir zaman (kiamat) untuk mendapatkan
kehidupan kekal itu kembali di alam sorgawi (baca Quran 7:25).
c. Seketurunan Adam (kita-kita ini) akan timbul permusuhan satu sama
lainnya, sebagaimana diterangkan dalam Q. 7:24, Q. 2:36, Alkitab:
Kejadian 4:8-11).
d. Selama di bumi alam fana ini akan didatangkan juga tandingan-
tandingan hidup bagi anak-anak Adam (keturunannya ya kita-kita ini)
dengan pendaya-pendaya setan, sehingga kehidupan kita selalu dalam
godaan (Q. 7:27, Kejadian 3:15).
Sebab akibat dari dosa Adam di Sorgawi/Taman Firdaus-Eden tersebut, yang dikenal
dengan sebutan “Dosa maut” yaitu hilangnya kehidupan kekal dialam sorgawi itu, maka
ganjaran yang Allah berikan kepada umat manusia keturunan Adam hingga sekarang
yang dapat kita rasakan, adalah apa yang telah saya uraikan diatas bagian a, b, c, d dan e.
Dosa warisan yang berupa “maut” (kematian rohani) yaitu hilangnya hak hidup kekal
sorgawi itu, agar dapat dipulihkan kembali kekal sorgawi, untuk itulah Isa (as) Al-Masih
dilahirkan sebagai Juruselamatnya. Dosa maut (kematian rohani) inilah yang menjadi
beban penebusan Isa (as) dengan kematiannya dipalang kayu salib itu. Makna penebusan,
artinya rela menjadi korban kedurhakaan orang-orang Yahudi, demi membela kebenaran
untuk keselamatan umat manusia, keselamatan saya dan Saudara.
Sedangkan akibat-akibat lainnya, seperti kematian jiwa nafsiyah, kehidupan yang fana,
permusuhan sesamanya, penderitaan wanita waktu mengandung dan bersalin, godaan-
godaan setan dan lain-lain sebagai dosa warisan akibat kesalahan Adam itu tetap berlaku
di alam fana ini sampai pada kesudahan alam.
Kiranya uraian diatas ini dapat difahami tentang pengertian Dosa Warisan itu, dan
tidaklah dikacaukan dengan pengertian dosa perbuatan Dosa Perbuatan pribadi kita
masing-masing.
Kata-kata yang berbunyi: “Isa (as) mati dikayu salib untuk menebus dosa kita semua”
atau “penebus dosa warisan” masih merupakan batu sandungan, yang sulit difahami oleh
saudara-saudara kita non-Kristen, terutama dari golongan Islam, diantaranya nampak
pada pribadi saudara-saudara kita A. Hasan Tou dan anggota Jemaat Ahmadiyah.
Karena itu, adalah merupakan tugas kerohanian bagi setiap orang Kristen pengikut Al-
Masih untuk memberi jawab, menjelaskan makna pengertian Salib yang menjadi puncak
derita Isa (as) ini kepad setiap orang, agar kesalah-fahaman sementara ini dapat
dihindarkan.
Pada kesempatan ini, baiklah akan saya jelaskan makna pengertian Salib kesengsaraan
Isa (as) ini sebagai berikut:
1. Isa (as) datang, dilahirkan kedunia ini, sebagai Firman Allah yang Hidup, untuk
menyelamatkan dunia umat manusia dari belenggu Kuasa Dosa, sebagaimana
disebutkan Injil Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia,
sehingga Ia telah mengaruniakan Putera-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
2. Isa (as) berusaha agar setiap orang menyembah Allah dengan kebenaran,
sebagaimana juga dijelaskan dalam Injil Yohanes 4:24 “Allah itu Roh dan
barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.”
Begitupu Injil Matius 4:10 mengetakan “Maka berkatalah Isa (as) kepadanya:
“Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu,
dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
3. Isa (as) menyerukan, agar Hukum Taurat dan kitab nabi-nabi itu disempurnakan,
sebagaimana juga Isa (as) mengamarkanNya, termuat dalam Injil Matius 5:17 :
"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum
Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan
untuk menggenapinya.”
4. Dalam Injil Markus 12:29-31 tertulis demikian: “Jawab Isa (as): "Hukum yang
terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu ESA.
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu
dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum
yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada
hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.”
Dalam Injil Matius 7:12 ada tertulis demikian: “Segala sesuatu yang kamu
kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada
mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
5. Jalan untuk mencapai kebenaran itu semua dan mendapat keselamatan kekal abadi
itu. Isa (as) mengatakan: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun
yang datang
kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6)
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya
Allah yang benar, dan mengenal Isa (as) Al-Masih yang telah Engkau
utus.”(Yohanes 17:3)
“Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak
percaya akan dihukum.” (Markus 16:16)
Semua pekerjaan Isa (as) untuk menyeru umat manusia agar memperoleh keselamatan
pengampunan dosa, juga supaya mendapatkan hak hidup kekal di alam sorgawi itu yang
terhilang oleh perbuatan dosa Adam supaya dipulihkan kembali oleh pihak penguasa
Imam-imam Yahudi dikala itu, Isa (as) dipersalahkan, dan Dia dihukum, dengan suatu
hukuman yang cukup mengerikan, yaitu mati diatas kayu palang (salib).
Dengan demikian, mengertilah kita makna pengertian Salib yang dialami Isa (as) Al-
Masih itu, tidaklah lain daripada akibat pengajaranNya, akibat da’wahNya, untuk
menyelamatkan kita umat manusia dari kuasa dosa, agar kita semua dapat hidup kekal di
alam baqa sorgawi. Sesuai dengan kehendak Allah untuk menyelamatkan umat dunia ini.
Isa (as) telah menderita mati di kayu salib, demi untuk keselamatan kita semua, supaya
kita mendapatkan hak hidup kekal kembali dialam sorgawi, Isa (as) telah menjadi korban,
telah menjadi binasa akibat aktivitas da’wahNya, demi untuk keselamatan hidup kekal
kita. Isa (as) telah jadi korban aktivitas menebus dosa warisan Adam yang menyebabkan
hilangnya kehidupan kekal alam sorgawi itu.
Isa (as) telah menderita dikayu Salib, karena aktivitasNya untuk membebaskan kita
semua dari belenggu Kuasa Dosa yaitu segala pengajaran sesat duniawi.
Uraian yang panjang menggambarkan aktivitas penyelamatan Isa (as) inilah menjadi
suatu simbul ungkapan dalam kata-kata “ISA (AS) MATI DIKAYU SALIB UNTUK
MENEBUS DOSA KITA SEMUA”.
Kematian Isa (as) Al-Masih dikayu Salib, dan pada hari ketiga Dia telah bangkit diantara
orang mati secara real -yaitu benar-benar dan sesungguhnya, kebangkitan jasmaniah
yang telah dipermuliakan, dapat dilihat dan diraba seluruh tubuh-Nya, serta bukti bekas
luka pada tangan dan kakiNya. (Lukas 24:36-40)
Selama 40 hari dalam masa kebangkitanNya, hingga sampai pada kenaikanNya, selalu
menyertai murid-muridNya dalam pekerjaanya memberikan keselamatan.
Injil Salib. Kematian dan Kebangkitan ini, merupakan intisari kesaksian Gereja, dan
merupakan puncak iman Kristen. Sebaliknya merupakan “duri dalam daging” bagi
golongan Islam, lebih-lebih bagi sekte Islam Jemaat Ahmadiyah yang begitu gigih
menyerang iman Kristen ini, yang seharusnya tidaklah perlu ada perasaan demikian. Dan
karenanya selalu diusahakan mengadakan sanggahan-sanggahan, dengan mengajukan
sangkalan-sangkalan dengan segala cara, agar kejadian yang ajaib ini tidak berakar dan
tidak tersebar luas, dan akhirnya mereka harap peristiwa ini tidak dipercayai. Injil yang
memberitakan Salib dan Kebangkitan ini dibantah, ditolak agar tidak berkembang dan
matilah seluruhnya.
Sebab itu pada kesempatan ini, saya khususnya untuk memberi jawab dari pihak-pihak
yang menyangkal kebenaran berita Salib, Kematian dan Kebangkitan serta Kenaikan
(Mikraj) Isa (as) Al-Masih.
Jawaban ini hendak saya bagi dua, yaitu pertama hendak saya tujukan kepada golongan
Islam umumnya, dan kedua khusus kepada golongan sekte Islam Jemaat Ahmadiyah.
Bagi golongan islam umumnya, yaitu yang berpegang kepada nats Quran, biasanya
mereka mengemukakan sebuah ayat Quran s. An Nisa 157 dan 158.
Kalau dari golongan Islam umumnya dengan berdasarkan Quran tersebut menyangkal
bahwa yang wafat dikayu salib itu adalah Sayidina Isa (as), melainkan orang lain yang
diserupakan, yaitu "Yahusa", maka pihak Ahmadiyah (salah satu sekte dalam agama
Islam) membenarkan dengan yakin, bahwa yang disalib itu adalah memang benar Isa
(as), tetapi ia tidak mati, melainkan hanya pingsan saja.
Baiklah kita pelajari kedua macam teori penyangkalan ini, agar dapat kita bahas
seperlunya. Patut diterangkan, bahwa pembahasan ini bukanlah berarti bahwa saya
kurang yakin akan kebenaran Alkitab. Bukan demikian. Malah saya ingin membuktikan
kepada mereka (dari pihak Islam dan Ahmadiyah), bahwa teori mereka ini tidak dapat
dipertahankan kebenarannya, dan karenanya tujuan mereka untuk mengoyahkan iman
Kristen itu tidak akan berhasil.
Saya, bahkan setiap orang Kristen, berkewajiban memberi jawab secara baik, lemah-
lembut yang dapat diterima oleh setiap orang yang mau berfikir secara wajar dan jujur
demi kebenaran.
Pertama-tama, baiklah saya kutipkan saja nats Quran s. An Nisa 157 dan 158 yang
menjadi dasar pnyangkalan mereka itu, yang berbunyi demikian:
“dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Almasih Isa Ibnu
Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula)
menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi
mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan-
penyaliban) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu, mereka
mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan
belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa, tetapi (yang
sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepadaNya. Dan adalah Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.”
Dari keterangan nats Quiran ini, dapat kita tarik suatu pengertian bahwa:
1. Memang telah terjadi peristiwa sesorang telah disalib dan mati. (bukan pingsan
menurut teorinya penyangkalan Ahmadiyah). Tetapi tidak dipastikan siapa yang
mati itu. Quran menyangkal bahwa yang mati itu adalah Isa Almasih (Isa (as) Al-
Masih). Ada yang mengatakan behwa yang disalib itu adalah Yahuza atau yudas.
2. Menurut Quran itu juga dikatakan bahwa orang-orang Yahudi memang
mengatakan dengan yakin, bahwa sesungguhnya mereka itu telah “membunuh
atau menyalib” Isa (as) itu.
Sekarang kita harus mencari keterangan yang menyakinkan, siapa sebenarnya yang
disalib dan mati itu. Untuk mendapatkan keterangan ini, kita harus mencari suatu
dokumentasi sejarah, atau suatu kesaksian dari seseorang atau beberapa orang yang
melihat dengan mata kepalanya sendiri akan peristiwa ini terjadi.
Dalam hal ini, adalah Alkitab, yang merupakan dokumentasi sejarah yang otentik, yang
terbuka dapat menjadi bahan informasi penyelidikan kita dalam masalah ini.
1. Saksi pertama.
Cerita mengenai Isa (as) di kayu salib ini terdapat didalam keempat injil, yaitu:
Injil Matius 27:35-38; Injil Markus 15:25-28; Injil Lukas 23:35-38 dan Injil
Yohanes 19:18-24.
Kesaksian dari keempat penulis Injil ini adalah merupakan bukti sejarah yang
nyata tenyang kematian Isa (as) dikayu salib itu.
Disamping itu dari keempat penulis injil ini, masih terdapat banyak orang-orang
lain yang menyaksikan peristiwa itu terjadi dengan mata kepala mereka sendiri.
Kesaksian dengan mata kepala sendiri ini, adalah kesaksian yang sah dan dapat
diterima dan benar. Kalau kita berpijak kepada ketentuan hokum, bahwa
kesaksian 2 atau 3 orang sudah cukup untuk meneguhkan bahwa sesuatunya itu
sebagai hal yang benar secara hokum. (Ulangan 17:6-7). Sebab itu kesaksian dari
4 penulis Injil ini tentang benarnya terjadi Isa (as) disalib dan mati, adalah
merupakan kesaksian yang benar dan sah serta menyakinkan kebenarannya dapat
dipercaya, dibandingkan dengan kesaksian Al-Quran yang ditulis sesudah 6 abad
kemudian dengan dugaan-dugaan yang tidak meyakinkan.
2. Bukti kedua.
Setelah Isa (as) dinyatakan mati oleh kesaksian kepala Pasukan maka Jusuf
Arimatea datang kepada Pontius Pilatus untuk meminta mayat tersebut untuk
dikuburkan. Permintaan itu dikabulkan. (Markus 15:42-46)
Seandainya yang diturunkan dari kayu salib itu bukan Isa (as), pastilah Jusuf
Arimatea menolaknya atau memberi keterangan ketidak benaran itu.
4. Bukti keempat
Orang-orang Yahudi meminta kepada Pontius Pilatus supaya kuburan dimana Isa
(as) dikuburkan agar dijaga. Permintaan itu dikabulkan. (Matius 27:62-66)
Seandainya yang dikuburkan itu adalah orang lain, bukan Isa (as), tidaklah
mungkin orang-orang Yahudi mrnjagai kuburan tersebut, karena Isa (as) pernah
mengatakan bahwa pada hari ketiga Ia akan bangkit (hidup) kembali.
5. Bukti kelima.
Seandainya yang disalibkan itu, bukan Isa (as) sendiri, tidaklah mungkin Ia dapat
mengeluarkan kata-kata yang penuh “kasih” sebagai aslinya tabiat Isa (as), yaitu:
“Bapa, ampunilah mereka sebab tidak diketahuinya apa yang diperbuatnya” dan
kalimat “Sudah Genap” (Te-telestai). Ini bukti yang membuktikan bahwa yang
disalib dan mati itu, tidaklah lain daripada Isa (as) Al-Masih itu sendiri.
6. Bukti keenam.
Seandainya yang disalib dan mati itu bukan Isa (as), tidaklah mungkin murid-
murid Isa (as) berani berkotbah ditengah-tengah bangsa Yahudi, sebagai
kesaksian bahwa yang disalib dan mati dikayu salib itu adalah Isa (as) dan telah
bangkit (hidup kembali), dengan rersiko yang sangat besar, yaitu akan dihukum
mati oleh penguasa-penguasa Yahudi.
“Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan
mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini
berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? Allah Abraham,
Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-
Nya, yaitu Isa (as) yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus,
walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan. Tetapi
kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki
seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah Ia, Pemimpin
kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan
Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi.”
(Kis. 3:12-15)
Dari sekian banyak adanya bukti-bukti yang menyakinkan ini maka tanpa ragu
kita dapat memastikan bahwa “orang yang disalibkan dan mati itu adalah Isa
(as)”, bukan orang lain, bukan Yudas atau Yahuza. Sedangkan Yudas tidaklah
mati disalib, melainkan ia mati karena bunuh diri. (Kis.1 :18)
Sebab itu dapat saya simpulkan dengan yakin, bahwa keterangan penyangkalan
Quran s. an Nisa 157-158, sama sekali tidak ada kekuatan untuk diterima
kebenarannya, bahwa yang disalib dan mati itu bukan SayidinaIsa (as).
Menurut pendapat saya, bahwa bagi seorang Muslim yang baik, pasti lebih percaya
kepada keterangan Quran suci, daripada keterangan Mirza Ghulam Ahmad.
Kalau saya ingin mengambil jalan tengah, misalnya: Quran mengatakan: memang ada
orang yang disalib serupa Isa (as) dan mati, tetapi bukan Isa (as).
Mirza Ghulam Ahmad menyatakan: Memang yang disalib itu Isa (as), tetapi tidak mati
hanya pingsan.
Ambil tengah: Isa (as) memang disalib (Mirza) dan memang mati (Quran).
Sekarang yakinlah: Isa (as) telah wafat diatas kayu salib. Pada hari ketiga telah bangkit
diantara orang mati.
Menurut teori lain dari kalangan Ahmadiyah ini, baik juga kita soroti alasan mereka yang
dikutip dari Risalah “At Tajdid fil Islam” jilid III oleh Ali Yasir, sebagai berikut:
1. Alasan pertama.
“Nabi Isa a.s. dipentang hanya beberapa jam saja (Markus 15:125, Yahya 19:14),
padahal mati disalib itu makan waktu yang lama sekali.”
Sanggahan: Dalam alasan mereka yang pertama ini, jelaslah sekali tidak ada
sesuatu argumentasi yang dapat meyakinkan. Sangkalan mereka hanya didasarkan
dugaan saja. Tentang lamanya kematian seseorang dalam kesengsaraan salib
sifatnya adalah relatif. Kematian Isa (as) dikayu salib dibuktikan atas kesaksian
seorang kepala lasykar. (Markus 15:44-45). Sebab itu alasan penyangkalan
Ahmadiyah ini, sama sekali tidak mempunyai nilai kebenaran.
2. Alasan kedua.
“Ketika rusuk Nabi Isa a.s. ditusuk oleh seorang lasykar Rumawi dengan tombak
mengalirkan darah dan air (Yahya 19:34), darah dan air suatu bukti bahwa Isa a.s.
belum mati.”
Ini adalah keterangan dari segi Ilmu Sains Kedoktoran, yang sama sekali bebas
dari pengaruh Agama.
3. Alasan ketiga.
“Nabi Isa a.s. tidak dikubur seperti dua penjahat melainkan dirawat oleh salah
seorang muridnya yang setia, yang merawat dengan baik dan menguburkan beliau
didalam kuburan batu yang luas dan kubur itu hanya ditutup dengan batu (Markus
15:46), tiga hari kemudian tempat batu penutup itu sudah terbongkar (Markus
16:4). Hal ini tidak akan terjadi jika Nabi Isa bangkit secara gaib.”
4. Alasan keempat.
“Tatkala Maryam Magdalena hari yang ketiga melihat Nabi Isa a.s. disangkanya
seorang jurutaman (Yahya 20:15), hal ini menunjukkan bahwa Nabi Isa a.s.
menyamar sebagai jurutaman.”
Sanggahan: Ayat ini bukanlah alasan sangkalan bahwa Isa (as) hanya pingsan –
tidak mati. Ayat tersebut, adalah menunjukkan Isa (as) sudah bangkit hidup
kembali dari kematiannya. Inilah penampakkan Isa (as) pertama kali dari
Kebangkitannya yang sudah dikatakan terlebih dahulu sebelum masa
sesangsaraNya dikayu salib. Jadi jelaslah bahwa ayat ini tidak menjadi bukti
sebagai alasan penyangkalan kematian Isa (as), melainkan menjadi bukti dari
KebangkitanNya diantara orang mati.
5. Alasan kelima.
“Murid-murid Nabi Isa a.s. melihat beliau dengan badan jasmani yang sama dan
luka-luka beliau masih ada, sehingga Thomas dapat mencocokan tangannya
kedalamnya. (Lukas 24:19-40; Yahya 20:27)
Sanggahan: Samalah juga halnya dengan alasan yang keempat. Ayat inipun
bukanlah “alasan sangkalan” bahwa Isa (as) itu hanya pingsan tidak mati. Ayat ini
adalah menunjukkan bahwa Isa (as) telah bangkit hidup kembali dari
kematianNya. Jadi jelaslah bahwa alasan kelima inipun tidak kena mengena pada
sasaran yang dimaksudkan.
6. Alasan keenam.
“Beliau masih merasa haus dan lapar dan makan” (Lukas 24:39-43; Yahya 21:5-
13).
Sanggahan: Alasan keenam inipun tidak mengena untuk menyatakan bahwa “Isa
(as) hanya pingsan, tidak mati”. Ayat yang dikemukakan sebagai alasan ini,
adalah ayat yang menunjukkan kebangkitan Isa (as) dari kematianNya. Alasan
keenam ini jelas tertolak.
7. Alasan ketujuh.
“Nabi Isa pergi ke Galilea dengan dua orang murid-Nya sambil berjalan berdampingan.
(markus 28:10). Hal ini menunjukkan bahwa beliau mengungsi untuk mencari
keselamatan”.
8. Alasan kedelapan.
Sanggahan: Isa (as) berdoa agar kehendak Allah itu saja yang jadi, bukan
kehendaknya sebagai manusiawi. Dalam Ibrani 5:7 maut yang dimaksudkan
adalah “kematian rohani”. Dikayu salib, Isa (as) membuktikan, bahwa Di telah
mengalahkan “maut” ini. Dia tetap berserah menurut kehendak Allah, Bapa,
Kehendak Allah itu, trelah dinubuatkan oleh para nabi-nabi terdahulu, bahwa Al-
Masih itu akan merasa sengsara. Bahkan penyaliban itupun telah dinubuatkan
oleh nabi Daud, kira-kira 1000 tahun sebelumnya (Mazmur 22:17). Kematian dan
penguburannya, dinubuatkan juga oleh nabi Yesaya kl. 700 tahun sebelum Masehi
(Yesaya 53:9).
Dengan penyerahan yang sempurna itulah Isa Al-Masih (as) telah bersahut:
“Sudah digenapi”. Apa yang telah digariskan untuk dijalaniNya sebagai Hamba
Allah yang terpilih, sudah digenapi. Jadi alasan kedelapan Ahmadiyah inipun,
bukanlah menunjukkan bukti bahwa Isa (as) tidak mati disalib (pingsan), tidaklah
kena sasarannya, malah menunjukkan sebaliknya, bahwa ter-Salib Isa (as) dan
mati, telah merupakan penggenapan nubuat para Nabi terdahulu. Sudah Genap.
Tetwlestai.
9. Alasan kesembilan.
“Beliau sendiri telah meramalkan bahwa Anak Manusia (Nabi Isa) akan ada
didalam hati bumi tiga hari tiga malam lamanya (Matius 32:38-40). Kalaubeliau
telah wafat diatas tiang Salib, ramalam beliau pasti tak akan terjadi.”
Sanggahan: Memang, jika yang mati itu adalah Mirza Ghulam Ahmad, pasti
ramalan demikian tidak terjadi. Tetapi Isa (as) bukan seperti Mirza Ghulam
Ahmad dan kematianNya tidaklah takluk dibawah hukum manusiawi, mati tidak
berbangkit kembali. Isa (as) sebagai manusia Ilahiyat, Dia mati bukan untuk mati,
tetapi untuk hidup kembali.
“Dr. J.G. Bourne seorang ahli didalam mengenakan obat-obat lali (anaesthetics)
The Sunday Times 24 Januari 1965 (London) menulis tentang penyaliban Nabi
Isa sebagai berikut: “Biasanya pembicaraan tentang kebangkitan itu berpangkal
pada bukti-bukti dari sejarah (yang pada umumnya sekarang telah diakui
kebenarannya), yang berkenaan dfengan peristiwa-peristiwa tentang Isa (as)
meragukan wafatnya yang benar-benar itu boleh jadi dianggap bertentangan
dengan faham resmi, akan tetapi ada alasannya maka orang beranggapan bahwa
Isa (as) sesungguhnya pingsan pada kayu salib itu, dikira sudah wafat dan sadar
kembali dari pingsannya setelah beberapa lama dalam keadaan pingsan.”
Kesaksian mereka jauh lebih bernilai daripada kesaksian yang diusahakan oleh
Ahmadiyah sesudah 20 abad kemudian dari peristiwa itu terjadi.
3. SAYIDINA ISA (AS) TELAH HIDUP KEMBALI
Pada hari ketiga sesudah kematiannya dikayu salib itu Isa (as) Al-Masih telah
bangkit – hidup kembali – diantara orang mati secara real, kebangkitan badani yang
sudah dipermuliakan
(Filipi 3:21), yang dapat dailihat dan diraba seluruh tubuhnya.
Isa (as) tidak akan dikatakan “Hidup Kembali” (dengan istilah Quran dikatakan Ub’asya
hayya), sehiranya dia tidak mengalami “kematian” yang real terlebih dahulu.
Jadi kebangkitan “Hidup Kembali” ini disokong kebenaran oleh Quran, dengan kata
“Ub’asyu Hayya”. (Quran s. Maryam 33).
2. Isa (as) menampak DiriNya kepada permpuan lain. (Matius 28:8-10; Lukas
24:10).
Pada hari pertama kebangkitan itu, selain Isa (as) menampakkan diriNya kepada
Maria Magdalena, juga kepada permpuan lain. Menurut Lukas yang ikiut serta
Magdalena, adalah Yohana, Maria Yakobus.
3. Isa (as) menampakkan diriNya pada Kleopas dan kawan-kawan di jalan Emaus.
(Lukas 24: 13-33; Markus 16:12-13).
Untuk yang ketiga kalinya Isa (as) menampakkan diriNya kepada 2 orang
muridnya dijalanan menuju Emaus, kira-kira sejauh 7 mil dari Yerusalem.
4. Isa (as) menampakkan DiriNya kepada Simon Petrus. (Lukas 24:34; 1 Kor. 15:5).
Kedua murid Isa (as) yang telah bertemu denganNya dijalan Emaus itu kembali
ke Yerusalem, dan langsung menemui murid-murid Isa (as) lainnya. Mereka
sedang berkumpul bersama-sama. Kata mereka: “Sesungguhnya Tuhan telah
bangkit dan telah menampakkan diriNya kepada Simon.” Lalu kedua orang itupun
menceritakan juga pengalamannya di jalanan menuju Emaus, dan bagaimana
mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.]
5. Isa (as) menampakkan diri-Nya kepada semua muridNya, kecuali Tomas, karena
tidak hadir. (Luk. 24:36-49; Yoh. 20:19-23).
Dalam suatu ruangan yang terkunci, murid-murid Isa (as), kecuali Tomas absen,
sedang bercakap-cakap tentang kebangkitan Isa (as). Tiba-tiba Isa (as) berdiri
ditengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu.”
Untuk yang keenam kalinya Isa (as) menampakkan diriNya kepada 11 orang
murid-muridNya, kini termasuk Tomas. Sebelumnya waktu Tomas mendapat
kabar bahwa murid-murid Isa (as) lainnya sudah melihat Isa (as), Tomas sendiri
masih belum percaya. Tomas waktu itu berkata: “Sebelum aku melihat bekas
paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku kedalam bekas paku
itu dan mencucukkan tanganku kedalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan
percaya.” (Yohanes 20:25).
Delapan hari kemudian murid-murid Isa (as) berada kembali dalam rumah itu dan
Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Isa (as)
datang dan Ia berdiri ditengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi
kamu!” Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu disini dan lihatlah
tanganKu, ulurlah tanganmu dan cucukkan kedalam lambungKu dan jangan
engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Tomas menjawab: ‘ya
Tuhanku dan Allahku.” Kata Isa (as) kepadanya: “Karena engkau telah melihat
Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun
percaya.”
Dipantai ini telah berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus,
Natanael dari Kana yang di Galilea, putera Zebedeus dan dua orang MuridNya
yang lain. Dan merekapun makan bersama-sama Isa (as).
8. Isa (as) menampakkan diriNya kepada umum dapat disaksikan oleh lebih dari
500 orang. (1 Korintus 15:6).
Penampakan Isa (as) yang kesembilan kalinya ini secara pribadi kepada Yakobus,
tidak disebutkan secara terperinci dalam Alkitab, diman dan peristiwa apa.
11. Isa (as) menampakkan diriNya kali terakhir kepada 11 murid-muridNya didekat
Betania. (Lukas 24:50-52; Kis. 1:4-11).
Penampakkan Isa (as) yang ke-11 kali, sebagai penampakan yang terakhir
sebelum kenaikanNya ke Sorga kepada 11 orang murid-muridNya, terjadi di bukit
Jaitun.
Untuk peristiwa ke-11 kali ini, Lukas menulis kesaksiannya sebagai berikut:
“Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu
yang dikerjakan dan diajarkan Isa (as), sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu
Ia telah memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-
Nya. Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai,
dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat
puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka
tentang Kerajaan Allah. Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan
mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka
tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang - demikian kata-Nya - "telah kamu
dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi
kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.
Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: “Tuhan, maukah Engkau pada
masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” Jawab-Nya: “Engkau tidak perlu
mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan
kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan
sampai ke ujung bumi.” Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia
disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.”
(Kis.1:1-9)
Dari pihak Islam, mengenai Kebangkitan ini mereka tidak menyangkal, meskipun
dengan cara yang berbeda. Sedang dari golongan Ahmadyah, tidak meyangkal Isa (as) di
Salib, tetapi
meyangkal kematiannya di kayu Salib. Isa (as) dianggap oleh golongan ini hanya
mengalami pingsan saja (tiak sampai mati), kemudian sadar, mengembara ke Kashmir
dan meninggal di
sana dalam usia 120 tahun. (Uraian mereka ini, pada halaman berikutnya akan
saya sanggah keterangannya).
Memang, Kebangkitan Isa (as) diantara orang mati, adalah merupakan intisari
pusat kepercayaan iman Kristen. Seandainya kebangkitan itu tidak ada, maka iman
Kristen itu hanyalah
merupakan iman yang kosong, yang tidak mempunyai pengharapan yang
meyakinkan. Kesaksian murid-murid Isa (as)pun hanyalah merupakan kesaksian
khayalan belaka, dan iman
Kristen itu tidak akan sanggup berdiri hingga sekarang ini, karena sudah tidak
mempunyai harapan apa-apa.
Tetapi, syukurlah! Bahwa Isa (as), bukan mati hanya untuk mati abadi, melainkan
untuk hidup kembali, bangkit diantara orang mati.
Andaikata Isa (as) ini mati untuk selama-lamanya, untuk apa kita berbakti kepada
orang mati. Untuk apa kita mengangkat orang mati sebagai Juruselamat. Untuk apa kita
meminta
syafaat kepada orang mati. Dan untuk apa kita dibaptiskan atas nama orang mati.
Untuk apa kita ber-Tuhan-kan orang mati.
Golongan Islam Ahmadiyah ini menyangkal akan kematian Isa (as) di kayu salib
dan kebangkitann-Nya diantara orang mati. Mereka membuat teori baru, bahwa Isa (as)
telah
mengembara ke Khashmir, dan meninggal disana dalam usia 120 tahun dan
dikuburkan di Srinagar.
Teori mereka ini sama sekali tidak mendapat dukungan sedikitpun dari kalangan
Islam umumnya. Karena memang teori mereka ini, selain tidak dibenarkan oleh fakta
sejarah, tetapi juga
adalah tidak sesuai dengan pemberitaan Al-Quran sendiri, sebagi kirab suci umat
Islam.
Dari keterangan Quran ini hanyalah menunjukkan kepada kita, bahwa pada saat
terjadinya peristiwa “salib” itu, Isa (as) telah dinyatakan “wafat”, dengan istilah “Allah
telah mengangkat
Isa kepada-Nya”. Jadi terangkatlah pula, bahwa sama sekalai tidak ada
kemungkinan sedikitpun juga Isa (as) itu berpergian mengembara ke Kasymir dan tinggal
disana hampir sekitar
70 tahun.
Inilah suatu pendustaan Mizra Ghulam Ahmad yang tidak kepalang tanggung.
Lebih dari itu, bahwa kesaksian mata dari 4 penulis Injil, cukup meyakinkan kebenaran
Isa (as) Al-Masih telah mati dikayu Salib, kemudian bangkit hidup kembali dan naik ke
sorga (mikraj), dan akan datang kembali pada akhir zaman (hari kiamat) untuk menjadi
Hakim yang adil, mengadili seluruh umat manusia, termasuk para nabi-nabi, saya dan
saudara-saudara.
Emas berlian dapat diuji. Kebenaran Penerima Wahyupun dapat kita uji dengan ada atau
tidak ada kuasa Allah berupa mukjizat didalam tangan pekerjaannya.
Berhati-hatilah. Kita hanya untuk satu kali hidup, sesudah itu mati, dan dibangkitkan
untuk menerima pengadilan yang adil.
Mengenai masalah mukjizat ini Sdr. A. Hasan Tou dkk berkomentar sebagai berikut:
Salah satu handicap yang kami jumpai setiap kali mencoba membangun dialog
kerohanian dengan saudara-saudara diliuar lingkungan Ahmadiah – termasuk Umat
Kristen dan sementara kelompok Muslim adalah persepsi masing-masing kita tentang
“mukjizat”. Inilah yang tak jarang membuat jalannya dialog tersendat-sendat bak
kematian angin, atau bahkan macet total!
Karena, dimana kami sudah terbebas dari pengertian mukjizat yang penuh dengan cerita-
cerita fantastis diluar common-sense, maka dilain pihak konsepsi mukjizat sdr. Ambrie
“terlalu Melayu”. Ia masih mempercayai segala kasih ajaib dari Alkitab tentang Daud,
Sulaiman, Musa, Isa (as) dan lain-lain bagaikan seorang bocah yang ternganga-nganga di
hadapan tukang sulap yang memamerkan kebolehannya menipu mata publik pasar
malam. Tapi Hamran Ambrie, memang tidak sendirian. Masih ada berjuta-juta Hamran
Ambrie di dunia ini, dengan latar belakang etnis kultur agama dan system social yang
beraneka ragam namun selera mereka tentang mukjizat tokoh sami mawon.
Bagi kami tak mungkin lagi menelan dongeng-dongeng semacam itu, yang berlawanan
dengan Sunnah Ilahi (Hukum Tuhan) yang konstan, termasuk hukum alam. Apalagi
mukjizat yang keluar dari jalur fakta dan data sejarah.”
Kalau saya berbicara dengan seorang “atheis”, yaitu seorang yang tidak beragama,
bahkan seorang yang memang tidak percaya akan adanya Tuhan Allah sudah tentu
tidaklah pelu saya membuka suara mengeluarkan pendapat yang bersifat agama
kepercayaan ini, karena sebagaimana saudara katakana, bahwa tidak mungkin lagi
menerima cerita-cerita mengenai masalah mukjizat-mukjizat itu. Tetapi, karena saya
sekarang sedang berbicara dengan Saudara dan sekelompok manusia dalam jemaat
Ahmadiyah, yang dari mulutnya masing-masing mengaku “beragama, percaya akan
kuasa Allah yang ghaib itu”, bahkan masih mengaku dengan mulutnya, dan mudah-
mudahan sesuai pula dengan hati nuraninya, bahwa Quran itu adalah Kitab Sucinya, yang
dibawa oleh Muhammad, nabi sucinya pula, maka masalah mukjizat ini layaklah saya
bicarakan dengan saudara-saudara.
Karena Quran sendiri membicarakan dan percaya adanya kuasa Allah yang disebutkan
mukjizat itu, yang diberikan para nabi dan rasul-rasul-Nya terdahulu, seperti Ibrahim,
Musa, Isa/Isa (as) Al-Masih merupakan tanda materai pengangkatan Allah yang mereka
itu benar-benar nabi, pesuruh Allah, penerima Wahyu, Mesias - Al-Masih yang terulung
itu!
Sebagaimana saudara akui, bahwa kepercayaan hal mukjizat ini, tidaklah saja dipercaya
oleh umat Kristen, tetapi juga oleh umat Islam, karena memang diberitakan dalam Al-
Quran. Kecuali Islam Ahmadiyah sebagai saudara akui pula, tidak meyakinio lagi
kebenaran mukjizat itu.
Tetapi tahukah saudara, bahwa ke-tidak-percayaan-nya Mizra Ghulam Ahmad akan hal
mukjizat ini, tidak konsekuen, karena Mizra juga masih percaya akan adanya mukjizat
wali pengikut Muhammad, yang dikatakannya sebagai mukjizat nabi suci. (Baca bukunya
Barahini hal 79). Jadi mukjizat-mukjizat yang dipercayai oleh Mizra Ghulam Ahmad
adalah terbatas, hanya kepada siapa yang ia rasakan perlu ditonjolkan saja.
Baiklah! Yang penting bagi saya, bahwa Bapa Ahmadiyah ini masih mau percaya akan
adanya mukjizat meskipun dalam makna terbatas menurut seleranya sendiri.
Sebagaimana sudah pernah saya katakana, bahwa mukjizat, adalah merupakan materai
pengakuan Allah diatas siapa yang benar-benar diakui sebagai nabi, penerima wahyu
pesuruh, yang menjadi pengantara antara Allah dengan manusia. Kepada nabi yang
diakui itu, Allah memberi kuasa (mukjizat) didalam tangan pekerjaan ke-Ilahi-an-nya,
agar setiap orang dapat mengenal kebenaran pribadinya sebagai seorang yang benar-
benar diberi tugas pengantara wakil Allah kepada manusia. Sedangkan dengan adanya
tanda pengenal mukjizat inipun, masih banyak orang yang tidak percaya, dikatakannya
hanya sihir dan lain-lain apapun pula tanpa adanya tanda pengenal mukjizat ini.
Disamping itu juga, tanda pengenal mukjizat ini untuk mencegah penyaru-pemalsu
mengaku “nabi, penerima wahyu, pesuruh Allah atau Mesias dan lain-lain”.
Meskipun demikian ketatnya namun masih ada juga yang nekad mengangkat dirinya
menjadi nabi, penerima wahyu, pesuruh Allah, Mesias, meskipun tanpa adanya Kuasa
Allah (mukjizat) sebagai tanda pembuktian. Tentu saja nabi yang serupa ini adalah nabi
palsu, Mesias palsu. Kejadian seperti ini tidak perlu kita herankan, karena memang sudah
dinubuatkan bahwa pada suatu ketika akan timbul nabi-nabi palsu, Mesias palsu dan lain-
lain.
Apakah saudara A. Hasan dkk. Sudah pernah memikirkan kenapa Mizra Ghulam Ahmad
meremehkan masalah mukjizat ini? Bahkan dengan nekad mengingkari hal mukjizat yang
diwartakan oleh Al-Quran itu sendiri.
Baiklah, supaya Saudara ketahui bahwa Mirza Ghulam Ahmad yang mendakwahkan
dirinya sebagai “nabi, penerima wahyu, bahkan sebagai Mesias yang dijanjikan itu”,
sama sekali tidak memiliki kuasa Allah berupa mukjizat, sebagaimana lazimnya dimiliki
oleh para nabi-nabi terdahulu sebagai pembuktian kebenaran da’wah mereka sebagai
‘nabi, rasul Allah, Mesias, dan lain-lain”
Karena Mirza Ghulam Ahmad tahu persis akan kelemahan pribadinya dalam masalah
mukjizat ini, maka dia berdaya upaya meremehkan makna mukjizat ini, bahkan
mengingkarinya sekali, agar dia terhindar dari tuntutan umat membuktikan kebenarannya
sebagai nabi dan Mesias itu. Dan saudara sendiri mengalami, betapa sulitnya
melaksanakan cita-cita Mirza Ghulam Ahmad ini, jika sudah terbentur kepada masalah
mukjizat yang dituntut oleh umat yang ingin membuktikan kebenarannya. Karenannya
Saudara sendiri menjadi ikut latah, tidak mempercayai mukjizat sebagai kuasa Allah ini
lagi, meskipun Quran sendiri membenarkan adanya mukjizat tersebut atas pada nabi-nabi
terdahulu.
Sebenarnya masalah Mirza Ghulam Ahmad ini, sama sekali tidak layak saya iktu campur
membahasnya, sekiranya dia, dan golongan Saudara tidak mengkait-kannya kepada iman
Kristen, yaitu Alkitab.
Meskipun demikian saya ingin tahu alasan Saudara dkk bagaimana bisa terjadi Saudara
dkk percaya bahwa Mirza Ghulam Ahmad itu seorang “nabi penerima wahyu, Mesias”,
padahal tidak ada suatu kesaksian apapun yang menguatkan pengakuannya itu. Mukjizt
sudah jelas tidak. Nubuat dari nabi-nabi terdahulupun tidak pernah ada. Mungkin ada
tanda-tanda lain yang apat meyakinkan Saudara tanpa mukjizat itu. Cobalah Saudara
terangkan pada kesempatan berikut, dan dimana perlu akan kita bahas bersama.
Akhirnya sekali lagi saya tegaskan, bahwa Almasih yang dijanjikan dalam Injil, yang
juga disokong oleh ntas Al-Quran secara tegas disebutkan Isa (as) Al-Masih, bukan
Mirza.
Sebab di dalam Alkitab yang asli dan diakui oleh Gereja, nubuat kenabian Muhammad,
baik secara “nama” maupun cara pengisyaratan, sama sekali tidak terdapat. Nats-nats
Alkitab yang Saudara A. Hasan coba mengemukakannya, untuk ditafsirkan sebagai
nubuat kehadiran kenabian Muhammad itu, sudah saya sanggah satu per satu yang
akhirnya oleh A. Hasan bungkem seribu bahasa tanpa mengadakan sangkalan berikut
selanjutnya.
Untuk menutupi kehabisan akal ini, Sdr. A. Hasan memaksa diri mengemukakan “Injil
Palsu Barnabas” yang dianggapnya argumentasi yang meyakinkan. Ini natsnya: “tidak
ada yang halal, yang harampun jadi.”
Mengenai Inii-palsu Barnabas yang Saudara kemukakan sebenarnya tidak perlu saya
bicarakan disini, karena dalam sejarah Gereja Kristen tidak ada apa yang dikatakan “Injil
Barnabas” itu. Ia memang dimunculkan oleh seorang pengarana Itali (Islam atau pro
Islam) dalam abad ke 14. Kemudian oleh Rashid Redha, reformist dan pengarang Islam
dari Mesir ini, dalam tahun 1907 untuk pertama kalinya diterbitkan dengan judul “Injil
Barnabas” yang dimasyurkan hingga sekarang ini.
Dalam tulisan ini dikatakan juga, bahwa Injil palsu telah beradasejak 13o tahun sesudah
Al-Masih. Pengsulapan waktu ini jelaslah pula dimaksudkan bahwa dengan adanya Injil-
palsu ini, suatu usaha pihak Islam untuk minta diyakini bahwa agama Islam itu adalah
kelanjutan dari agama Yahudi dan Nasrani, telah dinubuatkan lebih dahulu dengan
mengemukakan bukti-bukti menurut Injil-palsu itu.
Barnabas memang seorang murid Isa (as). Tetapi nama Barnabas yang dipakai menjadi
judul Injil-palsu itu, adalah suatu pemalsuan cukup pula. Jadi isinya palsu, dan nama pada
judul itupun palsu.
Barnabas Murid Isa (as) tidak pernah menulis Injil, tidak ada dalam sejarah gereja
manapun. Pihak Kristen tidak akan tertugah dengan pemalsuan ini, karena dalam Alkitab
dengan tegas dikatakan bahwa tidaklah ada lagi nama lain yang dikaruniakan kepada
manusia di bawah kolong langit ini, yang di dalamnya kita beroleh selamat, selain
daripada Isa (as) Al-Masih atau Isa Almasih. (Kis. 4:12-14).
Selanjutnya memperlengkapi data-data Injil-palsu Barnabas ini dapat saya katakana lagi,
bahwa Jacques Jemier, karangannya yang berjudul:”L’evangile selon Barbane” dalam
Malanges de Institute Dominicain d’Etudes Orientales (Cairo 6, 1959-1951 hal. 137-
226). Dalam karangan itu Jemier membahas sejarah naskah “Injil Barnabas” palsu yang
dikenal sekarang dan yang aslinya ditulis dalam bahasa Italia. Setelah pembahasab Jemier
cukup jelas bahwa penulis “Injil palsu” tersebut adalah seorang bekas Pater yang
kemudian menjadi penganut agama Islam. Dapat diingat bahwa pengaruh Islam di Italia
Selatan cukup kuat pada bagian terakhir abad-abad pertengahan (kl. Abad ke 14).
Demikianlah penjelasan Dr. Olaf Schuman dalam Peninjau 1975 No. 1 halaman 49.
6. BENARKAH ADA NUBUAT KENABIAN MUHAMMAD DALAM
ALKITAB ?
Catatan :
1. Dalam MH. 03 Saudara kemukakan terjemahanm Quran 7:157 antara lain dikatakan
……”namanya tersurat” …. (halaman 18). Berdasarkan terjemahan Saudara inilah
saya mengatakan bahwa: namanya itu (Muhammad bin Abdullah orang Qurais) sama
sekali tidak pernah terdapat dalam Alkitab.
“Kecuali naif, cara menampik seperti itu boleh dibilang, agak kekanak-kanakan.
Sebab dalam Bible yang diakui oleh kalangan gereja dewasa ini nama Muhammad
secara explicit memang tidak lagi ditemukan.”
Coba perhatikan, Saudara yang berbuat salah, ataukah saya yang keliru.
Selanjutnya saya jelaskan lagi, bahwa baik “namanya” (Muhammad) maupun isyarat
“tentangnya” sama sekali tidak terdapat dalam Alkitab. Hal ini dapat kita uji terus dalam
korespondensi ini.
2. Nubuat Musa dalam Kitab Ulangan 18:15, sebenarnya sudah saya jelaskan dalam
brosur Korr. 7 yang lalu dengan mengemukakan pelbagai fakta yang menunjukkan bahwa
nubuat itu tidak menunjukan kepada kehadiran Muhammad sebagi seorang nabi yang di
nubuatkan. Penjelasan-penjelasan, fakta-argumentasi yang saya kemukakan itu, sama
sekali tidak di singgung, tidak dibahas, tidak dibantah oleh Saudara A. Hasan. Tetapi
dalam MH. 04 oleh Saudara A. Hasan, nats ini ditonjolkan kembali. Seharusnya Saudara
sanggah keterangan saya, sambil menunjukkan keterangan atau pendapat yang Saudara
anggap benar. Dengan demikian kita dapat menguji kebenarannya. Tetapi jangan pura-
pura keterangan Saudara itu tidak pernah disanggah.
Karena itu baiklah saya singkatkan apenjelasan saya yang lalu itu, yang tidak disanggah
itu, yaitu :
a. Ayat Taurat itu hanya menunjukkan untuk nubuat seorang nabi, bukan dua.
Uraian ini tidak disanggah.
b. Ciri seorang nabi itu adalah “dari tengah-tengah kamu” yaitu di tengah-tengah
bani Israel. Uraian inipun oleh A. Hasan tidak disanggah.
c. Ciri seorang nabi itu adalah “dari antara segala saudaramu”, yaitu diantara 12
saudara bani Israel, yakni antara lain Lewi, Yehuda dan lain-lain. Uraian inipun
oleh A. Hasan tidak disanggah.
d. Ishak dan Ismaeil memang bersaudara, tetapi Ishak dan Ismail bukanlah disebut
bani Israel. Yang disebut bani Israel itu adalah Yakub dangan 12 keturunannya
(Lewi yang melahirkan Musa, dan Yehuda yang menurunkan Isa (as)). Uraian
inipun tidak disanggah oleh Sdr. A. Hasan.
e. Ciri ketiga yang besamaan dengan Musa, seperti keduanya sama bangsa Isarel,
kedua sama pernah diancam bunuh dimasa kanak-kanaknya, keduanya mengalami
penolakan oleh bangsa Israel, keduanya sama mendapat Kuasa Allah berupa
mujizat. Uraian inipun oleh A. Hasan tidak disanggah.
f. Ciri keempat bahwa “akan dijadikan oleh Tuhan Allahmu bagi kamu”, bermakna
bagi “Israel”, bukan untuk bangsa Arab. Uraian ini pun tidak disanggah.