You are on page 1of 14

asma’ul 

husna….

Tidak ada satupun yang menyamai Allah dalam dzatNya. Dia Maha Esa. Tidak ada satupun
yang menyerupaiNya, sebagaimana yang diterangkan dalam surat Al-Ikhlas. Jikalau
demikian, bagaimana akal kita bisa mengetahui sesuatu yang tidak ada padanannya?

Kita bisa mengetahui dan memberikan gambaran tentangNya hanya melalui sifat-sifat dan
nama-namaNya. Al-Qur’an –kitab terakhir yang diturunkan Allah pada manusia– juga hadits
Rasulullah –Shalallahu alaihi wa salam- telah menunjukkan kepada kita 99 sifat Allah.

Sifat-sifat yang kemudian kita sebut Asmaul Husna (nama-nama Allah yang paling baik) itu
dirangkai oleh surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an bagaikan kalung indah terdiri dari untaian
mutiara yang di tengahnya ada permata agung nama Allah. Marilah kita simak sebagian dari
rangkaian mutiara itu:

َّ ُ‫ ُّدوس‬6ُ‫ك ْالق‬
‫ال ُم‬6‫الس‬ ُ 6ِ‫ َو ْال َمل‬6ُ‫هَ إِال ه‬6َ‫و هَّللا ُ الَّ ِذي ال إِل‬6ُ
َ ‫)ه‬٢٢( ‫ َّر ِحي ُم‬6‫رَّحْ َمنُ ال‬6‫ َو ال‬6ُ‫ب َوال َّشهَا َد ِة ه‬ ِ ‫هُ َو هَّللا ُ الَّ ِذي ال إِلَهَ إِال ه َُو عَالِ ُم ْال َغ ْي‬
‫نَى‬6‫ُس‬ْ ‫ َما ُء ْالح‬6‫األس‬
ْ ُ‫ه‬6َ‫ ِّو ُر ل‬6‫ص‬ َ ‫ئ ْال ُم‬
ُ ‫ار‬6ِ 6َ‫ق ْالب‬
ُ ِ‫ ال‬6َ‫)هُ َو هَّللا ُ ْالخ‬٢٣( َ‫ْال ُم ْؤ ِمنُ ْال ُمهَ ْي ِمنُ ْال َع ِزي ُز ْال َجبَّا ُر ْال ُمتَ َكبِّ ُر ُسب َْحانَ هَّللا ِ َع َّما يُ ْش ِر ُكون‬
)٢٤( ‫ض َوهُ َو ْال َع ِزي ُز ْال َح ِكي ُم‬ ِ ْ‫ت َواألر‬ ِ ‫يُ َسبِّ ُح لَهُ َما فِي ال َّس َما َوا‬
“Dialah Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia yang mengetahui yang
ghoib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyanyang. Dialah Allah yang
tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera,
yang mengaruniakan kaeamanan, yang Maha Memihara, yang Maha Perkasa, yang Maha
Kuasa, yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka sekutukan.
Dialah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk rupa, yang mempunyai
nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada dilangit dan dibumi. Dan
dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Al-Hasyr:22-24).

Pada ayat diatas kita baca 13 nama-nama Allah yang paling baik (Asmaul Husna). Tidak
seorangpun membaca Asmaul Husna tadi dan yang lainnya kecuali dia akan merasakan
keindahan, keanggunan dan kesempurnaan, baik dia membacanya dalam bahasa Arabnya
ataupun terjemahannya.Tetapi perlu diingat bahwa terjemahan tidak bisa memuat semua arti
dan kandungannya.

Demi Allah, bayangkan bagaimana mungkin seorang buta huruf yang berada di lingkungan
masyarakat buta huruf, 14 abad yang lalu, bisa menciptakan rangkaian Asmaul Husna seindah
ini, padahal di sana belum ada kamus yang bisa dijadikan rujukan atau juga belum ada
ensiklopedia untukedi jaziarah Arab yang bisa di jadikan referensi oleh Muhammad untuk
menciptakan itu semuaemenyusunnya!? Jadi mustahil bagi Muhammad dari pikiran dan
imajinasinya sendiri. Akan tetapi itu jelas wahyu yang datang dari dzat lain diluar dirinya.

Kami berani menyampaikan tantangan kepada siapapun dari para budayawan, ilmuwan dan
cendekiawan dalam agama apapun selain Islam, dengan bahasa apapun untuk memeras
otaknya kemudian mengungkapkan nama dan sifat Tuhan yang ada dalam pikirannya lebih
dari hitungan jari-jari tangan, asal tidak mengambil dari Al-Qur’an atau literatur Islam. Kalau
begitu Asmaul Husna adalah salah satu mu’jizat dari mu’jizat Al-Qur’an.

Mu’jizat lain dari mu’jizat Asmaul Husna adalah bahwa dia tidak menyebutkan nama al-Abb
(Bapak). Seluruh 99 nama ini memancarkan arti kasih sayang, keindahan, kekuasaan dan
keesaan. Tidak kita dapatkan di dalamnya kata bapak (Abb) meskipun sebenarnya kata itu
dekat dalam pikiran dan bahkan sangat masyhur dalam kitab-kitab langit lainnya. Islam
datang untuk membenarkan kitab-kitab itu dari perubahan tangan-tangan manusia, dan juga
untuk menjauhkan kata itu (bapak) dari Asmaul Husna.

Orang-orang nasrani selalu mengulang dan menyebut kata itu dalam do’a-do’a dan senandung
mereka: “Wahai Bapa kami yang ada di langit, sucilah namaMu, datanglah kerajaanMu,
jadilah kehendakMu, sebagaimana di langit, di bumi ini” (Matius 9/6).

Sebenarnya dalam do’a dan senandung diatas tidak terlihat adanya sesuatu yang bertentangan
dengan hakikat Islam. Bahkan kita dengan kehalusan Islam menganggapnya sebagai kata-kata
yang baik. Hanya saja kita tidak mendapatkannya termasuk dalam nama-nama dan sifat-sifat
yang kita kenal yang bisa mendekatkan pengertian Allah dalam pikiran kita. Bahkan kalau
kita bolak-balik halaman kitab-kitab suci mereka; perjanjian lama dan baru, kita tidak
mendapatkan nama Allah kecuali al-abu (Bapa) atau ar-robb (Tuhan). Dari sini Islam berbeda
dengan agama Kristen dan Yahudi modern.

Perubahan arti kata al-Abu (Bapa) dalam pemikiran nasrani merupakan permulaan terjadinya
penyelewengan yang akhirnya menimbulkan -setelah beberapa abad dari dakwah al-Masih-
adanya doktrin bahwa Isa Al-Masih adalah putra Allah yang diambil anak dan diutus untuk
menebus dosa Adam. Padahal kalau kita baca injil mereka sendiri akan kita dapatkan bahwa
di banyak tempat disebutkan kata bapak untuk makhluknya, yang berarti tanggung jawab,
menjaga dan berlaku baik kepada makhlukNya. Injil menyatakan “Dia bapakmu.” Al-Masih
juga mengatakan: “Dia bapakku dan bapakmu.” Di Injil juga disebutkan bapak Adam, Ya’kub,
Sulaiman, Dawud dan lain lain..

Juga dalam artian yang sama dinyatakan bahwa bapa untuk Al-Masih sebagaimana juga untuk
yang lainnya, tidak terdapat di dalam Injil sesuatupun yang menunjukkan bahwa kebapakan
Allah untuk Al-Masih berbeda dengan kebapakan-Nya untuk semua makhluk.

Jadi benar-benar telah terjadi pergeseran arti dan perubahan maksud dari kata al-abb
sebagaimana terjadi pada beberapa kata lain dari arti aslinya, seiring dengan perubahan situasi
dan tempat. Contohnya kata rofiq (kawan) yang berarti persaudaraan dan persahabatan.
Kemudian dalam pergulatan politik digunakan untuk menyebut orang-orang komunis dan
yang sealiran. Juga kata Marih yang berarti kegembiraan

dan muka yang manis. Kemudian berubah menjadi padanan kata gay dalam bahasa Inggris.
Yaitu sebuah kata buruk; yang bila dinisbatkan pada orang laki-laki atau perempuan bisa
berarti orang yang mempunyai kelainan seks.

Sungguh ini mu’jizat, dimana Al-Qur’an manjauhkan kata Al-Abb (bapak) dari Asmaul
Husna, karena kata itu bisa mencemarkannya. Dengan demikian Al-Qur’an menjaga orang
Islam dari ketergelinciran yg telah menimpa umat agama sebelumnya.

Allah berfirman:

َ ُ‫صا َرى ْال َم ِسي ُح ابْنُ هَّللا ِ َذلِكَ قَوْ لُهُ ْم بِأ َ ْف َوا ِه ِه ْم ي‬
‫اتَلَهُ ُم‬66َ‫ ُل ق‬6ْ‫رُوا ِم ْن قَب‬6َ‫وْ َل الَّ ِذينَ َكف‬66َ‫ضا ِهئُونَ ق‬ ِ َ‫ت ْاليَهُو ُد ُع َز ْي ٌر ابْنُ هَّللا ِ َوقَال‬
َ َّ‫ت الن‬ ِ َ‫َوقَال‬
َ
)٣٠( َ‫هَّللا ُ أنَّى ي ُْؤفَ ُكون‬

“Orang-orang Yahudi mengatakan Uzair anak Allah dan orang-orang Nasrani mengatakan Al-
Masih anak Allah. Itu kata-kata mereka dengan mulut mereka, mereka meniru kata-kata orang
kafir terdahulu. Sungguh mereka telah dilaknati Allah. Bagaimana mereka sampai berpaling?”
(QS. At Taubah:30)

*Sumber:qiblati.com v1/03

http://muslimstory.wordpress.com/2009/04/19/asmaul-husna/
Iman Kepada Malaikat, Menuju Umat Terbaik
rukun akidah yang kedua setelah iman kepada Allah, adalah iman kepada adanya malaikat. Iman
kepada malaikat lebih didahulukan daripada iman kepada nabi dan rasul, hal ini dikaitkan dengan
salah satu fungsi utama malaikat, yaitu sebagai penyampai wahyu Allah kepada nabi-Nya.

Salah satu dalil untuk mengetahui keberadaan malaikat adalah melalui berita yang mutawatir
(akurat), dan satu-satunya berita yang paling akurat adalah berita yang dibawa Nabi Muhammad
SAW, yaitu Al Qur’an. Dalam Al Qur’an masalah malaikat disebutkan lebih dari 75 kali, tersebar dalam
33 surat .

Iman kepada malaikat merupakan bagian dari akidah. Apabila hal itu hilang, gugurlah keIslaman
seseorang.

"… Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan
hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya." (An Nisaa’ : 136)

Untuk mengenal malaikat, maka kita perlu mengenal sifat-sifatnya, yang dapat kita ketahui melalui Al
Qur’an. Sifat-sifat malaikat tersebut antara lain :

1. Malaikat diciptakan dari cahaya.

"Para malaikat diciptakan Allah dari cahaya, dan diciptakan-Nya jin dari api, sedangkan Adam
diciptakan dari apa yang dijelaskan pada kalian." (HR. Muslim dari Aisyah r.a.)

Karena malaikat diciptakan dari cahaya, maka mereka tentu mewarisi sifat cahaya, sebagaimana
manusia mewarisi sifat tanah. Para malaikat tidak bisa kita lihat, dan mampu bergerak secepat
cahaya.
2. Malaikat mempunyai kemampuan yang luar biasa dengan ijin-Nya.

Diantara kemampuan malaikat, mereka bisa berubah wujud, bahkan mampu mengangkat singgasana
(‘arsy) Allah.

"…Dan, pada hari itu delapan malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka." (Al
Haqqah : 16)
3. Para malaikat diciptakan sebelum penciptaan manusia.

Hal ini nampak dengan jelas tersirat pada surat Al Baqarah 30;

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpankan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman:
‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
4. Malaikat selalu patuh dan taat kepada Allah.

Mereka senantiasa bertaqarrub kepada Allah dan sangat takut kepada-Nya.

"Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah
Allah daan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nyalah mereka bersujud." [Al A’raf : 206]
5. Malaikat dijadikan Allah sebagai penyampai wahyu kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

"Dia menurunkan para malaikat dengan membawa wahyu dengan perintahNya, kepada siapa yang
Dia kehendaki di antara hamba-hambaNya; ‘Peringatkanlah olehmu sekalian bahwasanya tidaak ada
Tuhan yang hak melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku’."(An Nahl : 2)
6. Diantara para malakiat ada yang bertugas menyertai manusia.

Salah satu tugas malaikat tersebut adalah mencatat perbuatan orang-orang mukallaf, tanpa lalai
sedikit pun.

"(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan
yang lainnya duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." [QS. Qaaf: 17-18]

Selain itu ada pula malaikat yang menjaga kita dari bencana atau dampak negatif.

"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah…"[Ar-Ra’d : 11]
7. Jumlah malaikat sangatlah banyak, tiada yang mengetahui kecuali Dia.

" …Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri …" [Al Muddatstsir : 31]

Bahkan dalam sebuah hadits shahih, dikisahkan Rasulullah bersabda : "Bisinglajh (suasana) di langit,
dan memang sudah semestinya demikian, Tidaklah ada tempat pijakan telapak kaki kecuali terdapat
padanya malaikat bersujud atau beruku’." (HR, Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ath Thabari, dsb.)

Setelah mengetahui sifat-sifat malaikat melalui berita yang sangat akurat tersebut (Al Qur’an dan
Hadits), maka sebagai mukallaf, di pundak kita terdapat beban, konsekuensi dari pengimanan kita
tersebut.

Melalui kebijaksanaan-Nya, Allah mengutus Rasul dari kalangan malaikat untuk menyampaikan
wahyu kepada nabi, rasul dan orang-orang yang dikehendaki-Nya. Hikmah tersebut antara lain bahwa
tidak setiap orang (terutama yang bukan dari golongan nabi dan rasul) mempunyai kekuatan untuk
berhadapan langsung dengan Allah. Untuk bertatap muka dengan Allah, diperlukan kekuatan fisik dan
mental yang sangat besar. Tidak semua rasul pernah bertemu dengan-Nya. Bahkan dalam sebuah
kisah dikatakan, sebuah gunung hancur menjadi debu ketika Allah menampakkan wujud-Nya. Jadi
sebagai hamba yang harus mengikuti perintah Allah, suatu kewajiban bagi kita untuk selalu bersyukur
atas kebijaksanaan-Nya dalam penyampaian wahyu.
Hikmah lainnya adalah, kita sebagai khalifah sekaligus abdullah harus introspeksi, seberapa besar
ketaatan dan kapatuhan kta kepad Allah, jika dibandingkan malaikat. Memang kita ketahui bahwa
ketaatan malaikat sangatlah tinggi. Tapi ketaatan malaikat bersifat tetap, sedangkan ketakwaan dan
keimanan manusia adalah dinamis. Mungkin suatu waktu kepatuhan kita rendah, tapi di lain waktu
menjadi sangat tinggi, bahkan lebih tinggi daripada para malaikat. Hal inilah yang harus kits capai.
Memang bukan hal yang mudah, tapi bukan sesuatu yang ‘impossible’.

Salah satu caranya adalah kita harus sadar bahwa amal kita selalu diawasi Allah, baik secara langsung
maupun melalui malaikat-Nya. Tidak ada sepermikrodetik pun yang lepas dari pengawasannya.

"…Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Maha
Melihat." [Asy Syuura : 11]

Oleh karena itu, kita harus mulai mengurangi perbuatan-perbuatan ynag tidak sesuai dengan
perintah-Nya dan memperbanyak amsl baik kita, dengan selalu diniatkan untuk mengharap ridha-
Nya.

Selain tiga hal tersebut, telah kita ketahui bahwa ada malaikat yang selalu menjaga kita dalam
kebaikan. Untuk itu, kita harus mulai menghilangkan rasa takut di hati kita, terutama dalam
mendakwahkan kalimat-kalimat Allah. Sebagai generasi muda, kewajiban kitalah untuk menolng
agama Allah.

"Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu." [Muhammad : 7]

Menolong agama Allah berati mendakwahkan Islam. Tidak hanya kepada yang belum tahu, tapi juga
yang sudah tahu. Amar ma’ruf nahi munkar adalah kewajiban setiap muslim. Sebagai penutup, saya
sampaikan ayat yang menjadi pedoman sekaligus tujuan bagi kita semua.

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf,
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..." [Ali Imran : 110]

Etimologi Arab
Menurut bahasa, kata “Malaikat” merupakan kata jamak yang berasal dari Arab malak (

‫ )ملك‬yang berarti kekuatan, yang berasal dari kata mashdar “al-alukah” yang berarti risalah
atau misi, kemudian sang pembawa misi biasanya disebut dengan Ar-Rasul.

Malaikat di dalam ajaran Islam


Malaikat diciptakan oleh Allah terbuat dari cahaya (nuur), berdasarkan salah satu hadist
Muhammad, “Malaikat telah diciptakan dari cahaya.”[1]
Iman kepada malaikat adalah bagian dari Rukun Iman. Iman kepada malaikat maksudnya
adalah meyakini adanya malaikat, walaupun kita tidak dapat melihat mereka, dan bahwa
mereka adalah salah satu makhluk ciptaan Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya.
Mereka menyembah Allah dan selalu taat kepada-Nya, mereka tidak pernah berdosa. Tak
seorang pun mengetahui jumlah pasti malaikat, hanya Allah saja yang mengetahui jumlahnya.

Walaupun manusia tidak dapat melihat malaikat tetapi jika Allah berkehendak maka malaikat
dapat dilihat oleh manusia, yang biasanya terjadi pada para Nabi dan Rasul. Malaikat selalu
menampakan diri dalam wujud laki-laki kepada para nabi dan rasul. Seperti terjadi kepada
Nabi Ibrahim.

[sunting] Nama dan tugas para Malaikat

Di antara para malaikat yang wajib setiap orang Islam ketahui sebagai salah satu Rukun Iman,
berdasarkan Al Qur'an dan hadits. Nama (panggilan) berserta tugas-tugas mereka adalah
sebagai berikut:

 Jibril - Pemimpin para malaikat, bertugas menyampaikan wahyu dan mengajarkannya kepada
para nabi dan rasul.
 Mikail - Membagi rezeki kepada seluruh makhluk.
 Israfil - Meniup sangkakala (terompet) pada hari kiamat.
 Munkar dan Nakir - Memeriksa amal manusia di alam barzakh.
 Raqib dan 'Atid - MEncatat amal manusia di dunia.[rujukan?]
 Izrail - Mencabut nyawa seluruh makhluk.
 Ridwan - Menjaga pintu syurga
 Malik - menjaga pintu neraka.
 Zabaniah - 19 malaikat penyiksa dalam neraka yang bengis dan kasar. [2]

 Hamalat al 'Arsy - Empat malaikat pembawa 'Arsy Allah, pada hari kiamat jumlahnya akan
ditambah empat menjadi delapan.[3]

 Harut dan Marut - Dua Malaikat yang turun di negeri Babil.

 Darda'il - Malaikat yang mencari orang yang berdo'a, bertaubat, minta ampun dan lainnya
pada bulan Ramadhan.[4]

 Hafazhah (Para Penjaga):[5][6]


o Kiraman Katibin - Para malaikat pencatat yang mulia, ditugaskan mencatat amal
manusia dan jin.[7][8]
o Mu’aqqibat - Para malaikat yang selalu memelihara/ menjaga manusia dari kematian
sampai waktu yang telah ditetapkan yang datang silih berganti. [9][10]

 Arham - Malaikat yang diperintahkan untuk menetapkan rejeki, keberuntungan, ajal dan
lainnya pada 4 bulan kehamilan.
 Jundallah - Para malaikat perang yang bertugas membantu nabi dalam peperangan. [11][12][13]

 Ad-Dam'u - Malaikat yang selalu menangis jika melihat kesalahan manusia.


 An-Nuqmah - Malaikat yang selalu berurusan dengan unsur api dan duduk disinggasana
berupa nayala api, ia memiliki wajah kuning tembaga.
 Ahlul Adli - Malaikat besar yang melebihi besarnya bumi besera isinya dikatakan ia memiliki
70 ribu kepala.
 Malaikat Berbadan Api dan Salju - Malaikat yang setengah badannya berupa api dan salju
berukuran besar serta dikelilingi oleh sepasukan malaikat yang tidak pernah berhenti berzikir.
[14]

 Pengurus Hujan - Pembagian hujan menurut kehendak Allah. [15]

 Penjaga Matahari - Sembilan Malaikat yang menghujani matahari dengan salju. [16][17]

 Malaikat Rahmat - Penyebar keberkahan, rahmat, permohonan ampun dan pembawa roh
orang-orang shaleh, ia datang bersama dengan Malaikat Maut dan Malaikat `Adzab. [18]

 Malaikat `Adzab - Pembawa roh orang-orang kafir, zalim, munafik, ia datang bersama dengan
Malaikat Maut dan Malaikat Rahmat.[19]

 Pembeda Haq dan Bathil - Para malaikat yang ditugaskan untuk membedakan antara yang
benar dan salah kepada manusia dan jin. [20]

 Penentram Hati - Para malaikat yang mendoakan seorang mukmin untuk meneguhkan
pendirian sang mukmin tersebut.[21]

 Penjaga 7 Pintu Langit - 7 malaikat yang menjaga 7 pintu langit. Mereka diciptakan oleh Allah
sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.[22]

 Pemberi Salam Ahli Surga - Para malaikat yang memberikan salam kepada para penghuni
surga.[23]

 Pemohon Ampunan Orang Beriman - Para malaikat yang terdapat disekeliling 'Arsy yang
memohonkan ampunan bagi kaum yang beriman. [24]

 Pemohon Ampunan Manusia di Bumi - Para malaikat yang bertasbih memuji Allah dan
memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. [25]

Nama Malaikat Maut dikatakan Izrail, tidak ditemukan sumbernya baik dalam Al Quran
maupun Hadits. Kemungkinan nama malaikat Izrail didapat dari sumber Israiliyat. Dalam Al
Qur'an dia hanya disebut Malak al-Maut atau Malaikat Maut.

Malaikat Jibril, walau namanya hanya disebut dua kali dalam Al Qur'an, ia juga disebut di
banyak tempat dalam Al Qur'an dengan sebutan lain seperti Ruh al-Qudus, Ruh al-Amin/ Ar-
Ruh Al-Amin dan lainnya.
Dari nama-nama malaikat di atas ada beberapa yang disebut namanya secara spesifik didalam
Al Qur'an, yaitu Jibril (QS 2 Al Baqarah: 97,98 dan QS 66 At Tahrim: 4), Mikail (QS 2 Al
Baqarah: 98) dan Malik (QS Al Hujurat) dan lain-lain. Sedangkan Israfil, Munkar dan Nakir
disebut dalam Hadits.

[sunting] Wujud Malaikat

Wujud para malaikat telah dijabarkan didalam Al Qur'an ada yang memiliki sayap sebanyak
2, 3 dan 4. surah Faathir 35:1 yang berbunyi:

Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai
“ utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap,
masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya
apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Faathir 35:1) ”
Kemudian dalam beberapa hadits dikatakan bahwa Jibril memiliki 600 sayap, Israfil memiliki
1200 sayap, dimana satu sayapnya menyamai 600 sayap Jibril dan yang terakhir dikatakan
bahwa Hamalat al-'Arsy memiliki 2400 sayap dimana satu sayapnya menyamai 1200 sayap
Israfil.

Wujud malaikat mustahil dapat dilihat dengan mata telanjang, karena mata manusia tercipta
dari unsur dasar tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk [26] tidak akan mampu
melihat wujud dari malaikat yang asalnya terdiri dari cahaya, hanya Nabi Muhammad SAW
yang mampu melihat wujud asli malaikat bahkan sampai dua kali. Yaitu wujud asli malikat
Jibril .[27]

Mereka tidak bertambah tua ataupun bertambah muda, keadaan mereka sekarang sama persis
ketika mereka diciptakan. Dalam ajaran Islam, ibadah manusia dan jin lebih disukai oleh
Allah dibandingkan ibadah para malaikat, karena manusia dan jin bisa menentukan pilihannya
sendiri berbeda dengan malaikat yang tidak memiliki pilihan lain. Malaikat mengemban
tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta. Mereka dapat melintasi alam semesta
secepat kilat atau bahkan lebih cepat lagi. Mereka tidak berjenis lelaki atau perempuan dan
tidak berkeluarga.

[sunting] Sifat Malaikat

Sifat-sifat malaikat yang diyakini oleh umat Islam adalah sebagai berikut:

1. Selalu bertasbih siang dan malam tidak pernah berhenti. [28]


2. Suci dari sifat-sifat manusia dan jin, seperti hawa nafsu, lapar, sakit, makan, tidur, bercanda,
berdebat, dan lainnya.
3. Selalu takut dan taat kepada Allah.[29][30]
4. Tidak pernah maksiat dan selalu mengamalkan apa saja yang diperintahkan-Nya. [31]
5. Mempunyai sifat malu.[32]
6. Bisa terganggu dengan bau tidak sedap, anjing dan patung. [33]
7. Tidak makan dan minum.[34]
8. Mampu merubah wujudnya.[35]
9. Memiliki kekuatan[36][37] dan kecepatan cahaya.[38]

Malaikat tidak pernah lelah dalam melaksanakan apa-apa yang diperintahkan kepada mereka.
Sebagai makhluk ghaib, wujud Malaikat tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan
dirasakan oleh manusia, dengan kata lain tidak dapat dijangkau oleh panca indera, kecuali jika
malaikat menampakkan diri dalam rupa tertentu, seperti rupa manusia. Ada pengecualian
terhadap kisah Muhammad yang pernah bertemu dengan Jibril dengan menampakkan wujud
aslinya, penampakkan yang ditunjukkan kepada Muhammad ini sebanyak 2 kali, yaitu pada
saat menerima wahyu dan Isra dan Mi'raj.

Beberapa nabi dan rasul telah di tampakkan wujud malaikat yang berubah menjadi manusia,
seperti dalam kisah Ibrahim, Luth, Maryam, Muhammad dan lainnya.

Berbeda dengan ajaran Kristen dan Yahudi, Islam tidak mengenal istilah "Malaikat Yang
Terjatuh" (Fallen Angel). Azazil yang kemudian mendapatkan julukan Iblis, adalah nenek
moyang Jin, seperti Adam nenek moyang Manusia. Jin adalah makhluk yang dicipta oleh
Allah dari 'api yang tidak berasap', sedang malaikat dicipta dari cahaya.

[sunting] Tempat yang tidak disukai Malaikat

Menurut syariat Islam ada beberapa tempat dimana para malaikat tidak akan mendatangi
tempat (rumah) tersebut dan ada pendapat lain yang mengatakan adanya pengecualian
terhadap malaikat-malaikat tertentu yang tetap akan mengunjungi tempat-tempat tersebut.
Pendapat ini telah disampaikan oleh Ibnu Wadhdhah, Imam Al-Khaththabi, dan yang lainnya.
Tempat atau rumah yang tidak dimasuki oleh malaikat itu diantara lain adalah:

1. Tempat yang didalamnya terdapat anjing, (kecuali anjing untuk kepentingan penjagaan
keamanan, pertanian dan berburu); [39][40]
2. Tempat yang terdapat patung (gambar);[41]
3. Tempat yang didalamnya ada seseorang muslim yang mengancungkan dengan senjata
terhadap saudaranya sesama muslim;[42]
4. Tempat yang memiliki bau tidak sedap atau menyengat.[43]

Kesemuanya itu berdasarkan dalil dari hadits shahih yang dicatatat oleh para Imam,
diantaranya adalah Ahmad, Hambali, Bukhari, Tirmidzy, Muslim dan lainnya. Tidak sedikit
nash hadits yang menyatakan bahwa malaikat rahmat tidak akan memasuki rumah yang di
dalamnya terdapat anjing dan pahala pemilik anjing akan susut atau berkurang.

Malaikat Jibril pun enggan untuk masuk ke rumah Muhammad sewaktu ia berjanji ingin
datang ke rumahnya, dikarenakan ada seekor anak anjing di bawah tempat tidur.[44] Malaikat
Rahmat pun tidak akan mendampingi suatu kaum yang terdiri atas orang-orang yang
berteman dengan (memelihara) anjing.[45]

Beriman Kepada Malaikat

Ikhwah sekalian tentu telah mengetahui bahwasanya yang menyampaikan wahyu dari Allah
kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Malaikat Jibril. Kemudian
pernahkah antunna (kalian) bertanya-tanya, apakah malaikat Allah hanya Jibril, atau adakah
malaikat yang lainnya? Dan apa saja tugas mereka? Agar antunna tidak penasaran, mari kita
simak ulasan berikut ini.

Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan Allah dari cahaya, senantiasa menyembah
Allah, tidak pernah mendurhakai perintah Allah serta senantiasa melakukan apa yang
diperintahkan kepada mereka. Keimanan kepada malakat mengandung 4 unsur, yaitu:

Pertama: Mengimani adanya mereka.

Yaitu kepercayaan yang pasti tentang keberadaan para malaikat. Tidak seperti yang dipahami
oleh sebagian orang bahwa malaikat adalah hanya sebuah ‘kata’ yang bermakna konotasi
yang berarti kebaikan atau semacamnya. Allah Ta’ala telah menyatakan keberadaan mereka
dalam firman-Nya yang artinya: “Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba
yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka
mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS. Al-Anbiyaa’: 26-27)

Kedua: Mengimani nama-nama malaikat yang telah kita ketahui, sedangkan malaikat
yang tidak diketahui namanya wajib kita imani secara global.

Di antara dalil yang menunjukkan banyaknya bilangan malaikat dan tidak ada yang dapat
menghitungnya kecuali Allah Ta’ala adalah sebuah hadits shahih yang berkaitan dengan baitul
makmur. Di dalam hadits tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya baitul makmur berada di langit yang ketujuh setentang dengan Ka’bah di
bumi, setiap hari ada 70 ribu malaikat yang shalat di dalamnya kemudian apabila mereka
telah keluar maka tidak akan kembali lagi.” (HR. Bukhari & Muslim)

Ketiga: Mengimani sifat-sifat malaikat yang kita ketahui.

Seperti misalnya sifat Jibril, dimana Nabi mengabarkan bahwa beliau shallallahu’alaihi wa
sallam pernah melihat Jibril dalam sifat yang asli, yang ternyata mempunyai enam ratus sayap
yang dapat menutupi cakrawala (HR. Bukhari). Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dalam musnadnya dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat malaikat Jibril dalam bentuk
aslinya yang mempunyai enam ratus sayap, setiap sayap menutup ufuk, dari sayapnya
berjatuhan berbagai warna, mutiara dan permata yang hanya Allah sajalah yang mengetahui
keindahannya.” (Ibnu Katsir berkata dalam Bidayah Wan Nihayah bahwa sanad hadits ini
bagus dan kuat, sedangkan Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah berkata dalam Al-Musnad
bahwa sanad hadits ini shahih)

Dalam hadits di atas disebutkan bahwa malaikat memiliki sayap dengan berbagai warna. Hal
ini menunjukkan kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla dan memberitahukan bentuk Jibril
‘alaihissalaam yang mempunyai enam ratus sayap, setiap sayap menutup ufuk. Kita tidak
perlu mempersoalkan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat melihat
enam ratus sayap dan bagaimana pula cara beliau menghitungnya? Padahal satu sayap saja
dapat menutupi ufuk? Kita jawab: “Selagi hadits tersebut shahih dan para ulama
menshahihkan sanadnya maka kita tidak membahas mengenai kaifiyat (bagaimananya),
karena Allah Maha Kuasa untuk memperlihatkan kepada Nabi-Nya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam hal-hal yang tidak dapat dibayangkan dan dicerna oleh akal fikiran.”

Allah ta’ala menceritakan bahwa sayap yang dimiliki malaikat memiliki jumlah bilangan yang
berbeda-beda. “Segala puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat
sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap,
masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa
yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Faathir:
1)

Sifat malaikat yang lain adalah terkadang malaikat itu -dengan kekuasaan Allah- bisa berubah
bentuk menjadi manusia, sebagaimana yang terjadi pada Jibril saat Allah mengutusnya kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengajarkan pada manusia apa itu Islam, Iman dan
Ihsan. Demikian juga dengan para malaikat yang diutus oleh Allah kepada Ibrahim dan Luth
‘alaihimassalaam, mereka semua datang dalam bentuk manusia. Para malaikat adalah hamba-
hamba Allah yang senantiasa mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah dan tidak pernah
mendurhakai Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Keempat, mengimani dengan apa yang kita ketahui tentang pekerjaan-pekerjaan mereka

Kita mengimani dengan apa yang kita ketahui tentang pekerjaan-pekerjaan mereka yang
mereka tunaikan berdasarkan perintah Allah Ta’ala, seperti bertasbih (mensucikan Allah) dan
beribadah kepada-Nya tanpa kenal lelah dan tanpa pernah berhenti. Di antara para malaikat,
ada yang memiliki tugas khusus, misalnya:

1. Jibril ‘alaihissalaam yang ditugasi menyampaikan wahyu dari Allah kepada para Rasul-Nya
‘alaihimussalaam.
2. Mikail yang ditugasi menurunkan hujan dan menyebarkannya.
3. Israfil yang ditugasi meniup sangkakala.
4. Malaikat Maut yang ditugasi mencabut nyawa. Dalam beberapa atsar ada disebutkan bahwa
malaikat maut bernama Izrail, namun atsar tersebut tidak shahih. Nama yang benar adalah
Malaikat Maut sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah ta’ala yang artinya:
“Katakanlah: Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan
kamu.” (QS. As-Sajdah: 11)
5. Yang ditugasi menjaga amal perbuatan hamba dan mencatatnya, perbuatan yang baik
maupun yang buruk, mereka adalah para malaikat pencatat yang mulia. Adapun penamaan
malaikat Raqib dan ‘Atid juga tidak memiliki dasar dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka kita
menamakan malaikat sesuai dengan apa yang telah Allah namakan bagi mereka.
6. Yang ditugasi menjaga hamba pada waktu bermukim atau bepergian, waktu tidur atau ketika
jaga dan pada semua keadaannya, mereka adalah Al-Mu’aqqibat.
7. Para malaikat penjaga surga. Ridwan merupakan pemimpin para malaikat di surga (apabila
hadits tentang hal itu memang sah, ed).
8. Sembilan belas malaikat yang merupakan pemimpin para malaikat penjaga neraka dan
pemukanya adalah malaikat Malik.
9. Para malaikat yang diserahi untuk mengatur janin di dalam rahim. Jika seorang hamba telah
sempurna empat bulan di dalam perut ibunya, maka Allah ta’ala mengutus seorang malaikat
kepadanya dan memerintahkannya untuk menulis rezekinya, ajalnya, amalnya dan sengsara
atau bahagianya.
10. Para malaikat yang diserahi untuk menanyai mayit ketika telah diletakkan di dalam kuburnya.
Ketika itu, dua malaikat mendatanginya untuk menanyakan kepadanya tentang Rabb-nya,
agamanya dan nabinya.

Kesalahan-Kesalahan

Terdapat kesalahan-kesalahan yang merusak keimanan kepada malaikat. Bahkan bisa jadi
kesalahan itu membawa kepada kekufuran – na’udzu billahi min dzalik -. Oleh karena itulah,
kita berlindung kepada Allah agar tidak terjatuh dalam kesalahan tersebut. Beberapa
kesalahan yang ada adalah:

1. Mengatakan bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah. Sungguh inilah yang juga
dikatakan kaum musyrikin. Maha Suci Allah dari anggapan ini. Hal ini terdapat dalam firman-
Nya, yang artinya, “Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci
Allah, sedang untuk mereka sendiri apa yang mereka sukai.” (QS. An-Nahl [16]: 57)
2. Beribadah kepada para malaikat. Padahal jika mereka mau merenungi ayat-ayat Al-Qur’an,
akan jelas ditemukan bahwa para malaikat itu sendiri hanya menyembah kepada Allah
semata. Walaupun mereka diberi berbagai kelebihan oleh Allah, mereka tetaplah makhluk
Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi
Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan
hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud.” (QS. Al A’raaf [7]: 206)
3. Menamakan para malaikat dengan nama-nama yang tidak ditetapkan oleh Allah ta’ala dalam
Al-Qur’an dan tidak disampaikan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Seperti
misalnya menamakan malaikat maut dengan nama Izroil, malaikat pencatat amal dengan
Roqib dan ‘Atid.
4. Mengatakan bahwa malaikat-malaikat adalah pembantu Allah. Maha Suci Allah dari
perkataan seperti ini. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia-lah yang menciptakan para
malaikat tersebut. Dan segala makhluk yang diciptakan Allah adalah membutuhkan Allah.
Malaikat-malaikat tersebut pun melaksanakan tugas-tugasnya karena diperintah oleh Allah
dan diberi kemampuan untuk melaksanakannya. Kesalahan anggapan ini adalah termasuk
dari kesalahan pemahaman karena menyamakan Allah dengan mahluk, dalam hal ini adalah
menyamakan Allah dengan kondisi para raja yang membutuhkan pembantu-pembantu untuk
melaksanakan pekerjaannya. Dan ini termasuk dalam hakikat kesyirikan. -na’udzubillah
mindzalik-.

Buah Keimanan Kepada Malaikat

Beriman kepada para malaikat memiliki pengaruh yang agung dalam kehidupan setiap
mukmin, di antaranya dapat kita sebutkan:

1. Mengetahui keagungan, kekuatan serta kesempurnaan kekuasaan-Nya. Sebab keagungan


(sesuatu) yang diciptakan (makhluk) menunjukkan keagungan yang menciptakan (al-Khaliq).
Dengan demikian akan menambah pengagungan dan pemuliaan seorang mukmin kepada
Allah, di mana Allah menciptakan para malaikat dari cahaya dan diberiNya sayap-sayap.
2. Senantiasa istiqomah (meneguhkan pendirian) dalam menaati Allah ta’ala. Karena
barangsiapa beriman bahwa para malaikat itu mencatat semua amal perbuatannya, maka ini
menjadikannya semakin takut kepada Allah, sehingga ia tidak akan berbuat maksiat kepada-
Nya, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi.
3. Bersabar dalam menaati Allah serta merasakan ketenangan dan kedamaian. Karena sebagai
seorang mukmin ia yakin bahwa bersamanya dalam alam yang luas ini ada ribuan malaikat
yang menaati Allah dengan sebaik-baiknya dan sesempurna-sempurnanya.
4. Bersyukur kepada Allah atas perlindungan-Nya kepada anak Adam, dimana ia menjadikan
sebagian dari para malaikat sebagai penjaga mereka.
5. Waspada bahwa dunia ini adalah fana dan tidak kekal, yakni ketika ia ingat Malaikat Maut
yang suatu ketika akan diperintahkan untuk mencabut nyawanya. Karena itu, ia akan semakin
rajin mempersiapkan diri menghadapi hari Akhir dengan beriman dan beramal shalih.

Demikianlah sedikit ilmu yang dapat kami sampaikan kepada saudariku. Semoga antunna
sekalian menemukan jawaban atas pertanyaan tentang malaikat yang selama ini mungkin
menjadi ganjalan dalam benak antunna. Semoga setelah membaca dan merenungkan tentang
hakikat malaikat, iman kita menjadi bertambah dan supaya lebih tertanam dalam hati kita,
bahwa manusia tidak akan dibiarkan saja tanpa pertanggungjawaban, karena ada malaikat
yang selalu mencatat amal perbuatan kita yang kelak kita akan ditanyai tentangnya… Wallahu
a’lam.

Maraji’:

1. Pelajaran Tauhid untuk Tingkat Lanjutan. Darul Haq.


2. Syarah Ushul Atsalatsah. Syaikh Fauzan. (terjemahan)
3. Syarh Tsalatsatul Ushul. Syaikh Muhammad ibn Sholih Al ‘Utsaimin.
4. Penjelasan kitab Kasyfu Syubhat oleh Ustadz Marwan (catatan kajian

You might also like