You are on page 1of 34

Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

STRATEGI PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA

4.1. Rencana Induk Pengelolaan Wilayah Sungai

4.1.1. WILAYAH SUNGAI CIUJUNG-CILIMAN


Sungai-sungai yang mengalir di WS Ciujung-Ciliman berhulu di gunung karang di
wilayah administratif Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang dan bermuara
di Laut Jawa wilayah Kabupaten Serang. Luas wilayah sungai Ciujung-Ciliman
sekitar 473.000 Ha dan meliputi wilayah administratif kabupaten / kota sbb : Kota
Cilegon, Kab.Serang, Kab.Pandeglang, Kab.Lebak dan Kab.Bogor
Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai maka DAS yang termasuk kedalam
WS Ciujung-Ciliman adalah : DAS Ciujung, DAS Ciliman, DAS Cidanau, DAS
Cibante dan DAS Cibungur.
Daerah Aliran Sungai yang menjadi prioritas diantara DAS tersebut di atas adalah
DAS Ciujung dan DAS Cidanau. Keutuhan dan kemantapan fungsi cathment area
DAS Ciujung sangat berpengaruh kepada daerah-daerah seperti Kabupaten Lebak,
Kabupaten Serang dan Kabupaten/Kota Tangerang, selain itu DAS Ciujung berfungsi
sebagai daerah tangkapan air yang akan diarahkan untuk mensuplai air bagi Waduk
Karian. DAS Cidanau merupakan salah satu sumber air bagi masyarakat Kabupaten
dan Kota Cilegon dan diarahkan untuk mensuplai keberlangsungan Waduk
Krenceng.
Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Ciujung-Ciliman diuraikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Identifikasi Alternatif Intervensi Struktural WS Ciujung Ciliman


NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS
I. WS CIUJUNG-CILIMAN
1 Waduk Karian Hulu Sungai Ciujung Penyedia air rumah tangga, perkotaan dan industri TINGGI
untuk wilayah Serang dan Jabotabek dengan
menggunakan saluran Karian-Tanjung-Serpong
(KTS).
2 Waduk Tanjung Sungai Cidurian penyedia air baku untuk daerah Tangerang dan RENDAH
DKI Jakarta dengan menggunakan saluran irigasi
Cidurian atau dengan saluran lternative Karian-
Tanjung-Serpong (KTS)
3 Waduk Cilawang Sungai Ciujung menambah persediaan air rumah tangga, RENDAH
perkotaan dan industri untuk kebutuhan
Tangerang lewat KSCS
4 Waduk Pasirkopo Sungai Ciujung mengambil alih fungsi Waduk Karian untuk SEDANG
mensuplai air irigasi ke daerah irigasi Ciujung
5 Waduk Cimalur Desa Cibatur Keusik suplesi air irigasi DI. Cilemer kiri seluas 500 ha, RENDAH
Kecamatan penyedia air baku untuk kecamatan Banjarsari dan

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4- 1


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS


Banjarsari Kabupaten sebagai waduk pengendali banjir
Lebak
6 Waduk Sungai Cisemeut pemenuhan kebutuhan air baku Jabotabek RENDAH
Bojongmanik
7 Bendung Anyer RENDAH
8 Bendung Karet RENDAH
Cikoneng,
9 Bendung Karet RENDAH
Cisangkuy
10 Long Storage RENDAH
Sungai Ciujung
11 Bendung Tipe RENDAH
Gergaji di Sungai
Cibama
12 Bendung Karet RENDAH
Cibungur
13 Bendung dan RENDAH
Bendung Karet
Ciseukeut

4.1.2. WILAYAH SUNGAI CILIWUNG-CISADANE


Sungai-sungai yang mengalir di WS Ciliwung-Cisadane berhulu di G.Kendeng dan
G.Wiru di wilayah administratif Kabupaten Bogor dan bermuara di Laut Jawa
wilayah Kabupaten Bekasi. Luas wilayah sungai Ciliwung–Cisadane sekitar 4355
Km² dan meliputi wilayah administratif kabupaten / kota sbb : Jakarta Barat,
Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Kota Tangerang, Kab.
Tangerang, Kab. Serang, Kab. Lebak, Kota Bekasi, Kab. Bekasi, Kota depok, Kota
Bogor, Kab. Bogor, Kab. Sukabumi.
Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai maka DAS yang termasuk kedalam
WS Ciliwung-Cisadane adalah : Das Cidurian, Das Cisadane, Das Pesanggrahan,
Das Ciliwung, Das Sunter, Das Cikarang/Cipamingkis.
Saat ini banjir yang sering terjadi ada di DAS Ciliwung dan khususnya di wilayah
Jakarta bagian hulu dan ini merupakan permasalah yang cukup pelik di beberapa
tahun terakhir ini. Kondisi ini merupakan kombinasi dari berbagai akibat yang
ditimbulkan oleh :
1. Amblesan tanah khususnya di wilayah Jakarta bagian utara yang disebabkan
oleh pengambilan air tanah yang berlebih; wilayah ini terletak pada daerah yang
rata dan rendah (kurang lebih 15.000 ha terletak 2 m dibawah permukaan air
laut), dan relatif terkena dampak aliran balik dari laut, khususnya pada saat
pasang
2. Meningkatnya urbanisasi dan berkaitan dengan permukaan tanah yang tidak
lolos air, berakibat pada infiltrasi yang relatif kecil dan akan mempercepat aliran
permukaan, untuk itu perlu meningkatkan kapasitas drainase yang saat ini belum
tersedia
3. Terabaikannya pemeliharaan fasilitas drainase yang ada; floodway, sungai dan
berbagai saluran utama yang telah mengalami pengurangan kapasitas oleh
adanya kombinasi agradasi dasar sungai,
4. Meningkatnya puncak banjir dari DAS bagian hulu akibat meningkatnya
urbanisasi dan hilangnya daerah resapan air

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4- 2


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Ciliwung-Cisadane diuraikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Identifikasi Alternatif Intervensi Struktural WS Ciliwung-Cisadane


NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS
II. WS CILIWUNG-CISADANE
1 Situ Tunggilis Kabupaten Bogor Melalui APBD Provinsi Jawa Barat telah SEDANG
dilakukan perencanaan detail situ (DD).
2 Jaringan Irigasi Cihoe- Kabupaten Bogor Melalui APBD Provinsi Jawa Barat telah SEDANG
Cikumpeni dilakukan perencanaan rehabilitasi jaringan
irigasi (DD).
3 Bottom Control Kota Bogor Melalui APBD Provinsi Jawa Barat telah SEDANG
Bendung Katulampa dilakukan perencanaan bottom control (DD).
4 Waduk Ciawi Hulu Sungai Ciliwung Mengurangi debit banjir Sungai Ciliwung di Kota RENDAH
Bogor. Selain itu Waduk Ciawi juga dapat
berfungsi sebagai penyedia air untuk Kota
Bogor dan DKI Jakarta serta sebagai sumber
air untuk penggelontoran Sungai Ciliwung di
musim kering
5 Waduk Genteng Sungai Cisadane penyedia air baku ke daerah Bogor dengan RENDAH
cara gravitasi
6 Waduk Parung Badak tengah Sungai penyedia air baku untuk daerah Bogor-Jakarta RENDAH
Cisadane
7 Waduk Sodong hilir Sungai Cikaniki penyedia air baku untuk daerah Bogor-Jakarta RENDAH
8 Salak Contour Canal sekeliling Gunung memenuhi kebutuhan air di Kota dan RENDAH
Salak Kabupaten Bogor
9 Ciliwung Floodway Kota Bogor mengalihkan debit banjir dari Sungai Ciliwung TINGGI
Tunnel ke Sungai Cisadane guna pengendalian banjir
di DKI Jakarta
10 Peningkatan Kanal Karawang - Bekasi memenuhi kebutuhan air Jabotabek TINGGI
Tarum Barat
11 Pengembangan Cengkareng pencegahan banjir dan meningkatkan urban SEDANG
Cengkareng Floodway drainage. Peningkatan fungsi sungai ke hilir dari
System daerah Angke dan Sungai Pesanggrahan dan
Mookervaart Canal, serta konstruksi Angke
Floodway
12 Sungai Cidurian Kab. Tangerang Pengendalian banjir. Normalisasi alur sungai 32 SEDANG
km, Master Plan 1997
13 Sungai Cimanceuri Kab. Tangerang Pengendalian banjir. Normalisasi alur sungai 22 SEDANG
km, Master Plan 1997
14 Sungai Cirarab Kab. Tangerang Pengendalian banjir. Normalisasi alur sungai 17 SEDANG
km, Master Plan 1997
15 Sungai Cisadane Kota/Kab. Tangerang Pengendalian banjir. Normalisasi alur sungai 38 TINGGI
km, Master Plan 1997
16 Cengkareng drain, DKI Jakarta Pengendalian banjir. Normalisasi alur sungai 22 SEDANG
Kali Angke, km, Master Plan 1997
Mookervaart
17 Banjir Kanal Barat/ Kota Bogor, DKI Pengendalian banjir. Terowongan 1 km, 2 bh. TINGGI
Ciliwung Jakarta Normalisasi alur sungai 29 km. Master Plan
1997
18 Banjir Kanal Timur, DKI Jakarta Pengendalian banjir. Pembuatan Sal. Banjir. SEDANG
Cipinang, Sunter, Normalisasi alur sungai 57 km. Master Plan
Buaran, Cakung 1997
19 Banjir Kanal CBL, Kab. Bekasi pengendalian banjir. Normalisasi alur sungai 50 SEDANG
Cikarang, Bekasi km, Master Plan 1997

4.1.3 WILAYAH SUNGAI CISADEA-CIKUNINGAN


Sungai sungai yang ada di WS Cisadea – Cikuningan terutama berhulu dari
beberapa mata air yang ada di G.Talaga, G.Kendeng, G.Pangkulahan, G.Malabar,

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4- 3


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

G.Malang, G.Gede Pangrango serta G.Patuha, yang pada akhirnya bermuara di


Smudra Indonesia di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi. Luas wilayah
SWS Cisadea – Cimandiri sekitar 37327 Km² dan meliputi 4 wilayah administratif
kabupaten / kota sbb : Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi,
Kabupaten Bandung.
Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai maka DAS yang termasuk kedalam
WS Cisadea - Cikuningan adalah : DAS Cimaragang, DAS Cipondok, DAS Cisadea,
DAS Cibuni, DAS Cikaso, DAS Cikarang, DAS Ciletuh, DAS Cimandiri, DAS
Cimangur dan DAS Cibareno.
Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Cisadea-Cikuningan diuraikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Identifikasi Alternatif Intervensi Struktural WS Cisadea-Cikuningan


NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS
III. WS CISADEA-CIKUNINGAN
1 Bendung Sungai Pasir Bungur, mengairi sawah seluas 2.800 ha RENDAH
Cibareno Cilograng, Cikatomas,
Cibareno dan
Sawarna
2 Waduk Citepus Kab. Sukabumi - telah dilakukan perencanaan detail waduk TINGGI
(FS & DD) melalui APBD Prov Jabar
- untuk penyediaan air baku bagi domestik ibu
kota Pelabuhan Ratu, irigasi seluas 132 ha,
pariwisata, konservasi, PLTM serta
pengendali banjir
3 Muara Cimandiri Kab. Sukabumi - telah dilakukan perencanaan detail SEDANG
pengaman pantai (Pra FS dan DD)
- manfaat untuk pengaman pantai
4 Muara Citepus Kab. Sukabumi - telah dilakukan perencanaan detail SEDANG
pengaman pantai (Pra FS dan DD)
- manfaat untuk pengaman pantai
5 Sungai Cibuni Kab. Cianjur Telah direncanakan detail peningkatan SEDANG
kapasitas sungai (DD)

6 Bendung Sungai Cikamayapan, mengairi sawah seluas 2.000 ha RENDAH


Cihara Cikarang, Ciparahu,
Mekarsari dan Karang
Kamulyan

4.1.4. WILAYAH SUNGAI CITARUM


Sungai Citarum berhulu dari mata air Gunung Wayang, Kecamatan Kertasari
Kabupaten Bandung dan bermuara di Laut Jawa wilayah Kabupaten Karawang
dengan panjang sungai sekitar 315 Km dengan tiga anak sungai utama yaitu
S.Cisangkuy, S.Cikapundung dan S.Cisokan. Wilayah sungai Citarum meliputi 9
wilayah administratif kabupaten/ kota sbb : Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten
Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta,
Kabupaten Karawang, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Bekasi.
Berdasarkan data Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Propinsi Jawa Barat luas
wilayah sungai Citarum adalah 11,410.87 Km², dengan panjang sungai mencapai
270 Km DAS yang termasuk didalam Satuan Wilayah Sungai Citarum adalah : DAS
Citarum, DAS Pagadungan, DAS Cinerang, DAS Cilamaya, DAS Ciasem, DAS
Cipunagara dan DAS Kalisewo.

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4- 4


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Citarum diuraikan pada Tabel 5.17.

Tabel 4 Identifikasi Alternatif Intervensi Struktural WS Citarum


NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS

IV. WS CITARUM
1 Waduk Naragong Anak Sungai penyedia air baku ke daerah Bogor dengan RENDAH
Cileungsi (DAS menggunakan pompa
Bekasi)
2 Waduk Nameng Sungai Cibeet penyedia air untuk areal tambak RENDAH
3 Waduk Pasiranji Cipamingkis menampung air dari Sungai Cipamingkis atau RENDAH
dari saluran pembawa
4 Waduk Pangkalan Sungai Cibeet penyedia air utama untuk daerah hilir Kanal RENDAH
Tarum Barat secara gravitasi
5 Peninggian Dam Dam Cirata Penyediaan air baku dan tenaga listrik RENDAH
Cirata
6 Peningkatan Kanal Karawang – Bekasi – memindahkan air dari wilayah sungai Citarum SEDANG
Tarum Barat atau DKI Jakarta ke Jakarta
Pembangunan Kanal
Tarum Jaya
7 Waduk Talagaherang Hulu Jatiluhur mengairi sawah RENDAH
8 Waduk Maya Hulu Jatiluhur mengairi sawah RENDAH
9 Waduk Bodas Hulu Jatiluhur mengairi sawah RENDAH
10 Dam Sungai Cilame Hulu Jatiluhur mengairi sawah RENDAH
11 Dam Sungai Hulu Jatiluhur mengairi sawah RENDAH
Cipunagara
12 Waduk Cipunagara Hulu Jatiluhur mengairi sawah RENDAH
dan bendungan
pengatur di
Sadawarna
13 Waduk Cibeber Hulu Jatiluhur mengairi sawah RENDAH
14 Waduk Kandung Hulu Jatiluhur mengairi sawah RENDAH
15 Pengembangan Sungai Cisangkuy mencukupi kebutuhan air rumah tangga, SEDANG
Sungai Cisangkuy perkotaan dan industri Bandung
16 Waduk sungai Sungai Cikapundung mencukupi kebutuhan air rumah tangga, RENDAH
Cikapundung perkotaan dan industri Bandung
17 Waduk Sukawana Cimahi - telah dilakukan perencanaan detail waduk TINGGI
(Pra FS, DD, KKB)
- manfaat untuk penyediaan air baku bagi
domestik (Kota Bandung & Cimahi), irigasi
seluas 150 ha, pariwisata alam, industri di
kota Cimahi, konservasi serta pengendalian
banjir
18 Sudetan sungai Kab. Bandung mencukupi kebutuhan air baku Bandung RENDAH
Cibeureum
19 Waduk Bojong Jambu Kab. Bandung mencukupi kebutuhan air baku Bandung RENDAH
20 Waduk Jatigede Kab. Garut pengairan irigasi seluas 68.280 ha, potensi TINGGI
listrik sebesar 2.102.400 MWh dan penyediaan
air baku untuk 79.683 jiwa.
21 Waduk Cipasang Kab. Garut pengairan irigasi seluas 18.960 ha, potensi SEDANG
listrik sebesar 1.639.872 MWh dan penyediaan
air baku untuk 22.126 jiwa. Potensi paling baik
untuk dikembangkan karena memiliki nilai EIRR
lebih tinggi (17,65 %).
22 Waduk Cipanas Kab. Garut pengairan irigasi seluas 12.000 ha dan RENDAH
penyediaan air baku untuk 14.004 jiwa. Volume
tampungan sebesar 395 juta m3. Nilai ekonomi
proyek IRR 7,63%
23 Waduk Ujungjaya Kadipaten pengairan irigasi seluas 5.000 ha dan RENDAH
penyediaan air baku untuk 5.835 jiwa. Volume
tampungan sebesar 71 juta m3. Nilai ekonomi
proyek IRR 2,67%

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4- 5


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS


24 Waduk Kadumalik Majalengka Mengairi 20.000 Ha lahan irigasi. Jika SEDANG
pembuatan Waduk Jatigede di tunda, maka
Waduk Kadumalik dengan EL + 294 dapat
menjadi lternative cadangan utama
25 Waduk Pasirkuda Majalengka Potensi listrik sebesar 86.000 MWh. Volume RENDAH
tampungan sebesar 2,4 juta m3. nilai ekonomi
proyek IRR 6,07%
26 Waduk Ciniru Kuningan pengairan irigasi seluas 9.148 ha, potensi listrik SEDANG
6,9 GWh dan potensi air baku 915 ha. Volume
tampungan sebesar 50 juta m3. Nilai ekonomi
proyek IRR 12%
27 Waduk Cimulya Kuningan pengairan irigasi seluas 9.145 ha, potensi listrik SEDANG
5,40 GWh dan potensi air baku 915 ha.
Volume tampungan sebesar 35 juta m3. Nilai
ekonomi proyek IRR 12,16%
28 Waduk Gunungkarung Kuningan pengairan irigasi seluas 9.145 ha dan potensi RENDAH
listrik 17,20 GWh.
29 Waduk Manenteng Kuningan pengairan irigasi seluas 9.000 ha, potensi listrik RENDAH
11,70 GWh dan potensi air baku.
30 Waduk Pecang Kuningan pengairan irigasi seluas 8.275 ha dan potensi RENDAH
air baku 828 ha.
31 Waduk Balekambang Garut pengairan irigasi seluas 8.700 ha dan RENDAH
penyediaan air baku untuk 10.153 jiwa.
32 Waduk Cipeles Garut pengairan irigasi seluas 12.000 ha dan RENDAH
penyediaan air baku untuk 14.004 jiwa.
33 Waduk Seuseupan Cirebon pengairan irigasi seluas 4.439 ha, potensi listrik RENDAH
3,4 GWh dan potensi air baku 444 ha.
34 Waduk Cihirup Sumedang pengairan irigasi seluas 4.439 ha, potensi listrik RENDAH
0,2 GWh dan potensi air baku 444 ha.
35 Waduk Mangit Kuningan pengairan irigasi seluas 2.982 ha, potensi listrik RENDAH
1,6 GWh dan potensi air baku 298 ha.
36 Waduk Ciwaru Kuningan pengairan irigasi seluas 10.173 ha, potensi RENDAH
listrik 10,7 GWh dan potensi air baku 1.017 ha.
37 Waduk Cihowe Cirebon pengairan irigasi seluas 600 ha, potensi listrik RENDAH
0,1 GWh dan potensi air baku 60 ha.
38 Waduk Dukuh Badag Cirebon pengairan irigasi seluas 8.275 ha, potensi listrik RENDAH
8,3 GWh dan potensi air baku 828 ha.
39 Waduk Cileuweung Cirebon pengairan irigasi seluas 8.275 ha, potensi listrik RENDAH
1,7 GWh dan potensi air baku.
40 Long Storage Kumpul Cirebon memenuhi kebutuhan air untuk mengairi areal RENDAH
Kuista-Jamblang sawah dan tambak di sebelah utara ruas jalan
Indramayu-Cirebon (± 4.468 Ha sawah dan ±
750 Ha tambak). Nilai ekonomi proyek IRR
sebesar 22,56 %,
41 Long Storage Indramayu pemenuhan kebutuhan air baku dan keperluan RENDAH
Indramayu irigasi dan perikanan tambak
42 Pengembangan 6 Cirebon mendukung Long Storage Kumpul Kuista- RENDAH
Embung Jamblang
43 Rehabilitasi Irigasi Kab. Bekasi Penyediaan irigasi seluas 6.405 ha, SEDANG
Kab. Bekasi
44 Rehabilitasi Irigasi Kab. Karawang Penyediaan irigasi seluas 24.530 ha, SEDANG
Kab. Karawang
45 Rehabilitasi Irigasi Kab. Subang Penyediaan irigasi seluas 12.210 ha, SEDANG
Kab. Subang
46 Rehabilitasi Irigasi Kab. Indramayu Penyediaan irigasi seluas 19.355 ha, SEDANG
Kab. Indramayu
47 S. Citarik Hulu Pengendalian banjir dan pengamanan pantai. RENDAH
Sampai dengan Jalan Raya Bandung-Tasik ± 5
km.
48 Pekerjaan pengendalian banjir dan pengamanan pantai RENDAH
Penyempurnaan
Flood Warning
System

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4- 6


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS


49 Peningkatan Pengendalian banjir dan pengamanan pantai. RENDAH
Kapasitas Sungai Peningkatan Kapasitas System Sungai Citarum
Hulu Q5 menjadi Q20.
50 Pekerjaan Konstruksi Pengendalian banjir dan pengamanan pantai. RENDAH
S. Citarik Hulu Normalisasi sungai ± 5 km.
51 Pekerjaan Konstruksi Pengendalian banjir dan pengamanan pantai. RENDAH
S. Cimande Normalisasi sungai ± 5 km.
52 Pekerjaan Konstruksi Pengendalian banjir dan pengamanan pantai. RENDAH
S. Cikeruh Normalisasi sungai ± 10 km.
53 Waduk Santosa Kab Bandung - melalui PIPWS Citarum telah dilakukan TINGGI
perencanaan detail waduk (FS dan DD)
- manfaat untuk penyediaan air baku sebesar
240 liter/detik bagi domestik (Kota Bandung
dan Cimahi), irigasi seluas 150 ha,
pariwisata alam, industri di Kota Cimahi,
konservasi serta pengendalian banjir).
54 Waduk Ciwidey Kab. Bandung - telah dilakukan perencanaan detail waduk TINGGI
(FS dan DD)
- manfaat untuk penyediaan air baku bagi
domestik (Kota Bandung & Cimahi), irigasi di
Kab. Bandung, industri di kota Cimahi,
pariwisata, konservasi, PLTM serta
pengendalian banjir
55 Waduk Cimeta Kab. Bandung - telah dilakukan perencanaan detail waduk TINGGI
(FS dan DD)
- manfaat untuk penyediaan air baku bagi
domestik (Sport Center & Padalarang),
irigasi di Padalarang, suplesi utk Situ
Ciburuy di Kab. Bandung, irigasi di Pasir
Kuntul Kab Bandung, pariwisata dan
konservasi
56 Waduk Sadawarna Kab. Subang - telah dilakukan perencanaan detail waduk TINGGI
(FS, DD, dan KKB)
- manfaat untuk penyediaan air baku bagi
domestik, irigasi, PLTM, pariwisata,
perikanan darat, konservasi lingkungan dan
pengendali banjir
57 Waduk Cipanengah Kab. Bandung - Melalui PIPWS Citarum telah dilakukan SEDANG
(1,2 dan 3) perencanaan detail waduk (Pra FS dan FS)
58 Waduk Ciawiruka Kab. Bandung - Melalui PIPWS Citarum telah dilakukan SEDANG
perencanaan detail waduk (Pra FS dan FS)
59 Waduk Cikukang Kab. Bandung - Melalui PIPWS Citarum telah dilakukan SEDANG
perencanaan detail waduk (Pra FS dan FS,
DED)

4.1.5. WILAYAH SUNGAI CIMANUK-CISANGGARUNG


Sungai Cimanuk berhulu di wilayah administratif Kabupaten Garut , dari mata air
yang berasal dari G.Malabar, G.Mandalawangi, G.Guntur dan G.Cakrabuana dan
bermuara di Laut Jawa wilayah Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon Luas
wilayah SWS Cimanuk – Cisanggarung adalah 6932,76 Km² dan meliputi 7 wilayah
administratif kabupaten / kota sbb : Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang,
Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Indramayu, Kabupaten
Cirebon dan Kota Cirebon. Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai maka
DAS yang termasuk kedalam SWS Cimanuk- Cisanggarung adalah : DAS Cimanuk,
DAS Cipanas, DAS Pangkalan, DAS Cisanggarung, DAS Cilalanang, DAS
Ciwaringin, DAS Cimanggung, DAS Bangkaderes dan DAS Kali Jurang Jero.

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4- 7


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Cimanuk-Cisanggarung diuraikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Identifikasi Alternatif Intervensi Struktural WS Cimanuk-Cisanggarung


NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS
V. WS CIMANUK CISANGGARUNG
1 Waduk Jatigede Sumedang Irigasi seluas 90.000 ha, potensi listrik Tinggi
terpasang 110 MW dan penyediaan air baku
untuk 79.683 jiwa. Harga tampungan per m3
rendah ( Rp 650/m3 ) Volume tampungan
netto 796,1 juta m3
2 Waduk Cipanundan Kuningan Irigasi seluas 4.439 ha, potensi listrik 0.2 Tinggi
GWh dan potensi air baku 444 ha, volume
tampungan 2,7 jt m3.
3 Waduk Cilutung Majalengka Irigasi seluas 20.000 ha, jika Waduk Tinggi
Jatigede ditunda, maka Waduk Cilutung
dengan El + 294 dapat menjadi alternatif
cadangan utama
4 Waduk Cipanas Indramayu Irigasi seluas 12.000 ha dan penyediaan air Tinggi
baku
untuk 14.004 jiwa, volume tampungan
sebesar 395
juta m3.
5 Waduk Sarwadadi Cirebon Irigasi seluas 500 ha dan penyediaan air Tinggi
baku 300 kk
6 Long Storage Indramayu Pemenuhan kebutuhan air irigasi dan Tinggi
Indramayu perikanan tambak
7 Waduk Bojong Volume tampungan : 0,36 juta m3 Tinggi
8 Waduk Brahim Volume tampungan : 0,27 juta m3 Tinggi
9 Waduk Cimulya Kuningan Irigasi seluas 9.145 ha, potensi listrik 4,5 Tinggi
GWh dan potensi air baku 915 ha dengan
volume tampungan sebesar 35 juta m3.
10 Long Storage K. Kuista Cirebon Memenuhi kebutuhan air untuk mengairi Tinggi
- Jamblang areal sawah dan tambak di sebelah utara
ruas jalan Indramayu - Cirebon ( sawah
4.468 ha, tambak 750 ha ).
11 Waduk Cipasang Garut Irigasi seluas 18.960 ha, potensi listrik Sedang
terpasang187 MW dan penyediaan air baku
untuk 22.126 jiwa. Volume tampungan
sebesar 395 jiwa.
12 Waduk Cihowe Cirebon Irigasi seluas 600 ha, potensi listrik 0.1 GWh Sedang
dan air baku 60 ha, volume tampungan 1.3 jt
m3.
13 Waduk Cileuweung Kuningan Irigasi seluas 8.275 ha, potensi listrik 1,7 Sedang
GWh dan air baku 828 ha, volume
tampungan 20 jt m3.
14 Waduk Ujungjaya Sumedang Irigasi seluas 5.000 ha dan penyediaan air Rendah
baku untuk 5,835 jiwa dengan volume
tampungan 71 juta m3.
15 Waduk Pasirkuda Majalengka Potensi listrik sebesar 86.000 MWh dengan Rendah
volume tampungan 2,4 juta m3 .
16 Waduk Balekambang Garut Irigasi seluas 8.700 ha dan penyediaan air Rendah
baku untuk 10,153 jiwa , volume tampungan
50 juta m3.
17 Waduk Cipeles Garut Irigasi seluas 12.000 ha dan penyediaan air Rendah
baku 175 juta m3.
18 Waduk G. Karung Kuningan Irigasi seluas 9.145 ha dan potensi listrik Rendah
17.20 GWh. Volume tampungan 53 juta m3.
19 Waduk Maneungteung Kuningan Irigasi seluas 9.000 ha potensi listrik 11.70 Rendah
GWh dan potensi air baku 915 ha.
20 Waduk Pecang Kuningan Irigasi seluas 8.275 ha dan potensi air baku Rendah
828 ha, volume tampungan 86 juta m3.

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4- 8


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS


21 Waduk Seuseupan Cirebon Irigasi seluas 4.439 ha potensi listrik 3.4 Rendah
GWh dan potensi air baku 444 ha, volume
tampungan 32 jt m3.
22 Waduk Masigit Kuningan Irigasi seluas 2.982 ha potensi listrik 1.6 Rendah
GWh dan potensi air baku 298 ha, volume
tampungan 12 jt m3.
23 Waduk Ciwaru Kuningan Irigasi seluas 10,173 ha potensi listrik 10.7 Rendah
GWh dan potensi air baku 1017 ha dengan
volume tampungan 69 juta m3.
24 Waduk Dukuh Badag Kuningan Irigasi seluas 8.275 ha, potensi listrik 8,3 Rendah
GWh dan air baku 828 ha, volume
tampungan 78 jt m3.
25 Waduk Kecil Cipanas Kab. Majalengka melalui APBD Prov Jabar telah dilakukan Sedang
Saat perencanaan detail waduk (Pra FS dan FS)
26 Waduk Cibatarua Kab. Garut - melalui PIPWS Citarum telah dilakukan Tinggi
perencanaan detail waduk (DD)
- manfaat utk penyediaan air baku sebesar
240 lt/dtk untuk domestik Kab. Dan Kota
Bandung, irigasi 150 ha, pariwisata alam,
dan industri di Kota Cimahi

4.1.6. WILAYAH SUNGAI CITANDUY-CIWULAN


Wilayah Sungai Citanduy-Ciwulan terdiri beberapa sungai yang berhulu terutama
dari mata air yang berasal dari G.Galungung dan G.Sawal, yang pada akhirnya
bermuara ke Samudra Indonesia di wilayah Kabupaten Ciamis , Kabupaten
Tasikmalaya dan Kabupaten Garut.Luas wilayah WS Citanduy–Ciwulan adalah
sekitar 7996 Km² dan meliputi 5 wilayah administratif kabupaten / kota sbb :
Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kota Banjar,
Kabupaten Ciamis.
Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai maka DAS yang termasuk kedalam
WS Citanduy-Ciwulan adalah : DAS Citanduy, DAS Ciwulan, DAS Cimedang, DAS
Cijulang, DAS Cipatujah, DAS Cikondang, DAS Cisanggiri dan DAS Cilaki.
Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Citanduy-Ciwulan diuraikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Identifikasi Alternatif Intervensi Struktural WS Citanduy-Ciwulan


NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS

VI. WS CITANDUY CIWULAN


1 Penyusunan pola Wilayah sungai Citanduy Sebagai kerangka dasar pedoman dalam Tinggi
pengelolaan SDA Ciwulan (Propinsi Jabar & pengelolaan SDA Wilayah Sungai Citanduy
Wilayah Sungai Jateng) Ciwulan
Citanduy Ciwulan
2 Rencana induk Wilayah sungai Citanduy Sebagai kerangka dasar pedoman dalam Tinggi
(Master Plan) Ciwulan (Propinsi Jabar & pengelolaan SDA Wilayah Sungai Citanduy
pengelolaan SDA Jateng) Ciwulan
Wilayah Sungai
Citanduy Ciwulan
3 Lower Citanduy Flood Management: Tinggi
Pengerukan Plawangan - Segara Memperlancar aliran sungai Citanduy menuju
Plawangan Anakan (Kabupaten ke laut lepas
Cilacap & Ciamis)

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4- 9


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS


Normalisasi Kabupaten Cilacap Mengembalikan fungsi dan kapasitas aliran
sungai-sungai sungai Cibeureum, Cimeneng, Jagadenda,
DAS Segara Cikonde, Kawungatan, Plumpatan,
Anakan Pekalongan dan anak-anak sungainya
Normalisasi Kabupaten Cilacap Mengembalikan fungsi dan kapasitas
sistem drainasi drainase Daerah Irigasi Sidareja Cihaur
Daerah Irigasi
Sidareja Cihaur
dan sekitarnya
Perbaikan dan Kabupaten Cilacap Mengembalikan dan meningkatkan fungsi dan
peningkatan kapasitas bangunan klep
bangunan klep
pengendali banjir,
15 lokasi
Perbaikan dan Kabupaten Cilacap Mengamankan daerah permukiman dan
peningkatan pertanian dari bahaya banjir
bangunan tanggul
pengendali banjir
30 km
Perbaikan tebing Kabupaten Cilacap Mengamankan tanggul pengendali banjir
kritis, 20 lokasi
Normalisasi Kabupaten Ciamis Mengembalikan fungsi dan kapasitas aliran
sungai-sungai sungai Ciseel, Ciputrahaji, Citalahab dan
DAS Citanduy Hilir Cikaso
Normalisasi Kabupaten Ciamis Mengembalikan fungsi dan kapasitas
sistem drainase drainase Daerah Irigasi Lakbok Utara dan
Daerah Irigasi Lakbok Selatan
Lakbok Utara dan
Lakbok Selatan
Perbaikan dan Kabupaten Ciamis Mengembalikan dan meningkatkan fungsi
peningkatan bangunan Klep
bangunan klep
pengendali banjir,
15 lokasi
Perbaikan dan Kabupaten Ciamis Mengamankan daerah permukiman dan
peningkatan pertanian dari bahaya banjir
bangunan tanggul
pengendali banjir
30 km
Perbaikan tebing Kabupaten Ciamis Mengamankan tanggul pengendali banjir
kritis, 10 lokasi
4 Perbaikan tebing Kabupaten Ciamis, Mengamankan daerah permukiman, Tinggi
kritis 25 lokasi Kabupaten Tasikmalaya, pertanian dan prasarana umum.
Kabupaten Garut
5 Konservasi prasarana air baku : Tinggi
Embung 11 lokasi Kabupaten Cilacap, Penyediaan air baku/mengatasi kekeringan
Ciamis dan Garut
Bangunan Kabupaten Ciamis Penyediaan air baku/mengatasi kekeringan
konservasi mata
air 3 lokasi
Bangunan Kabupaten Ciamis, Konservasi/Pengendalian sedimentasi
chekdam 15 lokasi Tasikmalaya, Cilacap
Rehabilitasi Situ 8 Kota Banjar, Tasikmalaya, Penyediaan air baku/mengatasi kekeringan
lokasi Kabupaten Ciamis dan
Garut
6 Rehabilitasi Kabupaten Ciamis Penyediaan air Irigasi 27.000 ha, air minum Tinggi
Bendung kota sidareja dan pengendalian banjir
Manganti Tahap II
7 Pengamanan
Pantai
Pantai Kabupaten Ciamis Mengamankan daerah permukiman dan Tinggi
Pangandaran 3 prasarana umum/obyek wisata

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 10


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS


km
Pantai Kabupaten Ciamis Mengamankan daerah permukiman, dan Tinggi
Bojongsalawe 3 prasarana umum/TPI
km
Pantai Cilaut Kabupaten Tasikmalaya Mengamankan daerah permukiman, dan Tinggi
Eureun 2 km prasarana umum/TPI/LAPAN/objek wisata
Pantai Ranca Kabupaten Garut Mengamankan daerah permukiman, dan Tinggi
Buaya 1 km prasarana umum/TPI
Pantai Bagolo 1 Kabupaten Ciamis Mengamankan daerah permukiman, dan Sedang
km prasarana umum
Pantai Cipatujah 2 Kabupaten Garut Mengamankan daerah permukiman, dan Sedang
km prasarana umum
8 Sudetan Citanduy Sungai Citanduy Penanggulangan sedimentasi di Segara Sedang
nakan dari sungai Citanduy. Mengalihkan
muara sungai Citanduy langsung ke Laut
(teluk Nusaware)
9 Waduk Kabupaten Ciamis dan Pemenuhan kebutuhan rumah tangga, Sedang
Matenggang Kabupaten Cilacap perkotaan dan industri dan tenaga listrik
sebesar 50 lt/det. Tinggi mercu bendung 7 m,
panjang 40 m, bak tampung 3 m dan bahan
tubuh bendung adalah urugan tanah dengan
inti clay tampungan aktif 27,08 juta m3
10 Waduk Pasirangin Kabupaten Tasikmalaya Pemenuhan kebutuhan rumah tangga, Rendah
perkotaan dan industri Tasikmalaya 800
ltr/det. Irigasi 3.229 ha dan dapat mereduksi
sedimentasi Segara Anakan, panjang
bendung 180 m, Tampung total 14 juta m3.
11 Waduk Binangun I Kabupaten Ciamis Pemenuhan kebutuhan rumah tangga, Rendah
perkotaan dan Industri serta irigasi. Dapat
menimbulkan dampak sosial ekonomi rakyat.
Elevasi puncak terhadap MSL adalah 48 M.
Tinggi mercu bendung 28 m, luas arealnya
3.050 ha. Tampungan total 485 juta m3 dan
tampungan aktif 220 juta m3.
12 Waduk Binangun Kabupaten Ciamis Elevasi puncak MSL : 55 ; Tinggi Mercu Rendah
II Bendung : 33 ; Area (ha) : 1.330 ;
Tampungan Total (juta m3) : 270 ;
Tampungan aktif (juta m3) : 154
13 Waduk Ciamis / Kabupaten Ciamis Pemenuhan kebutuhan rumah tangga, Rendah
Leuwi Keris perkotaan dan industri serta irigasi. Potensi
listrik yang dihasilkan kecil. Elevasi terhadap
MSL 180 m, tinggi mercu bendung 100 m,
luas areal 440 ha, Tampungan total 180 juta
m3 dan tampungan aktif 78 juta m3
14 Waduk Kabupaten Ciamis Pemenuhan kebutuhan rumah tangga, Rendah
Cikembang perkotaan dan industri serta irigasi Potensi
listrik yang dihasilkan kecil. Elevasi puncak
terhadap MSL 180 m, tinggi mercu bendung
70 m, luas areal 440 ha, Tampungan total
150 juta m3 dan tampungan aktif 18 juta m3
15 Waduk Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya Meningkatkan kebutuhan air baku dan Rendah
pengendali banjir serta sedimentasi.
Meskipun potensi listrik yang dihasilkan kecil.
Diharapkan dapat mereduksi sedimentasi
Segara Anakan Elevasi puncak terhadap MSL
265 m, tinggi mercu bendung 80 m, luas areal
470 ha, Tampungan total 120 juta m3 dan
tampungan aktif 55 juta m3.
16 Waduk Banjar Kabupaten Banjar Pemenuhan kebutuhan rumah tangga, Rendah
perkotaan dan industri serta irigasi. Dapat
menimbulkan dapak sosial ekonomi rakyat.
Elevasi puncak terhadap MSL adalah 80 m.

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 11


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS

Tinggi mercu bendung 60 m, luas arealnya


1.620 ha. Tampungan total 460 juta m3 dan
tampungan aktif 250 juta m3.
17 Waduk Sukahurip Kab. Ciamis - telah dilakukan perencanaan detail waduk Tinggi
(Pra FS, FS, dan DD)
- manfaat untuk penyediaan air baku
domestic (PKW Pangandaran dan Kab.
Ciamis) dan pengendalian banjir

4.1.7. WILAYAH SUNGAI PEMALI-COMAL


Wilayah Sungai Pemali-Comal meliputi wilayah administratif kabupaten / kota sbb :
Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Pemalang, Kota
Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, Kabupaten Banjarnegara
dan Kabupaten Batang.
Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai maka DAS yang termasuk kedalam
WS Pemali-Comal terdiri dari 6(enam) Daerah Aliran Sungai(DAS), yaitu : DAS
Pemali, DAS Cacaban, DAS Rambut, DAS Comal, DAS Kupang dan DAS Lampir.
Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Pemali-Comal diuraikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Identifikasi Alternatif Intervensi Struktural WS Pemali-Comal
NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS

VII. WS PEMALI-COMAL

1 Waduk Bantar hulu K. Pemali Kabupaten pengendalian banjir (± 4.000 ha), untuk SEDANG
Kawung Brebes peningkatan intensitas tanam bagi lahan
irigasi seluas 27.482 ha dan untuk
penyediaan air baku bagi RKI ± 867,35 lt/dt.
potensi waduk 150 juta m3. Nilai EIRR 12,6%
2 Waduk Ki Gede hulu K. Gung Kabupaten pengendalian banjir (± 5.000 ha), untuk RENDAH
Sebayu Tegal peningkatan intensitas tanam bagi lahan
irigasi (teknis, semi teknis dan sederhana)
seluas 38.534 ha dan untuk penyediaan air
baku bagi RKI.
3 Waduk Sipring hulu sungai K. Genteng Peningkatan intensitas tanam bagi lahan RENDAH
dan K. Keruh Kabupaten irigasi seluas 7.770 Ha. volume tampungan
Pemalang 30 juta m3, tinggi bendung 40 m. Selain itu
untuk penyediaan air baku dengan suplai
2.300 lt/dt.
4 Waduk Krandegan hulu sungai K. penyediaan air baku bagi RKI dengan suplai RENDAH
Sengkarang Kabupaten 2.905 lt/dt dan untuk peningkatan intensitas
Pekalongan tanam bagi lahan irigasi seluas 8.718 Ha.
volume tampungan 45,93 juta m3, dengan
tinggi bendung 95 m.
5 Waduk desa Karanganyar Penyediaan air baku bagi RKI dengan suplai RENDAH
Karanganyar Kabupaten Pemalang 965,4 lt/dt dan untuk peningkatan intensitas
tanam bagi lahan irigasi seluas 26.717 Ha.
Informasi kelayakan proyek tidak tersedia,
analisa kelayakan ekonomi menunjukkan nilai
EIRR sebesar 17,9%.
6 Pengendalian Banjir Sungai Tanjung pembangunan/perbaikan tanggul, perkuatan SEDANG
Sungai Tanjung, tebing dan normalisasi alur sungai., untuk
Babakan dan mereduksi daerah rawan banjir seluas 1.730
Kabuyutan ha.
7 Pengendalian Banjir Sungai Sragi pembangunan/perbaikan tanggul, perkuatan SEDANG
Sungai Sragi tebing dan normalisasi alur sungai,
diharapkan dapat mereduksi daerah rawan
banjir seluas 6.130 ha

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 12


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS

8 Pengendalian Banjir Sungai Kupang Pelindung tebing pasangan batu kali 5.667 m, RENDAH
Sungai Kupang normalisasi alur sungai 7,1 km, pembangunan
inlet drainase 11 buah, pembangunan jalan
dan jembatan baru, pembangunan jembatan
kereta api baru 1 buah, pembangunan
bangunan pengukur debit sungai 1 buah.
9 Pengendalian Banjir Kabupaten Brebes pembangunan/perbaikan tanggul, perkuatan RENDAH
Sungai Kluwut tebing dan normalisasi alur sungai.Perkiraan
manfaat ekonomi dari adanya program
tersebut adalah Rp. 287,5 juta/tahun pada
harga dasar tahun 1998, dengan nilai EIRR
adalah sebesar 26,9%
10 Pengendalian Banjir kabupaten Batang dan Pembangunan/perbaikan tanggul, perkuatan RENDAH
Sungai Sambong kabupaten Pekalongan tebing dan normalisasi alur sungai. Perkiraan
manfaat ekonomi dari adanya program
tersebut adalah Rp. 10.699,3 juta/tahun pada
harga dasar tahun 1998, dengan nilai EIRR
adalah sebesar 42,5%
11 Pengendalian Banjir kabupaten Pemalang Pembangunan/perbaikan tanggul, perkuatan RENDAH
Sungai Comal tebing dan normalisasi alur sungai. Perkiraan
manfaat ekonomi dari adanya program
tersebut adalah Rp. 20.352,5 juta/tahun pada
harga dasar tahun 1998, dengan nilai EIRR
adalah sebesar 15,4%
12 Pengendalian Banjir Sungai Waluh Pembangunan/perbaikan tanggul, perkuatan RENDAH
Sungai Waluh tebing dan normalisasi alur sungai. Perkiraan
manfaat ekonomi dari adanya program
tersebut adalah Rp. 822,2 juta/tahun pada
harga dasar tahun 1998, dengan nilai EIRR
adalah sebesar 12,1%
13 Pengendalian Banjir Sungai Rambut Pembangunan/perbaikan tanggul, perkuatan RENDAH
Sungai Rambut tebing dan normalisasi alur sungai. Perkiraan
manfaat ekonomi dari adanya program
tersebut adalah Rp. 231 juta/tahun pada
harga dasar tahun 1998, dengan nilai EIRR
adalah sebesar 12,1%.
14 Waduk Jatinegara Kec. Jatinegara Jateng Meningkatkan intensitas tanam pada daerah RENDAH
irigasi Cipero seluas 8.010 ha dan untuk
mensupli waduk Cacaban dengan luas irigasi
1.529 ha. Usulan baru dan belum pernah
dilakukan studi.

4.1.8. WILAYAH SUNGAI SERAYU-BOGOWONTO


Wilayah Sungai Serayu-Bogowonto terdiri beberapa sungai yang berhulu terutama
dari mata air yang berasal dari gunung Selamet, yang pada akhirnya bermuara ke
Samudra Indonesia di wilayah Kabupaten Banyumas, Kabupaten Kebumen dan
Kabupaten Purworejo. Wilayah Sungai Serayu-Bogowonto meliputi wilayah
administratif kabupaten / kota sbb : Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas,
Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten
Wonosobp dan Kabupaten Purworejo.
Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai maka DAS yang termasuk kedalam
WS Serayu-Bogowonto yaitu : Sub Das Klawing, Sub Das Serayu Hulu, Sub Das
Tajum, Sub Das Begaluh, Sub Das Sapi, Sub Das Tulis, Das Bengawan, Das Serayu
Hilir, Das Ijo, Das Bogowonto, Sub Das Ciseel, Das Pekacangan, Das Telomoyo,
Sub Das Merawu dan Das Padegolan.

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 13


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Serayu-Bogowonto diuraikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Identifikasi Alternatif Intervensi Struktural WS Serayu-Bogowonto


NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS

VIII. WS SERAYU BOGOWONTO


1 Pengedalian banjir Anak S.Serayu, Pengamanan pemukiman dan persawahan TINGGI
S.Klawing lanjutan Kab.Purbalingga dan Target 30km
Banyumas
2 Perkuatan tebing S Telomoyo, S.Lukulo & Pengamanan pemukiman , persawahan dan TINGGI
lokasi kritis dan anak-anak sungainya, transportasi. Target 15 - 20 lokasi kritis
penanggulangan Kab.Kebumen
banjir nopember
2004.
3 Peninggian S Telomoyo & anak-anak Mengatasi adanya halangan sungai yang TINGGI
jembatan sungainya, Kab.Kebumen dapat mengakibatkan banjir dan
melintang sungai- memperlancar transportasi antar pedesaan di
sungai di DAS 10 lokasi
Telomoyo
4 Pembangunan S Telomoyo & anak-anak Mengatasi adanya kejadian banjir melebihi TINGGI
pelimpah banjir sungainya, Kab.Kebumen rencana, sehingga dapat mengurangi dampak
DAS Telomoyo yang lebih buruk
5 Penyempurnaan DAS Tipar dan Ijo, Pengamanan pemukiman , persawahan dan TINGGI
Pengendalian Kab.Cilacap, Banyumas transportasi. Target 16 km
Banjir dan dan Kebumen.
Drainase
6 Penyempurnaan DAS Wawar, Cokroyasan Pengamanan pemukiman , persawahan dan TINGGI
Pengendalian dan Bogowonto. Kab. transportasi. Target 6 km
Banjir dan Kebumen dan Purworejo
Drainase
7 Rehabilitasi DAS Wawar, Telomoyo Pengamanan jalur transportasi KA Yogya - TINGGI
Jembatan KA dan Tipar. Kab. Kebumen, Jakarta, dari bahaya banjir.
melintang sungai Banyumas dan Cilacap
di 7 lokasi.
8 Normalisasi Kali DAS Bogowonto dan DAS Normalisasi sungai dan bangunan pengatur SEDANG
Pantai antara Cokroyasan air untuk mengatasi banjir daerah
S.Bogowonto dan Kab.Purworejo pemukiman dan budi daya perikanan.
S.Cokroyasan
9 Operasi dan DAS Bogowonto, Serayu, Mempertahankan kapasitas dan fungsi SEDANG
Pemeliharaan Wawar dan Telomoyo. prasarana pengendalian banjir
Sungai Kab. Purworejo,
Kebumen, Banjarnegara
dan Purbalingga,
10 Pembangunan Muara-muara DAS Menahan pengaruh akibat intrusi air laut di 5 SEDANG
bangunan Bogowonto, Cokroyasan, lokasi
penahan intrusi air Telomoyo, Ijo dan Tipar
laut
11 Pembangunan DAS Telomoyo, Wawar Mendaya gunakan lahan depressi RENDAH
bangunan dan Ijo
pemanfaatan
daerah genangan
banjir
12 Pembangunan DAS Telomoyo Mengurangi sedimentasi di S.Jladri, SEDANG
BPS (Bangunan S.Jatinegara dan S.Telomoyo hilir
Penahan
Sedimen) dan
Pengerukan hilir
sungai Jladri
13 Pembangunan DAS Bogowonto, Serayu, Mengurangi sedimentasi waduk dan SEDANG
BPS (Bangunan Wawar dan Telomoyo. pemanfaatan untuk air baku. Target 15 lokasi
Penahan Kab. Purworejo,

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 14


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS

Sedimen) Kebumen, Banjarnegara


dan Purbalingga,
14 Pembangunan DAS Serayu, Lukulo dan Mengatasi degradasi sungai. Target 10 lokasi SEDANG
Groundsill Bogowonto. Kab.
(Bangunan Banyumas, Purbalingga,
Penstabil dasar Kebumen dan Purworejo
sungai).
15 Penyediaan air Kab. Banyumas, Mengatasi kekurangan air pada musim SEDANG
baku pedesaan Purbalingga, Cilacap, kering
dari mata air & Banjarnegara, Wonosobo,
sumber air Kebumen dan Purworejo
(200 lokasi)
16 Penyediaan air Kab. Banyumas, Cilacap, Mengatasi kekurangan air pada musim SEDANG
baku pedesaan Kebumen dan Purworejo kering
dari bangunan (15 lokasi).
konservasi
(groundsill).
17 Penyediaan air Kab.Kebumen Mengatasi kekurangan air kota Kebumen SEDANG
baku dari dan pedesaan Kab.kebumen
bendungan
Wadaslintang
18 Pembangunan DAS Serayu, Telomoyo , Mengurangi sedimentasi sungai SEDANG
bangunan Lukulo, Wawar dan
konservasi Cokroyasan. Kab.
terpadu di hulu Banyumas, Wonosobo,
sungai Purbalingga,
Banjarnegara, Kebumen
dan Purworejo.
19 Penataan DAS Serayu, Telomoyo, Konservasi lahan dan penelitian RENDAH
kawasan Lukulo, Wawar dan
arboretum Bogowonto.
20 Pembangunan DAS Bogowonto, Multi purpose ( Irigasi, Air Baku dan PLTA) RENDAH
Waduk Bener Di Kab.Purworejo
S,Bogowonto
21 Pembangunan DAS Serayu Multi purpose ( Irigasi, Air Baku dan PLTA) RENDAH
Waduk Wanadadi Kab.Banjarnegara
di S.Pekacangan
22 Pembangunan DAS Serayu Multi purpose ( Irigasi dan Air Baku ) RENDAH
Waduk Kesegeran Kab.Banyumas
di S.Trenggulun
23 Pembangunan DAS Serayu Multi purpose ( Irigasi dan Air Baku ) RENDAH
Waduk Gintung di Kab.Banjarnegara
S.Gintung
24 Pembangunan DAS Telomoyo Multi purpose ( Irigasi dan Air Baku ) RENDAH
Waduk Kemit di Kab.Kebumen
S.Kemit

4.1.9 WILAYAH SUNGAI JRATUN-SELUNA


Wilayah Sungai Jratun-Seluna meliputi wilayah administratif kabupaten / kota sbb :
Kabupaten Kendal, Kabupaten Temanggung, Kota Semarang, Kabupaten
Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Demak, Kabupaten Boyolali, Kabupaten
Grobogan, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati dan Kabupaten Jepara.
Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai maka DAS yang termasuk kedalam
WS Jratun-Seluna yaitu : Sub Das Serang Hilar, Sub Das Lusi Tengah, Das Randu
Gunting, Das Pandansari, Das Juwana, Das Kedung Tanu, Das Gandu, Das Bodri,
Das Glagah, Das Garang, Das Jragung, Das Lasem, Sub Das Serang Hulu, Das
Tuntang dan Sub Das Lusi Hulu.

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 15


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Jratun-Seluna diuraikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Identifikasi Alternatif Intervensi Struktural WS Jratun-Seluna


NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS

IX. WS JRATUN-SELUNA
1 Waduk Jatibarang Kab. Semarang Pengembangan suplai untuk RKI 920 l/detik TINGGI
dan konservasi air tanah. Konstruksi dam
Jatibarang dimulai tahun 2002 (kegiatan yang
masuk dalam jadwal biaya rendah). Nilai
EIRR 18,5% (layak)
2 Waduk Kab. Semarang pengembangan suplai untuk RKI 1.020 l/detik SEDANG
Mundingan dan konservasi air tanah. Nilai EIRR 16,1%
(layak )
3 Waduk Kedung Kaliwungu, Brangsong Pengembangan suplai untuk RKI 1.700 l/detik RENDAH
Suren dan Kendal (direncanakan memberikan 900 l/dt ke
Semarang dan 800 l/detik ke Kendal) dan
konservasi air tanah. Nilai EIRR 9,5 % (layak)
4 Jragung Barrage Semarang dan Demak pengembangan suplai untuk RKI 1.750 l/detik SEDANG
+ Tunnel dan konservasi air tanah. nilai EIRR 10,7 %
(layak)
5 Waduk Dolok Semarang dan Demak pengembangan suplai untuk RKI 750 l/detik RENDAH
dan konservasi air tanah. Nilai EIRR 13.6%
(layak)
6 Waduk Bandung Kab. Grobogan pengembangan suplai untuk RKI dan RENDAH
Harjo konservasi air tanah. Nilai EIRR 11,8%
(layak)
7 Waduk Ngemplak Kab. Grobogan Pengembangan suplai untuk RKI dan RENDAH
konservasi air tanah. Nilai EIRR 14% (layak)
8 Waduk Coyo Kab. Grobogan Pengembangan suplai untuk RKI dan RENDAH
konservasi air tanah. Nilai EIRR 18,9%
(layak)
9 Waduk Tirto Kab. Grobogan Pengembangan suplai untuk RKI dan RENDAH
konservasi air tanah. Nilai EIRR 22,9%
(layak)
10 Embung Kedung Kab. Blora Pengembangan suplai untuk RKI dan RENDAH
Waru konservasi air tanah. Nilai EIRR 8% (layak)
11 Embung Balong Kab. Blora Pengembangan suplai untuk RKI dan RENDAH
konservasi air tanah
12 Pengendalian Kab. Kendal Pengendalian banjir seluas 590 ha. Layak SEDANG
Banjir Sungai secara ekonomi, nilai EIRR 24%
Blorong
13 Pengendalian Kota Semarang Pengendalian banjir seluas 1.670 ha. Layak TINGGI
Banjir Sungai secara ekonomi, nilai EIRR 15,9%
Garang
14 Drainase Kota Kota Semarang pengendalian banjir seluas 10.337 ha. Layak SEDANG
Semarang secara ekonomi, nilai EIRR 15,13%
15 Tenggang + Kota Semarang Pengendalian banjir SEDANG
Sringin Drain
16 Dombo-Sayung Kota Semarang Pengendalian banjir seluas 21 ha. Nilai EIRR TINGGI
Floodway 13,6%
17 Kebon Batur Kab. Demak Pengendalian banjir seluas 6.028 ha. Layak SEDANG
Floodway secara ekonomi, nilai EIRR 18,1%
18 Pengendalian Kab. Demak pengendalian banjir seluas 12.957 ha. Layak SEDANG
Banjir secara ekonomi, nilai EIRR 20,4%
Jragung/Tuntang
19 Pengendalian Kab. Kudus dan Kab. Pati pengendalian banjir seluas 13.650 ha. Layak SEDANG
Banjir Serang- secara ekonomi, nilai EIRR 17,8%
Wulan-Juana

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 16


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

4.1.10. WILAYAH SUNGAI PROGO-OPAK-OYO


Wilayah Sungai Progo-Opak-Oyo meliputi wilayah administratif kabupaten/kota
sebagai berikut : Kabupaten Temanggung, Kabupaten Magelang, Kota Magelang,
Kabupaten Kulonprogo, Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul dan
Kabupaten Gunungkidul.
Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai maka DAS yang termasuk kedalam
WS Progo-Opak-Oyo yaitu : Sub Das Progo Hulu, Sub Das Tinggal, Sub Das Elo,
Sub Das Blongkeng, Sub Das Kanci, Sub Das Tinalah, Sub Das Winango, Das
Serang, Das Progo, Sub Das Oyo, Sub Das Opak dan Sub Das Bedog.
Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Progo-Opak-Oyo diuraikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Identifikasi Alternatif Intervensi Struktural WS Progo-Opak-Oyo


NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS
X. WS PROGO OPAK OYO
1 Embung Kab. Kulon Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi TINGGI
Tangkisan I pengendalian banjir. Tinggi embung adalah
13,75 m dengan volume tampungan 35.000
m3
2 Embung Kab. Kulon Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi TINGGI
Tangkisan II pengendalian banjir. Tinggi embung adalah
13,75 m dengan volume tampungan 7,500 m3
3 Embung Ngroto Kab. Kulon Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi RENDAH
pengendalian banjir. Dalam tahap
pengukuran dan pra desain tahun 2003
4 Embung Kab. Kulon Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi RENDAH
Kayangan pengendalian banjir. Dalam tahap
pengukuran dan pra desain tahun 2003
5 Embung Dawetan Kab. Kulon Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi RENDAH
pengendalian banjir. Dalam tahap
pengukuran dan pra desain tahun 2003
6 Embung Kab. Kulon Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi RENDAH
Penggung pengendalian banjir. Dalam tahap
pengukuran dan pra desain tahun 2003
7 Embung Girinyono Kab. Kulon Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi RENDAH
pengendalian banjir. Dalam tahap
pengukuran dan pra desain tahun 2003
8 Embung Weden Kab. Kulon Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi RENDAH
pengendalian banjir. Dalam tahap
pengukuran dan pra desain tahun 2003
9 Embung Kab. Kulon Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi RENDAH
Kebonromo pengendalian banjir. Dalam tahap
pengukuran dan pra desain tahun 2003
10 Embung Kab. Sleman Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi RENDAH
Kronggahan pengendalian banjir. Dalam tahap
pengukuran dan pra desain tahun 2003
11 Embung Kab. Gunung Kidul Penyediaan air baku 73 lt/detik dan potensi RENDAH
Kedungranti pengendalian banjir. Tinggi embung adalah 5
m dengan volume tampungan 250.000 m3
12 Embung Karang Kab. Gunung Kidul Berpotensi untuk mengendalikan banjir, RENDAH
Sari mengairi irigasi 450 ha dan penyedia air
minum 75 lt/detik. Tinggi embung adalah 11
m dengan volume tampungan 105.000 m3
13 Embung Ngalang Kab. Gunung Kidul Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi RENDAH
pengendalian banjir. Dalam tahap

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 17


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS


pengukuran dan pra desain tahun 2003
14 Embung Kab. Gunung Kidul Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi RENDAH
Kedunggedeng pengendalian banjir. Volume tampungan
embung adalah 1.000.000 m3
15 Waduk Tinalah Kali Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi RENDAH
pengendalian banjir. Untuk DAS Serang,
dengan tetap memanfaatkan air dari Kali
Progo melalui intake Kalibawang, dengan
pembatasan pengambilan air sebesar 2,5
m3/dt
16 Waduk Progo Kali Progo penyediaan air baku dan irigasi dan potensi RENDAH
Magelang pengendalian banjir
17 Waduk Elo Hilir Kali Elo Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi RENDAH
pengendalian banjir. Belum tersedia data
detail
18 Waduk Kaloran Kaloran Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi RENDAH
pengendalian banjir
19 Waduk Elo Kali Elo Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi RENDAH
pengendalian banjir
20 Waduk Sambiroto Progo Hulu K. Serang Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi RENDAH
pengendalian banjir
21 Waduk Nanggulan Sungai Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan potensi RENDAH
I pengendalian banjir

4.1.11. WILAYAH SUNGAI BENGAWAN SOLO


Wilayah Sungai Bengawan solo meliputi wilayah administratif kabupaten/kota
sebagai berikut : Kabupaten Rembang, KabupatenBlora, Kabupaten Bojonegoro,
Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik, Kota Surabaya, Kabupaten Madiun,
Kabupaten Ngawi, Kabupaten Sragen, Kabupaten Boyolali, Kota Surakarta,
Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten
Gunungkidul, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Magetan dan
Kabupaten Ponorogo.
Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai maka DAS yang termasuk kedalam
WS Bengawan solo yaitu : Das Damas, Sub Das Wate Tengah, Sub Das Madiun,
Sub Das Lamongan, Das Bitung, Das Pagotan, Sub Das Samin, Sub Das Pepe.
Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Bengawan solo diuraikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Identifikasi Alternatif Intervensi Struktural WS Bengawan Solo


NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS
XI. WS BENGAWAN SOLO
1 Sedimentasi Wonogiri TINGGI
Waduk Wonogiri
2 Penanganan seluruh WS TINGGI
Pengelolaan
Kualitas Air
3 Perbaikan Sungai hilir WS pengendalian banjir TINGGI
Bengawan Solo
Hilir, Fase II
4 Perbaikan Sungai hulu WS pengendalian banjir TINGGI
Bengawan Solo
Hulu, Fase II
5 Perbaikan Sungai Kali Madiun pengendalian banjir TINGGI
Kali Madiun, Fase

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 18


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS


II dan III
6 Pembangunan Hulu Sungai Bengawan SEDANG
check dam dan Solo dan Kali Madiun
ground sill
7 Pengembangan pengendalian banjir SEDANG
Bengawan Jero
8 Bengawan Solo pengendalian banjir SEDANG
FFWS
9 Long-channel penyediaan air baku SEDANG
Storage
Bengawan Solo
Hilir
10 Penyediaan Air penyediaan air baku SEDANG
PDAM di Wilayah
Surakarta
11 Penyediaan Air penyediaan air baku SEDANG
untuk Sstem
Pengembangan
PDAM
12 Penyediaan Air penyediaan air baku SEDANG
untuk Daerah
Rembang
13 Solo Vallei penyediaan air baku SEDANG
Werken
14 9 Waduk Irigasi penyediaan air baku RENDAH
pada Anak Sungai
Bengawan Solo
Hulu
15 3 Waduk Irigasi penyediaan air baku RENDAH
pada Anak Sungai
Kali Madiun
16 16 Waduk Irigasi penyediaan air baku RENDAH
pada Anak Sungai
Bengawan Solo
Hilir
17 Waduk Irigasi penyediaan air baku RENDAH
Kedung Bendo
18 Rehabilitasi dan penyediaan air baku RENDAH
Peningkatan
Sistem Irigasi
19 Waduk Serbaguna penyediaan air baku RENDAH
Bendo
20 Waduk Serbaguna penyediaan air baku RENDAH
Badegan
21 Waduk Pidekso penyediaan air baku RENDAH
22 Rehabilitasi Tlg. penyediaan air baku RENDAH
Ngebel
23 Rehabilitasi konservasi sumber daya air RENDAH
Waduk dan
Pengelolaan DTA
Waduk Wonogiri
24 Rehabilitasi dan konservasi sumber daya air RENDAH
Pengelolaan
Lahan Kritis di 6
Lokasi DTA

4.1.12. WILAYAH SUNGAI KALI BRANTAS


Wilayah Sungai Kali Brantas meliputi wilayah administratif kabupaten/kota sebagai
berikut : Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto,

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 19


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Madiun, Kabupaten Jombang, Kabupaten Nganjuk,


Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Blitar,
Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek.
Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai maka DAS yang termasuk kedalam
WS Kali Brantas yaitu : Sub Das Brangkal, Sub Das Konto, Sub Das Berantas
Tengah, Das Panggul, Sub Das Brantas Hulu, Das Penguluran, Das Lorog, Sub Das
Ngrowo Ngasnan, Sub Das Wadas, Sub Das Marmoyo, Sub Das Brantas Hilar dan
Sub Das Lekso.
Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Kali Brantas diuraikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Identifikasi Alternatif Intervensi Struktural WS Kali Brantas


NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS
XII. WS KALI BRANTAS

1 Sabo Gunung Kali Konto SEDANG


Kelud
2 Sabo Brantas Brantas Hulu dan Sungai mengurangi transport sediment ke reservoir TINGGI
Hulu dan Sungai Lesti Dam Sengguruh dan Dam Sutami. Sebanyak
Lesti 17 Sabo Dam telah direncanakan untuk
daerah hulu DAS Sengguruh Dam.
3 Pengendalian Sungai Widas Pengembangan terhadap masalah SEDANG
Banjir Sungai pengendalian banjir di Sungai Widas sesuai
Widas dengan yang direncanakan dalam Master
Plan tahun 1985
4 Lodoyo Diversion Ludoyo Pencegahan terhadap bencana yang dapat TINGGI
Tunnel ditimbulkan oleh Gunung Kelud
5 Beng Dam Irigasi, water supply dan hydropower. Data SEDANG
teknis yang direncanakan untuk volume
tampungan efektif 147 milyar m3

4.1.13. WILAYAH SUNGAI PEKALEN-SAMPEAN


Wilayah Sungai Pekalen-Sampean meliputi wilayah administratif kabupaten/kota
sebagai berikut : Kota Pasuruan, Kabupaten Pasuruan, Kota Probolinggo,
Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Situbondo, Kabupaten
Bondowoso, Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi.
Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai maka DAS yang termasuk kedalam
WS Pekalen-Sampean yaitu : Das Sampean, Das Bajulmati, Das Banyuputih, Das
Bedadung, Das Mujur, Das Jatiroto, Das Sebani-setail, Das Mayang, Das Baru, Das
Tangkail, Das Kramat, Das Tempuran, Das Deluwang, Das Pekalen, Das Rejoso,
Das Bondoyudo dan Das Sumber Manjing.
Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Pekalen-Sampean diuraikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Identifikasi Alternatif Intervensi Struktural WS Pekalen-Sampean


NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS
XIII. WS PEKALEN-SAMPEAN

1 Genteng I Dam Sungai Genteng, Lesti Irigasi, water supply dan hydropower dan SEDANG
untuk sediment control. Data teknis yang
direncanakan adalah untuk volume

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 20


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

tampungan efektifnya sebesar 54 milyar m3

4.1.14. WILAYAH SUNGAI MADURA


Wilayah Sungai Madura meliputi wilayah administratif kabupaten/kota sebagai
berikut : Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan
Kabupaten Sumenep.
Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai maka DAS yang termasuk kedalam
WS Madura yaitu : Das Patean, Das Budur, Das Jambangan, Das Pasengsengat,
Das Sodung, Das Brambang, Das Temburu, Das Saroka, Das Kemuning, Das Blega,
Das Samajid dan Das Kangkah.
Hasil identifikasi alternatif intervensi struktural untuk mengatasi masalah banjir dan
kekeringan wilayah sungai Madura diuraikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Identifikasi Alternatif Intervensi Struktural WS Madura


NO. KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN PRIORITAS

XIV. WS MADURA
1 Penyediaan air seluruh WS sumberdaya air yang terbatas berupa sungai- TINGGI
baku industri sungai kecil, sehingga harus ada solusi
sumberdaya air bila Madura hendak
difungsikan
2 Pembangunan Pamekasan pemenuhan air baku untuk irigasi dan TINGGI
Waduk Nipah permukiman dengan kapasitas tampungan
sebesar 30 juta m3
3 Pembangunan Bangkalan pemenuhan air baku untuk irigasi dan SEDANG
Waduk Blega permukiman dengan kapasitas tampungan
sebesar 100 juta m3
4 Pembangunan Pamekasan pemenuhan air baku untuk irigasi dan SEDANG
Waduk Samiran permukiman dengan kapasitas tampungan
sebesar 50 juta m3
5 Pembangunan Sumenep pemenuhan air baku untuk irigasi dan RENDAH
Waduk Tambak permukiman dengan kapasitas tampungan
Agung sebesar 30 juta m3

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 21


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

4.2. Strategi Pembiayaan

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 22


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

4.3. Strategi Kelembagaan dan Koordinasi

4.3.1 Pendekatan Menyeluruh dalam Pengelolaan Sumberdaya Air

Pengelolaan sumberdaya air dilaksanakan secara terpadu (multi sektoral),


menyeluruh (hulu-hilir, instream-offstream, kuantitas-kualitas), berkelanjutan (antar
generasi), berwawasan lingkungan (konservasi ekosistem) dengan wilayah sungai
(satuan wilayah hidrologis) sebagai suatu kesatuan pengelolaan. Mengingat bahwa
sumberdaya air menyangkut berbagai sektor pembangunan (multi sector), oleh
karenanya perlu dikelola berdasarkan pendekatan peran serta (participatory
approach) semua stakeholders dan segala keputusan publik tentang pengelolaan
sumberdaya air perlu didahului dengan konsultasi publik sebelum menjadi ketetapan.
Dalam tahun-tahun belakangan ini, suatu pendekatan regional dalam
pengembangan sumberdaya air telah diikuti untuk mengatasi konflik yang muncul
dengan cepat pada penggunaan air dan kaitannya dengan tata ruang wilayah, yang
perlukan untuk optimalisasi penggunaan sumberdaya wilayah sungai. Suatu
pendekatan kewilayahan dapat memberikan perhatian, fokus dan integrasi dari
berbagai aspek serta sebagai saluran bagi umpan balik pengguna dan dalam
pengembalian biaya. Pendekatan ini telah mengarah pada definisi batas wilayah
sungai dan pada beberapa sungai pembentukan Satuan Pengelola Teknis Wilayah
Sungai, yang bertanggung jawab kepada propinsi. Untuk merumuskan suatu
perencanaan termasuk menyusun dokumentasi sumberdaya air, harus
memperkirakan kebutuhan air baik untuk saat ini maupun proyeksinya dimasa
mendatang, juga dibutuhkan evaluasi terhadap alternatif kegiatan untuk
memanfaatkan sumberdaya air tersebut secara lebih baik, dan mengidentifikasi
berbagai kegiatan yang dapat menghasilkan suatu pedoman pengelolaan
sumberdaya air di Indonesia. Perencanaan sumberdaya air salah satunya dapat
berupa program komprehensif pengembangan sumberdaya air untuk jangka pendek
dan jangka panjang.
Pada tingkat pusat, badan perencanaan bertugas merencanakan, mengatur,
mengontrol akses ke sumberdaya air, mengontrol penggunaan sumberdaya air,
mengontrol kualitas sumberdaya air, dan mengatur alokasi air. Departemen-
departemen ini juga mengalokasikan biaya (budget) untuk pengembangan
sumberdaya air. Pihak lainnya dilibatkan dalam hal koordinasi perencanaan, alokasi,
pengawasan, penegakan hukum, masalah hukum, institusi dan legislatif. Keterlibatan
penggunaan berbagai sektor kebutuhan air dapat menyebab konflik untuk
penggunaan sumberdaya air.

Definisi fungsi institusi yang mewakili pemerintah pusat adalah sebagai berikut:
1. Menjabarkan kerangka kerja institusi pemerintah pusat dalam kegiatan
manajemen sumberdaya air.
2. Menjabarkan semua pihak yang terkait yang terlibat dalam manajemen
sumberdaya air dan menggunakan kerangka kerja pada tingkat WS.
3. Menyiapkan mekanisme umpan balik (feed back), seperti seminar, untuk
mensosialisasikan proyek dan tujuannya.
4. Mengadakan seminar informal dan diskusi bulanan antara pihak pemerintah. Hal
ini juga diikuti dengan studi masalah, seperti dari Eropa (Republik Checz, Inggris
atau Belanda) dan Asia Tenggara (Sarawak dan Malaysia).

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 23


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

5. Menyiapkan mekanisme umpan balik (feed back) yang terdiri dari perwakilan 17
departemen pemerintah dan lembaga yang terlibat dalam perencanaan
manajemen dan penggunaan sumberdaya air. Komite ini terdiri dari pihak lain
yang terkait, terutama dari sektor swasta, diantaranya:
• sub komite manajemen sumberdaya air permukaan dan air tanah,
• sub komite manajemen batas air dan daerah pantai,
• sub komite manajemen suplai air, perawatan air, dan kualitas air,
• sub komite koordinasi dan legislatif sumberdaya air.
6. Menghindarkan pengaturan tanggung jawab dan kawasan kerja pada lembaga-
lembaga yang ada. Hal ini dibagi berdasarkan WS yang ada. Untuk keperluan ini,
Bappenas telah mempersiapkan peta Indonesia skala 1: 1.000.000 yang
menggambarkan kondisi batas WS, propinsi, kabupaten dan kecamatan serta
batas kawasan kerja pihak lainnya yang terkait.
7. Mengklarifikasi pembagian tugas, fungsi dan yurisdiksi untuk koordinasi sektor-
sektor yang ada pada manajemen sumber daya air dan pada tingkat nasional.
Pembuatan prinsip dan konsep institusi dan tanggung jawab mengenai
manajemen intergrasi DAS dan daerah pantai dibagi berdasarkan area DAS.
Pembagian area DAS tersebut adalah sebagai berikut:
• Daerah aliran air bagian hulu.
• Daerah aliran air bagian tengah.
• Daerah aliran air bagian hilir.
• Daerah pantai.
• Saluran sungai.
• Dataran banjir yang diatur.
• Daerah banjir.
• DAS.
• Daerah tangkapan sungai (catchment area).
• Daerah pinggiran banjir yang diatur (regulatory floodway fringe).
8. Pembagian institusi yang bertanggung jawab adalah sebagai berikut:
• perencanaan,
• manajemen,
• kontrol akses,
• penggunaan,
• kontrol penggunaan sumberdaya air,
• kontrol kualitas sumberdaya air,
• pengguna dan aplikasi sumberdaya air,
• mengontrol alokasi sumberdaya air, alokasi keuangan dan pembiayaan,
• koordinasi pengembangan,
• evaluasi dan pengawasan,
• penegakan hukum,
• masalah institusi,
• masalah hukum,
• masalah legislatif,
• memperkirakan resiko yang mungkin terjadi,
• resolusi konflik,
• pengembangan sumberdaya manusia,
• planning perencanaan pengembangan partisipasi publik.
9. Informasi diatas digunakan untuk mengkoordinasi secara fungsional dan spasial
antara sektor berikut: suplai air minum, industri, pembangkit listrik tenaga air, air
irigasi, dan perikanan air tawar dan air asin.

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 24


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

10. Merumuskan kekurangan infrastruktur perawatan air dan legalisasi untuk kota
dan daerah urban.
11. Merumuskan kurangnya koordinasi antar institusi pada suplai air industri.
12. Mengadakan studi banding mengenai integrasi.
13. Identifikasi tugas institusi dalam kondisi yang baru.
14. Menyiapkan kerangka kerja tugas dan fungsi koordinasi institusi suplai air pada
lembaga pemerintah dan pihak terkait lainnya.
15. Menyiapkan pilihan dan alternatif untuk pemerintah pusat tentang pembagian
tugas antar pihak swasta yang terkait.
16. Mengidentifikasi pilihan alternatif pemecahan masalah dengan pernyataan yang
jelas tentang kelebihan dan kekurangannnya.

4.3.2 Pengelolaan Sumberdaya Air dalam Era Otonomi Daerah


Di dalam upaya penanggulangan masalah pengembangan sumberdaya air, baik
masalah kekurangan air, erosi dan sedimentasi, banjir serta kualitas air adalah
termasuk upaya penanggulangan secara struktural dan non-struktural
pengembangan sumberdaya air dalam era otonomi daerah.
Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai otonomi daerah, maka
untuk saat ini kedua produk hukum tersebut digunakan sebagai acuan untuk
pembagian kewenangan antara Pusat, Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dan
semua produk hukum yang isinya bertentangan dengan Peraturan perundang-
undangan tersebut perlu untuk direvisi.
Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, akan banyak memberikan perubahan-perubahan
mendasar dalam sistem ketatanegaraan. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999
merupakan faktor pendorong untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan
prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat serta
mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1999 menempatkan otonomi daerah secara utuh pada
daerah kabupaten dan daerah kota, yang dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun
1974 Tentang Pokok-pokok Pemerintah di Daerah, berkedudukan sebagai
Kabupaten Daerah Tingkat II dan Kotamadya Daerah Tingkat II. Daerah kabupaten
dan kota tersebut berkedudukan sebagai daerah otonomi dan mempunyai
kewenangan dan keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan
menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat di daerahnya.

Pelaksanaan otonomi daerah yang bertumpu pada otonomi daerah kabupaten dan
daerah kota juga memberikan pengaruh yang besar terhadap pengelolaan
sumberdaya air. Berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya air, Pemerintah dan
DPR telah mengeluarkan Undang-undang (UU) Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumberdaya Air. UU SDA ini menggantikan Undang-undang yang berlaku
sebelumnya, yaitu UU Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
Dalam UU SDA Pasal 5 dan Pasal 6 Tentang Pengelolaan Sumberdaya Air,
disebutkan bahwa:
1. Pengelolaan sumberdaya air meliputi kegiatan konservasi, pendayagunaan dan
pengendalian daya rusak air.

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 25


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

2. Pengelolaan sumberdaya air ditetapkan berdasarkan wilayah sungai.


3. Pengelolaan sumberdaya air dilakukan dengan melibatkan seluas-luasnya peran
serta masyarakat.
4. Berdasarkan prinsip keterpaduan tanpa mengurangi Wewenang Pengelolaan dan
Pelaksanaan Pengelolaan Wilayah Sungai, ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 4.91 Wewenang Pengelolaan dan Pelaksanaan Wilayah Sungai


Wewenang Penetapan Wilayah
Wilayah Sungai Sungai, Penetapan Pola dan
Pelaksanaan Pengelolaan SDA
Dalam satu Kabupaten/kota Bupati/Walikota
Lintas Kabupaten/Kota dalam satu Gubernur (konsultasi dengan Dewan
Propinsi Daerah Sumberdaya Air)
Menteri (konsultasi dengan Dewan
Lintas Propinsi
Nasional Sumberdaya Air)
Pemerintah (dengan persetujuan dan
Sungai Strategis dilakukan bersama Pemerintah
Daerah)
Sumber: UU No. 7 Tahun 2004.
Pengelolaan sumberdaya air memerlukan dukungan penuh dan terus-menerus dari
institusi jajaran pemerintah propinsi/kabupaten/kota dan stakeholders. Untuk itu
diperlukan suatu terobosan berupa suatu kesepakatan operasional pelayanan
sumberdaya air yang mengikutsertakan para penanggung jawab operasional di
lapangan, baik dari unsur pemerintah kabupaten/kota maupun pemerintah propinsi,
termasuk para kelompok pengguna air di dalam pengelolaan sumberdaya air.

4.3.3 Permasalahan dan Tantangan dalam Pengelolaan Sumberdaya Air


Masalah khusus yang mendesak untuk pengembangan wilayah sungai terdiri atas
pengelolaan air tanah dan kualitas air. Masalah yang berkaitan dengan penggunaan
air tanah memperlihatkan perlunya pengelolaan bersama antara sumber air tanah
dan air permukaan. Suatu pengelolaan kualitas air yang memadai akan menjadi
penting bagi pembangunan. Pemantauan telah dilakukan, tapi penegakan hukum
dan peraturan mengenai kualitas air sampai sekarang masih kurang.
Masalah dan tantangan yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:
1. Selama proses masa transisi, pemerintah harus menjalankan perencanaan dan
koordinasi pengembangan sumberdaya air dengan tegas.
2. Perencanaan harus menerapkan prinsip peningkatan daerah aliran sungai dan
manajemen daerah aliran sungai. Hal ini juga harus diterapkan tingkat WS.
3. Peningkatan manajemen sumberdaya air permukaan dan air tanah harus dalam
kerangka kerja yang sama pada masing-masing WS yang bersangkutan.
4. Kerangka kerja institusi harus mengatur koordinasi antara tingkat nasional,
propinsi, dan kabupaten dalam manajemen sumberdaya air.
5. Saat ini masih terdapat lembaga pemerintah yang mempunyai tugas yang sama
pada perencanaan manajemen sumberdaya air dan kawasan kerja. Terdapat
juga definisi kawasan kerja yang tidak konsisten pada departemen pemerintah,
lembaga, dan tingkat administrasi. Bappenas seharusnya memulai untuk
mengatur koordinasi batasan kawasan kerja.

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 26


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

6. Perencanaan dan koordinasi manajemen sumberdaya air dan daerah aliran


sungai dikoordinasikan oleh badan pemerintah pusat dengan partisipasi langsung
pihak-pihak yang terkait (pengguna sumberdaya air, baik swasta maupun publik)
pada setiap WS.
7. Kerangka kerja institusi yang terkait harus terdiri dari 5 tahap, yakni:
1) nasional (prioritas pada WS),
2) DAS/propinsi,
3) kabupaten/sub DAS,
4) kecamatan/daerah tangkapan dan
5) desa/sub DAS yang kecil.
8. Definisi pihak yang terkait adalah:
• Lembaga pemerintah pusat yang terkait.
• Departemen pemerintah.
• Organisasi non pemerintahan.
• Sektor industri swasta.
• Sektor pengembang swasta.
• Asosiasi pengguna air.
• Asosiasi profesional.
• Petani dan asosiasinya.
• Nelayan dan asosiasinya.
9. Prioritas identifikasi WS tingkat nasional, pengembangan WS akan diuraikan oleh
perencanaan strategi untuk WS dengan indentifikasi prioritas pada batas air dan
kabupaten. Kabupaten harus menyiapkan bahan perencanaan pembangunan
kabupaten dengan prioritas pada kecamatan. Perencananan pengembangan
pada tingkat kecamatan dibuat oleh pemakai air dan LSM.
10. Manajemen sumberdaya air akan dikoordinasikan oleh Dewan Air Nasional
dengan sekretariatnya dan struktur transisinya. Insitusi ini juga akan bertanggung
jawab dalam penyebaran informasi untuk publik dan pengembangan sistem
monitor untuk propinsi, DAS, dan kabupaten.
11. Sekretariat Tim Koordinasi akan menyediakan tim ahli dan mentransfer kepada
Dewan Sekretariat Air Nasional.
12. Manajemen informasi sumberdaya air akan didirikan dan berada dibawah
sekretariat. Pengembangan ini adalah sistem pengawasan kinerja pemerintah
dan sistem koordinasi manajemen informasi. Hal ini adalah untuk koordinasi
antara tingkat pemerintah, propinsi, DAS dan kabupaten.
13. Lembaga-lembaga pada tingkat propinsi, DAS dan kabupaten akan
menggambarkan kondisi, baik dari segi kelebihan maupun kebutuhan, propinsi,
kabupaten, kecamatan dan desa dalam hubungannya dengan daerah hulu,
tengah, hilir DAS dan daerah pantai yang ada.
14. Melengkapi strategi sumberdaya air nasional dan menyelaraskan dengan
ketentuan dan peraturan sektor dan sub sektor yang ada.
15. Dalam perumusan program sumberdaya air dan irigasi, diikutsertakan mengenai
bidang pengawasan, pembaharuan (update), manajemen, dan koordinasi
finansial.
16. Bappenas bertanggung jawab dalam reformasi sumberdaya air dan membantu
Tim Koordinasi Manajemen Sumberdaya Air.
17. Dewan manajemen air nasional bertanggung jawab dalam implementasi dan
manajemen ketentuan sumberdaya air nasional.
18. Sekretariat membantu dalam menyediakan manajemen operasi dan teknis untuk
Tim Koordinasi. Sekretariat terdiri dari komite dan empat grup kerja (Pokja),

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 27


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

masing-masing fokus dalam subjek utama yang berbeda, yakni: manajemen


sumberdaya air umum, manajemen DAS, dan manajemen kualitas air dan irigasi.

4.3.3.1 Permasalahan dalam Pengelolaan Sumberdaya Air


Wilayah Sungai di Pulau Jawa sebagian besar mengalami permasalahan yang sama
yaitu:
• Kerusakan catchment area sehingga memberikan ancaman terhadap
keberlanjutan daya dukung sumber daya air.
• Penurunan kinerja infrastruktur sumberdaya air.
• Eksploitasi air tanah yang berlebihan mengakibatkan penurunan muka air tanah,
land subsidence, dan intrusi air laut.
• Kualitas air buruk karena daya dukung sungai lebih rendah dibanding beban
pencemaran.
• Banjir akibat perubahan tata lingkungan, penurunan kapasitas pengaliran sungai
dan penurunan kinerja prasarana pengendali banjir.
• Meningkatnya kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan.
• Kekeringan/defisit air (di musim kemarau).
• Lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan ketatalaksanaan, keperluan adanya
institutusi untuk menjawab permasalahan yang berkembang.
• Rendahnya kualitas pengelolaan hidrologi.
• Belum semua wilayah sungai memiliki masterplan.
• Masih lemahnya pengelolaan database sumberdaya alam.
• Meningkatnya potensi konflik pemanfaatan air.
• Sumberdaya manusia pengelola terancam tidak berlanjut.
Kebutuhan air baku untuk non-irigasi makin meningkat sejalan dengan
perkembangan penduduk, permukiman dan industri. Kelangkaan air juga diperparah
dengan menurunnya kondisi lingkungan dan makin meluasnya lahan kritis. Pengaruh
otonomi daerah dalam rangka pengelolaan sumberdaya air pada prinsipnya di satu
sisi dapat memberikan dampak yang baik dan bermanfaat, namun di sisi lain juga
tidak menutup kemungkinan akan dapat menimbulkan konflik yang sebelumnya
mungkin tidak pernah terjadi.
Pengaruh yang baik dan bermanfaat dalam kaitannya dengan pengelolaan
sumberdaya air dalam era otonomi daerah adalah munculnya budaya kompetisi yang
sehat antar daerah untuk berusaha memajukan daerahnya masing-masing dengan
memanfaatkan potensi yang ada di masing-masing daerah. Selain itu, pemerintah
kabupaten/kota juga akan berupaya untuk lebih mensejahterakan dan meningkatkan
derajat kehidupan masyarakatnya sebagai konsekuensi dari tuntutan masyarakat
dan tuntutan jaman, yang berarti bahwa kabupaten/kota dituntut dapat lebih intensif
mendayagunakan segala potensi yang ada secara bertahap agar mampu membiayai
urusan rumah tangganya sendiri dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Di sisi lain, adanya otonomi daerah dapat menimbulkan permasalahan-


permasalahan yang dapat menimbulkan konflik antar daerah dalam kaitannya
dengan pengelolaan sumberdaya air. Berikut ini diberikan berapa permasalahan
yang sering muncul dalam pengelolaan sumberdaya air, terkait dengan pelaksanaan
otonomi daerah:

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 28


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

a. Permasalahan dalam Kaitannya dengan Kepentingan Kabupaten/Kota.


Dengan diterapkannya otonomi daerah, ada kecenderungan kabupaten/kota
akan menguasai dan mengelola sumberdaya air yang terdapat di daerahnya.
Penguasaan atas sumberdaya air ini didasarkan atas pertimbangan sebagai
berikut:
1) Sumberdaya air merupakan unsur penting dalam pemenuhan kebutuhan
hidup dan sangat diperlukan untuk pemenuhan kehidupan dan
kesejahteraan masyarakat.
2) Sumberdaya air sebagai komoditi ekonomi dapat dikembangkan dan
dikelola untuk andalan pendapatan daerah (sebagai air baku, industri,
pariwisata, dan lain-lain).
3) Dengan menguasai dan mengelola sumberdaya air akan mengurangi
ketergantungan pada daerah lain.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut apabila dikembangkan secara positif akan
memajukan daerah dan menumbuhkan kompetisi yang baik, dengan catatan
tidak didasari atas niat ingin menguasai dan hanya memikirkan daerah setempat
saja.
b. Permasalahan dalam Kaitannya dengan Pemanfaatan Air Bersih.
Konflik pemanfaatan air bersih dapat terjadi apabila tidak ada kesepakatan yang
baik pada pemanfaatan langsung maupun tidak langsung yang terkait dengan:
1) Pemilik sumber air (lokasi sumber),
2) Jalur distribusi yang dilewati,
3) Alokasi pemanfaatan air,
4) Keuntungan yang timbul dari pemanfaatan air,
5) Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pemanfaatan tersebut.
c. Permasalahan dalam Kaitannya dengan Banjir.
Masalah penanganan banjir secara komprehensif sangat tergantung oleh
adanya keterpaduan pengelolaan daerah pengaliran sungai dalam satu wilayah
sungai. Konflik akan terjadi bilamana wilayah sungai terdiri dari beberapa
wilayah administratif baik kabupaten/kota atau bilamana wilayah sungai melalui
lebih dari satu propinsi. Sebab dan akibat adanya banjir ini sangat dipengaruhi
oleh kondisi tata ruang dalam wilayah sungai. Oleh karena itu, perlu adanya
pembagian dalam penataan ruang dari masing-masing kabupaten/kota untuk
memperhatikan lokasi, fungsi dan sifat dimana daerah tersebut berada dalam
wilayah sungai. Lokasi, fungsi dan wilayah sungai tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Daerah aliran sungai bagian atas (hulu), daerah ini berfungsi sebagai
daerah konservasi tanah dan air, kawasan lindung dan resapan air serta
kontrol terhadap erosi.
2) Daerah aliran sungai bagian tengah, daerah ini berfungsi sebagai daerah
untuk pengumpulan, penyimpanan, pengalokasian, pendistribusian serta
pengendalian banjir.
3) Daerah aliran sungai bagian bawah (hilir), daerah ini berfungsi sebagai
daerah kontrol banjir dan drainase serta pencegahan intrusi air laut.
Masalah banjir sangat terkait dengan ada tidaknya tindakan konservasi di
daerah hulu dan untuk mengkoordinasikannya sangat sulit karena berhubungan
dengan masalah tataguna lahan pada masing-masing daerah kabupaten/kota.

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 29


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

d. Permasalahan dalam Kaitannya dengan Pemanfaatan Air Irigasi.


Guna memenuhi kebutuhan pangan, pemanfaatan air untuk irigasi saat ini masih
sangat diperlukan dan masih dominan. Berkaitan dengan hal tersebut,
peningkatan kebutuhan air non irigasi akan menyebabkan alokasi pemenuhan
kebutuhan air irigasi menjadi berkurang, disisi lain, kebutuhan air irigasi juga
cenderung berkurang seiring dengan pengurangan lahan irigasi karena adanya
perubahan pemanfaatan lahan. Mengingat air yang terbatas, tidak menutup
kemungkinan akan menimbulkan konflik antar pengguna air. Oleh karena itu,
perlu adanya kesepakatan dalam hal alokasi air dan pola tanam yang
diterapkan.
e. Permasalahan dalam Kaitannya dengan Kelembagaan.
Berbagai instuisi selama ini telah melakukan pengelolaan sumberdaya air. Pada
waktu sumberdaya air masih berupa uap air/embun, BMG merupakan instuisi
yang berwenang dan bertanggung jawab dalam melakukan pengelolaan dan
pencatatan. Sedangkan sumberdaya air yang sudah berada pada badan air,
yang berupa sungai atau danau sebagai air permukaan dikelola oleh Dinas
Pengairan. Selanjutnya, sumberdaya air yang berupa air tanah yang berada di
bawah permukaan tanah dikelola oleh Departemen Pertambangan dan Energi.
Sementara itu, untuk air di laut masih belum jelas instuisi pengelolanya.
Mengingat sifat kontinuitas sumberdaya air, sementara institusi pengelolanya
relatif terpisah, oleh karenanya diperlukan suatu koordinasi yang baik diantara
para unsur pengelolaannya.
Pengelolaan sumberdaya air melibatkan banyak stakeholders yang seringkali
tidak mudah untuk mengkoordinasikannya dan ada kecenderungan sering terjadi
egoisme sektoral dengan implikasi:
1) Menitikberatkan pada kepentingan masing-masing sektor,
2) Merencanakan dan melaksanakan pengelolaan sesuai kebutuhannya
sendiri,
3) Membuat peraturan sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan masing-
masing sektor,
4) Menyebabkan terjadinya tumpang tindih tanggung jawab dan wewenang
instuisi,
5) Menyebabkan kurang terintegrasinya tataguna ruang dan tata air.
Dalam pelaksanaannya, instansi yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya
air cukup banyak, yaitu Instansi Pertanian, Kehutanan, Perhubungan (BMG),
Pertambangan, Bapedal dan Proyek-proyek Departemen Kimpraswil serta
Lembaga Ilmiah/Lembaga Penelitian. Permasalahan yang sering timbul adalah
mengenai batasan kewenangan antar lembaga pengelola SDA dalam
pengelolaan sumberdaya air masih belum jelas dan belum ada juklak dan juklik
yang mengaturnya, terkait dengan Implementasi PP No. 25 Tahun 2000.

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 30


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

4.3.3.2 Tantangan dalam Pengelolaan Sumberdaya Air


a. Meningkatnya eksploitasi Sumberdaya Air demi mengejar Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Sumber pendapatan daerah ketentuannya terdapat dalam Pasal 79 Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah yang menyatakan
bahwa salah satu sumber pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli
Daerah, yang meliputi:
• hasil pajak daerah,
• hasil retribusi daerah,
• hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan,
• lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Sebagai daerah otonomi yang memiliki kewenangan sendiri untuk mengurus
daerahnya, terkadang pemerintah daerah dalam mengejar Pendapatan Asli
Daerah (PAD) baik yang berupa pajak maupun retribusi daerah, seringkali tidak
memperhatikan pengaruhnya terhadap daerah lain.
b. Ego sektor berubah menjadi ego daerah
Akibat dari pengelolaan sumberdaya air menyangkut multi sektor, maka
pengelolaan sumberdaya air akan melibatkan banyak stakeholders yang tidak
mudah untuk mengkoordinasikannya sehingga ada kecenderungan terjadinya
egoisme sektoral dengan implikasi mengutamakan pada kepentingan masing-
masing sektor. Dari ego sektor tadi kemudian berubah menjadi ego daerah
dengan implikasi merencanakan dan melaksanakan pengelolaan sumberdaya
air sesuai kebutuhan daerahnya sendiri tanpa memikirkan daerah lain yang
terkadang air sungai tersebut juga mengalir atau melewati daerah lain.
c. Masalah Pengelolaan sumberdaya air pada wilayah sungai tidak mengenai
batas administratif
Pembinaan maupun pengelolaan atas air dan atau sumber air pada suatu
wilayah sungai batasannya adalah wilayah sungai (batasan hidrologis) bukan
batasan administrasi. Sering terjadi permasalahan suatu sumber air terletak
pada wilayah administrasi yang berbeda dengan pengguna sumber air tersebut.
Permasalahan tersebut biasanya dapat diselesaikan antar instansi pemerintah
namun sulit untuk level masyarakat. Sehingga diperlukan adanya koordinasi dan
pengaturan atas sumberdaya air yang adil dan merata secara jelas dan tegas
serta memberikan informasi yang transparan bagi masyarakat setempat, karena
bagaimanapun juga masyarakat merupakan pihak yang terlibat langsung dalam
pemanfaatan dan penggunaan air tersebut.
Sehubungan dengan permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam
pengelolaan sumberdaya air seperti yang disampaikan diatas, diperlukan upaya-
upaya pengelolaan sumberdaya air yang lebih terpadu, dengan
mempertimbangkan:
1) Perubahan paradigma.
• Tujuan pengelolaan dari Adhoc (khusus) menjadi need driven,
• Pola pengelolaan dari reaktif menjadi proaktif,
• Sistem pengelolaan dari rigid menjadi fleksibel,
• Lingkup pengelolaan dari orientasi proyek menjadi program terpadu,
• Filosofi pengelolaan dari menghindari hukum menjadi melakukan sesuai
hukum.

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 31


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

2) Pengembangan kerjasama antar lembaga dan daerah.


• Penanganan wilayah perbatasan, kawasan konservasi dan pengendalian
pencemaran,
• Kerjasama dalam pemberian perijinan untuk kegiatan-kegiatan
pemanfaatan SDA dan pemanfaatan ruang,
• Kerjasama berbasis proyek untuk penanganan masalah sejenis yang
dihadapi bersama.

4.3.4 Organisasi Kelembagaan dalam Pengelolaan Sumberdaya Air


Kelembagaan pengelolaan sumberdaya air berasal dari unsur pemerintah, unsur
institusi pengelola sumberdaya air dan dari unsur masyarakat.
Pemerintah, selaku owner (pemilik) sumberdaya air dan prasarana pengairan,
mempunyai fungsi pengaturan dan kebijaksanaan baik pada tingkat nasional (makro)
maupun tingkat daerah (operasional) dan bertugas melaksanakan kegiatan yang
terkait dengan kewenangan publik, berhak memperoleh sebagian laba bersih dari
instuisi pengelola dan berkewajiban memberi kontribusi untuk membiayai kegiatan
yang ditujukan bagi kesejahteraan dan keselamatan umum.
Institusi pengelola sumberdaya air antara lain adalah pengusaha/kelompok
pengusaha, badan usaha milik daerah atau milik negara maupun swasta yang
bergerak dalam bidang sumberdaya air. Selaku operator yang memperoleh konsesi
untuk mengelola sumberdaya air dan prasarana pengairan bertugas melaksanakan
pengelolaan wilayah sungai dan mengembangkan sistem pengelolaan sungai,
berhak memungut iuran dari para pemanfaat dan menerima kontribusi dari
pemerintah (untuk pembiayaan yang ditujukan bagi kesejahteraan dan keselamatan
umum) dan berkewajiban memberi pelayanan prima dan mengupayakan
peningkatan peran serta masyarakat dan swasta dalam melakukan pengelolaan
wilayah sungai serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada
pemerintah dan masyarakat.
Unsur dari masyarakat adalah sekelompok masyarakat, pemerhati atau akademisi
yang berkaitan dan konsen dengan pengembangan sumberdaya air. Selaku
pemanfaat mempunyai hak memperoleh pelayanan yang baik dan berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan namun diharapkan dapat menggunakan air secara
efisien dan ikut menjaga kelestarian lingkungan serta wajib memberi kontribusi
pembiayaan dan kontrol sosial yang positif atas pengelolaan wilayah sungai.
Pada Gambar 4.12 diperlihatkan instansi kelembagaan dari unsur pemerintah yang
terlibat dalam perencanaan/pengelolaan sumberdaya air wilayah sungai, mulai dari
unsur pemerintah/instansi pusat sampai dengan unsur pemerintah/instansi
kabupaten (Departemen Kimpraswil, 2001).
Dalam pengelolaan sumberdaya air di wilayah sungai diperlukan kelembagaan di
tingkat propinsi, yang bertugas untuk menangani perencanaan dan pembuatan
pedoman, kebijakan, OP dan komunikasi dengan pengguna sektor lainnya termasuk
melakukan pembinaan teknis dan penelitian. Untuk perencanaan wilayah sungai
ditempatkan pada Dinas PU Pengairan, sedangkan OP wilayah sungai (prasarana
dengan fungsi wilayah) ditangani oleh beberapa instansi disetiap wilayah sungai. Di
tingkat propinsi juga ada Panitia Tata Pengaturan Air (PTPA) yang merupakan forum
musyawarah yang mempunyai fungsi membantu Gubernur dalam melaksanakan
koordinasi tata air wilayah propinsi. Sedang di wilayah sungai ada Balai Pengelolaan
Sumberdaya air (Balai PSDA) yang mewakili pengguna pada kabupaten yang
terlibat. Di tingkat kabupaten ada Dinas PU Pengairan Kabupaten yang berada di
bawah Bupati.

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 32


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

Dalam perencanaan wilayah sungai juga perlu diperhatikan hubungan antara wilayah
sungai dengan perencanaan tata ruang (BAPPEDA) yang harus memberikan dasar
bagi pengkajian terhadap fungsi dan kegiatan di wilayah sungai dan selanjutnya
menggabungkan informasi dari sektor sumberdaya air ke dalam rencana tata ruang.

PUSAT

DEP. DEP.DAGRI BAPPENAS MENEG.LH


KIMPRASWIL

DITJEN SDA

DIREKTORAT
PSDA

PROPINSI GUBERNUR

Pembinaan teknis PTPA


dan Penelitian

BAPPEDA BAPPEDALDA
Perencanaan
Wilayah Sungai
DINAS PENGAIRAN
Unit Perencanaan

OP wilayah sungai Konsultasi tata ruang


BALAI PSDA (PPTPA)

BUPATI Keterangan :
Perintah
Perwakilan Pembinaan
Pengguna/ Konsultasi
Komunikasi
DINAS PU PENGAIRAN
P3A
KABUPATEN

Gambar 4.12 Kelembagaan pengelolaan sumberdaya air level pusat, propinsi


dan kabupaten (Sumber: Dep. Kimpraswil, 2001).

Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Tingkat Propinsi berperan sebagai penanggung


jawab pelaksanaan pengelolaan sumberdaya air di Propinsi yang bersangkutan yang
diwujudkan manifestasinya pada usaha-usaha pembinaan teknis dan pengawasan
teknis. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 58/PRT Tahun 1991 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Teknis dan
Pengawasan Teknis di Bidang Pekerjaan Umum kepada Dinas Pekerjaan Umum
yang menyatakan bahwa pembinaan teknis dan pengawasan teknis dilakukan Kanwil
Departemen Pekerjaan Umum secara langsung dan atau berjenjang melalui Dinas
Tingkat I kepada Dinas Tingkat II.

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 33


Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa

Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Tingkat Kabupaten/Kota, bersama-sama dengan


masyarakat yang tergabung dalam Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A),
melaksanakan sebagian urusan bidang pengairan yang telah diserahkan oleh
Pemerintah atau Pemerintah Daerah Tingkat Kabupaten/Kota. Namun karena letak
wilayah sungai, maka koordinasi dengan Balai PSDA sangat diperlukan.
Balai Pengelolaan Sumberdaya Air (Balai PSDA) terbentuk berdasarkan Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 179/97 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja
Balai PSDA. Tugas utama Balai PSDA adalah melaksanakan sebagian fungsi dinas
di bidang pengelolaan sumberdaya air, yang meliputi 9 (sembilan) urusan yaitu:
1. Urusan irigasi lintas kabupaten/kota.
2. Penyediaan air baku untuk berbagai keperluan.
3. Sungai.
4. Danau, waduk, situ dan embung.
5. Pengendalian banjir dan penanggulangan kekeringan.
6. Rawa.
7. Pengendalian pencemaran air.
8. Perlindungan pantai.
Dalam rangka melaksanakan tugas sembilan urusan seperti tersebut di atas, Balai
PSDA mempunyai 3 fungsi utama sebagai berikut:
1. Pelaksanaan operasional pelayanan kepada masyarakat di bidang pengairan
(rekomendasi teknis perijinan pengambilan air, galian golongan C, alokasi air,
pengendalian banjir, penanggulangan kekeringan, irigasi lintas kabupaten/kota,
pengelolaan rawa, delta, dll).
2. Pelaksanaan operasional konservasi/pelestarian air dan sumber air
(pengendalian pencemaran air, perlindungan pantai dan muara, kelestarian situ,
waduk, embung, pemeliharaan infrastruktur pengairan dll).
3. Pelaksanaan pelayanan teknis administratif ketatausahaan (urusan keuangan,
kepegawaian dan perlengkapan).

BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA 4 - 34

You might also like