Professional Documents
Culture Documents
mencerdaskan bangsa terutama untuk Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah seperti yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional bahwa lingkup
standar nasional berupa Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi, Standar
1 Dachnel Kamars, Administrasi Pendidikan Teori dan Praktek (Padang: CV. Suryani Indah, 2005), p.132
bahwa perlu adanya jaminan mutu pendidikan seperti yang tertuang dalam
Penjaminan Mutu No. 2 dan No.3 dimana disampaikan bahwa Penjaminan mutu
dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang
Indonesia masih rendah. Kenyataan ini dapat dilihat dengan masih banyaknya
sekolah-sekolah yang melakukan kecurangan saat ujian akhir nasional. Demi sebuah
nama baik dan tanggung jawab terhadap orang tua murid maka pihak sekolah
Selain itu masih banyak kasus tentang rendahnya mutu pendidikan, khususnya di
sekolah-sekolah Islam.
sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia serta masih rendahnya Organizational
Citizenship Behavior (OCB) yang merupakan bagian dari perilaku extra-role guru
Citizenship Behavior (OCB) guru swasta yang rendah ini ditunjukkan oleh kurangnya
motivasi guru dalam melakukan perilaku extra-role di suatu sekolah. Para guru lebih
banyak melakukan perilaku extra-role dalam keadaan terpaksa dan bukan karena
menjadi kewajibannya dalam organisasi. Kondisi ini akan semakin tampak ketika iklim
di dalam organisasi tersebut semakin mendukung guru untuk tidak melakukan perilaku
extra-role serta ditunjang oleh adanya sistem reward yang tidak baik atau berjalan
Meskipun pernah disinggung oleh Hofstede (1991), Indonesia adalah salah satu
negara yang mempunyai nilai kolektivistik tinggi dimana kepentingan kelompok berada
di atas kepentingan individu, sehingga dapat dikatakan sistem tim kerja berkembang
dengan baik di Indonesia,2 namun kondisi tersebut tidaklah tepat untuk saat ini. Orang-
orang dalam hal ini guru swasta mulai memiliki budaya seperti halnya budaya
sebagai perilaku extra-rolenya. Kondisi ini akan semakin memuncak ketika sebuah
sekolah menerapkan system perekrutan guru paruh waktu dengan sistem reward yang
kurang tepat, terutama dengan mengadopsi system reward yang ada di sekolah negeri
swasta, dalam hal ini sekolah swasta telah menerapkan penghargaan individual,
role di sekolah karena iklim organisasi di sekolah swasta memang mulai diarahkan
kompetensi guru.
2 Debora dan Ali Nina, Pengaruh Kepribadian dan Komitmen Organisasi terhadap Organizational Citizenship
Behavior, dalam Makara, Sosial Humaniora Vol. 8 No.3 Desember 2004 (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas
Indonesia, 2004), pp. 105-111.
penelitian para ahli akan memberikan kontribusi yang positif bagi organisasi, hal ini
seperti yang diungkap oleh para ahli bahwa pada “tingkat organisasi, studi
Ahearne, & MacKenzie, 1997; Podsakoff & MacKenzie, 1994; Walz & Niehoff, 1996).
rekomendasi penghargaan (Allen & Rush, 1998; Kiker & Montowidlo, 1999; Park &
Sims, 1989), dan perkiraan dari nilai dolar dari perbedaan standar deviasi dalam
kinerja.3 Berdasarkan penjelasan dan penelitian para ahli tersebut sangatlah tepat jika
sekolah.
OCB tersebut maka perlu bagi pimpinan organisasi untuk membangkitkan perilaku
sebagai sistem formal dalam organisasi. Contoh ini bisa kita lihat dari cara yang
dilakukan oleh John Brady, seorang presiden direktur dari John Braddy Design
kantong kelereng di awal tahun kepada semua pegawainya. Ketika ada pegawai yang
membantu pegawai lain, maka pegawai tersebut akan memperoleh kelereng. Ketika di
akhir tahun maka akan dihitung kelereng dari masing-masing pegawai tersebut. Yang
terbanyak memiliki kelereng maka dia akan memperoleh hadiah walaupun tidak
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat dikatakan bahwa perilaku
extra-role atau OCB guru swasta di sekolah-sekolah Islam apabila diamati disebabkan
oleh kurang tersusun rapinya manajemen sekolah. Hal ini terjadi karena para pendiri
sekolah dan yayasan yang menaungi sekolah, mendirikan sekolah dengan tergesa-
lainnya. Pertimbangan ini mereka lakukan dengan melihat kurikulum di sekolah umum
yang menempatkan pendidikan agama Islam yang hanya 2 jam saja sehingga hanya
tampak sekedar sebagai pelengkap kurikulum. Padahal telah tampak dengan jelas
bahwa kerusakan generasi muda di Indonesia lebih disebabkan oleh krisis moral,
Hal lainnya yang mendasari perilaku extra-role atau OCB guru swasta Islam
yang masih rendah karena sistem pendidikan yang berjalan belum tertata dan belum
terarah. Yang lebih parah lagi sebagai penyebab perilaku extra-role atau OCB guru
swasta Islam yang masih rendah adalah karena rendahnya kompensasi yang mereka
terima atau penerapan sistem kompensasi yang kurang tepat serta karena kurangnya
perhatian dari yayasan tempat guru bekerja. Berdasarkan kenyataan tersebut maka
pihak yayasan sekolah swasta harus mulai memikirkan cara mengelola manajemen
sekolah yang mengarah pada terwudjudnya perilaku exra-role atau OCB. Hal ini perlu
4 Jennifer M. George, Gareth R. Jones, Understanding and Managing Organizational Behavior (New
Jersey: Prentice Hall, 2002), p. 96
Organ, Smith, dan Near disampaikan bahwa perilaku kewarganegaraan atau perilaku
menyediakan arti yang efektif dari pengelolaan saling ketergantungan diantara anggota
Perilaku extra-role yang rendah ini apabila diamati lebih mendalam disebabkan
tentu karena salah mereka saja. Banyak hal yang dapat menyebabkan rendahnya
rendahnya komitmen organisasional guru-guru sekolah Islam. Hal yang terjadi dengan
rendahnya komitmen organisasional tersebut adalah banyaknya guru yang akan keluar
terutama di sekolah-sekolah Islam. Akan tetapi ada banyak hal di luar internal para
guru yang sangat berpengaruh terhadap berbagai masalah yang ada tersebut.
tersebut adalah berkaitan dengan iklim organisasi. Ketika iklim organisasi sebuah
sekolah tidak baik maka akan berakibat pada rendahnya kualitas pendidikan. Iklim
organisasi yang rendah ini diantaranya disebabkan oleh kepemimpinan yang kurang
5 Michael Dipaola & Megan Tschannen-Moran, Organizational Citizenship Behavior in School and Its
Relationship to School Climate: Journal of School Leadership Vol. 11, September 2001 (2001)
7
baik, komunikasi yang kurang baik, tidak profesionalnya para guru dalam tugasnya
yang lainnya. Ketika iklim organisasi di sekolah tidak baik maka dapat memiliki akibat
antara seperti motivasi kerja yang rendah, komitmen organisasional yang rendah, dan
perilaku extra-role yang rendah. Semua itu akhirnya menjadikan masalah yang lebih
luas yaitu rendahnya kualitas sekolah, kurang berkembangnya sekolah, bahkan dapat
berakibat pada ditutupnya sekolah-sekolah tersebut, apalagi pada saat sekarang ini
Artikel ini sangat penting untuk ditindaklanjuti dalam upaya untuk meningkatkan
masalah ini akan mengakibatkan masalah yang lebih besar bahkan akan menjadi hal-
hal yang biasa bagi sekolah-sekolah Islam. Hal ini berakibat pada munculnya kondisi
seperti ini di sekolah-sekolah Islam yang baru berdiri, karena mereka menganggapnya
telah kebal dan terbiasa dengan masalah tersebut. Bahkan yang lebih parah lagi,