You are on page 1of 13

KENAKALAN REMAJA

Dalam fenoma dan realitas kehidupan sehari-hari, belakangan ini sering


terjadi kenakalan remaja ( Juvenile Deliquency ). Dalam bentuk beragam
seperti perkelahian atau tawuran massal yang tidak jarang menelan
korban jiwa, penyalah gunaan obat terlarang dan narkotika, tindak
pemerkosaan dan pelecehan seksual lainnya, penodongan dan bahkan
perampasan dan pengrusakan hak orang lain secara paksa dan sadis. Hal
ersebut di atas menjadi sesuatu yang terkesan menyeramkan.
Salah satu faktor penyebab yang dominan yang membuat mereka berlaku
demikian adalah faktor pendidik informal yaitu orang tua dan para pendidik
lainnya yang kurang bisa memberikan rasa cinta kasih sayang yang cukup
dan utuh kepada mereka. Mereka hanya diberikan teori-teori rasional yang
melambung dan membuat mereka jauh terhempas dari landasan pijak
kehidupan yang manusiawi. Mereka butuh etika bergaul, etika hidup, etika
bermasyarakat, dan etika lingkungan yang semuanya mengacu kepada
ajaran-ajaran agama dan budi pekerti luhur.
Kenakalan remaja secara tajam menjadi sebuah konsep yang nyata bagi
kenakalan orang dewasa. Banyak tindakan yang bukan merupakan
pelanggaran bagi orang dewasa tetapi merupakan pelanggaran bagi
remaja. Karenanya ini merupakan masalah bagi kepolisian, pengadilan,
atau lembaga kesejahteraan sosial. Lebih lanjut terdapat beberapa
kategori mengenai anak-anak yang merasa kurang terperhatikan, anak-
anak yang tidak terkontrol(orang tua mereka),dan anak-anak yang
menjadi korban kejahatan yang dipertimbangkan menjadi orang yang
harus diawasi dan dilindungi, tetapi umumnya secara faktual cara-cara
yang berkenaan dengan penanganan anak-anak remaja yang melakukan
pelanggaran hukum adalah sama. Menjadi pemikiran dalam tujuan
penelitian akhir-akhir ini yang mana digambarkan bahwa tidak harus anak
remaja yang melakukan pelanggaran , tetapi juga semua kategori dari
remaja yang secara nyata berhubungan erat dengan kenakalan remaja
harus dipertimbangkan pada ketentuan yang sama dalam kerangka
administrasi.

Kadang dapat jelas ditarik antara kategori remaja pelanggar dan anak-
anak terabaikan atau kurang perhatian , anak-anak diluar kontrol dan
lainnya Contoh di delhi, dibawah undang-undang anak di India
pertengahan tahun 1960, penjahat anak-anak dan anak-anak
terabaikan ditangani oleh pengadilan remaja yang berbeda. Kasus anak-
anak pelanggar ditangani oleh peradilan anak, sedangkan anak-anak
terabaikan ditangani badan kesejahteraan anak-anak. Tetapi
dikebanyakan negara bagian pemisahan tidak dilakukan.dilain tempat di
India sebagai contoh di Bombay anak-anak pelanggar dan anak-anak
terabaikan ditangani oleh pengadilan remaja yang sama. Walau ditangani
secara terpisah oleh beberapa alasan misalnya untuk menghindari
pencampuran, bahwa perbedaan penanganan perlu dilakukan

Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orangtua


tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang
berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh
seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri tersendiri.
Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula
dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang
paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering
menimbulkan kekuatiran bagi para orangtua. Masa remaja sering menjadi
pembahasan dalam banyak seminar. Padahal bagi remaja, masa ini
adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh karena
itu, para orangtua hendaknya berkenan menerima remaja sebagaimana
adanya. Jangan terlalu membesar-besarkan perbedaan. Orangtua para
remaja hendaknya justru menjadi pemberi teladan di depan, di tengah
membangkitkan semangat, dan di belakang mengawasi segala tindak
tanduk si remaja.

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli


pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara
13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat
dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih belum cukup matang
untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang paling
sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metoda coba-coba
walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering
menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi
lingkungannya, orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja
hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka
semua memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas.
Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah
yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.

a. Definisi Kenakalan Remaja ( Juvenille deliquence )


Juvenille Deliquency adalah prilaku jahat / dursila atau kejahatan /
kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit ( patologis ) secara
sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk
pengabdian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk dan
tingkah laku yang menyimpang. Bahasa Latin Juvenille artinya anak-anak,
anak muda, ciri-ciri karakteristik pada masa muda dan sifat-sifat khas
pada periode remaja. Bahasa Latin ” Deliquent ” yang berarti terabaikan,
asosial, kriminal, pengacau dll. Deliquency mempunyai konotasi serangan,
pelanggaran / keganasan yang dilakukan anak-anak muda di bawah umur
22 tahun.
Berdasarkan data mayoritas Juvenille Deliquncy berusia di bawah umur
21 tahun, angka tertinggi tindak kejahatan berkisar antara 15 – 19 tahun
dan menurun pada usia 21 tahun.
Juvenile delinquency refers to criminal acts performed by juveniles. This
is firstly because crime is committed disproportionately by those aged
between fifteen and twenty-five. Secondly, by definition any theories on
the causes of crime will focus on youth crime, as adult criminals will have
likely started offending when they were young. A Juvenile Delinquent is
one who repeatedly commits crime, however these juvenile delinquents
could most likely have mental disorders/behavioral issues such as
schizophrenia, post traumatic stress disorder, conduct disorder or bipolar
disorder. ( wikipedia )
Kenakalan remaja mengacu pada tindakan penjahat yang dilakukan oleh
pemuda. Ini pertama-tama sebab kejahatan dilakukan oleh yang berumur
antara lima belas dan dua puluh lima tahun. Yang kedua, menurut definisi
manapun teori pada penyebab kejahatan akan berasal pada masa
mudanya, Ketika Penjahat dewasa terbentuk karena pada saat mereka
muda sudah mulai menyerang. Suatu Pemuda Pelanggar adalah satu
berulang-kali melakukan kejahatan, bagaimanapun pelanggar pemuda ini
bisa hampir bisa dipastikan mempunyai mental pelanggar seperti penyakit
jiwa, kekacauan tekanan traumatis, melakukan kekacaua.
Berbicara mengenai Juvenille Deliquency sebagai pola hidup dari siklus
kehidupan, rupanya hal akhir-akhir ini dijadikan atribut atau semacam
searching identity yang secara umum mereka berada pada masa transisi
yang akan menstimulasi potensi tingkah laku yang anti sosial, dan
pergolakan hati, dilematik mengacu pada hal tersebut. Maka timbullah
keberandalan dan mencoba melakukan suatu prilaku menyimpang yang
bisa digolongkan tindak pidana.

b. Motif kenakalan remaja


1. Untuk memuaskan kebutuhan akan aktualisasi diri berupa pengakuan
dari teman sebaya supaya dikatakan hebat
2. Hasrat untuk berkumpul dengan kawan senasib dan sebaya serta
kesukaan untuk meniru - niru.
3. Kecendrungan pembawaan yang patalogis atau abnormal bawaan.
4. Konflik di dalam batin sendiri, kemudian menggunakan mekanisme
pelarian diri serta pembelaan diri yang irasional

c. Hal - hal yang mempengaruhi kenakalan remaja


Pada dasarnya kenakalan anak dapat dibedakan menjadi dua unsur
pokok :
1. Unsur-unsur yang berasal dari dalam diri si anak sendiri ( intern )
yaitu :
a) Kedewasaan seksual,
b) Pencaharian identitas kedewasaan/ krisis identitas,
c) Adanya ambisi material yang tidak terkendali/ kontrol diri yang lemah,
d) Kurang atau tidak adanya disiplin diri,

e) Berbagai masalah kepribadian yang diderita oleh kebanyakan anak


cacad banyak yang dikembangkan oleh karena mereka menderita
jasmani. Hal mana menyebabkan kesukaran-kesukaran kepribadian dan
emosi; cacat jasmani kaang-kadang membuat individu itu merasa rendah
diri dan mengganggap bahwa dunia tidak menerima mereka.( Barness &
Teeters ). Meski tidak semuanya melarikan diri dari masalahnya, tapi ada
yang melarikan diri dari masalahnya dan melakukan tingkah laku kriminil.
Endokrinologi, sebab musabab daripada masalah kepribadian adalah
terletak dalam sistem endokrinnya. Individu menjadi kriminil dikarenakan
karena tidak berfungsinya satu atau lebih sistem endokrinnya.

f) Keturunan (hereditair), kenakalan adalah perbuatan khas yang hanya


dapat dilakukan oleh anak manusia tertentu. Ia memang dilahirkan untuk
menjadi anak nakal. Karena sejak lahir demikian, maka lingkungannya
tidak berdaya untuk merubahnya. Anak-anak yang demikian ini biasanya
ditandai dengan adanya kelainan-kelainan pada otak tengkorak, muka,
dan lain-lain. ( Menurut Lombrose) . Lombrose juga berpendapat, bahwa
penjahat adalah hasil keturunan, warisan dari nenek moyang.
2. Unsur yang berasal dari luar diri si anak sendiri (ekstern) dibagi lagi
menjadi :
a) Sebab kenakalan anak karena unsur di dalam keluarga.
1) Kehidupan keluarga tidak selaras
Seorang anak mungkin akan meninggalkan rumahnya, karena tak adanya
pengalaman yang menyenangkan dalam rumahnya. Delinkuensi itu tinggi
dalam keluarga yang tidak pecah tapi dalam rumah tangga yang kurang
harmonis, tak berbahagia. Keluarga adalah lembaga yang menjalankan
sosialisasi anak, sebagai akibat perubahan sosial, maka fungsi tradisionil
dari keluarga terbagi. Sosialisasi anak banyak yang dilakukan kelompok-
kelompok lainnya seperti perkumpulan-perkumpulan, sekolah-sekolah,
pramuka, kursus-kursus, dll. ( Menurut Clinnard). Ikatan keluarga di kota-
kota makin lemah apalagi ibu-ibu banyak yang bekerja di luar rumah dan
dengan demikian anak-anak banyak yang menghabikan waktu luangnya
dengan kelompok lain di luar keluarganya. Jika ini tidak mendapat kontrol
dari orang tua, maka tidak mustahil anak akan mudah terjerumus pada
tingkah laku yang delinkuen.

2) Broken Home ( Barness & Teeters )


Broken home baik karena perceraian ataupun salah satu orang tua
meninggal dunia. Menjadikan struktur keluarga pincang, anak menjadi
tanggung jawab individu yang tinggal (ayah/ibu), ketidak-genapan unsur
keluarga adalah peluang besar bagi anak-anak untuk berbuat nakal. Dari
sudut psikologis rumah tangga mengalami gangguan, rumah kacau lebih
sering cekcok dari pada harmonis.

3) Waktu luang
Kekosongan waktu yang banyak, berarti memberi kesempatan anak untuk
berfoya-foya, hal ini tak perlu terjadi apabila orang tua mengaturnya.
4) Oleh karena timbulnya perkumpulan yang modern, baik orang tua
maupun pemuda yang agak dewasa makin mencari kesenangan pengisi
waktu di dalam lingkungan keluarga sendiri, waktu untuk berada di rumah
makin lama makin kecil ( Menurut Dr. Bouman )

5) Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi yang serba kurang, serba miskin membawa anak pada
pergaulan yang terbatas; apalagi jika anak tumbuh dalam lingkungan yang
tidak baik maka tidak mustahil jika jiwa anak pun terpengaruh. Sebaliknya
jika keadaan ekonoomi keluarga serba lebih, anak menjadi manja dan ini
membuat anak merasa tidak mempunyai rintangan sehingga
perbuatannya selalu dikuasai nafsu. Kemiskinan adalah sebab dasar dari
paa penyelewengan sosial. Bahwa banyak pelaku-pelaku kriminil,
pecandu, pemabuk adalah dari golongan kelas rendah yang dikarenakan
kondisi hidup yang miskin. Selanjutnya, kebanyakan orang-orang miskin
tinggal di daerah “slums”, daerah yang kondisinya tidak memadai dan
area ini menjadikan tingkah laku menyeleweng tadi. ( Menurut Bonger)

b) Sebab kenakalan anak karena unsur di luar keluarga.


Unsur sosial, pengaruh kebudayaan asing banyak mempengaruhi anak-
anak labih-lebih mereka yang termasuk anak-anak dalam masa puber.
1) Mass Media
Bahwa tak ada metode statistik yang menggambarkan bahwa ada jumlah
orang yang cukup besar yang terlibat pada tingkah laku kriminil karena
membaca surat kabar/majalah.( Menurut Barness & Teeters).Hal mana
dikecualikan pada mereka yang memang lebih lemah yang daya
sugestinya tinggi dan diantaranya adalah mereka yang berusia muda.

2) Industrialisasi. Industrialisasi dan kemajuan teknik yang meningkatkan


mobility. Mobilitas dapat dibagi dalam 2 kategori :
(a) Mobilitas horizontal – gerak masyarakat yang berkenaan dengan ruang
gerak geografis.
(b) Mobilitas vertikal – gerak masyarakat yang berkenaan dengan
kedudukan / status sosial.
Akibat kedua mobilitas ini ikatan individu dengan keluarga menjadi
renggang, sosial kontrol terhadap individu berkurang.

d. Penanggulangan kenakalan remaja


Penanggulangan berarti upaya pre emtif sampai upaya preventif, yakni
mencegah sebelum perilaku penyimpangan atau kenakalan remaja terjadi.
Penulis akan membagi menjadi 3 ( tiga ) kategori , yaitu :
1. Tindakan Pre Emtif.
Upaya penanggulangan pada kategori ini berlaku umum baik di kota besar
dan kecil dengan situasi dan kondisi serta kompleksitas problema
kenakalan bahkan kejahatan remaja yang jauh berbeda tingkatannya .
Disini orangtua memiliki peranan sentral dibantu oleh pemerintah melalui
tenaga pengajar / guru di sekolah dimana pada tahap ini remaja
ditanamkan nilai – nilai moral dan mental kepribadian yang positif .
Pendidikan agama baik intra sekolah maupun di luar ,juga efektif dalam
mengarahkan moral remaja.
Ditanamkan juga pada remaja, norma – norma sosial untuk berperilaku
suka menolong sesama , yang terdiri dari dari norma timbal balik
( Reciprocity norm ) , norma tanggung jawab sosial ( social
responsibility norm ) , serta norma keseimbangan ( harmonic norm )
Yang menjadi kendala di era sekarang ini adalah adanya globalisasi
informasi melalui media internet. Tentunya sulit melakukan pengawasan
terhadap remaja dalam mengkonsumsi media informasi global tersebut.
Kemudahan remaja mengakses situs porno dan situs lainnya yang bisa
mengarahkan remaja ke perilaku kenakalan remaja. Untuk itu penanaman
moral dengan benar harus dilakukan maksimal guna menimbulkan “ self
controll “ dan “ self defence “ pada remaja.
Kondisi fisik dan sosial lingkungan keluarga dan pergaulan remaja harus
diusahakan positif dan kondusif bagi perkembangan jiwa remaja yang
sedang dalam tahap labil atau peralihan dari anak – anak ke dewasa
untuk menemukan jatidirinya. Dengan faktor – faktor diatas , diharapkan
remaja bisa menempuh masa – masa “ sulitnya” dengan positif dan
berhasil guna bagi kehidupan dewasanya kelak.

2. Tindakan Pencegahan.
Pada kategori ini peran orang tua dan pemerintah sama – sama sentral .
Kesemua pihak yang terkait perlu kerjasama yang baik dalam mengawasi
secara ketat perilaku remaja. Demikian juga peran lembaga – lembaga
yayasan yang peduli dengan masalah remaja . Kesemuanya bahu –
mambahu menciptakan pengawasan dan kegiatan demi meniadakan
kesempatan untuk berperilaku menyimpang melalui berbagai cara ,
seperti :
a. Mengadakan Program ekstra kurikuler di sekolah seperti Pramuka,
Pecinta alam, dan lainnya yang mengandung nilai – nilai positif dan
membangun mental kepribadian.
b. Mengadakan ceramah / seminar / lokakarya / simposium / tentang
Prolema kenakalan remaja dan akibatnya.
c. Mengadakan kampanye seperti kampanye bebas narkoba, menjauhi
pergaulan seks bebas, menghindari kekerasan dan lain – lain .
d. Pesan – pesan melalui media massa baik cetak maupun elektronik.

3. Tindakan Kuratif dan Penegakan Hukum


Pada kategori ini berlaku bagi remaja yang telah melakukan
penyimpangan / kenakalan guna dapat kembali ke jalur yang positif serta
menadakan kemungkinan untuk mengulangi kembali perilaku negatifnya.
Disini penulis menganggap pemerintah memegang peranan yang sentral ,
sebagai amanat konstitusi yaitu kewajiban negara menjamin kualitas
hidup warga negaranya termasuk remaja.
Yang termasuk dalam upaya ini adalah pembangunan pusat – pusat
rehabilitasi bagi remaja yang terjerumus ke dunia narkoba serta badan
pembinaan sosial remaja yang terjerumus dalam premanisme, kejahatan
pelecehan seksual , kejahatan dengan kekerasan ( seperti tawuran).
Kenyataan yang ada saat ini , usaha pemerintah khususnya Departemen
Sosial belum maksimal dalam mengatasi permasalahan remaja ini.
Minimnya jumlah pusat rehabilitasi dan kurang berfungsi dan
profesionalnya Departemen Sosial apalagi yang ada di daerah – daerah ,
mencerminkan bahwa penanganan kenakalan remaja masih
memprihatinkan.

Permasalahan kenakalan remaja atau tindak pidana yang dilakukan oleh


anak juga mendapat perhatian serius dari pemerintah Indonesia. Dimana
hak-hak anak dan aturan tentang penanganan anak nakal telah
diundangkan ke dalam bentuk aturan hukum formal. Perlindungan
terhadap hak-hak anak diatur dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2002
tentang perlindungan anak. Perlindungan anak yang dimaksudkan di sini
adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 1 UU No.l
23 Th 2002). Di dalam undang-undang ini juga diatur bagaimana negara,
pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.

Penanganan kasus tindak pidana yang dilakukan oleh anak/remaja juga


telah diakomodir di dalam Undang-undang no 3 tahun 1997 tentang
peradilan anak. Di dalam undang-undang tersebut diatur tentang usia
anak yang dapat dikenakan sanksi pidana, yaitu anak yang berusia
minimal 8 tahun dan maksimal 18 tahun serta belum pernah kawin. (Pasal
4 UU No 3 Tahun 1997). Di dalam sistem peradilan pidana di Indonesia
dalam hal anak belum mencapai usia 8 tahun maka polisi sebagai
penyidik dapat menyerahkan kembali anak tersebut kepada orang tua,
wali, atau orang tua asuhnya apabila penyidik berpendapat bahwa anak
tersebut masih dapat dibina (pasal 5 UU No.3 Tahun 1997).Terdapat pula
pengecualian maksimal sanksi pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak
yang melakukan tindak pidana yaitu setengah kali lebih ringan
dibandingkan dengan orang dewasa.

Maka dapat dikatakan bahwa pola penanganan kenakalan atau tindak


pidana yang dilakukan oleh anak nakal mendapatkan prioritas serta
pengecualian yang memperhatikan perkembangan jiwa anak tersebut.
Karena anak adalah aset bangsa dan sebagai bagian dari generasi
muda yang merupakan penerus cita-cita bangsa dan sumberdaya
manusia bagi pembangunan nasional. Mengingat ciri dan sifat yang khas
pada anak, dan demi perlindungan terhadap anak, maka perkara anak
nakal wajib disidangkan pada Pengadilan anak yang berada di lingkungan
Peradilan umum. Dengan demikian, proses peradilan anak nakal dari
sejak ditangkap, ditahan, diadili, dan pembinaan selanjutnya, wajib
dilakukan oleh pejabat khusus yang benar-benar memahami masalah
anak. Oleh karena itu dalam menghadapi masalah anak nakal, orang tua
dan masyarakat sekelilingnya seharusnya lebih bertanggung jawab
terhadap pembinaan, pendidikan, dan pengembangan perilaku anak
tersebut.

KESIMPULAN
Juvenille Deliquency adalah prilaku jahat / dursila atau kejahatan /
kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit ( patologis ) secara
sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk
pengabdian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk dan
tingkah laku yang menyimpang.
Penanggulangan berarti upaya pre emtif sampai upaya preventif, yakni
mencegah sebelum perilaku penyimpangan atau kenakalan remaja terjadi.
Maka dapat dikatakan bahwa pola penanganan kenakalan atau tindak
pidana yang dilakukan oleh anak nakal mendapatkan prioritas serta
pengecualian yang memperhatikan perkembangan jiwa anak tersebut.
Karena anak adalah aset bangsa dan sebagai bagian dari generasi
muda yang merupakan penerus cita-cita bangsa dan sumberdaya
manusia bagi pembangunan nasional. Mengingat ciri dan sifat yang khas
pada anak, dan demi perlindungan terhadap anak, maka perkara anak
nakal wajib disidangkan pada Pengadilan anak yang berada di lingkungan
Peradilan umum. Dengan demikian, proses peradilan anak nakal dari
sejak ditangkap, ditahan, diadili, dan pembinaan selanjutnya, wajib
dilakukan oleh pejabat khusus yang benar-benar memahami masalah
anak. Oleh karena itu dalam menghadapi masalah anak nakal, orang tua
dan masyarakat sekelilingnya seharusnya lebih bertanggung jawab
terhadap pembinaan, pendidikan, dan pengembangan perilaku anak
tersebut

SARAN
Penanggulangan kenakalan anak/ remaja adalah merupakan tanggung
jawab bersama antara pemerintah, keluarga dan aparat penegak hukum.
Tindakan yang dilakukan harus komprehensif dengan mengedepankan
sikap - sikap pembinaan yang terbaik bagi sang anak/ remaja. Penegakan
hukum yang bersifat memberikan trauma kepada kehidupan seorang anak
/ remaja harus dapat dihindarkan. Pelaksanaan metode - metode
pembinaan yang dapat membantu anak/ remaja untuk menemukan jatidiri
yang benar dan dapat diterima di tengah - tengah masyarakat adalah
langkah yang paling utama dalam penegakan hukum terhadap kenakalan
anak/ remaja.
Peranan pemerintah dalam melaksanakan fungsi dan tugas sebagai
wujud pelaksanaan dari UUD 1945 pasal 34 yang menyebutkan bahwa
fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. wujud konkrit dari
pelaksanaan UUD ini adalah pemerintah harus menyediakan sekolah
gratis, kesehatan gratis dan penyediaan tempat tinggal bagi anak - anak
jalanan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarlito Wirawan S, Prof , Psikologi Sosial , Individu dan teori-teori


Psikologi Sosial , Balai Pustaka, Jakarta , 2002 .
2. Mustofa, Muhammad, Kriminologi, kajian sosiologi terhadap
kriminalitas, perilaku menyimpang dan pelanggaran hukum, Fisip UI
press, Jakarta, 2007
3. WWW. Wikipedia. com

You might also like