You are on page 1of 141

1

INTERNATIONAL ASSOCIATION OF ATHLETICS FEDERATIONS

PERATURAN LOMBA ATLETIK - IAAF

2006-2007

( BAGIAN PERTAMA )
BAB 1 - BAB 4

IAAF – RDC JAKARTA

Alih Bahasa : H. Suyono Ds.


Staf Sekretariat RDC

Stadion Madya Senayan


Komplek GELORA BUNG KARNO

Jakarta: 23.12.2005
2
PRAKATA

- Dua tahun lalu, saya dengan senang hati memperkenalkan sebuah buku petunjuk /
handbook yang ringkas-padat dan menarik para penggunanya yang menghimpun semua
ketentuan dan peraturan mengenai pengorganisasian/pelaksanaan perlombaan-
perlombaan atletik internasional.

- Sekarang, setelah mengikuti Kongres IAAF di Helsinki ke 45, lagi-lagi saya sangat gembira
untuk memperkenalkan suatu edisi pembaharuan tentang Peraturan-peraturan
Perlombaan atletik IAAF, yang memperhatikan semua perobahan yang disepakati oleh
para delegasi dari 211 Anggota Federasi IAAF. Meskipun tidak ada perobahan yang utama
terhadap ketentuan – peraturan yang telah ada, edisi kali ini berisikan sejumlah perobahan
editorial guna menjamin ketetapan dan kejelasannya.

- Sebagaimana masyarakat atletik seluruh dunia, kita selalu mengikuti jalur menuju ke
modernisasi, ‘handbook’ ini harus mampu melayani sebagai suatu denah / peta-jalan raya.
Saya tidak dapat cukup menekankan bahwa inti-sari sport kita ini, yang adalah ‘fair-play’
dan menaruh respek terhadap ketentuan & peraturan-peraturan’, semuanya tertera di
dalam lembar-lembar halaman buku petunjuk/manual ini. Fakta yang sangat nyata disini
adalah bahwa perobahan-perobahan peraturan 279 buah yang diusulkan, setelah melalui
debat panjang, akhirnya 206 buah (perobahan) disepakai oleh Kongres di Helsinki,
sekedar penekanan betapa pentingnya keanggotaan kita yakin/percaya akan kerja ini.

- Bagi saya kini tinggal menyampaikan ungkapan rasa terima-kasih kepada semua mereka
yang telah terlibat dalam penyusunan draft/rancangan bagi penerbitan baru ini, termasuk
para anggota Keluarga Atletik Dunia, Dewan IAAF, Komite Teknik IAAF dan Komisi
Judisial, dan juga para Staf (Markas Besar) IAAF.

Lamine Diack
Presiden IAAF
3
PERATURAN PERLOMBAAN ATLETIK IAAF

2006 – 2007

DAFTAR – ISI

Peraturan/Pasal Halaman

BAB 1 – (Perlombaan Internasional) Pasdal 1- Pasal 8


Pasal 1. Lomba atletik Internasional dimana Peraturan harus berlakukan Wewenang
menggelar Lomba atletik Internasional Perlomban: dunia, area, kawasan,
wilayah atau grup, IAAF-Permit Persyaratan lomba dalam lomba atletik
internasional Kewarganegaraan dan Perobahan-perobahan dalam
kewarganegaraan Pembayaran kepada para atlet Perwakilan atlet Periklanan
& pameran selama lomba internasional

BAB 2 – (Keabsahan / eligibilitas) Pasal 20 – Pasal 22


Pasal 20. Definisi keabsahan atlet
21. Larangan berlomba bagi atlet yang sah
22. Ketidak absahan untuk ikut dalam lomba atletik domestik & internasional

BAB 3 –(Anti Doping) Pasal 30 – Pasal 45


Pasal 30. Lingkup Peraturan Anti Doping
31. Orgtanisasi Anti Doping IAAF
32. Pelanggaran Peraturan Anti Doping
33. Standard Bukti dari Doping
34. Daftar zat Terlarang
35. Test
36. Analisis sampel
37. Mengelola hasil-hasil
38. Prosedur disipliner
39. Men-diskualifikasi hasil-hasil
40. Sanksi-sanksi terhadap individu-individu
41. Kewajiban melapor Anggota
42. Sanksi-sanksi terhadap Anggota
43. Pengakuan
44. Undang-undang pembatasan
45. Interpretasi

BAB 4 (Disputes/sengketa/perselisihan) Pasal 60


Pasal 60. Disputes / perselisihan
4
DEFINISI – DEFINISI

Asosiasi Area
Suatu asosiasi area/kawasan dari IAAF bertanggung jawab untuk membantu perkembangan
atletik di dalam satu dari enam area / kawasan ke dalam mana para Anggota dibagi di dalam
Konstitusi.

Atletik
Kegiatan event di lintasan, dan di lapangan, lari jalanan, lomba jalan-cepat, lari lintas-alam dan
lari bukit/pegunungan.

CAS (Court of Arbitration for Sport)


Pengadilan Arbitrasi untuk sport.

Citizen (warga-negara)
Satu pribadi yang memiliki kewarganegaraan yang sah dari suatu Negara atau dalam hal suatu
Teritori, warga-negara sah dari Teritori Negara Induk dan status sah yang layak di dalam
teritori itu di bawah hukum yang berlaku.

Kewarganegaraan (Ciitizenship)
Warga-negara sah dari suatu Negara atau dalam hal Teritori, warganegara sah dari
Negara Induk dari Teritori dan status sah yang layak di dalam Teritori di bawah hukum-
hukum yang berlaku.

Klub
Suatu Klub atau masyarakat atlet yang ber-afiliasi kepada suatu Anggota Federasi (IAAF)
sesuai dengan Peraturan dari Anggota (*Federasi IAAF).

Komisi
Suatu Komisi IAAF yang telah ditunjuk oleh Dewan / Dewan di bawah istilah-istilah Konstitusi.

Konstitusi (undang-undang)
Konstitusi IAAF.

Dewan (Dewan)
IAAF Dewan

Negara (Country)
Suatu daerah geografis yang ber-pemerintahan sendiri yang diakui dunia sebagai suatu negara
merdeka oleh hukum internasional dan badan-badan pemerintahan internasional .

IAAF (The International Association of ATHLETICS Federations).


Asosiasi Internasional Federasi-federasi Atletik .

Kompetisi/Perlombaan Internasional
Tiap Kompetisi Internasional yang terdaftar sesuai peraturan Pasal 1 dari peraturan ini.

IOC (International Olympic Committee)


Komite Olimpiade Internasional (KOI)

Anggota (Member)
Suatu badan pemerintahan nasional untuk Atletik yang berafiliasi kepada IAAF.

Keanggotaan (Membership)
Keanggotaan dari IAAF.
5

Federasi Nasional
Anggota IAAF ke dalam mana seorang atlet, orang pendukung atlet atau orang lain di bawah
peraturan ini berafiliasi.

Petunjuk Prosedural (Procedural Guidelines)


Petunjuk Prosedural untuk Kontrol Doping sebagaimana telah disahkan oleh Dewan / Dewan.

Regulasi (Regulationms)
Peraturan dari IAAF yang dapat melewati Dewan dari waktu ke waktu.

Aturan / ketentuan (Rules)


Aturan perlombaan / kompetisi dari IAAF sebagaimana yang ditentukan di dalam handbook
Peraturan Perlombaan ini.

Teritori
Suatu wilayah geografis atau suatu regional yang adalah bukan suatu negara, namun memiliki
aspek-aspek tertentu tentang pemerintahan sendiri, minimal memiliki otonomi pengendalian/
kontrol terhadap kegiatan sport yang karenanya diakui oleh IAAF.

Seri-seri Perlombaan Atletik Dunia


Perlombaan-perlombaan atletik Internasional yang utama di dalam program resmi
perlombaan atletik empat tahunan IAAF.

Catatan 1 : Definisi-definisi tersebut di atas menerapkan semua Peraturan. Ada definisi


lebih lanjut dimuat di Chapter 3 yang hanya menerapkan Peraturan Anti
Doping.

Catatan 2 : Semua referensi di dalam Peraturan yang tertuju kepada gender- maskulin
juga harus termasuk referensi kepada kaum putri dan semua refensi tertuju
kepada tunggal harus juga termasuk referensi kepada plural / jamak.

Catatan 3: Amandemen (selain dari amandemen editorial) kepada peraturan yang


disamakan dalam Peraturan Lomba Atletik IAAF 2004-2005, disahkan oleh
Kongres IAAF 2005, adalah ditandai dengan dibubuhkan garis-ganda pada
pinggir halaman buku/handbook.
6
BAB – I

PERLOMBAAN ATLETIK INTERNASIONAL

Pasal 1

Perlombaan Atletik Internasional dimana Peraturan-peraturan harus diterapkan

Pada perlombaan-perlombaan Internasional berikut ini, peraturan-peraturan dan ketentuan-


ketentuan harus diterapkan :

a) (I) Kerjuaraan (atletik) Dunia dan Perebutan Piala Dunia


(ii) Olimpiade.
b) Kejuaraan Area/kawasan, Kejuaraan Regional atau Kejuaraan Grup.
c) Pada Games: Area, Regional atau Grup (misal: Games dimana perlombaan beberapa
sport diselenggarakan)
(i) African Games, Asian Games, Mediteranean Games, Pan American Games,
Central American and Caribbean Games, Afro Asian Games.
(ii) International Games yang lainnya.
d) Perebutan Piala Area/Kawasan dan Kejuaraan Kelompok Umur Area/Kawasan atau
Regional.
e) Pertandingan antara dua atau lebih Anggota-anggota, atau suatu kombinasi dari Anggota
dan Perebutan Piala Klub.
f) Perlombaan Invitasi Internasional khususnya diwenangkan oleh IAAF (lihat Pasal 3.4).
g) Pertandingan Invitasi Internasional khususnya diwenangkan oleh suatu Asosiasi Area (lihat
Pasal 3.5).
h) Perlombaan yang lain khususnya diwenangkan oleh satu Anggota sehingga atlet luar
negeri boleh berpartisipasi (lihat Pasal 3.5).

Pasal 2

Kejuaraan atletik: Dunia, Area/Kawasan, Regional atau Grup

IAAF Permits

1. IAAF sendiri harus punya hak untuk mengatur atau memberi sanksi kepada: Kejuaraan
Dunia, Area/Kawasan, Regional atau Grup dalam Atletik.
2. IAAF harus mengatur suatu Kejuaraan atletik Dunia dalam tahun-tahun ganjil.

Perlombaan-perlombaan yang memerlukan Izin IAAF (IAAF Permit)


3. Kejuaraan atletik: Area, Regional atau Grup atau Games, Perlombaan antar
Kawasan/Area; Perlombaan-perlombaan antara lima negara atau lebih atau teritori :

a) Otorisasi dari IAAF diperlukan, kecuali Dewan/Dewan menentukan lain, bagi semua
Kejuaraan Area, Regional atau Grup atau Games, untuk Perlombaan Inter-Area (di
dalam Kawasan) dan untuk perlombaan atletik lainnya di dalam mana lima negara atau
lebih atau Teritori berpartisipasi.
b) Aplikasi/permohonan suatu permit/izin harus diajukan kepada IAAF disertai dengan
sejumlah biaya sebesar US$150 (atau senilai itu dalam mata-uang asing) oleh Anggota
IAAF di dalam negara/teritori mana Kejuaraan, Games, Pertandingan atau kompetisi
lainnya akan dilaksanakan/dilangsungkan. Semua formulir aplikasi harus diisi lengkap
dan rinci dan dikirim ke Markas Besar IAAF tidak lebih lambat dari tanggal 31
Desember dalam tahun sebelum/mendahului tanggal dilaksanakannya Kejuaraan,
Games, Pertandingan atau kompetisi lainnya.
Panitya Penyelenggara harus menjamin bahwa Negara-negara atau Teritori-teritori
yang dikirim undangan adalah Anggota (IAAF) dan tiap Negara yang ingin
berpartisipasi dan bukan/belum menjadi anggota (IAAF) harus mengajukan
7
permohonan kepada IAAF untuk menjadi Anggota (IAAF), yang aplikasi itu harus
telah diberikan mendahului pendaftaran dia untuk ikut berpartisipasi dapat diterima.
Aplikasi demikian harus diterima minimal tiga bulan sebelum hari tanggal pembukaan
Kejuaraan/Games/Pertandingan atau kompetisi lain dimaksud.
c) IAAF tidak akan memberi wewenang kepada Kejuaraan atletik Kawasan, Regional atau
Grup sesuai Pasal 1 (b) tanpa lebih dulu mendapat suatu perlakukan tak bersyarat
bahwa pentingnya izin bagi para atlet berkunjung dan para petugas untuk memasuki
Negara atau Teritori dimana Kejuaraan itu akan dilaksanakan dimasa mendatang
dengan cukup waktu guna memungkinkan mereka untuk membuat perjalanan dan
berlomba di arena Kejuaraan dimaksud. Bila akhirnya berlangsung bahwa usaha ini
tidak dapat dipenuhi, maka Kejuaraan itu harus dipindahkan ke Negara lain atau
Teritori yang dapat memenuhi dengan upaya itu.
Catatan : Lebih lanjut tentang bagaimana memperoleh otorisasi untuk Perlombaan
menurut Pasal 1 b) dan kondisi/syarat yang harus dipenuhi sebelum otorisasi itu
diberikan,
adalah tersedia dari Markas IAAF dan dapat diperoleh atas permintaan.

d) IAAF tidak punya wewenang kontrol secara exklusif atas Games: Area, Regional atau
Grup termasuk di dalam Pasal 1 c). Namun, ini tidak berwewenang mendukung
perlombaan atletik di dalam Games demikian bila Dewan IAAF tidak puas bahwa
Anggota di negara mana atau teritori mana Gamers itu dilaksanakan, telah mengambil
tidakan-tindakan praktis guna memastikan bahwa izin yang penting bagi para atlet
yang berkunjung/datang dan petugas untuk masuk ke negara atau teritori akan datang
dengan cukup jauh sebelumnya guna memungkinkan mereka berjalan dan bertanding
di arena Games dimaksud.

Perlombaan Invitasi Internasional diwenangkan oleh IAAF


4. a) Otorisasi/hak dari IAAF diperlukan bagi semua Perlombaan (atletik) Invitasi Internasional
menurut Pasal 1 f).
b) Aplikasi/permintaan suatu permit /surat-izin untuk menyelenggarakan suatu
Perlombaan
atletik Invitasi Internasional menurut Pasal 1 f) harus dibuat di atas formulir resmi, diser-
tai dengan sejumlah biaya sebesar US$150 atau senilai itu dalam mata-uang asing/lain,
oleh Anggota (IAAF) di negera atau teritori mana perlombaan itu akan dilaksanakan,
atas nama Panitya Penyelenggara perlombaan yang dimaksud.
c) Semua formulir aplikasi/permohonan harus diisi lengkap secara terinci dan dikirim ke
Kantor Besar/Markas IAAF, tidak lebih lambat dari tanggal 1 September dalam tahun
menjelang dilaksanakannya Perlombaan dimaksud.
d) Sebelum memberikan hak/otorisasi suatu Perlombaan atletik Invitasi Internasional
sesuai Pasal 1 f), IAAF harus memperoleh/menerima hal-hal yang diupayakan pihak
Penyelenggara Perlombaan secara tertulis tentang :
- bahwa semua Rules & Regulations akan dipatuhi/ditaati;
- bahwa informasi pada semua aspek dari pengorganisasian perlombaan itu akan
dilapor/
diajukan dalam tempo 30 hari kepada IAAF, bila demikian yang diminta.

Catatan : Rincian lebih lanjut tentang bagaimana mendapatkan otorisasi untuk perlombaan
menurut Pasal 1.1 f), dan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum hak/otorisasi
diberikan, adalah tersediakan dari Kantor/Markas IAAF atas permintaan.

Perlombaan Invitasi Internasional yang di-otorisasikan oleh suatu Kawasan/Area dan


Perlombaan-perlombaan lain yang di otorisasikan oleh suatu Anggota (IAAF) sehingga
atlet-atlet asing/luar-negeri boleh berpartisipasi.

5. a) Otorisasi oleh Asosiasi Kawasan/Area atau Anggota-anggota untuk Perlombaan


menurut Pasal 1 g) dan h) secara pasti harus ditunjukkan kepada Dewan / Dewan IAAF
guna pengesahan.
b) Sebelum memberi otorisasi suatu Perlombaan menurut Pasal 1 g) atau h) di atas,
Asosiasi Area/Kawasan atau Anggota IAAF harus memperolehnya dari Panitia
Penyelenggara suatu undertaking/pengupayaan secara tertulis akan :
8
- bahwa semua ketentuan dan peraturan akan dipatuhi/taati;
- bahwa informasi akan segala aspek tentang pengaturan/pengorganisasian perlombaan
akan diajukan kepada Asosiasi Area/Kawasan atau Anggota yang memberi otorisasi dalam
tempo 30 hari, bila demikian yang diminta.
- C) Tidak ada Anggota akan memberikan otorisasinya menurut Pasal 1 h) untuk suatu
Perlombaan yang memberi/mengirim invitasi/undangan kepada para atlet yang tampil di
dalam daftar prestasi 100 terbaik dunia dari tahun sebelumnya lebih dari 5 Anggota (selain
Anggota tuan-rumah / penyelenggara).

Peraturan yang mengatur pelaksanaan Perrlombaan atletik Internasional


6. Dewan/Dewan IAAF dapat menghasilkan Peraturan/regulasi yang mengatur pelaksanaan
perlombaan yang digelar di bawah Peraturan dan mengatur hubungan antar atlet,
perwakilan atlet, penyelenggara perlombaan dan para Anggota (IAAF).Peraturan ini
mungkin bervariasi atau dirobah oleh Dewan/Dewan bila ini sesuai/cocok.
7. IAAF harus menentukan seorang perwakilan untuk menghadiri setiap perlombaan dimana
otorisasi diperlukan, atas biaya pihak penyelenggara, guna meyakinkan bahwa peraturan
dan ketentuan-ketentuan adalah dituruti. Biaya perjalanan dari Perwakilan ini harus
dibayarkan kepadanya oleh penyelenggara tak lewat dari 14 hari menjelang
keberangkatannya menuju arena/venue. Pemilihan angkutan udara diserahkan kepada
kebijakan perwakilan itu dan dalam hal melibatkan penerbangan lebih dari jarak 1500 mil,
perjalanan udara klas busines pulang-pergi harus disediakan. Biaya akomodasi harus juga
dibayar oleh pihak panitia-penyelenggara tidak lewat dari hari akhir Perlombaan/Kejuaraan
atau seksi atletik dari Games atau pada hari Perlomban itu sendiri bila kompetisi itu hanya
lomba satu hari. Perwakilan demikian harus menyerahkan laporannya kepada IAAF di
dalam tempo 30 hari kemudian.

Pasal 4

Syarat-syarat untuk berlomba dalam Perlombaan Internasional

1. Tidak ada atlet boleh berpartisipasi dalam Perlombaan Internasional, kecuali jika dia :
a) adalah seorang anggota Klub yang berafiliasi kepada suatu Anggota (IAAF), atau
b) adalah dia sendiri berafiliasi kepada satu Anggota (IAAF); atau
c) telah menyetujui untuk mentaati peraturan dari satu Anggota; dan
d) untuk Perloimbaan Internasional dimana IAAF bertanggung jawab untuk Kontrol
Doping (lihat Pasal 35.7 di bawah), telah menanda-tangani suatu persetujuan dalam
suatu formulir yang dibuat oleh IAAF yang dengan itu dia setuju terikat dengan
Peraturan , Ketentuan/regulasi dan Petunjuk Prosedural (yang dirobah dari waktu ke
waktu) dan menyampaikan semua disput/perselisihan yang dia punya dengan IAAF
atau Anggota hanya kepada arbitrasi/pengadilan sesuai dengan peraturan ini,
menerima dengan tidak mengacu disput/perselisihan demikian ke Pengadiln lain atau
otorita yang tidak disediakan dalam Peraturan ioni.
2. Tidak ada atlet atau klub bolehy berpartisipasi dalam suatu perlombaan atletik di luar
negeri ataui Teritori tanpa pengesahan tertulis dari Anggota ke dalam mana si atlet
berafiliasi, dan tidak ada Anggota mengizinkan atlet luar-negeri atau klub untuk masuk
kedalam perlombaan tanpa izin yang menjelaskan bahwa si atlet atau klub adalah sah dan
diizinkan untuk ikut berlomba di Negara atau teritori dimaksud.
3. Tidak ada atlet yang berafiliasi di luar negeri tanpa pemberian otorisasi sebelumnya dari
Federasi Nasionalnya yang asli. Bahkan kemudian Federasi Nasional dari negara atau
teritori di mana si atlet tinggal tidak dapat memasukkan/mendaftarkan nama seorang atlet
untuk berlomba di negara atau teritori lain tanpa otorisasi sebelumnya dari Federasi
Nasional yang asli. Dalam semua kasus dibawah Peraturan ini, federasi nasional dari
negara atau teritori dimana si atlet tinggal harus mengirim permohonan tertulis kepada
Federasi Nasional yang asli, dan Federasi Nasional yang asli harus mengirim suatu
jawaban tertulis terhadap permohonan itu di dalam tempo 30 hari. Keduanya dari
komunikasi ini harus menjadi sarana yang mempercepat pengakuan penerimaan. E-mail
(surat per listrik)yang mencakup suatu fungsi penerimaan adalah dapat diterima untuk
9
maksud ini. Apabila respons/jawaban dari federasi nasional yang asli si atlet tidak
diterima di dalam tempo 30 hari, maka otorisasi harus dianggap telah diberikan.

Dalam kejadian suatu respons/tanggapan yang negatif haruslah didukung dengan


alasan-alasan, si atlet atau federasi Nasional dari negara atau teritori di mana si atlet
tinggal dapat menuntut terhasdap setiap keputusan demikian kepada IAAF. IAAF haru
menerbitkan petunjuk untuk menghimpun dari suatu tuntutan menurut peraturan ini dan
petunjuk ini harus tersedia pada IAAF website

Catatan: Pasal 4.3 tentang atlet berusia 18 tahun atau lebih pda saat tanggal 31 Desember
pada tahun yang ditanyakan. Peraturan tidak berlaku kepada atlet yang bukan Warganegara
dari suatu negara atau teritori atau bagi pengungsi politik.

4. Tiap atlet yang berlomba di luar negerinya atau teritori selain dari Perlomban Internasional
sebagaimana ditentukan di atas harus menghormati/menghargai perlombaan demikian, dia
terkena/terlibat peraturan lomba atletik dari negera atau teritori itu.
5. Para atlet dari suatu Federasi Nasional atau dari organisasi atletik lainnya yang adalah
bukan satu Anggota (IAAF) boleh berlomba di setiap perlombaan, kecuali untuk
Perlombaan Internasional yang terdaftar di bawah Pasal 1 a) dan b), melawan / terhadap
para atlet yang ada di bawah judgesdiksi satu Anggota, asalkan :
a) bahwa Federasi Nasional atau organisasi atletik yang bersangkutan tidak pada waktu
yang relevan ditangguhkan dari IAAF atau dikeluarkan dari kategori-kategori tertentu
dari kompetisi oleh IAAF.
b) Bahwa izin sebelumnya dari Dewan diberikan atas aplikasi dari Anggota didalam
Negera atau Teritori dimana perlombaan itu dilaksanakan, atau dari Anggota yang ingin
mengirimkan atlet untuk bertanding di dalam suatu Negara/Teritori bukan Anggota
(IAAF).
c) Bahwa, dimana perlombaan itu dilaksanakan di negara/teritori yang bukan Anggota,
Anggota (IAAF) ingin mengirim para atletnya untuk bertanding di sana pertama harus
memperoleh suatu undertaking (pengupayaan) dari pihak penyelenggara perlombaan
bahwa dalam semua respek yang lain peraturan ini akan diikuti/dipatuhi.

Pasal 5

Kewarga-negaraan dan perobahan-perobahan dalam kewarga-negaraan

1. Dalam Perlombaan Internasional sesuai Pasal 1 a), b), c), i), dan d), Anggota (IAAF) harus
diwakili hanya oleh Warga-negara dari Negara atau Teritori itu yang Anggota yang
berafiliasi mewakilinya.
2. Setelah sekali mewakili satu Anggota dalam Perlombaan Internsional menurut Pasal
1 a), b), c), I) dan d), tidak ada atlet sesudah itu mewakili satu Anggota lain dalam
Perlombaan Internasional sesuai Pasal 1 a), b), c), I), atau d), kecuali dalam keadaan
berikut ini :

a) Penggabungan suatu Negara atau Teritori dengan yang lain.


b) Pembentukan suatu Negera baru yang disahkan dengan pakta (treaty) atau
dengan jalan lain diakui pada tingkat dunia.
c) Tambahan suatu kewarga-negaraan baru. Dalam hal ini, si atlet tidak harus
mewakili Anggota barunya dalam Perlombaan Internasional menurut Pasal 1 a),
b), c), I) atau d) selama 3 tahun setelah penambahan kewarga-negaran baru
menuruti aplikasi atlet. Tempo 3 tahun boleh dikurangi atau dibatalkan seperti
ditetapkan di bawah ini :
(i) jangka-waktu itu dapat dikurangi sampai 12 bulan dengan persetujuan
dari Anggota yang bersangkutan. Pengurangan itu harus efektif pada
saat diterima oleh Kantor IAAF dari suatu notifikasi tertulis dari
persetujuan Anggota yang telah ditanda-tangani oleh kedua pihak;
(ii) jangka-waktu / periode itu dapat dikurangi atau dibatalkan dalam kasus-
kasus sungguh terkecuali, dengan pengesahan dari Dewan/Dewan.
10
d) Kewarga-negaraan ganda. Dalam hal ini, seorang atlet yang memegang
kewarga-
negaraan dari dua atau lebih negara-negara atau teritori-teritori, boleh mewakili
Anggota(IAAF) baik keduanya atau salah satu, yang dia boleh memilihnya.

Namun, setelah mewakili Anggota dalam Perlomban Internasional menurut Pasal 1


a), b), c), I) atau d), dia tidak harus mewakili Anggota (IAAF) lainnya yang dia adalah
seorang warga-negara
dalam suatu perlombaan Internasional menurut Pasal 1 a), b), c), I) atau d) selama
periode 3 tahun dari sejak tanggal dia terakhir mewakili Anggota (IAAF) yang pertama.
Waktu 3 tahun ini dapat dikurangi atau dibatalkan seperti yang ditetapkan di bawah
ini :

(i) periode itu boleh dikurangi sampai 12 bulan dengan persetujuan dari Anggota
ybs. Pengurangan itu harus efektif pada saat penerimaan oleh Kantor IAAF dari
suatu pemberitahuan tertulis dari persetujuan Anggota tab the ditanda-tangani
oleh dua belah pihak.
(ii) Periode itu dapat dikurangi atau dibatalkan dalam sungguh kasus-kasus
dengan pengecualian pengesahan dari Dewan.

3. a) Bila seorang warga-negara dari satu negara atau teritori dari satu Anggota yang
keanggotaannya ditangguhkan dari IAAF sedang mencari untuk menjadi seorang warga-
negara dari satu negara atau teritori dari satu Anggota yang tidak ditangguhkan
keanggotaannya, dia boleh berlomba dalam perlombaan dalam-negeri / domestik yang
diorganisir oleh Anggota yang tidak ditangguhkan atas syarat bahwa :
- dia mengumumkan ulang kebangsaan dia yang dahulu dalam proses pengajuan menjadi
warga-negara dari negara atau teritori dari Anggota yang tidak ditangguhkan dan dia
menyatakan secara luas – umum fakta ini dengan menasehati Anggota-anggota yang
relevan;
- dia minimal menyelesaikan tinggal satu tahun penuh di dalam negara atau teritori baru ini;
- perlomban atletik domestik / dalam-negeri yang dia ikut di dalamnya tidak mengikut
sertakan atlet dari Anggota-anggota lainnya.

b) Seorang atlet yang memenuhi persyaratan peraturan Pasal 5.3 a) tsb. Di atas boleh
berlomba di dalam Perlombaan Internasional menurut Pasal 1 f), g) dan h) hanya setelah
menyelesaikan periode dua tahun terus-menerus tinggal di dalam negara atau teritorinya
yang baru.

c) Seorang atlet yang telah memenuhi persyaratan peraturan Pasal 5.3 a) di atas boleh
mewakili Federasi Nasionalnya yang baru dalam Perlombaan Internasional menurut Pasal
1 a0—e) hanya setelah menyelesaikan periode waktu 3 tahun bertempat tinggal secara
terus-menerus di dalam negara atau teritorinya yang baru dan setelah dia meminta
kewarga-negaraan baru.
d) Lama waktu tinggal terus-menerus ini harus dihitung sesuai satu tahun 365 hari,
dimulai dari hari setelah seseorang mendarat di dalam negara atau teritori dimana dia
mencari dan meminta /mengajukan kewarga-negaraan baru.
e) Dalam tiap periode 365 hari terus-menerus, seorang atlet boleh tidak menghabiskan
waktu lebih dari 90 hari ada di luar-negeri atau teritori dari Anggota yang berstatus
dalam penyekorsan (under suspension).
f) Seorang atlet sedang mencari guna memenuhi syarat sesuai peraturan ini haruslah
menahan diri dari setiap kegiatan atletik, yang harus meliputi, tetapi tidak melarang
untuk ikut : lomba ekshibisi, latihan / training, melatih/coaching, perwasitan/officiating,
mengajar/memberi kuliah, melakukan interview/wawancara dan interview yang
dipublikasikan, dengan setiap perwakilan dari satu Anggota yang ada dalam status
under suspension (pen-sekoresan).
4. Anggota dan para Petugasnya, para pelatih dan para atlet adalah tidak untuk melakukan
aktivitas sebagai yang ditentukan dalam Pasal 5.3 f) tsb. di atas atau sebaliknya,
11
bergabung dengan tiap perwakilan dari satu Anggota yang dalam status pen-sekoresan,
para petugas, pelatih, judge-judge para atlet dll. Dalam hal pelanggaran peraturan ini,
ketentuan/ketetapan untuk pensekoresan dan saksi-sanksi yang tercantum dalam
Konstitusi / Undang-undang harus berlaku/diterapkan.

Pasal 6

Pembayaran kepada para atlet


Atletik adalah suatu sport terbuka dan terkena Ketentuan-ketentuan dan Peraturan-peraturan,
dan para atlet boleh dibayar secara tunai atau dalam berbagai cara yang cocok/layak untuk
penampilan, berpartisipasi atau bermain dalam tiap perlombaan atletik atau tergabung dalam
tiap aktivitas komersial berkaitan dengan partisipasinya dalam atletik.

Pasal 7

Perwakilan Atlet
1. Anggota (IAAF) boleh meng-izinkan para atlet untuk menggunakan pelayanan dari suatu
Perwakilan Atlet yang diwenangkan (an Authorised Athletes’ Representative) guna
membantu atlet, dalam bekerja-sama dengan Anggota (IAAF), dalam perencanaan,
pengaturan dan dalam negosiasi / merundingkan program atletik mereka.
2. Anggota harus bertanggung-jawab untuk pemberian otorisasi / hak dari Perwakilan Atlet.
Setiap Anggota harus memiliki judgesdiksi atas Perwakilan atlet bertindak atas nama para
atlet mereka dan atas Perwakilan Atlet bertindak di dalam Negeri atau Teritiori mereka.
3. Guna membantu Anggota dalam tugas ini, IAAF harus menerbitkan suatu Catatan Petunjuk
bagi para Anggota pada peraturan dari Federasi Nasional/Perwakilan Atlet. Buku Catatan
Petunjuk ini harus berisikan suatu daftar dari masalah-masalah yang harus diikut-sertakan
di dalam setiap sistem peraturan Anggota-Anggota tentang Perwakilan Atlet, saran-saran
IAAF tentang praktek terbaik di bidang ini, dan juga bentuk-bentuk kontrak yang disarankan
antara para atlet dan Perwakilan mereka.
4. Adalah suatu kondisi/syarat keanggotaan bahwa setiap Anggota memasukkan di dalam
konstitusi (undang-undang)-nya, ketentuan-ketentuan guna menjamin bahwa tak ada atlet
akan diberikan izin oleh Anggota untuk menggunakan suatu Perwakilan Atlet, dan tak ada
Perwakilan atlet akan diberi wewenang, kecuali ada suatu kontrak tertulis antara si atlet
dengan Perwakilannya yang berisikan jangka-waktu (term) minimum ditentukan di dalam
Peraturan IAAF tentang Federasi nasional / Perwakilan Atlet.
5. Setiap atlet yang menggunakan satu Perwakilan Atlet yang tidak diwenangkan dapat
dikenakan sanksi menurut Peraturan dan Ketentuan-ketentuan./Regulasi.

Pasal 8

Per-iklanan dan Ekshi bisi selama Perlombaan Internasional


1. Iklan dan pameran/ekshibisi dari suatu yang bersifat promosi dalam semua Perlombaan
Internasional haruslah diizinkan sesuai peraturan Pasal 1 a) sampai h), asalkan periklanan
dan ekshibisi demikian memenuhi ketentuan Peraturan dan dengan tiap aturan yang di
tampilkan di bawah ini.
2. Dewan akan memberikan peraturan-peraturan dari waktu ke waktu memberi petunjuk yang
rinci seperti bentuk dari periklanan yang akan diambil dan cara-cara dimana promosi atau
materi lainnya dapat dipertontonkan pada Perlombaan Internasional digarap sesuai
Peraturan-peraturan ini.
Peraturan-peraturan ini harus melekat kepada minimal prinsip-prinsip di bawah ini
a) Hanya periklanan dari suatu hal komersial atau kemurahan hati yang diizinkan pada
perlombaan yang dilakukan menurut peraturan-peraturan ini. Tidak ada periklanan
yang memiliki tujuan dari perkara politik atau kepentingan grup penentang (presser
group), baik itu domestik maupun internasional, yang diizinkan.
b) Tidak ada iklan yang tampil yang menurut IAAF ini adalah hambar/tawar,
membingungkan, tak sopan, memfitnah atau tidak pantas akan keadaan event. Tidak
ada iklan yang tampil tidak jelas, baik bagian-bagiannya atau sebaliknya, menghalangi
12
pandangan kamera TV dari suatu perlombaan. Semua iklan harus memenuhi
dengan peraturan keamanan yang diterapkan.
c) Periklanan produk tembakau adalah dilarang. Iklan produk alkohol dilarang, kecuali
secara cepat diizinkan oleh Dewan/Dewan IAAF.
3. Ketentuan-ketentuan dalam peraturan ini dapat dirobah oleh Dewan/Dewan (IAAF) pada
setiap saat.

BAB 2 ELIGIBILITAS
(Pemenuhan syarat / Keabsahan)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
--

Pasal - 20

DEFINISI ATLET YANG MEMENUHI SYARAT


(Definition of Eligible Athlete)
1. Seorang atlet adalah memenuhi syarat apabila dia sepakat untuk mematuhi/mentaati
Peraturan-peraturan dan tidak dinyatakan sebagai tidak memenuhi syarat.

Pasal - 21

Pembatasan/pelarangan Perlombaan bagi Atlet yang memenuhi syarat


1. Perlombaan di bawah peraturan-peraturan ini adalah dilarang bagi para atlet yang adalah
di bawah judgesdiksi dari satu Anggota dan yang memenuhi syarat untuk bertanding
menurut peraturan.
2. Dalam setiap perlombaan di bawah peratutran-peraturan ini, pemenuhan syarat bertanding
seorang atlet harus dijamin oleh Anggota kemana si atlet berafiliasi/bergabung.
3. Peraturan eligibalitas/pemenuhan syarat para Anggota harus secara tepat dan tegas
cocok sesuai dengan ketentuan IAAF dan tidak Anggota yang melampaui/melewati,
menyebar-luaskan atau menahannya di dalam konstitusi atau peraturan eligibilitas atau
peraturan yang bertentangan langsung dengan suatu ketentuan atau peraturan. Bila ada
konflik/perselisihan antara peraturan eligibilitas IAAF dan peraturan eligibilitas dari satu
Anggota, maka peraturan pemenuhan syarat/eligibilitas IAAF harus diberlakukan.

Pasal 22

Ketidak absahan untuk ikut dalam Perlombaan Internasional dan Domestik

1. Orang-orang berikut ini dapat dinyatakan sebagai tidak absah/tidak memenuhi syarat
untuk ikut perlombaan, baik yang dilaksanakan sesuai Peraturan–peraturan ini
ataupun peraturan domestik dari satu Anggota.

Orang-orang yang dimaksud itu adalah :

a) Yang Federasi nasionalnya sekarang ini ditangguhkan oleh IAAF. Ini tidak berlaku
untuk perlombaan domestik/dalam-negeri yang diorganisir oleh Anggota yang
sekarang ditangguhkan ini bagi Warga-negara dari Negara atau Teritori itu.
b) Yang telah berpartisipasi dalam tiap perlombaan atletik atau event dalam mana para
atletnya adalah sepengetahuan dia, ditangguhkan dari keikut sertaan atau tidak
memenuhi untuk bertanding menurut peraturan, atau yang berlangsung di dalam
Negara atau Teritori dari Anggota yang mendapat penangguhan IAAF. Hal ini tidak
berlaku bagi tiap perlombaan atletik yang dilarang untuk Kelompok umur Master (usia
35 tahun dan lebih);
13
c) Yang berpartisipasi dalam suatu perlombaan atlerik yang tidak diberi sanksi, tidak
diakui atau diberi sertifikat oleh Anggota di dalam Negara atau Teritori di dalam mana
perlombaan itu dilaksanakan;
d) Yang ditangguhkan berpartisipasi atau tidak memenuhi syarat untuk berlomba dalam
kompetisi di bawah judgesdiksi dari Federasi Nasionalnya, yang sejauh ini ketidak
absahan demikian tetap denga peraturan ini;
e) Yang bertentangan dengan Peraturan Anti-Doping (lihat BAB 3 di bawah ini)!
f) Yang telah melakukan suatu perbuatan atau membuat suatu pernyataan baik secara
verbal atau secara tertulis, atau telah bertanggung-jawab terhadap suatu pelanggaran
peraturan atau perbuatan lain yang dinilai/difikirkan sebagai penghinaan atau tidak
patut atau mungkin akan membawa sport ke dalam keburukan.
g) Yang bertentangan dengan Pasal 8 (Iklan & Pameran selama Perlombaan
Internasional) atau tiap Peraturan yang disebutkan di bawah ini.
h) Yang menggunakan pelayanan dari Perwakilan Atlet lain dari pada satu yang disahkan
oleh Anggota yang relevan sesuai Pasal 7;
i) Yang telah dinyatakan tidak memenuhi syrat (ineligible) sesuaikan atas suatu
pelanggaran Peraturan yang dilakukan sesuai ketentuan.

2. Dalam suatu event dari suatu pelanggaran yang dinyatakan dari Peraturan ini ,
prosedur disipliner yang diikuti dalam menentukan suatu ketidak absahan atlet
(selain dalam kasus suatu pelanggaran Pasal 22.1 e)) adalah ditentukan dalam Pasal
60.4 di bawah.

3. Bila seorang atlet berlomba sambil ditangguhkan atau tidak memenuhi syarat,
masa/saat ketidak absahan dia harus, kecuali sebaliknya dinyatakan dalam
peraturan yang relevan, memulai ulang dari saat terakhir dia berlomba seperti tidak
ada bagian dari masa penangguhan atau ketidak absahan telah dilakukannya.

PERATURAN PERLOMBAAN ATLETIK IAAF 2006 – 2007

BAB 3 ANTI-DOPING

DEFINISI-DEFINISI
Penemuan Analitik Yang merugikan (Adverse Analytical Finding)
Suatu laporan dari laboratorium atau test yang sungguh-sungguh disahkan yang menunjukkan
dalam suatu sample adanya/hagirnya sutu zat terlarang atau zat metabolitnya atau tanda-
tanda atau bukti dari penggunan suatu metoda terlarang.

Petugas Pembantu/pendukung Atlet


Adalah setiap: coach, pelatih, manajer, perwakilan atlet yang diwenangkan, agen, staf dari tim,
petugas, anggota medis atau para medis atau orang lain yang bekerja dengan atau melayani
para atlet dalam atau mempersiapkan mereka ikut perlombaan dalam atletik.

Usaha/percobaan (Attempt)
Sengaja terlibat dalam perbuatan yang terdiri suatu langkah nyata dalam suatu rangkaian
tindak yang direncanakan guna mencapai puncak dalam komisi/perbuatan dari suatu
ppelanggaran peraturan anti-doping.

Kode / sandi (Code)


Kode/Sandi Dunia Anti-Doping.
Perlombaan / kompetisi (Competition)
Suatu event atau suatu seri event-event perlombaan yang dilaksanakan selama satu hari atau
lebih (misal: Kejuaraan atletik Dunia, Babak Final Atletik Dunia atau suatu Perlombaan Liga
Emas individu.

Event / perlombaan
Suatu lomba tunggal atau pertandingan dalam suatu kompetisi/perlombaan (misal: 100m atau
Lempar lembing)
14
Test dalam Kompetisi/perlombaan (In-competition Testing)
Ini berarti dimana seorang atlet dipilih untuk di-test dalam kaitannya dengan suatu event
khusus.

Atlet Tingkat Internasional (International-Level athlete)


Untuk maksud-maksud dari Peraturan Anti – Doping (Bab 3) dan Disputes (Bab 4),
seorang atlet yang ada di dalam Daftar Pool Testing untuk ikut test di luar perlombaan
atau yang lagi bertanding/berlomba dalam suatu perlombaan internasional sesuai Pasal
35.7.

Standard Internasional
Suatu standard yang dipakai oleh WADA dalam mendukung Kode.

Marker / tanda
Suatu bahan-campuran (senyawa), grup dari bahan campuran atau parameter biologis yang
menunjukkan pebnggunaan dari suatu zat terlarang atau metoda terlarang.

Metabolite / Zat metabolit


Setiap zat yang dihasilkan oleh suatu proses bio-transformasi.

Organisasi Nasional Anti-Doping


Keseluruhan yang ditugaskan oleh setiap Negara atau Teritori sebagai yang memiliki
wewenang utama dan tanggung-jawab untuk memaki dan mengimplementasikan peraturan
anti-doping, mearahkan pengumpulan dari sampel-sampel kontrol-doping, pengelolaan hasil-
hasil tetst, dan pelaksanaan dari dengar-pendapat (hearings), semuanya pada tingkat
nasional.

Tidak ada Kesalahan atau Tidak ada Kelalaian/Ke-sembrono-an.


Apabila ada perkecualian keadaan telah ditentukan dalam kasus seorang atlet sesuai Pasal 38
untuk mendemonstrasikan bahwa kesalahan atlet atau kealpaan, apabila dipandang dalam
keseluruhan dari keadaan, adalah tidak signifikan dalam hubungannya dengan pelanggaran
peraturan anti-doping.

Test di luar Perlombaan (Out-of-competition Testing)


Ini berarti setiap upaya kontrol doping yang diadakan di luar perlombaan.

Pemilikan (Possession)
Pemilikan fisk secara aktual atau pemilikan konstruktif (yang akan ditemukan hanya apabila
seseorang memiliki kontrol ekslusif atas zat/metoda terlarang atau premis-premis / alasan-
alasan di dalam mana zat/metoda terlarang ada) dari suatu zat terlrang atau metoda terlarang;
namun, asalkan bahwa bila orang itu tidak memiliki kontrol ekslusif atas zat/metoda terlarang
yang ada, ppemilikan konstruktif hanya akan diketemukan bila orang itu tahu tentang
hadirnya/adanya zat/metoda terlarang dan berniat melakukan kontrol atasnya.

Daftar zat Terlarang (Prohibited List)


Daftar zat terlarang diterbitkanb oleh WADA mengidentifikasikan / menunjukkan zat-zat
terlarang dan metoda-metoda terlarang.

Metoda Terlarang
Tiap metoda yang dijelaskan/tercantum pada Daftar (zat) Terlarang .

Zat Terlarang
Tiap zat yang dijelaskan / tercantum pada Daftar Terlarang.

Pool Test Terdaftar


Pool (sekelompok) atlet unggulan yang diterbitkan oleh IAAF yang terkena baik test dalam
perlombaan dan di luar perlombaan adalah bagian dari program penge-tesan IAAF.
15
Sampel / Specimen
Tiap zat/materi biologis yang dikumpulkan untuk maksud- tujuan pengontrolan doping.

Tampering ( merusak)
Merobah tiap item untuk suatu maksud yabng tidak baik ataui dalam suatu cara yang tak patut
dalam kaitannya dengan kontrol doping, membawa pengaruh yang tidak layak terhadap kontrol
doping atau proses disipliner, atau mengaganggu merobah hasil-hasil atau untuk mencegah
prosedur-prosedur yang normal terjadi.

Test Sasaran (Target Testing)


Pemilihan para atlet untuk menjalani testing dimana atlet atau grup khusus yang dipilih atas
dasar tidak-acak (non-random) untuk menjalanmi test pada suatu waktu yang ditentukan.

T U E = Therapeutic Use Exemption. (Pembebasan penggunaan terapeutik).

Trafficking
Penjualan, pengangkutan, pengiriman, menyebarkan akan zat terlarang atau metoda terlarang
kepada seorang atlet, kepada orang-orang pendukung atlet atau orang lain, baik secara
langsung atau melalui pihak lain satu atau lebih, tetapi tidak termasuk menjual atau
membagikan (oleh petugas medis atau orang lain) suatu zat terlarang atau metoda terlarang
untuk maksud-maksud sebenarnya dan sah therapeutic.

Penggunaan
Aplikasi, injeksi, ingesi atau komsumsi dengan segala alat apa saja akan tiap zat terlarang atau
metoda terlarang.

WADA (World Anti Doping Agency)


Agen Anti Doping Dunia.

Pasal 30

Lingkup Peraturan-peraturan Anti Doping

1. Peraturan Anti-Doping ini harus berlaku untuk IAAF, para Anggota (IAAF) dan Asosiasi-
asosiasi Area/Kawasan dan untuk para atlet, orang pendukung atlet dan orang-orang klain
yang berpartisipasi dalam IAAF, Anggota dan Asosiasi Area atas kebijakan persetujuan,
keanggotaan, afiliasi, otorisasi, akreditasi atau partisipasi mereka dalam kegiatan mereka
atau perlombaan-perlombaan.

2. Semua Anggota dan Asosiasi Area harus harus tunduk mentaati peraturan Anti-Doping ini
dan Petunjuk Proseduralnya. Peraturan Anti Doping ini dan Petunjuk Proseduralnya harus
bergabung secara langsung atau dengan referensi, kedalam peraturan dari tiap Anggota
dan Asosiasi Area dan tiap Anggota dan Asosiasi Area harus memasukkan peraturan
prosedural dalam peraturannya penting untuk mengimplementasikan Peraturan Anti
Doping dan Petunjuk Prosedural secara efektif (dan setiap perobahan yang mungkin dibuat
untuk mereka).Peraturan dari tiap Anggota dan Asosiasi Area harus secaera khuusus
menyediakan baha semua atlet, orang-orang pendukung atlet dan orang-orang lain di
bawah judgesdiksi dari Anggota atau Asosiasi Area harus terikat oleh Peraturan Anti-
Doping ini dan Petunjuk Proseduralnya.

3. Peraturan Anti-Doping ini dan Petunjuk Prosedural harus berlaku untuk semua kontrol
doping yang IAAF dan para Anggiota dan Asosiasi Area memiliki judgesdiksi.

4. IAAF harus memfokuskan testnya di bawah Peraturan Anti-Doping inii pada para atlet
tingkat internasional dan pada para atlet yang berlomba atau yang sedang mengadakan
persiapan ungtuk bertanding, dalam perlombaan Internasional.
16
5. Dalam rangka agar memenuhi syarat (eligible) untuk bertanding atau berpartisipasi
dalam, atau sdebaliknya agar terakreditasikan pada suatu perlombaan Internasional, para
atlet dan (bila dapat diterapkan ) orang-orang pendukung atlet dan orang-orang lainnya
harus menanda-ttangani suatu pemberi tahuan tertulis sebelumnya dan persetujuan akan
Peraturan Anti-Doping ini dan Petinjuk Proseduralnya, dalam suatu bentuk formulir untuk
ditentukan oleh Dewan/Dewan IAAF. Dalam memberikan garansii keabsahan dari para
atlet untuk Perlombaan Internasional (lihat Pasal21.2 di atas) , para Anggota memberi
garansi/jaminan bahwa para atklet telah menanda-tangani pemberi tahuan dan persetujuan
tertulis dalam formulir yang diminta dan bahwa satu copy dari persetujuan yang ditanda-
tangani telah dikirimke Kantor/Markas IAAF.

6. Adalah tanggung-jawab dari masing-masing Anggota untuk meyakinkan bahwa semua test
tingkat nsional pada para atletnya dan pengelolaan hasil-hasilnya dari test demikian sesuai
dengan peraturan Anti-Doping dan Petunjuk Proseduralnya. Ini disadari bahwa di beberapa
Negara, Anggotta akanb melakukan test dan memproses pengelolaan hasilnya sendiri,
sedangkan di negara lain, beberapa atau semua pertanggungan jawab Anggota dapat
didelegasikan atau ditugaskan kepada (apakah oleh Anggota sendiri atau atas legiskasi
nasional yang dfapat diterapkan atau peraturan) kepada suatu organisasi anti-doping atau
pihak ke tigha. Berkaitan dengan Negara-negara, referensi dalam Peraturan Anti Doping
kepada Anggota atau Fedetrasi Nasional( atau para Officers yang rekevan) harus bila
dapat diterapkan menjadi suatu referensi kepada orgabnisasi anti-doping Nasional atau
pihak ketiga yang lain ( atau para Officer-nya yang relevan).

7. Peringatan atas Peraturan Anti Doping ini kepada seorang atlet, orang-orang pendukung
atlet atau orang-orang lainnya yang ada di dalam judgesdiksi dari satu Asnggota dapat
dilaksanakan dengan penyampaian peringatan kepada Anggota yang bersangkutan.
Anggota ini harus bertanggung-jawab untuk membuat kontak segera debngan orang
kepada siapa peringatan nitu dapat diberlakukan.

Pasal 31

Organisasi Anti Doping IAAF

1. Pada prinsipnya IAAF harus bertindak sesuai Peraturan Anti Doping ini dengan orang-
orang atau badan-badan berikut ini :
a) Dewan / Dewan IAAF;
b) Komisi Medis dan Anti Doping;
c) Badan Review Doping; dan
d) Administrator Anti Doping IAAF

Dewan / Dewan
2. Dewan/Dewan memiliki suatu tugas pada Kongres IAAF untuk memeriksa dan mengawasi/
Menjaga aktivitas IAAF sesuai dengan Sasaran Tujuannya (lihat Butir/Artikel 6.12 a) dari
Konstitusi). Salah satu tujuan itu adalah untuk mempromoosikan/meningkatkan ‘fair-play’
terutama dalam sport, memainkan peranan memimpin dalam perang melawan doping,
baik dalam atletik maupun di luar di dalam masyarakat sportr yang lebih luas, dan untuk
mengembangkan dan memelihara program-program pendeteksian, pencegahan dan
edukasi yang diditujukan kepada pemberantasan dari momok/bencana doping dalam
sport (lihat Artikel 3.8 dari Konstitusi.
3. Dewan / Dewan memiliki kekuatan/power berikut ini sesuai Konstitusi dalam menjaga dan
mengawasi aktivitas IAAF :
a) untuk membentuk Komisi atau sub-Komisi, apakah bersifat sementara atau
permanent, bahwa hal ini dirasa perklu bagi berfungsinya secara benar IAAF (lihat
Artikel 6.11 j) dari Konstitusi).
b) Untuk memmbuat amandemen sementara terhadap Peraturan yang dipikirkan sebagai
perlu antara Kongres-kongres dan untuk menentukan tanggal dimana amandemen
demikian harus terjadi/berlangsung. Amandemen sementara harus dilaporkan kepada
17
Kongres berikut yang akan datang, yang akan menentukan apaakah mereka harus
dibuat permanen (lihat Artikel 6.11 c) dari Konstitusi).
c) Untuk mengesahkan, menolak atau merobah Petunjuk Prosedural (lihat Artikel 6.11 I)
dari Konmstitusi). Dan
d) Untuk menunda atau mengambil sanksi lain terhadap satu Anggota karena melanggar
peraturan sesuai dengan ketentuan dari Artikel 14.7 (lihat Artikel 6.11 b) dari Konstitusi.

Komisi Medis & Anti Doping

4. Komisi Medis dan Anti Doping ditunjuk sebagai suatu Komisi dari Dewan/Dewan sesuai
Artikel 6.11 j) dari Konstitusi guna menyediakan bagi IAAF dengan nasehat umum dan
semua masalah Anti Doping dan yang terkait, termasuk yang bberkaitan dengan Peraturan
Anti Doping dan Petunjuk Prosedural.
5. Komisi Medis dan Anti Doping akan terdiri dari 15 orang anggota yang akan bertemu/rapat
minimal sekali dalam setahun, biasanya pada akhir tiap tahun kalender, dalam rangka
meninjau ulang aktivitas kegiatan anti-doping IAAF di dalam 12 bulan terdahulu dan
untuk menerbitkan program anti-doping IAAF tahun mendatang, untuk disahkan oleh
Dewan. Komisi Medis dan Anti-Doping harus juga berkonsultasi atas dasar hal rutine
sepanjang tahun, sebagaimana dirasakan dibutuhkan adanya.
6. Komisi Medis dan Anti Doping memiliki tanggung-jawab untuk tugas khusus lebih lanjut
berikut ini sesuai peraaturan Anti Doping, yaitu :

a) menerbitkan Petunjuk Prosedural, dan mengamandemenkan Petunjuk Prosedural,


sesering/sebanyak kali dibuutuhkan. Petunjuk Prosedural harus berisikan, apakah
langsung atau dengan referensi, dokumen-dokumen berikut ini dikeluarkan oleh
WADA, yaitu :
- I) Daftar (zat) Terlarang;
- ii) Standard Internasional untut Test;
- iii) Standard Internasional untuk Laboratories; dan
- iv) Standard Internasional untuk Perkecualaian penggunaan Therapeutik

bersama dengan tiap tambahan atau modifikasi terhadap dokumen demikian, atau
prosedur-prosedur lebih lanjut atau petunjuk-petunjuk, yang mungkin dirasakan penting
untuk mengikuti Peraturan Anti Doping atau sebaliknya mengejar program Anti Doping
IAAF. Petunjuk Prosedural, dan setiap amandemen yang diusulkan kepada mereka,
kecualoi sebaliknya dinyatakan dalam Peraturan Anti Doping ini harus disahkan oleh
Dewan/Dewan. Pada saat memberikan pengesahan, Dewan akan menentukan suatu
tanggal pada saat mana Petunjuk Prosedural atau usul perobhan terhadabnya, harus ada
pengaruhnya. Kantor IAAF harus memberi tahu Anggota tentang tanggal ini dan akan
menerbitkan Petunjuk Prosedural, dan setiap amandemen yang diusulkan kepadanya,
pada IAAF website.
b) memberi nasehat kepda Dewan tentang amandemen terhadap Peraturan Anti Doping
yang mungkin penting dari saat ke saat. Setiap amandemen yang diusulkan untuk
dibuat terhadap Peraturan Anti doping antara Kongres-kongres harus disahkan oleh
Dewan dan diberi tahukan kepada Anggota-anggota sesuai dengan Artikel 6.11 c) dari
Konstitusi.
c) Perencanan, peng-implementyasian dan memonitor informasi anti-doping dan program
pendidikan anti-doping. Program ini harus menyediakan informasi yang diperbaharui
dan yang tepat tentanhag minimal pada issue-issue berikut ini :
(i)Zat terlarang dan metoda terlarang dalam Daftar Terlarang;
(ii) konsekuensi kesehatan dari doping;
(iii)prosedur kontrol doping; dan
(iv)hak dan tanggung-jawab para atlet.
d) memberikan TUE sesuai dengan peraturan 34.5 a) di bawah.
e) Menerbitkan petunjuk umum untuk memilih paera atlet dalam Pool Test Terdaftar.

Komisi Medis dan Anti doping dapat memanggil para ahli dalam upaya melaih tugas-
tugas tersebut di atas, memanggil para cendekiawan/ ahli untuk memberikan nasehat
nmedis dan ilmiah lebih lanjut sebagaimana diperlukan.
18
7. Komisi Medis dan Anti doping akan melapor kepada Dewan/Dewan akan aktivitasnya
sebelum tiap Rapat Dewan. Ini harus berkomunikasi dengan Kantor IAAF pada semua
masalah anti-doping dan hal-hal terkait melalui Departemen Medis dan Anti Doping IAAF.

Badan Peninjauan ulang Doping (The Doping Review Board).


8. Badan Peninjau ulang Doping dituaskan sebagai suatu Sub-Komisi dari Dewan sesuai
Artikel 6.11 j) dari Konstitusi dengan minimal tugas – tugas sbb.:
Atas nama Dewan menentukan apakah ada keadaan perkecualian dalam kasus-kasus
yang mengacu kepadanya sesuai Pasal 38.16 di bawah.
untuk menentukan apakah kasus-kasus iitu harus diacu kepada arbitrasi sebelum CAS
sesuai Pasal 60.23 di bawah dan apakah dalam kasus-kasus ini untuk menampilkan
kembali penangguhan atlet menantikan keputusan CAS; dan
untuk menentukan hal-hal yang diacu kepadanya sesuai Pasal 43.3 di bawah apakah
hasil-hasil kontrol doping yang dilakukan oleh suatu badan sport selain IASAF, sesuai
peraturan dan prosedur yang berbeda dengan yang dari IAAF, haruskah diakui oleh
IAAF.
Badan Peninjau ulang Doping dalam rangka menjalankan tugas-tugasnya tersebut di atas
dapat mengacunya kepada Komisi Medis dan Anti Doping atau Dewan untuk memperoleh
pendapat atau petunjuk dalam hubungannya dengan hal yang khusus atau kepada
Dewan/Dewan mengenai setiap masalah dari kebijakan umum yang mungkin telh muncul.
9. Badan Peninjau Doping akan terdiri dari 3 orang, salah satunya haruslah yang memenuhi
syarat secara sah. Presiden memiliki wewenang setiap saat untuk menunjuk tambahan
orang untuk Badan Peninjau Doping sebagaimana diperlukan atas dasar temporer/
sementara.
10. Badan Peninjau Doping harus mealpor kepada Dewan / Dewan atas aktivitasnya sebelum
setiap rapat Dewan.

Administrator Anti-Doping IAAF.


11. Administrator Anti-Doping IAAF adalaah ketua dari Departemen Medis dan Anti Doping
IAAF. Dia memiliki tanggung-jawab untuk meng-implementasikan program anti-doping
yang telah dibuat/diterbitkan oleh Komisi Medis dan Anti Doping sesuai Pasal 31.5 di atas.
Dia harus melapor kepada Komisi Medis dan Anti Doping dalam hal ini minimal sekali
dalam setahun pada saat rapat tahunan Komisi Medis dan Anti Doping dan yang lebih
teratur apabila dirasakan perlunya.
12. Administrator Anti Doping IAAF memiliki tanggung-jawab untuk administrasui sehari-hari
tentang kasus-kasus doping yang timbul berdaasar Peraturan Anti Doping ini. Terutama
Administrator Anti Doping IAAF haruslah menjadi pribadi yang bertanggung-jawab untuk
melakukan proses pengelolaan hasil-hasil yang berkaitan dengan Pasal 37 dan untuk
menentukan akan ketentuan penangguhan atlet berkaitan dengan Pasal 38.
13. Administrator Anti Doping dapat setiap saat dalam rangka kerjanya mencari pendapat
nasehat dari Pimpinan Komisi Medis dan Anti Doping, dari Badan Peninjau Doping atau
dari orang lain yang dia pikirkan sebagai yang layak.

Pasal 32

Pelanggaran-pelanggaran Peraturan Anti Doping


Doping adalah tegas-tegas dilarang sesuai Peraturan Anti Doping ini.
Doping adalah ditetapkan sebagai kejadian atas seseorang atau lebih akan pelanggaran
peraturan anti-doping berikut ini :

adanya/hadirnya suatu zat terlarang atau zat metabolit atau marker (zat campuran) atau
cairan di dalam jaringan tubuh atau cairan-tubuh seorang atlet.
Semua referensi kepada suatu zat terlarang di dalam Peraturan Anti Doping ini dan
Petunjuk Prosedural harus termasuk suatu referensi bila dapat diterapkan, terhadap zat
metabolit atau markers. adalah tugas pribadi seorang atlet guna meyakinkan/menjamin
bahwa tidak ada zat terlarang masuk kedalam jaringan tubuh atau cairan tubuhnya. Para
atlet diperingatkan bahwa mereka bertanggung-jawab terhadap setiap zat terlarang yang
diketemukan ada/hadir di dalam tubuhnya. Tidaklah perlu bahwa maksud, kesalahan,
kelalaian atau mengetahui penggunaan pada suatu bagian atlet didemonstrasikan dalam
rangka untuk menetapkan suatu pelanggaran peraturan anti-doping sesuai Pasal32.2a)
19
kecuali zat-zat terlarang itu untuk mna suatu ambang lporan adalah khususnya
diidentifisir di dalam Daftar Terlarang, yang hadir yang dideteksi dari setiap jumlah zat
terlarang di dalam suatu sampel dari atlet harsu merupakan suatu pelanggaran peraturan
anti-doping. Sebagai suatu perkecualian terhadap aplikasi umum dari Pasal 32.2 a), Daftar
Terlarang dapat menetapkan kriteria khusus untuk penilaian dari zat-zat terlarang yang
juga dapat dihasilkan secara endogenous.
b) penggunaan atau percobaan menggunakan dari suatu zat terlarang atau metoda terlarang.
keberhasilan atau kegagalan penggunaan suatu zat terlarang atau metoda terlarang
adalah tidak penting. Adalah cukup bahwa zat terlarang atau metoda terlatang itu
digunakan , atau dicoba untuk digunakan,untuk suatu pelanggar an peraturan anti-doping
untuk dilakukan.
Suatu pengakuan penggunaan atau percobaan penggunaan suatu zat terlarng atau suatu
metoda terlarang dapat dibuat baik secara lisan dalam suatu cara yang membuktikan atau
dengan cara tertulis. Suatu pernyataan namun harus tidak dapat diterima bilamana ini
dibuat 8 tahun setelah fakta kepada mana ini terkait.

c) Penolakan atau kegagalan, tanpa memaksakan dasar pembenaran, untuk menyerahkan


kepada kontrol doping yang telah diminta untuk melakukannya oleh seorang petugas yang
bertanggung-jawab atau sebaliknya mencari untuk meng-elakkan kontrol doping.

penilaian dari 3 test di luar perlombaan/kompetisi yang gagal (seperti ditentukan


dalam Pasal 35.17 di bawah) di dalam masa waktu 5 tahun yang dimulai dari
tanggal pelaksanaan test pertama yang gagal.

Catatan : Bila seorang atlet suat7u test yang gagal sebagi akibat dari suatu
pelanggaran dimana dia berada atau suatu test yang tak berhasil yang dibuat
sebelum tanggal 1 November 2005, jangka waktu 18 bulan disediakan dalam Pasal
32.2 d) dari peraturan Perlombaan 2004-2005 tetap berpengaruh. Periode 5 tahun
diterapkan hanya kalau semua ketiga test gagal adalah sebagai hasil dari
pelanggaran dimana dia berada atau test yang tidak sukses yang upayanya dibuat
pada atau setelah 1 November 2005.

merusak atau mencoba merusak, dengan setiap bagian dari proses kontrol doping dari
prosedur-prosedur disipliner terkait. pemilikan suatu zat terlarang atau metoda terlarang.
Pemilikan oleh seorang atlet berarti pemilikan pada setiap sat atau tempat akan suatu zat
yang adalah terlarang di luar kompetisi atau suatu metoda terlarang kecuali jika si atlet
menentukan bahwa pemilikannya adalah menuruti suatu pemberian TUE (Therapeutic Use
Exemption = Pembebasan Penggunaan Terapetik) kepada seorang atlet sesuai Pasal 34.5
di bawah, atau pembenaran yang dapat diterima lainnya.

Pemilikan oleh orang pendukung atlet berarti pemilikan akan suatu zat yang adalah
dilarang di luar kompetisi/perlombaan atau suatu metoda terlarang dalam hubungannya
cdengan seorang atlet, perlombaan atau latihan, kecuali jika orang pendukung atlet
menentukan bahwa pemilikan adalah menurut suatu TUE yang diberikan kepada seorang
atlet menurut Pasal 34.5 di bawah atau pembenaran yang dapat diterima lainnya.
melakukan trafficking (penjualan, pengdaran dll.) suatu zat terlarang atau metoda terlarang.
meng-administrasi atau mencoba mengadministrasi zat terlarang atau metoda terlarang
kepada seorang atlet atau membantu, mendorong, menolongg, bersekongkol, menutup
atau terlibat dalamtiap macam yang lain dari kelibatan menyangkut suatu pelanggaran
peraturan anti doping atau mencoba-coba pelanggaran.
Bertanding atau mencoba untuk bertanding sambil ditangguhkan untuk sementara waktu
atau tidak absah sesuai Peraturan Anti Doping ini.

Pasal 33

Standard dari Bukti Doping


20
IAAF, Anggota (IAAF) atau yang berwewenang menuntut yang lain akan mendapat
beban untuk mengadakan bahwa suatu pelanggaran peraturan anti-doping telah terjadi
sesuai Peraturan Anti Doping ini.
Bukti standard harus apakah IAAF, Anggota atau Penguasa penuntut lain telah
mengadakan suatu pelanggaran peraturan anti-doping sampai kepuasan yang nyaman
dari badan ‘hearing’yang relevan, dengan mengingat kesungguhan dari dugaan yang
dibuat. Bukti yang standard adalah lebih besar dari pada suatu kemungkinan yang
berimbang tetapi kurang dari pada bukti dibalik suatu keraguan yang layak.
Dimana Peraturan Anti Doping ini meletakkan beban dari bukti pada seorang atlet, orang
pendukung atlet atau orang lain yang diduga keras telah berbuat suatu pelanggaran anti
doping guna membantah suatu anggapan atau mengadakan /mendapatkan fakta khusus
atau keadan, bukti yang standard harusdari suatu kemungkinan yang berimbang.
Fakta yang dikaitkan dengan pelanggaran peraturan anti doping dapat diadakan dengan
sarana yang dapat dipercaya. Standard bukti berikut ini harus dapat diterapkan dalam
kasus-kasus doping, yaitu :

Laboratorium WADA yang berakreditasi adalah dianggap telah melakukan analisis


terhadap sampels dan prosedur penjagaan sesuai dengan Standard Internasionl untuk
Laboratorium. Atlet dapat membantah anggapan/dugaan ini dengan menentukan bahwa
suatu pemberangkatan dari Standard Internasional untuk Laboratorium telah terjadi, dalam
hal mana IAAF, Anggota atau Penguasa penuntut harus memiliki beban dalam
menentukan bahwa keberangkatan demikian tidak merusak/meruntuhkan validitas dari
penemuan analitis yang merugikan.
Suatu pemberangkatan dari Standard Internasional untuk Test (atau ketentuan aplikasi
lainnya dalam Petunjuk Prosedural) harus tidak membuat tak berlaku suatu penemuan
bahwa suaru zat terlarang adalah ada/terdapat dalam suatu sampel atau bahwa suatu
metoda terlarang telah digunakan, atau bahwa pelanggaran peraturan anti doping sesuai
peraturan anti-doping telah dilakukan, kecuali jika keberangkatan adalah demikian untuk
merusak validitas dari penemuan yang ditanyakan. Bila si atlet menentukan bahwa suatu
keberangkatan dari Standard Internasional untuk Test (atau ketentuan-ketentuan lain yang
dapat diterapkan dalam Petunjuk Prosedural ) telah terjadi, maka IAAF, Anggota (IAAF)
atau penguasa penuntut lain harus memikul beban dalam mementukan keberangkatan
demikian tidak merusak validitas dari penemuan bahwa zat terlarang adalah ada/hadir
dalam sampel, atau bahwa metoda terlarang telah digunakan, atau dasar faktual yang
sebenarnya untuk menentukan pelanggaran peraturan anti-doping yang lain adalah
dilakukan sesuai PeraTURAN Anti Doping ini.

Pasal 34

Daftar zat Terlarang

Peraturan Anti Doping ini bersama Daftar zat Terlarang harus diterbitkan dan diadakan
revisi oleh WADA.
IAAF akan membuat Daftar zat Terlarang yang berlaku sekarang yang tersedia bagi setiap
Anggota (IAAF) dan ini akan tersedia pada website IAAF. Tiap Anggota harus secara
berkesempatan menjamin bahwa Daftar zat Terlarang yang berlaku selalu tersedia
a9apakah pada website atau sebakliknya) kepada semua atlet, orang pendukung atlet dan
orang-orang lain yang relevan di bawah judgesdiksinya.
Kecuali jika sebaliknya dinyatakan dalam Daftar zat Terlarang dan atau ada revisi
terhadap Daftar zat Terlarang dan revisi itu harus berlaku aktif di bawah Peraturan Anti
Doping ini 3 bulan sesudah publikasi dari Daftar zat Terlarang oleh WADA tanpa meminta
tindak lanjut oleh IAAF. IAAF juga boleh meminta bahwa WADAmemasukkan zat-zat
tambahan atau metoda-metoda tambahan yang memiliki potensi untuk di salah gunakan
dalam atletik, sebagai bagian dari program monitoring WADA.
Penentuan WADA tentang zat-zat terlarang dan metoda-metoda terlarangyang kan
dimasukkan ke dalam Daftar hal-hal Terlarang adalah final dan tidak terkena tantangan
yang legal oleh tiap atlt atau orang yang lain.
Para atlet dengan suatu kondisi medis yang terdokumentasikan membutuhkan
penggunaan suatu zat terlarang atau suatu metoda terlarang harus pertama kali
memperoleh suatu TUE.
21
Namun TUE ini akan diberikan hanya dalam kasus-kasus kebutuhan klinis yang jelas
dan memaksa, dimana tidak ada keuntungan kompetitif yang didapat bagi si atlet.

Atlet tingkat internasional harus mmemperoleh TUE dari IAAF menjelang berpartisipasi
( dengan mengabaikan apakah si atlet telah menerima suatu TUE sebelumnya pada tingkat
nasional). Atlet yang mencari TUE harus mengajukan permohonan tertulis kepada Komisi
Medis dan Anti Dopingh. Rincian prosedur untuk mengajukan aplikasiharus diketemukan di
dalam Petunjuk Prosedural. TUE-TUE yang diberikan oleh IAAF sesuai peraturan ini harus
dilaporkan kepada Federasi Nasional si atlet dan kepada WADA.
Atlet bukan tingkat internasional harus memperoleh suatu TUE dari Federasi Nasionalnya,
atau dari badan lain demikian yasng mungkin ditunjuk oleh Federasi Nasionalnya untuk
memberikan TUE-TUE, atau sebaliknya memiliki wewenang kompentensi untuk
memberikan TUE du dalam negeri atau teritori dari Federasi Nasional.Federasi-federasi
nasional harus dalam semua hal bertanggung-jawab untuk segera melaporkan pemberian
TUE sesuai peraturan kepada IAAF dabn kepada WADA.

Pasal 35

Test

Setiap atlet di bawah Peraturan Anti Doping ini dapat dikenai test di dalam perlombaan
dimana dia sedang berlomba dan juga test di luar perlombaan pada setiap saat atau
tempat.Para atlet harus mendatangi lokasi kontrol-doping bila diminta oleh petugas yang
bertanggung-jawab.
Adalah suatu kondisi/syarat dari Keanggotaan dari IAAF bahwas setiap Anggota (dan
Asosiasi Area/Kawasan) memasukkan kedalam undang-undang / kinstitusinya, hal-hal
sbb.:

Suatu ketetapan memberi Anggota (dan Asosiasi Area/Kawasan) wewenang untuk


melakukan kontrol doping di dalam perlombaan atau di luiar perlombaan, suatu laporan
dalam hal Anggota, harus diserahkan kepada IAAF atas dasar tahunan (lihat Pasal 41.4 di
bawah).
Suatu ketentuan yang memberi wewenang IAAF untuk melakukan kontrol doping pada
Kejuaraan nasional Anggota (dan di Kejuaraan Kawasan dari Asosiasi Area).
Suatu ketentuan yang memebri IAAF suatu wewenang untuk melakukan test di luar
perlombaan yang tak diumumkan kepada para atlet Anggota; dan suatu ketentuan
membuat ini suatu kondisi dari keanggotaan atau afiliasi kepada Federasi Nasional, dan
suatu kondisi/syarat berpartisipasi dalanm perlombaan yang diberi sanksi atau yang
diorganisir oleh Anggota, bzahwa para atlet setuju untuk dikenakan test di dalam
perlombaan ataupun di luar perlombaan yang dilakukan oelegh Zanggota , oleh IAAF atau
oleh badan yang lain dengan kompetensi wewenang untuk meng-test di bawah/menurut
peraturan perlombaan Anti Doping.
IAAF dan para Anggota (IAAF) dapat mendelegasikan tetst menurut peraturan ini kepada
tiap Anggota, Anggota yang lain, WADA, badan/agen pemerintahan, organisasi nasional
anti-doping atau pihak ketiga yang lain yang mereka dirasakan layak memenuhi syarat
untuk tujuan ini.
Sebagai tambahan terhadap test oleh IAAF dan para Anggotanya (dan oleh keseluruhan
kepada siapa IAAF dan Anggotanya telah mendelegasikan tanggunhg-jawab test mereka
menurut peraturan Pasal 35.3 di atas), para atlet dapat dikenakan terhadap testing. Dalam
perlombaan oleh suatu organisasi lain atau badan yang memiliki kompetensi wewenang
untuk melakukan testing pada kompetisi/perlombaan di dalam mana mereka berpartisipasi;
dan di luar perlombaan oleh (I) WADA; (ii) organisasi anti-dopuing nasional dari Negara
atau Teritori di mana mereka hadir; atau (iii) oleh atau atas nama dari IOC dalam kaitannya
dengan Olimpic Games.
Namun, hanya suatu organisasi tunggal yang harus bertanggung-jawab untuk
memprakarsai dan mengarahkan test selama perlombaan. Dalam Perlomban
Internasional, pengumpulan sampel harus dimulai dan diarahkan oleh IAAF (lihat Pasal
22
35.7 di bawah) atau badan yang kuasa organisasi sport internasional lainnya dalam hal
suatu perlombaan internasional atas mana IAAF tak punya kontrol secara ekslusif (misal:
IOC pada Olimpik Games atau Commonwealth Games Federation pada Commonwealth
Games). Bila IAAF atau badan kuasa organisasi sport internasional lainnya menetapkan
untuk tidak melakukan test pada suatu Kompetisi Internasional, organisasi anti-doping
nasional di dalam negera atau teritori dimana perlombaan internasional dilaksanakan dapat
dengan pengesahan IAAF dan WADA, memprakarsai melaksanakan test demikian.
IAAF dan para Anggotanya harus segera melapor semua test dalam perlombaan yang
telah
Selesai melalui clearing house Wada (DALAM HAL LAPORAN OLEH SAYU Anggota,
sdengan satu copy laporan demikian duikirim kepada IAAF pada waktu yang sama) dalam
rangka menghindari duplikasi testing yang tidak perlu.
Test yang dilakukan oleh IAAF dan Anggotanya menurut Pasal ini harus dalam kecocokan
yang besar dengan Test Standard Internasional ( dan ketentuan yang dapat diterapkan
dalam Petunjuk Prosedural) berlaku pada saat testing.

Test Dalam Perlombaan/Kompetisi


IAAF harus bertanggung-jawab untuk memprakarsai dan mengarahkan test dalam-
perlombaan pada Perlombaan-perlombaan Internasional berkit ini :
Kejuaraan Atletik Dunuia;
Seri-seri Pelombvaan Atletik Dunia;
Perlomban Liga Emas, Super Grand Prix, Grand Prix, Grand Prix II
Perlombaan atletik Dengan Izin / Permit IAAF; dan
Pada Perlombaan atletik Internasional yang lain yang Dewan/Dewan boleh
menentukan atas rekomendsi dari Komisi Medis dan Anti Doping.
Dewan/Dewan akan mentukn jumlah atlet yang diantisipasi untuk ditest pada Perlombaan
Internasional di atas atas rekomendasi dari Komisi Medis dan Anti Doping. Para atlet yang
harus ditest harus dipilih dengan cara sebagai berikut :
atas dasar posisi pada babak final dan atau atas dasar acak / random; atas dasar
kebijakan IAAF ( bertindak atas ofosial atau badan yang relevan), oleh suatu metoda yang
harus memilih, termasuk test sasaran;
setiap atlet yuang telah menumbangkan atau menyamai Rekor Area/Kawasan dan atau
Dunia. Apabila IAAF telah mendelegasikan tetst menurut Pasal 35.3 di atas, ini dapat
menunjuk syatu perwakilan untuk hadir pada Perlombaan Internasional dalam ranmgka
untuk menjamin bahwa Peraturan Anti Doping ini dan Petunjuk Proseduralnya adalah telah
diterapkan secara teliti-cermat.
Dalam berkonsultasi dengan Anggota yang relevan (dan dengan Asosiasi Area yang
relevan) , IAAF dapat melakukan atau membantu dalanm melakukan kontrolo doping pada
suatu Perlombaan Nasional Anggota atau Perrlombaan Area/Kawasan dari Asosiasi Area.
Dalam semua kasus yang lain (kecuali dimana kontrol doping dilakukan di bawah
peraturan dari badan kuasa organisasi sport internasional yang lain, misalnya, oleh IOC
pada Olympic Games. Anggota yang melakukan kontrol, atau di Negara atau Teritori mana
suatu perlombaan dilaksanakan,harus bertanggung-jawab atas prakarsa dan pengarahan
test dalam pdrlombaan. Bila Anggotra telah mendelegasikan test-nya menurut Pasal 35.3
di atas, adalah tanggung-jawab Anggota untuk menjamin bahwa test yang demikian
dilaksanakan di dalam negara atau Teritori memenuhii /sesuai dengan Peraturan Anti
doping dan Petunjuk Prosedural.

Testing di luar Kompetisi / Perlombaan


12. IAAF harus memfokuskan testing di luar perlombaan terutama pada para atlet tingkat
internasional. Namun, ini boleh atas kebijakan, melakukan testing di luar perlombaan
terhadap tiap atlet pada segtuiap saat. Dalam banyak hal, testing ini harus dilakukan tanpa
peringatan kepada si atlet arau ke[pada orang pendukung atlet atau Federasi Nasional.
13. Adalah tugas kewajiban setiap Anggota, petugas dari satu Anggota dan orang lain di
bawah
23
judgesdiksi dari satu Anggota untuk membantu IAAF (dan bila cocok/layak , Anggota
yang lain, WADA atau badan yang lain yang memiliki kompetensi terhadap wewenang
testing) dalam melakukan test di luar perlombaan di bawah peraturan ini. Tiap Anggota,
petugas dari Anggota atau orang lain di bawah judgesdiksi dari satu Anggota mencegah,
menghindari, mengganggu atau sebaliknya merusak dengan perbuatan test demikian
dapat di kenakan sanksi sesuai peraturan Anti Doping.
14. Test di louar Perlombaan harus dilakukan dibawah Peraturan Anti Dopingberkaitan
dengan zat dan metoda terlarang di laur perlombaan/kompetisi termuat di dalam Daftar
Terlarang.
15. Statistik dari testing di luar perlombaan harus dipublisir sekali dalam setahun per
atlet dalam Pool Testing Terdaftar dan per Anggota Federasi.

Dimana ada informasi/Test yang gagal.


16. Atas permintaan IAAF, para atlet dalam Pool Testing Terdaftar harus diminta untuk
menyediakan kepada IAAF dengan dimana ada informasi cukup untuk maksud-maksud
test di luar kompetisi terhadap atlet-atlet itu. Para atlet darus diminta untuk menyimpan
tentang informasi itu dalam file/himpunan atas dasar waktu kwartalan dan harus diminta
untuk memberi tahukan IAAF segera bila ada perobahan terhadap informasi demikian guna
menjamin bahwa ini dipelihara berlaku pada setiap saat. Tanggung jawab terakhiir untuk
menyediakan informasi demikian terletak pada tiap atlet. Federasi Nasional seorang atlet
harus menggunakan upaya terbaiknya untuk membantu IAAF dalam memperoleh informasi
bagi si atlet , bila demikian yang diminta oleh IAAF. Informasi dimana saja yang disediakan
oleh seorang atlet menurut peraturan ini harus berbagi dengan WADA dan badan lain
yang memilikikompetensi wewenang untuk men-tetst atlet, pada kondisi yang tegas bahwa
informasi demikian hanya digunakan untuk maksud-maksud kontrol doping.
17. Bila seorang atlet gagal atas permintan untuk menyediakan IAAF dengan informsi dia,
atau untuk menyediakan informasi yang cukup, atau tidak daopat ditempatkan untuk
testing oleh seorang ofiser kontrol-doping pada dimana-mana menahan pada
file/himpunan untuk atlet itu, dia harus dikenakan kepada suatu evalusi oleh Administrator
Anti Doping IAAF untuk suatu test yang gagal. Bila sebagai suatu hasil dari eveluasi
demikian, Administrator Anti Doping IAAF menyimpulkan bahwa si atlet telah gagal dalam
kewajibannya menyediakan informasi atau informasi dimana-mana yang cukup,
Administrator IAAF harus meng-evaluasi kegagalan itu sebnagai suatu test yang gagal dan
si atlet harus diberi tahu secara tertulis.
Bila seorang atlet dinilai sebagai telah memiliki 3 test yang gagal dalam periode 5
tahun dimulai dari tanggal dari test pertama yang gagal, dia harus telah melakukan
pelanggaran suatu peraturan anti-doping sesuai Pasal 32.2 (d)).

Kembali ke perlombaan mengikuti pengunduran diri atau periode non-perlombaan


18. Bila seorang atlet, yang telah diminta untuk memelihara informasinya dalam suatu
file/himpu nan, tak lama berharap dikenakan testing di luiar perlomban atas perhatian
kepada fakta bahwa dia telah pensiun / mengundurkan diri, atau telah dipilih untuk tidak
bertamding atas suatu alasan lain, dia harus diminta untuk memberi catatan kepda IAAF
dalam bentuk yang menjelaskan. Atlet yang sama kemudiaan mengkin tidak meneruskan
lagi perlombaan kecuali dia telah memberi IAAF peringatan 12 bulan dalam bentuk yang
tertulis tentang diatnya untuk kembali ke arena perlombaan dan telah membuat dirinya siap
sedia unt7uk testing di luar perlombasn oleh IAAF daklam periode itu dengan
menyediakan untuk IAAF dengan informasi menurut peraturan 35.16 di atas. Seorang atlet
yang menolak atau gagal untuk datang ke kontrol doping atas perhtian atas fakta bahwa
dia telah mengundurkan diri / pensiun atau telah memilih untuk tidak berlomba karena satu
dan lain alasan, tetapi yang belum menyediakan IAAF dengan peringatan sesaui peraturan,
harus telah melakukan suatu pelanggaran peraturan anti-doping sesuai dengan peraturan
Pasal 32.2 c).

Pasal 36

Analisis Sampel-sampel

Semua sampel yang dikumpulkan di bawah Peraturan Anti-Doping harus dianalisa sesuai
dengan prinsip-prinsip umum berikut ini :
24
Penggunaan Laboratorium yang disahkan (Use of Approval Laboratories)
Sanmpel-sampel yang untuk dianalisa harus dikirim hanya kepada Laboratorium-
laboratorium berakreditsi darin WADA, atau sebaliknya telah disahkan oleh WADA.
Dalam hal test dari IAAF, sampel-sampel harus dikirim hanya kepadfa laboeratorium-
laboratorium berakreditasi dari WADA (atau bila dapat diterapkan, kepada laboratorium-
laboratorium haematologiik atau unit-unit testing mobil) yang disahkan oleh IAAF.

Zat-zat yang terkena kepada deteksi


Sampel-sampel harus dianalisa untuk mendeteksi adanya zat-zat terlarang dan metoda-
metoda terlarang yang tertera pada Daftar Terlarang dan zat-zat lain demikian seperti
mungkin diarahkan oleh WADA menurut program monitoring.

Research atas sampel-sampels.


Tidak ada sampel yang digunakan untuk suatu maksud selain untuk
menemukan/mendeteksi adanya zat-zat terlarang ( atau klas-kals zat-zat terlarang) atau
metoda-netoda terlarang pada Daftar Terlarang, atau yang diarahkan oleh WADA menurut
program monitoring, tanpa izin tertulis si atlet.

Standard Internsional untuk Laboratorium


Laboratorium harus meng analisa sampel-sampel dan melaporkan hasilnya dalm
memenuhi Standard Internasional untukLaboratorium.

Semua sample yang disediakan oleh Atl;et dalam kontrol doping yang dilaksanakan di
bawah tanggung jawab dari IAAF harus segera menjadi harta-milik IAAF.
Bila, pada setiap tahap, tiap petryanyaan atau issue yang timbul mengenai analisis aatau
interpretasi dari hasil dari suatu sampel, orang yang bertanggung-jawab terhadap analisis
di laboratorium (atau laboratorium hematologik atu unit testing bergerak/mobile) .
Bila dalam suatu tahap, ada pertanyaan atau issue yang timbul yang berkaitan dengan
sampel, laboratorium (atau unit testing mobile) boleh berbuat /bertindajk lebih lanjut
kepada tetst yang lain yang diperlukan guna menjelaskan kepada pertanyaan atau issue
yang timbul dan test demikian dapat digantungkan atas oleh IAAF ketika menentukan
apakah sampel telah memberikan perkebangan kepada suatu penemuan analitis yang
merugikan.
Dimana suatu analisis menunjukkan ada/hadirnya suatu zat terlarang atau penggunbaan
suatu zat terlarang atau metoda terlarang, Laboratorium WADA g berakreditasi harus
segera mengkomfirmasikan penemuan analitis yang merugikan secara tertulis, baik kepada
IAAF dalam hal suatu tetst IAAGF atau ke Anggota yang brelevan dalam hal suatu test
nsional (dengan satu copy kepada IAAF). Dalam hal test nasional, Anggota masih harus
menginformasikan kepada IAAF tentang penmemuan analitris yang merugikan dan nama si
atlet segera setelah menerima informasi dari kaboratorium WADA yang berakreditasi dan
dalam segala keadaan, di dalam tempo dua minggu setelah menrrimanmya.

Pasal 37

Pengelolaan Hasil-hasil

Pemberitahuan berikut ini atas penemuan analitis yang merugikan atau pelanggaran
peraturan anti-doping yang lainnya sesuai peraturan Anti Doping ini, masalahnya harus
dikenakan kepada proses hasil-hasil pengelolaan yangb ditentukan di bawah ini.
Dalam hal seorang atlett tingkat internasional, proses pengelolaan hasil-hasil harus
dilakukan oleh Administrator Anti Doping IAAF, dalam semua ksus lainnya, ini harus
dilakukan oleh orang atau badan yang relevan dari Federasi nasional si atlet.Badan atau
orang yang relevan dari Federasi Nasional si atlet harus memelihara Administrator Anti
Doping IAAF diperbharui pada proses pada setiap waktu.Permintaan asisten/bantuan atau
informasi dalam melakukan proses pengelolaan hasil-hasil dapat dilaakukan oleh
Administtrator Anti Doping IAAF pada setiap sat.
Untuk masud dari peraturan ini dan peraturan Pasal 38 di bawah, referensi setelah itu
kepada Administrator Anti Doping IAAF bila mungkin harus referensi kepada orangg atau
25
badan yang relevan dari Anggota dan referensi kepada si atrlet harus bila dapat
diterapkan harus referensi bagi tiap orang pendukung atlet atau orang lain.
Pada pemberian catatan atas suatu penemuan analiitis yang merugikan, Administrator Anti
Doping IAAF harus mengadakan suatu tinjauan ulang guna menentukan apakah :
suatu TUE yang dapat diterapkan telah diberikan kepada atlet bagi zat terlarang; atau ada
suatu pemberangkatan nyata dari Standard Testing Internasional (atau ketentuan lain yang
dapat diterapkan dalam Petunjuk Prosedurakl) atau Standard Laboratorium Intyernasional
seperti itu untuk menentukan keabsahan dari penemuan.
Bila tinjauan ulang bagian awal sesuai Pasal 37.3 di atas tidak menampakkan suatu
penerapan TUE atau pemberangkatan dari Standard Testing Internsional ( atau ketentuan
yang dapat diterapkan yang lain di dalam Petunjuk Prosedural) atau Standard
Laboratorium Internasional seperti untuk merusak keabsahan dari penemuan,
Administrator Anmti-Doping IAAF harus segera memberi tahu si atlet tentang :

penemuan analitis yang merugikan;


pelanggaran peraturan anti-doping yang telah dilanggar atau, dalam hal jatuh sesuai Pasal
37.5 di bawah, suatu penjelasan tentang tambahan penyelidikan/investigasi untuk
dilakukan guna menentukan apakah suatu pelanggaran peraturan anti-doping telah terjadi.
Batas waktu dalam mana si atlet adalah untuk menyediakan kepada IAAF, secara
klangsunga atau lewat Federasi Nasionalnya, suatu penjelasan tebntang penemuan
analitis yang merugikan.

Hak si atlet untuk segera meminta untuk penganalisaan dari sampel “B” dan gagal
mengajukan permohonan itu, bahwa sampel “B” harus dianggap dilepaskan. Si atlet harus
dinasehatkan pada waktu yang sama bahwa bila analisis sampel “B” diminta/diajukan,
semua biaya berkaitan dengan laboratorium harus dipenuhi oleh si atlet, kecuali sampel “B”
gagal untuk mengkonfirmasikan sampel “:A”, dalam hal mana biaya iitu harus dipenuhi
oleh organisasi yang bertanggung-jawab untuk memprakarsai tetst dimaksud;
Tanggal kapan analisis sampel “B” dimintakan/diusulkan, bila diminta oleh si atlet,
telah ditentukan, tanggal demikian biasanya tidak lebih dari 2 minggu setelah
tanggall pemberi tahuan dari penemuan analitris yang merugikan . Bila laboratorium
yang bersangkutan tidak dapat meng akomodsikan analisis sampel “B” pada
tanggal yang ditentukan, maka analisis harus terjadi pada tanggal yang tersediakan
yang paling awal untuk laboratorium kemudian. Tak ada alasan lain harus diterima
untuk merobah tanggal analisis bagi sampel “B”.
Hak dari atlet dan atau perwakilan dia untuk menghadiri prosedur pembukaan sampel “B”
dan analisisnya, bila analisis demikian itu diminta; dan
Hak si atlet untuk mengajukan permohonan lembar/copy dari dokumentasi laboratorium
dari sampel “A” dan “B” yang jya harus termasuk informasi yang diperlukan oleh Standard
Laboratorium-laboratorium Internasional.
Pemberi tahuan berikut ini kepada seorang atlet sesuai Pasal 37.4 b) di atas, Administrator
Anti Doping IAAF harus melakukan tindak penelitian/investigasi lanjutan yang mungkin
diperlukan/diminta. Setelah selesai penyelidikan lanjutan demikian, Administrator Anti
Doping IAAF harus segar memberi tahu si atlet tentang hasil dari pennyelidikan lanjutan itu
dan apakah ini dinyatakan dengan tegas bahwa pelanggaran suatu peraturan anti-doping
telah dilakukan. Bila ini masalahnya, atlet yangb bersangkutan kemudian harus di berikan
suatu kesempatan, baik secara langsung atau melalui Federasi Nasionalnya, di dalam
jangka waktu terbatas yang ditentukan oleh Administrator Anti Dioping IAAF, untuk
menyediakan penjelasan dalam memberikan respons/tanggapan kepada pelanggaran
peraturan anti-doping yang dinyatakan.
Seorang atlet dapat menerima hasil, analisis sampel “A” dengan melepaskan haknya
kepda analisis sampel “B”.Namun, IAAF dapat meminta analisis sampel “B” pada setiap
saat bila ini diyakini bahwa ana lisis demikian akan relevan terhadap pertimbangan dari
kasus si atlet.
Si atlet dan atau perwakilannya harus diizinkan untuk hadir pada analisis sampel “B” dan
untuk hadir selama analisis sedang berlangsung. Suatu perwakilan dari Federasi Nasionala
si atlet juga boleh tampil dan hadir selama analisis., seperti perwakilan dari IAAF. Seorang
26
atlet harus tetap ketentuannya ditangguhkan (lihat Pasal 38.2 di bawah) meskipun
faktanya bahwa dia meminta analiosis dari sampel “B”.
Sekali analisis dari sampel “B” telah berakhir, suatu laporan laboratoris lengkap harus
dikirim kepada Administrator Anti Doping IAAF bersama dengan satu copy dari data
relevan yang diminta oleh Standard Laboratorium Internasional. Satu copy dari laporan ini
dan semuadata yang relevan harus diajukan kepada si atlet bila dia memintanya.
Pada saat menerima laporan laboratoris sampel “B: Administrator Anti Dping IAAF harus
mel;akukan tindak lanjut penyelidikan yang mungkin diminta oleh Daftar Terlarang. Setelah
selesai investigasi lanjutan, Administrator Anti Doping IAAF harus segera memberi tahu si
atlet tentang hasil-hsil dari investigasi lanjutan dan apakah IAAF menegaskan atau tidak
atau terus menegaskan bahwa suatu peraturan anti-doping telah dilanggar.
Orang-orang yang dikaitkan dengan kontrol doping harus mengambil semua langkah yang
layak guna memelihara kerahasiaan dalam suatu masalah sampai analisis sampel “B”
telah berakhir (atau sampai suatu investigasi lanjutan terhadap analisis sampel “B”
mungkin diperluikan oleh Daftar Terlarang sesuai Pasal 37.9 telah diselesaikan), atau
sampai analisis sampel “B” dilepaskan oleh si atlet.
Identitas para atlet yang sampelnya telah menghasilkan dalam suatu penemuan analitis
yang merugikan atau yang dinyatakan telah melakukan pelanggaran peraturan anti-doping
dapat secara publik/umum disingkap/diperlihatkan dalam lingkungan yang normal tidak
lebih awal dari pembebanan dari sutu ketentuan penangguhan menurut peraturan Pasal
38.2 atau Pasal 38.3 di bawah.
Dalam hal pelanggaran peraturan anti-doping dimana tidak ada penemuabn analitis yang
merugikan, Administrasi Anti Doping IAAF harus melakukan penyeliidikanm sesuai atas
fakta dari kasus yang dia rasakan adalah penting dan atas penyelesaian suatu
penuelidikan demikian, harus segera memberi tahu si atlet yang bersangkutan apakah ini
dilepaskan bahwa suatu pelanggaran peraturan anti doping telah dilakukan. Bila ini
masalahnya, si atlet harus diberi kesempatan , baik secara langsung ataumelalui Federasi
Nasionalnya, di dalam batas wajktu yang ditentukan oleh Administrator Anti Doping , untuk
menyediakan suatu penjelasan dalam memberi respons terhadap pelanggaran peraturan
anti doping yang dinyatakan..
Hasil hasil proses pengelolaan dari suatu test yang dilakukan oleh IOC atau oleh badan
organisasi sport internasional yang lain melakukan testing pada suatu Perlombaan
Internasional yang di atasnya IAAF tak memiliki kontrol secara eksklusif(misal: Common
wealth Games atau Pan American Games) harus dikelola, sejauh untuk mementukan suatu
sanksi bagi atlet dibalik diskualifikasi dari Perlombaan Internasional yang dipersoalkan,
oleh IAAF sesuai dengan Peraturan Anti Doping ini.

Pasal 38

Prosedur-prosedur Disipliner

Dimana ini dinyatakan bahwa suatu peraturan pelanggaran anti-doping telah dilakukan
berdsar Peraturan Anti Doping ini, prosedur-prosedur disipliner harus terjadi dalam tiga
tahap sbb.:
penangguhan sementara;
pemeriksaan (hearing);
sanksi atau exonerasi (=pembebasan dari tuduhan / pembuktian tak bersalah).

Enangguhan sementara
Bila tak ada penjelasan, atau tidak cukup penjelasan, bagi pelanggaran peraturan anti-
doping yang dinyatakan diterima dari atlet atau dari Federasi Nasional di dalam waktu
terbatas yang ditentukan oleh Administrator Anti Doping IAAF dalam Pasal 37.4 c) atau
37.11 di atas, si atlet harus ditunda/ditangguhkan, penangguhan pada saat itu resolusi
menunggu sementara dari kasus si atlet oleh Federasi Nasional. Dalam kasus dari
seorang atlet Tingkat Internasional, atlet ini harus ditangguhkan oleh Administrator Anti
Doping IAAF. Dalam semua kasus yang lainnya, Federasi Nasional dari si atlet harus
menjatuhkan penangguhan yang relevan dengan pemberitahuan secara tertulis kepada
atlet ybs. Secara alternatif,si atlet dapat menerima suatu penanguhan sukarela asalkan
bahwa hal ini diperkuat dengan tertulis kepada Federasi Nasionalnya.
27
Dalam tiap hal dimana Anggota menjatuhkan penangguhan sementara atau seorang
atlet menerima suatu penangguhan sukarela, Anggota ini harus memperkuat fakta ini
segera kepada IAAF dan si atlet harus sesudah itu dikenakan kepada prosedur-prosedur
disipliner yang ditentukan di bawah.
Suatu penangguhan sukarela harus efektif hanya dari sejak tanggal diterimanya konfirmasi
tertulis si atlet yang demikian dari IAAF. Bila , kebalikan dengan paragraf di atas, si
Anggota gagal, dalam pendapat dari Administrator Anti Doping IAAF, untuk menjatuhkan
suatu penanggughan sementara seperti yang diminta, maka Administrator Anti Doping
IAAF akan menjatuhkan sendiri suatu penangguhan sementera demikian. Sekali
penangguhan sementara itu dijatuhkan oleh Administrator Anti Doping IAAF, ini harus
memberi tahu akan penangguhan itu kepada Anggota yang kemudian harus memulai
melakukan prosedur-prosedur disipliner yang ditetepkan seperti di bawah ini.
Suatu keputusan untuk menjatuhkan suatu penengguhan sementara kepada seorang atlet
harus tidak dikenakan kepada suatu tuntutan/appea. Namun, seorang atlet yang telah
dijatuhi penangguhan sementara, atau yang telah menerima suatu penengguhan
sementara harus berhak untuk suatu ‘hearing’ (dengan pendapat) penuh yang cepat di
depan Anggota sesuai Pasal 38.7 di bawah.

Hearing / Dengar pendapat.


Setiap atlet harus punya hak untuk memohon suatu dengar-pendapat (hearing) di depan
suatu pengadilan (tribunal) Federasi Nasional yang relevan sebelum sesuatu sanksi
ditetapkan sesuai dengan Peratutran anti-doping ini. Bila seorang atlettelah mendapatkan
status afiliasi di luar negeriu sesuai Pasal 4.3 di atas, dia harus punya hak untuk memohon
diadakan hearing apakah di depan pengadilan yang relevan dari Federasi Nasionalnya
yang asli atau di depan pengadilan relevan dari Anggota yang afiliasinya telah
diperolehnya/diterima.
Bila seorang atlet diberitahukan bahwa penjelasan dia telah ditolak dan bahwa dia adalah
ditangguhkan sementara sesuai Pasal 38.2 di atas, dia harus juga diberi tahu akan haknya
untuk memohon diadakan hearing. Apabila si atlet gagal untuk menegskan secara tertulis
kepada Federasi Nasionalnya ataui badan relevan lainnya dalam tempo 14 hari dari
pemberi tahuan demikian bahwa dia menginginkan untuk diadakan hearing, di akan
dianggap telah melepaskan haknya untu suatu ‘heasring’ dan untuk menerima bahwa dia
telah melakukan pelanggaran peraturan anti-doping. Fakta ini harus diperkuat dengan
tertuliis kepada IAA oleh Anggota dalam tempo 5 hari-kerja.
Apabila suatu ‘gearing’ diminta oleh seorang atlet, ini harus memanggil untuk rapat tanpa
ditunda dan hearing itu diselenggarakan di dalam tempo 2 bulan dari tanggal pemberi
tahuan akan permohonan atlet kepada Anggota. Anggota ini harus memelihara memberi
penjelasan penuh kepada IAAF seperti tentang status dari semua kasus yang menunggu
‘hearing’ dan dari semua tanggal-tanggal diadakan ‘hearing’ segera setelah ditetapkan.
IAAF harus punya hak untuk menghadiri semua hearing sebagai seorang
observer/peninjau. Namun, hadirnya IAAF di dalam suatu hearing, atau tiap keterlibatan
lain dalam suatu kasus, harus tidak mempengaruhi haknya untuk menuntut keputusan
Anggota menurut CAS sesuai Pasal 60.23 di bawah.
Dengar-pendapat / hearing si atlet harus terjadi di depan badan hearing yang relevan
pejabat yang diberi kuasa atau sebaliknya diberi wewenang oleh Anggota. Badan hearing
yang relavan haruslah yang baik/fair dan tidak memihak dan pelaksanaan hearing harus
menghormati prinsip-prinsip berikut ini : hak dari si atlet harus hadir di tempat hearing dan
menghadirkan bukti, termasuk hak untuk memanggil dan bertanya kepada para saksi, hak
untuk diwakili oleh counsel/penasehat yang sah dan seorang penterjemah (atas biaya si
atlet) dan suatu keputusan yangb tepat waktu dan beralasan secara tertulis.
Dalam hearing dari kasus seorang atlet, pengadilan yang relevan harus memfikirkan
pertama apakah pelanggaran peraturan anti-doping telah di lakukan atau tidak . Anggota
atau penuntut umum lain yang berwewenang harus menanggung beban untuk
membuktikan adanya pelanggaran peraturan anti-doping untuk mencapai suatu kepuasan
yang menye nangkan dari pengadilan (lihat Pasal 33.2 di atas).
Bila pengadilan relevan dari Anggota menilai bahwa pelanggaran peraturan angti-doping
belum di lakukan, keputusn ini harus diberi tahukan kepada Administrator Anti Doping IAAF
secara tertulis di dalam tempo 5 hari-kerja dari keputusan yang dibuat (bersama dengan
satu copy tentang alasan –alasan untuk keputusan itu secara tertulis). Kasus ini segara
28
harus ditinjau kembali oleh Badan Peninjau Doping yang akan menentukan apakah ini
harus
di acu kepada arbitrase sebelum menurut CAS sesuai Pasal 60.23 di bawah. Bila Badan
Peninjau Doping menentukan demikian, ini dapat pada waktun yang sama menampuilkan
ulang, bila layak, ketentuan penanggyuhan atlett menunggu resolusi dari tuntutan oleh
CAS.
Bila pengadilan relevan dari Anggota menilai bahwa pelanggaran peraturan angti-doping
telah dilakukan, mendahului pengenan suatu periode waktu dari ketidak absahan
(ineligibility), si atlet harus punya kesempatan untuk menentukan bahwa ada keadaan
perkecualian dalam kasus ini membenarkan suatu penurunan sanksi sebaliknya dapat
diterapkan menurut Pasal 40.1 di bawah.

Perkecualian Keadaan
Semua keputusan diambil sesuai Peraturan Anti Doping ini mengenai keadaan
perkecualian harus di selaraskan sehingga keadaan sah yang sama dapat dijamin bagi
semua atlet , tanpa memperhatikan kebangsaabn mereka, domisili, tingkat pengalaman.
Konsekuensinya, dalam memikirkan soal keadaan perkecualian, prinsip-prinsip berikut ini
harus diterapkan :
adalah tugas setiap atlet guna meyakinkan bahwa tak ada cairan dan zat terlarang yang
masuk ke dalam jaringan tubuhnya. Para atlet diperingatkan bahwa mereka harus
memegang tanggung-jawab terhadap tiap zat terlarang yang diketemukan ada/hadir di
dalam tubuhnya (lihat Pasal 32.2 a) I) di atas).
(ii)Perkecualian keadaan akan ada hanya dalam kasus0-kasus dimana keadaan itu
sungguh terkecuali dan tidak di dalam kasus-kasus mayoritas yang luas.
Memikirkan tugas pribadi atlet sdalam Opasal 38.12 (I) di atas, berikut ini tidak akan
dianggap sebagai kasus-kasus yang adalah sunguh-sungguh terkecuali: suatu pernyataan
tanpa bukti bahwa zat terlarang atau metoda terlarang yang diberikan kepada seorang
atletoleh orang lain tanpa sepengetahuan dia, suatu pernyataan tanpa bukti bahwa zat
terlarang itu termakan/tertelan karena kesalahan, suatu pernyataan tanpa bukti bahwa zat
terlarang dikarenakan dari mengambil makanan tambahan (suplemen) yang
terkontaminasi atau suatu allegasi (=pernyataan tanpa bukti) bahwa obat/medikasi
dijelaskan oleh orang pendukung atlet dengan mengabaikan fakta bahwa ini mengandung
suatu zat terlarang.
Keadaan perkecualian dapat ada dimana seorang atlet telah menyediakan bukti
substansial atau bantuan kepada IAAF, Federasi Nasional atau badan relevan lain yang
telah menghasilkan di dalam IAAF, Federasi Nasional atau badan relevan lain menemukan
atau membuat suatu pelanggaran peraturan anti-doping oleh orang lain melibatkan
pemilikan (menurut Pasal 32.2 f), trafficking (menurut Pasal 32.2 g) atau dministrasi kepada
seorang atlet (menurutt 32.2 h).
Penentuan dari keadaan perkecualian dalam kasus-kasus yang melibatkan para atlet
Tingkat Internasional harus dibuat oleh Badan Peninjau Doping (lihat Pasal 38.17 di
bawah).
Bila seorang atlet mencari untuk membuat bahwa ada keadan perkecualian dalam kasus
ini, pengadilan relevan harus mempertimbangkan sesuai pada bukti yang dihadirkan, dan
dengan berkaitan tegas dengan prinsip- prinsip yang ditentukan sesuai Pasal 38.12 di
atas, dalam pandangannya, keadaan dalam kasus atlet boleh jadi perkecualian.
Bila telah memeriksabukti yng dihadirkan, pengadilan yang relevan mempertimbangkan
bahwa tidak ada keadaan perkecualaian dalam kasus atlet, ini harus menjatuhkan sanksi
yang dijelaskan dalam Pasal 40.1 di bawah. Maka Anggota harus memberi tahukan IAAF
dan si atlet secara teertulis tentang keputusan pengadilan yang relevan, dalam tempo 5
hari kerja sejak keputusan dibuat.
Bila telah memeriksa bukti yang dihadirkan, pengadilan yang relevan mempertimbangkan
bahwa ada keadaan dalam kasus atlet yang boleh jadi peerkecualian, bila kasusnya
melibatkan seorang atlet tingkat internasional, ini harus :
mengacu masalahnya kepada Badan Peninjau Doping (via Sekretaris Jendral), bersama
dengan semua materi dan atau bukti yang dalam pandangannya mendemonstrasikan
perkecualian yang alami dari keadan; da mengundang si atlet dan atau Federasi
Nasionalnya guna mendukung penyerahan dari pengadilan yang relevan atau untuk
membuat kepatuhan yang bebas dalam mendukung penyerahan demikian; dan
29
menunda dengar-pendapat (hearing) dari kasus atlet yang menunggu penentuan
Badan Peninjau Doping pada keadaan perkecualian.
Penangguhan zsementara atlet harus tetap ditempat menunggu diterimanya keputusan
Badan Peninjau Doping atas keadaan perkecualian.
Seterimanya suatu referensi dari pengadilan relevan, Badan Peninjau Doping harus
menguji pertanyan dari keadaan perkecualian hanya atas dsar matteri tertulis yang telah
diserahkan untuk itu. Badan Peninjau Doping harus memiliki power : untuk bertukar
pandangan tentang masalah melalui e-mail, telepon, fax atau kontak pribadi; untuk datang
mengambil bukti atau dokumen lebih lanjut; untuk datang mengambill penjelasan lebih
lanjut dari atlet;
bila perlu, untuk memintahadirnya atlet sebelumnya.
Sesuai tinjauan ulang atas materi tertulis yang diajukan, termasuk bnukti & dokumen lebih
lanjutt, atau penjelasan lebih jauh yang disediakan oleh atlet, Badan Peninjaui Doping
yang menjaga keras kan prinsip-prinsip yang ditentukan sesuai Pasal 38.12 di atas, harus
membuat suatu penentuan atas apakah ada keadan perkecualian dalam kasus dan bila
demikian, ke dalam kategori mana mereka jatuh, misal: apakah keadaan perkecualian
mendemonstrasikan tidak ada kesalahan atau tidak ada kelalian pada pihak atlet (lihat
Pasal 40.2 di bawah) atau tidak ada kesalahan yang signifikan atau tidak ada kelalaian
yang signifikan pada pihak atlet (lihat Pasal 40.3 di bawah) atau bukti substansiall atau
bantuan oleh atlet yangb berakhir dalam penemuan atau pengadaan pelanggaran
peraturan anti doping oleh orang lain (lihat Pasal 40.4 di bawah). Penentuan ini harus
disampaikan kepada Anggota secara tertulis oleh Sekretaris Jendral.
Bila ketetapan Badan Peninjau Doping adalah tidfak ada keadaan perkecualian dalam
kasus, ketetapan harus mengikat pada pengadilan yang relavan, yang harus menjatuhkan
sanksi yang dijelaskan opada Pasal 40.1 di bawah. Anggota harus memneri tahuu IAAF
dan sin atlet secara tertulis tentang keputrusan pengadilan relevan, yang harus
menggabung ketetapan Badan Peninjau Doping, dalam tempo 5 hari-kerja dari sejak
keputusan dibuat.
Apabila ketetapan Badan Peninjau Doping adalah bahwa ada keadaan perkecualian dalam
kasus, pengadilan relevan harus menentukan sanksi atlet sesuai dengan Pasal 40.2 , 40.3
atau 40.4 di bawah, konsisten dengan kategorisasi Badan Peninjau Doping dari keadaan
perkecualian dalam Pasal 38.17 di atas. Anggota harus memberi tahu IAAF dan si Atlet
tentang keputusan pengadilan relevan secara tertulis, didalam tempo 5 hati-kerja sejak
keptpuasn dibuat.
Atlet harus memiliki hak untuk mencari tinjauan ulang tentang ketetapan Badan Peninjau
Doping mengenaii keadaan perkecualian kepada CAS , baik sebagai bagian dari sutu
tuntutan/appeal terhadap keputusan dari Anggota berkaitan dengan Pasal 60.10 a) di
bawah atau menurut Pasal 60.10 b) di bawah. Dalam semua kasus, standard tinjauan dari
ketetapan Badan Peninjau Doping tentang masalah keadaan perkecualian harus seperti
yang ditentukan pada Pasal 60.27 di bawah.
Dalam kasus yang tidak melibatkan atlet tingkat Internasional, pengadilan relevan harus
mempertimbangkan, harus tegas-keras berkaitan dengan prinsip-prinsip yang ditenmtukan
pada Pasal 38.12 di atas, apakah ada kweadaan perkecualian dalam kasus atlet dan
menentukan atas sanksi atlet yang sesuai. Anggota harus memberi tahu kepada IAAF dan
si atlet tentang keputusan pengadilan relevan secara tertulis, dalam tempo 5 hari-kerja
sejak keputusan dibuat. Bila pengadilan relevan menyimpulkan bahwa ada keadaan
perkecualian dalam kasus atlet, ini harus ditetapkan atas dasar hal yang faktual bagi
keputusan demikian sebagai bagian dari keputusan tertulis.

Pasal 39

Diskualifikasi dari Hasil-hasil

Dimana pelanggaran peraturan anti-doping terjadi dalam kaitannya dengan suatu test
dalam perlomban/kompetisi, si atlet harus secara otomatis dikenakan diskualifikasi dari
event yang dipertanyakan dan dari semua event berikutnya dalam perlombaan, dengan
semua konsekuensi hasil bagi atlet, termasuk kehilangan gelar, hadiah, medali, butir-nilai
(score/points) dan hadiah dan dana-penampilan.
30
Dimana bila si atlet yang membuat/melakukan pelanggaran peraturan anti-doping
menurut Pasal 39.1 adal;ah anggota suatu btim lari estafet, maka tweam/regu estafet harus
secara otomatis dijatuhi diskualifikasi dari event dimaksud, dengan segala konsekuensi
hasil untuk tim / regu estafet , termsuk kehilangan semua gelar/titel, hadiah/awards,
medali, points/ nilai dan price/hadiah uang dan uang-penampilan (appearance money).
Bila si atlet yang telah berbuat pelanggaran peraturan anti-doping ikutbberlomba dalam
suatu tim lari dalam suatu event estafet berikutnya dalam kompetisi, maka tim estafet itu
harus harus dijtuhi diskualifikasi dari event elanjutnya, dengan semua konsekuensi
hasilnya yang sama untuk tim/regu lari estafet itu, termasuk hilangnya/pembatalan semua
gelar/titel, hadiah, medali, nilai/points dan hadiah-uang dan ung-penampilan.
Dimana atlet yang berbuat suatu pelanggaran peraturan anti-doping sesuai Pasal 39.1
adalah anggota suatu tim selain tim/regu lari estafet, dalam suatu event dimana suatu
ranking tim didasarkan atas tambahan hsil individu, maka tim itu tidak harus dikenakan
diskualifikasi secara otomatis dari event terkait, tetapi hasil dari atlet yang berbuat suatu
pelanggaran akan dikurangkan dari hasil tim dan diganti dengan hasil dari anggota tim
berikut yang dapat diterapkan. Bila dengan mengurangkan hasil atlet dari hasil tim, jumlah
dari atlet yang dihitung untuk tim adalah kurang dari pada jumlah yang diminta/diperlukan,
maka tim itu harus di sisihkan dari urutan ranking. Prinsip yang sama ini harus
berlaku/diterapkan kepada perhitungan suatu hasil tim, bila atlet yang berbuat
pelanggaran peraturan anti-doping berlomba untuk tim dalam suatu event selanjutnya
dalam kompetisi/perlombaan.

Sebgai tambahan kepada butir di atas, dimana seorang atlet telh dinyatakan tidak
memenuhi syarat (ineligible) menurut Pasal 40 di bawah, semua hasil, perlomban yang
diperoleh dari tanggal sampel positif disediakan (baik dalam kompetisi ataupun di luar
kompetisi ) atau pelanggaran peraturan anti-doping lain terjadi melalui permulaan dari
periode penangguhan sementara atau ketidak pemenuhan syarat, kecuali jika sebaliknya
membutuhkan tindak yang sportif, haruslah dibatalkan, dengan segala konsekuensi hasil-
hasilnya bagi si atlet (dan bila dapat diterapkan, setiap tim dimana si atlet telah bertanding),
termasuk kehilangan semua gelar/titel, hadiah/awards, medali, points dan hadiah-uang dan
uang penampilan.
Dimana seprang atlet berbuat pelanggaran peraturan anti-doping sesuai PaSAL 32.2 b) (ii),
semua hasil perlombaan yang diperoleh sesudah dari pelanggaran yang diakuii (baik
individu maupun bila dapat diterapkan, sebagai bagian dari tim), haruslah dibatalkan,
dengan semua konsekuensi hasil bagi si atlet (dan bila dapat diterapkan, bagi tim dimna
dimana si atlet berlomba, termasuk kehilangan semua gelar atau titel, hadiah/awards,
medali, nilai/points dan hadiah-uang dan uang penampilan dan ini dari tanggal si atlet
melakukan pelanggaran peraturan anti-doping.

Pasal 40

Sanksi terhadap Individu

Bila seseorang melakukan pelanggaran peraturan anti-doping di bawah Peraturan Anti


doping ini, dia harus dikenakan sanksi-sanksi berkit ini :
untuk pelanggaran sesuai Pasal 32.2 a) , b) atau f)zat terlarangt dan metoda terlarang),
kecuali dimana zat terlarang adalah suatu zat khusus dalam suatu kasus sesuai Pasal
40.5 di bawah, atau Pasal 32.2 I) (berlomba sambikl dikenakan penangguhan arau ketidak
absahan):
(i) pelanggaran pertama : untuk satu periode minimum dua tahun ‘ ketidak absahan.’
(ii) pelanggaran kedua : ketidak absahan aseumur hidup. unntuk pelanggaran mwenurut
Pasal 32.2 c) (menolak atau gagal datang ke kontrol doping atau Pasaaaal 32.2 e)
merusak dengan kontrol doping);
(i) pelangaran pertama: untuk suatu periode minimum dua tahun ineligibility
(ii) pelanggaran kedua : ineligibiliti seumur hidup.
untuk pelanggaran sesuai Pasal 32.2 d) (3x gagal test) :
(i) pelanggaran pertama: untuk satu periode satu tahun ineligibiliti.
(ii) pelanggaran ke dua dan seklanjutnya: untuk satu periode dua tahun ineligibiliti .
untuk pelanggaran sesuai Pasal 32.2 g) traficcking atau h) (administrasi dari suatu zat
terlarang atau metoda terlarang); (i) ineligibiliti seumur hidup/ Sebagai tambahan
31
pelanggaran menurut Pasal 40 d) yang juga melanggar hukum bukan sport dan
peraturan dapat dilaporkan kepada penguasa yang berkompetensi akan hal administrasi,
profesional atau judisial.

Penisihan/eliminasi, pengurangan/reduksi atau penggantian dari periode ineligibiliti


Bila dalam satu kasus melibatkan suatu pelanggaran peraturan anti-doping menurut :
Pasal 32.2 a) (adanya suatu zat terlarang); atau
Pasal 32.2 b) (penggunaan zat terlarang atau metroda terlarang);

Pengadilan relevan dari Anggota menentukan (dimana diterapkan, telah mengarahkan


masalahnya kepada Badan Peninjau Doping untuk penetapannya sesuai Pasal 38.16 di
atas) bahwa ada keadaan perkecualian dalam kasus itu sedemikian sehingga bahwa si
atlet atau orang lain tidak ada yang menanggung salah atau pelanggaraanya diabaikan,
sebaliknya periode yang dapat diterapkan dari ineligibiliti menurut Pasal 40.1 a) haruslah
dihilangkan. Bila suatu zat terlarang ditemukan dalam suatu sampel atlet dalam
melanggar Pasal 32,.2 a) (ada/hadirnya zat terlarang), si atlet harus menyatakan
bagaimana zat terlarang itu bisa masuk ke dalam sistem dia dalam rangka periode (masa
hyukuman) ineligibiliti-nya dihapuskan.
Dalam event yang peraturan ini diterapkan dan periode ineligibiliti sebaliknya dapat
diterapkan berdasaer Pasal 40.1 a) dihapuskan, pelanggaran peraturan anti-doping harus
tidak dinilai suatu pelanggaran untuk tujuan-tujuan terbatas tertentu dari menentukan
periode ineligibiliti untuk pelanggaran berganda/banyak menurut Pasal 40.1 a) – c) di atas
dan Pasal 40.5 dan 40.6-8 di bawah.
Apabila dalam suatu kasus melibatkan pelanggaran peraturan anti-doping di bawah :
Pasal 32.2 a) (adanya zat terlarang);
Pasal 32.2 b) penggunaan zat terlarang dan metoda terlarang);
Pasal 32.2 c) menolak atau gagal tampil di lokasi kontrol doping;
Pasal 32.2 h) administrasi dari zat/metoda terlarang; atau
Pasal 32.2 I) berlomba sambil ditangguhkan atau ineligibel (tak memenuhi syarat)
Pengadilan yang relevan dari Anggota menentukan (bila dapat diterapkan setelah mengacu
masalahnya kepada Badan Peninjau Doping untuk ketetapannya menurut Pasal 38.16 di
atas) bahwa ada keadaan perkecualian demikian bahwa si atlet atau orang lain tidak
punya kesalahan yang signifikan atau tidak juga kelalaian yang signifikan untuk
pelanggaran, maka periode/masa ineligibilitas dapat dikurangi tetapi waktu
pengurangannya tidak boleh kurang dari setengah periode minimum dari ineligibilitii
sebaliknya dapat diterapkan. Apabila periode yang diterapkan sebaliknya adalah seumur-
hidup, maka periode yang dikurangi sesuai Pasal ini tidak boleh kuirang dari 8 tahun.
Apabila zat terlarang diketemukan ada di dalam smpel seorang atlet dalam melanggar
peraturan Pasal 32.2 a) (ada/hadirnya zat terlarang), si atlet harus menyatakan bagaimana
zat terlarang itu masuk ke dalam sistemnya dalam rangka
Mengutangi periode/masa ineligibilitasnya.
Pengadilan relevan dari Anggota dapat juga menentukan (bila dapat diterapkan, setelah
mengacu masalahnya kepadfa Badan Peninjau Doping untuk penentuannya menurut Pasal
38.16 di atas) untuk mengurangi masa/periode ineligibilitas dalam kasus seorang individu
dalam kaitannya dengan keadaan perkecualian sebab si atlet atau orang lain telah
menyediakan bukti substansial atau bantuan kepada IAAF, Federasi Nasionalnya atau
badan relevan yang lain yang berakhir dalam IAAF, Federasi Nasional atau badan relevan
lain menemukan atau mengadakan suatu pelanggaaaaaaaaran peeraturan anti-doping
oleh orang lain meliputi: pemillikan (Pasal 32.2 f), trafficking (Pasal 32.2 g) atau
administrasi /memberi kepada seorang atlet (Pasal 32.2 h). Namun, periode yang
dikurangi itu tidak bolah kurang dari setengah periode minimum dari ineliiigibilitas
sebaliknya dapat diterapkan. Apabila periode sebaliknya dapat diterapkan adalah seumur-
hidup, periode yng dijurangi menurut Pasal ini tidak boleh kurang dari 8 tahun.

Zata-zat Khusus
Daftar zat Terlarangdapat mengenalkan sejumlah terbatas dari zat-zat khusus yang
terutama mudah kena dengan pelanggaran peraturan anti-doping yang tidak disengaja
disebabkan oleh dapat diperoleh secara gampang/umum dalam (toko) produk medis atau
yang mungkin kurang berhasil disalah gunakan sebagai alat/agen doping. Dimana si atlet
dapat mengadakan bahwa penggunaan zat khusus dermikian adalah bukan diniatkan
32
untuk meningkatkan prestasi, sebaliknya periode ineligibilitas yang diterapkan dalam
Pasal 40.1 a) harus diganti dengan :
pelanggaran pertama: minimum – suatu peringatan publik/umum (dan dikenai /dijatuhi
diskualifikasi dari event dan event berikutnya di mana dia berlomba dalam kompetisi – liat
Pasal 39 di atas) dan tidak ada ineligibilitas dari perlombaan di masa mendatang;
maximum – satu tahun ineligibilitas.
(ii) pelanggaran kedua: untuk suatu periode 2 tahun ineligibilitas.
(iii) pelanggaran ke tiga: ineligibilitas untuk seumur-hidup.

Peraturan untuk pelanggaran ganda / multipel


Untuk maksud-maksud penjatuhan sanksi-sanksi menurut Pasal 40.1 (a) – (c) di atas dan
Pasal 40.5, pelanggaran peraturan anti-doping ke dua dan seterusnya hanya boleh
dipertimbangkan apabila IAAF , Anggota atau pejabat penuntut yang lain dapat
menentukan bahwa si atlet atau orang lain yang terkena peraturan anti-doping ini
melakukan untuk kedua kalinya atau lebih lanjut pelanggaran peraturan anti-doping
setelah dia menerima peringatan, atau setelah Anggota membuat suatu alasan untuk
mencoba membri peringatan, dari pelanggaran pertama atau sebelumnya. Bila IAAF,
Anggota atau
penguasa penuntut yang lain tidak dapat menentukan fakta ini , pelanggaran peraturan
anti-
doping yang relevan harus dipikirkan sebagai suatu pelanggaran tunggal dan sanksi yang
dijatuhkan harus didasarkan atas pelanggaran yang membawa bersamanya sanksi yang
lebih berat.
Dimana yang timbul/muncul dari test yang sama seorang atlet diketemukan telah berbut
pelangaran peraturan anti-doping yang melibatkan zat terlarang dan zat terlarang lainnya
atau metoda terlarang, maka si atlet harus dipertimbangkan telah berbuat satu
pelanggaran peraturan anti-doping tunggal tetapi sanksi yang dijatuhkan harus didasarkan
atas pelanggaran yang membawa bersamanya sanksi yang lebih berat.
Dimana seorang atlet diketemukan telah melakukan dua pelanggaran peraturan anti-
doping secara terpisah ( yang belum timbul dari test yang sama), yang satu melibatkan
sutu zat khusus yng dikuasai oleh sanksi-sanksi dalam Pasal 40.5 dan yang lain
melibatkan suatu zat terlarang atau metoda terlarang yang dikuasai oleh sanksi-sanksi
dalam Pasal 40.1 a) atau pelanggaran lain yang dikuasai sanksi-sanksi dalam Pasal
40.1a) atau b), tanpa menghiraukan urutan di dalam mana kedua pelanggaran dilakukan,
periode ineligibilitas yang dijatuhkan untuk pelanggaran kedua haruslah minimum du tahun
dan maximum 3 tahun. Seorang atlet diketemukan telah melakukan pelanggaran yang ke
tiga kalinya melibatkan kombinasi pelanggaran dari satu pelanggaran untuk zat khusus
menurut Pasal 40.5 a) – c) harus menerima satu sanksi dari ineligibilitas seumur hidup.

Dimulainy periode ineligibilitas


Dalam tiap kasus dimana suatu periode ineligibilitas adalah untuk dijatuhkan di bawah
Peraturan ini, maka periode ineligibilitas ini harus dimulai dari tanggal diadakannya
‘hearing’ (dengar-pendapat) keputusan menyediakan untuk ineligibilitas atau bila hearing
itu dilepaskan , pada hari tanggal onrligibilitas itu diterima atau dijatuhkan sebaliknya.
Apabila seorang atlet telah menjalani suatu periode dari penangguhan sementara
menjelang dinyatakan ineligibel ( apaakah dijtuhkan atau diterima secara sukarela) , suatu
periode demikian harus di kreditkan terhadap total periode dari ineligibilitas yang harus
lakukan/dipenuhi.

Status selama ineligibilitas.


Tisdak ada atlet, orang pendukung atlet atau orang lain yang telah dinyatakan ineligibel
selama periode ineligibilitas boleh berpartisipasidalam suatu kapasitas dalam suatu
perlombaan atau aktivitas ( selain dari pendidikan anti-doping yang diwenangkan atau
progranm-program rehabilitasi) yang adalah diwenangkan atau diatur oleh IAAF atau
Anggota. Sebagai tambahan, untuk tiap pelanggaran peraturan anti-doping tidak
melibatkan zat khusus, beberapa atau semua sport berkaitan dengan dukungan dana atau
33
keuntungan lain berkaitan dengan sport diterima oleh orang demikian akan di tahan
oleh IAAF dan Anggota-anggotanya.

Persyaratan untuk kembali keperlombaan setelah ineligib ilitas.


Bila seorang atlet telah dinyatakan ineligibel (tidak memenuhi syarat), dia tidak lagi berhak
terhadap pembayaran terhadap mana dia telah berhak atas kebijakan dari penampilannya
dan atau prestasinya apakah di perlombaan dimana sampel disediakan atau pada
perlombaan setelah ketentuan dari sampel menjelang penangguhan sementara (atau
menerima suatu penangguhan sementara secara sukarela) menurut Pasal 389.2 di atas.
Dalam event bahwa si atlet berlawanan dengan peraturan ini, telah menerima
pembayaran, dia tidak harsu berhak untuk kembali untuk berlomba pada akhir periode
ineliginbilitas sampai waktu demikian setiap dan semua pembayaran telah dibayar kembali
kepada orang yang relevan atau keseluruhan.

Dimana seorang atlet tingkat internasional telah dinyatakan ineligibel (tidak


memenuhi syarat) menurut Pasal 40.1 untuk suatu periode selain seumur hidup .gai
suatu kondisi/syarat untuk memperoleh eligiibilitas (keadaan pemenuhan
syarat)pada akhir periode khusus, dia harus, pada suatu saat selama periode
ineligibilitas dia, membuat
Dirinya bersedia untuk menjalani test di luar perlombaan oleh IAAF, Federasi
Nasionalnya dan oleh organisasi lain yang memiliki kompetensi kewenangan untuj
mengetest di bawah peraturan Anti-Doping ini, dan dia harus menyediakan
informasi kepada IAAF untuk maksud ini sesuai dengan peraturan Pasal 35.16.
Dimana seorang atlet telah menjalani ineligibilitas selama satu tahun atau lebih,
suatu minimum 3x test di luar perlombaan harus dilakukan, atas biaya si atlet,
dengan minimal 3 bulan antara tiap test.
IAAF bertanggung-jawab terhadap pelaksanan test-test yang pengting, sesuai
dengan peraturan dan Petunjuk Prosedural, tetapi test yang dilajkyukab oleh badan
penge-test yang kompeten dapat dipercaya untuk memuaskan persyaratan ini,
asalkan sampels yang dikumpulkan telah dianalisis oleh satu laboratorium WADA
yang berakreditasi. Sebagai tambahan, segera menjelang berakhirnya periode
ineligibilitas, seorang atlet harus mengalami test untukjangkauan penuh dari zat-zat
terlarabng dan metoda-metoda terlarang. Bila seorang atlet bertanding dalam event
lari , Jalan-cepat, atau event gabungan telah diketemukan bersalah pada suatu
pelanggaran peraturan anti-doping, minimaldua test pendudukan kembali dia harus
dianalisi untuk rh-EPO dan zat-zat yang terkait. Hasil semua test iitu bersama
dengan copies dari formulirformulir kontrol doping yang relevan harus dikirim ke
IAAF menjelang kembalinya si atlet ke perlombaan.

Bila hasil dari tiap test yang dilaksnakan menurut Pasal 40.12 di atas harus memberi
kenaikan kepada penemuan analitis yang merugikan atau pelanggaran peraturan anti-
doping yang lain di bawah Peraturan Anti Doping ini, ini akan merupakan suatu
pelanggaran peraturan anti dopibng yang terpisah dan si atlet akan dikenai cara kerja
disipliner dan sanksi-sanksi lebih lanjut sebgaimana layaknya.
Sekali periode ineligibilitas seorang atlet itu usai, asalkan dia telah memenuhi/mematuhi
peraturan Pasal 40.11 dan Pasal 40.12 di atas, dia harus sercara otomatis menjadi absah
kembali (re-ekligible) dan tidak perlu ada aplikasi oleh si atlet atau Federasi Nasionalnya
kepada IAAF yang diperlukan.

Pasal 41

Kewajiban / Obligasi Melapor bagi Anggota

Setiap Anggota (IAAF) harus melapor kepada IAAF segera nama-nama atlet yang telah
menandatangani suatu pemberi tahuan tertulis dan persetujuan kepada Peraturan Anti
Doping ini dan Petunjuk Prosedural dalam rangka menjadi elkigibel (memenuhi syarat /
absah) untuk ikut dalam perlombaan atletik internasional (lihat Pasal 30.5 di atas). Se
lembar copy dari kesepakatan yang ditanda tangani ini harus dalam setiap kasus diajukan
oleh para ANGGOTA (IAAF) ke Kantor Besar/Markas IAAF.
34
Setiap Anggota harus melaporkan kepada IAAF dan WADA segeera setiap TUE-TUE
yang telah diberikan sesuai dengan peraturan Pasal 34.5 b) di atas.
Setiap Anggota harus melap kepada IAAF segera dan dalam segala keadaan, di dalam 14
hari dari peringatan ini, setiap penemuan analitis yang merugikan yang diperoleh dalam
jalur kontrol doping yang dilaksanakan oleh Anggota itu atau di dalam Negeri atau Teritori
Anggota, bersama dengan nama-nama atlet yang terkait/bersangkutan.
Setiap Anggota harus melapor, sebagai bagian dari laporan tahunan mereka kepada IAAF
yang harus dimasukkan didalam waktu tiga bulan pertama dari tiap tahun (klihat Artikel 4.9
dari Konstitusi), semua kontrol doping yang dilakukan oleh Anggota atau dilakukan di
dalam Negeri atau Teritori Anggota di dalam tahun terdahulu (selain oleh IAAF). Laporan
ini harus diisi dengan naaaaaaama atlet, menjelaskan kapan atlet it di test, keseluruhan
pelaksaan test dan apakah test adalah test dalam perlombaan atau di luar perlombaan.
IAAF dapat memilih secara periodik untuk menerbitkan data demikian pada saat diterima
dari para Anggota menurut peraturan ini.
IAAF harus melapor kepada WADA setiap tahun ke dua pada pemenuhan IAAF dengan
Kode/Sandi, termasuk pemenuhan para Anggota (IAAF). IAAF harus diminta untuk
menjelaskan setiap alasan untuk yang bukan pemenuhan (non-compliance).

Pasal 42
Sanksi-sanksi terhadap para Anggota

Dewan/Dewan harus memiliki wewenang untuk mengambil sanksi terhadap tiap Anggota
yang ada dalam pelanggaran dari obligasi tugas-tugasnya di bawah Peraturan Anti Doping
ini, sesuai dengan Artikel 14.7 dari Konstitusi.
Contoh contoh berikut ini akan dipertimbangkan menjadi suatu pelanggaran dari tugas
kewajiban Anggota di bawahh Peraturan Anti Doping ini :
(a) gagal untuk menjamin ke absahan/pemenuhan-syarat (eligibilitas) seorang atlet untuk
ikut berlomba dalam perlombaan internassional, dengan membutuhkan tanda-tangan
atlet suatu pemberi tahuan sebelumnya secara tertulis dan persetujuan terhadap
Peraturan Anti Doping ini dan Petunjuk Prosedural dan mengirim satu copy
persetujuan yang ditanda tangani kepada Kantor IAAF (lihat Pasal 30.5 di atas).
(b) Gagal untuk mengadakan acara ‘hearing’ (dengar pendapat) bagi seorang atlet dalam
tempo 2 bulan sejak diminta untuk melakukan hal itu *(lihat Pasal 38.7 di atas).
(c) Gagal untuk membuat upaya yang tekun guna membantu IAAF dalam mengumpulkan
tentang informasi yang ada dimana-manabila IAAF harus membuat suatu reques
demikian untuk bantuan (liht Pasal 35.16 di atas);
(d) Gagal untuk melapor ke IAAF dan WADA tentang pemberian TUE menurut Pasal
234.5 b) (lihat Pasal 41.2 di ataas).
(e) Gagal untuk melapor kepada IAAF suatu penemuan analitis yang merugikan diperoleh
dalam jalur dari suatu kontrol dopingdilakukan oleh Anggota itu, atau di dalam Negara
atau Teritori Anggota, di dalam tempo 14 hari sejak peringatan dari penemuan itu
kepada Anggota, bersama dengan nama si atlet yang bersangkutan (liat Pasal 41.3 di
atas);
(f) Gagal untuk melaporkan kepada IAAF sebagai bagian dari laporan tahunan yang harus
diserahkan di dalam waktu tiga bulan pertama dari tahun , satu daftar doping-kantrol
yang dilakukan oleh Anggota atau di dalam Negera atau Teritori di dalam tahyun
sebelyumnya/terdahulu (lhat Pasal 41.4 di atas).
Apabila satu Anggota dianggap ada dalam pelanggaran dari tugas-kewajibannya menurut
Peraturan Anti Doping, maka Dewan / Dewan memiliki wewenang untuk bertindak dalam
satu cara atau llebih sbb. :
menangguhkan Aanggota sampai saat rapat Kongres berikutnya atau untuk waktu yang
lebih singkat;
untuk memberi peringatan atau kecaman kepada Anggota;
untuk meng-issue-kan adanya denda-denda;
untuk menahan grants/pemberian/sumbangan atau subsidi dari Anggota;
untuk mengeluarkan atlet dari Anggota dari keikut-sertan dalam satu atau lebih
Perlombaan Internasional;
untuk memindahkan atau mengungkiri akreditasi kepada offiser atau perwakilan Anggota
yang lain; dan
untuk meng-issue-kan adanya sanksi lain sejak ini dianggap layak.
35
Dalam tiap hal dimna Dewan/Dewan telah mengeluarkan suatu sanksi terhadap satu
Anggota untuk suatu pelanggaran dari tugas-kewajibannya sesuai Peraturan Anti Doping,
satu keputusan demikian harus dilaporkan kepada Kongres yang akan datang.

Asal 43

Pengakuan

1. Dimana kontrol doping telah dilakukan oleh IAAF, Anggota (IAAF) atau satu Asosiasi
Area/Kawasan menurut Peraturan Anti Doping ini dan Petunjuk Prosedural, setiap
Anggota harus mengakui hasil-hasil kontrol doping demikian. Lebih lanjut , dimana
keputusan-keputusan telah diambil oleh IAAF atau Anggota tentang pelanggaran Peraturan
Anti Doping , setiap Anggota harus mengakui keputusan demikian dan harus mengambil
semua tindakan yang penting guna membuat keputusan demikian menjadi efektif.
2. Dewan/Dewan atas nama semua Anggota, dapat mengakui hasil-hasil kerja dari kontrol
doping yang dilakukan oleh suatu badan sport selain IAAF, baik itu nasional, regional,
kawasan benua, ataupun internasional, atau oleh satu anggota dari badan sport, atau oleh
badan pemerintah atau agen pemerintah, di bawah peraturan dan prosedur berbeda dari
IAAF, apabila ini memuaskan test itu dilaksanakan dengan sempurna baik dan peraturan
dari badan yang melakukan test memberikan perlindungan yang cukup memadai bagi para
atlet.
3. Dewan dapat mendelegasikan tanggung-jawabnya untuk pengakuan hasil-hasil kerja
kontrol doping menurut Pasal 43.2 di atas kepada Badan Peninjau Doping atau orang lain
demikian atau badan sejak ini dianggap layak.
4. Bila Dewan menentukan bahwa hasil dari kontrol doping yang dilakukan oleh suatu badan
sport selain IAAF, atau oleh pemerintah atau agen pemerintah, adalah untuk diakui, maka
si atlet harus dianggap telah melanggar Peraturan yang relevan dan akan terkena prosedur
disiplin yang sama dan juga sanksi seperti untuk pelanggaran yang sepadan dari
Peraturan Anti Doping ini. Semua Anggota harus mengambil semua tindakan yang penting
guna menjamin bahwa setiap keputusan tentang suatu pelanggaran peraturan anti-doping
dalam kasus demikian adalah efektif.
36
Pasal 44

Undang-undang / ketentuan Permbatasan

Tidak ada tindakan disipliner dapat dimulai menurut Peraturan Anti Doping ini terhadap seorang
atlet atau orang lain untuk suatu pelanggaran peraturan anti-doping yang termuat dalam
Peraturan Anti Doping ini, kecuali jika tindakan/aksi demikian adalah dimulai di dalam 8 tahun
dari tanggal dimana pelanggaran peraturan anti doping itu terjadi.

Pasal 45
Interpretasi / penafsiran

1. Peraturan Anti-Doping adalah menurut keadaannya , peraturan perlombaan yang mengatur


keadaan/kondisi di bawah/sesuai mana sport atletik dilaksanakan. Mereka tidak diniatkan
untuk dikenakan kepada atau terbatasi oleh syarat-syarat dan standard-standard yang sah
yang dapat diterapkan kepada carakerja yang curang / kriminal atau masalah pekerjaan.
Kebijakan dan standard yang ditetapkan di dalam Code sebagai dasar untuk memerangi
doping dalam sport, dan yang diterima oleh IAAF di dalam Peraturan Anti Doping ini,
merupakan suatu konsensus yang luas dari mereka dengan suatu kecintaan dalam sport
yang fair baik dan harus dihormati oleh semua pihak dan badan-badan yang bertindak
sebagai hakim yang memutuskan.

2. Berbagai judul dan sub judul yang digunakan dalam Peraturan Anti Doping ini adalah
hanya demi kenyamanan dan harus tidak dianggap menjadi bagian dari materi dari
Peraturan Anti Doping ini atau untuk mempengaruhi dalam setiap cara/laku bahasa dari
ketetapan/ ketentuan yang kepadanya mereka mengacu.

3. Definisi-definisi termuat dalam Bab 3 harus dinilai sebagai suatu bagian integral dari
Peraturan Anti-Doping ini.

PERATURAN PERLOMBAAN ATLETIK IAAF 2006 - 2007

BAB 4 : DISPUTES

Pasal 60

Perselisihan / Sengketa / Percekcokan / Disputes


Umum
1. Kecuali jika sebaliknya dinyatakan dalam suatu Ketentuan atau Peraturan khusus (misal:
dalam kaitan perselisihan yang timbul dari perlombaan di lapangan), semua sengketa
yang timbul menurut Peraturan ini harus dipecahkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan di bawah ini.

Dispute/sengketa yang melibatkan: atlet, personil pendukung atlet dan orang-orang lain
2. Tiap Anggota (IAAF) harus memasukkan suatu ketetapan/ketentuan di dalam AD/ART-nya
bahwa semua sengketa yang melibatkan atlet, personil pendukung atlet atau orang-orang
lain di bawah judgesdiksi (hak hukum)-nya, bahwa kecuali jika sebaliknya dinyatakan
dalam suatu Ketentuan atau Peraturan khusus, namun muncul/timbul, apakah berkaitan
dengan masalah doping atau don-doping, harus diajukan ke suatu dengar-keterangan
37
(hearing) di depan badan hearing yang relevan yang diberi kuasa atau sebaliknya
diwenangkan oleh Anggota. Dengar-pendapat/hearing demikian harus
menghormati/menaruh respek terhadap prinsip-prinsip berikut ini: suatu hearing yang tepat
waktu di depan badan-hearing yang baik dan tidak memihak, hak individu untuk di-
informasikan tentang tuduhan/tuntutan yang dikenakan padanya, hak untuk menghadirkan
bukti, termasuk hak untuk memanggil dan menanya kepada para saksi, hak untuk diwakili
oleh penasehat yang sah dan seorang juru-bahasa (interpreter) (atas biaya individu) dan
suatu keputusan tertulis yang tepat-waktu dan beralasan. Dimana sengketa demikian
timbul dalam suatu kontext non-disipliner, maka badan hearing yang relevan harus
diangkat sebagai suatu panel arbitrasi/pengadilan.
3. Dalam event suatu pelanggaran dari pelanggaran peraturan anti-doping dalam Bab 3 di
atas, Anggota (IAAF) harus menerapkan prosedur disipliner yang ditetapkan dalam Pasal
38. Anggota ini harus menginformasikan kepada IAAF secara tertulis tentang
keputusan yang diambil dalam tempo 5 hari-kerja dari sejak keputusan dibuat (dan
harus mengirim IAAF satu copy tentang alasan-alasan secara tertulis untuk
pembuatan keputusan dalam bahasa Inggris atau Prancis.
4. Dalam event/peristiwa dari suatu pelanggaran yang diduga keras atas Pasal 22 di atas
berkaitan dengan ketidak absahan (ineligibility) untuk ikut dalam Perlombaan Domestik dan
Internasional ( selain dalam suatu pelanggaran Pasal 22.1 e)), Anggota harus menerapkan
prosedur-prosedur disipliner yang ditetapkan di bawah ini :
Pernyataannya harus dikurangi sampai ke penulisan dan diajukan kepada Anggota
kemana si atlet, personil pendukung atlet atau orang lain berafiliasi, yang harus
pendapatannya yang tepat waktu guna mengadakan penyelidikan ke dalam fakta dari
persoalan.
Bila, mengikuti penyelidikan demikian, Anggota percaya bahwa ada bukti untuk menunjang
dugaaan akan ineligibilitas (ketidak absahan), Anggota harus segera memberitahu si atlet
atau orang lain yang terrkait tentang tuduhan/tuntutan untuk dibawa dan haknya untuk
suatu hearing / dengar-pendapat sebelum keputusan tentang ketidak-absahan dibuat.
Bila si atlet atau orang lain gagal untuk menegaskan dengan tertulis kepada Anggota
atau badan relevan lain dalam tempo 14 hari dari peringatan demikian bahwa dia
berharap untuk mengikuti hearing, dia akan dianggap telah melepaskan haknya untuk
hearing dan telah menerima bahwa dia telah melakukan suatu pelanggaran dari
ketentuan yang relevan dari Pasal 22.
Bila si atlet atau orang lain menegaskan bahwa dia ingin mengikuti suatu hearing, semua
bukti yang relevan harus diberikan kepada orang yang keabsahannya (eligibilitasnya)
tertantang dan suatu hearing dengan menghormati prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam
Pasal 60.2 di atas harus diadakan dalam tempo tak lebih dari 2 bulan mengikuti pemberi
tahuan tentang tuntutan dalam Pasal 60.4 b) di atas. Anggota harus menginformasikan
kepada IAAF segera setelah tanggal pelaksanaan hearing ditetapkan dan IAAF harus
memiliki hak untuk menghadiri persidangan hearing dimaksud sebagai peninjau/observer.
Hadirnya IAAF dalam persidangan hearing dalam kapasitas demikian atau keterlibatan
lain dalam masalah, tidak harus mempengaruhi haknya untuk menuntut keputusan
kepada CAS menurut Pasal 60.24 di bawah.
Bila badan hearing yang relevan dari Anggota, setelah hearing fakta/bukti, menentukan
bahwa si atlet atau orang lain yang terkait adalah melanggar Pasal 22, akan menyatakan
orang yang yang ineligibel (tak memenuhi syarat) untuk ikut perlombaan domestik
maupun internasional untuk jangka waktu yang ditetapkan dalanm Petunjuk yang
dihasilkan oleh Dewan/Dewan (atau Anggota harus melakukan begiitu bila si atlet atau
orang lain telah melepaskan haknya terhadap suatu hearing). Bila Petinjuk demikian tidak
ada, badan hearing yang relevan harus menentukan waktu yang layak/cocok dari
ineligibilitas seseorang.
Anggota harus menginformasikan kepada IAAF secara tertulis tentang keputusan yang
diambil di dalam tempo 5 hari-kerja dari sejak keputusan dibuat (dan harus mengirimkan
satu copy ke IAAF tentang alasan-alasan secara tertulis untuk keputusan itu. ).
5. Dimana satu Anggota mendelegasikan pelaksanaan hearing kepada suatu badan , komite
atau pengadilan/tribunal (apakah di dalam ataupun di luar Anggota), atau dimana untuk
suatu alasan lain, suatu badan nasional, komite atau tribune/pengadilan di luar dari
Anggota adalah bertanggung-jawab untuk memberi seorang atlet, personil pendukung atlet
atau orang lain hearingnya sesuai Peraturan ini, keputusan badan itu . komite atau
tribunal/pengadilan harus dianggap menjadi keputusan dari Anggota dan kata “Anggota”
38
dalam Peraturan demikian harus ditafsirkan begitu demi maksud dari peraturan Pasal
60.10 di bawah.

Sengketa antara Anggota dan IAAF


6. Tiap Anggota harus mencantumkan suatu ketetapan di dalam AD/ART-nya bahwa semua
sengketa yang timbul dari antara Anggota dan IAAF harus diacu kepada Dewan/Dewan,
kecuali sebaliknya dinyatakan dalam suatu ketentuan dan peraturan tertentu/khusus.
Dewan akan menentukan suatu prosedur untuk keputusan hakim tentang sengketa
tergantung akan keadaan kasusnya.
7. Dalam kejadian bahwa IAAF mencari untuk menangguhkan satu Anggota untuk
pelanggaran suatu peraturan, Anggota harus telah mengirim lebih dulu surat peringatan
(note) secara tertulis dasar-dasar untuk penangguhan dan harus telah memberikan suatu
kesempatan yang layak untuk di-dengar keterangannya tentang masalah berkaitan dengan
prosedur-prosedur yang ditetapkan dalam Artikel 14.10 dari Konstitusi/Undang-undang.

Sengketa antara Anggota-anggota


8. Tiap Anggota harus mencantumkan suatu ketetapan di dalam AD/ART-nya bahwa semua
sengketa/disputes dengan Anggota lainnya harus diacu kepada Dewan/Dewan. Maka
Dewan akan menentukan suatu prosedur untuk bertindak sebagai hakim dari sengketa itu
tergantung pada keadaan kasus yang dipersoalkan.

Appeal / permohonan
9. Semua keputusan terkena permohonan menurut Peraturan ini, baik itu berkaitan dengan
masalah doping maupun bukan doping, mungkin permohonan kepada CAS sesuai dengan
ketetapan yang ditetapkan di bawah. Semua keputusan demikian harus tetap berpengaruh
meskipun sedang diadakan appeal/permohonan, kecuali jika ditentukan lain/sebaliknya
(lihat
Pasal 60.23-24 di bawah) .
10. Berikut ini adalah contoh-contoh keputusan yang mungkin terkena kepada appeal menurut
peraturan ini :
(i) Bila satu Anggota telah mengambil suatu keputusan bahwa satu atlet , personil
pendukung atlet atau orang lain telah beberbuat satu pelanggaran peraturan anti-
doping.
(ii) Dimana seorang atlet menerima keputusan satu Anggota bahwa dia telah melakukan
satu pelanggaran peraturan anti-dopng tetaapi mencari suatu tinjauan ulang akan
keputusan Badan Peninjau Doping menurut Pasal 38.18 bahwa tidak ada keadaan
perkecualian dalam hal membenarkan suatu pengurangan periode waktu dari
ineligibilitas yang harus ditempuh/dijalani.
(iii) Bila satu Anggota telah mengambil satu keputusan bahwa seorang atlet, personil
pendukung atlet atau orang lain telah tidak melakukan suatu pelanggaran peraturan
anti-doping.
(iv) Apabila test itu menunjukkan ada/hadirnya zat terlarang atau penggunaan suatu
metode terlarang dan bertentangan dengan Pasal 38.7, Anggota telah menolak atau
gagal untuk menyediakan si atlet dengan suatu hearing (dengar-keterangan) di dalam
periode waktu yang relevan.
(v) Dimana IAAF telah mengambil suatu keputusan untuk menyangkal seorang atlet
ringkat Internasional pada TUE menurut Pasal 34.5 a).
(vi) Dimana IAAF telah menetapkan suatusanksi terhadap satu Anggota karena
melanggar suatu peraturan.
(vii) Dimana satu Anggota telah mengambil suatu keputusan bahwa seorang atlet, personil
pendukung atlet atau orang lain telah tidal melakukan suatu pelanggaran Pasal 22.

11. Dalam kasus-kasus yang melibatkan para atlet tingkat internasional ( atau personil
pendukung atlet mereka), atau melibatkan sanksi dari satu Anggota oleh Dewan/Dewan
untuk pelanggaran peraturan, baik itu berkaitan dengan doping atau non-doping, keputusn
dari badan relevan dari Anggota atau IAAF dapat dimohon secara ekslusif kepada CAS
sesuai dengan ketetapan yang ditentukan dalam Pasal 60.25 – 60.30 di bawah.
12. Dalam kasus-kasus yang tidak menyangkut para atlet tingkat Internasional (atau personil
pendukung atlet mereka), baik itu berkaitan dengan doping atau non-doping, keputusan
dari badan relevan dari Anggota dapat dimohon kepada suatu badan peninjau nasional
39
sesuai dengan peraturan dari Anggota. Tiap Anggota harus punya di tempat suatu
prosedur permintaan pada tingkat nasional yang menaruh respek terhadap prinsip-prinsip
berikut ini : suatu hearing (dengar-keterangan) di depan suatu badan hearing independent
yang baik dan jujur / tidak memihak, hak untuk diwakili oleh penasehat yang sah/legal dan
seorang juru-bahasa (atas biaya pemohon) dan suatu keputusan yang tepat waktu dan
beralasan secara tertulis. Keputusn dari badan peninjau nasional dapat diminta kepada
CAS sesuai dengan Pasal 60.16 di bawah.

Pihak-pihak yang berhak untuk memohon keputusan-keputusan.


13. Dalam kasus yang melibatkan para atlet tingkat internasional ( atau personil pendukung
atlet mereka), pihak-pihak berikut ini memiliki hak untuk memohon suatu keputusan
kepada CAS, yaitu :
(a) si atlet atau orang lain yang adalah subyek dari keputusan yang diminta;
(b) pihak lain kepada kasus di dalam mana keputusan di sumbangkan/diberikan;
IAAF;
IOC (dimana keputusan dapat memberi efek atas keabsahan /eligibilitas berkaitan dengan
Olimpic Games); dan
WADA (hanya masalah-masalah berkaitan dengan doping ).
14. Dalam tiap kasus yang melibatkan suatu keputusan oleh Dewan/Dewan untuk suatu
pelanggaran peraturan, Anggota yang terkena pengaruh harus memiliki hak tunggal untuk
memohon suatu keputusan kepada CAS.
15. Dalam tiap kasus/hal yang tidak melibatkan para atlet tingkat Internasional (atau personil
pendukung atlet mereka),pihak-pihak (parties) yang memiliki hak untuk mengajukan
permohonan (appeal) suatu keputusan kepada badan peninjau tingkat nasional harus
seperti yang disediakan di dalam peraturan dari Anggota, tetapi harus memasukkan dalam
jumlah minimal., yaitu :
(a) atlet atau orang lain subyek dari keputusan yang sedang diminta;
(b) pihak lain terhadap kasus di mana keputusan diserahkan ;
(c) Anggota.
IAAF dan WADA (dalam kasus berkaitan dengan doping saja) harus memiliki hak untuk
menghadiri setiap acara hearing di depan badan peninjau tingkat nasionak sebagai
seorang observer. Kehadiran IAAF pada acara hearing dalam kapasitas demikian
harus tidak mempengaruhi haknya untuk memohon/meminta keputusan dari badan
peninjau tingkat nasional kepada CAS sesuai dengan Pasal 60.16 di bawah.
16. Pihak-pihak berikut ini harus memiliki hak untuk meminta keputusan dari badan peninjau
tingkat nasional kepadfa CAS, yaitu :
b. IAAF; dan
c. WADA (dalam kasus-kasus berkaitan dengan doping).
Tidak ada keputusan yang diminta kepada CAS sampai prosedur permintaan pada tingkat
nasional telah kehabisan sesuai dengan hasil-hasil dari Anggota.
17. Namun apabila dalam kasus-kasus tak terkait dengan para atlet tingkat internasional ( atau
personil pendukung atlet mereka), peraturan-peraturan dari satu Anggota tersediakan
untuk hak IAAF dan WADA dalam kasus-kasus berkaitan dengan doping saja) untuk
meminta keputusan langsung kepada CAS dari pada ke badan peninjau tingkat nasional
seperti dalam Pasal 60.15 di atas, asalkan permintaan CAS adalah dilakukan sesuai
dengan ketetapan Pasal 60 di bawah, keputusan CAS haruslah final dan mengikat
terhadap si atlet, Anggota, IAAF dan WADA dan tak ada permohonan kepada CAS yang
diajukan kemudian.

Respondents terhadap CAS Appeal


18. Kecuali jika sebaliknya dinyatakan di bawah, sebagai suatu peraturan umum, responden
terhdap permintaan Cas menurut peraturan ini haruslah pihak yang telah mengambil
keputusan yang adalah subyek dari appeal/permohonan.
19. Dalam referensi kepada CAS menurut Pasal 60.10 a), d) atau g), Anggota yang relevan
harus menjadi respondent. Namun bila, dalam permintaan menurut Pasal 60.10 a), si
pemohon mencari suatu tinjauan ulang dari suatu keputusan yang dibuat oleh Badan
Peninjau Doping atas keadaan perkecualian menurut Pasal 38.17, para respondent
kepada permintaan haruslah Anggota yang relevan dan IAAF dan mereka harus
bergabung untuk menunjuk seorang arbitrator/wasit/juru-pemisah. Bila ada ketidak
40
cocokan seperti kepada siapa penunjukan arbitrator itu seharusnya, maka pilihan IAAF
akan arbitrator harus berlaku.
20. Dalam semua referensi kepada CAS menurut Pasal 60.10 b), e) atau f), maka respondent
itu adalah IAAF.
21. Dalam semua referensi kepada CAS menurut Pasal 60.10 c), respondent itu haruslah
Anggota yang relevan dan si atlet.
22. Dalam tiap hal dimana IAAF atau Anggota yang relevan bukanlah suatu pihak/party untuk
meminta di depan CAS, namun ini memilih untuk berpartisipasi dalam hearing CAS bila ini
dinilai cocok untuk berbuat demikian.

Permohonan keputusan IAAF kepada CAS


23. Keputusan oleh IAAF seperti untuk suatu kasus berkaitan dengan doping harus
dimohonkan kepada CAS harus diambil oleh Badan Peninjau Doping . Badan Peninjau
Doping ini bila dapat diterapkan harus pada waktu yang sama menentukan apakah atlet
yang bersangkutan harus menunggu penangguhan-ulang akan keputusan CAS.
24. Keputusan oleh IAAF seperti kepada apakah suatu kasus berkaitan dengan non-doping
harus dimohon kepada CAS harus diambil oleh Dewan. Maka Dewan bila dapat
diterapkan harus menentukan pada waktu yang sama apakah si atlet ybs harus
ditangguhkan menunggu keputusan CAS.

CAS Appeal
25. Kecuali Dewan/Dewan menentukan sebaliknya, yang mangajukan appeal (appellant)
harus punya waktu 30 hari dari sejak tanggal berkomunikasi tentang alasan-alasan
tertulis dari keputuan yang di tuntutkan ( di negeri Inggris dan Prancis dimana IAAF
adalah yang mengajukan appeal yang prospektif) dimana file / himpunan dari
pernyataan appeal dia dengan CAS. Dalam tempo 15 hari dari batas waktu untuk
menghimpun pernyataan appeal/tuntutan, yang mengajukan appeal harus
menghimpun appealnya yang singkat dengan CAS dan di dalam tempo 30 hari
setelah diterima dari appealnya yang singkat, maka respondent harus menghimpun
jawabannya dCAS.
26. Semua appeals di depan CAS ( menyimpan seperti ditentukan dalam Pasal 60.27 di
bawah) harus mengambil formulir suatu hearing ulangan dari issues yang timbul dari
kasus dan Panel CAS harus dapat mengganti keputusanny untuk keputuan dari pengadilan
relevan dari Anggota atau IAAF dimana ini menilai keputusn dari pengadilan relevan dari
Anggota atau IAAF menjadi salah/keliiru atau tidak sehat (cacat) secara prosedural.
27. Bila appeal kepada CAS dalam kasus berkaitan dengan doping dibuat menurut Pasal
60.10 b) atau menurut Pasal 60.10 a) dan si atlet mencari sebagai bagian dari appealnya
suatu tinjauan dari keputusan Badan Peninjau Doping opada keadaan perkecualian, maka
hearing di depan CAS atas pertanyaan pada keadaan perkecualian harus dibatasi sampai
suatu tinjauan dari meteri di depan Badan Peninjau Doping dan sampai pada
keputusannya. Panel CAS hanya akan mengganggu dengan penentuan dari Badan
Peninjau Doping apabila ini memuaskan :
(a) bahwa tak ada basis yang faktual yang diadakan untuk penentuan Badan Peninjau
Doping; atau
(b) penentuan yang dicapai adalah secara signifikan tidak konsisten dengan badan
terdahulu dari kasus-kasus yang dipertimbangkan oleh Badan Peninjau Doping, yang
tidak se4cara konsisten di benarkan oleh fakta dari kasus; atau
(c) bahwa penentuan yang dicapai oleh Badan Peninjau Doping adalah suatu penentuan
bahwa tidak ada badan peninjau yang dapat mencapai.

28. Dalam semua appeal kepada CAS yang melibatkan IAAF, CAS dan Panel CAS harus
diikat oleh Konstitusi IAAF, Ketentuan dabn Peraturan (termasuk Petunjuk Prosedural).
Dalam hal ada konflik antara peraturan CAS yang sekarang berlakuu dan Konstitusi IAAF,
Ketentuan dan Peraturan, maka Konstitusi IAAF, Ketetapabn dan Peraturan harus
mengambil hak yang lebih tinggi.
29. Dalam semua appeal kepada CAS dengan melibatkan IAAF, hukum yangmemerintah/
mengatur haruslah hukum yang “Monegasque” dan arbitrasi harus dilakukan dalam
bahasa Inggris , kecuali pihak-pihak itu setuju menggunakan yang lain.
30. Panel CAS dapat dalam kasus yang layak memberikan suatu pihak/ party akan biayanya ,
atau suatu sumbangan untuk biaya, terjadi di dalam appeal CAS.
41
31. Keputusan dari CAS haryuslah final dan mengikat semua pihak/parties, dan pada
semua Anggota, dan tak ada hak appeal/menuntut akan terletak dari keputusan CAS.
Kepuitusan CAS harus memiliki pengaruh/.dampak segera dan semua Anggota harus
mengambil tindakan penting guna menjamin bahwa hal ini adalah efektif. Fakta dari
penyerahan kepada CAS dan keputusan CAS harus ditetapkan dalam catatan berikut
untuk dikirim oleh Sekretaris Jendral kepada semua Anggota IAAF.

Sumber Asli : “”International Assosiation of Athletics Federations”


COMPETITION Rules 2006 – 2007

Alih Bahasa: H. Suyono Ds


Staf Sekretariat IAAF – RDC
Stadion Madya –
Komplek GELORA BUNG KARNO
Senayan – Jakarta.

Selesai pada : Kamis Desember 22, 2005. Pada: 16.00


42
PERATURAN PERLOMBAAN ATLETIK IAAF 2006-2007
(Alih Bahasa : H. Suyono Ds.)

BAGIAN: V
PERATURAN TEKNIK PERLOMBAAN ATLETIK INTERNASIONAL

Pasal 100
UMUM

Semua perlombaan atletik internasional sebagaimana diuraikan dalam peraturan IAAF Pasal 1,
harus diselenggarakan dengan menggunakan Peraturan IAAF dan hal ini harus dinyatakan
dalam semua selebaran pengumuman, brosur, barang-barang produk tertentu, reklame/iklan
dan Buku Acara/ Buku Program Perlombaan dan barang-barang cetakan lainnya.
Catatan: Disarankan agar Federasi Atletik Nasional (PASI) menggunakan Peraturan lomba
atletik IAAF untuk menggelar lomba atletik di lingkungannya masing-masing.

SEKSI 1 - PETUGAS

Pasal 110

PETUGAS INTERNASIONAL
(International Officials)

Pada perlombaan atletik yang diatur sesuai peraturan Pasal 1 (a) dan (b), petugas-petugas
berikut ini harus ditunjuk secara internasional:
a) Organisational Delegate(s) : Delegasi Organisasi (DO)
b) Technical Delegate(s) : Delegasi Teknik (DT)
c) Medical Delegate : Delegasi Medis (DM)
d) Doping Control Delegate : Delegasi Kontrol Doping
e) International /AreaTechnical Officials : Petugas Teknik Internasional /Area
f) International / Area Race Walking Judge : Judge Jalan-cepat Internasional / Area
g) International Road Race Measurer : Juru Ukur Lomba Jalan Raya Int’l
h) International Photo Finish Judge : Judge Foto Finis Internasional
i) Jury of Appeal : Dewan Hakim

Jumlah Petugas yang diangkat pada tiap kategori harus dinyatakan di dalam Peraturan
Perlombaan IAAF (Asosiasi Area) yang berlaku. Pada perlombaan yang diatur sesuaikan Pasal
1(a) :

- Pemilihan orang-orang untuk butir (a), (b),(c), (d) dan (i) dilakukan oleh Dewan IAAF;
- Pemilihan orang-orang untuk butir (e) dilakukan oleh Dewan IAAF dari para anggota Panel
ITO (International Technical Officials) IAAF;
- Pemilihan orang-orang untuk butir (f) dilakukan oleh Dewan IAAF dari para anggota Panel
International Race Walking Judge IAAF.
- Pemilihan orang-orang untuk butir (g) dilakukan oleh Delegasi Teknik dari para
Anggota Panel IAAF/AIMS dari Juru Ukur Lomba Jalan raya Internasional. Pemilihan
untuk butir (h) dilakukan oleh Delegasi Teknik dari IAAF dari Panel Starter
Internasional. Pemilihan untuk butir (I) dilakukan oleh Delegasi Teknik dari para
anggota dari Panel IAAF Judges Foto Finis Internasional.
- Dewan IAAF harus mengesahkan kriteria pemilihan, kualifikasi dan tugas-tugas dari para
petugas tersebut. Anggota IAAF harus memiliki hak untuk menyarankan pribadi-pribadi
memenuhi syarat yang cocok untuk dipilih.
- Dalam lomba atletik yang diatur sesuai Pasal 1 (b) orang-orang ini akan dipilih oleh Asosiasi
Area yang relevan.
43
- Dalam hal Area Technical Officials dan Area Race Walking Judges, pemilihannya
dilakukan oleh Asosiasi Area yang relevan dari daftar mereka sendiri dari Area Technical
Officials dan Area Race Walking Judges.
- Untuk lomba atletik yang diatur sesuai Pasal 1(a) dan (f), IAAF dapat menunjuk seorang
Komisioner Periklanan. Dan untuk lomba atletik yang dilaksanakan sesuai Pasal 1 (b), (d)
dan (g), setiap pengangkatan akan dilakukan oleh Asosiasi Area yang relevan dan untuk
lomba atletik sesuai Pasal 1(c) oleh badan yang relevan dan untuk lomba atletik sesuai Pasal
1(e) dan (h), oleh negara Anggota IAAF yang relevan.

Catatan: Petugas Internasional harus mengenakan pakaian tertentu.

Pasal 111

DELEGASI ORGANISASI
(Organisational Delegates)

Delegasi Organisasi (DO) tetap memelihara hubungan erat dengan Panitia Penyelenggara
setiap waktu dan melapor secara teratur kepada Dewan IAAF, dan mereka harus
memperhatikan masalah yang berhubungan dengan tugas kewajiban dan tanggung jawab
finansial dari Anggota Penyelenggara dan Panitia Pelaksana. Mereka harus bekerja sama
dengan pihak Delegasi Teknik (DT).

Pasal 112

DELEGASI TEKNIK
(Technical Delegates)

Dalam hubungannya dengan Panitia Penyelenggara yang akan memberikan bantuan yang
diperlukan, Delegasi Teknik (DT) bertanggung jawab untuk meyakinkan bahwa semua
pengaturan teknis telah sepenuhnya sesuai dengan Peraturan Teknik IAAF dan Buku
Panduan Fasilitas Atletik IAAF.
DT harus mengajukan proposal jadwal perlombaan, formulir pendaftaran atlet yang baku, dan
daftar peralatan lomba yang akan digunakan, dan harus menentukan standar kualifikasi untuk
event lapangan (event lempar dan lompat) dan dasar pengaturan bagaimana seri-seri lari dan
babak kualifikasi harus diundi untuk event lintasan.
DT harus yakin bahwa Peraturan Teknis perlombaan dikirimkan kepada semua Anggota yang
ikut berlomba tepat waktu sebelum perlombaan.
DT bertanggungjawab atas semua persiapan teknik yang diperlukan untuk penyelenggaraan
perlombaan .
DT harus mengontrol pendaftaran atlet dan berhak menolak berdasarkan alasan teknik atau
sesuai dengan peraturan Pasal 146.1. (Penolakan dengan alasan lain harus merupakan
keputusan dari Dewan IAAF atau Dewan Area yang bersangkutan).
DT harus menyusun seri-seri, babak kualifikasi dan pembagian grup event gabungan.
DT harus membuat laporan tertulis mengenai persiapan perlombaan. DT harus bekerja sama
dengan DO. Dalam perlombaan sesuai peraturan Pasal 1. (a), (b), dan (c) DT harus memimpin
pertemuan teknik dan harus memberikan pengearahan kepada para petugas Tehnik.

Pasal 113
DELEGASI MEDIS
(Medical Delegate)

Delegasi Medis (DM) memiliki wewenang tertinggi atas semua masalah medis. Dia harus yakin
atas ketersediaan fasilitas medis yang memadai untuk melakukan pemeriksaan medis,
penanganan medis dan perawatan darurat di arena perlombaan, dan di tempat penginapan
atlet. (DM) juga berwenang mengatur pemeriksaan jenis kelamin (gender) atlet lomba bila
diperlukan.
44
Pasal 114

DELEGASI KONTROL DOPING


(Doping Control Delegate)

Delegasi Kontrol Doping (DKD) harus berhubungan dengan Panitia Penyelenggara guna
meyakinkan bahwa fasilitas yang sesuai telah tersedia untuk melaksanakan pengontrolan
doping. DKD harus bertanggung jawab terhadap semua masalah yang berkaitan dengan
kontrol doping.

Pasal 115
PETUGAS TEKNIK INTERNASIONAL (ITO)
(International Technical Officials)

DT harus menunjuk seorang Ketua Petugas Teknik Internasional (ITO) di antara ITO yang
ditugaskan, bila belum ada penunjukan. Bila mungkin, Ketua ITO harus menugaskan minimal
satu ITO untuk setiap event yang tercantum dalam buku acara perlombaan. ITO harus
memberikan semua dukungan yang diperlukan bagi Wasit event tersebut.
ITO harus selalu hadir sepanjang pelaksanaan suatu event dimana dia ditugaskan. ITO harus
menjamin bahwa pelaksanaan lomba berjalan sesuai dengan Peraturan Teknik Perlombaan
Atletik IAAF yang berlaku, Ketentuan khusus dan keputusan-keputusan DT yang relevan.
Bila suatu masalah timbul atau bila mereka melihat sesuatu masalah yang menurut
pendapatnya memerlukan komentar, maka ITO harus segera mengutarakannya kepada wasit
event dimaksud dan jika perlu memberikan masukan cara mengatasinya.
Bila masukan ini ditolak dan bila terjadi pelanggaran terhadap Peraturan Teknik Perlombaan
IAAF, Ketentuan khusus atau keputusan DT, maka ITO harus memutuskan. Apabila
masalahnya tetap tidak terpecahkan, hal ini harus diajukan kepada DT.
Pada akhir lomba event lapangan, ITO harus menandatangani kartu hasil perlombaan.

Catatan I) : Dalam lomba-atletik sesuai peraturan Pasal 1b),dan d), peraturan di atas juga juga
berlaku bagi Petugas Teknik Area (ATO) yang diangkat/ditunjuk.

Catatan ii): Jika Wasit tidak ada, ITO harus bekerja dengan Ketua Judge yang relevan.

Pasal 116
JUDGE LOMBA JALAN CEPAT INTERNASIONAL
(International Race Walking Judges)

Suatu Panel Judge Lomba Jalan Cepat Internasional (IWJ) harus ditentukan oleh Komite Jalan
Cepat IAAF dengan menggunakan kriteria yang disahkan oleh Dewan IAAF.
IWJ yang ditunjuk untuk semua lomba sesuai peraturan Pasal 1 a) haruslah anggota Panel dari
IWJ.

Catatan : Judge Lomba Jalan Cepat yang ditunjuk untuk Perlombaan dibawah Pasal 1 (b)
sampai (d) haruslah anggota Panel IWJ atau Panel dari Judge Jalan Cepat Area yang
bersangkutan.

Pasal 117
JURU UKUR JALUR LOMBA JALAN RAYA INTERNASIONAL
(International Road Race Measurer)

Dalam semua perlombaan atletik sesuai Pasal 1 (a) sampai dengan (h), seorang IRM
harus ditunjuk untuk memverifikasi jalur lomba jalan raya yang sebagian atau seluruh
jalurnya berada di luar stadion. IRM yang ditunjuk haruslah anggota dari Panel IRM dari
AIMS / IAAF (Tingkat "A"atau "B").
Jalur lomba harus diukur pada waktu yang tepat sebelum perlombaan.
IRM ini akan memeriksa dan mengesahkan jalur lomba jika menurutnya sudah sesuai
dengan peraturan IAAF tentang Lomba Jalan Raya (Pasal 240.3 dan Catatan-catatan
terkait).
45
IRM harus bekerja sama dengan Panitia Penyelenggara dalam pengaturan jalur dan
menyaksikan pelaksanaan perlombaan tersebut guna menjamin bahwa jalur lomba yang
ditempuh oleh atlet sama dengan jalur yang telah diukur dan disahkan. IRM akan
menyerahkan suatu sertifikat yang sesuai kepada Delegasi Teknik.

Pasal 118
STARTER DAN JUDGE FOTO FINIS INTERNASIONAL
(International Starter and International Photo Finish Judge)

Pada semua lomba atletik yang sesuai dengan Pasal 1 a), dan b), seorang Starter Internasional
dan seorang Judge Foto finis Internasional, harus ditunjuk oleh IAAF atau oleh Asosiasi Area
yang bersangkutan. Starter Internasional harus memberangkatkan lomba (dan menangani
tugas lainya) yang ditugaskan padanya oleh DT. Judge Foto finish Internasional harus menyelia
/men supervisi semua perangkat Foto Finis.

Pasal 119
DEWAN HAKIM
( Jury of Appeal )

Pada semua perlombaan yang diselenggarakan sesuai Pasal 1 (a) , (b) dan (c), suatu Dewan
Hakim (DH) harus ditunjuk, yang biasanya terdiri dari tiga, lima atau tujuh orang. Satu di
antaranya harus menjadi Ketua Dewan Hakim dan satu lainnya sebagai Sekretaris. Jika
dianggap perlu, sekretaris ini bisa saja seseorang yang tidak termasuk dalam dalam Dewan
Hakim.
Lebih lanjut, DH dapat ditunjuk untuk lomba lainnya jika Panitia Penyelenggara menganggap
perlu demi lancar dan suksesnya lomba.

Fungsi utama DH adalah menyelesaikan semua protes sesuai peraturan IAAF Pasal 146, dan
dan masalah lain yang timbul selama perlombaan berlangsung, yang memerlukan
penyelesaian, Keputusan DH bersifat final. Tetapi keputusan tersebut dapat dipertimbangkan
kembali apabila muncul bukti baru, sepanjang keputusan baru ini dapat diterapkan.
Keputusan yang melibatkan hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan harus segera
dilaporkan oleh Ketua DH kepada Sekretaris Jenderal IAAF.
46
Pasal 120
PETUGAS – PETUGAS PERLOMBAAN
(Officials of the Competition)

Panitia Penyelenggara suatu perlombaan harus menunjuk / mengangkat semua petugas,


sesuai dengan peraturan negara Anggota IAAF dimana lomba itu dilaksanakan, dan dalam hal
lomba atletik yang diatur sesuai Pasal 1 (a), (b), dan (c) sesuai peraturan dan prosedur dari
organisasi internasional yang bersangktutan.
Daftar berikut ini berisikan petugas-petugas yang dianggap perlu untuk melayani perlombaan
atletik internasional berskala besar. Panitia Penyelenggara boleh mengadakan variasi yang
disesuaikan dengan kondisi setempat.

PETUGAS PENGELOLA (Management Officials)


- Satu orang Direktur Perlombaan ( Competition Director)
- Satu orang Manajer Lomba (Meeting Manager )
- Sate orang Manajer Teknik (Technical manager)
- Satu orang Manajer Presentasi Lomba. (Event Presentation Manager)

PETUGAS PERLOMBAAN :
- Satu (atau lebih) Wasit Event Lintasan (Track Events Referee)
- satu (atau lebih) Wasit Event Lapangan (Field Events Referee)
- Satu (atau lebih) Wasit Event Gabungan (Combined Events Referee)
- Satu (atau lebih) Wasit Event Luar Stadion (Outside Stadium Referee)
- Satu Wasit Ruang Panggil (Call Room Referee)
- Satu Ketua Judge dan para Judge Event Lintasan dengan jumlah yang memadai
- Satu Ketua Judge dan para Judge untuk tiap event lapangan dengan jumlah yang memadai
- Satu Ketua Judge & 5 Judges untuk tiap event lomba Jalan cepat yang dilaksanakan di
lintasan
- Satu Ketua Judge & 8 Judges untuk tiap event jalan cepat yang dilaksanakan di jalan raya.
- Petugas jalan cepat lainnya yang diperlukan meliputi : pencatat (recorder), operator papan
pelanggaran, dll.
- Satu Ketua Pengawas lintasan & para Pengawas lintasan dalam jumlah yang memadai.
- Satu Ketua Pencatat waktu & para Pencatat waktu dalam jumlah yang memadai.
- Satu Koordinator Starter & para Starter dan Re-caller dalam jumlah yang memadai.
- Satu (atau lebih) Asisten Starter
- Satu Ketua penghitung keliling dan para Penghitung keliling dalam jumlah yang memadai.
- Satu Sekretaris perlombaan (Pengolah hasil) dan sejumlah asisten
- Satu Ketua Marshal dan para marshal dalam jumlah yang memadai
- Satu atau lebih Operator pengukur angin
- Satu Ketua judge foto finis dan sejumlah asistennya
- Satu atau lebih Judge Pengukur Elektronik
- Satu ketua judge ruang panggil dan para judge dalam jumlah yang memadai

PETUGAS TAMBAHAN :
- Satu (atau lebih) Announcer (Penyiar)
- Satu (atau lebih) Ahli Statistik
- Satu Komisaris Periklanan
- Satu Surveyor Resmi (juru ukur resmi)
- Satu (atau lebih) Dokter
- Sejumlah Pramubakti untuk para atlet, petugas dan wartawan.

Para Wasit dan Ketua Judge harus mengenakan pakaian atau lencana/ badge yang mencolok.

Bila dinggap perlu, para petugas pembantu boleh diangkat/ditunjuk. Namun harus tetap
diperhatikan agar arena lomba sedapat mungkin bebas dari petugas.
Bila event putri dilombakan, sedapat mungkin seorang dokter wanita harus ditunjuk.
47
Pasal 121
DIREKTUR PERLOMBAAN
(Competition Director)

Direktur Perlombaan bekerja sama dengan DT harus merencanakan organisasi teknis


perlombaan serta menjamin bahwa rencana ini dapat dilaksanakan dan mampu memecahkan
semua masalah teknis yang timbul.
Dia akan mengarahkan interaksi antara atlet perlombaan, dan melalui sistem komunikasi selalu
berhubungan dengan semua Petugas.

Pasal 122
MANAJER PERLOMBAAN
(Meeting Manager)

Manajer Perlombaan bertanggung jawab atas penyelenggaran perlombaan dengan benar. Dia
harus mencek bahwa semua petugas telah datang melapor untuk menjalankan tugasnya,
menunjuk pengganti bila perlu dan memiliki wewenang untuk memberhentikan seorang
Petugas teknik bila tidak mematuhi peraturan.
Bekerja sama dengan marshal, dia harus mengatur bahwa hanya orang orang yang diberi
wewenang saja yang diizinkan berada di arena lomba.

Catatan: Untuk perlombaan yang memakan waktu lebih dari empat jam atau lebih dari satu hari,
direkomendasikan bahwa Manajer memiliki Asisten - asisten Manajer.

Pasal 123
MANAJER TEKNIK
(Technical Manager)

Manajer Teknik ini bertanggungjawab untuk menjamin bahwa, lintasan lari, jalur - jalur awalan,
lingkaran-lingkaran lempar, lengkung batas lemparan, sektor – sektor lemparan, tempat tempat
pendaratan untuk event – event lapangan, dan semua peralatan & alat lomba, sesuai dengan
peraturan IAAF.

Pasal 124

MANAJER PRESENTASI LOMBA


(Event Presentation Manager)

Manager Presentasi lomba bekerja sama dengan direktur, DO, dan DT, harus
merencanakan pengaturan presentasi perlombaan. Dia harus menjamin bahwa rencana
ini dapat terlaksana, menyelesaiakan setiap masalah yang muncul. Diapun harus
mengarahkan interaksi antara anggota tim presentasi lomba dengan menggunakan
sistim komunikasi.

Pasal 125
REFEREE / W A S I T

1. Sejumlah Wasit harus ditunjuk terpisah untuk ruang panggil, event lintasan,
event lapangan event gabungan, dan event lari & jalan cepat di luar stadion. Wasit
event lintasan dan event di luar stadion, tidaklah memiliki wewenang yang terkait dengan
tanggung jawab Ketua Judge event jalan cepat.
2. Wasit harus menjamin bahwa peraturan (dan ketentuan khusus) ditaati dan harus
memutuskan semua masalah yang timbul selama perlombaan (termasuk yang
terjadi di ruang panggil) serta yang belum tercantum dalam peraturan (atau
ketentuan khusus).
Wasit Lintasan dan event di luar stadion memiliki wewenang untuk menentukan kedudukan
pemenang dalam suatu perlombaan, hanya jika para Judge tidak mampu memutuskannya.
48
Wasit Lintasan memiliki wewenang untuk memutuskan segala sesuatu yang terkait dengan
start bila dia tidak sependapat dengan keputusan yang dibuat oleh tim start, selain dalam
kasus start salah yang di deteksi oleh suatu alat pendeteksi start salah (yang disahkan
IAAF) kecuali bila ia yakin bahwa informasi dari alat tersebut tidak akurat.
Wasit tidak boleh bertindak selaku judge atau pengawas lintasan.

3. Wasit terkait harus memeriksa semua hasil akhir, menyelesaikan setiap masalah yang
dipersengketakan, dan dalam hal tidak ada Judge Pengukur elektronik, dia harus
mensupervisi pengukuran prestasi penciptaan rekor.

4. Wasit terkait harus menyelesaikan setiap protes atau keberatan terhadap


jalannya perlombaan termasuk hal – hal yang muncul di ruang panggil. Dia memiliki
wewenang untuk memberi peringatan atau pengusiran dari perlombaan kepada atlet lomba
yang bersalah karena berkelakuan tidak baik.
Pemberian peringatan ini dapat ditujukan kepada atlet dengan memperlihatkan kartukuning
kepadanya, dan pengusiran dengan menmperlihatkan kartu merah. Baik peringatan
maupun pengusiran atlet, harus dicantumkan dalam kartu hasil.

5. Bila menurut pendapat Wasit terkait, suatu keadaan timbul di dalam arena lomba dan
menuntut keadilan bahwa suatu event atau bagian dari event tersebut perlu
dilombaulangkan, dia memiliki wewenang untuk menyatakan bahwa event tersebut
dibatalkan dan karenanya harus dilombaulangkan, apakah pada hari yang sama ataupun
pada kesempatan hari lain sesuai dengan keputusannya.

6. Pada akhir tiap event, kartu hasil-lomba harus segera dilengkapi, ditanda tangani oleh
Wasit yang bersangkutan serta disampaikan kepada Sekretaris Perlombaan.

7. Wasit Event gabungan (tri, panca, sapta, dasalomba) memiliki wewenang atas seluruh
pelaksanaan lomba event gabungan. Ia juga memiliki wewenang atas pelaksanaan
masing-masing event dalam lomba event gabungan.

Pasal 126
PARA JUDGE
Judges

Umum:
1. Ketua Judge untuk event lintasan dan Ketua Judge untuk tiap event-lapangan harus meng-
koordinasikan tugas-tugas para Judge untuk event masing-masing. Bila panitia lomba
belum mengalokasikan tugas-tugas bagi para Judge, merekalah yang harus
melakukannya.

Event-event lintasan & jalan raya


2. Para Judge yang harus berada di sisi yang sama pada lintasan atau jalur, harus
menentukan kedudukan atlet lomba sewaktu memasuki garis-finis, dan bila Judge tidak
dapat memutuskannya maka ia harus melapor kepada Wasit Lintasan, yang akan
memutuskannya.
Catatan:
Para Judge ditempatkan minimal 5 m dari garis finis dan segaris dengannya, pada tangga berjenjang.

Event – even Lapangan (lempar & lompat) :


3. Para Judge harus mewasiti dan mencatat setiap kesempatan lomba (trial) dan mengukur
setiap hasil sah yang dibuat oleh setiap atlet dalam event lapangan. Dalam event loncat
tinggi dan loncat galah pengukuran yang akurat harus dilakukan saat mistar dinaikkan,
terutama bila upaya pemecahan rekor sedang berlangsung. Sekurang-kurangnya dua
orang Judge harus mencatat semua trial, serta meneliti catatan masing – masing pada
akhir tiap ronde. Judge yang ditugasi, harus menyatakan sah atau tidak sahnya suatu trial
dengan mengangkat bendera berwarna putih atau merah.
49
Pasal 127
PENGAWAS LINTASAN (EVENT –EVENT LARI & JALAN CEPAT)
(Umpires)

1. Pengawas Lintasan adalah pembantu Wasit yang tidak memiliki wewenang untuk membuat
keputusan akhir.
2. Pengawas Lintasan harus ditempatkan oleh Wasit pada suatu posisi yang memungkinkan
dia mengamati perlombaan dari dekat dan dalam hal terjadi kesalahan atau pelanggaran
peraturan(selain Pasal 230.1) oleh atlet atlet lomba atau oleh orang lain, harus segera
membuat laporan tertulis tentang insiden itu kepada Wasit.
3. Setiap pelanggaran peraturan harus dikomunikasikan kepada wasit yang terkait dengan
mengangkat bendera warna kuning atau peralatan handal lainnya yang disetujui oleh
DT.
4. Pengawas Lintasan dalam jumlah yang memadai harus ditunjuk untuk mensupervisi zona
pergantian tongkat dalam lomba lari estafet.
Catatan:
Bila seorang Pengawas Lintasan melihat bahwa seorang atlet telah berlari pada jalur lintasan yang lain
dari lintasannya sendiri, atau pergantian tongkat estafet terjadi di luar zona pergantian yang
semestinya,dia harus segera memberi tanda pada lintasan dengan menggunakan bahan yang cocok di
tempat terjadinya pelanggaran.

Pasal 128
PENCATAT WAKTU & JUDGE FOTO FINIS
(Timekeepers and Photo Finish Judge)

1. Dalam hal pencatatan waktu secara manual, harus ditunjuk Pencatat waktu dalam jumlah
yang memadai untuk atlet lomba yang terdaftar. Satu diantaranya diangkat menjadi Ketua
Pencatat Waktu. Dia harus membagi tugas kepada para Pencatat waktu lainnya.Pencatat
waktu tersebut harus bertugas sebagai pem-back-up bila perangkat Foto-Finis otomatis
sedang digunakan.
2. Pencatat Waktu harus bertindak sesuai peraturan Pasal 165 (Timing & Photo Finish).
3. Bila perangkat Photo Finish Otomatis digunakan, seorang Ketua Judge Foto-Finis dan
minimal dua orang Asisten Judge Foto Finis harus ditunjuk.

Pasal 129
KOORDINATOR START, STARTER & RECALLER
(Start Coordinator, Starter & Recall-Starter)

1. Koordinator Start harus:


a. Membagi tugas kepada para Judge tim start. Pada perlombaan sesuai pasal 1
a) dan b) penentuan event – event yang ditugaskan kepada starter internasional
merupakan wewenang DT.
b. Mensupervisi tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh tiap anggota timnya.
c. Memberikan informasi kepada Starter, setelah menerima perintah Direktur
Perlombaan, bahwa segala sesuatu sudah siap untuk dilakukannya start (yaitu: bahwa
Para Pencatat-waktu, para Judge, Ketua Judge Foto Finis dan Operator Alat Pengukur
Angin dalam keadaan siaga).
d. Bertindak sebagi seorang interlocutor (juru bicara) antara Staf Teknik perusahaan
peralatan pencatat-waktu dengan para Judge.
e. Mengumpulkan semua dokumen yang melibatkan prosedur start termasuk
dokumen yang menunjukkan waktu reaksi dan atau gambar start-salah.
f. Menjamin apakah yang diatur dalam peraturan Pasal 130.5 dipenuhi.

2. Starter harus mampu mengendalikan atlet di garis start. Bila suatu perangkat kontrol start
salah digunakan, maka Starter dan Re-caller harus mengenakan head phones agar dapat
mendengar dengan jelas setiap signal akustik yang terpancar bila terjadi start salah. (lihat
Pasal 161.2).
50
3. Starter harus menempatkan diri sedemikian rupa sehingga dia dapat mengamati seluruh
atlet selama prosedur start dilakukan.

Disarankan khususnya bagi start berjenjang, disediakan pengeras suara di setiap lintasan
untuk meneruskan aba-aba start kepada atlet.

Catatan:
Starter harus menempatkan dirinya sehingga seluruh atlet berada dalam sudut pandang
yang sempit. Untuk perlombaan yang menggunakan start jongkok dia harus menempatkan
dirinya sehingga dia yakin bahwa semua atlet ada dalam keadaan tenang pada posisi
'siaaap' sebelum pistol-start ditembakkan. Jika pengeras suara tidak digunakan dalam
lomba-lomba dengan start berjenjang, Starter harus menempatkan dirinya sehingga jarak
antara dia dengan masing-masing atlet kira-kira sama. Apabila starter tidak dapat
menempatkan dirinya pada posisi tersebut, maka pistol-start atau perangkat start lain yang
sah, harus ditempatkan di sana dan diledakkan dengan dikontak listrik.

4. Satu orang Recaller atau lebih harus ditunjuk untuk membantu starter.
Catatan:
Untuk event: 200m, 400m, 400m gawang, 4 x 100m, 4 x 200m,4 X 400m, diperlukan
minimal dua orang Recaller.

5. Setiap Recaller harus menempatkan diri sedemikian rupa sehingga dia dapat melihat
dengan jelas atlet yang harus diawasinya.
6. Peringatan dan diskualifikasi sesuai dengan Pasal 162. 7 dan 8 hanya dapat diberikan oleh
Starter.
7. Koordinator Start harus memberikan tugas & posisi khusus bagi setiap Recaller, yang
diwajibkan untuk membatalkan lomba jika terjadi pelanggaran peraturan. Setelah
pembatalan start recaller harus melaporkan pengamatannya kepada starter yang akan
memutuskan atlet mana yang harus diperingati (Lihat juga Pasal 161.2 & 162.8)
8. Dalam perlombaan yang menggunakan start jongkok, harus digunakan alat pengontrol start
salah yang disahkan IAAF sebagaimana dijelaskan pada Pasal 161.2.

Pasal 130

ASISTEN STARTER
(Starter’s Assistants)

1. Asisten starter harus memeriksa bahwa para atlet berlomba dalam seri atau lomba yang
benar, dan nomor bib mereka dipasang dengan betul.
2. Mereka menempatkan setiap atlet pada lintasan yang benar, kira-kira 3 m di belakang
garis start (dalam hal lomba yang garis startnya berjenjang, sama juga di belakang garis-
start masing-masing). Bila hal ini telah selesai dia harus memberi isyarat kepada Starter
bahwa semuanya telah siap. Apabila suatu start-baru akan dilakukan, maka asisten
Starter kembali harus mengumpulkan atlet.
3. Asisten Starter bertanggung jawab atas tersedianya tongkat estafet bagi para atlet pertama
dalam lomba lari estafet.
4. Bila Starter telah memerintahkan para atlet untuk menuju ke garis start, maka para asisten
Starter harus menjamin bahwa peraturan Pasal 162.4 dipatuhi.
5. Dalam hal start salah pertama, atlet (atlet-atlet) yang bertanggung jawab terhadap start
salah tersebut harus diberi peringatan dengan kartu kuning yang dipasang pada tempat
nomor lintasan. Pada waktu yang sama, atlet lain yang ikut dalam lomba ini harus diberi
peringatan dengan menunjukkan kartu kuning di depannya oleh satu atau beberapa
Asisten Starter, selanjunya memberitahukan kepada mereka bahwa setiap atlet yang
melakukan kesalahan start berikutnya akan dijatuhi diskualifikasi. Bila tidak terdapat kartu
kuning pada tempat nomor lintasan, maka terhadap atlet yang bertanggung jawab terhadap
start salah ditunjukkan juga kartu kuning di depannya.
Dalam kasus terjadi start salah berikutnya, atlet (atlet-atlet) yang bertanggung jawab atas
start salah tersebut, harus didiskualifikasi dan kartu merah diletakkan di atas tempat nomor
lintasan, atau ditunjukkan dihadapan atlet yang bersangkutan.
51
Dalam event gabungan, atlet (atlet atlet) yang bertanggung jawab terhadap start salah
harus diberi peringatan dengan kartu kuning yang dipasang pada tempat nomor lintasan,
atau dengan menunjukkannya kehadapan atlet yang bersangkutan. Atlet yang bertanggung
jawab untuk dua kali start salah harus didiskualifikasi dan kartu merah ditempatkan di atas
tempat nomor lintasan, atau ditunjukkan dihadapan atlet yang bersangkutan.

Pasal 131
PENGHITUNG KELILING
(Lap Scorer)

1. Penghitung keliling harus mencatat jumlah putaran lari yang telah ditempuh oleh setiap
atlet dalam lomba lari berjarak lebih dari 1.500 m. Untuk lomba jarak 5.000 m atau lebih,
dan event lomba jalan cepat, sejumlah Penghitung Keliling harus ditunjuk dan bertugas
di bawah pengarahan Wasit, dan dilengkapi dengan kartu penghitung keliling untuk
mencatat waktu setiap keliling (yang diperoleh dari Pencatat Waktu Resmi) bagi atlet-
atlet yang menjadi tanggung jawabnya. Bila sistem tersebut digunakan, tidak seorang
pun Penghitung keliling yang mencatat waktu lebih dari empat atlet (enam untuk lomba
jalan cepat). Sebagai pengganti penghitung keliling secara manual, dapat digunakan
suatu sistem komputerisasi berupa transponder yang dibawa atau dipakai oleh setiap
atlet.
2. Seorang penghitung keliling harus bertanggung jawab untuk selalu memperlihatkan
suatu tampilan jumlah sisa putaran yang masih harus ditempuh atlet, yang ditempatkan
di garis finis. Tampilan ini harus diubah pada tiap kali putaran bila atlet terdepan mulai
memasuki lintasan lurus yang menuju garis finis.
Sebagai tambahan, bila mungkin, tampilan secara manual harus diperlihatkan kepada
atlet yang telah atau akan dilewati oleh atlet terdepan. Putaran terakhir harus diberi
tahukan kepada setiap atlet, biasanya dengan membunyikan lonceng/bel.

Pasal 132
SEKRETARIS PERLOMBAAN
(Competition Secretary)

Sekretaris Perlombaan harus mengumpulkan semua hasil lengkap dari tiap event perlombaan,
yang rinciannya harus diberikan oleh Wasit, Ketua Pencatat Waktu atau Ketua Judge Foto-finis
dan operator pengkur angin. Dia harus segera meneruskan hasil ini kepada Penyiar,
mencatatnya, serta meneruskan semua kartu hasil kepada Direktur Perlombaan.
Apabila digunakan sistem komputerisasi hasil perlombaan, operator komputer di setiap event
lapangan harus yakin bahwa hasil lengkap dari tiap event dimasukkan ke dalam sistem
komputer. Hasil event lintasan harus dimasukkan ke sistem komputer di bawah pengarahan
Ketua Judge Foto finis. Penyiar dan Direktur Perlombaan harus memiliki akses ke seluruh hasil
lomba melalui komputer.

Pasal 133
MARSHAL
(Marshal)

Marshal harus memiliki kendali atas arena lomba dan tidak mengizinkan orang, selain para
petugas, dan atlet yang akan berlomba atau mereka yang memiliki akreditasi sah untuk berada
di dalam arena.

Pasal 134
PENYIAR
(Announcer)

Penyiar harus menginformasikan kepada publik, nama-nama dan nomor-nomor atlet yang
berpartisipasi dalam tiap event, dan seluruh informasi yang relevan seperti susunan seri,
lintasan,dan waktu antara. Hasil (kedudukan, catatan waktu, ketinggian dan jarak) dari tiap
event harus diumumkan sesegera mungkin setelah diterimanya informasi tersebut.
52
Pada lomba atletik sesuai dengan pasal 1 (a), Penyiar berbahasa Inggris & Prancis harus
ditunjuk oleh IAAF. Dalam hubungannya dengan manager presentasi event dan di bawah
arahan DO dan/atau DT, penyiar tersebut bertanggung jawab terhadap semua masalah
protokol penyiaran.

Pasal 135
JURU UKUR RESMI
(Official Surveyor)

Juru Ukur resmi harus memeriksa ketepatan marka dan pemasangannya serta memberikan
sertifikat-sertifikatnya kepada Manajer Teknik sebelum perlombaan dimulai.
Kepadanya harus disediakan akses sepenuhnya mengenai denah dan gambar stadion serta
laporan pengukuran terakhir untuk tujuan verifikasi.

Pasal 136
OPERATOR PENGUKUR ANGIN
(Wind Gauge Operator)

Operator pengukur angin harus menjamin bahwa alat ukur tersebut dipasang sesuai dengan
Pasal 163.9 (Event Lintasan) dan Pasal 184.5 (Event lapangan). Dia harus memastikan
pengukuran kecepatan angin pada arah lari dalam event tertentu, mencatat serta
menandatanganinya dan kemudian menyampaikannya kepada Sekretaris Perlombaan.

Pasal 137
JUDGE PENGUKUR ELEKTRONIK
(Measurement Judge Electronics)

Judge pengukur Elektronik harus ditunjuk apabila alat ukur jarak elektronik digunakan.
Sebelum perlombaan dimulai, dia harus bertemu dengan staf teknik terkait dan mengenali
peralatan tersebut.
Sebelum tiap event dia harus mensupervisi penempatan piranti ukur, memperhatikan seluruh
kebutuhan teknis yang dialokasikan oleh Staf Tehnik.
Untuk meyakinkan bahwa alat ukur itu bekerja dengan benar, sebelum dan sesudah event, dia
harus mensupervisi serangkaian pengukuran bersama dengan para judge dan wasit
untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan pengukuran menggunakan pita baja yang sudah
dikalibrasi.
Selama perlombaan berlangsung dia tetap bertanggung jawab penuh atas pengoperasian alat
ukur tersebut. Dia akan melaporkan kepada Wasit Event lapangan guna menyatakan bahwa
peralatan itu akurat.

Pasal 138
JUDGE RUANG PANGGIL
(Call Room Judge)

Ketua Judge Ruang Panggil harus mensupervisi perpindahan antara tempat pemanasan dan
tempat perlombaan untuk menjamin bahwa para atlet setelah diperiksa di ruang panggil, hadir
dan siap untuk berlomba sesuai jadual.
Para judge ruang panggil harus yakin bahwa para atlet mengenakan pakaian seragam klub
atau negaranya yang secara resmi disahkan oleh Badan Nasionalnya, bahwa nomor bib
dipakai secara benar`dan sesuai dengan yang tercantum pada daftar atlet, bahwa sepatu,
jumlah & ukuran paku, iklan pada pakaian dan tas atlet sesuai dengan Peraturan dan
Ketentuan IAAF, dan bahwa barang-barang terlarang tidak boleh dibawa masuk arena lomba.
Para Judge harus merujuk kepada wasit ruang panggil untuk mengatasi masalah-masalah
yang timbul dan belum terselesaikan
53
Pasal 139
KOMISARIS PERIKLANAN
(Advertising Commissioner)

Komisaris Periklanan (jika ditunjuk) harus mensupervisi dan menerapkan Ketentuan dan
Peraturan Periklanan IAAF yang berlaku dan harus memutuskan setiap masalah periklanan
yang timbul dan tak terpecahkan di Ruang Panggil bekerja sama dengan Wasit Ruang Panggil.
54

S E K S I II
PERATURAN PERLOMBAAN UMUM

Pasal 140
FASILITAS ATLETIK
(The Athletic Facility)

Setiap permukaan yang kokoh dan seragam, yang memenuhi spesifikasi yang tercantum
dalam buku Panduan Fasilitas Atletik IAAF, dapat digunakan untuk perlombaan atletik.
Perlombaan atletik sesuai Pasal 1 (a) dan yang langsung di bawah kendali IAAF hanya
dapat dilaksanakan pada fasilitas berpermukaan sintetik yang sesuai dengan Spesifikasi
Kinerja Permukaan Sintetik IAAF dan yang memiliki sertifikat pengesahan IAAF Kelas 1 yang
masih berlaku.
Disarankan, bila fasilitas tersebut tersedia, perlombaan atletik sesuai Pasal 1 (b) sampai (h)
juga harus dilaksanakan pada fasilitas tersebut.

Fasilitas dengan sertifikat kelas 2 (dua) jika akan digunakan untuk perlombaan sesuai pasal
1(a) sampai (h) harus memenuhi akurasi ukuran dengan format dari Sistem Sertifikasi IAAF.

Catatan i): Buku Panduan Fasilitas Atletik IAAF, yang tersedia di Kantor IAAF, berisikan
spesifikasi-spesifikasi lebih rinci, mengenai denah dan konstruksi fasilitas atletik
termasuk diagram pengukuran lintasan dan pemarkaan.
Catatan ii): Formulir standar Aplikasi Sertifikasi Fasilitas dan Laporan Pengukuran Fasilitas
tersedia di kantor IAAF atau dapat diakses melalui IAAF Website.
Catatan iii): Peraturan ini tidak perlu diterapkan untuk event-event lari dan jalan-cepat yang
dilaksanakan di jalan raya atau jalur lintas-alam.

Pasal 141
KELOMPOK UMUR
(Age Group)
Definisi berikut ini berlaku bagi Kelompok umur yang diakui oleh IAAF :

Remaja Putra & Putri: Setiap atlet yang berumur 16 atau 17 tahun pada tanggal 31
Desember tahun perlombaan.
Junior Putra & Putri : Setiap atlet yang berumur 18 atau 19 tahun pada tanggal 31 Desember
tahun perlombaan.
Master Putra & Putri : Setiap atlet yang sudah berulang tahun yang ke 35.

Catatan I):
Segala sesuatu yang berkaitan dengan perlomban atletik Master mengacu kepada
IAAF/WMA Handbook yang disahkan oleh Dewan IAAF dan Dewan WMA.
Catatan ii):
Keabsahan mencakup umur minimum untuk berpartisipasi dalam perlombaan IAAF
harus dicantumkan dalam Ketentuan Khusus Teknis.

Pasal 142
PENDAFTARAN
(Entries)

1. Perlombaan yang sesuai peraturan IAAF dibatasi bagi atlet yang memenuhi Peraturan
keabsahan IAAF.(Lihat Bab 2).

2. Tidak seorangpun atlet diperkenankan berlomba di luar negaranya, kecuali jika


keabsahannya dijamin oleh Federasi Anggota yang memberi izin padanya untuk turut
berlomba. Dalam semua perlombaan internasional, jaminan keabsahan tersebut
harus diterima, kecuali jika ada suatu keberatan tentang status atlet yang diajukan
kepada DT (lihat juga Pasal 146.1).
55
Pendaftaran Simultan.
3. Jika seorang atlet didaftarkan baik dalam event lintasan dan lapangan sekaligus, atau
lebih dari satu event lapangan yang pelaksanaannya berlangsung secara serentak,
Wasit terkait dapat mengijinkan atlet untuk melakukan kesempatannya pada urutan
yang berbeda dari yang telah ditentukan dengan undian sebelum perlombaan dimulai.
Hal ini berlaku setiap kali dalam satu ronde, atau dalam tiap trial pada loncat tinggi dan
loncat galah. Namun, bila seorang atlet kemudian tidak tampil untuk melakukan
kesempatan/ trialnya, maka dia dianggap “pass” begitu waktu yang diberikan padanya
telah habis. Untuk loncat tinggi dan loncat galah, bila seorang atlet tersebut tidak
hadir ketika semua atlet lainnya telah menyelesaikan lomba, maka Wasit harus
menganggap bahwa atlet tersebut telah meninggalkan perlombaan, begitu waktu
trial berikutnya telah habis.

Kegagalan berpartisipasi
4. Pada semua lomba sesuai Pasal 1 (a), (b) dan (c), seorang atlet harus dikeluarkan dari
keikutsertaan dalam event-event selanjutnya dalam perlombaan tersebut, termasuk
estafet, dalam masalah-masalah berikut:
a. Konfirmasi akhir keikutsertaan atlet dalam suatu event telah diberikan namun
dia gagal berpartisipasi.
b. Dia lolos ke babak berikutnya namun kemudian gagal berpartisipasi lebih
lanjut.

Kekecualian:
- Keterangan medis, yang dikeluarkan oleh petugas medis yang ditunjuk atau disahkan
oleh IAAF dan/atau Panitia Penyelenggara, dapat diterima sebagai alasan yang
cukup bagi atlet yang mengalami masalah di atas, untuk dapat berlomba pada event-
event selanjutnya pada hari-hari berikutnya.
- Alasan-alasan lain yang dapat diterima oleh DT (misalnya faktor-faktor di luar
perbuatan atlet seperti masalah-masalah sistem transportasi resmi).
Catatan:
i) Suatu tengat waktu tertentu untuk konfirmasi akhir keikutsertaan harus diumumkan
terlebih dahulu.
ii) Gagal berpartisipasi mencakup juga gagal berlomba secara jujur dengan usaha
yang bonafide. Wasit terkait akan memutuskan hal ini dan acuannya harus
dicantumkan dalam hasil resmi. Hal yang tercantum dalam catatan ini tidak berlaku
bagi event lepas dalam lomba event gabungan.

Pasal 143
PAKAIAN, SEPATU & NOMOR BIB
(Clothing, Shoes and Number Bibs)
Pakaian:
9. Dalam semua event, atlet harus mengenakan pakaian yang bersih, dan dengan desain
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan keberatan saat dipakai. Pakaian harus ter-
buat dari bahan yang tidak transparan bahkan saat basah. Atlet tidak boleh memakai
pakaian yang dapat mengganggu pandangan para Judge. Pakaian lomba atlet harus
memiliki warna yang sama pada bagian depan dan belakang. Dalam semua lomba
sesuai Pasal 1 (a) sampai (e) (tanding antar negara), atlet harus berlomba dengan
mengenakan pakaian seragam yang disahkan oleh Badan Nasionalnya. Pada semua
perlombaan sesuai Pasal 1 (e) (Perebutan Piala Klub) sampai (h), atlet harus berlomba
dengan mengenakan pakaian seragam nasional atau seragam Klub yang disahkan
secara resmi oleh Badan Nasionalnya.Berkaitan dengan masalah pakaian,Upacara
Penghormatan Pemenang (UPP) dan victory lap (lari kemenangan) merupakan bagian
dari perlombaan.

Sepatu
10. Atlet boleh berlomba dengan kaki telanjang atau memakai sepatu pada satu atau kedua
kakinya. Dalam perlombaan sepatu berfungsi untuk memberikan perlindungan dan
keseimbangan pada kaki dan cengkeraman yang kokoh pada tanah. Tetapi sepatu
tidak boleh dibuat untuk memberi bantuan tambahan yang tak diperkenankan bagi
56
sipemakai.Tali sepatu yang melilit kura-kura kaki diizinkan. Semua macam
sepatu perlombaan harus disahkan oleh IAAF.

Jumlah paku
11. Sol dan tumit sepatu harus dirancang sedemikian rupa untuk dapat dipasangi sampai
dengan 11 buah paku. Jumlah paku sampai dengan 11 buah dapat digunakan, tetapi
jumlah posisi paku tidak boleh melebihi 11 buah.

Ukuran paku
12. Apabila perlombaan dilaksanakan pada permukaan sintetik, maka tiap bagian paku yang
mencuat dari sol atau tumit tidak boleh melebihi 9 mm kecuali pada event loncat tinggi
dan lempar lembing, tidak boleh melebihi 12 mm. Paku-paku tersebut memiliki diameter
maksimum 4 mm. Untuk permukaan non sintetik, panjang maksimum paku 25 mm dan
diameter maksimum 4 mm.

Sol dan Tumit.


13. Sol dan/atau tumit sepatu boleh memiliki alur, gerigi, lekukan, atau tonjolan asalkan
semuanya dibuat dari bahan yang sama atau mirip dengan sol itu sendiri. Pada loncat
tinggi dan lompat jauh, tebal maksimum sol 13 mm dan pada loncat tinggi tebal
maksimum tumit 19 mm. Pada event lainnya tebal bagian sol dan/atau tumit boleh berapa
saja.
Catatan : Tebal sol dan tumit adalah jarak antara sisi atas bagian dalam dan sisi
bawah bagian luar, termasuk bagian-bagian alur, gerigi, lekukan, atau tonjolan
tersebut dan termasuk segala macam bentuk dari bagian sol yang lepasdalam
sepatu.

Tambahan & Sisipan pada sepatu.


14. Atlet lomba tidak boleh menggunakan alat-alat tambahan, baik di dalam maupun di luar
sepatu, yang berdampak menambah ketebalan sol melebihi tebal maximum yang
diizinkan, atau yang dapat memberi keuntungan kepada sipemakai yang tidak akan
diperoleh dari tipe sepatu yang dijelaskan dalam paragraf sebelumnya.

Nomor Bib ( Number Bibs)


7. Setiap atlet memperoleh dua nomor bib yang selama perlombaan harus dipasang
dengan jelas di dada dan punggung, kecuali pada event loncat tinggi dan loncat tinggi
galah hanya satu nomor bib yang dipakai di dada atau di punggung saja. Nomor bib
harus sesuai dengan nomor yang tercantum di dalam Buku Program Perlombaan. Bila
atlet mengenakan trainingspak untuk berlomba, nomor bib harus dipasang pada
trainingspak tersebut dengan cara yang sama. Dalam perlombaan sesuai Pasal 1(e)
sampai dengan (h), pada nomor bib dapat dicantumkan nama atlet atau identitas
lainnya yang sesuai (misalnya posisi peringkat dunia IAAF).
8. Nomor bib harus dipakai sebagaimana aslinya, dan tidak boleh dipotong, dilipat atau
dikaburkan sedemikian rupa. Dalam event lari jarak jauh nomor bib dapat dilobangi guna
membantu sirkulasi udara, namun tidak boleh merusak angka atau huruf yang nampak
padanya.
9. Apabila alat foto finis sedang dioperasikan dalam lomba ini, maka Panitia Penyelenggara
dapat meminta para atlet untuk memasang identifikasi nomor tambahan yang dapat
melekat pada bagian samping celananya. Atlet tidak diperkenankan berlomba tanpa
memasang nomor bib dan/atau identifikasi yang berlaku baginya.

Pasal 144
BANTUAN KEPADA ATLET
(Assistance to Athletes)

Menunjukkan Waktu Antara.


1. Waktu antara dan waktu kemenangan dalam babak pendahuluan/penyisihan dapat
diumumkan dan/atau ditampilkan secara resmi. Informasi tersebut tidak boleh
dikomunikasikan kepada para atlet oleh siapapun di arena lomba tanpa izin terlebih dulu
dari Wasit terkait.
57
Pemberian Bantuan.
2. Hal-hal berikut ini tidak dianggap sebagai bantuan:
(a). Komunikasi antara atlet dengan pelatihnya yang tidak berada di arena perlombaan.
Untuk memfasilitasi komunikasi ini agar tidak mengganggu pelaksanaan perlombaan,
suatu tempat di tribune, dekat dengan tempat arena event lapangan yang
bersangkutan, harus disediakan bagi para pelatih.
(b). Pemeriksaan / penanganan dan/atau Physiotherapy yang diperlukan agar atlet dapat
tetap berpartisipasi saat berada di dalam arena perlombaan. Pemeriksaan /
penanganan dan/atau Physiotherapy tersebut :
- Di dalam arena perlombaan dapat diberikan oleh petugas staf medis resmi
yang ditunjuk oleh Panitia Penyelenggara dan menggunakan ban lengan,
rompi atau pakaian yang khas.
- Di luar arena perlombaan namun dalam tempat yang disediakan khusus, oleh
personil medis yang disahkan oleh DT atau DM.
Kedua perlakuan medis tersebut tidak boleh mengakibatkan kelambatan pelaksanaan
perlombaan atau perubahan urutan kesempatan. Perlakuan sejenis yang dilakukan
oleh orang selain yang disebut di atas baik selama lomba ataupun sesaat sebelum
lomba, namun atlet sudah meninggalkan ruang panggil, termasuk bantuan.

Dalam kaitannya dengan peraturan ini, hal-hal berikut ini dianggap sebagai bantuan, dan
karenanya tidak diperbolehkan:
(c) Pengaturan kecepatan lari (pacing) oleh orang yang tidak ikut berlomba, oleh atlet yang
terlewat atau hampir terlewat, atau oleh suatu perangkat teknis.
(d) Pemilikan atau penggunaan video atau kaset, radio, CD, pemancar radio, telepon-
genggam atau perangkat sejenis di dalam arena lomba.

Setiap atlet yang memberi atau menerima bantuan dari dalam arena perlombaan selama
event berlangsung harus diberi peringatan oleh Wasit dan diberitahu bahwa, jika hal ini
diulangi, dia akan dikenakan diskualifikasi dari event tersebut. Jika seorang atlet
kemudian didiskualifikasi dari event tersebut, prestasi yang dicapai hingga saat
tersebut dalam babak yang sama event itu harus dibatalkan. Namun, semua prestasi
yang dicapai dalam babak kualifikasi sebelumnya dari event tersebut tetap sah.

Informasi Angin.
3. Suatu kantong angin harus ditempatkan pada posisi yang sesuai dalam semua
event lompat, lempar cakram dan lempar lembing agar atlet dapat mengetahui
perkiraan arah dan kekuatan angin.

Minuman/Guyur
4. Dalam event lintasan 5000 m atau lebih, Panitia Penyelenggara harus menyediakan air dan
guyur bagi para atlet, jika kondisi cuaca menuntut hal tersebut.

Pasal 145
DISKUALIFIKASI
(Disqualification)

1. Bila seorang atlet didiskualifikasi, karena melanggar Peraturan Teknik IAAF, acuan aturan
mana yang dilanggar harus dicantumkan dalam hasil resmi. Prestasi yang dicapai
hingga saat tersebut dalam babak yang sama event itu harus dibatalkan. Namun,
semua prestasi yang dicapai dalam babak kualifikasi sebelumnya dari event
tersebut tetap sah.
Diskualifikasi karena suatu pelanggaran peraturan teknik dalam suatu event masih
memungkinkan atlet untuk berpartisipasi dalam event selanjutnya.

2. Bila seorang atlet didiskualifikasi dari suatu event karena bertindak tidak sportif atau tidak
sopan, alasan penyebabnya harus dicantumkan pada lembar hasil resmi. Prestasi yang
dicapai hingga saat tersebut dalam babak yang sama event itu harus dibatalkan.
Namun, semua prestasi yang dicapai dalam babak kualifikasi sebelumnya dari
event tersebut tetap sah. Diskualifikasi semacam ini mengakibatkan ia tidak dapat
58
mengikuti event selanjutnya dalam perlombaan tersebut. Bila pelanggaran itu
dianggap serius, maka Direktur Perlombaan harus melaporkannya kepada Badan
Pengurus yang lebih tinggi untuk dipertimbangkan tindakan disipliner lebih lanjut sesuai
Pasal 22.1(f).

Pasal 146
PROTES dan BANDING
(Protest and Appeal)

1. Protes mengenai status seorang atlet untuk berpartisipasi dalam suatu perlombaan harus
diajukan sebelum lomba itu dimulai kepada DT. Jika DT telah membuat suatu keputusan,
maka ada suatu hak untuk mengajukan banding kepada Dewan Hakim. Bila masalahnya
belum dapat diselesaikan secara memuaskan menjelang perlombaan, atlet tersebut
diperbolehkan ikut berlomba dengan status "under protest", dan masalahnya diajukan ke
Dewan IAAF.

2. Protes mengenai hasil atau pelaksanaan lomba suatu event harus diajukan dalam tempo
30 menit setelah hasil resmi event tersebut diumumkan. Panitia Penyelenggara
perlombaan harus mencatat waktu pengumuman setiap hasil.

3. Dalam tahap pertama, setiap protes harus disampaikan secara lisan kepada Wasit terkait
oleh atlet yang bersangkutan, atau oleh seseorang yang bertindak atas namanya. Untuk
dapat sampai kepada suatu keputusan yang adil, Wasit harus mempertimbangkan semua
bukti yang ada yang dianggap perlu, termasuk film atau gambar hasil rekaman video resmi,
atau bukti (rekaman) video lainnya yang tersedia. Wasit dapat memutuskan atau
meneruskan protes tersebut kepada Dewan Hakim. Terhadap keputusan Wasit ada hak
untuk naik banding kepada Dewan Hakim.

4. (a) Dalam event lintasan, bila seorang atlet mengajukan protes lisan karena dinyatakan
telah melakukan start-salah, Wasit lintasan boleh mengizinkan si atlet untuk ikut
berlomba dengan status ‘under protest’ dalam rangka melindungi hak semua pihak
yang terkait. Protest demikian tidak bisa diterima bila start salah itu dideteksi oleh alat
pengontrol start salah IAAF yang sah, kecuali jika Wasit menyatakan bahwa
informasi yang diberikan oleh alat tersebut nyata-nyata tidak akurat.
Jika alat kontrol start salah yang disahkan IAAF digunakan, protes dapat
didasarkan atas kesalahan Starter untuk merecall start yang salah. Protes dapat
diajukan oleh, atau atas nama, atlet yang telah menyelesaikan lomba. Jika
protes ini diterima, atlet yang telah melakukan start salah, dan seharusnya
didiskualifikasi sesuai peraturan Pasal 162.7, harus dikenakan diskualifikasi.

(b) Dalam event lapangan, bila seorang atlet mengajukan protes lisan karena
kesempatannya dianggap gagal, maka Wasit event tersebut, atas kebijaksanaannya,
dapat memerintahkan agar hasilnya diukur dan dicatat, dalam rangka melindungi hak
semua pihak yang terkait.

5. Suatu banding diajukan kepada Dewan Hakim (Jury of Appeal) dalam tempo 30 menit
setelah pengumuman resmi keputusan Wasit, secara tertulis, ditandatangani oleh seorang
Ofisial yang bertanggung jawab atas nama atlet yang bersangkutan, dan disertai
penyerahan suatu deposito (sejumlah biaya) sebesar US $100,-- atau bernilai setara itu,
yang akan hilang apabila protest itu tidak diterima.

6. Dewan Hakim harus berkonsultasi dengan semua orang yang terkait, termasuk Wasit dan
para Judge. Apabila Dewan Hakim merasa ragu-ragu, bukti-bukti lain yang tersedia dapat
dipertimbangkan. Bila bukti-bukti demikian, termasuk bukti rekaman video yang tersedia,
tidak memuaskan, maka keputusan Wasit tetap berlaku.

Catatan: Jika Dewan Hakim atau DT tidak ada, maka keputusan Wasit adalah final.
59

Pasal 147
PERLOMBAAN CAMPURAN
(Mixed Competition)

Untuk semua perlombaan yang seluruhnya dilaksanakan di dalam stadion, event-event


campuran antara atlet putra dan putri tidaklah diperbolehkan.

Pasal 148
PENGUKURAN
(Measurement)

Untuk event lintasan dan lapangan dalam perlombaan sesuai Pasal 1 a) sampai c) termasuk,
semua pengukuran harus dilakukan dengan suatu pita baja yang sudah dikalibrasi dan diberi
sertifikat, mistar ukur atau suatu alat-ukur ilmiah. Pita ukur dari baja, mistar ukur, alat ukur
ilmiah harus diberi sertifikat oleh IAAF dan akurasi alat pengukur yang digunakan di
dalam perlombaan harus telah diverifikasi oleh suatu organisasi berakreditasi yang
layak oleh Jawatan Tera Nasional, sehingga semua pengukuran sesuai dengan standard
nasional dan internasional. Pada perlombaan yang selain sesuai Pasal 1 (a) sampai (c),
pita-ukur fiberglass dapat digunakan.
Catatan : Mengenai pengesahan rekor-rekor, lihat Pasal 260.26 (a).

Pasal 149
KEABSAHAN PRESTASI
(Validity of Performance)

Prestasi seorang atlet dinyatakan sah, jika dicapai dalam perlombaan resmi yang dilaksanakan
sesuai dengan Peraturan IAAF yang berlaku.

Pasal 150
REKAMAN VIDEO
(Video Recording)

Dalam perlombaan sesuai Pasal 1 (a) dan (b) dan, bila mungkin dalam perlombaan lainnya,
disarankan digunakan suatu rekaman video resmi untuk semua event, yang merekam akurasi
prestasi dan pelanggaran Peraturan sebagai dokumentasi pendukung.

Pasal 151

PENILAIAN
(Scoring)

Dalam suatu pertandingan yang hasilnya ditentukan berdasarkan penilaian, metoda penilaian
harus disepakati bersama oleh semua negara atlet, sebelum perlombaan dimulai.
60

SEKSI III EVENT- EVENT LINTASAN


(Track Events)
Pasal 163.2, 163.6 (kecuali Pasal 230.11 dan 240.10), 164.3, 165 juga berlaku untuk seksi-
seksi VII, VIII, dan IX.)

Pasal 160
PENGUKURAN LINTASAN
(Track Measurements)

1. Panjang lintasan lari yang standar adalah 400m. Lintasan ini terdiri dari dua lintasan
lurus yang sejajar dan dua tikungan yang jari-jarinya sama. Kecuali untuk lintasan
rumput, sisi dalam lintasan harus dibatasi oleh suatu pinggiran (kerb) terbuat dari
bahan yang cocok, kira-kira tingginya 5cm dan lebarnya minimum 5cm. Bila ada bagian
kerb yang harus dipindahkan sementara untuk event lapangan, tempatnya harus
ditandai dengan garis putih selebar 5cm dan dengan kerucut atau bendera yang
tingginya minimum 20 cm, ditempatkan pada garis putih tersebut, sedemikian sehingga
ujung alas kerucut atau tiang bendera berpotongan dengan sisi garis putih terdekat
pada lintasan, dan dipasang dengan interval tak lebih dari 4m. Hal ini juga berlaku
pada bagian lintasan steeple chase di tempat para atlet berbelok dari lintasan utama
menuju rintangan air. Untuk lintasan rumput tanpa kerb, tepi dalam harus ditandai
dengan garis selebar 5cm. Juga harus dipasang bendera pada interval 4m. Bendera-
bendera ini harus ditempatkan pada garis untuk mencegah atlet berlari di atas garis
tersebut. dan dimiringkan dengan sudut 60° terhadap tanah menjauhi lintasan.
Bendera ini berukuran kira-kira 25cm x 20cm dan dipasang pada tiang sepanjang
45cm.

2. Pengukuran dilakukan 30cm ke arah luar dari kerb. Jika tidak ada kerb, pengukuran
dilakukan 20cm dari garis tepi dalam lintasan.

Gambar : UKURAN-UKURAN LINTASAN LARI


(pandangan dari sebelah dalam)

3. Jarak lomba harus diukur dari tepi garis start yang lebih jauh dari garis finis, sampai ke
tepi garis finis yang lebih dekat ke garis start.
4. Dalam semua lomba berjarak 400 m atau kurang, setiap atlet harus mempunyai
lintasan yang pisah dengan lebar 1,22 m ± 0,01 m yang ditandai dengan garis putih
selebar 5cm. Semua lintasan harus punya lebar yang sama. Lintasan dalam harus
diukur seperti disebutkan pada ayat 2 di atas, sedang lintasan lainnya diukur 20 cm
dari tepi luar garis lintasan.
Catatan (i): Untuk semua lintasan lari yang dibuat sebelum 1 Januari 2004, lebar
maksimum lintasan boleh 1,25 m
Catatan: (ii): Garis batas luar lintasan harus termasuk dalam ukuran lebar lintasan (lihat Pasal
163.3 dan 163.4).
61
5. Dalam perlombaan atletik internasional sesuai Pasal 1 (a), (b), (c), track harus dapat
menampung 8 lintasan.
6. Kemiringan track yang diperbolehkan tidak melebihi 1:100 pada arah samping dan
tidak melebihi 1:1000 menurun pada arah lari.
Catatan: Disarankan untuk track baru, kemiringan ke arah samping menurun menuju lintasan
dalam.
7. Informasi teknis yang lengkap konstruksi, denah, dan pemarkaan track ada di dalam
Panduan Fasilitas Atletik IAAF. Peraturan ini sekedar memberikan prinsip-prinsip
dasar, yang harus dipenuhi.

Pasal 161
STARTBLOK
(Starting Block)

1. Startblok harus digunakan untuk semua lomba sampai dengan jarak 400m (termasuk
atlet pertama pada estafet 4x200m dan 4x400m) dan tidak boleh digunakan untuk
lomba lainnya. Saat ditempatkan di track, tidak boleh ada bagian startblok yang
menyentuh garis start atau melampaui batas lintasan. Startblok harus memenuhi
spesifikasi berikut:
(a) Berkonstruksi kaku dan tidak memberikan keuntungan tak jujur bagi pemakainya.
(b) Terpasang kokoh pada track dengan sejumlah paku yang dirancang agar
kerusakan track yang ditimbulkannya sekecil mungkin. Pemasangannya harus
memungkinkan untuk dapat dipindahkan dengan mudah dan cepat. Jumlah, besar
dan panjang paku tergantung dari konstruksi track. Pemasangan yang kokoh
bertujuan agar startblok tidak goyang pada saat start yang sebenarnya.
(c) Jika atlet menggunakan startbloknya sendiri, maka startblok ini harus memenuhi
ayat (a) dan (b) di atas. Startblok tersebut boleh mempunyai desain dan konstruksi
apapun asalkan tidak mengganggu atlet lainnya.
(d) Selain memenuhi ketentuan di atas, jika startblok disediakan oleh Panitia
Penyelenggara, harus dipenuhi juga spesifikasi berikut ini :
Start-blok harus terdiri dari dua buah tumpuan kaki, tempat atlet menumpu saat posisi
start. Tumpuan kaki ini harus dipasang pada suatu kerangka yang kaku, yang tidak
akan menghambat kaki atlet pada saat meninggalkan startblok. Tumpuan kaki ini
dipasang miring sesuai kemiringan letak kaki atlet, dapat merupakan permukaan rata
atau cekung. Permukaan tumpuan kaki dibuat untuk bisa mengakomodasi paku sepatu
atlet, dengan mempergunakan alur atau lubang pada permukaannya atau melapisi
permukaannya dengan bahan yang sesuai sebagai tempat injakan paku sepatu atlet.
Pemasangan tumpuan kaki pada kerangka yang kaku seyogyanya dapat distel tetapi
tidak goyah pada saat start sebenarnya. Tumpuan kaki harus dapat distel maju atau
mundur sesuai kebutuhan atlet. Penyetelannya dikencangkan dengan penjepit atau
mekanisme pengunci yang kuat yang dapat distel dengan mudah dan cepat oleh atlet.

2. Dalam lomba sesuai Pasal 1 (a), (b) dan (c) startblok harus dihubungkan dengan alat
pendeteksi start salah yang disahkan IAAF. Sedangkan Starter dan atau Recaller harus
memakai head phone agar dapat mendengar dengan jelas sinyal akustik yang
terpancar ketika alat itu mendeteksi start salah (yaitu ketika waktu reaksi kurang dari
100/1000 detik). Begitu Starter dan/atau recaller mendengar sinyal akustik, dan jika
pistol sudah ditembakkan, atau perangkat start sudah diaktifkan, maka harus ada recall
(pemanggilan kembali) dan starter harus segera memeriksa waktu reaksi pada alat
pendeteksi start salah guna memastikan atlet mana yang bertanggung jawab terhadap
start salah tersebut. Sistem ini sangat disarankan untuk digunakan pada perlombaan
atletik lainnya.

3. Dalam perlombaan sesuai Pasal 1 (a), (b), (c), (d) dan (e), atlet harus menggunakan
start blok yang disediakan oleh Panitia Penyelenggara perlombaan. Dalam perlombaan
lain pada track sintetik, Panitia Penyelenggara dapat menekankan bahwa atlet hanya
boleh menggunakan startblok yang disediakan oleh Panitia Penyelenggara saja.
62
Pasal 162
START

1. Start suatu lomba harus ditandai dengan sebuah garis putih selebar 5 cm. Dalam
semua lomba yang tidak menggunakan lintasan terpisah garis start ini dibuat
melengkung, sehingga semua atlet akan menempuh jarak yang sama ke garis finis.
Penempatan atlet untuk semua jarak lomba harus diberi nomor urut dari kiri ke kanan
menghadap ke arah lari.
2. Semua lomba harus diberangkatkan dengan tembakan pistol starter atau alat start
yang disahkan, ditembakkan ke atas setelah ia yakin bahwa semua atlet dalam
keadaan siap dan dalam posisi start yang benar.
3. Dalam semua perlombaan internasional, kecuali yang disebut dibawah ini, aba-aba
starter dalam bahasanya sendiri, bahasa Inggris atau Perancis, untuk lomba sampai
dengan jarak 400 m (termasuk 4x200 m dan 4x 400 m) harus berbunyi “On your marks”
(bersedia) dan “Set” (siap). Jika semua atlet telah “siap”, pistol ditembakkan, atau alat
start yang sah diaktifkan. Atlet tidak boleh menyentuh baik garis start ataupun tanah di
depan garis start dengan tangannya atau kakinya apabila saat sudah “bersedia”.
Dalam lomba lebih dari 400m aba-abanya adalah “on your mark” ("Bersedia”) dan jika
semua atlet sudah siap pistol ditembakkan, atau alat start yang sah diaktifkan. Pada
saat ini, atlet tidak boleh menyentuh tanah dengan tangannya.

Catatan : Dalam perlombaan sesuai Pasal 1 (a) dan (b), aba-aba start harus diberikan
hanya dalam bahasa Inggris.

4. Bila menurut starter belum semua atlet siap untuk melakukan start sesudah mereka
berada dalam posisi ‘bersedia’, ia harus memerintahkan agar semua atlet untuk
mundur dari garis start dan para Asisten Starter menempatkan mereka kembali di garis
persiapan.
Dalam semua lomba sampai dengan 400 m (termasuk atlet pertama 4x200 m dan
4x400m), start-jongkok dan penggunaan start-blok adalah wajib.
Sesudah aba-aba “bersedia” atlet harus menuju ke garis start, mengambil posisi
seluruhnya di dalam lintasan yang diperuntukkan baginya dan di belakang garis start.
Kedua tangan dan minimal satu lutut harus menyentuh tanah, dan kedua kakinya harus
menyentuh start blok. Pada aba-aba “siap” atlet harus segera mengangkat dirinya
menuju ke sikap akhir start dengan kedua tangan tetap menyentuh tanah dan kedua
kaki menyentuh tumpuan kaki pada startblok.
5. Baik pada aba-aba “bersedia” atau “siap”, semua atlet secara serentak tanpa
menunda waktu harus segera mengambil sikap yang sesuai dengan aba-aba tersebut.

Start Salah
6. Seorang atlet setelah mengambil posisi sesuai dengan aba-aba, tidak boleh
memulai gerakan startnya sebelum tembakan pistol atau diaktifkannya alat start
yang disahkan. Jika menurut Starter atau Recaller, atlet melakukannya lebih
awal, maka hal tersebut dianggap sebagai start salah.

Hal berikut juga harus dianggap sebagai start salah, jika menurut Starter :
(a) Seorang atlet gagal mentaati aba-aba “bersedia” atau “siap” setelah suatu tengat
waktu yang layak.
(b) Seorang atlet setelah aba-aba “bersedia” mengganggu atlet lainnya dengan
menggunakan suara atau cara lainnya.

Catatan: Apabila digunakan alat pengontrol start salah yang di sahkan IAAF (lihat peraturan
Pasal 161.2 tentang rincian operasional alat), bukti yang diberikan alat ini biasanya
diterima sebagai keputusan oleh Starter.

7. Setiap atlet yang telah melakukan start salah harus diberi peringatan. Kecuali di dalam
event gabungan, hanya satu kali start salah yang diperbolehkan tiap lomba tanpa
menjatuhkan diskualifikasi kepada atlet yang berbuat start salah. Tiap atlet yang
melakukan start salah berikutnya dalam lomba tersebut harus didiskualifikasi.
63
Dalam lomba event-gabungan, apabila seorang atlet bertanggung jawab terhadap
dua kali start salah, dia dikenakan diskualifikasi.
Catatan : Dalam praktek, bila satu atlet atau lebih berbuat start salah, atlet yang lain
cenderung mengikutinya sehingga seharusnya tiap atlet yang melakukan hal
demikian juga telah membuat start salah. Starter hanya akan memberi peringatan
kepada atlet yang berbuat demikian yang menurut pendapatnya bertanggung jawab
terhadap start salah. Hal ini bisa saja terjadi terhadap lebih dari satu orang atlet
yang harus diberi peringatan.
Bila start-salah itu bukan karena kesalahan atlet, tidak ada peringatan yang
perlu diberikan, dan ‘kartu-hijau’ harus ditunjukkan kepada semua atlet.

8. Starter atau Recaller yang berpendapat bahwa suatu start telah berlangsung dengan
tidak jujur, dia harus memanggil kembali atlet dengan menembakkan pistol startnya
lagi.

1000m, 2000m, 3000m, 5000m dan 10.000m.


9. Bila terdapat lebih dari 12 atlet dalam suatu lomba, sebaiknya mereka dibagi menjadi
dua kelompok, dengan satu kelompok berjumlah kira-kira 65% berada pada garis start
lengkung yang biasa, sedangkan kelompok yang lain berada pada garis start lengkung
terpisah yang ditandai dengan garis melintang separuh lintasan luar. Kelompok lain ini
harus berlari sampai dengan ujung tikungan pertama pada separuh lintasan luar.
Garis start lengkung terpisah ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga semua atlet
akan menempuh jarak yang sama.
“Breakline” untuk 800m seperti yang dijelaskan dalam Pasal 163.5 merupakan tempat
atlet kelompok luar untuk event 2000m dan 10.000m boleh bergabung dengan atlet
lainnya yang menggunakan garis start yang biasa. Track harus diberi marka pada awal
lintasan lurus yang menuju finis bagi kelompok luar untuk bergabung dengan kelompok
lainnya yang menggunakan garis start biasa untuk event 1000m, 3000m dan 5000m,
Marka ini berukuran 5cm x 5cm pada perpotongan antara garis lintasan 4 dan 5
(lintasan 3 & 4 untuk track 6 lintasan) dan di atasnya ditempatkan kerucut atau
bendera hingga kedua kelompok itu bergabung kembali.

Pasal 163
LOMBA
(The Race)

1. Arah lari haruslah mengarah ke kiri (dengan tangan kiri ada di sebelah dalam).
Lintasan harus diberi nomor urut yang dimulai dengan lintasan paling dalam bernomor
1.

Hambatan.
2 Atlet lomba yang mendesak atau menghalangi atlet lain, sehingga
menghambat gerak majunya, dapat dikenakan diskualifikasi dari event tersebut. Wasit
memiliki wewenang untuk mengulang kembali lomba tanpa mengikut sertakan tiap atlet
yang didiskualifikasi atau, dalam kasus seri, memperbolehkan atlet yang terkena
akibatnya secara serius (selain yang dikenai diskualifikasi), untuk ikut berlomba dalam
babak berikutnya pada event tersebut. Biasanya atlet tersebut harus menyelesaikan
lomba dengan upaya yang bonafide.
Tanpa mempertimbangkan apakah telah terjadi diskualifikasi atau tidak, dalam situasi
tertentu, wasit juga mempunyai wewenang untuk mengulang kembali lomba bila
menurut pertimbangannya hal ini cukup beralasan.

Lari di Lintasan Masing-masing.


3. Dalam semua lomba lari di lintasan masing-masing, atlet harus tetap berada di lintasan
yang dialokasikan kepadanya sejak start sampai finis. Hal ini juga berlaku untuk lomba
yang sebagiannya dilaksanakan di lintasan yang terpisah. Kecuali yang dinyatakan
pada ayat 4 berikut ini, jika Wasit yakin, atas laporan Judge atau Pengawas lintasan
atau keduanya, bahwa seorang atlet telah berlari di luar lintasan yang seharusnya, dia
harus didiskualifikasi.
64
4. Jika seorang atlet didorong atau dipaksa oleh atlet lain untuk berlari di luar lintasannya,
dan bila tak ada keuntungan material yang diperoleh, atlet tersebut tidak harus
didiskualifikasi.
Bila seorang atlet:
(a) berlari di luar lintasannya di bagian lurus, namun tidak ada keuntungan materil
yang diperoleh atau
(b) berlari di sebelah luar lintasannya pada tikungan, dengan tidak memperoleh
keuntungan material
dan tidak ada atlet lain yang terhambat karenanya dia juga tidak harus dikenakan
diskualifikasi.

5. Dalam perlombaan sesuai Pasal 1 (a), (b), dan (c), event 800 m harus
dilarikan pada lintasan terpisah sampai sejauh sisi terdekat “breakline” setelah
tikungan pertama tempat atlet boleh meninggalkan lintasannya masing-masing.
Breakline merupakan garis lengkung selebar 5 cm, melintang track, dan ujung-
ujungnya ditandai dengan bendera setinggi minimal 1,50 m, ditancapkan di luar track
30 cm dari garis lintasan terdekat.
Catatan (i):
Untuk membantu atlet mengenali breakline, kerucut atau prisma kecil
(5cmx5cm), dan tingginya tak lebih dari 15 cm dengan warna yang berbeda dari
breakline dan garis lintasan, dapat ditempatkan pada garis lintasan tepat
sebelum perpotongan garis lintasan dengan breakline.
Catatan (ii):
Dalam pertandingan internasional, negara peserta dapat menyepakati untuk tidak
menggunakan lintasan terpisah.

Meninggalkan Track.
6. Seorang atlet, setelah dengan sukarela meninggalkan track, tidak diperkenankan untuk
meneruskan lomba.

Check Mark.
7. Kecuali dalam lomba lari estafet yang sebagian atau seluruhnya dilarikan pada lintasan
terpisah, atlet tidak diperkenankan menggunakan “check mark” atau menempatkan benda
pada track atau sepanjang sisi track lari sebagai bantuan.

Pengukuran Angin.
8. Periode pengukuran kecepatan angin sejak saat kilatan api pistol starter atau alat start
yang sah adalah sebagai berikut :

Detik
100m 10
100m gawang 13
110m gawang 13

Dalam event 200m, kecepatan angin harus diukur selama 10 detik yang dimulai ketika atlet
terdepan memasuki lintasan lurus.
9. Pengukur angin untuk event lintasan harus ditempatkan di samping bagian lurus lintasan
satu, 50m dari garis finis. Alat ini ditempatkan pada ketinggian 1,22m dan tidak lebih dari
2m jauhnya dari track.
10. Kecepatan angin harus dibaca dalam meter per detik, dibulatkan ke perpuluhan yang lebih
tinggi berikutnya dari meter per detik, dalam arah positif/searah lari (misalnya pembacaan
+2,03 m/detik harus dicatat sebagai +2,1; pembacaan -2,03m/detik harus dicatat sebagai
-2,0). Alat ukur yang menghasilkan bacaan digital dinyatakan dalam perpuluhan meter per
detik harus dirancang sesuai dengan Peraturan ini.
Semua perangkat pengukur angin harus telah memiliki sertifikat IAAF dan
akurasinya telah diverifikasi oleh suatu organisasi berakreditasi yang layak oleh
Jawatan Tera nasional. sehingga semua pengukuran sesuai dengan standard
nasional dan internasional.
65
11. Pengukur angin ultrasonic harus digunakan pada semua perlombaan
internasional sesuai Pasal 1 (a) sampai (f).
Pengukur angin mekanik harus memiliki pelindung yang memadai guna mengurangi
dampak dari komponen tiupan angin melintang. Apabila menggunakan tabung maka
panjang alat ukur ini minimal dua kali diameter tabung itu.

12. Alat pengukur angin ini dapat distart dan distop secara otomatis dan/atau dari jarak jauh
(remote), dan informasinya diteruskan secara langsung ke komputer perlombaan.

Pasal 164
FINIS
(The Finish)

1. Finis suatu lomba harus ditandai dengan garis putih selebar 5 cm.

2. Untuk membantu pelurusan perangkat Foto Finis dan untuk memfasilitasi pembacaan
gambar foto finis, maka perpotongan dari garis lintasan dengan garis finis harus dicat
dengan warna hitam.

3. Kedatangan atlet harus diurutkan menurut bagian tubuhnya (yaitu: torso, yang dibedakan
dari kepala, leher, lengan, tungkai, tangan atau kaki) yang menyentuh bidang vertikal pada
sisi terdekat garis finis seperti tersebut di atas.

4. Dalam lomba yang ditentukan berdasar jarak yang ditempuh dalam suatu selang waktu
tertentu, Starter harus menembakkan pistolnya tepat satu menit sebelum akhir lomba untuk
memberitahu atlet dan Judge bahwa lomba itu hampir berakhir. Starter diarahkan oleh
Ketua Pencatat Waktu, dan pada saat yang tepat, dia akan menandai berakhirnya lomba
dengan menembakkan pistolnya lagi. Pada tembakan yang menandai akhir lomba, para
Judge yang ditunjuk harus menandai yang titik tepat tempat atlet menyentuh track untuk
terakhir kalinya sebelum atau serentak bersamaan dengan tembakan pistol tersebut. Jarak
yang dicapai diukur ke meter yg lebih pendek di belakang titik tersebut. Minimal satu Judge
harus ditugasi untuk tiap atlet sebelum start lomba dimulai untuk tujuan penandaan jarak
yang ditempuh.

Pasal 165
PENCATATAN WAKTU & FOTO FINIS

1. Ada tiga metode pencatatan waktu yang diakui secara resmi :


- Pencatatan manual (Hand Timing)
- Pencatatan otomatis penuh yang diperoleh dari suatu Sistem Foto Finis.
- Pencatatan yang disediakan oleh suatu Sistem Transponder untuk
perlombaan sesuai Pasal 230 (lomba yang dilaksanakan tidak sepenuhnya di
dalam stadion), Pasal 240 dan Pasal 250.

2. Catatan waktu harus diambil hingga saat bagian tubuh atlet (yaitu: torso, yang dibedakan
dari: kepala, leher, lengan, tungkai, tangan dan kaki) mencapai bidang vertikal dari sisi
terdekat dengan garis finis.

3. Catatan waktu dari semua atlet yang masuk finis harus dicatat. Sebagai tambahan, bila
mungkin, harus dicatat pula dalam lomba lari 800m atau lebih “waktu satu putaran (lap)”
dan dan “waktu antara” (intermediate times) setiap 1000m dalam lomba 3000m atau lebih.

Pencatatan Manual.
4. Pencatat waktu harus berada segaris dengan garis finis dan di sebelah luar dari track. Jika
mungkin, mereka ditempatkan minimal 5m dari lintasan terluar. Untuk mendapatkan
pandangan yang baik ke arah garis finis, harus disediakan tangga berjenjang.
66
5. Pencatat waktu dapat menggunakan stopwatch atau alat pencatat waktu elektronik yang
dioperasikan secara manual dengan bacaan digital. Semua perangkat pengukur waktu
seperti itu diberi istilah 'stop watch' dalam Peraturan IAAF ini.
6. Waktu satu lap dan waktu antara sesuai Pasal 165.3 harus dicatat baik oleh anggota tim
pencatat waktu yang ditunjuk, dengan menggunakan stopwatch yang bisa mencatat lebih
dari satu, atau oleh Pencatat waktu tambahan.

7. Waktu harus diukur sejak terlihatnya kilatan api / asap dari pistol atau dari alat start yang
disahkan.

8. Tiga orang pencatat waktu resmi (satu diantaranya adalah Ketua Pencatat Waktu) dan satu
atau dua pencatat waktu tambahan harus mencatat waktu pemenang setiap event. Waktu
yang dicatat oleh stopwatch tambahan tidak perlu dimasukkan, kecuali jika satu atau lebih
stopwatch Pencatat Waktu resmi gagal mencatat waktu dengan benar; dalam kasus ini
Pencatat Waktu yang digunakan dalam urutan sedemikian rupa sebagai mana yang telah
ditentukan sebelumnya, sehingga dalam semua lomba selalu ada tiga stopwatch yang
mencatat waktu resmi pemenang.

9. Setiap Pencatat waktu harus bertindak secara independen dan tanpa menunjukkan
stopwatchnya, atau mendiskusikannya dengan orang lain, memasukkan catatan waktunya
ke dalam formulir resmi dan, setelah menandatanganinya, menyerahkannya kepada Ketua
Pencatat Waktu yang akan memeriksa stopwatch untuk verifikasi catatan waktu yang
dilaporkan.

10. Untuk semua lomba di track yang waktunya dicatat secara manual, waktu harus dibaca
dan dicatat sampai 1/10 detik lebih lama. Catatan waktu untuk lomba yang sebagian atau
seluruhnya dilaksanakan di diluar stadion harus diubah dan dicatat ke detik bulat lebih
lama, misalnya untuk lomba marathon: 2:09:44.3 harus dicatat sebagai 2:09:45.
Jika jarum stopwatch berhenti di antara dua garis waktu, maka yang harus diambil adalah
waktu yang lebih lama.
Jika yang digunakan adalah stopwatch dengan ketelitian 1/100 detik, atau pengukur waktu
digital elektronik yang dioperasikan secara manual, semua catatan waktu yang tidak
berakhir pada angka nol dalam desimal detik harus diubah dan dibaca menjadi 1/10 detik
lebih lama, misalnya:10.11 harus dicatat sebagai 10,2

11. Jika dua dari tiga stopwatch mencatat waktu yang sama sedang yang ketiga berbeda,
maka waktu yang dicatat oleh dua stopwatch yang sama menjadi waktu resmi. Jika
ketiganya berbeda,waktu yang tengah menjadi waktu resmi. Jika hanya digunakan dua
stopwacth dan keduanya berbeda, maka waktu yang lebih lama yang menjadi waktu
resmi.

12. Ketua Pencatat Waktu, yang bertindak sesuai dengan peraturan di atas, harus menentukan
waktu resmi bagi tiap atlet dan menyerahkan hasilnya kepada Sekretaris Perlombaan untuk
didistribusikan.

Sistem Pencatatan Waktu Otomatis penuh dan Foto Finis


13. Sistem Pencatatan Waktu Otomatis penuh dan Foto Finis yang disahkan oleh IAAF harus
digunakan pada semua perlombaan.

Sistem
14. Sistem ini harus disahkan oleh IAAF, berdasarkan suatu tes akurasi yang dilakukan selama
4 tahun menjelang perlombaan dilaksanakan. Sistem ini harus dimulai secara otomatis oleh
tembakan pistol starter, atau alat start yang sah, sehingga tenggat waktu keseluruhan
antara tembakan pistol start dan mulai bekerjanya sistem pencatatan waktu nilainya
konstan dan kurang dari 1/1000 detik.

15. Suatu sistem yang dioperasikan secara otomatis pada saat start atau pada waktu finis,
namun tidak pada kedua-duanya, bukan merupakan pencatat waktu otomatis penuh dan
juga bukan pencatat manual sehingga tidak dipakai untuk memperoleh catatan waktu
resmi. Dalam kasus ini, waktu yang terbaca apapun keadaanya tidak dianggap waktu
67
resmi, tetapi dapat digunakan sebagai suatu pendukung sah untuk menentukan
kedudukan atlet dan selisih waktu antar atlet.

Catatan : Jika mekanisme pencatatan waktu tidak dimulai oleh pistol start, atau alat start yang sah,
maka skala waktu yang ada pada gambar akan menunjukkan fakta ini secara otomatis.

16. Sistem harus merekam finis melalui kamera dengan celah vertikal, yang ditempatkan pada
perpanjangan garis finis, yang akan menghasilkan gambar berkesinambungan. Gambar ini
harus disinkronisasikan dengan skala waktu pada pembagian 1/100 detik.

17. Catatan waktu dan kedudukan atlet harus dibaca dari gambar dengan menggunakan
cursor yang akan menjamin tegak lurusnya skala waktu dan garis baca.

18. Sistem ini harus mencatat secara otomatis waktu finis para atlet dan mampu menghasilkan
gambar cetak yang menunjukkan catatan waktu setiap atlet.

Operasional
19. Ketua Judge Foto Finis harus bertanggung jawab atas berfungsinya sistem ini. Sebelum
perlombaan dimulai ia harus bertemu dengan staf teknik yang terlibat dan membiasakan
dirinya dengan cara kerja semua peralatan. Bekerja sama dengan Wasit Lintasan dan
Starter, dia harus berinisiatif mengontrol, sebelum dimulainya setiap sesi, untuk menjamin
bahwa setiap peralatan bekerja secara otomatis oleh tembakan pistol Start atau alat start
yang disahkan, dan dipasang dengan posisi yang tepat. Dia harus mensupervisi
penempatan dan pengetesan peralatan dan operasi pengontrolan titik nol.

20. Jika mungkin, minimal harus tersedia dua buah kamera foto finis yang bekerja dari tiap sisi.
Lebih disukai, jika kedua sistem pencatat waktu secara teknis tidak saling bergantung,
misal: menggunakan catu daya yang terpisah dan merekam serta meneruskan informasi
pistol start, atau alat start yang disahkan secara terpisah, dengan perangkat dan kabel
yang terpisah.
Catatan: Jika dua atau lebih kamera foto finis digunakan, satu di antaranya harus dinyatakan resmi
oleh DT ( atau Judge Foto Finis Internasional, jika ada) sebelum perlombaan dimulai.
Catatan waktu dan kedudukan dari gambar kamera lain tidak perlu dipertimbangkan
kecuali jika ada alasan yang meragukan akurasi dari kamera resmi atau jika diperlukan
menggunakan gambar tambahan untuk mengatasi ketidakpastian urutan kedatangan
(misal: atlet seluruhnya atau sebagian tidak jelas pada gambar dari kamera resmi).

21. Dalam kerjasama dengan kedua Asistennya, Ketua Judge Foto Finis harus
menentukan prestasi catatan waktu atlet serta urutan kedatangannya. Dia harus yakin
bahwa hasilnya dimasukkan secara benar ke dalam sistem pencatatan hasil
perlombaan dan diteruskan kepada Sekretaris Perlombaan.

22. Catatan waktu dari sistem foto finis harus menjadi catatan resmi kecuali jika ada alasan
sehingga petugas terkait memutuskan bahwa sistem ini nyata-nyata tidak akurat. Jika ini
terjadi, catatan waktu dari Pencatat Waktu back-up, jika mungkin disusun berdasarkan
informasi selisih waktu yang diperoleh dari gambar Foto Finis, menjadi waktu resmi.
Pencatat Waktu back up ini harus ditunjuk jika terdapat kemungkinan terjadinya kegagalan
sistem pencatatan waktu.

23. Waktu harus dibaca dan dicatat dari gambar Foto Finis sebagai berikut :
(a) Untuk lomba sampai dengan 10.000m, waktunya dibaca dan dicatat
sampai 1/100 detik. Jika tidak tepat pada 1/100 detik, maka waktunya harus dibaca dan
dicatat ke 1/100 detik lebih lama.
(b) Untuk lomba di track yang lebih dari 10.000m, waktu harus dibaca
sampai 1/100 detik dan dicatat sampai 1/10 detik. Semua waktu yang terbaca tidak
berakhir dengan nol harus diubah dan dicatat sampai 1/10 detik lebih lama, misalnya
untuk event 20.000m, 59:26.32 harus dicatat sebagai 59:26.4.
(c) Untuk semua lomba yang dilaksanakan sebagian atau seluruhnya di
luar stadion, waktu harus dibaca sampai 1/100 detik dan dicatat sampai ke detik bulat.
Semua pembacaan waktu yang tidak berakhir dengan nol-nol harus diubah dan dicatat
68
ke detik bulat yang lebih lama, misalnya: untuk Marathon, 2:09:44.32 harus dicatat
sebagai 2:09:45.

Sistem Transponder
24. Penggunaan Sistem Pencatat waktu Transponder yang disahkan oleh IAAF
dalam events yang sesuai Pasal 230 (lomba yang tidak seluruhnya dilaksanakan di
dalam stadion), Pasal 240 dan Pasal 250 diperbolehkan dengan syarat:

(a) Tidak ada peralatan yang digunakan saat start, sepanjang jalur atau di garis
finis yang mengakibatkan hambatan yang cukup berarti bagi gerak majunya atlet.
(b) Berat transponder dan tempatnya yang melekat pada seragam, atau nomor bib
atau sepatu, dapat diabaikan.
(c) Sistem dimulai dengan tembakan pistol Start atau alat start sah.
(d) Sistem tidak membutuhkan tindakan khusus yang dilakukan oleh atlet selama
perlombaan, pada garis finis atau pada semua tahap dalam pemrosesan hasil.
(e) Resolusinya adalah 1/10 detik (misal: jadi dapat membedakan atlet masuk finis
yang terpaut 1/10 detik). Untuk semua lomba, waktu harus dibaca sampai 1/10 detik
dan dicatat sampai ke detik bulat. Semua pembacaan waktu yang tidak berakhir di nol
harus diubah dan dicatat ke detik bulat yang lebih lama, misal: untuk lari Marathon,
2:09:44.3 harus dicatat sebagai 2:09:45
Catatan : Waktu resmi adalah tengat waktu antara tembakan pistol start dan saat atlet
mencapai garis finis. Tengat waktu antara saat atlet melewati garis start dan
saat mencapai garis finis dapat diinformasikan kepada atlet,namun tidak
dapat diakui sebagai waktu resmi.
(f) Sementara penentuan urutan masuk finis dan waktunya dapat dianggap resmi,
peraturan Pasal 164.3 dan Pasal 165.2 dapat diterapkan jika diperlukan.

Catatan : Disarankan ada Judges dan/atau rekaman video yang juga disediakan untuk
membantu penentuan urutan finis.

Pasal 166

PENENTUAN PERINGKAT, UNDIAN DAN KUALIFIKASI


DALAM EVENT LINTASAN
(Seedings, Draws & Qualification in Track Events)

Babak dan Seri.


1. Babak penyisihan (seri) harus diadakan dalam event lintasan, jika jumlah atlet terlalu
banyak untuk dilaksanakan dalam satu babak (final). Apabila babak penyisihan ini
dilakukan, semua atlet harus berlomba dalam babak ini untuk dapat lolos ke babak
berikutnya.

2. Seri, perempat final, dan semi final, harus disusun oleh DT. Jika tidak ada penunjukan DT
penyusunan ini dilakukan oleh Panitia Penyelenggara. Jika tidak ada kondisi luar biasa,
maka tabel berikut harus digunakan untuk menentukan jumlah babak, jumlah seri dalam
tiap babak, dan prosedur kualifikasinya untuk setiap babak dari event lintasan :

100m, 200m, 400m, 100mGW, 110mGW, 400mGW


Atlet Babak I Babak II Babak III
terdaftar Seri Posisi Waktu Seri Posisi Waktu Seri Posisi
9 -16 2 3 2
17 - 24 3 2 2
25 – 32 4 3 4 2 4
33 – 40 5 4 4 3 4 4 2 4
41 – 48 6 4 8 4 4 2 4
49 – 56 7 4 4 4 4 2 4
57 – 64 8 3 8 4 4 2 4
65 – 72 9 3 5 4 4 2 4
69
73 – 80 10 3 2 4 4 2 4
81 – 88 11 3 7 5 3 1 2 4
89 – 96 12 3 4 5 3 1 2 4
97 – 104 13 3 9 6 2 4 2 4
105 – 14 3 6 6 2 4 2 4
112
800m, 4x100m, 4x400m
Atlet Babak I Babak II Babak III
terdaftar Seri Posisi Waktu Seri Posisi Waktu Seri Posi
si
9 -16 2 3 2
17 - 24 3 2 2
25 – 32 4 3 4 2 3 2
33 – 40 5 2 6 2 3 2
41 – 48 6 2 4 2 3 2
49 – 56 7 2 2 2 3 2
57 – 64 8 2 8 3 2 2
65 – 72 9 3 5 4 3 4 2 4
73 – 80 10 3 2 4 3 4 2 4
81 – 88 11 3 7 5 3 1 2 4
89 – 96 12 3 4 5 3 1 2 4
97 – 104 13 3 9 6 2 4 2 4
105 – 14 3 6 6 2 4 2 4
112

1500m
Atlet Babak I Babak II
terdaftar Seri Posisi Waktu Seri Posisi Waktu
16 - 24 2 4 4
25 - 36 3 6 6 2 5 2
37 - 48 4 5 4 2 5 2
49 - 60 5 4 4 2 5 2
61 -72 6 3 6 2 5 2

3000m SC. 3000m


Atlet Babak I Babak II
terdaftar Seri Posisi Waktu Seri Posisi Waktu
16 – 30 2 4 4
31 – 45 3 6 6 2 5 2
46 – 60 4 5 4 2 5 2
61 - 75 5 4 4 2 5 2

5000m
Atlet Babak I Babak II
terdaftar Seri Posisi Waktu Seri Posisi Waktu
20 – 38 2 5 5
39 – 57 3 8 6 2 6 3
58 - 76 4 6 6 2 6 3
77 - 93 5 5 5 2 6 3

10000m
Atlet Babak I
terdaftar Seri Posisi Waktu
28 – 54 2 8 4
55 – 81 3 5 5
82 - 108 4 4 4
70
Jika mungkin, perwakilan dari tiap negara atau tim harus ditempatkan dalam seri yang
berbeda untuk semua babak perlombaan.

Catatan:
(i) Bila seri sedang disusun, disarankan untuk mempertimbangkan sebanyak mungkin
informasi tentang prestasi dari semua atlet, dan pengundian seri, sehingga
diharapkan atlet terbaik akan mencapai final.
(ii) Untuk Kejuaraan Dunia dan Olimpiade, tabel alternatif dapat dimasukkan dalam
Peraturan Teknik
3. Setelah babak pertama, para atlet ditempatkan di dalam seri babak berikutnya sesuai
dengan prosedur berikut ini :
(a) Untuk event 100m sampai dengan 400m, dan estafet sampai dengan 4x400m,
penentuan peringkat (seeding) harus berdasarkan atas kedudukan dan waktu yang
dicapai dalam babak sebelumnya. Atlet ditentukan peringkatnya sebagai berikut :
* yang tercepat dari posisi pertama tiap seri
* yang kedua tercepat dari posisi pertama tiap seri
* yang ketiga tercepat dari posisi pertama tiap seri, dst.
* yang tercepat dari posisi kedua tiap seri
* yang kedua tercepat dari posisi kedua tiap seri
* yang ketiga tercepat dari posisi kedua tiap seri, dst.
Ditutup dengan :
* Atlet tercepat dari kualifikasi waktu
* Atlet kedua tercepat dari kualifikasi waktu
* Atlet ketiga tercepat dari kualifikasi waktu, dst.

Kemudian atlet ditempatkan di dalam seri dalam distribusi peringkat secara zigzag,
misalnya 3 seri akan berisikan peringkat sebagai berikut:

Seri A : 1 6 7 12 13 18 19 24
Seri B : 2 5 8 11 14 17 20 23
Seri C : 3 4 9 10 15 16 21 22

Urutan pelaksanaan lomba seri A, B, C masih harus diundi.


(b) Untuk event lain, daftar prestasi atlet sebelum perlombaan tetap digunakan untuk
'seeding', dan hanya dimodifikasi bila terjadi peningkatan prestasi di babak
sebelumnya. Untuk babak pertama, penempatan atlet dalam seri serta undian urutan
seri harus menggunakan sistem diatas. tetapi dengan peringkat yang ditentukan dari
daftar prestasi sah yang dicapai sebelum perlombaan.

4. Untuk event 100m sampai dengan 800m, dan estafet sampai dengan dan termasuk
4x400m, jika ada beberapa babak yang berurutan dari suatu lomba, maka lintasan harus
diundi sebagai berikut:
(a) Dalam babak pertama urutan lintasan harus diundi.
(b) Untuk babak berikutnya, atlet ditentukan peringkatnya setelah tiap babak sesuai
dengan prosedur yang ditunjukkan dalam Pasal 166.3 (a) atau Pasal 166.3 (b) dalam
hal event 800m.
Dua undian harus dibuat:
(c) satu untuk empat atlet atau tim dengan peringkat terbaik untuk menempati lintasan
3, 4, 5, dan 6.
(d) Satu lagi untuk empat atlet atau tim dengan peringkat lebih rendah untuk
menempati lintasan: 1, 2, 7, dan 8.

Catatan (i): Apabila lintasan kurang dari 8, sistem di atas harus dimodifikasi seperlunya.
Catatan (ii): Dalam perlombaan sesuai Pasal 1 (d) sampai (h), event 800m dapat
dilaksanakan dengan satu atau dua atlet dalam tiap lintasan, atau dengan menggunakan
start kelompok di belakang garis start lengkung.
Catatan (iii): Dalam lomba sesuai Pasal 1 (a), (b) dan (c) ini biasanya hanya diterapkan
dalam babak pertama, kecuali ada hasil sama atau keputusan Wasit, sehingga ada lebih
banyak atlet dalam seri babak berikutnya daripada yang diperkirakan.
71
5. Atlet tidak diperkenankan berlomba di dalam seri lain selain dalam seri yang
mencantumkan namanya, kecuali dalam kasus yang menurut Wasit perlu adanya
perubahan.

6. Dalam semua babak penyisihan, minimal kedatangan pertama dan kedua tiap seri berhak
masuk babak berikutnya dan disarankan bahwa jika mungkin minimal tiga atlet dalam tiap
seri dapat masuk ke babak berikutnya.

Kecuali bila peraturan Pasal 167 diterapkan, atlet lainnya yang berhak masuk babak
berikutnya harus ditentukan berdasarkan kedatanganan atau waktu sesuai Pasal 166.2.
Ketentuan khusus atau yang ditentukan oleh DT. Jika atlet ditentukan lolos tidaknya
berdasarkan waktu hanya satu sistem pencatatan waktu yang digunakan.
Urutan pelaksanaan lomba seri harus diundi setelah komposisi seri terisi.

7. Jika memungkinkan, tengat waktu minimum antara seri terakhir dari tiap babak dengan seri
pertama babak berikutnya atau final, harus diatur sebagai berikut:
- Sampai dengan dan termasuk 200m 45 menit
- Lebih dari 200m sampai dengan dan termasuk 1000m 90 menit
- Lebih dari 1000m tidak pada hari yg sama.

Babak Tunggal (final)


8. Dalam lomba sesuai Pasal 1 (a), (b) dan (c), untuk event lebih jauh dari 800m, estafet lebih
jauh dari 4x400m dan event yang membutuhkan hanya satu babak (final), lintasan/posisi
start harus ditentukan dengan undian.

Pasal 167
HASIL - SAMA
(Ties)

Hasil sama dipecahkan dengan cara sebagai berikut :


Untuk menentukan adanya hasil sama, dalam babak penentuan lolos ke babak berikutnya yang
didasarkan atas waktu, Ketua Judge Foto Finis harus memperhatikan waktu sebenarnya yang
dicapai oleh atlet sampai 1/1000 detik. Jika masih sama maka atlet-atlet yang memperoleh
hasil sama ini harus dinyatakan maju ke babak berikutnya atau, jika hal tersebut tidak
memungkinkan, harus dilaksanakan undian untuk menentukan siapa yang akan masuk ke
babak berikutnya. Jika kasus hasil sama terjadi pada kedudukan pertama dalam final, bila
memungkinkan, Wasit berwenang untuk menentukan lomba ulang bagi atlet yang membuat
hasil sama. Jika tidak memungkinkan, maka hasil sama tetap berlaku. Hasil sama untuk
kedudukan lainnya tetap.

Pasal 168
LOMBA LARI-GAWANG
(Hurdle Races)

1. Jarak . Berikut ini adalah jarak standar event lari gawang:


Putra, Junior putra, dan Remaja putra : 110m ; 400m
Putri, Junior putri , dan Remaja putri : 100m ; 400m

Terdapat 10 buah gawang pada tiap lintasan lari, yang dipasang sesuai tabel berikut:

Putra, Junior Putra, dan Remaja Putra


Jarak Jarak garis start ke Jarak antar Jarak gawang akhir
lomba gawang 1 gawang ke finis
110m 13,72m 9,14m 14,02m
400m 45,00m 35,00m 40,00m

Putri, Junior Putri, dan Remaja Putri


Jarak Jarak garis start ke Jarak antar Jarak gawang akhir
72
lomba gawang 1 gawang ke finis
100m 13,00m 8,50m 10,50m
400m 45,00m 35,00m 40,00m

Setiap gawang harus ditempatkan pada track sehingga kaki gawang berada di sisi arah
datangnya atlet. Gawang itu harus dipasang sedemikian rupa sehingga tepi palang gawang
yang terdekat berhimpit dengan marka track yang terdekat dengan atlet.

2. Konstruksi. Gawang harus dibuat dari logam atau bahan lain dengan palang atas terbuat
dari kayu atau bahan lain yang cocok. Gawang terdiri dari dua kaki dan dua tiang yang
menopang kerangka segi empat, yang diperkuat oleh satu atau lebih palang melintang,
tiangnya terpasang kokoh pada ujung alas. Gawang harus dirancang sedemikian rupa
sehingga gaya minimal yang besarnya setara dengan bobot 3.6kg yang dikenakan secara
horisontal pada pertengahan sisi atas palang gawang, mampu merobohkannya. Gawang
harus dapat distel ketinggiannya untuk masing-masing event. Sedang beban penahan
harus dapat distel sehingga pada setiap ketinggian suatu gaya minimal setara dengan
bobot antara 3,6kg sampai dengan 4kg, dapat merobohkannya.

Contoh Gawang
73
74
3. Ukuran. Tinggi gawang yang standar sebagai berikut :

Event Putra Junior Putra Remaja Putra Putri/Junior Remaja Putri


100m - - - 0,840m 0,762m
110m 1,067m 0,990m 0,914m - -
400m 0,914m 0,914m 0,840m 0,762m 0,762m

Catatan : Dikarenakan beragamnya pembuatan, gawang sampai 1,000m dapat digunakan


dalam lari 110m gawang junior.

Lebar gawang antara 1,18m sampai 1,20m.


Panjang maksimum alas haruslah 70cm.
Berat gawang tidak boleh kurang dari 10 kg.
Diperbolehkan ada toleransi 3mm, di atas atau di bawah ketinggian standar, karena variasi
dalam pembuatannya.
4. Tinggi palang atas 7cm. Tebal palang ini antara 1cm dan 2,5cm, dan sisi bagian atas
palang harus dibulatkan. Palang harus dipasang kokoh pada penopangnya.

5. Palang atas harus dicat dengan strip putih dan hitam atau dengan warna lain yang
kontras, sehingga strip yang berwarna lebih terang minimal selebar 22,5cm berada di
bagian luar.

6. Semua lomba lari gawang harus menggunakan lintasan terpisah dan tiap atlet harus tetap
berada di lintasannya masing-masing, kecuali yang disebutkan pada Pasal 163.4.

7. Atlet harus diskualifikasi jika :


(a) Tidak melompati setiap gawang,
(b) Menarik kaki atau tungkai di bawah bidang horisontal tepi atas gawang pada
saat melompatinya,
(c) Melompati gawang yang bukan pada lintasannya, atau
(d) Menurut pendapat Wasit, menjatuhkan gawang dengan sengaja.

8. Kecuali yang disebutkan pada ayat 7 (d) di atas, jatuhnya gawang tidak mengakibatkan
diskualifikasi atau tidak sahnya suatu rekor.

9. Untuk Rekor Dunia semua gawang harus memenuhi spesifikasi yang disebutkan dalam
peraturan ini.

Pasal 169
LOMBA LARI HALANG-RINTANG
(Steeplechase Races)

1. Jarak standar adalah 2000m dan 3000m.

2. Dalam event 3000m terdapat 28 rintangan gawang dan 7 rintangan air,


sedang pada event 2000m terdapat 18 rintangan gawang dan 5 rintangan air.

3. Untuk event halang rintang, terdapat 5 rintangan dalam setiap lap setelah garis finis di
lewati pertama kali, dan yang ke 4 adalah rintangan air. Rintangan harus didistribusikan
sedemikian, sehingga jarak antara rintangan kira-kira seperlima dari panjang nominal satu
lap.

Catatan : Dalam event 2000m, jika rintangan air terletak di bagian dalam Track, maka garis finis harus
dilewati dua kali sebelum lap pertama yang mempunyai lima rintangan lengkap.

4. Dalam event 3.000 m, sejak start hingga awal keliling pertama dilakukan tanpa rintangan,
gawang-gawang belum dipasang sampai atlet telah memasuki lap pertama.
75
Dalam event 2000m, rintangan pertama terletak pada gawang ke tiga dari lap normal.
Gawang-gawang sebelumnya belum dipasang sampai para atlet melewati untuk pertama
kalinya.

5. Tinggi gawang adalah 91,4cm untuk putra dan tinggi 76,2cm untuk putri ( ± 0,3cm untuk
keduanya) sedang lebarnya minimal 3,94m. Palang atas gawang dan juga gawang air
berpenampang persegi 12,7cm x 12,7cm.

Contoh Gawang
Halang rintang

Gawang pada rintangan air harus memiliki lebar 3,66m (± 0,02m), dan terpasang kokoh
pada tanah, sehingga tidak memungkin adanya gerakan arah horisontal.
Palang atas harus dicat dengan strip putih dan hitam atau dengan warna lain yang kontras,
sehingga strip yang berwarna lebih terang minimal selebar 22,5cm berada di bagian luar
Berat tiap gawang antara 80kg -100 kg. Setiap gawang harus mempunyai kaki dasar antara
1,2m dan 1,4m (lihat gambar).
Gawang harus ditempatkan pada track sedemikian rupa sehingga 30cm bagian atas gawang
akan menjorok melewati sisi dalam track.
Catatan: Disarankan bahwa gawang pertama lebarnya minimal 5m.

6. Rintangan air, termasuk gawangnya, mempunyai panjang 3,66m ± 0,02m dan lebar bak air
3,66m ± 0,02m. Alas bak air harus berupa permukaan sintetis, atau matras, dengan tebal
yang memadai bagi keamanan pendaratan, dan memungkinkan paku sepatu (spikes) atlet
menumpu dengan mantap. Pada saat start lomba, permukaan air pada bak harus sama
tinggi dengan permukaan track bertoleransi 2cm. Kedalaman air yang terdekat dengan
gawang 70cm sepanjang ± 30cm ke depan. Dari sana, dasar bak ini miring lurus ke atas
menuju permukaan track pada sisi terjauh air ini.
76

Contoh Rintangan Air


untuk Halang rintang

7. Tiap atlet harus melewati atau melalui air. Atlet akan didiskualifikasi, jika ia:
(a) Tidak melompati gawang
(b) Melangkah ke sisi luar rintangan air, atau
(c) menarik kaki atau tungkai di bawah bidang horisontal sisi atas gawang pada
saat melewatinya.

Sepanjang peraturan ini dipatuhi, atlet boleh melewati gawang dengan cara apapun.

Pasal 170
LOMBA ESTAFET
(Relay Races)

1. Garis selebar 5cm harus ditarik melintang track untuk menandai jarak setiap tahap dan
menunjukkan garis batas pertengahan zona (scratch line).

2. Tiap zona pergantian tongkat mempunyai panjang 20m dengan scratch line berada
ditengah. Zona dibatasi oleh sisi garis zona terdekat dengan garis start pada arah lari.

3. Scratch line zona pergantian tongkat pertama untuk 4x400m (atau zona kedua
untuk 4x 200m) sama dengan garis start untuk event 800m.

4. Zona pergantian tongkat kedua dan terakhir (4x400m) adalah garis 10m
sebelum dan sesudah garis start/finis.

5. Breakline untuk pelari kedua (4 x 400m) dan pelari ketiga (4 x 200m), sama dengan
breakline untuk event 800m, sesuai Pasal 163.5.

6. Lomba 4 x 100m dan, bila mungkin, lomba 4 x 200m, harus menggunakan lintasan terpisah
seluruhnya.
Dalam 4 x 200m (bila tidak seluruhnya menggunakan lintasan terpisah) dan 4x400m, lap
pertama serta tikungan pertama lap kedua sampai dengan breakline, menggunakan
lintasan terpisah.
77
Catatan: Dalam event 4x200m dan 4x400m, jika diikuti tidak lebih dari 4 tim,
disarankan bahwa hanya tikungan pertama dari lap pertama saja yang
menggunakan lintasan terpisah.

7. Dalam lomba 4x100m dan 4x200m, anggota tim selain pelari pertama boleh mulai berlari
tak lebih dari 10m di luar zona pergantian (lihat ayat 2 di atas). Suatu marka yang
mencolok harus dibuat pada tiap lintasan untuk menandai batas ini.

8. Dalam event 4x400m pergantian tongkat pertama, yang masih dilakukan di lintasan
masing-masing, pelari kedua tidak diperkenankan memulai lari dari luar zona
pergantiannya, dan harus mulai dari dalam zona tersebut. Begitu pula pelari ketiga dan
keempat harus mulai lari dari dalam zona pergantian.
Pelari kedua pada setiap tim harus berlari di lintasan masing-masing sampai sisi
terdekat breakline setelah tikungan pertama saat atlet boleh meninggalkan lintasan
masing-masing. Breakline merupakan garis lengkung selebar 5 cm melintang track
dan ditandai ujung-ujungnya dengan sebuah bendera setinggi 1,50m yang
dipasang di luar track 30cm dari lintasan terdekat.

Catatan 1: Untuk membantu atlet mengenali breakline, kerucut atau prisma kecil
(5cmx5cm), dan tingginya tak lebih dari 15 cm dengan warna yang
berbeda dari breakline dan garis lintasan, dapat ditempatkan pada garis
lintasan tepat sebelum perpotongan garis lintasan dengan breakline.

9. Pelari ketiga dan keempat lomba 4x400m dengan arahan Petugas yang ditunjuk,
menempatkan dirinya pada posisi menunggu dalam urutan yang sama (dari dalam ke luar)
seperti urutan anggota timnya pada saat mencapai jarak 200m. Begitu pelari yang datang
telah melewati titik ini, pelari yang menunggu harus mempertahankan urutan tersebut, dan
tidak boleh bertukar posisi pada awal zona pergantian tongkat. Jika pelari tidak mematuhi
peraturan ini timnya akan didiskualifikasi.
Catatan: Dalam lomba 4x200m (jika tidak seluruhnya menggunakan lintasan
terpisah) pelari keempat berbaris sesuai urutan daftar start (dari dalam ke
luar).

10. Dalam lomba estafet yang tidak menggunakan lintasan terpisah, atlet yang
menunggu dapat mengambil posisi terdalam di track begitu anggota timnya
mendekat, asalkan mereka tidak saling mendesak atau mendorong sehingga
menghambat gerak maju atlet. Dalam 4x200m dan 4x400m atlet yang menunggu
harus mempertahankan urutan sesuai ayat 9.

11. Check mark. Jika lomba seluruhnya atau bagian pertama menggunakan lintasan
terpisah, atlet boleh memasang sebuah Check mark pada track di dalam lintasannya,
menggunakan pita perekat, maksimum 5cmx40cm dengan warna mencolok yang tidak
baur dengan marka permanen lainnya. Untuk track gravel atau rumput, atlet boleh
membuat checkmark di dalam lintasannya sendiri dengan menggores track. Checkmark
lain tidak boleh digunakan.

12. Tongkat estafet berbentuk tabung halus berongga, berpenampang lingkaran, terbuat dari
kayu, atau logam atau sejenis bahan lain, dalam satu potong, yang panjangnya 28-30cm,
keliling penampangnya 12-13cm, sedang beratnya tidak kurang dari 50 gram. Tongkat
harus berwarna sehingga jelas dilihat selama lomba.

13. Tongkat harus dibawa di tangan sepanjang lomba. Atlet tidak diperkenankan menggunakan
sarung tangan atau menempatkan zat tertentu pada tangannya untuk mendapatkan
pegangan yang lebih baik. Bila jatuh, tongkat harus dipungut oleh atlet yang
menjatuhkannya. Dia boleh meninggalkan lintasannya untuk mengambil tongkat
asalkan saat melakukannya, dia tidak memperpendek jarak lomba. Sepanjang prosedur ini
dilakukan dan tidak ada atlet lain yang terhalang, maka tongkat yang jatuh tidak
mengakibatkan diskualifikasi.
78
14. Dalam semua lomba estafet, tongkat harus dipindahkan dalam zona pergantian.
Perpindahan tongkat dimulai saat pertama kali disentuh oleh pelari penerima dan berakhir
saat tongkat berada hanya pada tangan pelari penerima. Dalam kaitannya dengan zona
pergantian, hanya posisi tongkatlah yang menentukan, bukannya posisi badan atau
anggota badan atlet. Perpindahan tongkat di luar zona pergantian mengakibatkan
diskualifikasi.

15. Atlet sebelum menerima dan/atau sesudah memberikan tongkat, harus tetap berada di
dalam lintasan masing-masing sampai lintasan itu aman, untuk menghindari hambatan
terhadap atlet lain. Pasal 163.3 dan 4 tidak berlaku bagi atlet ini. Bila seorang atlet dengan
sengaja menghalangi anggota tim lain dengan berlari di luar lintasan pada akhir
tahapannya, timnya akan didiskualifikasi.

16. Bantuan dengan cara mendorong atau dengan cara lain akan berakibat diskualifikasi.
17. Begitu suatu tim estafet telah berlomba dalam suatu perlombaan, hanya ada dua atlet
cadangan yang dapat digunakan sebagai pengganti dalam komposisi tim untuk babak
berikutnya. Penggantian dalam suatu tim estafet hanya boleh dilakukan dari daftar atlet
yang telah didaftarkan untuk perlombaan tersebut apapun eventnya. Sekali seorang atlet,
yang telah berlari di babak awal, telah digantikan, dia tidak boleh kembali ke tim. Jika
suatu tim tidak mematuhi peraturan ini, maka tim tersebut akan didiskualifikasi.

18. Komposisi suatu tim estafet dan urutan pelarinya harus diumumkan secara resmi tidak
kurang dari satu jam sebelum diumumkannya panggilan pertama untuk seri pertama dari
tiap babak perlombaan. Perubahan setelah itu harus diverifikasi oleh petugas medis yang
ditunjuk oleh Panitia Penyelenggara dan hanya dapat dilakukan sebelum panggilan terakhir
pada seri tim tersebut berlomba. Jika suatu tim tidak mematuhi peraturan ini, maka tim
tersebut akan didiskualifikasi.
SEKSI IV – EVENT LAPANGAN

Pasal 180
Kondisi Umum

Pemanasan Di Arena Lomba


1. Di arena perlombaan dan sebelum dimulainya event, atlet boleh melakukan percobaan
(practice trial). Dalam event lempar percobaan ini harus dilakukan sesuai urutan undian
dan selalu di bawah supervisi para Judge.

2. Begitu perlombaan sudah dimulai atlet tidak boleh menggunakan:


a). Jalur awalan atau daerah tumpuan,
b). Alat lomba,
c). Lingkaran awalan atau tanah di dalam sektor lemparan, dengan atau tanpa alat
lomba

untuk keperluan latihan

Marker
3. Dalam semua event lapangan yang menggunakan jalur awalan, marker harus ditempatkan
di pinggir jalur, kecuali untuk loncat tinggi marker dapat ditempatkan di jalur awalan. Atlet
boleh menggunakan satu atau dua marker (yang disediakan atau disetujui oleh Panitia
Penyelenggara) untuk membantunya saat melakukan awalan dan tumpuan. Jika marker
tersebut tidak tersedia, ia boleh menggunakan pita perekat tetapi bukan kapur atau zat
sejenis yang meninggalkan bekas yang sukar dihapus.

Urutan Lomba
4. Atlet harus berlomba dalam urutan sesuai undian. Jika ada babak kualifikasi, maka untuk
babak final harus diselenggarakan undian baru (lihat juga ayat 5 di bawah ini).

Kesempatan (Trial)
79
5. Dalam semua event lapangan, kecuali loncat tinggi dan loncat galah, bila terdapat lebih
dari delapan atlet, setiap atlet diberi kesempatan tiga kali, dan delapan atlet dengan
prestasi sah terbaik diberi tiga kali kesempatan lagi. Jika terjadi hasil sama untuk
kedudukan terakhir yang masih melanjutkan lomba, penyelesaiannya seperti dalam ayat 20
berikut. Jika terdapat delapan atlet atau kurang setiap atlet diberi kesempatan enam kali.
Jika lebih dari satu atlet gagal memperoleh hasil sah setelah tiga kesempatan
pertama, atlet tersebut masih boleh berlomba pada kesempatan berikutnya sebelum
atlet lain yang memperoleh hasil sah, dalam urutan relatif sesuai undian awal.
Dalam kedua kasus tersebut, urutan berlomba pada kesempatan keempat dan kelima
diurutkan kembali menurut kebalikan urutan peringkat setelah tiga kesempatan
pertama. Urutan berlomba untuk giliran terakhir harus mengikuti kebalikan urutan
peringkat setelah lima giliran.
Catatan:
(i) Dalam perlombaan sesuai Pasal 1 (d) sampai (h) urutan berlomba untuk giliran
terakhir boleh merupakan kebalikan dari urutan peringkat setelah tiga giliran
pertama.
(ii) Untuk loncat vertikal, lihat Pasal 181.2
6. Kecuali untuk loncat tinggi dan loncat galah, atlet tidak boleh dicatat lebih dari satu
kesempatan dalam satu giliran lomba.

7. Dalam perlombaan Internasional, kecuali Kejuaraan Dunia, (Outdoor, Junior, Indoor, dan
Remaja), dan Olympiade, jumlah kesempatan dalam event lapangan horisontal boleh
dikurangi. Hal ini harus diputuskan oleh Badan Nasional atau Internasional yang
bertanggung jawab atas perlombaan tersebut.

Babak Kualifikasi
8. Babak kualifikasi harus diselenggarakan dalam event lapangan jika jumlah atlet terlampau
banyak untuk dilombakan dalam suatu babak (final). Jika diadakan babak kualifikasi semua
atlet harus berlomba dalam babak tersebut agar lolos. Prestasi yang dicapai dalam babak
kualifikasi tidak diperhitungkan sebagai bagian perlombaan sesungguhnya.

9. Atlet harus dibagi menajdi dua kelompok atau lebih, kecuali jika ada fasilitas yang dapat
digunakan untuk perlombaan kelompok-kelompok tersebut pada waktu dan kondisi yang
sama, setiap kelompok harus segera siap melakukan percobaan setelah kelompok
yang sebelumnya menyelesaikan lomba.

10. Disarankan untuk perlombaan yang berjumlah lebih dari tiga hari, disediakan satu hari
istirahat di antara babak kualifikasi dan babak final dalam event loncat vertikal.

11. Kondisi untuk kualifikasi, standar kualifikasi dan jumlah atlet di babak final ditentukan oleh
DT. Bila tidak ada DT yang ditunjuk kondisi ini ditentukan oleh Panitia Penyelenggara.
Untuk perlombaan sesuai pasal 1 (a), (b), dan (c) minimal harus ada 12 atlet dalam babak
final.

12. Dalam babak kualifikasi, selain loncat tinggi dan loncat galah setiap atlet diberi tiga
kesempatan. Begitu seorang atlet sudah mencapai standar kualifikasi ia tidak boleh
melanjutkan lomba dalam babak tersebut.

13. Dalam babak kualifikasi untuk loncat tinggi dan loncat galah, atlet yang belum
tereliminasi karena tiga kegagalan berturut-turut, harus terus berlomba sampai akhir
kesempatan terakhir pada ketinggian yang menjadi standar kualifikasi, kecuali bila jumlah
atlet untuk babak final sudah dicapai sesuai Pasal 180.11.

14. Jika atlet yang mencapai standar kualikasi yang telah ditetapkan kurang dari jumlah yang
telah ditetapkan, atau bahkan tidak ada, kelompok finalis harus diperbanyak sampai
jumlah tersebut dengan menambahkan atlet menurut prestasi dalam babak kualifikasi.
Hasil sama untuk kedudukan terakhir yang lolos pada urutan keseluruhan harus
diselesaikan seperti diuraikan pada ayat 20 berikut atau Pasal 181.8.
80
15. Jika babak kualifikasi loncat tinggi dan loncat galah diselenggarakan dalam dua
kelompok secara simultan, disarankan agar mistar dinaikkan pada tiap ketinggian pada
waktu yang bersamaan di setiap kelompok. Disarankan pula kedua kelompok kira-kira
memiliki kemampuan yang sama.

Gangguan
16. Jika karena suatu sebab tertentu seorang atlet terhambat kesempatannya, wasit
mempunyai wewenang untuk memberikan kesempatan pengganti.

Penundaan
17. Seorang atlet dalam event lapangan yang tanpa sebab menunda kesempatannya,
dapat mengakibatkan dirinya kehilangan kesempatan tersebut dan karenanya dicatat
sebagai suatu kegagalan. Wasitlah yang berhak memutuskan bahwa penundaan itu
termasuk “tanpa sebab”.
Petugas terkait harus memberitahukan kepada atlet bahwa segala sesuatunya telah siap
untuk memulai kesempatan, dan perioda kesempatan yang bersangkutan dimulai sejak
saat itu. Jika kemudian atlet memutuskan tidak memanfaatkan kesempatan itu, maka
kesempatannya dianggap gagal begitu periodenya habis.
Untuk loncat galah waktu dimulai saat tiang telah disetel sesuai keinginan sebelumnya dari
atlet. Tidak ada waktu tambahan untuk penyetelan lebih lanjut.Jika waktu yang diberikan
habis begitu atlet memulai kesempatanya, hal tersebut diperbolehkan.

Waktu – waktu berikut biasanya tidak dilampaui :


Event Individu
Jumlah atlet yang masih berlomba Loncat Tinggi Loncat Galah Event Lainnya
Lebih dari 3 atlet 1 menit 1 menit 1 menit
2 atau 3 atlet 1,5 menit 2 menit 1 menit
1 atlet 3 menit 5 menit -
Kesempatan berturutan 2 menit 3 menit 2 menit

Event Gabungan
Jumlah atlet yang masih berlomba Loncat Tinggi Loncat Galah Event Lainnya
Lebih dari 3 atlet 1 menit 1 menit 1 menit
2 atau 3 atlet 1,5 menit 2 menit 1 menit
1 atlet 2 menit * 3 menit * -
Kesempatan berturutan 2 menit 3 menit 2 menit

*) Jika hanya tinggal satu atlet tersisa, waktu yang tercantum hanya berlaku untuk kesempatan
pertama jika kesempatan sebelumnya dilakukan oleh atlet yang sama.
Catatan:
(i) Jam yang menunjukkan sisa waktu yang tersedia harus terlihat jelas oleh atlet.
Sebagai tambahan seorang petugas harus mengangkat sebuah bendera kuning atau
tanda lain, yang menunjukkan sisa lima belas detik terakhir, dan tetap mengangkatnya
sampai waktu habis.
(ii) Dalam loncat tinggi dan loncat galah, perubahan periode waktu untuk suatu
kesempatan baru diterapkan setelah mistar terpasang pada ketinggian yang
baru, kecuali waktu untuk kesempatan berturutan diterapkan saat atlet
mempunyai dua atau lebih kesempatan berturutan.

Ketidakhadiran selama Perlombaan


18. Seorang atlet boleh meninggalkan arena perlombaan event itu dengan seizin dan
didampingi oleh seorang petugas.

Pemindahan Arena Lomba


19. Wasit terkait berwenang untuk memindahkan tempat perlombaan jika menurut
pendapatnya kondisinya menuntut hal tersebut. Pemindahan ini dapat dilakukan hanya
setelah satu giliran diselesaikan.
Catatan:
81
Kekuatan angin ataupun perubahan arah angin bukan merupakan kondisi untuk
pemindahan tempat perlombaan.

Hasil Sama
20. Kecuali untuk loncat tinggi dan loncat galah, prestasi terbaik kedua dari atlet yang
mempunyai hasil sama menjadi dasar untuk menyelesaikan hasil sama. Selanjutnya jika
diperlukan, prestasi ketiga terbaik dan seterusnya. Jika hasil sama masih belum
terpecahkan dan menyangkut kedudukan pertama, maka atlet yang mencapai hasil sama
harus berlomba lagi dengan urutan yang sama dalam kesempatan baru hingga hasil sama
terpecahkan.
Catatan: Untuk loncat vertikal lihat Pasal 181.8

Hasil
21. Prestasi atlet yang dicantumkan adalah hasil terbaik dari seluruh kesempatannya,
termasuk yang dicapai dalam memecahkan hasil sama untuk kedudukan pertama.

A. LONCAT VERTIKAL

Pasal 181
KONDISI UMUM
(General Conditions)

1. Sebelum perlombaan dimulai, Ketua Judge mengumumkan kepada atlet ketinggian awal,
dan ketinggian-ketinggian berikutnya pada akhir setiap giliran, hingga hanya tersisa seorang
atlet yang memenangkan perlombaan atau terdapat hasil sama untuk kedudukan pertama.

Kesempatan
2. Seorang atlet boleh mulai meloncat pada setiap ketinggian yang sebelumnya telah
diumumkan oleh Ketua Judge dan dapat meloncat pada sembarang ketinggian berikutnya
sesuai dengan keinginannya. Tiga kegagalan berturutan tanpa memperhatikan pada ketinggian
mana kegagalan itu terjadi, menyebabkan dia tidak dapat meloncat lebih lanjut, kecuali dalam
kasus hasil sama bagi kedudukan pertama.
Dampak dari peraturan ini adalah bahwa seorang atlet boleh tidak meloncat pada
kesempatan kedua atau ketiga untuk suatu ketinggian tertentu (setelah gagal pada
kesempatan pertama atau kedua) dan masih meloncat pada ketinggian berikutnya. Jika
seorang atlet melepas suatu kesempatan pada ketinggian tertentu dia tidak boleh
meloncat lagi pada ketinggian tersebut kecuali dalam kasus hasil sama bagi kedudukan
pertama.

3. Bahkan setelah semua atlet lain gagal, seorang atlet masih berhak melanjutkan
loncatannya sampai dia kehilangan haknya untuk melanjutkan lomba.
4. Kecuali hanya jika tersisa satu atlet dan dia telah memenangkan lomba:
(a) Mistar dinaikkan tidak kurang dari 2cm untuk loncat tinggi dan 5cm untuk loncat
galah setelah tiap giliran; dan
(b) Angka kenaikan mistar tidak bertambah.
Pasal 181.4 (a) dan (b) ini tidak berlaku jika atlet yang masih berlomba setuju untuk
menaikkannya langsung pada ketinggian Rekor Dunia.
Setelah seorang atlet memenangkan lomba kenaikan mistar ditentukan oleh altet setelah
berkonsultasi dengan Judge atau Wasit terkait.
Catatan: Hal ini tidak berlaku untuk event gabungan.
Dalam lomba event gabungan sesuai pasal 1 (a), (b), dan (c), setiap kenaikan mistar
harus tetap 3cm untuk loncat tinggi, dan 10cm untuk loncat galah selama perlombaan.

Pengukuran
5. Semua pengukuran, dalam centimeter bulat, dilakukan tegak lurus dari tanah hingga
bagian terendah sisi atas mistar.
6. Setiap pengukuran suatu ketinggian baru harus dilakukan sebelum atlet meloncat untuk
ketinggian tersebut. Dalam semua kasus rekor, para judge harus memeriksa pengukuran
ketika mistar ditempatkan pada ketinggian rekor dan kembali memeriksa pengukuran,
82
sebelum tiap usaha pemecahan recor berikutnya jika mistar tersentuh setelah
pengukuran terakhir.

Mistar
7. Mistar terbuat dari fiberglas, atau bahan lain yang sesuai tetapi bukan logam,
berpenampang lingkaran kecuali pada kedua ujungnya. Panjang mistar seluruhnya 4,00m
(± 2cm) untuk loncat tinggi dan 4.50m (± 2cm) untuk loncat galah. Berat mksimum mistar
adalah 2kg unutk loncat tinngi dan 2.25kg untuk loncat galah. Diameter bagian lingkaran
mistar 30mm (± 1mm).
Mistar terdiri dari tiga bagian, satu bagian lingkaran dan dua bagian ujung, yang masing-
masing lebarnya 30-35mm dan panjangnya 15-20cm untuk ditaruh pada penyangga yang
terdapat pada tiang.
Kedua bagian ujung tersebut harus melengkung atau setengah lingkaran dengan satu
permukaan datar untuk meletakkannya pada penyangga mistar.
Permukaan datar ini tidak boleh lebih tinggi dari pusat lingkaran penampang mistar.
Bagian ujung tersebut harus keras dan mulus. Ujungnya tidak boleh ditutup dengan karet
atau bahan lain yang dapat meningkatkan gesekan terhadap penyangga mistar.
Mistar tidak boleh menyimpang dan, jika dipasang, lengkungan kebawahnya maksimum
2cm untuk loncat tinggi dan 3cm untuk loncat galah.
Kontrol kelenturan: gantungkan beban 3kg di tengah mistar saat terpasang. Lengkungan
maksimumnya 7cm untuk loncat tinggi dan 11 cm untuk loncat galah.

Hasil Sama
8. Hasil sama harus dipecahkan sebagai berikut:
(a) Atlet dengan jumlah lompatan terkecil pada ketinggian hasil sama mendapat
kedudukan yang lebih baik.
(b) Jika hasil sama belum terpecahkan, atlet dengan jumlah kegagalan terkecil selama
lomba sampai dengan dan termasuk ketinggian terakhir yang berhasil dilewati,
mendapat kedudukan yang lebih baik.
(c) Jika hasil sama belum terpecahkan:
(i)Bila menyangkut kedudukan pertama, atlet bersangkutan harus meloncat
sekali lagi pada ketinggian terendah yang mengakibatkan mereka kehilangan
hak untuk melanjutkan loncatan, dan jika masih belum terpecahkan, mistar harus
dinaikkan jika mereka berhasil, atau diturunkan jika gagal, 2cm untuk loncat
tinggi dan 5cm untuk loncat galah. Mereka melakukan satu loncatan pada tiap
ketinggian sampai hasil sama ini dapat terpecahkan. Atlet yang terlibat dalam
hasil sama harus meloncat pada tiap kesempatan saat pemecahan hasil sama ini
(lihat contoh)
(ii) Bila menyangkut kedudukan lain atlet diberikan kedudukan yang sama
dalam lomba tersebut.
Catatan: Ketentuan (c) ini tidak berlaku untuk event gabungan.

Contoh Loncat tinggi


Ketinggian yang diumumkan oleh Ketua Judge pada awal lomba :
175cm,180cm, 184cm,188cm,191cm,194cm,197cm,199cm …..

Atl Ketinggian (dalam cm) Gag Loncat ulang Posisi


et al
83
17 18 18 18 19 19 19 19
194 197
5 0 4 8 1 4 2 4
A O XO O XO X- XX 2 X O X 2
B - XO - XO - - XXX 2 X O O 1
C - O XO XO - XXX 2 X X 3
D XX 3 4
- XO XO XO
X
Keterangan : O =berhasil, X = Gagal, - = Tidak meloncat.

A,B,C dan D semuanya berhasil pada ketinggian 188cm


Peraturan mengenai hasil sama sekarang mulai dilaksanakan; Judge mengisi kolom
jumlah kegagalan, sampai dengan dan termasuk ketinggian terakhir yang berhasil dilewati
yaitu 188cm.
“D” mempunyai kegagalan lebih banyak dari “A”, “B” atau “C”, karenanya menempati
kedudukan keempat. Kedudukan “A”, “B”,dan “C” masih sama dan karena menyangkut
kedudukan pertama, mereka harus meloncat sekali lagi pada ketinggian 194cm saat “A”
dan “C” kehilangan hak untuk melanjutkan loncatan. Karena ketiga atlet tersebut gagal,
mistar diturunkan menjadi 192cm untuk satu loncatan lagi, karena hanya “C” yang gagal
pada ketinggian 192cm, dua atlet lainnya “A” dan “B” harus meloncat lagi pada ketinggian
194cm yang hanya dilewati oleh “B” dan karenanya “B” dinyatakan menjadi pemenang.

Gaya Luar
9. Jika mistar jelas berpindah karena suatu gaya yang bukan terkait dengan atlet (misalnya
tiupan angin)
(a) Jika perpindahan ini terjadi setelah atlet melewati mistar tanpa menyentuhnya, maka
loncatan tersebut dinyatakan berhasil, atau
(b) Jika perpindahan ini terjadi dalam keadaan lain, harus diberikan kesempatan
loncatan yang baru.

Pasal 182
LONCAT TINGGI
(High Jump)
Perlombaan
1. Atlet harus menumpu dengan satu kaki.
2. Loncatan atlet gagal jika :
(a) Setelah loncatan, mistar tidak berada pada penyangganya
karena gerakan atlet saat meloncat; atau
(b) Atlet menyentuh tanah termasuk daerah pendaratan setelah
bidang vertikal yang melalui sisi terdekat mistar baik di antara tiang ataupun di luarnya
dengan bagian tubuhnya tanpa melewati mistar terlebih dahulu. Tetapi, jika saat
meloncat, kaki atlet menyentuh daerah pendaratan dan menurut judge tidak
memperoleh keuntungan, loncatan tersebut tidak dianggap gagal.
Catatan: untuk membantu implementasi peraturan ini suatu garis putih selebar 50mm harus dibuat
(biasanya menggunakan pita perekat atau bahan sejenis) diantara titik tiga meter diluar setiap tiang,
yang sisi terdekatnya segaris dengan bidang vertikal melalui sisi terdekat mistar.

Jalur Awalan dan Daerah Tumpuan


3. Jalur awalan memiliki panjang minimum 15m, kecuali dalam perlombaan
sesuai pasal 1 (a), (b), dan (c), panjang minimumnya 20m. Jika keadaan memungkinkan,
panjang minimum 25m.
4. Kemiringan maksimum seluruh jalur awalan dan daerah tumpuan tidak boleh
melebihi 1:250 searah jari-jari setengah lingkaran yang berpusat ditengah-tengah antara
kedua tiang dan mempunyai jari-jari minimum sesuai pasal 182.3. Daerah pendaratan
harus ditempatkan pada bagian yang lebih tinggi dari kemiringan tersebut.
5. Daerah tumpuan harus rata atau kemiringannya sesuai dengan pasal 182.4
dan buku panduan fasilitas atletik IAAF.

Perangkat Lomba
6. Tiang. Segala macam tiang atau tonggak dapat digunakan asalkan kaku. Tiang
harus dilengkapi dengan penyangga mistar yang terpasang secara kokoh padanya, tiang
84
harus cukup tinggi, sekurang-kurangnya 10cm diatas ketinggian mistar yang
sesungguhnya. Jara antara tiang tidak boleh kurang dari 4m dan tidak boleh lebih dari
4.04m.
7. Tiang/tonggak tidak boleh dipindahkan selama lomba kecuali wasit m
menganggab bahwa baik daerah tumpuan ataupun daerah pendaratan sudah tidak
memadai, ddalam keadaan seperti itu perubahan dilakukan hanya setelah satu giliran
selesai.
8. Penyangga mistar. Penyangga harus datar dan berbentuk persegi panjang,
dengan panjang 6cm dan lebar 4cm. Penyangga terpasang kokoh pada tiang dan tidak
bergerak saat loncatan dan keduanya saling berhadapan. Ujung mistar diletakkan
padanya sedemikian rupa sehingga, bila mistar tersentuh oleh atlet, mistar dengan mudah
akan jatuh ke depan atau belakang.
Penyangga tidak boleh dilapisi dengan karet atau bahan lain yang menyebabkan
peningkatan gesekan antara penyangga dengan permukaan mistar, dan juga tidak boleh
memiliki pegas dalam bentuk apapun.
Kedua penyangga harus berada pada ketinggian yang sama di atas daerah tumpuan
langsung di bawah tiap ujung mistar.

High Jump Uprights &


crossbar

9. Harus terdapat ruang minimal 1cm antara ujung mistar dengan tiang.

Daerah Pendaratan
10. Daerah pendaratan harus berukuran tidak kurang dari panjang 5m x lebar 3m.
Disarankan daerah pendaratan tidak lebih kecil dari panjang 6m x lebar 4m x tinggi 0.7m.
Catatan: Tiang dan daerah pendaratan harus dirancang sedemikian rupa sehingga terdapat jarak
minimal 10cm antara keduanya saat digunakan untuk mencegah jatuhnya mistar akibat persentuhan
antara daerah pendaratan dengan kedua tiang.

Pasal 183
LONCAT GALAH
(Pole Vault)

Perlombaan
1. Atlet hanya boleh meminta tiang-lompat digeser searah dengan tempat pendaratan,
sehingga tepi dari mistar yang terdekat dengan atlet dapat diletakkan pada setiap titik dari
situ langsung di ujung belakang dari box / peti ke suatu titik 80 cm se arah dengan tempat
pendaratan.

Seorang atlet harus, sebelum perlombaan dimulai, memberi tahu Petugas yang
bertanggung-jawab terhadap penempatan mistar yang dia perlu- kan untuk lompatannya
yang pertama dan posisi ini dicatat.
Bila kemudian atlet ini ingin membuat perobahan posisi, dia harus segera memberitahu
kepada Petugas yang bertanggung-jawab sebelum mistar ini dipasang sesuai dengan
harapan/keinginannya semula.
85
Gagal untuk melakukan hal ini akan menjurus dimulainya dari batas waktu yang
disediakan untuknya.

Catatan: Sepotong garis putih selebar 1cm dapat dipasang tegak-lurus dengan sumbu jalur lari
ancang-ancang, pada permukaan sisi dalam bagian belakang kotak lompat. Garis yang
miripdapat ditarik pada permukaan tempat pendaratan dan dapat diperpanjang sejauh sisi
luar dari tiang lompat.

2. Seorang atlet gagal lompatannya apabila :


(a) setelah melompat, mistar lompat tidak tetap berada di atas penopang
disebabkan oleh gerakan si pelompat pada waktu melompat; atau
(b) dia menyentuh tanah, termasuk tempat pendaratan di balik bidang vertikal
sampai bagian paling atas dari kotak-penahan dengan setiap bagian badan atau
dengan galah, tanpa lebih dulu melewati mistar-lompat; atau
(c) setelah meninggalkan tanah, dia menempatkan tangannya yang lebih rendah
di atas tangan yang atas atau menggerakkan tangan yang lebih atas lebih tinggi pada
galah.
(d) selama melompat seorang atlet menempatkan kembali dengan sengaja mistar-
lompat yang hampir jatuh, dengan menggunakan tangannya.

Catatan:
Bukanlah suatu kegagalan,bila seorang atlet berlari di luar garis putih yang menandai jalur
ancang-ancang pada setiap titik.

3. Para atlet selama perlombaan berlangsung diizinkan untuk memasang/menempatkan


suatu zat pada tangannya atau pada galah, dalam rangka memperoleh suatu
pegangan/grip yang kuat-mantap.
Penggunan pita-perekat pada tangan atau jari-jari tangan adalah dilarang kecuali dalam
kasus diperlukan untuk menutup luka terbuka.
4. Tidak seorangpun kecuali atlet diizinkan menyentuh galah, kecuali jika ini telah jatuh
menjauh dari mistar atau tiang-lompat. Namun, apabila galah disentuh, dan menurut
pendapat Wasit bahwa mistar akan jatuh, melainkan ini untuk maksud-maksud
mengganggu/intervensi, maka lompatan itu akan dicatat sebagai suatu kegagalan.
5. Apabila dalam melakukan kesempatan-lomba/lompatan,galah atlet mengalami patah, hal
ini tidak dihitung sebagai kegagalan dan kepada si pelompat diberikan hadiah dengan
suatu kesempatan-lompat yang baru.

Jalur lari ancang-ancang/awalan± 0.01m. Jalur ancang-


6. Panjang jalur-lari ancang-ancang/awalan minimum 40m,dan bila kondisi memungkinkan
45m. Ini haruslah lebar 1.22m ancang ini harus ditandai dengan garis-putih selebar 5 cm.
Catatan: Semua lintasan-lari yang dibangun sebelum 1 Januari 2004, jalur-lintasan lari
punya lebar maximum 1.25m.
7. Kemiringan kesamping jalur-awalan (ancang-ancang) ini yang masih dibenarkan tidak
boleh lebih dari 1 : 100 dan kemiringan umum ke arah lari adalah 1 : 1000.

Peralatan.
Kotak-galah (box). Tempat bertumpu/bertolak bagi lompat-tinggi-galah adalah berwujud sebuah
kotak-galah/penahan, Dengan terbuat dari bahan/materi yg cocok-kaku-keras,lebih suka
dengan pinggiran atas yang dibulatkan dan harus ditanam rata dengan tanah/permukaan
jalur lintasan. ukuran panjang 1 m, yang diukur dari bagian dasar dalam kotak, lebar 60 cm
pada bagian depan dan semakin menciut menjadi 15 cm pada bagian dasar kotak-
lompat/penahan itu.
Panjang kotak-galah pada permukaan lintasan ancang-ancang & dalamnya kotak ditentukan
oleh sudut sebesar 105° terbentuk antara dasar dan papan-penahan galah.

Kotak-lompat Lompat tinggi-galah


86

Dasar kotak-galah ini harus miring dari permukaan tanah pada sisi depan sampai jarak
vertikal di bawah permukaan tanah 20 cm, pada titik pertemuan dengan papan-
penahan.Kotak-galah ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga kemiringan samping ke
luar dan berakhir menjelang papan penahan dengan sudut kira-kira 120° pada bagian
dasarnya.
Bila kotak-galah ini dibuat dari kayu, bagian dasarnya harus dilapis dengan lembaran metal
setebal 2.5mm sepanjang 80cm dari depan kotak-galah.

9. Tiang-lompat.Segala model tiang-lompat atau tonggak boleh digunakan, asalkan kaku


kuat/tegar. Disarankan bahwa konstruksi metalik bagian bawah tiang harus dilapis
dengan pelindung dengan bahan yang cocok dalam rangka memberikan perlindungan
terhadap pelompat dan galah (sewaktu jatuh).

10. Penopang untuk mistar lompat-galah.


Mistar lompat-galah harus diletakkan pada pasak-pasak sehingga bila tersentuh oleh si
pelompat atau oleh galah,ini akan mudah jatuh ke tanah ke arah tempat pendaratan.
Pasak-pasak ini tidak boleh ada takik atau bergerigi, kedua pasak ini sama tebal dengan
diameter tak lebih dari 13mm.
Dan tidak boleh mencuat lebih dari 55mm dari tiang-lompat dan harus menjulur/mencuat
35-40mm diatas penopang.Jarak antara penopang (pegs) harus tidak kurang dari 4.30m
dan tidak juga lebih dari 4.37m. Pasak-pasak itu tidak boleh dilapis dengan karet atau
dengan bahan lain yang mempunya dampak menambah geseran antara keduanya pada
permukaan mistar-lompat,juga tidak boleh ada semacam per/pegas di pasang di situ.

Catatan:
Guna mengurangi peluang terjadi cedera pada seorang atlet atlet-lomba dengan dia jatuh
tepat pada kaki tiang-lompat, pasak-pasak yang menopang mistar-lompat boleh dipasang
pada lengan yang diperpanjang dengan tetap pada tiang-lompat,jadi memberi
kemungkinan tiang-lompat untuk dipasang terpisah lebih lebar, tanpa menambah panjang
dari mistarlompat (Lihat Diagram).
87

Penopang Mistar-lompat – pandangan dari daerah pendaratan dan Pandangan atas.


88
Galah Lompat-galah.
11. Para atlet boleh menggunakan galahnya sendiri. Tidak seorangpun atlet diizinka
menggunakan galah dari atlet lain,kecuali dengan persetujuan pemilik galah yang
bersangkutan. Galah-lompat ini terbuat dari satu bahan atau kombinasi macam-macam
bahan, dengan ukuran panjang dan garis yang tidak ditentukan, teta- pi permukaannya
harus halus.
Galah ini boleh memakai lapisan pita pelindung pada tempat pegangan /grip dan pada
ujung bawah.

Tempat Pendaratan

12.Tempat pendaratan.
Ukuran tempat pendaratan tak kurang dari 5m X 5m (tidak termasuk potongan kasur-busa
di depan). Sisi-sisi tempat pendaratan terdekat dengan kotak-galah harus terpisah 10-15
cm dari kotak-galah dan harus miring dari kotak-galah dengan sudut miring kira-kira 45°.
Lihat diagram !

Diagram: TEMPAT PENDARATAN LOMPAT TINGGI-GALAH.

Untuk perlombaan atletik sesuai Pasal 1.1 a), b) dan f), tempat pendaratan ini tidak boleh lebih
kecil dari panjang 6 m (tidak termasuk potongan bagian depan) x lebar 6 m x tinggi 0.8m.
Potongan bagian depan haruslah panjang 2 m.

B. LOMPATAN HORISONTAL
(Horisontal Jumps)

Pasal 184

KONDISI UMUM
(General Conditions)
Pengukuran.
1. Dalam semua event lompat-horisontal,jarak harus dicatat ke seperseratus (0.01m) meter
terdekat dibawah jarak yang diukur,apabila jarak yang diukur tidaklah dalam sentimeter
yang utuh/penuh.

Jalur lari ancang-ancang/awalan.


2. Panjang jalur lari ancang-ancang/awalan minimum 40m, yang diukur dari garis-tumpuan
yang relevan menuju ke akhir jalur ancang-ancang awalan. Ini harus memiliki lebar 1.22m
± 0.01m. Jalur awalan ini harus ditandai dengan garis putih selebar 5cm.
89
Catatan: Semua lintasan-lari yang dibangun sebelum 1 Januari 2004, jalur-lintasan lari
punya lebar maximum 1.25m.

3. Kemiringan suatu jalur lari ancang-ancang lompat horisontal adalah 1:100 dan kemiringan
umum ke arah lari awalan adalah: 1:1000.

Pengukuran Kecepatan angin.


4. Kecepatan hembusan angin harus diukur untuk suatu periode 5 detik dari saat seorang
atlet melewati suatu tanda yang dipasang di samping lintasan, untuk lompat-jauh 40m dari
garis-tumpuan dan untuk lompat-jangkit 35m.Bila seorang atlet berlari kurang dari 40m
atau 35m,kecepatan angin harus diukur dari saat dia memulai berlari.

5. Alat pengukur kecepatan angin harus ditempatkan 20m dari papan-tumpuan/bertolak.Ini


diletakkan setinggi 1.22m dan tak lebih dari 2m jauh nya dari jalur ancang-ancang.

6. Alat pengukur angin harus dibaca seperti yang dijelaskan dalam per aturan Pasal 163.10.
Ini harus dioperasionalkan dan dibaca seperti yang dijelaskan dfalam peraturan Pasal
163.10).

PASAL 185

LOMPAT - JAUH
(Long Jump)
Peraturan Perlombaan.
1. Seorang atlet dinyatakan gagal, apabila :
1 a) sembari bertolak/bertumpu, dia menyentuh tanah di balik garis batas tumpuan dengan
bagian tubuh yang manapun, baik sewaktu berlari awalan tanpa membuat suatu
lompatan atau dalam gerakan melompat yang sebenarnya; atau
b) bertumpu/bertolak dari luar ujung balok-tumpuan,baik sebelum atau sesudah
perpanjangan garis batas tumpuan; atau
c) dia menyentuh tanah antara garis tumupuan dan tempat pendaratan;
d) dia melakukan semacam gerakan salto pada lari awalan atau dalam gerakan
melompat; atau
e) dalam gerakan mendarat dia menyentuh tanah di luar tempat penda- ratan lebih dekat
kepada garis tumpuan daripada bekas yang terdekat yang dibuat di atas pasir; atau
f) setelah selesai melompat, ketika meninggalkan tempat pendaratan, kontaknya yang
pertama dengan tanah di luar tempat-pendaratan adalah lebih dekat kepada garis tumpuan
daripada dengan bekas yang terdekat dibuat di atas pasir saat mendarat, termasuk setiap
bekas di pasir yang dibuat saat menjaga keseimbangan waktu mendarat yang sepenuhnya
terjadi di daerah tempat pendaratan namun lebih dekat dengan garis tumpuan dari pada bekas
permulaan yang dibuat saat mendarat.

Catatan i):Ini bukan suatu kegagalan, bila atlet berlari di luar garis-putih yang menandai jalur
lari ancang-ancang pada tiap titik.
Catatan ii): Ini bukan suatu kegagalan, di bawah butir 1 b) di atas, bila sebagian kaki/sepatu
atlet menyentuh di luar baik itu diujung dari papan-tumupuan, sebelum garis tumpuan.
Catatan iii): Ini bukan suatu kegagalan, bila seorang atlet berjalanbalik melalui tempat-
pendaratan setelah meninggalkan tempat pendaratan dengan suatu cara yang benar.
Catatan iv) : Ini bukan suatu kegagalan, bila seorang atlet berjalan balik melalui tempat
pendaratan setelah meninggalkan tempat pendaratan dengan suatyu cara yang benar.

2. Kecuali yang ditunjukkan pada butir 1 b)diatas,bila seorang peser- ta-lomba melakukan
tolakan/tumpuan sebelum mencapai balok ini harus tidak dihitung sebagai suatu
kegagalan.
3. Semua lompatan harus diukur dari jejak/bekas tanda jatuh pada tempat pendaratan yang
dibuat oleh setiap bagian tubuh atau anggota tubuh menuju ke garis tumpuan/tolakan, atau
garis perpanjangan garis-tumpuan.Pengukurannya harus dilakukan tegak-lurus terhadap
garis tumpuan atau perpanjangannya.
90

Balok/Papan-tumpuan.
4. Tempat bertumpu harus ditandai dengan suatu balok/papan yg ditanam datar-rata dengan
permukaan lintasan jalur lari ancang-ancang dan tempat pendaratan. Tepi balok yang lebih
dekat dengan tempat penda- ratan disebut 'garis batas tumpuan.Segera setelah garis
batas-tumpuan ini maka dipasang suatu 'papan indikator plastisin'sebagai alat bantu
petuga Judge/judge.
5. Jarak antara garis-tumpuan dan sisi jauh tempat pendaratan minimal 10 m.
6. Garis tumpuan harus ditempatkan antara 1 m dan 3 m dari sisi akhir lebih dekat dengan
tempat pendaratan.
7. Konstruksi. Balok-tumpuan ini harus berbentuk segi ampat terbuat dari kayu atau bahan
lain yang cocok & tegar dengan ukuran panjang 1.21m ±0.01m, lebar 20 cm (±2mm) dan
tebal 10 cm. Harus dicat berwarna putih.

8. Papan Indikator Plastisin. Ini berupa papan yang kaku-kokoh lebar 10 cm (±2mm) dan
panjang 1.22m ±0.01m dari kayu atau material lain yang cocok. Papan inti harus dinaikkan
pada suatu lekukan pada jalur acang-ancang, pada sisi balok/papan-tumpuan yang dekat
dengan tempat pendaratan. Permukaannya harus naik dari permukaan balok-tumpuan
setinggi 7 mm (±1mm). Pinggirnya harus miring sampai 45 derajat dengan tepai yang dekat
dengan jalur ancang-ancang ditutup dengn lapisan plas tisin memajang setebal 1mm atau
harus dipotong sedemikian sehingga lekakukan itu bila diisi dengan plastisin akan miring
dengan sudut 45 derajat (Lihat diagram)!.

Balok/Papan tumpuan dan Papan Indikator Plastisin

Bagian atas papan indikator plastisin harus juga ditutup sepertiga yang pertama ±
3mm dan seluruh panjangnya dengan suatu lapisan plastisin.

Bila dipasang pada lekukan, seluruh kumpulan konstruksi ini harus cukup tegar untuk
menerima daya injakan dengan kekuatan penuh dari kaki-atlet atlet.
Permukaan papan di bawah plastisin harus dari bahan yang mampu menyerap paku spikes
atlet/memberikan injakan yang mantap / grip dan tidak akan gelincir/selip.
Lapisan permukaan plastisin dengan mudah dapat diratakan lagi dengan menggunakan alat-
alat pelindas(roller)atau alat lain yang cocok untuk menghapuskan bekas injakan kaki atlet
pelompat.
Catatan:
Akan sangat membantu bila memiliki papan-plastisin cadangan yg siap pakai, sehingga
sambil menghapus bekas injakan kaki, perlombaan dapat berlangsung terus tanpa
91
terganggu/tertunda.

Tempat Pendaratan.
Tempat pendaratan ini berukuran, lebar min.2.75m lebar max.3m. Bila mungkin, poros jalur-
lari ancang-ancang kalau diperpanjang akan berhimpit dengan tengah-tengah bak-pasir
tempat pendaratan.
Catatan:
Bila poros/as jalur-lari ancang-ancang tidak segaris dengan garis tengah tempat pendaratan,
harus dipasang se-utas tali/pita pembatas pembatas memanjang tempat pendaratan
sehingga ketentuan di atas dapat tercapai/dipenuhi. (lihat Diagram).

Diagram: Bak-pasir / Tempat pendaratan Lompat-jauh/jangkit terpadu

10. Tempat pendaratan harus diisi dengan pasir basah yang lembut sedang permukaannya
harus datar-rata dengan permukaan balok tumpuan.

Pasal 186

LOMPAT JANGKIT
(Triple Jump)

Peraturan untuk perlombaan Lompat-jauh berlaku untuk Lompat-jangkit dengan tambahan-


tambahan sebagai berikut :

Peraturan Perlombaan.
1. Lompat-jangkit ini adalah suatu lompatan yang harus terdiri dari suatu jingkat, suatu
langkah dan satu lompat, yang dilakukan secara berurutan seperti itu.
2. Jingkat (hop) dilakukan dengan si pelompat mendarat dengan kaki yang sama sesuda
bertolak (kaki tumpu/tolak itu digunakan juga sebagai kaki pendarat yang pertama), disusul
dengan membuat satu langkah penuh (step)dan harus mendarat pada kaki lain, kemudian
diakhiri dengan gerak-lompat (jump). Tidaklah akan dianggap suatu kegagalan bila atlet
pada waktu sedang melompat,kakinya yang'menggantung'(sleeping) menyentuh tanah.

Catatan: Peraturan Pasal 185.1 c) tidak berlaku pada pendaratan biasa dari tahap jingkat dan
langkah.

Papan / Balok-tumpuan.
3. Jarak antara papan/balok-tumpuan dengan tepi jauh bak/tempat pendaratan harus
sekurang-kurangnya 21 m.
4. Untuk lomba atletik internasional,disarankan bahwa balok-tumpuan ha- rus tidak kurang
dari 13 m untuk ‘putra’ dan 11 m untuk ‘putri’ dari sisi terdekat dengan tempat
pendaratan.Untuk perlombaan yang lain jarak ini hendaklah disesuaikan dengan tingkatan
perlombaan.
92
5. Antara balok-tumpuan dengan tempat pendaratan harus ada suatu tempat untuk
tahap'langkah'dan 'lompat',dengan lebar minimum 1.22 m ± 0.01m menyediakan
tempat yang kokoh – rata-datar.
93
C - EVENTS - LEMPAR

Pasal 187

KONDISI UMUM

Peralatan Resmi.
1. Dalam semua perlombaan atletik internasional, peralatan yang diguna- kan harus sesuai
dengan spesifikasi-spesifikasi IAAF/PASI.Hanya peralatan yang memegang sertifikat IAAF
yang sah yang digunakan .Tabel berikut ini menunjukkan implemen/peralatan yang
digunakandalam tiap kelompok/grup-umur :

Putri
Putra Putra Putra
Implemen / Remaja/Junior/
Remaja Junior Senior
peralatan Senior
Peluru 4kg 5kg 6kg 7.25kg
Cakram 1kg 1.5kg 1.75kg 2kg
Martil 4kg 5kg 6kg 7.26kg
Lembing 600g 700g 800g 800g

Catatan: Suatu formulir standard untuk mengajukan permohonan ser tifikasi peralatan
(lomba) sekarang telah telah tersedia atas permohonan dari Kantor/Markas besar IAAF, atau
dapat diperoleh dengan memintanya kepada IAAF website.

2. Kecuali seperti yang disediakan di bawah, semua peralatan lomba Semua peralatan lomba
harus disediakan oleh Panitia Penyelenggara. Sesuai atas peraturan teknik yang relevan,
Delegasi Teknik dapat mengizinkan para atlet perta lomba menggunakan peralatannya
sendiri atau peralatan yang disediakan oleh suatu suppliier, asalkan peralatan demikian
diberi/memiliki sertifikat dari IAAF, di-cek dan ditandai sebagai telah disahkan oleh Panitya
Penyelenggara sebelum perlombaan dan tersedia siap pakai bagi semua atlet atlet.
Peralatan demikiantidak akan diterima apabila model yang sama adalah ada di dalam
daftar dari semua yang disediakan oleh Panitya Penyelenggara.

3. Tidak ada perobahan yang dilakukan terhadap tiap peralatan selama perlombaan
berlangsung.

4 Pengamanan Pribadi.
a) Tidak ada perlengkapan dalam bentuk apapun, misalnya: pengikatan dua jari-jari atau
lebih menjadi satu, yang dengan cara ini akan membantu seorang atlet ketika
melakukanlemparan, yang akan diizinkan. Penggunaan pita-perekat pada tangan harus
dila- rang kecuali dalam hal diperlukan guna menutup suatu luka terbuka atau
‘koreng.’Namun, pembungkusan jari-jari masing-masing diizin kan dalam lontar-
martil.Pembalutan ini harus ditunjukkan kepada Ketua Judge/Judge sebelum lomba
dimulai.
b) Penggunaan sarung-tangan dilarang, kecuali untuk melontar-martil. Dalam hal,ini, sarung
tangan itu harus halus pada bagian punggung dan pada bagian depan dan ujung jari-
jari, selain ibu-jari, harus nampak jelas/terlihat (berlobang).
c) Dalam rangka mendapatkan pegangan/grip yang mantap, atlet diizinkan menggunakan
zat yang cocok hanya pada tangan saja atau pada sarung-tangan sebagai
tambahan, dalam hal lontar-martil.
d) Dalam rangka melindungi tulang belakang dari cedera,atlet boleh memakai sabuk-
kulit atau dari bahan yang cocok lainnya.
e) Pada tolak-peluru, atlet boleh mengenakan perban pada per gelangan tangannya
sebagai pelindung dari cedera.
f) Pada lempar lembing, seorang atlet boleh memakai sebuah alat pelindung siku.
94

Lingkaran Lempar.
5. Lingkaran-lempar harus dibuat dari besi yang dilengkungkan, boleh dari besi baja atau
bahan lain yang cocok, bagian atasnya harus da- tar/rata dengan permukaan tanah di
luarnya.
Bagian dalam lingkaran-lempar ini dibuat dari beton, aspal atau bahan yang kokoh-kuat
namun tidak licin.Permukaan pada bagian dalam ini harus datar rata dan 1.4cm - 2.6cm
lebih rendah dari tepi atas pinggiran lingkaran/sirkel.
Pada Tolak-peluru,suatu lingkaran yang dapat dikemas(portable) yang memenuhi
spesifikasi ini dapat dizinkan untuk digunakan.
6. Garis-tengah / diameter bagian dalam lingkaran-lempar adalah 2.135m (±5mm) pada
Tolak-peluru dan Lontar-Martil,dan 2.50m(±5mm) pada lempar-Cakram.
Bibir-pinggir lingkaran-lempar minimum tebal 6mm dan harus dicat putih. Martil dapat
dilontarkan dari lingkaran-lempar cakram asalkan diame- ter lingkran ini dikurangi dari
2.50m sampai 2.135m dengan memasang/ menempatkan satu ring melingkar di dalamnya.

Denah Lingkaran Tolak-Peluru (Layout of Shot Circle)

7. Sebuah garis putih lebar 5cm harus ditarik dari pinggiran metal atas membentang minimal
75cm pada kedua sisi lingkaran-lempar. Ini dapat dicat atau dibuat dari kayu atau bahan
lain yang cocok.Ujung belakang garis putih harus membentuk perpanjangan garis khayal,
menembus titik-tengah lingkaran-lempar dengan sudut siku-siku kepada laris-tengah dari
sektor lemparan/pendaratan.

Denah Lingkaran Lempar Cakram


95

Denah lingkaran Lontar-Martil.

8. Atlet tidak boleh menyemprot atau menyebar zat apapun di dalam lingkaran-lempar
atau pada sepatu yang dipakainya.
96
Jalur lari ancang-ancang lempar lembing.
9. Dalam event lempar-lembing panjang minimum jalur-ancang-ancang adalah 30 m dan
maximum 36.5m. Apabila kondisinya memungkinkan panjang minimum 33.5m.Jalur lempar
ini ditandai dengan dua garis-putih paralel selebar 5cm dan 4m terpisah.Lemparan itu
dibuat dari belakang suatu garis batas lengkung dari sebuah sirkel yang dibuat dengan
radius 8m.Garis batas lengkung atau busur ini dicat putih dibuat dari kayu atau metal
dengan lebar 7 cm. Ini harus dicat putih dan terpasang datar rata dengan tanah/lintasan.
Garis-garis itu harus ditarik dari bagian-bagian yang jauh dari lengkungan/busur itu siku-
siku dengan garis paralel yang membatasi jalur ancang-ancang.
Garis-garis ini harus dicat putih, panjang 75 cm dan lebar 7cm. Kemiringan yang masih
dibolehkan untuk kemiringan ke samping dari jalur ancang-ancang, haruslah 1:100 dan
miring keseluruhan dalam arah lari 1:1000.
Catatan : Adalah suatu kegagalan bila seorang atlet memulai berlari jari jarak melebihi
36.5m diukur dari tepi dalam garis-batas lempar yang melengkung itu.

Jalur Lintasan lari awalan Lempar Lembing dan Sektor Pendaratan


97

Sektor Pendaratan
10. Sektor pendaratan harus terbuat dari sinder/gravel, tanah atau rumput, atau bahan/materi
yang cocok di atas mana peralatan itu meninggalkan goresan bekas jatuhnya benda/alat
dimaksud. Kemiringan maximum untuk kecondongan ke bawah yang umum dari sektor
pendaratan,dalam arah lemparan hendaknya tidak melebihi 1:1000.

a) Kecuali untuk lempar-lembing,sektor-lempar harus ditandai dengan garis putih selebar


5cm dan suatu sudut sebesar 34.92° sedemikian rupa sehingga sisi dalam dari garis
bila diperpanjang akan melintasi titik pusat lingkaran.
Catatan: Sudut 34.92° dapat dibuat dengan tepat dengan cara membuat jarak antara dua
titik pada garis sektor lempar 20m dari titik-pusat lingkaran, jarak itu harus 12m terpi-sah
(20 x 0.60). Jadi untuk setiap 1 m dari titik-pusat lingkaran, jarak melintang harus
meningkat dengan 60cm.

b) Dalam lempar-lembing, sektor lemparan harus ditandai dengan ga ris putih 5cm lebar
sedemikian rupa sehingga tepi dalam garis bila diperpanjang akan melintasi dua
perpotongan dari sisi da- lam dari lengkungan/busur, dan garis paralel menandai jalur
la- ri ancang-ancang-lempar dan berpotongan pada titik-pusat ling- karan yang lengkun-
gan/busur itu adalah bagian darinya. (Lihat diagram). Jadi sektor lempar itu kurang-lebih
29°.

Kesempatan Lomba (Trials)


Dalam Tolak Peluru, Lempar Cakram dan Lontar Martil, alat-lempar
(peluru,cakram,martil) harus dilemparkan dari sebuah lingkaran-
lempar, dan dalam lempar-lembing,dari suatu jalur ancang-ancang.
Dalam hal suatu percobaan lempar dilakukan dari suatu lingkaran-
lempar, seorang atlet harus memulai dari sikap berdiri diam di
dalam lingkaran-lempar.Seorang atlet boleh menyentuh leng kungan besi sebelah dalam.
Pada tolak-peluru, dia juga boleh me-
nyentuh bagian dalam dari balok-penahan,yang dijelaskan dalam
Pasal 188.2.
Adalah menjadi suatu kesalahan/ kegagalan bila seorang atlet-
lomba dalam percobaan melakukan kesempatan-lombanya :
a) melepaskan peluru atau lembing secara tidak sempurna,
b) setelah dia melangkah masuk ke dalam lingkaran-lempar dan mulai
membuat lemparan, dia menyentuh dengan setiap bagian dari tubuh
nya, bagian atas dari lingkaran besi bagian atas atau tanah
yang ada di luar lingkaran;
c) pada tolak-peluru, dia menyentuh dengan setiap bagian tubuhnya,
bagian atas dari balok-penahan,
d) pada lempar-lembing, dia menyentuh setiap bagian tubuhnya atau
anggotanya,garis lengkung yang membatasi daerah lempar atau
tanah di luarnya.
Catatan: Ini tidak akan dinilai sebagai suatu kegagalan apabila cakram atau bagian
manapun dari martil menyentuh sangkar setelah dilepaskan, asalkan tidak ada
ketentuan / peraturan lain yang dilanggar.
Asalkan dalam proses melakukan kesempatan-lomba (trial), peraturan relatif terhadap tiap
lemparan belum dilanggar,seorang atlet
boleh melakukan interupsi (pemutusan) gerak percobaan lemparnya se-
kalipun telah dimulai, boleh meletakkan alat-lemparnya di dalam atau
di luar lingkaran-lempar atau jalur-ancang-ancang dan boleh mening
galkannya.
Apabila meninggalkan lingkaran-lempar atau jalur ancang-ancang,
dia akan melangkah keluar sebagaimana diminta sesuai paragraf/butir
98
17 sebelum kembali ke lingkaran-lempar atau jalur ancang-ancang un-
tuk memulai melakukan kesempatan-lomba yang baru.

Catatan: Semua gerak yang diizinkan dalam paragraf ini harus


dimasukkan/diperhitungkan dalam waktu maximum untuk kesempatan-
lomba sesuai Pasal 180.17.
Ini adalah suatu kegagalan apabila: peluru, cakram, kepala martil
atau mata-lembing pada saat kontak pertama dengan tanah menyentuh
garis batas sektor lemparan atau tanah di luar sektor-lemparan.

17.Atlet harus tidak meninggalkan lingkaran-lempar atau jalur


ancang-ancang sampai alatnya jatuh ke tanah.
Untuk lemparan yang dimulai dari lingkaran-lempar,bila atlet mening
galkan lingkaran-lempar,langkah pertama menginjak bagian atas besi
lengkung atau tanah di luar lingkaran harus sepenuhnya di belakang
garis putih yang ditarik di luar-garis membentang melewati titik te- ngah lingkaran.
Dalam hal lempar lembing, bila atlet meninggalkan jalur
ancang-ancang lempar kontak pertama dengan garis paralel atau tanah
di luar jalur awalan, harus sepenuhnya di belakang garis lengkung-
putih batas-lempar dengan sudut siku-siku dengan garis paralel.
Selesai tiap lemparan, alat-lempar harus dibawa kembali ke tempat
dekat lingakaran-lempar atau tempat awalan dan jangan sekali-kali
dilemparkan balik/kembali.

Pengukuran.
19.Dalam semua event lempar,hasil lemparan harus dicatat sampai jarak 0.01m terdekat ke
bawah,apabila jarak yang diukur bukan suatu sentimeter yang utuh.
20.Pengukuran tiap lemparan kesempatan-lomba harus dilakukan segera setelah lemparan:
dari jejak/bekas terdekat jatuhnya peluru, cakram dan martil, di-tarik pita ukurnya ke sisi
sebelah dalam dari lingkaran-lempar sepanjang garis ke titik-pusat lingkaran.
dalam event lempar-lembing,dari lokasi dimana mata-lembing menyen
tuh/menancap tanah, pengukurannya ditarik ke sisi dalam lengkung
an batas-lempar sepanjang garis ke titik-pusat lingkaran yang
lengkungan/busur itu adalah bagiannya.

Marka/Tanda-tanda.
21.Sebuah bendera yang menyolok atau marka dapat disediakan untuk menan dai lemparan
terbaik bagi tiap atlet,dimana ini akan dipa-
sang di sepanjang luar garis -sektor.
Sebuah bendera yang menyolok atau tanda/marka boleh juga disediakan
untuk menandai adanya Rekor Dunia dan Rekor-Benua ataupun Rekor Nasi
onal.

Pasal 188

TOLAK PELURU

Ketentuan Perlombaan.
1. Peluru harus didorong/ditolakkan dari bahu dengan hanya satu tangan.Pada saat atlet
penolak-peluru mengambil sikap berdiri di dalam lingkaran-tolak untuk memulai melempar,
peluru harus menyentuh atau dekat sekali dengan leher atau dagu si penolak/pelempar
dan tangan-nya harus tidak turun ke bawah posisi ini pada saat tolakan berlangsung.Peluru
ini tidak dibawa di belakang garis bahu.
99
Balok Penahan.
2. Konstruksi. Balok-penahan ini dibuat dari kayu dan dicat putih, ber-
bentuk sepotong lengkungan sehingga sisi sebelah dalam bertemu tepat
dengan sisi sebelah dalam lingkaran-lempar.Balok ini dipasang di te-
ngah-tengah antara garis-sektor-lemparan, dan dibuat sedemikian rupa
sehingga terpasang kokoh-kuat pada tanah.
3. Ukuran. Balok-penahan ini berukuran 11.2cm sampai -30cm panjang, dg
penghubung antara ke dua titik 1.15m ± 0.01m untuk suatu lengkungan
yang sama dengan lingkaran dan dengan tinggi 10cm ± 0.2cm dalam kaitannya dengan
dataran lantai bagian dalam lingkaran.

Diagram: POTONGAN BALOK-PENAHAN TOLAK-PELURU

Permukaan
Lingkaran-tolak

Peluru.
4. Konstruksi. Peluru harus terbuat dari besi utuh keras(solid iron),
kuningan atau logam lain yang tidak lebih lunak dari pada kuningan
atau kulit suatu bahan metal yg keras dan diisi dengan timah atau
bahan lain.Ini harus berbentuk bulat-bola dengan permukaan yang
kasar melainkan harus halus-licin. Untuk bisa halus licin tinggi
rata-rata permukaan harus tidak kurang dari 1.6um, yaitu suatu
tingkat kekasaran N7 atau kurang.

5. Peluru ini harus sesuai dengan kekhususan-2 berikut ini:

PELURU
100
Berat minimum untuk diizinkan digunakan dalam perlombaan dan dapat diterima
untuk pembuatan suatu rekor:
4.000 kg 5.000 kg 6.000 kg 7.260 kg
Informasi untuk
pembuatan:
- Variasi berat pe luru 4.005kg 5.005 kg 6.005 kg 7.265 kg
untuk keperlu an 4.025kg 5.025 kg 6.025 kg 7.285 kg
perlombaan

-Diameter minimum 95 mm 100 mm 105 mm 110 mm


-Diameter maximum 110 mm 120 mm 125 mm 130 mm

Pasal 189
LEMPAR CAKRAM

Cakram.
1. Konstruksi.Badan cakram boleh jadi utuh (solid)atau berrongga dan di dibuat dari kayu
atau bahan lain yang cocok, dengan pinggiran (rim)
terbuat dari metal/logam, yang pinggirannya harus dibuat membulat.
Penampang melintang pinggiran cakram membentuk bulat lingkaran pe-
nuh dengan radius/jari-jari 6mm.Ditengah badan-cakram terdapat pi-
ringan metal yang dipasang rata ke dalam pusat ke dua sisinya.Ada
bentuk cakram alternatif yang lain yang dibuat tanpa menggunakan pi- ringan metal,asalkan
datarannya rata dan seimbang dan ukuran berat
keseluruhan cakram itu sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
Masing-masing sisi cakram harus sama dan tanpa ada gerigi, berpro-
jeksi atau bertepian tajam.Sisinya harus dibuat meruncing dalam ga-
ris lurus dari awal lengkungan sisi suatu lingkaran yang berjari-
jari antara 25-28.5 mm dari titik-pusat sebuah cakram.
Profil sebuah cakram harus didesain sebagai berikut. Dari awal per-
mulaan lengkungan dari pinggiran,tebal cakram meningkat secara ter-
atur sampai mencapai tebal minimum D. Nilai maximum ini dicapai pada
jarak 25mm sampai 28.5mm dari poros cakram Y. Dari titik ini sampai
poros Y tebal cakram adalah tetap. Sisi sebelah atas dan bawah ca-
kram itu harus identik,juga cakram ini harus simetris berkaitan de-
ngan putaran mengitari poros Y.
Cakram, termasuk permukaan dari bagian pinggirnya harus tidak ada
bagian yang kasar dan bagian tengahnya harus halus & uniform/merata
seluruhnya.
101

Profil sebuah CAKRAM (Discus)

2. Ini harus memenuhi spesifikasi/syarat-syarat berikut :

CAKRAM
Berat minimum untuk diizinkan dalam perlombaan dan diterima da- lam pembuatan
suatu rekor: 1.000 kg 1.500 kg 1.750 kg 2.000 kg
Informasi untuk pabrik Variasi berat untuk persediaan dl lomba
Pembuatan: 1.005kg 1.505kg 1.755kg 2.005kg
1.025kg 1.525kg 1.775kg 2.025kg
Diameter pinggiran metal
sebelah luar
Minimum 180mm 200mm 210mm 219mm
Maximum 182mm 202mm 212mm 221mm
Diameter keping-metal atau
daerah datar-tengah
Minimum
Maximum 50mm 50mm 50mm 50mm
57mm 57mm 57mm 57mm
Tebal dari keping me- tal atau
daerah pusat yang datar
Minimum
Maximu 37mm 38mm 41mm 44mm
39mm 40mm 43mm 46mm

Tebal rim/ lingkaran


Minimum
Maximum 12mm 12mm 12mm 12mm
13mm 13mm 13mm 13mm

Pasal 190

SANGKAR LEMPAR CAKRAM

1. Semua lempar cakram harus dilakukan dari dalam sebuah sangkar/ku-


rungan guna menjamin keamanan penonton, para Petugas dan para pe-
102
serta-lomba.Sangkar cakram yang dibahas dalam peraturan ini dimak-
sudkan untuk digunakan di dalam suatu stadion besar penuh dengan
penonton berlimpah mengelilingi arena-lomba bersamaan dengan event
lain yang sedang dilaksanakan.Bila konstruksi ini tidak dapat diterapkan
di lapangan latihan,maka kiranya konstruksi yang lebih sederhana
akan cukup memadai.Nasehat/petunjuk pembuatannya ada tersedia atas
permintaan dari organisasi/federasi nasional(PASI) atau dari Biro/
Kantor/Markas Besar IAAF.
Catatan: Sangkar-martil sebagaimana dipaparkan pada Pasal 192 dapat
juga digunakan untuk event lempar-cakram, baik dengan memasang
lingkaran-lempar yang konsentris dengan garis-tengah 2.135/2.50
m,atau dengan menggunakan perpanjangan pintu sangkar itu dengan
suatu lingkaran-cakram terpisah yang dipasang di depan dari ling
karan lempar-martil.
2. Sangkar itu harus didesain, dibikin dan dipelihara, sehingga mampu
menahan sebuah cakram 2kg yang bergerak dengan kecepatan 25 m/detik.
Pengaturan sangkar ini harus sedemikian rupa sehingga tidak akan ada
bahaya akibat lenting-balik(rikoset)atau memantul kembali terhadap
si atlet pelempar atau melewati atas sangkar. Asalkan semua persya-
ratan peraturan akan hal ini dipenuhi, segala bentuk desain & kon
struksi sangkar dapat digunakan.

3. Sangkar ini harus direncankan berbentuk 'U' seperti terlihat pada diagram. Lebar
bagian mulut sangkar harus 6m dipasang 7m di depan pusat lingkaran-lempar.Tinggi
panel jaring-jaring kawat pada titik terendah minimal 4 m.

Harus difikirkan dalam men-desain dan membangun sangkar untuk mence-


gah sebuah cakram menerobos keluar lewat sambungan sambungan panel
sangkar atau menerobos di sela-sela panel kawat atau lobang jaring-
jaring atau menelusup di bawah panel jaring-jaring.

Catatan I): Pengaturan panel belakang/jaring-jaring adalah tidak


penting asalkan jaring-jaring itu minimum 3.00 meter dari
titik pusat lingkaran.
Catatan ii): Desain yang innovatif yang memberikan tingkat perlin-
dungan yang sama dan tidak menambah zona /daerah bahaya diban-
ding dengan desain yang konvensional dapat diberikan Serti-
fikat oleh IAAF.
4. Jaring-jaring sangkar dapat dibuat dari jaring-alami yang cocok atau
benang fibre-sintetis atau alternatif lain dari kawat-baja yang
berdaya tegang sedang atau tinggi.Ukuran lobang jaring maximum harus
5 cm untuk kawat-baja dan 44mm untuk jaring dari tali (alami).
Ukuran minimal tali atau kawat tergantung kepada konstruksi sangkar,
tetapi kekuatan pemutus minimum harus 40 kg.
Dalam rangka menjamin keamanan sangkar terus-menerus jaring-jaring
kawat-baja harus diinspeksi minimum 1 X tiap tahun.
Inspeksi secara visual saja tidaklah cukup untuk jaring-jaring dari
serat-fibre. Tetapi sebaiknya beberapa potongan panjang dari jaring
sample standar harus dikerjakan oleh pabrik pembuatnya.Salah satu da
ri ini dapat dipindahkan setiap 12 bulan dan diadakan pengetesan gu-
na menjamin kekuatan jaring berkelanjutan.
Catatan : Spesifikasi lebih lanjut untuk jaring-jaring dan prosedur pengawasan keamanan
adalah tertera di dalam buku “The IAAF Track & Field Facilities Manual”.
5. Sektor yang berbahaya maximal dalam lempar cakram dari sangkar ini adalah kira-kira 69°
bila digunakan oleh atlet-kidal maupun yang normal dalam perlombaan yang sama.Posisi &
penempatan sangkar di arena oleh karenanya sangat kritis terhadap penggunaannya yang
aman.
103

Rencana Denah Sangkar Lempar Cakram. (Dimensi dalam ukuran meter).

Pasal 191

LONTAR - MARTIL

Peraturan Perlombaan.
Seorang atlet atlet ada dalam posisi start sebelum melakukan
ayunan pendahuluan atau putaran, diizinkan meletakkan kepala martil
(yang akan dilontarkannya) di tanah, baik didalam ataupun di luar
lingkaran-lempar.
2. Hendaklah tidak dihitung sebagai lontaran-salah/gagal, bila kepala-
martil menyentuh tanah di dalam ataupun di luar lingkaran-lempar,
atau menyentuh bagian atas besi lengkung. Si atlet boleh berhenti
dan akan memulai melontar lagi, asalkan tidak ada peraturan lain
yang dilanggarnya.
3.Bila martil itu patah sewaktu dilontarkan atau sedang di udara, hal
ini tidak dihitung sebagai lontaran martil yang salah, asalkan cara
melontarnya dilakukan sesuai peraturan. Bila si pelontar-martil kehi
langan keseimbangan dan akhirnya melanggar sebagian peraturan, hal
ini hendaklah tidak dihitung sebagai lontaran-martil yang gagal, dan
104
si atlet itu diberi satu kesempatan-lempar yang baru.

Martil.
4.Konstruksi. Martil terdiri dari tiga bagian: Kepala-besi, tali dan
pegangan.
5.Kepala-martil. Kepala-martil dibuat dari besi yang solid atau metal
yang lain tetapi tidak lebih lunak dari kuningan atau logam dilapis
bahan keras diisi dengan timah atau bahan yang keras lainnya. Bila
model pengisian, ini harus dimasukkan sedemikian rupa sehingga isi
ini tidak dapat bergerak dan bahwa titik pusat gravitasinya berkedu-
dukan tidak lebih dari 6mm dari titik-pusat bulatan (peluru).
6. Tali-kawat.Tali kawat ini adalah dari kawat tunggal, tidak putus,
dari baja-pegas yang lurus dengan diameter tak kurang dari 3 mm
dan harus tidak mulur (tambah-panjang) pada saat martil diayun untuk
dilontarkan.
Kawat ini dapat berbentuk cincin (loop) pada satu ujung atau kedua
ujungnya sebagai alat pegangan.
7. Pegangan. Pegangan-martil harus kuat(solid) dan kaku (rigid) dibuat
dalam satu potong tanpa ada engsel dan semacamnya. Ini harus berben
tuk suatu segi-tiga iso-sceles atau suatu sektor dari suatu bentuk
lingkaran. Pegangan ini hendaklah tidak mulur (bertambah-panjang)
pada saat martil dilemparkan. Ini harus diikatkan kepada tali-kawat
sedemikian rupa hingga tidak dapat diputar di dalam loop (cincin)
dari tali kawat untuk menambah panjang keseluruhan dari martil.
Pegangan martil boleh memiliki suatu pegangan yang lengkung atau
yang lurus dengan lebar maximum sebelah dalam 130mm dan panjang
maximum sebelam dalam 110mm.
Kekuatan pemutus pegangan minimum haruslah sebesar 20 kN (2000kgf).
Sisi-sisi pegangan itu boleh lurus atau sedikit lengkung dimana sisi
itu bertemu pegangan sehingga menyediakan ruang yang luas bagi
tangan si pelontar.

Diagram : PEGANGAN MARTIL


105
8. Sambungan bagian tali. Bagian tali martil harus dihubungkan dengan
bagian kepala-martil dengan menggunakan engsel-putar, bisa dari mo-
del biasa atau model pakai pelor-putar(ball-bearing). Pegangan ini
dihubungkan dengan bagian-tali dengan perantaraan kawat-baja berben
tuk cincin(loop). Sedangkan engsel-putar (kili-kili) tidak akan dipa
kai disini.
9. Sebuah martil harus memenuhi syarat-syarat ini :

MARTIL / HAMMER

Berat minimum untuk dapat ditrima dalam perlombaan dan agar pembuatan rekor
dapat diakui:
4.000kg 5.000kg 6.000kg 7.260kg
Informasi bagi parik Variasi berat martil untuk disediakan bagi perlombaan
pembuatnya: 4.005kg 5.005kg 6.005kg 7.265kg
4.025kg 5.025kg 6.025kg 7.285kg
Panjang martil diukur dari
bagian dalam pegangan-
martl
- Minimum 1160mm 1165mm 1175mm 1175mm
Maximum 1195mm 1200mm 1215mm 1215mm

Diameter kepala
martil
Minimum 95mm 100mm 105mm 110mm
Maximu 110mm 120mm 125mm 130mm

Titik Pusat Gravitasi Kepala Martil

Tidak lebih dari pada 6mm dari pusat bulatan-bola besi, yaitu ini adalah mungkin untuk
menyeimbangkan kepala-martil, dikurangi pegangan dan tali-tangkai-martil, pada sebuah
lobang tajam datar berdiameter 12mm (lihat diagram).

Alat yang disarankan untuk


mengetest titik pusat gra-
vitasi Kepala Martil
106

Pasal 192

SANGKAR LONTAR-MARTIL

Semua gerak lontar-martil harus dilakukan dari dalam sebuah sangkar-


martil guna menjamin keamanan penonton, para Petugas dan atlet-lom
ba. Sangkar-martil dimaksud dalam peraturan ini diperuntukkan bagi
penggunaannya di dalam suatu arena besar,dengan event-event lain
sedang berlangsung pada waktu yang sama atau ketika event itu dige-
lar diluar arena dengan penonton yang berlimpah banyak.

Dimana ini tidak diterapkan, dan terutama di tempat latihan kon-


struksi yang lebih sederhana akan cukup memadai.Nasehat dapat diper-
oleh atas permintaan dari organisasi nasional atau dari Kantor IAAF.

Sangkar ini perlu dibikin desain-nya, dibuat (di pabrik) dipelihara agar mampu
menyetop/menghentikan kelapa-martil(7.26kg) yang terbang-melayang lepas dengan
kecepatan 32 m/detik. Pengaturan sangkar ini harus sedemikian rupa sehingga tak akan
ada bahaya rekoset (lenting-balik) martil itu kepada si pelontar atau lewat bagian atas
sangkar.
Asalkan semua ukuran & tuntutan peraturan dipenuhi sesuai ketentuan segala bentuk dan
macam sangkar-martil dapat digunakan.

Sangkar-martil harus direncanakan berbentuk 'U', seperti nampak


pada diagram.Lebar mulut-sangkar haruslah 6m, diletakkan 7m di de
pan dari pusat lingkaran-lempar.Tinggi jaring-jaring panel pada ti-
tik terendah adalah minimal 7 m untuk panel-panel/jaring-jaring di
belakang sangkar dan minimal 10m untuk panel terakhir 2.80m menuju
ke titik poros-pintu.
. Harus difikirkan dalam pembuatan desain & konstruksi sangkar-martil untuk mencegah
martil melejit keluar menerobos celah-celah sambung- an panel atau lobang jaring atau
nyelonong lewat bawah panel-jaring

Catatan: Pengaturan panel-panel belakang/jaring-jaring adalah tidak


penting asalkan jaring-jaring itu adalah minimum 3.50m jauhnya dari
pusat lingkaran-lempar.

Dua buah panel-jaring lebar 2m yang dapat dipindah-pindahkan harus disediakan di depan
sangkar, hanya satu yang akan dioperasionalkan pada suatu waktu. Tinggi minimum panel-
panel itu adalah 10m.

Catatan I):Panel yang sebelah kiri digunakan bagi pelontar martil yg


tidak-kidal (yang memutar anti-arah jarum-jam), dan panel yg kanan
untuk pelontar yg kidal(yg berputar sesuai arah jarum-jam).Penyiap-
an panel kanan atau kiri hendaklah disesuaikan akan kebutuhan para
pelontar(kidal atau tidak)dan perobahannya sendiri harus berlang-
sung secara cepat tanpa membuang waktu & tenaga.
Catatan ii): Posisi akhir dari kedua panel ditunjukkan dalam rencana
meskipun dalam perlombaan hanya satu panel akan ditutup pada setiap
saat selama perlombaan berlangsung.
Catatan iii): Bila lagi operasional, panel-jaring yg dapat digerak-
kan harus dipasang pada posisi yg betul sesuai diagram.Oleh karena-
nya panel ini dalam mendesain harus diperhitungkan dapat dikunci pa
da waktu operasional di arena-lomba.
107
Catetan iv):Pembuatan panel-panel jaring itu dan peng-operasiannya
tergantung dari desain keseluruhan sangkar-martil yang dapat dige-
rakkan secara digeser, digandeng dengan poros vertikal atau horizon
tal atau dengan secara dicopot(mudah-sambungan vertikal horisontal
atau dengan cara mudah-dilepas & dipasang).Satu hal yang penting un
tuk diperhatikan adalah bahwa panel-panel jaring ini harus mampu
menahan/menyetop martil yang menghantamnya dan tidak menimbulkan
bahaya dikarenakan martil ini menerobos/menembus lewat celah antara
panel tetap dan panel-yang dapat digerakkan.
Catatan v): Desain yang innovatif yang menyediakan tingkat perlin-
dungan yang sama dan tidak menambah luasnya zone bahaya dengan
desain konvensional, dapat diberi Sertifikat IAAF.
Jaring-jaring untuk sangkar dapat dibuat dari tali rajut-alami atau dari rajut-fibre sintetis, atau
secara alternatif, dari kawat-baja berdaya-regang sedang sampai tinggi.
Lobang tiap mata-jaring adalah 5 cm bila dibuat dari kawat-baja,dan 44mm bila dibuat dari
tali-rajut biasa.Ukuran tali minimum atau ka- wat-baja tergantung konstruksi sangkar,tetapi
harus memiliki kekuat- an putus minimum daya tegangan/tahanan haruslah 300 kg. Dalam
rangka
menjamin keamanan sangkar yang berlanjut,jaring-kawat harus diperik- sa minimal setiap
12 bulan sekali.
Pemeriksaan secara visual tidaklah cukup bagi tali rajut dari fibre
Malahan, beberapa panjang sample dari tali standar harus digarap ke
dalam jaring-jaring oleh pabrik pembuatnya. Salah satu dari ini da
pat dipindah/diambil setiap 12 bulan dan ditest guna menjamin keku-
atan jaring-jaring terus-menerus.
108
.Sangkar Lontar Martil dan Lempar Cakram dengan Lingkaran lempar
Konsentris
109
Bila dikehendaki sangkar-martil dapat dipakai bersama event lempar- cakram.Pemasangannya
dapat dilakukan dengan 2 cara.Yang paling gampang dengan menggunakan lantai semen yang
sama untuk lingkaran-lem
par yang konsentris 2.135m/2.50m bagi lontar-martil& lempar-cakram.

Sangkar lontar-martil harus digunakan untuk lempar cakram dengan memasang secara
tetap panel jaring-jaring dapat digerakkan bebas dari mulut sangkar.
Untuk lingkaran-lempar terpisah untuk lontar-martil & lempar-cakram di dalam satu sangkar
yang sama, kedua lingkaran lempar itu harus ditempatkan satu di belakang yang lain dengan
titik-pusat terpisah
sejauh 2.37m pada garis-tengah dari sektor pendaratan/lemparan de- ngan lingkaran-
lontar martil berada di depan. Dalam hal ini, panel-panel jaring yang dapat digerakkan harus
digunakan untuk lempar cakram.

Catatan: Pengaturan panel belakang/jaring-jaring tirai adalah tidak


penting asalkan jaring-jaring adalah minimum 3.50m jauhnya dari
titik-pusat lingkaran yang konsentrik atau minimum 3.00m jauhnya
dari titik-pusat lingkaran lempar cakram dari lingkaran lempar
terpisah (lihat Pasal 192.4 e).
Sektor yang mengandung bahaya maximum untuk lontar-martil dari
sangkar ini adalah kira-kira 53°, bila digunakan oleh pelontar kidal
dan yang tidak-kidal dalam satu perlombaan yang sama.
Oleh sebab itu, posisi dan pengaturan sangkar di arena untuk penggu
naan yang aman adalah sangat kritis/penting.
110
Sangkar Lontar Martil dan Lempar Cakram dalam konfigurasi cakram
(Terpisah)
111
112
Pasal 193

LEMPAR - LEMBING

Peraturan Perlombaan
a) Lembing itu harus dipegang pada tempat pegangannya (grip-nya),
dan harus dilempar lewat bahu atau bagian atas lengan pelempar,
dan harus tidak diayun atau dibandul(slung or hurled).Gaya-lempar
non-orthodox tidak diizinkan.
Suatu lemparan adalah hanya sah,apabila ujung mata-lembing menyen
tuh/menggores/menancap tanah sebelum bagian lembing lainnya.
Tidak sesaatpun selama proses melempar, sampai lembing telah dile paskan terbang-
melayang di udara,seorang pelempar boleh membuat gerakan memutar badan penuh
sehingga punggungnya menghadap ke ba- tas lengkungan lempar.
Apabila lembing patah sewaktu dilempar atau saat melayang di udara, ini tidak dihitung sebagai
suatu lemparan-salah,asalkan lemparannya dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
Apabila pelempar dengan itu kehilangan keseimbangan dan karenanya melanggar
sebagian peraturan, hal ini tidaklah dihitung sebagai lemparan salah, dan si atlet akan
diberikan satu kesempatan-lempar yang baru.

Lembing
Konstruksi.Lembing terdiri dari tiga bagian-utama: mata-lembing, ba- dan-lembing, dan tali-
pegangan/grip.Badan lembing berongga/berlobang atau utuh-padat, terbuat sepenuhnya
dari metal,atau dari bahan/mate- ri lain yang cocok, sehingga membentuk suatu benda
keseluruhan yang terintegrasikan mantap. Pada badan-lembing terpasang di bagian depan
mata-lembing (metal-head) yang berujung meruncing.
Permukaan badan lembing tidak boleh ada lesung-lesung pipit, bintil-
bintil ataupun alur-alur, lobang,ataupun tonjolan,dan bagian yang ka
sar dan harus licin uniform/merata sama pada seluruh permukaannya.
Mata-lembing/bagian kepala ini terbuat sepenuhnya dari metal. Ini bo
leh terdiri dari suatu ujung yang diperkuat dari metal lain yang di-
patrikan diujung depan dari kepala-lembing (mata-lembing) asalkan
seluruh kepala-lembing ini harus halus (lihat Pasal 188.4) dan uni-
form merata di sepanjang seluruh permukaannya.

Pegangan lembing, yang menutupi titik-pusat gravitasi,tidak boleh


melebihi diameter badan-lembing dari pada 8mm. Ini memiliki pola
lilitan tali anti-selip biasa, tetapi tanpa ada simpul, benjolan dan
lekuk-lekuk. Pegangan ini harus sama tebal.
Penampang melintang sebuah lembing harus seluruhnya bulat.Lihat Ca-
tatan i! Diameter maximal badan-lembing harus tampil segera di depan
tali pegangan/grip. Bagian tengah badan lembing, termasuk bagian di
bawah grip, berbentuk silindris atau sedikit meruncing ke arah bela-
kang, namun pengecilan ini tidak boleh melebihi 0.25mm, segera di de
pan sampai segera di belakang grip.
Dari pegangan ini lembing itu semakin meruncing ke ujung depan & ke
ujung ekor di belakang. Profil memanjang dari tempat grip ke ujung
depan dan ke ujung ekor harus lurus atau sedikit cembung (convex).
Lihat Catatan ii)!, dan harus tidak ada perobahan tiba-tiba dalam
diameter keseluruhannya, kecuali segera setelah di belakang kepala-
lembing dan pada bagian depan & belakang pegangan/grip, di seluruh
panjang lembing.
Di bagian belakang kepala-lembing, menyempitnya diameter tidak boleh
melebihi 2.5mm dan permulaan ini dari tuntutan profil memanjang ti-
dak boleh lebih dari 300 mm di belakang kepala-lembing.
113
Catatan i) : Meski penampang melintang lembing harus bulat, beda
maximum antara diameter yang terbesar dan terkecil diperbolehkan
hanya 2%. Nilai rata-rata dari ke dua diameter itu sesaui benar
dengan spesifikasi/syarat dari lingkaran bulat badan-lembing.
Catatan ii): Bentuk profil memanjang lembing dapat dengan cepat dicek
dengan menggunakan metal panjang lurus minimal 500 mm panjang dan tebal 0.20mm-
1.25mm.Untuk badan-lembing pada bagian yang sedikit
cembung (convex) bagian yang lurus akan bergoyang bila bersentuhan
kuat dengan bagian yang pendek.
Untuk bagian profil yg lurus,dengan sisi yang lurus dipegang kuat terhadapnya,adalah
tidak mungkin untuk memasukkan alat 0.20mm anta
ra lembing dengan sisi yang lurus dimana saja sepanjang perkenaan-
nya.Hal ini berlaku segera di belakang kepala dn badan lembing.
Pada titik ini adalah tidak mungkin untuk memasukkan alat 1.25 mm.

6. Persyaratan/spesifikasi sebuah lembing :

LEMBING

Berat minimum untuk diizinkan digunakan dalam perlombaan dan untuk syarat diterima
dalam pembuatan suatu rekor ( termasuk tali pegangan)
600gr 700gr 800gr
Informasi untuk pabrik pembuat alat: Variasi berat alat untuk disediakan bagi
perlombaan
605gr 705gr 805gr
625gr 725gr 825gr
Panjang keseluruhan Min. 2.20m 2.30m 2.60m
Max. 2.30m 2.40m 2.70m

Panjang mata-lembing Min. 2.50m 2.50m 2.50m


(Length of metal-head) Max. 3.30m 3.30m 3.30m
Jarak ujung mata-lembing Min. 0.80m 0.86m 0.90m
ke titik pusat gravitasi Max. 0.92m 1.00m 1.06m
Diameter badan-lembing Min. 20mm 23mm 25mm
pada bagian yg Max. 25mm 28mm 30mm
gemuk/tebal
Lebar dari tali- Min. 140mm 150mm 150mm
pegangan/grip Max. 150mm 160mm 160mm

7. Pada lembing tak boleh ada/dipasang benda atau alat yang bergerak/
bergeser pada saat lembing dilempar, yang dapat merobah posisi
titik-pusat gravitasi atau merobah sifat sifat lemparan.
Pengecilan lembing sampai pada ujung mata-lembing sedemikian rupa
dan sudut pengecilan tidak lebih dari 40°. Diameter lembing pada
jarak 150mm dari ujung tak boleh lebih dari 80% dari diameter max
imum badan-lembing.Pada titik tengah antara pusat gravitasi ke
ujung mata-lembing, diameternya tak boleh lebih dari 90% dari dia
meter maximum badan-lembing.
Pengecilan badan-lembing ke arah ujung-ekor harus sedemikian se-
hingga diameter pada titik-tengah antara titik-pusat gravitasi
dan ekor-lembing, harus tidak kurang dari 90% diameter maximum
badan-lembing. Pada titik 150mm dari ujung ekor lembing, diameter
ini tidak kurang dari 40% dari diameter maximum badan-lembing.
Diameter badan-lembing pada ujung ekor harus tidak kurang dari
3.5mm.
114
Diagram ‘LEMBING INTERNASIONAL’

SEKSI V - LOMBA EVENT GABUNGAN

Pasal 200

PERLOMBAAN EVENT GABUNGAN


(Combined Events Competitions)

PUTRA JUNIOR & PUTRA SENIOR (Panca & Dasa Lomba)

1. Pancalomba berisikan lomba lima event yang harus dilakukan dalam satu hari, dengan
urutan-lomba sebagai berikut: lompat-jauh, lempar lembing, lari 200m, lempar-cakram, dan
lari 1.500 m.
2. Dasalomba berisikan lomba atletik 10 event, yang dilakukan dalam dua hari berturut-turut,
dengan urutan sbb. :
Hari I : 100m; l.jauh; tl.peluru; lp.tinggi; 400m;
Hari II: 110m gawang; lp.cakram; lp.t.galah; lp.lembing;dan 1.500 m.

PUTRI JUNIOR & PUTRI SENIOR (Sapta Lomba & Dasalomba)

3. Saptalomba berisikan lomba 7 event, yang dilakukan dalam waktu dua hari berturut-turut,
dengan urutan sbb. :
Hari I : 100 m gawang; loncat tinggi; tolak peluru; 200m;
Hari II : lompat jauh; lempar lembing; 800 m.

4. Dasalomba Putri terdiri dari 10 events yang harus diselesaikan dalam dua hari berturut-
turut dengan urutan sbb.:
Hari I : 100m; lempar.cakram; loncat galah; lempar lembing; 400m;
Hari II : -100mgw; lompat jauh; tolak peluru; loncat tinggi; 1500m.

REMAJA PUTRA (BOYS YOUTH) (Octathlon = Hasta/delapan-lomba)

5. Octathlon terdiri dari delapan event, yang harus dilaksanakan dalam dua hari berturut-turut
dengan urutan event sbb.:
Hari I : 100m; lp.jauh; tl.peluru; dan 400m.
Hari II : 110m lari-gawang; lp. tinggi; lp.lembing; dan 1000m.
115

REMAJA PUTRI (GIRLS YOUTH) (Heptathlon = sapta-lomba)

6. Heptathlon / sapta-lomba disini terdiri 7 event, yang dilaksanakan dalam dua hari berturut-
turut dengan urutan sbb.:
Hari I : 100m lari gawang; loncat tinggi; tolak peluru; dan 200m.
Hari II : lompat jauh; lempar lembing; dan lari 800m.

UMUM

7. Atas dasar kebijaksanaan Wasit Event-gabungan, bila mungkin hendak lah ada waktu
interval minimal 30 menit antara waktu berakhirnya sa- tu event menuju dimulainya event
berikutnya,harus diberlakukan kepada setiap atlet. Bila mungkin, waktu antara selesainya
event terakhir pada hari pertama dan dimulainya event pertama pada hari ke dua
sekurang-kurangnya ada waktu 10 jam (istirahat).

8. Dalam tiap event terpisah dari suatu lomba Event Gabungan, heat-heat dan grup-
gruo harus diatur oleh Delegasi Teknik atau Wasit Event Gabungan, sebagaimana
dapat diterapkan, sehingga paea atlet degan prestasi yang sama dalam tiap event
individu selama periode waktu yang ditentukan, harus ditempatkan dalam heat atau
grup yang sama. Lebih disukai lima atau lebih, dan jangan kurabng dari tiga, atlet
harus ditempatkan dalam tiap heat atau grup. Bila hal ini tidak bisa dicapai sebab
karena jadwal event-event itu, Heat-heat atau grup-grup untuk event berikutnya
harus diatur seperti ketika atlet menjadi tersedia dari event sebelumnya.
Di dalam event terakhir dalam Event Gabungan, heat-heat harus diatur sehingga satu
heat berisikan para atlet yang menonjol / leading setelah event kedua dari belakang.
Delegasi Teknik atau Wasit Event Gabungan harus memiliki wewenang untuk
mengatur tiap grup apabila menurut pendapatnya hal ini dikehen daki/diperlukan

9. Peraturan Lomba IAAF untuk tiap event yang merupakan perlombaan akan diterapkan
dengan perkecualian sebagai berikut :
Dalam event lompat jauh dan tiap event lempar, setaip atlet harus diberikan hanya tiga
trials (kesempatan-lomba).
Dalam hal alat Pencatat Waktu Otomatis penuh tidak tersedia, prestasi setiap atlet harus
diambil/dicatat oleh tiga orang Judge Pencatat Waktu yang independen / bebas.
Dalam event lari di lintasan, seorang atlet akan dikenakan diskualifikasi di mana dia telah
membuat dua kali start-salah.

10. Hanya satu sistem pencatat-waktu yang digunakan selama lomba tiap event. Namun, untuk
keperluan pembuatan rekor, waktu yg diperoleh dari sistem Foto-Finis Otomatis Penuh
harus digunakan/diterapkan tanpa menghiraukan apakah waktu demikian ada tersedia bagi
atlet lomba yang lain dalam event.

11. Setiap atlet yang gagal melakukan start atau membuat kesempatan lomba dalam salah
satu event harus tidak diizinkan ikut-serta di dalam event berikutnya, tetapi harus dianggap
telah meninggalkan perlombaan. Karenanya dia harus tidak diperhitungkan dalam
pengelompokan/ klasifikasi akhir. Semua atlet yang menentukan akan menarik diri dari
Lomba Event Gabungan harus segera memberi informasi kepada Wasit Event Gabungan
atas keputusan yang dia ambil itu.

12. Nilai, menurut Tabel Score IAAF yang mutahir harus diumumkan secara terpisah untuk tiap
event dan sebagai suatu jumlah kumulatif, untuk semua atlet setelah selesainya tiap event.
Pemenangnya adalah atlet yang mendapat catatan nilai tertinggi (dari semua event yang
dilombakan).

13. Bila terjadi 'hasil-sama', pemenangnya adalah atlet yang dalam banyak event mencatat
nilai lebih banyak dari atlet yang lain yang memiliki hasil-sama itu. Bila hal ini belum
memecahkan masalahnya, pemenangnya adalah atlet yang mengumpulkan jumlah nilai
116
terbanyak pada salah satu event. Dan bila hal ini masih belum memecahkan masalah
hasil-sama, maka pe- menangnya adalah atlet yang mengumpulkan nilai tertinggi pada
event ke dua, dan seterusnya. Hal ini juga berlaku untuk hasil sama bagi setiap kedudukan
dalam perlombaan.

SEKSI VI - PERLOMBAAN ATLETIK “INDOOR”

Pasal 210

DAPAT DITERAPKANNYA PERATURAN LOMBA-ATLETIK ‘OUTDOOR’

KE DALAM LOMBA-ATLETIK ‘INDOOR’

Dengan pengecualian sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan-peraturan berikut dari Seksi


VI ini, Peraturan dari Seksi I sampai V untuk perlombaan atletik ‘outdoor’ adalah juga dapat
dite- rapkan untuk/dalam Perlombaan Atletik ‘Indoor’.

Pasal 211

STADION ATLETIK ‘INDOOR’

1. Stadion ini harus harus sepenuhnya tertutup dan terlindung (completely enclosed &
covered). Penerangan, penghangatan dan ventilasi harus disediakan guna memberi
kondisi yang memuaskan bagi perlombaan.
2. Arena lomba harus termasuk suatu lintasan-lari berbentuk aval/lonjong-telor; suatu lintasan
lari-lurus untuk lari sprint dan lari-gawang; jalur-lintasan ancang-ancang/awalan dan
tempat-tempat pendaratan untuk event lompat. Sebagai tambahan, suatu lingakaran dan
sektor pendaratan untuk tolak-peluru harus disediakan, baik secara tetap/permanen
ataupun secara temporer/sementara.
Semua fasilitas (sarana-prasarana) harus memenuhi spesifikasi2 dalam “The Track&
Field Facilities Manual).

3. Semua jalur lintasan, jalur awalan atau permukaan tempat bertumpu/bertolak harus
diditutup dengan suatu bahan sintetis atau memiliki permukaan terbuat dari kayu . Yang
pertama itu harus lebih disukai bisa menerima paku ‘spikes’ 6mm yang terpasang pada
sepatu-sepatu-lari (running shoes).
Ketebalan alternatif akan disediakan oleh pihak pengelola stadion yang akan memberi tahu
para atlet terhadap berapa panjang paku spikes yang masih dapat diizinkan digunakan.
(Lihat Pasal 143.4)
Perlombaan atletik indoor sesuai peraturan IAAF Pasal 1 a), b) c), d) dan
perlombaan yang dibawah pengawasan langsung IAAF harus dilaksanakan hanya
pasa fasilitas yang telah memeiliki serifikat pengesahan IAAF.
Direkomendasikan bahwa apabila fasilitas demikian itu tersedia, perlombaan atletik
sesuai Pasal 1 e), f), g) dan h) harus dilaksanakan di atas fasilitas ini.

4. Sejauh secara tehnis dimungkinkan, tiap jalur lari awalan/ancang-ancang harus memiliki
daya-kenyal yang merata di sepanjang permukaan jalur dimaksud. Hal ini akan dicek,
untuk daerah bertolak/bertumpu untuk event lompat sebelum setiap perlombaan (Lihat
Pasal 218.2 dan 218.3, 219.3 & 220.2).
Catatan I) : The Track and Field Facilitiess Manual berisikan lebih rinci dan ketentuan-
ketentuan spesifiksi-spesifikasi untuk perencanaan dan pembangunan stadion
indoor.
117
Catatan ii) : Formulier standard tentang Aplikasi pemberian sertifikt
untuk fasilitas atau
dapat duiperoleh dengn mengkopi dari IAAF website.

Pasal 212

JALUR LINTASAN LURUS


(The Straight Track)

1. Kemiringan ke samping maximum dari lintasan haruslah tidak melebihi 1 : 100 dan
kemiringan ke arah-lari harus tidak melebihi 1 : 250 pada setiap titik dan 1 : 1000
keseluruhannya.

Lintasan lari.
2. Lintasan lari harus memiliki minimum 6 jalur dan maximum 8 jalur yang terpisah dan yang
dibatasi pada dua sisinya oleh garis-putih lebar 5cm. Jalur lintasan ini lebar 1.22m ± 0.01m
termasuk garis batas jalur di sisi kanan.
Catatan : Untuk semua lintasan lari yang dibangun sebelum 1 Januari 2004lintasan
lari itu memiliki lebar maxuimum 1.25m.

Start dan Finis.


3. Harus ada tempat kosong minimal 3m di belakang garis-start yang bebas dari segala
macam gangguan. Dan harus ada daerah kosong minimal 10m dibalik garis-finis, bebas
dari ganggu an tersedia bagi atlet yang berhenti berlari tanpa mendapat cedera.
Catatan: Sangat disarankan bahwa daerah kosong dibalik garis-finis haruslah 15m.

Pasal 213
LINTASAN LARI OVAL & JALUR-JALUR LARI

Panjang nominal lintasan haruslah lebih disukai 200m. Ini akan terdiri dari dua jalur paralel
horisontal lurus dan dua tikungan, yang mungkin dibatasi, yang jari-jari / radiusnya
haruslah sama.
Bagian dalam lintasan harus dibatasi apakah dengan suatu pembatas (kerb) dari bahan
yang sesuai, kira-kira 5cm tinggi dan lebar, atau dengan suatu garis-putih lebar 5 cm. Sisi
luar dari pembatas/kerb ini atau garis membentuk bagian dalam jalur-lintasan 1. Sisi
sebelah dalam dari jalur-lintasan atau kerb haruslah horisontal di sepanjang lintasan
dengan kemi- ringan maximum 1 : 1000.

Jalur Lari (Lanes)


Lintasan ini harus memiliki minimum 4 dan maximum 6 jalur-lari. Jalur ini harus memiliki
lebar yang sama dengan suatu lebar minimum 0.90m dan maximum 1.10m termasuk
garis-
jalur di sebelah kanan. Jalur lintasan haruslah dipisahkan dengan garis-putih lebar 5cm.

Sudut-tepian (Banking)
Sudut tepian pada semua jalur-lintasan haruslah sama pada setiap persimpangan lintasan.
Dalam rangka memperlancar perobahan dari lurus-datar ke tikungan bertepian,
perobahan- nya dibuat dengan suatu transisi yang gradual dan halus yang dapat
diperpanjang sampai 5 m ke dalam (lintasan) yang lurus. Sebagai tambahan, harus
ada suatu transmisi vertikal.
118
Marka pada Tikungan (Marking of the Bend)
Dimana bagian dalam dari pinggir lintasan dibatasi dengan suatu garis putih, ini harus
ditandai dengan tambahan pemasangan kerucut atau bendera –bendera kecil. Kerucut itu
minimal setinggi 20cm. Bendera-kecil itu berukuran kira-kira 25cm X 20cm, minimal tinggi
45cm dan dipasang dengan sudut 120° ke permukaan lintasan. Kerucut atau bendera itu
harus ditempatkan pada garis-putih sehingga pinggiran dari dasar kerucut atau bendera
berhimpitan dengan tepi garis-putih terdekat dengan lintasan. Kerucut atau bendera harus
ditempatkan pada jarak tidak lebih dari 1.5m pada tikungan dan 10m pada lintasan lurus.
Catatan : Untuk semua perlombaan atletik indoor yang langsung di bawah IAAF, penggu-
naan pembatas (kerb) sebelah dalam adalah sangat disarankan.

Pasal 214

START & FINIS PADA LINTASAN OVAL

Informasi teknis tentang konstruksi dan pembuatan marka pada suatu tepian lintasan indoor
adalah diberikan secara rinci dalam “IAAF TRACK & FIELD FACILITIES MANUAL.”
Prinsip-prinsip dasar untuk diadopsi adalah diberikan berikut di bawah ini.

Persyaratan Dasar.
Start & Finis suatu perlombaan harus ditandai dengan garis-putih lebar 5cm, yang siku-siku
terhadap garis-lintasan untuk bagian lintasan yang lurus dan sepanjang suatu garis
radius untuk bagian lintasan tikungan.
Syarat untuk garis-finis adalah bila pada semua kemungkinan hanya ada satu untuk semua
Jarak-lomba yang berbeda, dan itu haruslah pada suatu bagian yang lurus dari lintasan lari
dan sepanjang dari yang lurus itu haruslah sebelum garis-finis.
Persyaratan penting untuk semua garis-start, lurus, berjenjang atau lengkung, adalah bahwa
jarak bagi setiap atlet, bila mengambil arah terpendek yang diizinkan haruslah sama.
Sejauh mungkin, garis-start (daerah pertukaran/pergantian tongkat untuk estafet) haruslah tidak
ada pada bagian yang tajam dari suatu tikungan dan juga tidak pada bagian tepian yang
terjal/curam.

Pergelaran Perlombaan (Concuct of the Races)


Untuk lomba lari 400m atau kurang , tiap atlet harus memiliki suatu lintasan terpisah pada saat
start. Perlombaan sampai dan termasuk 200m harus dilarikan seluruhnya pada lintasan.
Perlombaan lebih dari 200m, dan kurang dari 800m harus start dan diteruskan di lintasan
sampai pada akhir tikungan ke dua. Dalam lomba 800m, tiap atlet ditugaskan untuk berlari
di lintasan terpisah atau suatu grup melakukan start lebih suka menggunakan lintasan 1
dan 3 dapat dugunakan.
Perlombaan lebih jauh dari 800m harus dilarikan tanpa lintasan (terpisah) dengan
mengguna kan garis-start lengkung atau start-kelompok/grup.

Catatan I ): Dalam kompetisi selain yang disebut di atas di bawah Pasal 1.1 a), b) dan c),
Anggota yang bersangkutan boleh jadi mencapai kesepakatan untuk tidak menggu-
nakan lintasan untuk lomba event 800m.
Catatan ii): Pada lintasan dengan jalur kurang dari 6, suatu start-kelompok (group-start)
seperti pada Pasal 162.9 dapat digunakan untuk mengizinkan 6 orang atlet untuk
saling
bersaing/berlomba.

Garis-start dan Garis-finis untuk suatu Lintasan dengan nominal panjang 200m.
Garis-start pada jalur-lintasan 1 yang pokok haruslah ada di yang lurus. Posisinya
harus ditentukan sehingga garis-start berjenjang yang paling maju pada lintasan
luar (dalam lomba 400m, lihat butir 9) harus dalm posisi dimana tinggi tepian pada
lintasan luar harus tidak llebih dari 12 derajat.
Garis-finis untuk semua perlombaan pada lintasan-oval haruslah perpanjangan garis-start
pada jalur-lintasan 1, langsung menyilang lintasan dan yang siku-siku terhadap garis jalur-
lintasan.
119
Garis-start Berjenjang untuk suatu lomba lari 200m.
Posisi garis-start pada lintasan 1 dan posisi garis-finis telah diciptakan, posisi garis-start pada
lintasan sisanya harus ditentukan dengan mengukur pada tiap jalur-lintasan kembali/ke
belakang dari garis-finis. Pengukuran pada tiap jalur-lintasan harus dilakukan dengan cara
yang benar-benar sama seperti untuk jalur-lintasdan 1 ketika mengukur panjang lintasan
(Lihat Pasal 160.2)
Setelah menciptakan posisi garis-start dimana ini berpotongan garis-pengukuran 20cm
keluar dari bagian dalam lintasan, garis itu harus diperpanjang menyilang lintasan dengan
sudut siku-siku terhadap garis-jalur lintasan apabila pada suatu bagian yang lurus dari lin-
tasan. Bila ada pada bagian yang lengkung pada lintasan, di sepanjang garis-radius me-
nuju ke pusat tikungan dan bila pada satu bagian transisi (Lihat Passal 213.4) memanjang
garis-radius melalui pusat teoritis dari lekukan pada titik itu. Garis-start kemudian dapat
diberi tanda dengan lebar 5 cm, pada sisi dari posisi yang diukur lebih dekat ke finis.

Garis-start Berjenjang untuk Lomba lebih dari 200m, sampai dengan 800m.
Pada saat para atlet diizinkan meninggalkan jalur-lintasannya pada memasuki jalur-lurus
setelah berlari satu atau dua tikungan dalam jalur-lintasan, posisi start harus mengambil
dua faktor untuk dipertimbangkan. Pertama, kelonggaran echelon yang normal adalah
mirip dengan untuk suatu lomba lari 200m (Lihat butir 8 di atas)!
Kedua, suatu pengaturan/penyetelan terhadap titik-start pada tiap jalur-lintasan untuk
memberi kompensasi bagi para atlet yang ada di lintasan luar memiliki jarak yang lebih
jauh dari pada mereka yang ada di lintasan dalam untuk mencapai posisi bagian dalam
pada akhir lintasan lurus setelah garis putus-putus.
Pengaturan ini dapat ditentukan ketika memberi marka/tanda garis putus-putus, dimana
para atlet diizinkan untuk meninggalkan jalur-lintasannya. Sayangnya, sejak garis-start
lebar 5 cm, adfalah tidak mungkin untuk memberi marka dua garis-start yang berbeda
kecuali jika perbedaan posisi ini adalah melebihi kira-kira 7 cm untuk memungkinkan
suatu celah yang jelas 2cm antara 2garis-start. Dimana masalah ini timbul, pemecahannya
adalah untuk menggunakan garis-start yabng paling belakang. Masalah ini tidak timbul
pada jalur-lintasan 1 sejak sesuai sdefinisi tidak ada pengaturan untuk garis-putus-putus.
Ini timbul dalam ljalur-intasan yang lebih dalam (yaitu: jalur 2dan 3) tetapi tidak terjadi pada
jalur yang lebih luar(yaitu: jalur 5 dan 6) dimana pengaturan yang dikarenakan garis-putus-
putus adalah lebih besar daripada 7 cm.

Dalam lintasan luar itu dimana pemisahannya cukup, suatu garis-start ke dua dapat diukur
di depan garis-start yang pertama dengan ‘pengaturan’ yang dibutuhkan yang ditentukan
dari garis putus-putus. Garis-start ke dua ini kemudian dapat diberi tanda dengan cara
yang sama seperti untuk lomba lari 200m.

Adalah posisi garis-strat ini di lintasan luar yang menentukan posisi dari semua garis-start
dan garis-finis pada lintasan. Dalam rangka menghindari pembeberan tentang start
kepada atlet di lintasan luar pada lintasan yang bertepian curam yang sangat tidak
menguntungkan, semua garis-start dan disini garis-finis digeser cukup jauh ke belakang
dari tikungan pertama sehingga untuk membatasi penggunaan kecuraman tepi-pinggiran
ke suatu tingkatan yang dapat diterima. Karena itu, yang penting terutama untuk mengatur
posisi garis-start untuk event 400m dan 800m di lintasan luar baru kemudian mengerjakan/
menggarap kembali semua garis-start, dan akhirnya sampai pada garis-finis.

Catatan : Untuk membantu atlet mengenali garis-putus kerucut-kerucut kecil atau


prisma-prisma berukuran 5cm X 5cm dan yang tak lebih tinggi dari 15cm, yang
diwarnai sama dengan warna garis-putus-putus, dapat dipasang pada
interseksi/persimpangan dari tiap garis-lintasan dan garis-putus.

Kualifikasi dari Babak-babak Pendahuluan (Preliminary Heats)

Dalam perlombaan atletik indoor, tabel berikut ini harus digunakan untuk menentukan jumlah
babak (ronde) dan jumlah seri (heat) dalam setiap ronde (babak) untuk dilaksanakan dan
merupakan prosedur kualifikasi bagi tiap babak dari event lari/lintasan, apabila tidak
adanya keadaan yang luar biasa.):
120

Event lari: 60m, 60mgw

Jumlah atlet Memenuhi kuali- Memenuhi kuali


Atlet lomba kasi babak R1 fikasi babak R2
Heats P T Heats P T
9 – 16 2 3 2
17—24 3 2 2
25 –32 4 3 4 2 4
33 – 40 5 4 4 3 2 2
41 – 48 6 3 6 3 2 2
49 – 56 7 3 3 3 2 2
57 – 64 8 2 8 3 2 2
65 – 72 9 2 6 3 2 2
73 – 80 10 2 4 3 2 2

Event lari: 200m, 400m, 800m, 4 x 200m, 4 x 400m

Jumlah atlet Memenuhi kuali- Memenuhi kuali- Memenuhi kuali-


Atlet lomba fikasi babak R-1 fikasi babak R-2 fikasi babak R-3
Heats P T Heats P T Heats P
7 – 12 2 2 2
13 – 18 3 3 3 2 3
19 – 24 4 2 4 2 3
25 – 30 5 2 2 2 3
31 – 36 6 2 6 3 2
37 – 42 7 2 4 3 2
43 – 48 8 2 2 3 2
49 – 54 9 2 6 4 3 2 3
55 – 60 10 2 4 4 3 2 3

Event lari: 1500m

Jumlah atlet Memenuhi kuali- Memenuhi kuali-


Atlet lomba fikasi babak R-1 fikasi babak R-2
Heats P T Heats P T
12 – 18 2 2 3
19 – 27 3 2 3
28 – 36 4 2 1
37 – 45 5 3 3 2 3 3
46 – 54 6 2 6 2 3 3
55 – 63 7 2 4 2 3 3

Event : 3000m

Jumlah atlet Memenuhi kuali-


Atlet lomba fikasi babak R-1
Heats P T
16 – 24 2 4 4
25 – 36 3 3 3
37 - 48 4 2 4

Catatan : Prosedur kualifikasi di atas hanya akan valid / syah berlaku untuk 6 jalur lintasan
keliling dan 8 jalur lintasan lurus.
121

Penarikan Undian Lintasan (Draw for Lanes)

Untuk semua event selain 800m, berlari sepenuhnya atau sebagian pada lintasan keliling
suatu tikungan, dimana ada lari keliling berturut-turut dari suatu lomba, suatu undian
lintasan harus dibuat untuk :
dua lintasan luar antara dua orang atlet ranking tertinggi atau tim/regu;
dua lintasan berikutnya antara atlet ranking ke 3 dan 4 atau tim/regu;
untuk sisa lintasan dalam lainnya antara para atlet atau regu yang lain.
Ranking yang diacu harus ditentukan sebagai berikut :
untuk seri/heat babak pertama dari daftar yang relevan tentang prestasi yang valid/syah
yang dicapai selama periode pra-penentuan;
untuk ronde/babak berikutnya atau babak final sesuai dengan prosedur yang di-identifisir
dalam Pasal 166.3 a).
Untuk semua lomba yang lain urutan lintasan (lane order) harus diundi sesuai dengan Pasal
166.4 dan Pasal 166.8.

Pasal 215

Pakaian, Sepatu & Nomor (dada) Atlet

Dengan pengecualian berikut ini, Pasal 143 harus berlaku untuk pakaian, sepatu dan nomor
atlet untuk pergelaran lomba atletik indoor
Bila suatu perlombaan dilaksanakan pada permukaan sinthetis, bagian tiap paku sepatu
(spikes)
yang mencuat dari sol atau tumit haruslah tidak melebihi 6 mm (atau sebagaimana
diminta / dituntut oleh pihak Panitya Penyelenggara). Paku-paku spike ini harus memiliki
diameter maximum 4 mm.
Pasal 216

Lomba Lari Gawang

1. Lomba lari gawang harus dilaksanakan dengan menempuh jarak 50m atau 60m pada
lintasan lurus.
Rincian konstruksi, dimensi dan permukaan gawang ditentukan dalam Pasal 168 untuk
lomba lari-gawang outdoors.
2. Susunan / layout dari gawang-gawang untuk perlombaan adalah sebagai berikut :

PUTRA PUTRI
Panjang jalur-lomba 50m / 60m 50m / 60m
Tinggi gawang 1.067m 0.840m
Jumlah gawang 4/5 4/5
Jarak-jarak :
- Garis-start ke gawang 1 13.72m 13.00m
- Antar gawang 9.14m 8.50m
- Gawang akhir ke gr-finis 8.86m / 9.72m 11.50m / 13.00m

3. Perlombaan harus dilaksanakan sesuai peraturan Pasal 168 untuk lomba lari-gawang
outdoors.

Pasal 217
Lomba-lari Estafet
(Relay Races)

Pelaksanaan Lomba
Dalam lomba lari estafet 4 x 200m semua tahap pertama dan tikungan pertama dari tahap ke
dua harus dilarikan di dalam jalur-lintasan. Pada akhir tikungan harus ada garis terputus-
122
putus 5cm secara jelas memotong semua jalur lintasan pada titik ini untuk
menunjukkan dimana tiap atlet boleh keluar dari jalur-lintasannya. Pasal 170.7 haruslah
tidak berlaku.

Dalam lomba lari estafet 4 x 400m, dua tikungan pertama harus ditempuh di dalam jalur
lintasan masing-masing. Jadi garis-putus-putus, garis scratch dll. akan digunakan sebagai
untuk lomba lari 400m individual.
Dalam lari estafet 4 x 800m, tikungan pertama harus dilarikan dalam jalur-lintasan. Jadi garis-
putus-putus yang sama, garis scratch dll akan digunakan seperti untuk lomba lari 800m
individual.
Dalam lomba dimana atlet diizinkan meninggalkan jalur-lintasannya pada saat memasuki jalur-
lurus setelah berlari menempuh dua atau tiga tikungan dalam jalur larinya, layout /
susunan untuk start echelon (berjenjang) di jelaskan dalam Pasal 214.9.

Catatan : Disebabkan oleh sempitnya jalur-lintasan, lomba lari estafet indoors adalah lebih
besar kemungkinan untuk berbenturan dan adanya gangguan yang tak disengaja daripada
lomba lari estafet outdoors. Oleh karena itu disarankan bahwa bila mungkin, suatu jalur-
lintasan cadangan harus disisakan antara tiap tim. Jadi jalur-lintasan1, 3 dan 5 akan
digunakan dan jalur lintasan 2, 4, dan 6 ditinggalkan tidak diisi/kosong.

Pasal 218

Lompat Tinggi

Daerah awalan dan Tempat bertumpu/bertolak

1. Daerah tempat bertolak/bertumpu haruslah datar dengan kemiringan keseluruhan 1 : 250.


Bila bertolak/bertumpu dengan menggunakan matras portable, semua referensi/acuan
dalam peraturan untuk menyamakan tingkatan dari daerah/tempat bertolak/bertumpu
haruslah ditafsirkan sebagai mengacu kepada tingkatan permukaan bagian atas dari
matras.
Pondasi di atas mana permukaan daerah/tempat bertolak itu diletakkan haruslah
solid/kokoh atau bila ini adalah konstruksi yang menggantung (seperti papan-kayu
dinaikkan pada balok-silang), tanpa ada bagian khusus yang rusak.
2. Landasan ancang-ancang/awalan, di luar daerah bertolak/bertumpu, haruslah datar-rata
dan tidak membal/ngeper dan yang tepat sama seperti daerah bertolak/bertumpu. Namun,
atlet boleh memulai lari mendekatnya/ancang-ancngnya pada tepian lintasan oval asalkan
5m terakhir dari larinya ada pada lintasan-awalan yang datar-rata.

Pasal 219

Lompat Tinggi - galah

Lintasan lari Awalan / ancang-ancang


Pondasi di atas mana permukaan lintasan lari awalan diletakkan haruslah solid / kokoh-kuat
atau bila konstruksinya menggantung ( seperti papan-kayu ditumpangkan pada balok-
silang / kaso) tanpa ada bagian khusus yang rusak.
Atlet boleh memulai lari awalannya pada tepian lintasan oval, asalkan larinya yang 40m
terakhir ada di atas tempat awalan yang datar-rata.

Pasal 220

Lompatan Horisontal

Lintasan lari awalan/Ancang-ancang


123
1. Pondasi di atas mana permukaan tempat lari ancang-ancang diletakkan haruslah solid,
kokoh-kuat atau bila dari konstruksi yang menggantung (seperti papan-kayu ditumpangkan
pada balok-silang) tanpa ada bagian-bagian khusus yang rusak.
2. Atlet boleh memulai lari ancang-ancangnya dari tepian lintasan oval asalkan bahwa 40m
terakhir dia berlari pada jalur-lintasan yang datar-rata.

Pasal 221

Tolak Peluru
Sektor Pendaratan Peluru
1.. Sektor pendaratan lemparan harus terdiri dari material yang cocok di atas mana peluru
akan membuat goresan bekas jatuh, tetapi akan memperkecil terjadinya lentingan-membal
peluru.
3. Sektor pendaratan lemparan ini harus dikelilingi pada bagian ujung jauh dan pada kedua
sisinya sedekat mungkin dengan lingkaran yang mungkin berguna bagi keamanan bagi
atlet yang lain & petugas, dengan suatu alat penghalang yang harus menghentikan
sebuah
peluru yang lagi terbang/bergerak atau memantul dari permukaan tempat pendaratan.
Mengingat terbatasnya ruang di dalam arena indoor, daerah yang dipagari dengan penghalang-
peluru mungkin tidak cukup luas untuk meliputi sektor seluas 34.92°. Kondisi berikut ini
harus berlaku terhadap setiap larangan/pembatasan.
a) penghalang pada ujung jauh haruslah minimum 50cm di luar rekor tolak-peluru dunia
yang sekarang untuk putra atau putri.
b) Garis-sektor pada kedua sisi samping haruslah simetris terhadap garis-tengah sektor-
lemparan 34.92°.
c) Garis-sektor di samping dimana mereka tidak membentuk bagian dari sektor 34.92° boleh berjalan secara
radial dari titik pusat lingkaran peluru dibuat sirkel dengan cara yang sama garsi-sektor 34.92°,. atau
mungkin dibuat paralel satu sama lain dan garis yang sama dari sektor 34.92°.
Dimana garis-sektor adalah paralel, pemisahan minimum dua garis-sektor haruslah 9m.

Konstruksi Peluru
Tergantung dari macam daerah pendaratan peluru (lihat butir 2) , peluru itu terbuat dari metal yang solid-kuat atau
dibungkus metal atau secara alternatif dengan plastik lunak atau pembungkus karet dengan suatu isian yang
cocok. Kedua macam, peluru tidak boleh digunakan di dalam perlombaan yang sama.

Metal yang Solid atau Peluru dibungkus Metal


Ini semua harus memenuhi peraturan Pasal 188.4 & 188.5 untuk tolak- peluru outdoors.

Peluru dibungkus Plastik atau dibungkus Karet


Peluru harus memiliki suatu kantong plastik lunak atau karet dengan suatu isian yang sesuai sehingga tak terjadi
kerusakan yang disebabkan ketika jatuh mendarat pada lantai ruang-olahraga yang biasa. Ini harus bulat
(spherical) berbentuk bola dan permukaannya harus tidak ada bagian yang kasar dan harus halus merata.
Peluru ini harus sesuai/memenuhi spesifikasi-spesifikasi berikut :

PELURU

Berat minimum untuk diizinkan digunakan dalam perlombaan dan untuk diterima
dalam pembuatan suatu rekor
4.000 kg 7.260 kg

Informasi untuk pembuatan: Variasi berat alat untuk keperluan perlombaan


4.005kg 7.265kg
4.025kg 7.285kg

Diameter Minimum 95 mm 110 mm


Diameter Maximum 130 mm 145 mm
124

Pasal 222

Perlombaan Event Gabungan

Panca Lomba Putra (Men Pentathlon)


Pancalomba ini terdiri dari lima events, yang harus dilaksanakan dalam satu hari dengan
urutan sebagai berikut : 60m larigawang, lp.jauh, tl.peluru, lp.tinggi, lari 1000m.

Sapta-lomba Putra ( Men Heptathlon)


Heptathlon ini terdiri dari 7 event yang harus dilaksanakan selama dua hari berturut-turut
dengan urutan sebagai berikut :

- Hari Pertama: lari 60m, lp.jauh, tl.peluru, lp.tinggi


- Hari Kedua : lari 60m gawang, lp.tinggi-galah, lari 1000m

Pancalomba Putri (Women Pentathlon)


Pentathlon ini terdiri 5 event yang dilaksanakan dalam satu hari dengan urutan sbb.:
Lari 60m gawang, lp.tinggi, tl.peluru, lp.jauh, lari 800m.

Heat-heat dan Grup-grup


Lebih disukai ada empat atlet atau lebih, namun tidak pernah kurang dari tiga atlet yang
ditempatkan dalam tiap heat atau grup.

Revisi
IAAF RDC JKT: 05.12.2005
Aturan Lomba Atletik 2006-2007
Alih Bahasa : H. Suyono Ds.
125

SEKSI VII - EVENT LOMBA JALAN-CEPAT

Pasal 230

LOMBA JALAN-CEPAT
(Race Walking)

Batasan/definisi Lomba Jalan Cepat.

Jalan-cepat adalah gerak-langkah maju yang dilakukan sedemikian rupa sehingga si-pejalan
(kaki) tetap bersentuhan dengan tanah, dan tidak ada saat hilang kontak dengan tanah
yang ter-amati/terlihat oleh ma- ta telanjang manusia. Kaki yang digerakkan maju ke depan
harus dilu- ruskan (tidak bengkok pada lutut) sejak saat persentuhan pertama de- ngan
tanah hingga mencapai posisi (badan) tegak/vertikal.

Pengawasan (Judging).

a) Semua 'Judges' (judge-judge) untuk lomba jalan-cepat yang ditunjuk/


diangkat, harus segera memilih seorang Ketua Judge, bila memang
belum ada yang ditunjuk sebelumnya.
Dalam lomba-atletik sesuai Pasal 1.1 a), b), c), d),Ketua Judge
memiliki wewenang untuk menjatuhkan diskuali fikasi kepada seo-
rang atlet hanya dari sirkuit lomba ke stadion dan di da-
lam stadion apabila lomba itu berakhir/finis di dalam stadion
atau dalam jarak 100m terakhir bila lomba itu berlangsung semata-
mata di jalur lintasan atau pada jalur lomba di jalanan, ketika
cara bergerak majunya nyata-nyata gagal memenuhi aturan butir 1
di atas tanpa menghiraukan apakah dia telah menerima peringatan
sebelumnya.
b) Ketua Judge harus bertindak sebagai petugas pengawas (supervising
official) untuk perlombaan, dan hanya bertindak sebagai Judge da-
lam suatu situasi khusus yang dikemukakan pada butir a) diatas da
lam perlombaan sesuai peraturan Pasal 1.1 a), b), c),dan d).
Dalam lomba sesuai peraturan Pasal 1.1 a), b), dan c), maximum
dua Asisten Ketua Judge boleh diangkat oleh Komite Penyelenggara
Lokal setelah berkonsultasi dengan Ketua Judge dan Delegasi Tek-
nik. Asisten Ketua Judge adalah untuk membantu dengan hanya membe
ri tahukan tentang diskualifikasi dan tidak harus bertindak seba-
gai Judge Lomba Jalan-cepat.
c) Semua Judges harus bertindak dalam kapasitas individu masing-ma-
sing sing dan keputusan-keputusannya harus didasarkan atas hasil
observasinya yang cermat yang dilancarkan dengan mata-kepala
sendiri.
d) Dalam perlombaan sesuai peraturan Pasal 1.1 a), semua Judge harus
lah 'Judge Internasional Lomba Jalan-cepat'. Dalam lomba sesuai
Pasal 1.1 b) dan c), semua Judge haruslah Judge Internasional/
Area untuk Lomba Jalan-cepat.
e) Untuk lomba jalan-cepat di jalanan, biasanya harus ada minimal 6
orang & maximal 9 Judges, termasuk Ketua Judge yang bertugas.

f) Untuk lomba jalan-cepat di lintasan, biasanya harus ada 6 orang


Judge termasuk Ketua Judge.
g) Dalam lomba jalan-cepat yang dilaksanakan sesuai peraturan Pasal 1.1
126
tidak lebih dari satu orang Judge dari tiap negara (atlet)
yang boleh bertugas (officiating).

Untuk semua perlombaan sesuai Pasal 1.1 a), b), dan c), seorang Ofi-
sial yang bertugas pada Papan Peringatan dan seorang Pencatat Ketua
Judge harus ditunjuk/diangkat oleh Komite/Panitya Penyelenggara se-
telah berkonsultasi dengan Ketua Judge Lomba Jalan-cepat dan Delega
si Teknik.

Perhatian (caution).
Atlet jalan-cepat harus mendapat'perhatian'dari Judge apabi- la
pada saat berjalan, cara mereka bergerak maju berada dalam bahaya me langgar batasan
pengertian jalan-cepat, gagal memenuhi ketentuan atu ran dimaksud dalam paragraf/butir 1
di atas.
Mereka itu tidak berhak untuk mendapat perhatian ke dua kalinya dari
Judge yang sama untuk pelanggaran yang sama pula. Untuk kesalahan yg
sama, terhadap mereka tidak akan diberikan'perhatian' ke dua kalinya
dari Judge yang sama.
Setelah memberikan perhatian kepada seorang atlet, Judge ini harus memberi tahukan
kepada Ketua Judge atas tindakannya sesuai per
Lombaan.

Peringatan dan dis-kualifikasi.


a) Setiap usul/proposal dari Judge untuk diskualifikasi ini disebut
suatu 'peringatan'(warning).Atlet harus diberi ‘peringat-
an' apabila sesuai caranya bergerak maju, mereka gaga memenuhi/
mentaati peraturan tersebut butir 1 di atas dengan menunjukkan
hilangnya kontak kaki dengan tanah atau lutut-bengkok pada suatu
saat dalam lomba.
b) Bila seorang atlet menerima 'peringatan' dari tiga orang
Judge yang berbeda, atlet ini terkena diskualifikasi dan dia harus diberi tahu tentang
diskualifikasi ini oleh Ketua Judge atau Asisten Ketua Judge.
Dalam semua lomba-atletik, apakah dikontrol langsung oleh IAAF
atau terjadi dengan seizin/permit IAAF, dua orang Judges dari kebangsaan yang sama
tidak dapat memiliki wewenang/kekuasaan yang sama untuk menjatuhkan diskualifi-
kasi.
Apabila menjadi tidak praktis untuk memberitahukan kepada atlet
lomba tentang terjadinya diskualifikasi selama perlombaan, maka
diskualifikasi ini akan dikenakan/dijatuhkan secepatnya setelah
lomba usai. Gagal untuk segera memberi tahukan tidak harus ber-
khir dengan menerima kembali seorang atlet yang telah di-
kenakan diskualifikasi.
Sebuah tanda berwarna dasar 'kuning' dengan simbul pelanggaran pa
da tiap sisi, harus ditunjukkan kepada atlet lomba, bila suatu
'perhatian' ditujukan kepadanya.
Tanda berwarna 'merah' menunjukkan penjatuhan 'diskualifikasi' ba
gi atlet. Dan signal merah ini digunakan oleh Ketua Judge
untuk memberi tahukan atlet atas diskualifikasi baginya.
Atlet boleh juga diberi tahukan atas diskualifikasinya
oleh Wakil/Deputy Ketua Judge.
Dalam lomba di jalur-lintasan (dalam stadion), seorang atlet-
lomba yang dijatuhi diskualifikasi harus secepatnya keluar mening
galkan lintasan dan dalam lomba di jalan-raya dia setelah terkena
diskualifikasi harus segera melepaskan/menanggalkan nomor-atlet
nya yang dia pakai dan keluar meninggalkan jalur-lomba.

Tiap atlet yang terkena diskualifikasi gagal untuk segera


keluar jalur-lomba atau lintasan, dapat dikenakan tindakan disi-
pliner lebih lanjut sesuai dengan peraturan IAAF Pasal 22.1 f)
dan Pasal 145.
127
Sebuah Papan-Peringatan harus ditempatkan di luar jalur-lintasan
dekat garis-finis, guna memberi informasi kepada para atlet-
lomba akan jumlah 'peringatan'(warning) yang telah diberikan
kepada tiap atlet.
Bagi semua perlombaan sesuai Peraturan IAAF Pasal 1.1 a) alat
komputer yang dipeganga di tangan dengan kemampuan transmisi/
penyebaran harus digunakan oleh para Judges dalam mengkomuni-
kasikan semua peringatan kepada Pencatat dan Petugas Papan
Peringatan.

Start
5. Lomba jalan-cepat harus diberangkatkan dengan isyarat tembakan
pistol-start. Prosedur dan Aba-aba baku untuk lomba lebih jauh
dari jarak 400 m harus menggunakan aturan Pasal 162.3.
Dalam lomba yang atletnya berlimpah-ruah, suatu peringatan
lima menit sebelum start lomba harus diberikan,dan bila perlu
dengan tambahan peringatan.

Keamanan dan Kesehatan/Medis.


a) Panitya Penyelenggara Lomba Jalan-cepat harus menjamin keamanan/
keselamatan seluruh atlet dan para petugas/petugass.
Dalam lomba sesuai Pasal 1.1 a), b) dan c), Pan-Pel harus men-
jamin bahwa jalan-raya yang digunakan sebagai jalur-lomba adalah
tertutup bagi lalu-lintas bermotor dari semua arah.
b) Dalam lomba sesuai Pasal 1.1 a), b) dan c), lomba jalan-cepat
harus dijadwalkan untuk start & finis di siang hari (day-light).
c) Suatu bantuan berupa pemeriksaan kesehatan/medis selama perlom-
baan berlangsung oleh Petugas Medis yang ditunjuk/diangkat oleh
Pan-Pel, dengan diberi tanda yang jelas,hendaklah tidak diang-
gap sebagai pemberian bantuan kepada atlet.
d) Seorang atlet harus segera keluar meninggalkan arena-
lomba bila diperintahkan demikian oleh anggota dari Tim Petugas
Kesehatan/Medis dari Pan-Pel.Staf/Petugas Kesehatan ini harus
diberi tanda yang jelas,baik berupa ban-lengan,rompi/jaket atau
pun tanda lain yang menyolok.

Pos-pos minum/guyur/penyegar.
a) Air & penyegar lain yang cocok harus tersedia di tempat start &
finis untuk semua lomba.
b) Untuk semua lomba (yang dilaksanakan di lintasan atau di jalanan)
sampai jarak 10 km, pos-minum & pos-pos guyur harus diadakan
dengan jarak interval yang sesuai, hal ini apabila kondisi
cuaca memperingatkan untuk penyediaan yang demikian.
Untuk semua event lebih dari 10 Km, pos penyegar harus diadakan
pada tiap sekali-putar jalur-lomba (lap).Sebagai tambahan, pos-
minum/guyur, dimana yang disediakan hanya air-saja, ditempatkan
kira-kira di pertengahan antara dua pos-minum, atau lebih sering
apabila cuaca menghendaki penyediaan demikian.
Penyegar yang mungkin disediakan oleh Pan-Pel atau oleh para pe
serta-lomba sendiri, harus tersedia di pos-pos yang dikehendaki
atlet yang bersangkutan. Ini harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga mudah untuk dicapai/diraih, atau dengan bantuan Petugas
Pos memberikannya di tangan atlet.
Seorang atlet yang mengambil penyegar di tempat lain di
luar Pos Penyegar, membuka dirinya bertanggung-jawab terhadap
diskualifikasi.

Dalam lomba jalan-cepat sesuai peraturan IAAF Pasal 1.1a), b),c)


maximum dua orang Petugas dari masing-masing negara dapat diberi
128
tugas membantu di belakang meja-penyegar setiap saat.
Tidak ada seorangpun petugas berlari disamping atlet sedangkan
dia lagi mengambil air penyegar.

Jalur-lomba di jalan-raya.

a) Untuk lomba jalan-cepat yang dilaksanakan sesuai Pasal 1.1 a), b),
dan c), maka jalur-lomba keliling(sirkuit) tidak lebih dari 2.5
km dan tidak lebih pendek dari 2 km.
Bagi event yang start dan finis di dalam stadion, jalur sirkuit
itu harus ditempatkan sedekat mungkin dengan stadion.
b) Jalur-lomba harus diukur sesuai dengan peraturan IAAF Pasal
240.3.

Tingkah-laku dalam lomba.

Dalam Lomba Jalan-cepat di jalanan 20 km atau lebih, seorang


atlet boleh meninggalkan/keluar dari jalanan atau lintasan dengan
seizin & dibawah pengawasan seorang Official(Judge/Judge), asalkan
dengan keluar jalur-lomba demikian dia tidak mengurangi jarak-lomba
yang harus ditempuh.
10. Masalah transponder: lihat peraturan Pasal 240.10.

IAAF RDC-JKT: 08.12.2004.


Revisi
Aturan Lomba Atletik 2004/2005
Alih Bahasa: H. Suyono Ds.
129
SEKSI VIII - LOMBA LARI JALANAN

Pasal 240
LOMBA LARI JALANAN

Jarak lomba-lari yang baku bagi atlet putra-putri adalah: 10 km, 15 km, 20 km, Half-
Marathon, 25 km, 30 km, Marathon(42.195 km), 100 km dan Lari Estafet Jalan-raya
(Road Relay).
Catatan :
1) Disarankan bahwa lomba lari estafet-jalan-raya dilombakan
dengan menempuh jarak marathon, idealnya dilarikan dengan
menempuh jalur-lomba berbentuk'loop'(cincin) sepanjang 5 km
dengan pengaturan pentahapan sbb.:5km,10km,5km,10km,5km,7.195km.
Bagi atlet Junior,estafet jalan-raya ini disarankan untuk menem
puh jarak 'Half Marathon' dengan tahapan sbb: 5km, 5km, 5km,dan
6.098km.
2) Disarankan bahwa lomba lari estafet jalan-raya diadakan pada bu
Lan April/Mei atau September s/d Desember.
Lomba lari jalanan ini dilakukan di jalan yang diperkeras.Namun, bi lamana lalu-lintas atau
keadaan yang mirip membuatnya tidak sesuai lagi untuk dijadikan arena/jalur-lomba, maka
dapat diadakan di ja- lur-speda atau jalan setapak sepanjang jalan besar dengan diberi
tanda-tanda yang cukup, tetapi tidak di atas permukaan tanah yang gembur seperti rumput
dan sebagainya.Sedangkan start & finis dapat mengambil tempat di dalam suatu Stadion
atletik.
Catatan:
Disarankan bahwa untuk lomba-lari jalan-raya yang diatur tahapannya
atas jarak-standar,maka titik-titik tempat start & finis, diukur
dengan garis-lurus antara keduanya tidak harus terpisah lebih jauh
50% daripada jarak yang dilombakan.
Tempat Start dan finis lomba-lari ini harus ditandai dengan garis putih selebar 5cm (minimal).
Dalam lomba-lari jalanan, jalur-lombanya harus diukur melalui jarak terpendek yang
memungkinkan seorang atlet dapat menempuhnya pada bagian jalan yang digunakan
untuk lomba.
Dalam lomba sesuai Pasal 1.1 a), bila mungkin b)dan c),jalur-lomba
yang diukur harus dicat dengan warna monyolok yang tidak akan dika-
caukan oleh tanda-tanda/marka lain. Panjang jalur tidak boleh lebih
pendek dari jarak resmi yang dilombakan. Dalam lomba sesuai Pasar
Pasal 1.1 a), b) dan c) dan dalam lomba-lomba atletik yg diberi sank
si IAAF langsung, ketidak pastian dalam pengukuran tidak boleh lebih
dari 0.1% (yaitu 42m untuk Marathon) dan panjang-jalur lomba harus
telah dibuatkan sertifikat lebih dulu dan disahkan oleh Ahli/Juru
Ukur IAAF (PASI).
Catatan :
Untuk keperluan pengukuran jalur-lomba, disarankan agar digunakan metoda “sepeda
yang dikalibrasikan (Calibrated Bicycle Method)”.
Untuk menghindari diketemukannya jalur-lomba menjadi kependekan pada pengukuran yg
akan datang,maka disarankan agar“faktor pence- gah kependekan” harus diperhitung-
kan di dalamnya bila sedang meng adakan pengukuran atas jalur-lomba dimaksud.
Untuk pengukuran de- ngan menggunakan sepeda faktor ini sebesar 0.1%,yang berarti
tiap kilometer di jalanan akan terukur jarak jalur sepanjang 1001 m.
Bila diniatkan bahwa bagian dari jalurlomba pada hari perlombaan baru akan ditentukan
dengan menggunakan alat-alat yang tidak te-
tap/permanen, seperti: kerucut, palang-perintang/barikade, dll.
Penempatannya harus ditentukan dan tidak lebih lama dari pengukur
annya, dan pembuatan dokumennya atas keputusan demikian harus di-
masukkan ke dalam laporan pengukuran.
Disarankan bahwa untuk semua lomba-lari jalan-raya yang dilaksanakan atas jarak-
standard, pengurangan kemiringan medan antara tempat start dan finis harus tidak
melebihi 1:1.000, yaitu 1 m per Km.
130
4. Jarak jalur-lomba yang dinyatakan dalam Kilometer harus terpampang
jelas bagi semua atlet lari di sepanjang jalur dimaksud.
5. Untuk lomba lari-estafet jalan-raya, garis selebar 5cm harus dibuat
melintang jalur-lomba untuk memberi tanda jarak setiap tahapan dan
memberi tanda garis permulaan/nol(scratch-line). Garis yang mirip
itu harus dibuat 10m sesudah garis nol, guna menunjukkan adanya da-
erah pergantian tongkat. Semua prosedur pergantian-tongkat (estafet)
harus terjadi di dalam zona itu.

Start
6. Lomba ini harus dimulai/di-start dengan tembakan start-pistol. Aba-
aba dan prosedur yang baku untuk event lari lebih-jauh dari 400m
harus digunakan (Pasal 162.3). Dalam lomba yang atletnya berlim-
pah-ruah, suatu tanda peringatan 5 menit sebelum start harus diberi
kan, dengan tambahan peringatan-peringatan bila diperlukan.

Keamanan dan Kesehatan/Medis


7. a) Keamanan
Panitia Penyelenggara lomba-lari jalanan harus menjamin keamanan/
keselamatan seluruh atlet. Dalam lomba sesuai Pasal 1.1
a), b), dan c) bila mungkin Panitia Penyelenggara harus menjamin
bahwa jalanan yang untuk perlombaan ditutup dari semua arah bagi
kendaraan/lalu lintas umum.
b b) Kesehatan
Pertolongan yang diberikan oleh Petugas Kesehatan/Medis yang di-
tunjuk/diangkat, selama perlomban berlangsung kepada atlet-lom-
ba, yang diberi identitas jelas oleh Komite Penyelenggara, harus
tidak dianggap sebagai 'pemberi-bantuan.'
Seorang atlet harus segera keluar/meninggalkan dari perlombaan bila diperintahkan begitu
oleh seorang anggota Petugas Kesehatan resmi yg ditunjuk/diangkat oleh Panitia
Penyelenggara. Staf atau Petugas demikian harus diperlengkapi dengan tanda-tanda
yang men colok, misal: ban-lengan,topi-khas, rompi/jaket, atau atribut lain yang jelas.

Pos Minum, Pos Guyur/Pembasuh, Pos Penyegar :


8. a) Air-minum dan penyegar lain yang cocok, harus tersedia di tempat
start & finis semua perlombaan.
b) Untuk semua event lomba sampai dengan jarak 10 km, air-minum dan
air-guyur harus disediakan pada setiap interval yg ditentukan
kira-kira 2-3 km, ini apabila kondisi cuaca memberikan peringatan
demikian untuk menyediakannya.
c) Untuk event lomba 10 Km atau lebih, pos-penyegar harus disediakan
kira-kira pada setiap interval 5 km.Sebagai tambahan, pos-pos mi-
num/guyur, yang hanya menyediakan air saja, harus ditempat kira-
kira di tengah-tengah antara dua pos penyegar, atau lebih sering
bila kondisi cuaca mengingatkan untuk penyediaan demikian.
Penyegar yang dapat disediakan baik oleh Panitia Penyelenggara atau
oleh para atlet atlet, harus dapat diperoleh/tersedia di pos
-pos dimana dikehendaki oleh si atlet yg berkepentingan.Penyegar ini
harus ditempatkan sedemikian rupa hingga si atlet mudah mengambilnya
atau diberikan di tangan kepadanya oleh Petugas yang berwewenang.
Seorang atlet yang mengambil penyegar di tempat selain di
Pos Penyegaran, menempatkan dirinya layak untuk dijatuhi diskualifi-
kasi.Penyegar yang disediakan oleh atlet atlet harus selalu
diawasi Petugas yang ditunjuk oleh PanPel sejak penyegar itu diserah
kan oleh atlet atlet atau Perwakilannya.

9. Dalam lomba-lari jalanan, seorang atlet boleh meninggalkan


jalanan atau lintasan dengan seizin dan dibawah pengawasan seorang
Judge/Judge, asalkan dengan keluar meninggalkan jalur-lomba dia tidak
memperpendek jarak-lomba yang harus ditempuh.
131
10. Penggunaan sistem pencatat-waktu transponder dalam lomba lari jalan
raya yang dilaksanakan sesuai Pasal 1.1 f), g) dan h) adalah diizinkan,
asalkan :
sistem itu tidak memerlukan gerakan oleh atlet selama
perlombaan berlangsung, pada garis-finis atau selama semua
garis finis atau sistem dikaitkan dengan hasil atau proses;
resolusinya adalah 0.1 detik (yaitu: ini dapat memisahkan peser ta lomba yang masuk finis
terpisah 0.1 detik);
berat transponder dan perumahannya/wadahnya yang dibawa pada pakaian uniform atlet,
nomor atlet lomba atau sepatu adalah tida signifikan;
tidak ada peralatan yang digunakan di tempat start,sepanjang jalur-lomba atau di garis-
finis, merupakan suatu rintangan yang signifikan atau penghalang kemajuan gerak
atlet;
sistem ini, termasuk implementasi komponen-komponennya dan spesi fikasi-spesifikasi
tekniknya,disyahkan oleh Komitee Teknik IAAF.
Sistem ini distart/dimulai dengan pistol-start dari Starter atau alat start yang disyah-kan;
penentuan waktu pemenang resmi adalah sesuai dengan peraturan Pasal 165 (Timing &
Photo Finish).

Catatan :
Untuk lomba lari jalan-raya dan lomba jalan-cepat jalanan, waktu
-resmi adalah waktu yang telah berlalu antara tembakan pistol-
start dan dengan atlet mencapai garis-finis. Namun, bila seorang
atlet melintas garis-start setelah pistol-start, waktunya dia
berlalu antara garis-start dan garis-finis dapat dibuat diketa-
hui oleh atlet, tetepi akan tidak dianggap sebagai waktu-resmi.
Urutan dimana atlet mencapai garis-finis akan dinilai/difikirkan
sebagai posisi/kedudukan finis resmi.
132
SEKSI IX - LOMBA LARI LINTAS-ALAM

Pasal 250

LOMBA-LARI LINTAS-ALAM
(Cross-Country Races)
Umum

Meskipun mengerti bahwa, disebabkan karena keadaan yang sangat


beragam dalam kondisi dimana lari lintas-alam dilakukan di seluruh
dunia,(utamanya berkaitan dengan perbedaan musim/cuaca dan jarak)
dan kesulitan dalam mengatur/membuat peraturan internasional yang
baku/standar mengenai olahraga ini, maka haruslah diterima bahwa
perbedaan antara event yang sangat sukses dan event yang tidak
berhasil, sering terletak pada sifat-sifat alami dari medan/venue
dan kemampuan dari pihak perencana jalur-lomba.
Peraturan berikut ini dimaksudkan sebagai petunjuk dan perangsang
dalam membantu negara-negara untuk mengembangkan lari lintas-alam,
baik sebagai olahraga tersendiri maupun sebagai suatu latihan tam-
bahan bagi cabang atletik. Untuk itu lihatlah “IAAF Distance Run-
ning Manual” untuk memperoleh informasi rinci tentang pengaturan/
peng-organisaiannya.

2. Musim.
Musim lari lintas-alam biasanya terbentang sepanjang bulan-bulan
musim-dingin (winter) setelah musim atletik usai.

Jalur-lomba lari lintas-alam.


3. Untuk keperluan suatu kejuaraan/lomba tingkat internasional, jalur
lomba itu disyaratkan sebagai berikut :
jalur-lomba lari lintas-alam harus dirancang untuk dilaksanakan di alam terbuka, ladang
berpepohonan ber-rumput yang luas, dengan rintangan alami, yang dapat
digunakan menjadi jalur lomba oleh perancang jalur-lomba guna
membangun/menciptakan medan yang me- nantang dan menarik.
Area jalur-lomba ini harus luas/lebar yang cukup guna mampu menampung bukan saja
jalur-lombanya tetapi juga semua sarana-prasarana yang diperlukan.

Merancang jalur-lomba Lintas Alam


4.Untuk medan Kejuaraan-kejuaraan dan event internasional dan bila
mungkin untuk keperluan perlombaan lainnya:
a) suatu jalur-lomba berbentuk cincin harus dirancang,dengan ukur- an loop/cincin
antara 1.750m dan 2.000m. Bila perlu, suatu loop kecil, dapat ditambahkan dalam
rangka mengatur jarak-lomba yang diminta/diperlukan untuk jarak keseluruhan bagi
berbagai events dimana loop-kecil ini harus ditempuh dalam tahap-tahap awal da- ri
event. Disarankan bahwa setiap loop harus memiliki kenaikan (ascent) total minimal
10 m.
b) Rintangan alami(natural) yang ada harus digunakan bila mungkin.
Namun, rintangan yang sangat tinggi harus dihindari,juga parit
/slokan yang curam, tanjakan yang tinggi dan turunan yang ter-
jal & berbahaya, semak-belukar yang tebal, dan tiap rintangan
yang menyimpan kesukaran yang tersembunyi dibalik tujuan per-
lombaan. Lebih disukai bahwa rintangan buatan tidak boleh digu-
nakan, namun bila penggunaannya tidak bisa dihindari, mereka
harus dibuat untuk merangsang rintangan alami bertemu di medan
terbuka.
Dalam lomba yang atletnya berlimpah, celah/lembah sempit atau
rintangan lain yang akan membuat para atlet tertahan numpuk
terhalang, harus dihindari,untuk jalur-lomba jarak 1.500m yang
pertama.
133
c) Persimpangan jalan atau setiap macam permukaan jalan-aspal ha- rus dihindari
atau diupayakan seminim mungkin. Bila tidak mung kin menghindari keadaan
demikian di satu atau dua area pada ja- lur-lomba, maka area itu harus diditutup
dengan lapisan rumput, tanah ataupun matras.
d) Selain tempat start dan finis, jalur-lomba itu tidak boleh ter- diri dari lintasan lurus
yang panjang. Suatu medan yg 'alami' ,permukaan bergelombang dengan
pengkolan yang halus dan jalur-jalur lurus yang pendek, adalah yang paling cocok.

Jalur-lomba (Course)
5.a) Jalur-lomba ini harus diberi tanda yang jelas dengan pita pada
sisi kanan dan kiri. Disarankan bahwa sepanjang satu sisi jalur
ada koridor selebar 1 m, dipagar kuat-rapat dari sisi luar ja-
lur-lomba, harus dipasang untuk digunakan hanya bagi para petu
gas Official dan dari Media (yang wajib-hadir dalam Event Keju-
araan ini). Daerah-daerah yang kritis harus dipagar rapat-kuat
utamanya daerah start(termasuk daerah/tempat pemanasan & ruang
-panggil)dan daerah finis(termasuk zona pertemuan=mixed zone).
Hanya orang-orang berakreditasi yang boleh mendekat-masuk ke
daerah pertemuan ini.
Orang/penonton umum hanya diizinkan untuk melintas jalur lomba dalam tahap-tahap
awal lomba di tempat-tempat persimpangan yang diawasi/dijaga Petugas/Bagian
Keamanan.
Disarankan bahwa selain daerah start dan finis, jalur-lomba ini
mempunyai lebar 5 m, termasuk tempat-tempat rintangan.

Jarak-jarak Lomba
6. Jarak-jarak lari lintas alam dalam "Kejuaraan Tim Lintas-alam
Dunia IAAF, kira-kira sepanjang :

- Putra jalur-panjang 12 km; - Putri jalur-panjang 8 km


- Putra jalur-pendek 4 km; - Putri jalur-pendek 4 km
- Junior Putra 8 km; - Junior Putri 6 km

Disarankan bahwa jarak yang mirip-sama agar digunakan dalam


Kejuaraan Nasional maupun Internasional lainnya.

Start.
7. Lomba lari lintas-alam ini harus dimulai/distart dengan tembak-
an-pistol start. Aba-aba standar dan prosedur untuk event lari
jarak LEBIH DARI 400M harus digunakan (Pasal 162.3)
Dalam lomba internasional, harus diberikan tanda peringatan :
5 menit, 3menit; dan 1 menit.
Kotak-kotak pemberangkatan harus disediakan & anggota tiap-tiap
regu/tim harus diatur berderet urut muka-belakang (berbanjar)
pada saat start mulai l0mba.

Pos minum/guyur dan Pos Penyegar.

8. Air-minum & penyegar lain yang cocok harus tersedia di tempat start
dan finis dari semua perlombaan. Untuk semua event, pos-pos minum/
guyur harus disediakan pada setiap putaran-lari, apabila kondisi
cuaca memperingatkan kita untuk penyediaan itu.

Lomba lari di daerah pegunungan(Mountain Races)


134
9. Lomba lari di daerah pegunungan mengambil tempat melintasi alam-ter
buka utamanya di luar jalanan (off-road) dan sejumlah tanjakan (un
tuk lomba yang 'hanya menanjak naik') atau menanjak & menurun (un-
tuk lomba yang lokasi start & finish pada ketinggian yang sama).
Jarak-lomba yang disarankan dan jumlah tanjakan untuk lomba inter-
nasional adalah sebagai berikut :

Khusus lomba hanya me- Start / Finis pada ketinggian


nanjak naik perbukitan yang sama

Jarak-lomba Jarak-naik Jarak-lomba Jarak-naik


Putra Senior
Putri Senior 12 km 1200 m 12 km 700 m
Putra Junior 7 km 550 m 7 km 400 m
7 km 550 m 7 km 400 m

Tidak lebih dari 20% jarak jalur-lomba itu adalah jalan berpermuka
an aspal. Dan jalur-lomba itu dapat didesain sebagai suatu lari
berputar/keliling.
135
PERATURAN LOMBA ATLETIK IAAF 2006-2007

SEKSI X - REKOR-REKOR DUNIA

Pasal 260

REKOR-REKOR DUNIA

Kondisi Umum

Suatu rekor harus diciptakan dalam suatu kompetisi/perlombaan yang jujur (bona fide) yang
telah sebagaimana diatur, diiklankan dan di- wenangkan/disyahkan sebelum hari suatu
event oleh Anggota IAAF dima na event itu dilaksanakan dan diselenggarakan sesuai
aturan-lomba IAAF.
Atlet yang meraih rekor harus memenuhi syarat untuk berlomba sesu- ai Pweraturan IAAF
dan ada di bawah judgesdiksi (batas kekuasaan)sa- lah satu Anggota IAAF.
Apabila suatu erekor telah diciptakan oleh seorang atlet atau suatu Tim/regu, Anggota IAAF di
negara dimana prestasi rekor itu dicipta kan haruslah menghimpun, tanpa menunda waktu,
semua informasi yang dibutuhkan untuk pengesyahan/ratifikasi Rekor dimaksud oleh IAAF.
Tidak ada suatupun prestasi akan diakui sebagai suatu Rekor-Dunia
sampai hal ini diratifikasi/disahkan oleh IAAF. Negara Anggota IAAF
ini harus secepatnya/segera meng-informasikan kepada IAAF akan niat
nya itu & segera menyerahkan dokumen prestasi yang diperlukan itu
kepada IAAF.
Formulir aplikasi resmi dari IAAF harus diisi lengkap dan dikirim per pos-udara ke Markas IAAF
dalam tempo 30 hari.Formulir itu terse- dia atas permintaan dari Markas IAAF. Bila aplikasi
itu menyangkut atlet asing (atau tim asing), maka duplikat formulir itu harus di- kirim dalam
tempo yang sama kepada Federasi Anggota IAAF dari atlet (atau tim/regu) yang
bersangkutan.
5. Anggota dari negara dimana rekor diciptakan harus mengirimkan dengan
lembaran formulir aplikasi resmi :
a) Program perlombaan yang tercetak;
a b) Hasil-lengkap perlombaan event dimaksud
b c) Hasil foto dari foto-finis (photograph) (lihat Pasal 260.22 c)).
6. Tiap atlet yang menciptakan suatu rekor-dunia harus tunduk kepada n
kontrol-doping pada akhir dari evenbt itu sesuai dengan peraturan
IAAF yang sekarang berlaku. Dalam ini adalah rekor suatu lari-esta
fet, semua anggota tim estafet harus di-test.
Hasil dari test ini harus diberikan oleh suatu laboratorium yang
mendapat akreditasi IAAF untuk ditambahkan kepada informasi lain
yang diminta oleh IAAF untuk pengesahan rekor dimaksud. Apabila test
itu hasilnya positif atau bila test demikian tidak dilakukan, maka
IAAF harus tidak akan mengesyahkan rekor dimaksud.
7. Bila seorang atlet telah mengakui bahwa beberapa waktu sebelum menca
pai suatu Rekor Dunia, dia telah menggunakan atau mengambil keuntung
an dsari suatu zat/substance atau teknik yang terlarang pada waktu
itu, kemudian terkena nasehat dari Komisi Anti-Doping & Medis, maka
rekor yang demikian tidak akan diteruskan dianggap sebagai suatu
rekor-dunia oleh IAAF.
8. Kategori Rekor-rekor Dunia berikut ini diterima oleh IAAF :
Rekor-rekor Dunia;
Rekor-rekor Junior Dunia;
Rekor-rekor Indoor Dunia.
9. Untuk event individual, minimal tiga orang atlet dan untuk lari
estafet minmum dua tim, haus berpartisipasi dalam event dimaksud.

10. Rekor Dunia iru harus lebih baik/tajam atau sama dengan Rekor
Dunia yang ada untuk event itu, untuk dapat diterima oleh IAAF.
136
11. Rekor-rekor yang dibuat dalam heat/seri atau lomba kualifikasi,
dalam menentukan hasil-sama (tie) dan dalam event individual dalam
Lomba Event Gabungan, dengan mengabaikan apakah si atlet menyelesai
kan seluruh event dalam Event gabungan atau tidak, boleh diajukan
untuk ratifikasi/pengesyahan.
12. Presiden dan SEKJEN IAAF bersama-sama adalah berwewenang untuk me-
ngakui Rekor-rekor Dunia. Bila ada keraguan apakah rekor itu harus
diterima atau tidak, maka masalahnya harus diajukan untuk mendapat
keputusan ke Dewan / Dewan IAAF.
13. Bila suatu Rekor Dunia telah disyahkan/ratifikasikan. IAAF akan se-
gera memberi informasi kepada Federasi Anggota (IAAF) dari si atlet
pemecah rekor, Federasi yang mengajukan untuk rekor dan Asosiasi
Kawasan (Area) yang relevan.
14. IAAF akan menyediakan Plaket Rekor Dunia yang resmi, untuk diberi-
kan kepada para (atlet) Pemegang Rekor Dunia.
15. Bila rekor itu tidak disyahkan, maka IAAF akan memberikan alasan-
alasannya.
16. IAAF akan selalu memperbaharui Daftar Rekor-rekor Dunia resmi seti-
ap kali suatu Rekor Dunia baru telah disyahkan. Daftar ini harus me
rupakan/mewakili prestasi yang diakui IAAF sebagai prestasi terbaik
dari tanggal tercantum dalam daftar yang diciptakan oleh seorang
atlet atau suatu tim/regu atlet dalam setiap event yg diakui yang
tertera dalam Pasal 261, 262, 263.
17. IAAF akan menerbitkan daftar ini pada tanggal 1 Januari tiap tahun.

Kondisi Khusus
18. Kecuali dalam Event-event Jalanan (jalan-raya):
Rekor itu harus dibuat/diciptakan dalam suatu fasilitas (sarana-
prasarana)atletik,yang sesuai/memenuhi Pasal 140 dengan ataupun
tanpa atap.Suatu lintasan lari (running-track) atau jalur-awalan
(run-way) yang digunakan harus dibuat di atas suatu pondasi yang
kokoh-kuat (solid).
Untuk suatu rekor pada tiap jarak 200m atau lebih untuk diakui,
lintasan di atas mana rekor itu diciptakan harus tidak melebihi
jarak 402.3m (440 yards) dan lomba itu harus distart pada bebera
pa bagian dari perimeter.Pembatasan ini tidak berlaku bagi event
Lari Halang-rintang (Steeple Chase) dimana rintangan bak air
ditempatkan di luar lintasan 400m yang normal/biasa.
Rekor itu harus diciptakan di atas suatu lintasan (track), ra-
dius dari jalur lari yang luar tidak melebihi 50m, kecuali di-
mana tikungannya dibentuk oleh dua radius yang berbeda, dalam
kasus mana yang lebih panjang dari kedua lengkungan harus tidak
terhitung lebih dari 60° dari putaran 180°.
Tidak ada prestasi yang dibuat oleh seorang atlet akan diakui
apabila hal ini telah dilakukan di dalam suatu perlombaan cam-
puran (mixed competition).
19. Rekor-rekor outdoor boleh dibuat hanya di atas lintasan yang sesuai
dan memenuhi Pasal 160.
20. Untuk Rekor Dunia Junior, kecuali jika tanggal-lahir si atlet telah
terlebih dulu dikonfirmasikan oleh IAAF, aplikasi pertama atas nama
atlet tersebut harus disertai dengan satu copy pasport dia, surat
bukti-lahir atau dokumen resmi yang mirip yang sesuai benar tanggal
lahir dia.
21. Untuk Rekor-rekor Dunia Indoor :
Rekor itu harus telah diciptakan dalam suatu stadion, yang memenuhi syarat-syarat
tercantum dalam Pasal 211 dan Pasal 213.
Untuk lomba jarak 200m atau lebih , lintasan oval boleh tidak memiliki panjang yang
biasa/normal dan lebih dari 201.2m (220 yards).

22. Untuk Rekor-rekor Lari dan Lomba Jalan-cepat, kondisi-kondisi


137
berikut ini untuk pencatatan waktu harus diperhatikan :
a) Rekor –rekor itu harus diambil waktunya oleh para pencatat-waktu resmi atau oleh
suatu alat photo-finis otomatis penuh yang te- lah disyahkan (lihat Pasal 165).
b) Untuk lomba sampai dengan 400m, hanya prestasi yang dicatat oleh suatu alat photo-
finis otomatis penuh yang disyahkan yang meme- nuhi seksi-seksi yang relevan dari
Pasal 165 haruslah diterima, termasuk suatu sistem yang didasari video.
c) Photograph Foto-finis dalam kasus suatu rekor lintasan dimana pencatatan waktu
otomatik sedang digunakan, harus dimasukkan di dalam dokumentasi yang dikirim ke
IAAF.
d) Untuk semua rekor-rekor sampai dengan 200m, informasi tentang kecepatan angin,
yang diukur seperti yang dinyatakan dalam Pasal 163.8, 9 & 10, harus disertakan.
Bila kecepatan angin yg diukur diarah lari di belakang atlet yang rata-ratanya
melebihi 2m per detik, maka rekor itu tidak akan diterima.
e) Dalam lomba lari yang dilarikan dalam jalur-lintasan, tidak akan ada rekor yang
diterima dimana atlet telah berlari di atas atau di sebelah dalam dari batas
lengkungan lebih dalam dari lintasan dia.
f) Waktu-reaksi,apabila ada harus disediakan dalam semua perlombaan dimana suatu
start-jongkok dan start-blok digunakan, adalah suatu hal yang wajib.
23. Untuk lomba-lomba atas jarak yang beragam :
Suatu lomba harus dinyatakan hanya menempuh satu jarak saja.
Namun, suatu lomba sesuai atas jarak yang ditempuh dalam waktu yang ditentukan boleh
dikombinasikan dengan suatu lomba untuk menempuh suatu jarak tertentu (misal: 1
jam dan 20.000m – lihat Pasal 164.4).
Adalah dapat diizinkan untuk atlet yang sama dalam lomba yang sama untuk membuat
beberapa jumlah rekor.
Diizinkan bagi beberapa orang atlet untuk melakukan beberapa rekor dalam lomba yang
sama.
Namun, tidak diizinkan bagi seorang atlet untuk diberi kredit dengan suatu rekor pada
suatu jarak yang lebih pendek, bila dia tidak menyelesaikan jarak yang penuh dari
lomba itu.
24. Untuk Rekor-rekor Dunia Lari Estafet :
Mereka ini hanya diciptakan oleh suatu tim, semua dari anggotanya adalah warga-negara
dari suatu negara Anggota tunggal. Kewarga-negaraan dapat diperoleh dalam suatu
jalan yang mengacu kepada Pasal 5.
Suatu Koloni (negara jajahan) yang adalah bukan suatu Anggota IAAF yang terpisah
haruslah dianggap adalah bagian dari Negara Induknya, untuk maksud peraturan ini.
Waktu yang dicatat oleh atlet pertama dalam tim-estafet tidak boleh diajukan sebagai
suatu rekor.
25. Untuk Rekor-rekor Lomba Jalan-cepat Dunia :
Minimal tiga Judges yang berasal dari salah satu Panel IAAF dari
International Race Walking Judges atau Area Level Judges harus
menjadi petugas (officiating)selama perlombaan dan harus menanda-
tangani formulir aplikasi.

26. Untuk Rekor-rekor Dunia dalam Event-event Lapangan (Field events)


Prestasinya harus diukur apakah oleh 3 orang Field Judges dengan menggunakan pita-
ukur baja yang di kalibrasi & diberi sertifikat atau dengan batangan (bar) atau dengan
suatu alat pengukur ilmiah yang disyahkan, ketepatannya telah dikonfirmasikan oleh
seorang Judge Pengukur yang memenuhi syarat (qualified).

Dalam lomba lompat-jauh dan lompat-jangkit, informasi tentang kecepatan angin yang
diukur sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 184.4, 5 & 6 harus di ajukan/disertakan.
Bila kecepatan angin yang diukur searah dengan arah lompatan di belakang si atlet
dengan rata-rata lebih dari 2m per detik, maka rekor itu tidak akan diterima.

Rekor-rekor Dunia mungkin diberikan untuk lebih dari satu presta si dalam suatu
kompetisi, asalkan bahwa setiap rekor begitu di- akui haruslah sama atau lebih
unggul/tajam daripada prestasi ter baik sebelumnya pada saat itu.
138
27. Untuk Rekor-rekor Dunia dalam Event-event Gabungan :
Kondisi-kondisi haruslah telah sesuai dengan tiap event individual,
kecuali bahwa dalam event-event dimana kecepatan angin diukur, mini
mal satu kondisi berikut ini harus dipenuhi :

Kecepatan angin di dalam tiap individual event harus tidak melebihi plus 4m perdetik.
Kecepatan rata-rata ( sesuai atas beberapa kecepatan angin, seperti yang diukur untuk
tiap event individual, dibagi dengan jumlah event demikian) harus tidak melebihi plus
2m per detik.

28. Untuk Rekor-rekor Dunia lomba di jalan-raya / jalanan :

Jalur-lombanya harus diukur oleh seorang Juru-ukur Klas “A” atau “B” dari IAAF atau
AIMS yang telah disyahkan sebagaimana ditentukan dalam peraturan IAAF Pasal
117.
Titik-titik Start dan Finis dari suatu jalur-lomba, yang diukur sepanjang garis-lurus antara
mereka, haruslah tidak terpisah lebih jauh daripada 50% dari jarak yang dilombakan.
Penurunan elevasi/kenaikan) antaraaa start dan finis harus tidak melebihi suatu rata-rata
1 : 1000, yaitu 1m per km.
Apakah pengukur-jalur yang memberi sertifikat jalur-lomba atau pengukur lain juru-ukur
“A” atau “B” yang memiliki data & denah pengukuran lengkap harus mengesyahkan
bahwa jalur-lomba yang diukur adalah jalur-lomba yang diukur dengan mengendarai
speda pada kendaraan depan.
Jalur-lomba ini harus dibuktikan di tempat (yaitu di dalam dua minggu sebelum, pada hari
perlombaan atau segera sepraktis mung kin setelah perlombaan), lebih disukai oleh
juru-ukur yang ber- beda “A” atau “B” dari salah satu pengukuran yang asli/orisinal.
Rekor-rekor Dunia Lomba Jalanan yang diciptakan pada jarak pertengahan dalam suatu
lomba harus sesuai benar dengan kondisi yang ditentukan dalam Pasal 260 dan
dicatat-watu sesuai dengan peraturan IAAF. Jarah pertengahan haruslah telah diukur
dan diberi marka/tanda selama pengukuran jalur.

Untuk lari Estafet Jalanan, lomba itu harus dilarikan dalam ta- hapan: 5km, 10km,
5km, 10km, 5km, 7.195km.

29. Untuk Rekor-rekor Lomba Jalan-cepat Jalan-raya / Jalanan :


Jalur-lombanya harus diukur oleh seorang juru-ukur “A” atau “B”
yang disyahkan oleh IAAF atau AIMS sebagaimana ditetapkan/diatur
dalam Pasal 117
Sirkuit harus tidak lebih pendek dari jarak 2 km dan tidak lebih dari 2.5km dengan suatu
kemungkinan start & finis di dalam suatu Stadion.

Apakah juru-ukur jalur-lomba yang memberi sertifikat jalur-lomba itu atau juru-ukur lain “A”
atau “B” yang memiliki data & denah pengukuran lengkap harus mengsyahkan bahwa
jalur-lomba yang diukur adalah jalur yang ditempuh.
Jalur-lomba itu harus disyahkan di tempat (yaitu dua minggu sebelum, pada hari ‘H’
perlombaan atau segera mungkin yang praktis setelah perlombaan), lebih disukai
oleh seorang juru-ukur yang berbeda “A” atau “B” dari salah satu yang mengukur
awal.

Catatan : Disarankan bahwa Badan Penguasa Nasional dan Asosiasi Kawasan/Area


agar dapat mengadopsi Peraturan yang mirip-sama yang di atas itu dalam rangka
pengakuan pencatatan rekor-rekor di ling kungan sendiri/masing-masing.
139

PERATURAN PERLOMBAAN ATLETIK IAAF 2006-2007

Pasal 261
EVENT-EVENT ATLETIK YANG REKOR DUNIANYA DIAKUI

- Prestasi dicatat dengan alat listrik otomatik penuh (C.L)


- Prestasi dicatat waktunya dengan tangan/manual (C.M)
(C.L. = catat listrik; C.M. = catat manual)

PUTRA

Hanya C.L. : 100m, 200m, 400m, 110mgw, 400mgw, 4x100m


C.L atau C.M : 800m, 1000m, 1500m, 1 mil, 2000m, 3000m, 5000m,
10.000m, 20.000m, 1 Jam, 25.000m, 30.000m,
3.000m Halang-rintang (Steeple chase)

Lari Estafet : 4 x 200m; 4 x 400m; 4 x 800m; 4 x 1500m


Lomba Lari Jalanan : 10km; 15km; 20km; Half Marathon;
25km; 30km;Marathon; 100km;
Lari Estafet Jalanan (Hanya Jarak Marathon)

Jalan-cepat (lintasan): 20.000m; 30.000m; 50.000m.


Jalan-cepat (Jalanan) : 20km; 50km.

Lompat : l.tinggi; l.t.galah; l.jauh; l.jangkit.


Lempar : t.peluru; l.cakram; l.martil; l.lembing.

Event gabungan : - Dasalomba/Decathlon.

PUTRI

Hanya C.L : 100m, 200m, 400m, 100mgw, 400mgw, 4 x 100m.


C.L atau C.M : 800m, 1000m, 1500m, 1 Mil, 2000m, 3000m, 5000m,
10.000m, 20.000m, 1 Jam, 25.000m, 30.000m,
3.000 Halang-rintang (Steeple-chase)

Estafet : 4 x 200m, 4 x 400m, 4 x 800m.

Lomba Lari Jalanan : 10km; 15km;20km; Half Marathon


25km; 30km;Marathon; 100km;
Lari Estafet Jalanan (Hanya Jarak Marathon)
Jalan-cepat (lintasan): 10.000m, 20.000m
Jalan-cepat (jalanan) : 20km.

Lompat : l.tinggi, l.t.galah, l.jauh, l.jangkit.


Lempar : t.peluru, l.cakram, lontar martil, l.lembing

Event gabungan : Sapta-lomba/Heptathlon, Dasalomba (Decathlon)*


Hanya disyahkan bila melebihi 8000 points.

Catatan: Alat pencatatan waktu yang disediakan dengan sistem transponder tidak akan
diterima untuk rekor-rekor yang diciptakan dalam Event-event lomba jalanan/jalan-raya.
140

Pasal 262

EVENT-EVENT UNTUK REKOR-DUNIA JUNIOR YANG DIAKUI

- Prestasi dicatat dengan alat listrik otomatis penuh (C.L)


- Prestasi dicatat waktunya dengan tangan/manual (C.M)
(C.L. = catat listrik; C.M. = catat manual)

PUTRA JUNIOR

Hanya C.L : 100m, 200m, 400m, 110mgw, 400mgw, 4 x 100m.


C.L atau C.M : 800m, 1.000m, 1.500m, 1 Mil, 3.000m
5.000m, 10.000m, 3.000m st.ch, 4 x 400m.

Jalan-cepat(lintasan) : 10.000m
Jalan-cepat(Jalanan) : 10km

Lompat : l.tinggi, l.t.galah, l.jauh, l.jangkit.


Lempar : t.peluru, l.cakram, lontar martil, l.lembing.

Event gabungan : Dasalomba.

PUTRI JUNIOR

Hanya C.L. : 100m, 200m, 400m, 100mgw, 400mgw, 4 X 100m.


C.L atau C.M : 800m, 1000m, 1500m, 1 Mil, 3000m,
5000m, 10.000m, 3000m st.ch , 4 x 400m.

Jalan-cepat(lintasan) : 10.000m.
Jalan-cepat(Jalanan) : 10km

Lompat : l.tinggi, l.t.galah, l.jauh, l.jangkit.


Lempar : t.peluru, l.cakram, lontar martil, l.lembing

Event-gabungan : Saptalomba (Heptathlon); Dasalomba.*


* Hanya disyahkan bila melebihi 7300 points.

Catatan: Alat pencatat waktu yang disediakan dengan sistem transponder


tidak akan diterima untuk rekor-rekor yang diciptakn dalam
event-event jalanan / jalan-raya.
141
PERATURAN LOMBA ATLETIK IAAF 2006-2007

Pasal 263

EVENT-EVENT untuk REKOR-REKOR DUNIA INDOOR yang diakui

Prestasi dicatat dengan alat Elektrik Otomatis penuh (C.E)


Prestasi dicatat waktunya secara manual (C.M)

PUTRA

Hanya C.E. : 50m; 60m; 200m; 400m;


50m gawang; 60m gawang

C.E. atau C.M. : 800m; 1000m;1500m;1 mil; 3000m; 5000m;


Estafet: 4 x 200m; 4 x 400m; 4 x 800m.
Lomba Jalan-cepat : 5000m.
Lompat : l.tinggi; l.Tinggi-galah; l.jauh; l.jangkit

Lempar : t.peluru
Event gabungan : Hepatathlon (Saptalomba)

PUTRI

Hnaya C.E. : 50m; 60m; 200m; 400m


50m gw; 60mgw

C.E atau C.M : 800m; 1000m; 1500m;1 Mil; 3000m; 5000m


Estafet: 4 x 200m; 4 x 400m; 4 x 800m

Lomba Jalan-cepat : 3000m


Lompat : l.tinggi; l.tinggi-galah; l.jauh; l.jangkit
Lempar : t.peluru

Event Gabungan : Pancalomba (Pentathlon).

“ Maaf, tolong dicermati & dikoreksi !”

IAAF RDC JKT: 19.11.2005

ATURAN LOMBA ATLETIK IAAF


2006/2007
Alih Bahasa: H. Suyono Ds.
Staf Sekretariat IAAF-RDC
Jakarta

“ Wassalaaam !!!!!
Selamat meng-amalkannya !!!”

You might also like