You are on page 1of 18

CUTI, TUNJANGAN DAN GAJI PNS

Disusun oleh:

Mohammad Farizki Tohier

Cuti Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Dalam rangka usaha menjamin kesegaran jasmani dan rohani, maka kepada Pegawai
Negeri Sipil (PNS) setelah bekerja dalam waktu tertentu perlu diberikan cuti. Cuti
adalah keadaan tidak masuk kerja yang dizinkn dalam jangka waktu tertentu.
Tujuannya adalah Untuk memberikan kesempatan istirahat bagi PNS dalam rangka
menjamin kesegaran jasmani dan rohaninya serta Untuk kepentingan PNS yang
bersngkutan.

Peraturan mengenai Cuti Pegawai Negeri Sipil (PNS) diatur di dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri
Sipil yang disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2003 tentang
Pedoman Organisasi Perangkat Daerah.

Cuti bagi PNS terdiri dari:

A. Cuti Tahunan

Ketentuannya adalah :

1. Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 1 (satu)


tahun terus menerus berhak atas cuti tahunan;
2. Lamanya Cuti Tahunan adalah 12 (duabelas) hari kerja;
3. Cuti Tahunan tidak dapat dipecah-pecah hingga jangka waktu yang kurang
dari 3 (tiga) hari kerja;
4. Untuk mendapatkan cuti tahunan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti;
5. Cuti tahunan diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang
memberikan cuti.
Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti Tahunan :

Badan/Dinas :

 Untuk Staf atasan langsung yang mengetahui adalah Pejabat


eselon III-a di Satuan Kerjanya, Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti
adalah Kepala Badan atau Kepala Dinas- nya;
 Untuk Pejabat Eselon IV-a atasan langsung yang mengetahui
adalah Pejabat eselon III-a di Satuan Kerjanya, Pejabat Yang Berwenang
Memberikan Cuti adalah Kepala Badan atau Kepala Dinas-nya;
 Untuk Pejabat Eselon III-a atasan langsung yang mengetahui
adalah Kepala Badan atau Kepala Dinas di Satuan Kerjanya, Pejabat Yang
Berwenang Memberikan Cuti adalah Sekretaris Daerah yang kewenangannya
didelegasikan pada Kepala Badan Kepegawaian Daerah;
 Untuk Kepala Badan atau Kepala Dinas atasan langsung yang
mengetahui adalah Sekretaris Daerah yang kewenangannya didelegasikan pada
Kepala Badan Kepegawaian Daerah , Pejabat Yang Berwenang Memberikan
Cuti adalah Bupati yang kewenangannya didelegasikan pada Sekretaris Daerah,
(Untuk Kepala Badan atau Kepala Dinas yang akan mengajukan Cuti tahunan
terlebih dahulu mengajukan permohonan ijin kepada Bapak Bupati yang diketahui
oleh Sekretaris Daerah)

Bagian/Kantor/Kecamatan :

 Untuk Staf atasan langsung yang mengetahui adalah Pejabat


eselon IV-a di Satuan Kerjanya, Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti
adalah Kepala Bagian/Kepala Kantor/Camat-nya;
 Untuk Pejabat Eselon IV-a atasan langsung yang mengetahui
adalah Kepala Bagian/Kepala Kantor/Camat di Satuan Kerjanya, Pejabat Yang
Berwenang Memberikan Cuti adalah Sekretaris Daerah yang kewenangannya
didelegasikan pada Kepala Badan Kepegawaian Daerah;

Untuk Kepala Bagian/Kepala Kantor/Camat atasan langsung yang mengetahui


adalah Sekretaris Daerah yang kewenangannya didelegasikan pada Kepala
Badan Kepegawaian Daerah, Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti adalah
Bupati yang kewenangannya didelegasikan pada Sekretaris Daerah, (Untuk
Kepala Bagian/Kepala Kantor/Camat yang akan mengajukan Cuti tahunan
terlebih dahulu mengajukan permohonan ijin kepada Bapak Bupati yang diketahui
oleh Sekretaris Daerah);

B. Cuti Besar

Ketentuannya adalah :

1. Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun


secara terus menerus berhak atas cuti besar yang lamanya 3 (tiga) bulan;

2. Pegawai Negeri Sipil yang menjalani cuti besar tidak berhak lagi atas cuti
tahunannya dalam tahun yang bersangkutan;

3. Cuti Besar dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban Agama, umpamanya


Ibadah Haji;

4. Selama menjalankan cuti besar, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan menerima
penghasilan penuh, yang dimaksud penghasilan penuh dalam peraturan pemerintah
adalah gaji pokok dan penghasilan lain yang berhak diterimanya kecuali tunjangan
jabatan pimpinan;

5. Untuk mendapatkan cuti besar Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan mengajukan
permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti;

6. Cuti besar diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti;

7. Cuti Besar dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh pejabat yang berwenang untuk
paling lama 2 (dua) tahun, apabila kepentingan dinas mendesak:

o Untuk Staf / Pejabat Eselon IV-a / Pejabat Eselon III-a atasan langsung
yang mengetahui adalah Kepala Badan / Kepala Dinas / Kepala Bagian /
Kepala Kantor / Camat di Satuan Kerjanya, Pejabat Yang Berwenang
Memberikan Cuti adalah Bupati yang kewenangannya didelegasikan pada
Sekretaris Daerah (diajukan melalui Badan Kepegawaian Daerah);
o Untuk Kepala Badan / Kepala Dinas / Kepala Bagian / Kepala Kantor /
Camat atasan langsung yang mengetahui adalah Sekretaris Daerah (diajukan
melalui Badan Kepegawaian Daerah), Pejabat Yang Berwenang Memberikan
Cuti adalah Bupati (Untuk Kepala Badan / Kepala Dinas / Kepala Bagian /
Kepala Kantor / Camat yang akan mengajukan Cuti Besar terlebih dahulu
mengajukan permohonan ijin kepada Bapak Bupati yang diketahui oleh
Sekretaris Daerah).
o Permohonan dari yang bersangkutan kepada atasan, yang telah disetujui;

Fotokopi setoran BPIH (Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji).

C. Cuti Sakit

Ketentuannya adalah:

1. Setiap Pegawai Negeri Sipil yang menderita sakit berhak atas cuti sakit;
2. Pegawai Negeri Sipil yang sakit selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari berhak atas cuti
sakit, dengan ketentuan, ia harus memberitahukan kepada atasannya;

3. Pegawai Negeri Sipil yang sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan 14 (empat
belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat berwenang
memberikan cuti (pejabat berwenang dimaksud sesuai pada Cuti Tahunan) dengan
melampirkan surat keterangan dokter;
4. Pegawai Negeri Sipil yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari berhak
atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan harus
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat berwenang memberikan cuti
(pejabat berwenang dimaksud sesuai pada Cuti Besar) dengan melampirkan surat
keterangan dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan (Surat Keterangan Dokter
sebagaimana dimaksud, antara lain menyatakan tentang perlunya diberikan cuti, lamanya
cuti dan keterangan lain yang dipandang perlu);
5. Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam nomor 4) diatas, diberikan untuk waktu
paling lama 1 (satu) tahun dan dapat ditambah untuk paling lama 6 (enam) bulan
apabila dipandang perlu berdasarkan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh Menteri
Kesehatan;
6. Pegawai Negara Sipil yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam nomor 5) diatas, harus diuji kembali
kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan;
7. Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
nomor 6) Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan belum sembuh dari penyakitnya, maka
ia diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun;
8. Pegawai Negeri Sipil wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak atas
cuti sakit untuk paling lama 1½ (satu setengah) bulan;
9. PNS yang mengalami kecelakaan dalam & oleh karena menjalankan tugas
kewajibannya sehingga ia perlu mendapat perawatan berhak atas cuti sakit sampai ia
sembuh dari penyakitnya.

D. Cuti Bersalin

Ketentuannya adalah:

1. Untuk persalinan anaknya yang pertama, kedua, dan ketiga Pegawai Negeri
Sipil wanita berhak atas cuti bersalin;
2. Untuk persalinan anaknya yang keempat dan seterusnya, kepada Pegawai
Negeri Sipil wanita diberikan cuti diluar tanggungan negara;
3. Lamanya cuti bersalin tersebut dalam nomor 1) dan 2) adalah 1 (satu) bulan
sebelum dan 2 (dua) bulan sesudah persalinan;
4. Untuk mendapatkan cuti bersalin Pegawai Negeri Sipil wanita yang bersangkutan
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti
(pejabat berwenang dimaksud sesuai pada Cuti Besar);
5. Cuti bersalin diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan
cuti.

E. Cuti Karena Alasan Penting


Ketentuannya adalah:

1. Yang dimaksud dengan cuti karena alasan penting adalah cuti:

• Ibu, Bapak, Istri/Suami, anak, adik, kakak, mertua atau menantu sakit keras atau
meninggal;
• Melangsungkan perkawinan yang pertama;

2. Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan oleh pejabat yang berwenang.
Pejabat tersebut memberikan cuti untuk paling lama 2 (dua) bulan;
3. Untuk mendapatkan cuti karena alasan penting Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti (pejabat berwenang dimaksud sesuai pada Cuti Besar);
4. Cuti karena alasan penting diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang
memberikan cuti;

F. Cuti Diluar Tanggungan Negara

Ketentuannya adalah:

1. Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara
terus menerus karena alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak dapat diberikan
cuti di luar tanggungan negara;
2. Cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan untuk paling lama 3 (tiga) tahun
dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan yang penting
untuk memperpanjang;
3. Cuti di luar tanggungan negara dapat mengakibatkan Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan dibebaskan dari jabatannya, kecuali karena alasan melahirkan anak
ke 4 (empat) dan seterusnya ;
4. Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara, Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan tidak berhak menerima penghasilan dari negara dan tidak
diperhitungkan sebagai masa kerja;
5. Untuk mendapatkan cuti di luar tanggungan negara Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti disertai alasan-alasannya;
6. Cuti di luar tanggungan negara diberikan secara tertulis oleh pejabat yang
berwenang memberikan cuti setelah mendapat persetujuan dari Kepala Badan
Kepegawaian Negara;
7. Alasan cuti di luar tanggungan negara untuk mencari tambahan penghasilan
tidak dapat disetujui.

Gaji Pegawai Negeri Sipil

Gaji merupakan balas jasa karena Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan telah
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya. Adalah suatu balas
jasa/penghargaan atas prestasi kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak
sehingga Pegawai tersebut dapat memusatkan pekerjaannya pada tugas yang diberikan
padanya.

Di dalam Sistem Penggajian terdiri atas dua macam, yaitu:

• Sistim skala tunggal: Sistim penggajian dimana Pegawai yang berpangkat sama
diberikan gaji yang sama. dengan tidak memperhatikan sifat dan tanggung jawabpekerjaan
itu
• Sistim skala ganda: Sistim penggajian dimana gaji diberikan berdasarkan pada
sifat pekerjaan, prestasi yang dicapai berat dan tanggung jawab pekerjaan yang dipikul.

Jenis Sistem Keuntungan Kerugian

Tunggal - Sederhana - Dirasa tidak adil karena faktor


resiko bahaya, kesibukan dan
- Cukup dengan satu peraturan
lain-lain tidak menjadikan
pertimbangan
Ganda - Memberikan motivasi bagi Pegawai - Menimbulkan ketidakadilan
Negeri Sipil yang memikul tanggung pada saat pensiun bagi pegawai
jawab yang berat, resiko dan lain-lain yang memiliki pangkat
pendidikan yang sama tetapi
berbeda dengan sifat pekerjaan.

Solusinya: skala gabungan

• Pegawai yang memiliki pangkat sama mendapatkan gaji yang sama.


• Perbedaanya adalah tunjangan yang diberikan.

• Sistim penggajian di Indonesia saat ini adalah Pegawai yang berpangkat sama
diberikan gaji yang sama ditambah tunjangan kepada Pegawai yang melaksanakan
pekerjaan tertentu yang sifatnya terus menerus.
• Komposisi : gaji pokok + tunjangan (-) potongan yang sah.
• UU 8 Tahun 1974 menyatakan bahwa setiap Pegawai berhak memperoleh gaji
yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya.

àKemampuan Negara: Faktor Keuangan negara masih mendominasi dalam penentuan


penghasilan Pegawai Negeri Sipil.

• Bagi PNS Pusat dibebankan pada APBN


• Bagi PNS Daerah dibebankan pada APBD

Kenaikan Gaji (PP Nomor 7 Tahun 1977)

A. Kenaikan gaji berkala (setiap 2 (dua) tahun sekali dengan syarat) :

– Telah mencapai masa kerja yang ditentukan untuk kenaikan gaji.


– Menunjukkan penilaian pelaksanaan pekerjaan dengan nilai rat-rata
minimal “cukup”

B. Kenaikan gaji Istimewa


Diberikan kepada PNS yang sesuai penilaian prestasi kerjanya “amat baik”
sehingga ia patut dijadikan teladan, sehingga perlu ditetapkan dengan keputusan
Menteri dan sangat selektif.

Pola Dasar Perhitungan Gaji PNS

• Pemerintah hingga saat ini belum memberikan gaji PNS berdasarkan hidup layak
walaupun besarnya gaji PNS yang diberikan rata-rata sudah di atas UMR
• Sistem penggajian saat ini secara implisit menganut kriteria produktivitas, karena
pada hakekatnya gaji adalah sebagai balas jasa atau penghargaan atas hasil kerja
seseorang.
• Terlepas dari sistem penggajian yang dianut, faktor kemampuan anggaran masih
sangat dominan dalam menentukan sistem penggajian di Indonesia

Pola dasar perhitungan gaji yang cukup fleksibel hendaknya mencerminkan 5 (lima)
hal pokok, yaitu:

1. Upah/gaji harus mencerminakn nilai pekerjaan/tugas


2. Kenaikan gaji hendaknya sebanding dengan peningkatan produktivitas kerja
3. Peningkatan gaji hendaknya diperhitungkan dengan keuntungan negara dan
penampilan individu PNS
4. Peningkatan gaji tidak diberikan dalam basis yang permanen
5. Adanya ukuran yang stabil dari penghasilan kerja.

Gaji (PP 7/77 disempurnakan terakhir dengan PP 26/2001), meliputi:

1. Gaji Pokok
2. Tunjangan Keluarga
3. Tunjangan Pangan
4. Tunjangan Jabatan (struktural dan fungsional)
5. Tunjangan khusus Irian Jaya/Papua
6. Tunjangan pengabdian daerah terpencil
Standar minimal penghasilan yang harus diterima PNS:

• Gaji pokok, tunjangan keluarga, dan tunjangan pangan.


• Tunjangan jabatan diberikan bagi PNS yang memangku jabatan
• Tunjangan jabatan struktural merupakan jabatan berdasarkan “spain of control”
terhadap lingkungan tugas pekerjaan, sedangkan jabatan fungsional merupakan jabatan
atas keahlian seorang PNS.

Tunjangan Pegawai Negeri Sipil

Tunjangan PNS pengertiannya yaitu pendapatan sah yang diterima seorang PNS sesuai
jabatan dan status.

Jenis Tunjangan PNS :

1. Tunjangan Keluarga

Besarnya untuk Istri/Suami : 10 % dari gaji pokok, sedang anak 2 % dengan


maksimal yang dapat diajukan 2 anak. Apabila sang suami dan istri sama-sama
menjadi PNS, maka tunjangan yang dihitung berasal dari gaji pokok yang paling
besar yang dimiliki oleh sang suami atau istri. Ketentuan untuk anak yaitu
maksimal 18 tahun, status belum kawin dan belum memiliki penghasilan sendiri.

2. Tunjangan Pangan

Tunjangan yang diberikan sebesar nilai beras per 10 kg/orang yang masuk daftar gaji.
Berdasarkan Perdirjen Perbendaharaan Depkeu No 67/PB/2010 tgl 28 Desember
2010, pemberian tunjangan beras dalam bentuk uang ditetapkan menjadi Rp 5.656
/kg. Penetapan harga ini berlaku mulai 1 Januari 2010, sehingga PNS maupun
pensiunan akan menerima kekurangan selisih harga.

3. Tunjangan Jabatan

Diberikan kepada PNS yang menduduki jabatan


1) Tunjangan Jabatan Struktural: PNS yang menduduki jabatan struktural
diberikan tunjangan jabatan struktural
2) Tunjangan Jabatan Fungsional: Diberikan kepada PNS yang menduduki
jabatan fungsional
3) Tunjangan Kependidikan diberikan kepada Guru, Pengawas Sekolah.

a. Tunjangan Jabatan Struktural PNS

Bagi Pegawai Negeri Sipil, ketentuan pemberian tunjangan jabatan struktural


diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tunjangan
Jabatan Struktural.

TUNJANGAN JABATAN PNS


NO JABATAN KEPPRES PERPRES PERPRES
NO.99/2000 NO.3/2006 NO.26/2007
1 .ESELON IA 4.500.000 4.500.000 5.500.000
2 .ESELON IB 3.500.000 3.500.000 4.375.000
3 .ESELON IIA 2.500.000 2.500.000 3.250.000
4 .ESELON IIB 1.500.000 1.500.000 2.025.000
5 .ESELON IIIA 600.000 900.000 1.260.000
6 .ESELON IIIB 450.000 675.000 980.000
7 .ESELON IVA 240.000 360.000 540.000
8 .ESELON IVB 210.000 315.000 490.000
9 .ESELON VA 150.000 225.000 360.000
10 .ESELON VB 120.000

b. Tunjangan Jabatan Struktural Anggota TNI dan Anggota POLRI


Pemberian tunjangan jabatan struktural bagi Anggota TNI diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2007 dan untuk Anggota POLRI melalui
Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2007.

ANGGOTA TNI
TUNJANGAN JABATAN
NO GOLONGAN
PERPRES NO.27/2007
1. I 5.500.000
2. II 4.375.000
3. III 3.250.000
4. IV 2.025.000
5. V 1.260.000
6. VI 980.000
7. VII 540.000
8. VIII 490.000
9. IX 360.000
ANGGOTA POLRI
TUNJANGAN JABATAN
NO ESELON
PERPRES NO.28/2007
1. IA 5.500.000
2. IB 4.375.000
3. IIA 3.250.000
4. IIB 2.025.000
5. IIIA 1.260.000
6. IIIB 980.000
7. IVA 540.000
8. IVB 490.000

c. Tunjangan Jabatan Fungsional Tertentu

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan


Fungsional Pegawai Negeri Sipil, jabatan-jabatan fungsional dihimpun dalam
rumpun jabatan fungsional dan disusun dalam suatu jenjang jabatan
berdasarkan tingkat keahlian dan tingkat ketrampilan.
d. Tunjangan yang Dipersamakan dengan Tunjangan Jabatan

GOLONGAN TUNJANGAN
NO RUANG PERPRES BESARAN
1. IV NO. 12/2006 190.000
2. III 185.000
3. II 180.000
4. I 175.000

e. Hak-hak keuangan/administratif Pejabat Negara

TUNJANGAN JABATAN
NO JABATAN
PERATURAN BESARAN
1 .Presiden Keppres No. 68/2001 32.500.000
2 .Wakil Presiden 22.000.000
3 .Ketua MPR Keppres No. 59/2003 18.900.000
4 .Ketua DPR 18.900.000
5 .Ketua DPD PP No. 58/2008 18.900.000
6 .Ketua MA, BPK 18.900.000
7 .Wk. Ketua MPR 15.600.000
8 .Wk. Ketua DPR 15.600.000
9 .Wk. Ketua DPD 15.600.000
10 .Wk. Ketua MA/BPK 15.600.000
11 .Menteri dan Panglima TNI 13.608.000
12 .Dubes Luar Biasa Berkuasa Penuh disesuaikan wilayah tugasnya
13 .Ketua Muda MA 10.100.000
14 .Anggota DPR 9.700.000
15 .Anggota DPD 9.700.000
16 .Anggota DPA, MA, BPK 9.700.000
17 .Gubernur KDH Tk. I 5.400.000
18 .Wk .Gubernur KDH Tk. I 4.300.000
19 .Bupati/Walikota KDH Tk. II 3.780.000
20 .Wk. bupati/Walikota KDH Tk. II 3.240.000
f. Hak-hak Keuangan/Administratif Pejabat Non-Struktural

BESAR
DASAR
NO INSTANSI/LEMBAGA/KOMISI/TIM JABATAN TUNJANGAN
HUKUM
(Rp)
Honorarium
a. PerPres No.
1 Ketua 18.000.000
80 tahun 2006
Tim Koordinasi Pemberantasan Wakil Ketua 16.000.000
Tindak Pidana Korupsi
Anggota 12.500.000
Sekretaris 9.000.000
b. PerPres No. Anggota Dewan
10.000.000
82 tahun 2006 Pengarah
Anggota Dewan
15.000.000
Pengawas
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kepala Bdn.
10.000.000
Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Pelaksana
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Wkl. Kepala
dan Kepulauan Nias Propinsi Sumut Bdn. Pelaksana 9.000.000
Sekretaris Bdn.
8.000.000
Pelaksana
Deputi Badan
8.000.000
Pelaksana
c. UU No. 32
Ketua 14.375.000
tahun 2002
PerPres No. Komisi Penyiaran Indonesia Pusat
Wakil Ketua 14.375.000
26 tahun 2005
Anggota 12.500.000
d. UU No. 39
Ketua 12.500.000
tahun 1999
PerPres No. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
Wakil Ketua 12.000.000
42 tahun 2003
Anggota 12.000.000
e. Keppres Ketua,
No. 44 tahun Wkl.Ketua, 5.000.000
2000 Anggota
Keppres No. Komisi Ombudsman Nasional Tenaga Tim
2.500.000
66 tahun 2002 Assistensi
Staf. Adm.
1.500.000
Kesekretariatan
f. UU No. 5 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Ketua dan Wakil
14.375.000
tahun 1999 (KPPU) Ketua
Keppres No.
75 tahun 1999
Keppres No. 6
Anggota 12.500.000
tahun 2002
g. UU No. 28
Ketua 14.375.000
tahun 1999
Komisi Pemeriksa Kekayaan
Keppres No.
Penyelenggara Negara (KPKN) Wakil Ketua 14.375.000
65 tahun 2002
Anggota 12.500.000
h. UU No. 23
Ketua 14.375.000
tahun 2002
PerPres No.
Wakil Ketua 14.375.000
80 tahun 2006 Komisi Perlindungan Anak (KPAI)
Sekretaris 13.250.000
Anggota 12.500.000
i. Perpres No.
107 tahun Anggota 5.500.000
2007 Anggota Dewan Pengarah Lembaga
Ketahanan Nasional
Perpres No.
67 tahun 2006
j. Perpres No.
107 tahun Ketua 14.375.000
2007
Perpres No. Komisi Kepolisian Nasional Wakil Ketua 14.375.000
67 tahun 2006
Sekretaris 12.000.000
Anggota 12.000.000
Uang Kehormatan
PerPres No. Hakim
2 10.000.000
80 tahun 2006 Pengadilan Tk. I
Hakim
Pngadilan 12.000.000
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Tk.Banding
Hakim
Pngadilan 14.000.000
Tk.Kasasi
Tunjangan Kerja
a. Dalam
3 Ketua 7.500.000
Pembahasan
Lembaga Sensor Film (LSF) Wakil Ketua 6.500.000
Sekretaris 6.000.000
Anggota 5.000.000

4. Tunjangan Kemahalan
.PNS yang bertugas di Irian Jaya/Papua diberikan tunjangan kemahalan.

5. Tunjangan Cacat

kepada PNS yang menderita cacat karena menjalankan tugas yang menyebabkan
tidak menjalankan tugas kewajibannya (PP 12/1981) dibuktikan oleh Tim Penguji
Kesehatan.

• 70% dari gaji pokok jika kehilangan fungsi penglihatan pada kedua mata, atau
pendengaran pada kedua telinga, atau kedua kaki dari pangkal paha/lutut ke
bawah
• 50% dari gaji pokok jika kehilangan fungsi lengan dari sendi bahu ke bawah,
kedua mata kaki ke bawah
• 30% dari gaji pokok jika kehilangan fungsi penglihatan dari sebelah mata, atau
pendengaran dari sebelah telinga atau tanda dari atas pergelangan tangan ke
bawah atau sebelah mata kaki ke bawah
• 100% dari gaji pokok jika cacat seluruh badan atau ingatan.

6. Bantuan Kematian

Apabila ada anggota keluarga PNS yang meninggal dunia maka keluarganya berhak
atas bantuan keuangan sebesar 3x penghasilan perbulan. Jika tidak memiliki
suami/isteri maka diberikan kepada anaknya.

Jika tidak ada orang tua maka diberikan kepada ahli warisnya.

7. Uang Duka dan Biaya Kematian

PNS yang tewas keluarganya berhak atas uang duka.

Tewas:
1. Meninggal dalam dan karena menjalankan tugas
2. Meninggal dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas
3. Meninggal yang langsung diaikbatkan oleh luka/cacat rohani karena
menjalankan tugas
4. Meninggal karena perbuatan anasir

Kepada suami/isteri diberikan uang duka sebanyak 6x penghasilan perbulan.

8. Biaya Pemakaman (Bagi yang Tewas)

Diberikan biaya pemakaman:

a. Peti jenazah dan perlengkapannya


b. Tanah pemakaman dan biayanya
c. Biaya ambulans dari-ke tempat tinggal/pemakaman
d. Angkutan, penginapan bagi isteri/suami sah, anak 10 hari

Uang Duka: Kepada suami/isteri PNS yang wafat diberikanuang duka sebesar 3x
penghasilan sebulan.

9. Uang Duka

PNS yang tewas diberikan uang duka sebesar 6 (enam) kali penghasilan yang terdiri
dari:

a. Gaji pokok
b. Tunjangan keluarga
c. Tunjangan jabatan (kalau ada)
d. Tunjangan perbaikan penghasilan
e. Tunjangan lain yang diterima

Serendah-rendahnya Rp. 500.000<-

• Apabila meninggalkan lebih dari 1 isteri yang sah, maka uang anak tersebut
diberikan kepada isteri pertama
• Jika tidak meninggalkan isteri maka diberikan kepada anaknya
• Jika tidak meninggalkan isteri dan anak maka dbierkan kepada orang
tuanya/oleh walinya.

You might also like