You are on page 1of 7

Peranan Umat Islam pada Masa Kemerdekaan

Perilaku kaum penjajah makin lama makin kejam terhadap bangsa Indonesia.
Penindasan, kesewenang-wenangan dan ketidak adilan penjajah merajalela. Bangsa Indonesia
tertindas, miskin, terbelenggu oleh kaum penjajah.

Terdapat asumsi yang senantiasa melekat dalam setiap penelitian sejarah bahwa masa
kini sebagian dibentuk oleh masa lalu dan sebagian masa depan dibentuk hari ini. Demikian
pula halnya dengan kenyataan umat islam Indonesia pada masa kini, tentu sangat dipengaruhi
masa lalunya.

Islam di Indonesia telah diakui sebagai kekuatan cultural, tetapi islam dicegah untuk
merumuskan bangsa Indonesia menurut versi islam. Sebagai kekuatan moral dan budaya,
islam diakui keberadaannya, tetapi tidak pada kekuatan politik secara riil (nyata) di negeri ini.

Seperti halnya pada masa penjajahan Belanda, sesuai dengan pendapat Snouck
Hurgronye, islam sebagai kekuatan ibadah (sholat) atau soal haji perlu diberi kebebasan,
namun sebagai kekuatan politik perlu dibatasi. Perkembangan selanjutnya pada masa Orde
Lama, islam telah diberi tempat tertentu dalam konfigurasi (bentuk/wujud) yang paradoks,
terutama dalam dunia politik. Sedangkan pada masa Orde Baru, tampaknya islam diakui
hanya sebatas sebagai landasan moral bagi pembangunan bangsa dan negara.

Kaum muslimin yang merupakan penduduk terbesar bangsa Indonesia sangat


merasakan perilaku kaum penjajah itu. Para ulama bersama kaum muslimin bangkit, berusaha
membebaskan bangsa Indonesia dari tangan penjajah itu. Di seluuh pelosok Nusantara kaum
muslimin bangkit untuk merebut kembali kemerdekaannya yang telah dirampas oleh
penjajah.

Pahlawan-pahlawan pejuang kemerdekaan berjuang terus tiada henti-hentinya dengan


segala pengorbanan, baik berupa harta maupun jiwa. Pejuang muslim dan pahlawan
kemerdekaan itu antara lain K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasym Ashari, HOS Cokroaminoto di
Pulau Jawa, Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien, Cut Mutiah, Panglima Polim
(Aceh), Imam Bonjol (Sum-Bar), Sultan Mahmud Badruddin (Palembang), Raden Intan
(Lampung) di Sumatra. Pangeran Antasari di Kalimantan, Sultan Hasanuddin di Sulawesi dan
lain-lain yang tersebar diseluruh Nusantara.

Para pejuang muslim itu dengan ikhlas dan semangat jihad berjuang di jalan Allah SWT
menentang dan mengusir penjajah Belanda maupun Jepang dengan pengorbanan harta benda,
jiwa dan raganya.
Peranan Organisasi Islam dan Pondok Pesantren

pada masa Perang Kemerdekaan

Sejak awal Islam masuk ke Indonesia dan pada masa perkembangan selanjutnya, ulama
Islam menempatkan pendidikan sebagai tugas utama. Wujud kongkrit pendidikan adalah
pesantren dan muridnya disebut santri. Tempat pendidikannya ada yang menyatu dengan
masjid dan ada juga yang secara khusus dibangun biasanya dekat masjid.

Melalui pesantren ulama mendidik santri mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan


terutama mengenai ilmu agama. Disini diajarkan tentang keimanan, ibadah, Al Qur’an,
akhlak, Syariah, muamalah dan tarikh. Selain itu ditanamkan pengertian hak dan kewajiban
kaum muslimin sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial serta perjuangan untuk
memperoleh hak kemerdekaan yang telah dirampas oleh kaum penjajah.

Santri yang belajar di pesantren datang dari berbagai suku dab daerah. Setelah mereka
selesai belajar, umumnya mereka kembali ke daerah asalnya kemudian mereka mendirikan
lagi pesantren dan mengajarkan agama di daerahnya masing-masing, sehingga tersebarlah
pesantren dan pendidikan agama ke seluruh pelosok tanah air. Pesantren sebagai tempat
mendidik generasi muda muslim, para santri dididik dan dipersiapkan untuk menjadi kader
umat dan pemimpin masyarakat.

Belanda mengetahui keadaan dan perkembangan pesantren, kemudian mengawasi


kegiatan pondok pesantren, karena tempat itu dianggap sebagai tempat pembinaan kader
umat yang akan menentang kekuasaannya.

Hubungan dan jalinan santri, ulama/Kyai dan masyarakat kaum muslimin sangat kuat,
mereka bersama-sama menghadapi penjajah, namun usaha itu banyak mengalami kegagalan
karena belum tertibnya organisasi dan masih lemahnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Kaum muslimin menyadari bahwa perjuangan tnpa dihimpun dalam suatu organisasi
yang baik akan mengalami kesulitan dan kegagalan. Setelah ptra-putri kaum muslimin
banyak memperoleh pendidikan di luar negri, di Eropa dan Timur Tengah serta
meningkatkan peranan pendidikan di pondok pesantren, timbullah kesadaran mereka untuk
membuat perkumpulan organisasi yang modern yang berciri khas keagamaan.

Organisasi tersebut misalnya Serikat Dagang Islam didirikan 1905, Serikat Islam tahun
1911, Muhammadiyah tahun 1512, Persatuan Islam tahun 1526, Pergerakan Tarbiyah
Islamiyah tahun 1928, Jam’iyatul Washliyah tahun 1930, dan lain-lain. Para Kyai dan santri
juga mendirikan organisasi bersenjata untuk melawan penjajahan Belanda yaitu Hizbullah
dan gerakan-gerakan kepanduan Islam.

Organisasi tersebut mendidik, membina dan melatih generasi muda muslim mengenal
berbagai pengetahuan dan semangat perjuangan, dalam menentang penjajahan. Hasil tempaan
dan pendidikan disini menumbuhkan semangat juang sehingga lahirlah tokoh-tokh
perjuangan kemerdekaan seperti HOS Cokroaminoto, K.H. Ahmad Dahlan, K.H Hasyim
Asy’ari dan lain-lain.
Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan

Berkat rahmat Allah SWT, usaha perjuangan kaum muslimin dan seluruh lapisan
masyarakat berhasil dengan diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945. proses perjuangan yang panjang
dalam merebut  kembali kemerdekaan yang telah dirampas oleh penjajah, telah banyak
mengobarkan berupa harta benda, jiwa dan raga kaum muslimin.

Setelah merdeka, bebas dari kungkungan kaum penjajah, kaum muslimin secara
bertahap mengisi kemerdekaan itu dengan pembangunan disegala bidang, pembangunan fisik
material berupa perbaikan sarana transportasi, pertanian, perumahan dan perekonomian,
sehingga pembangunan fisik material secara bertahap makin lama makin meningkat.
Pembangunan bidang mental seperti meningkatkan pemahaman, penghayatan dan
pengamalan ajaran agama, meningkatkan pendidikan, mengembangkan kehidupan dan sosial
kemasyarakatan yang aman tertib dan rukun juga dilaksanakan.

Kaum muslimin selalu membangun dan mengisi kemerdekaan itu dengan


menselaraskan pembangunan materiil dan spirituil dalam mewujudkan masyarakat Indonesia
yang berdaulat, adil dan makmur. Kaum muslimin bersama segenap anggota bangsa
Indonesia lainnya kini mengatur dan memerintah bangsanya sendiri. Pemerintahan
dilaksanakan dengan cara yang demokratis. Keamanan, ketertiban dan kesejahteraan sosial
terus diupayakan dan ditegakkan. Demikian juga persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga
terwujudlah negara yang aman, adil dan makmur dengan penuh limpahan rahmat dan ridha
Allah SWT, sesuai dengan cita-cita kemerdekaan yang dituangkan dalam UUD 1945.

Peranan Para Individu Muslim dalam Pembangunan

Organisasi Islam yang berperan dalam pembangunan Nasional bukan hanya mereka
yang tergabung dalam organisasi. Banyak orang Islam secara pribadi baik sebagai dokter,
dosen, pejabat negara, wakil rakyat di DPR, pengusaha, Cendikiawan, petani, guru,
pengrajin, dan lain-lain mereka semuanya melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh
sesuai dengan profesi dan keahliannya masing-masing. Tanpa terikat dengan organisasi
keagamaan, mereka menyumbangkan dharma baktinya kepada nusa dan bangsa. Memang
menjadi umat Islam tidak harus menjadi anggota organisasi atau partai Islam. Menurut Al
Qur’an orang Islam yang baik adalah yang paling bertakwa, yang beriman kepada Allah dan
beramal shaleh, dimanapun mereka berada.

Peranan Lembaga Pendidikan dalam Masa Pembangunan

Lembaga pendidikan Islam dalam kegiatannya lebih menekankan pembinaan,


peningkatan ilmu pengetahuan dan kecerdasan masyarakat melalui pendidikan pada jalur
sekolah dan luar sekolah.

Peningkatan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas yang melalui jalur pendidikan
sekolah biasanya terdiri dari pendidikan sekolah umum, seperti SD, SMP, SMA dan
Perguruan Tinggi dan Madrasah seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah,
Madrasah Aliyah dan perguruan tinggi agama seperti IAIN

Melalui pendidikan ini secara bertahap ilmu pengetahuan bertambah meningkat dan
Sumber Daya Manusia lebih berkualitas. Dengan meningkatnya kualitas masyarakat maka
hasil kerja masyarakatpun semakin meningkat. Dengan demikian meningkatnya hasil umat
melalui jalur luar sekolah, antara lain dilaksanakan melalui pengajian, Taman Bacaan Al
Qur’an, kursus-kursus ilmu keagamaan dan pembinaan di Masjid-Masjid.

Demikanlah betapa besar peranan kelembagaan pendidikan Islam dalam pembangunan


pembangunan bangsa erat kaitannya dengan sumber daya manusianya sebagai pelaksana
pembangunan itu sendiri.Pembinaan manusia Indonesia seutuhnya dan bagi seluruh
masyarakat Indonesia.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya, penulis

dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul,“Peranan Umat Islam pada Masa Kemerdekaan dan

Pembangunan”. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam.

Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik moral

maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dalam menyusun Makalah ini.

Semogasemuapihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penysunan Makalah ini

diberikan rahmat dan hidayah oleh Allah SWT serta mendapat balasan yang setimpal dari-Nya.

Penyusun

Kelompok 3
DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com

http://spistai.blogspot.com/2009/03/sejarah-peradaban-islam-di-indonesia.html
Peranan Umat Islam pada Masa
Kemerdekaan dan Pembangunan

Disusun oleh : Kelompok 3


Anggota :
1. Indri Muliasari
2. Khairunisa A. N.
3. Lu’luatul Maulidiyyah
4. M. Hafizh Dwi Cahya
5. M. Lazuardi Rizki

Kelas : XII IPA 5

SMA NEGERI 2 CIREBON


Jalan Cipto Mangunkusumo No. 1

You might also like