Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh :
IRENE SUSANTI
F1C 006001
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jenderal Soedirman
1
ABSTRAKSI
2
ABSTRACT
3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................... 1
ABSTRAKSI...................................................................................... 2
ABSTRACT....................................................................................... 3
DAFTAR ISI...................................................................................... 4
DAFTAR TABEL.............................................................................. 7
DAFTAR GAMBAR.......................................................................... 8
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... 9
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................... 10
B. Perumusan Masalah............................................................ 16
C. Tujuan Penelitian................................................................ 16
D. Pembatasan Masalah........................................................... 16
E. Manfaat Penelitian.............................................................. 16
4
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian........................................................ 49
B. Jenis Penelitian.................................................................... 49
C. Sasaran Penelitian............................................................... 50
D. Lokasi Penelitian................................................................. 50
E. Jenis Sumber Data............................................................... 51
F. Unit Analisa........................................................................ 51
G. Teknik Pengumpulan Data.................................................. 51
H. Teknik Analisis Data........................................................... 57
I. Teknik Pengambilan Cuplikan............................................ 61
J. Validitas Data...................................................................... 61
5
E.2.3. Bentuk Komodifikasi Kemiskinan :
Sensasi Kegembiraan.......................................... 118
E.2.4. Bentuk Komodifikasi Kemiskinan :
Merangsang Syaraf Keharuan............................. 120
E.2.5. Bentuk Komodifikasi Kemiskinan :
Memancing Simpati dan Emosi Spontan............ 121
E.3. Analisis Kontekstual.................................................... 122
E.3.1. Status ekonomi dan status social......................... 122
E.3.2. Rezim yang berkuasa.......................................... 124
E.4. Kategorisasi FGD I...................................................... 125
E.5. Kategorisasi FGD II..................................................... 129
F. Analisis Spectrum Of Reading.............................................. 131
F.1. Gambaran Penerimaan Pesan....................................... 131
F.2. Pengelompokan Audiens.............................................. 134
F.2.1. Dominan (or hegemonic) reading........................ 134
F.2.2. Negotiated Reading............................................. 134
F.2.3. Oppositional (counter hegemonic) reading......... 134
G. Konsep Ekonomi Media....................................................... 135
H. Konsep Politik Media........................................................... 137
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 13. FGD I Kategori Memancing Simpati dan Emosi Spontan........... 128
7
Tabel 17. FGD II Kategori Memancing Simpati dan Emosi Spontan.......... 131
DAFTAR GAMBAR
Halaman
8
DAFTAR LAMPIRAN
9
BAB I
PENDAHULUAN
persoalan yang sangat kompleks dan sulit ditemukan benang merahnya meski
wajah kemiskinan di negeri yang konon memiliki hasil pribumi melimpah ruah.
Di sudut ibu kota (Jakarta) ratusan bahkan ribuan warga miskin berjuang hidup
tahun 2009 yang mencapai angka 33,7 juta jiwa. Menurut perhitungan Badan
ekonomi cuma tumbuh 4,5% dan inflasi lari sampai 9%. Meski angka ini
dibandingkan dengan tahun 2008 tidak jauh berbeda yakni 34, 96 juta jiwa.
sebuah anomali di dalam masyarakat kita. Ketika hampir mayoritas orang ingin
menjadi orang kaya, namun justru banyak orang berebut untuk menjadi miskin.
Bukan hanya orang yang memang tadinya sudah miskin ingin tetap dikatakan
miskin, namun orang-orang yang kaya pun mulai memperebutkan status sebagai
10
“kompensasi” . Akibatnya, yang miskin akan tetap miskin dan yang kaya akan
semakin kaya.
penopang ekonomi masyarakat agar tidak jatuh dalam kubang kemiskinan akibat
kenaikan harga BBM. Namun realitasnya, banyak orang dengan status orang
miskin baru muncul dan menuntut pembagian dana BLT. Orang yang tadinya
turut mencicipi uang subsidi. Status miskin kini mengalami perubahan makna,
yang tadinya merupakan sebuah aib menjadi status yang dibanggakan. Orang-
muncul secara tiba-tiba, namun ikut didorong oleh bagaimana negara mengelola
kemiskinan warganya.
Potret kemiskinan di negeri ini ternyata tidak hanya sebatas pada elit politik
produsen media. Dan dari fakta inilah kemiskinan ini justru dilirik oleh produsen
media massa sebagai seni yang menarik untuk dikaryakan di televisi. Pemilik
media, mencoba mewujudkan adanya nilai seni dengan citra tinggi di balik
berbau kemiskinan dikemas oleh produsen media sedemikan rupa dengan harapan
televisi saat ini seperti ‘Minta Tolong’, ‘Bedah Rumah’, ‘Duit Kaget’, dan
11
‘Dibayar Lunas’ yang ditayangkan oleh RCTI, ‘Tukar Nasib’ dan ‘Pemberian
Misterius’ di Stasiun SCTV, atau ‘Tangan di Atas’ dan ‘Jika Aku Menjadi’ yang
Program acara reality show ‘kemiskinan’ hingga saat ini masih menduduki
diasumsikan proses transformasi barang dan jasa dari nilai gunanya menjadi
komoditas yang berorientasi pada nilai tukarnya di pasar. Proses transformasi dari
nilai guna menjadi nilai tukar, dalam media massa selalu melibatkan para awak
ini dimulai ketika pelaku media mengubah pesan melalui teknologi yang ada
menuju sistem interpretasi manusia yang penuh makna hingga menjadi pesan
yang marketable. Alhasil akan terjadi keseragaman bentuk dan isi media untuk
bukan sebagai pusat perhatian, dengan konsentrasi lebih diarahkan pada kajian
12
Menjadikan media bukan sebagai pusat perhatian berarti memandang sistem
hanya dimanfaatkan sebagai media penghantar pesan saja tetapi, media massa
signifikan mampu mendorong penjualan produk dan jasa. Bahkan media massa
produksi dan konsumsi. Media massa disini, tidak hanya memiliki fungsi sosial
berbagai pendekatan tidak hanya dari sisi ekonomi tetapi juga politik atau biasa
“Bedah Rumah” adalah sebuah program reality show yang membantu orang
merenovasi rumahnya menjadi layak huni hanya dalam waktu 12 jam. Acara
tersebut membawa bintang tamu-nya untuk tinggal bersama dengan keluarga yang
sedan dan air mata untuk menunjukkan bahwa keluarga tersebut layak dibantu,
alih-alih pantas mendapatkan hadiah yaitu rumah mereka akan direnovasi oleh
Tim Bedah Rumah. Program acara ini semakin menarik perhatian dengan
permainan gambar yang diambil camera person, seperti rekaman raut muka-
mimik muka yang diambil secara dekat (close-up) dengan guratan-guratan muka,
bibir yang gemetata dan matanya yang nanar. Selain itu konsep acara yang
acara dengan naskah yang menurut peneliti sangatlah berlebihan. Hal itu bisa
13
diamati dari banyaknya bentuk tangisan, keluhan dan kesedihan dilengkapi
dengan keterlibatan aktris atau selebriti yang bagi peneliti hal itu hanya
masyarakat yang hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan dan tidak
pendidikan. Tayangan tersebut dalam pandangan penulis bukan tidak ada yang
positif, namun posisinya menyedihkan karena orang miskin kerap menjadi objek.
kemiskinan seperti halnya isu-isu miring dan aib seputar selebritis dalam sejumlah
dan terharu adalah sebuah komoditas menguntungkan bagi para pemilik modal
berdasarkan survei, rating dan share audience-nya tinggi. Jika dilihat dari
uang dan sebagainya. Walau mereka juga tidak sadar bahwa ada keuntungan yang
berlipat-lipat dari acara tersebut. Sementara yang mereka perolah hanya sedikit.
Tapi itu tidak masalah, jika orang miskin itu benar mendapat pertolongan. Di sisi
lain masyarakat yang menonton bisa mensyukuri keadaan mereka yang lebih baik
daripada subyek acara televisi tersebut. Keuntungan lainnya adalah hiburan yang
menarik tidak hanya sinetron tetapi ada alternatif lain. Namun disisi lain acara
14
bedah rumah juga akan menimbulkan harapan-harapan masyarakat kelas sosial
menengah kebawah untuk bisa mendapatkan rezeki serupa. Sehingga tiap ada
kamera televisi, mereka berharap bahwa itu adalah salah satu reality show yang
akan menjadikan mereka sebagai subyeknya. Harapan itu muncul tiap kali mereka
mereka sedikit melupakan bahwa ada hal yang lebih baik jika mereka mau
berusaha sendiri.
Kritikan terhadap acara televisi saat ini adalah tidak adanya siaran yang
mendidik. Mulai dari sinetron hingga reality show, sedikit yang memberikan nilai
miskin lain yang membuat mereka tidak produktif dan akhirnya bisa mengalami
stress karena pengharapan yang tak kunjung datang tersebut. Menikmati siaran
yang mengangkat kemiskinan mungkin baik jika hasilnya adalah tumbuh empati
dan rasa ingin membantu. Namun jika tidak, tentu tetap tidak perubahaan pada
Dan menjadi tidak pantas jika hanya sekedar menikmati tanpa timbul rasa empati
15
B. Perumusan masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam
C. Tujuan penelitian
B. Pembatasan Masalah
fokus yang jelas, maka penelitian ini akan dibatasi dalam hal tayangan reality
C. Manfaat penelitian
16
E.b. Manfaat Praktis
khususnya pada pengelola program acara dan dapat menjadi salah satu
televisi .
17
BAB II
A. Kajian Pustaka
merupakan suatu konsekuensi dari keberadaan penelitian ini sebagai sebuah karya
tulis ilmiah. Adapun maksud dari keberadaan tinjauan pustaka dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui letak atau posisi dari keberadaan penelitian ini
isi kualitatif pernah oleh Tri Adi Nugroho dalam tesisnya yang berjudul Identitas
Kultural dan Televisi Lokal (Studi Tentang Konstruksi dan Representasi Identitas
Reality Show “Turis Dadakan” yang disiarkan oleh TRANS 7). Penelitian ini
18
dalam lingkup media televisi dengan kemasan reality show. Metode yang
tingkat analisis teks diketahui bahwa penempatan posisi yang dilakukan dalam
tayangan “Turis Dadakan” terhadap Benjamin sebagai presenter dalam Pak Misar
sebagai objek transfer budaya dan objek komodifikasi untuk meraih keuntungan.
terhadap makna kecantikan dalam majalah Princess. Fokus penelitian ini adalah
Penelitian ini membagi objek penelitian (anak) menjadi dua kategori yaitu :
anak fase analisa dan fase intensi logis. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat
perbedaan resepsi dan konstruksi anak pada fase analisa dan fase intensi logis.
Pada fase intensi logis, peneliti menemukan bahwa anak bahkan sudah dapat
makna kecantikan. Hal ini sejalan dengan teori Stern, bahwa pada fase ini anak
mampu membedakan antara hal-hal yang sifatnya fantasi dan realistis. Jika fase
19
analisa terdapat anak yang menerima sepenuhnya (Dominant Reading) dan
(Negotiated Reading) maka pada fase intensi logis, anak justru sudah mampu
Bagi kelompok intensi logis, kecantikan dalam media sifatnya terlalu idealis dan
tidak realistis untuk diwujudkan dalam kehidupan nyata. Hasil penelitian juga
oleh Hanung Krisnanto pada tahun 2007. Hanung meneliti resepsi anggota Unit
Kerohanian Islam (UKI) Fisip Unsoed terhadap partisipasi politik dalam film
warga negara dan kesadaran untuk melakukan tindakan politik atau bentuk
rakyatnya.
20
ke dalam simbolik dan mencari makna yang terkandung di dalamnya. Analisis isi
B. Kerangka Konsep
Asamen dan Berrry ( 1998 : 275 ) menyatakan salah satu kunci dalam
laten di dalam isi pesan. Tahap spesifik ini memungkinkan peneliti untuk masuk
Menurut Fink dan Gratz ( 1996) seperti dikutip Asamen dan Berry (1998 :
275) analisis isi kualitatif memang lebih berfokus pada makna laten dari suatu
pesan. Analisis isi kualitatif menuju pada makna holistik di dalam konteks
interpretatif terhadap simbolisasi yang ada di balik data-data yang secara fisik
disajikan.
Adalah Weber (1907), Blumer (1933) dan Levi-Strauss (1963) yang tulisan-
mendalam dan bermacam variasi yang dipakai dalam analisis isi kualitatif
21
Burhan Bungin (2008 : 191) berpendapat analisis isi media kualitatif lebih
banyak dipakai untuk meneliti dokumen yang dapat berupa teks, gambar, simbol
dan sebagainya untuk memahami budaya dari suatu konteks sosial tertentu. Dalam
analisis isi media kualitatif ini semua jenis data atau dokumen yang dianalisis
lebih cenderung disebut dengan istilah “text” apa pun bentuknya gambar, tanda
(sign), simbol, gambar bergerak (moving image), dan sebagainya. Atau dengan
kata lain yang disebut dokumen dalam analisis isi kualitatif adalah wujud dari
dianalisis. Analisis isi media kualitatif ini merujuk pada metode analisis integratif
a. Context
Yaitu situasi sosial di seputar dokumen atau text yang diteliti. Di sini peneliti
b. Emergence
proses dari kehidupan sosial dimana pesan tadi diproduksi. Di sini peneliti
menggunakan dokumen atau teks untuk membantu memahami proses dan makna
dari aktivitas-aktivitas sosial. Dalam proses ini peneliti akan mengetahui apa dan
22
bagaimana si pembuat pesan dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya atau oleh
dilacak pada tempat dimana makna suatu teks media itu berada. Analisis
kuantitatif menekankan pada makna tetap dari teks media yang bisa diidentifikasi
analisis yang sama. Sedangkan prosedur analisis isi kualitatif lebih menekankan
1. Analisis semiotika-struktural
2. Analisis wacana
3. Analisis retorika
4. Analisis naratif
5. Analisis interpretatif
analisis hubungan antara tanda, makna dapat muncul. Sebuah perbedaan penting
lebih lanjut dalam analisis semiological adalah antara sinkronis dan diakronis ini.
Sebuah studi sinkronik dari teks media melihat hubungan yang ada antara
23
berbagai elemen, sementara kajian diakronis melihat jalan cerita berkembang.
Sebuah analisis sinkronis meneliti pola oposisi berpasangan dalam teks (atau
Analisis Wacana
Wacana analisis, maupun sebagai sebuah aspek dari semiotika, dapat dilihat
sebagai bentuk linguistik kritis (Fowler, 1991). Wacana telah digunakan untuk
merujuk kepada teks tertulis, tetapi telah digunakan dalam kaitannya dengan
media audio visual. Penerapannya pada media tumbuh dari studi semiotik
mencoba untuk menilai arti bahasa dalam hal ideologis asumsi implisit, dan
Analisis retoris
disajikan secara visual atau tekstual. Hal ini secara luas jenis analisis stilistik
organisasi serta penyajian pesan dan fitur khusus seperti komposisi, bentuk,
pesan secara langsung dengan cara pembacaan fragmen rinci atau unit yang lebih
besar dari teks atau bahan visual. Ini melibatkan penguraian karakteristik
Analisis Naratif
24
Dalam analisis naratif, teks dianggap sebagai cerita. Pesan diambil untuk
menjadi disajikan atau versi diedit dari urutan kejadian, dimana unsur-unsur yang
dan kejadian terjadi pada karakter;. Ada yang ketat merupakan bentuk analisis
(Burke, 1989 Chatman, 1978), dan gaya yang lebih impresionistis lain analisis
naratif.
Analisis interpretatif
Bentuk analisis isi kualitatif terutama berasal dari ilmu sosial. Ini
ditampilkan dalam desain dan elemen prosedural. Metode penelitian adalah jelas
prosedur bersifat kumulatif dan komparatif. Hubungan antara data dan konsep
dasarnya terbuka; konsep melayani untuk mengatur data dan untuk memahami
mereka dalam cara yang baru secara substansial. Pengambilan sampel secara
teoritis informasi: peneliti memilih kasus untuk alasan strategis karena mereka
merupakan fenomena yang dikaji dengan cara tertentu. Analisis kumulatif dengan
bekerja dengan hipotesis sementara adalah sinyal dari analisis isi interpretatif.
25
Analisis isi media kualitatif memanfaatkan interpretasi dan gaya
mendasar antara metodologi kuantitatif dan kualitatif dapat dilacak pada tempat
dimana makna suatu teks media itu berada. Analisis kuantitatif menekankan pada
makna tetap dari teks media yang bisa diidentifikasi secara berulang oleh
antara data dan konsep pada dasarnya bersifat terbuka. Konsep disusun guna
memadu pengorganisasian data dan untuk memahaminya dengan cara yang baru.
Model analisis isi juga mensyaratkan kriteria teoritis dari sampling yang dipakai
karena kasus tersebut mewakili fenomena yang hendak dikaji lebih mendalam
Beberapa ahli telah memakai model analisis interpretatif ini untuk mengkaji
isi media baik cetak maupun audio visual (televisi) sebagaimana sicatat Gunter
dalam pers Australia. Weber dan Laux (1985) meneliti mengenai penggunaan kata
26
aspek yang mempengaruhi produksi berita. Sedangkan Griffin dkk. (1994)
Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa minat pokok analisis isi kualitatif
sesungguhnya adalah bukan semata pada apa yang nampak dari teme-tema yang
ada, sumber informasi atau kategori pelaku, melainkan dari bagaimana tema-tema,
pola-pola linguistik dan format produk dapat dianalisis untuk menyingkap makna-
makna yang mungkin tidak serta merta bisa ditangkap bila hanya menggunakan
Dalam analisis isi media kualitatif ini semua jenis data atau dokumen yang
dianalisis lebih cenderung disebut dengan istilah “text” apa pun bentuknya
gambar, tanda (sign), simbol, gambar bergerak (moving image), dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, dengan menggunakan analisis isi kualitatif akan diteliti
keseluruhan isi tayangan reality show “Bedah Rumah” meliputi isi konsep
tayangan dan bagaimana membaca teks visual dengan analisis isi kualitatif. Teks
2. Komodifikasi
27
ini, yang tidak bisa lepas dari proses komodifikasi. Bentuk komodifikasi dalam
pengiklan. Dalam hal ini, salah satu program media berupa tayangan kemiskinan
jasa dari nilai gunanya menjadi komoditas yang berorientasi pada nilai tukarnya di
pasar. Proses transformasi dari nilai guna menjadi nilai tukar, dalam media massa
selalu melibatkan para awak media, khalayak pembaca, pasar, dan negara apabila
tambah produksi berita akan sangat ditentukan oleh kemampuan berita tersebut
dimana televisi telah disokong, karena televisi sendiri merupakan cerminan dari
ekonomi politik Vincent Mosco (1996) merupakan salah satu entry point,
disamping strukturasi dan spasialisasi (terdapat tiga proses masuk / three entry
yang didasarkan pada kemampuan memenuhi kebutuhan menjadi nilai tukar (nilai
28
yang didasarkan pasar)”. Sementara strukturasi (strukturation), adalah proses
dimana struktur-struktur satu sama lain saling diangkat oleh agensi. Dan
dibedakan dalam pengertian sempit dan luas. Dalam pengertian sempit berarti
kehidupan sosial.
products whose value is determined by their ability to meet individual and social
needs into products whose value is set by what they can bring in the
menjadi relasi ekonomi. Dengan demikian maka kemudian bisa dikatakan bahwa
komodifikasi isi media berarti mengubah pesan menjadi produk yang dapat
29
comodity, the sale of audiences to advertisers, the collection and sale of personal
oleh perusahaan negara juga dapat kita temukan wujudnya dalam dunia
pertelevisian Indonesia yang pada awalnya hanya dimonopoli oleh TVRI, kini
sudah menjadi arena kompetisi lebih dari 10 stasiun televisi swasta dan
pemerintah.
30
dalam pasar sebagai tolak ukur utama untuk menilai penampilan seluruh lembaga
melalui teknologi yang ada menuju sistem interpretasi manusia yang penuh makna
hingga menjadi pesan yang marketable. Alhasil akan terjadi keseragaman bentuk
merupakan komoditi penting untuk media media massa dalam mendapatkan iklan
sebenarnya, tapi juga distribusi. Pemanfaatan tenaga dan pikiran mereka secara
31
menyenangkannya jika bekerja dalam sebuah institusi media massa, walaupun
untuk dimiliki oleh media. Sehingga tidak sulit dipahami jika kemudian media
penanam modal di dalamnya. Dengan masuknya modal, segala produk dan simbol
budaya untuk konsumsi massa (Ibrahim, 2000: 149). Oleh karena itu, Terry Lovell
cultural production might be Marx’s own categories for the analysis of capitalist
manfaatnya tapi pada jumlah jam kerja yang telah digunakan untuk
semua hal sebagai komoditas. Tidak hanya cinta, tidak hanya kesetiaan, tidak
32
hanya impian, bahkan tubuh, kecantikan, seni, musik dan suara pun telah menjadi
perusahaan media memang menjadi tidak berbeda dengan sebuah industri sepatu
yang tidak punya idealisme untuk mengabdi pada kepentingan publik namun
hanya berpikir bagaimana memproduksi sepatu yang disukai konsumen dan laku
dijual.
berbagai program tayangan informasi dan hiburan lewat media televisi, namun
Putra, 2001). Hal tersebut terjadi karena berbagai informasi yang dihadirkan
media. Sehingga produk informasi di media sudah melewati apa yang disebut
trivialisasi yang menjadi salah satu “resep” media dalam meramu sajian acaranya
distribusi dan konsumsi, serta bagaimana pada titik tertentu media membangun
33
secara langsung maupun tidak dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam
kebudayaan karena adanya ‘global media’. Media dengan kekuatan dan peluang
yang dimiliki akan melihat setiap celah yang menguntungkan bagi industri layak
menjadi komoditas. Program Bedah Rumah dan juga program lain sejenis
luas. Kemiskinan yang membuat banyak penonton menangis dan terharu adalah
3. Kemiskinan
a. Pengertian Kemiskinan
dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002:3). Kemiskinan
merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan
minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan
(poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah
sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar
kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-
transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos, 2002:4).
34
Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang
(a) modal produktif atau asset (tanah, perumahan, alat produksi, kesehatan),
(c) organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai
(f) informasi yang berguna untuk kemajuan hidup (Friedman dalam Suharto,
dkk.,2004:6).
b. Dimensi Kemiskinan
diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak
dan papan).
35
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
7. Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan
terpencil).
36
kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang sebabkan oleh hakekat dan
kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain
akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan
sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap
miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan
dari berbagai aspek, sosial, ekonomi, psikologi dan politik. Aspek sosial terutama
akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar
terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa terisolir. Sedangkan,
dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan
37
Menurut SMERU (2001) Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga
pengertian yaitu :
1. Kemiskinan absolut
2. Kemiskinan relatif
Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis
sekitarnya.
3. Kemiskinan kultural.
c. Anomali Kemiskinan
orang ingin menjadi orang kaya, namun justru banyak orang berebut untuk
menjadi miskin. Bukan hanya orang yang memang tadinya sudah miskin ingin
tetap dikatakan miskin, namun orang-orang yang kaya pun mulai memperebutkan
status sebagai orang miskin dikarenakan status miskin identik dengan “subsidi”
atau “kompensasi” . Akibatnya, yang miskin akan tetap miskin dan yang kaya
38
Contoh sederhana untuk menggambarkan kontradiksi di atas adalah
penopang ekonomi masyarakat agar tidak jatuh dalam kubang kemiskinan akibat
kenaikan harga BBM. Namun realitasnya, banyak orang dengan status orang
miskin baru muncul dan menuntut pembagian dana BLT. Orang yang tadinya
turut mencicipi uang subsidi. Status miskin kini mengalami perubahan makna,
yang tadinya merupakan sebuah aib menjadi status yang dibanggakan. Orang-
muncul secara tiba-tiba, namun ikut didorong oleh bagaimana negara mengelola
kemiskinan warganya.
akar rumput (grass root). Republik ini bahkan pernah harus mengaku miskin demi
mendapat pinjaman dari IMF. Tersungkur dalam cap “kesulitan ekonomi” untuk
Perilaku ini selain bersifat individualis juga turut diakibatkan oleh cara
negara dalam mengurus rakyatnya. Selama ini negara dalam mengurus orang
miskin kebanyakan memakai paradigma bagi-bagi uang dan terkesan instan dan
berorientasi uang. Sehingga ketika berbicara tentang uang, maka status atau
39
kategori tidak menjadi relevan lagi. Menjadi wajar ketika orang kaya juga
mencoba merebut jatah subsidi bagi rakyat tidak mampu, karena ada faktor uang
yang dibutuhkan oleh setiap kalangan baik miskin atau pun kaya. Tidak perduli
apa pun statusnya, bantuan yang bersifat bagi-bagi uang akan menjadi ladang
Kritikan terhadap acara televisi saat ini adalah tidak adanya siaran yang
mendidik. Mulai dari sinetron hingga reality show, sedikit yang memberikan nilai
miskin lain yang membuat mereka tidak produktif dan akhirnya bisa mengalami
stress karena pengharapan yang tak kunjung datang tersebut. Menikmati siaran
yang mengangkat kemiskinan mungkin baik jika hasilnya adalah tumbuh empati
Namun jika tidak, tentu tetap tidak perubahaan pada bangsa ini. Kemiskinan
kurang pantas dijadikan komoditas mencari keuntungan. Dan menjadi tidak pantas
jika hanya sekedar menikmati tanpa timbul rasa empati atau keinginan untuk
menolong sesama.
40
heterogen (Soemandoyo, 1999). Televisi merupakan sebuah kotak ajaib yang
seakan telah menyatu dalam keseharian umat manusia di sunia. Istilah televisi
terdiri dari perkataan “tele” yang berarti jauh dan “visi” atau vision (penglihatan)
yang berasal dari kata videre berarti melihat (Uchjana, 1993). Media televisi lahir
obsesi manusia untuk mengatasi ruang, jarak dan waktu yang menjadi landasan
disadari oleh masyarakat jauh sebelum media itu sendiri berkembang pesat seperti
saat ini. Saat ini media massa telah mampu menghadirkan dirinya sebagai satu
wacana utama yng turut mempengaruhi dinamika sosial, politik dan budaya di
tingkat lokal maupun global. Melalui berbagai programnya media massa telah
menjadi alat transfer nilai dari suatu sistem sosial ke sistem sosial yang lain.
produsen dengan konsumennya. Media massa juga telah menjadi mediator penting
antara negara dengan rakyatnya. Sehingga jelas sudah bahwa media memang
tidak hanya menjalankan fungsi sosial namun juga fungsi ekonomis dan bahkan
politis ideologis. Oleh karena itu tidak berlebihan kemudian jika Golding dan
pendekatan politik.
sebuah institusi sosial yang mengemban tugas utama untuk melayani kepentingan
41
publik (pyblic servant). Dalam perkembangannya kemudian, institusi media
berubah fungsi, tidak lagi semata-mata menjadi sebuah institusi sosial namun juga
sebagai bagian dari sistem ekonomi. Karena, bisnis media massa adalah sebuah
industri yang padat modal. Tingginya modal yang harus disediakan ketika
menjalankan bisnis ini dengan mudah bisa dilihat pada modal awal dan asset
paling tidak berkisar antara setengah hingga satu miliyar, sedangkan untuk PH
5. Reality Show
masyarakat sangat kuat, khususnya orang haus akan informasi dan televisi
merupakan cara yang paling mudah untuk dicerna, karena tidak perlu memiliki
intelektualitas tinggi atau daya nalar terlalu tinggi. Untuk itu hadirlah berbagai
tayangan informasi yang berupa berbagai bentuk hiburan, salah satu hiburan
42
Masalah yang kemudian muncul adalah masalah etika ketika berbagai
bentuk ekspresi spontan dijadikan ciri khas dan sebuah komoditi bagi seluruh
program acara hiburan yang bertajuk Reality Show. Reality Show adalah tayangan
terkendali, di luar dugaan, yang bisa merangsang syaraf keharuan, syaraf tawa
Dalam analisis isi media kualitatif ini semua jenis data atau dokumen yang
dianalisis lebih cenderung disebut dengan istilah “text” apa pun bentuknya
gambar, tanda (sign), simbol, gambar bergerak (moving image), dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, dengan menggunakan analisis isi kualitatif akan diteliti
keseluruhan isi tayangan reality show “Bedah Rumah” meliputi isi konsep
tayangan dan bagaimana membaca teks visual dengan analisis isi kualitatif. Teks
Untuk mengkaji makna dari tanda-tanda yang terangkum dalam grafis dan
gambar dalam sebuah program televisi dapat dilihat dari teknik pengambilan
43
Penanda Petanda
Ukuran Pengambilan Gambar
(Shot Size)
• Big Close – up Emosi, peristiwa penting, drama
• Close Up Keintiman
• Medium Shot Hubungan personal dengan subjek
• Long Shot Konteks, jarak public
• Full Shot Hubungan sosial
Jenis Lensa
• Wide Angel Dramatis
• Normal Keseharian, normalitas
• Tele Dramatis, keintiman, kerahasiaan
Komposisi
• Simetris Tenang, stabil, religiusitas
• Asimetris Keseharian, alamiah
• Statis Ketiadaan konflik
• Dinamis Disonrientasi, gangguan
Focus
• Selective focus Menarik perhatian penonton
• Soft focus Romantika, nostalgia
• Deep focus Semua elemen adalah penting ‘lihatlah
semua’
Pencahayaan
• High key Kebahagiaan
• Low key Kesedihan
• High contrast Teaterikal, dramatis
• Low contrast Realitas, dokumenter
Kode sinematik
• Zoom in Observasi
• Zoom out Konteks
• Pan (ke kiri atau ke kanan) Mengikuti, mengamati
• Tilt (ke atas atau ke bawah) Mengikuti, mengamati
• Fade in Mulai/awal
• Fade out Selesai/akhir
Jarak waktu, hubungan antar adegan
44
• Dissolve Kesimpulan yang menghentak
• Wove Film tua
• Iris out Kesamaan waktu, perhatian
• Cut Evaluasi, apresiasi keindahan
• Slow motion
45
benda.
Extreme Close UP, yaitu pengambilan sangat dekat
ECU sekali, sampai pori-pori kulitpun dapat kelihatan.
Fungsinya untuk memperlihatkan detil suatu objek.
Medium Close UP atau Medium Close Shoot,
seringkali disebut chest shoot atau bust shoot
MCU atau MCS memperlihatkan kepala dan bahu sampai ke dada
bagian atas. Untuk benda akan terlihat bagian penuh
benda tersebut atau bagian dari sebuah bangunan.
Medium Shoot; seringkali dikenal istilah “waist”
(pinggang) shoot, memperlihatkan kepala sampai
MS
pinggang seseorang atau seluruh bagian sebuah
benda atau sebagian besar sebuah bangunan.
Medium Long Shoot; sering kali dikenal dengan
MLS istilah “knee” sampai lutut atau gambar sebagian
besar kelompok bangunan.
Long Shoot atau Wide Shoot atau “wide angle”
memperlihatkan ¾ badan seseorang dengan latar
LS atau WS atau WA belakang yang luas atau seluruh badannya bila berdiri
sendiri pemandangan alam luas atau bagian dalam
bangunan secara penuh
Very Long Shoot atau Very Wide Angle jarang
VLS atau VWA dipakai di studio karena studio tidak cukup luas
untuk menampilkan luasnya pemandangan.
Over Sholder Shoot; sering dipakai untuk mengambil
dua orang yang sedang bercakap-cakap.
OSS
Pengambilannya lewat pundak seseorang
membelakangi kamera.
Heigh Angle : sudut pengambilan dari suatu objek
sehingga kesan objekjadi mengecil, dan kesan
HA
pengambilan ini mengandung unsur dramatis yaitu
“kerdil”.
Low Angle : sudut pengambilan dari arah bawah
sehingga kesan objek jadi membesar, sama seperti
LA
high angle posisi ini juga terkesan dramatis untuk
menunjukkan keagungan
Eye Level : sudut pengambilan gambar sejajar
EL
dengan mata.
Sumber : Cheppy@upi.edu
46
C. Kerangka Pikir
Tayangan
Reality Show
Bedah Rumah
Analisis Isi
Media
Interpretasi Teks
Resepsi
Penonton
Iklan adalah “media” pemilik produk yang diciptakan oleh biro iklan,
47
untuk meningkatkan rating, dimana tayangan televisi membutuhkan iklan yang
pada kenyataannya iklan adalah sebuah investasi yang membutuhkan modal besar.
Sebagai industri, apa yang muncul dalam setiap tayangan program televisi
selalu berhitung dengan kalkulasi ekonomi yang berujung pada hasil, untung/rugi.
mendominasi program acara televisi di negeri ini. Tema kemiskinan menjadi tema
komodifikasi bagi pengelola media yang mampu menarik perhatian biro iklan.
Tak terkecuali program reality show “Bedah Rumah” yang dalam realitas media
dengan kekuatan dan peluang yang dimiliki akan melihat setiap celah yang
menginterpretasi teks yang ada dalam reality show Bedah Rumah melalui
pendekatan analisis isi kualitatif, setelah itu peneliti juga mencoba ununtuk
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
yang menghasilkan data deskriptif, yang diarahkan pada latar dan individu secara
disepakati oleh peneliti dan subyek yang diteliti (dalam Moleong, 1996:26).
B. Jenis Penelitian
49
Sementara jika dilihat dari jenis penelitian, kajian ini termasuk Analisis isi
termuat dalam teks-teks umum dan bermedia. Selain itu adalah teknik sistematik
untuk menganalisis pesan dan mengolah pesan, adalah suatu alat untuk
komunikator yang dipilih (dalam Tobroni, 2001:71). Akan tetapi, para peneliti
lainnya.
Analisis isi merupakan metode analisis yang integratif dan lebih secara
Dokumen dalam analisis isi kualitatif ini merupakan wujud dari representasi
dianalisa. Selanjutnya, analaisis isi kualitatif ini disebut juga dengan ECA
C. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah acara reality show ‘Bedah Rumah’ yang
ditayangkan di stasiun televisi swasta RCTI yaitu edisi Jumat, 22 Mei 2009.
Peneliti memilih edisi ini karena rumah yang dibedah menurut peneliti sangat
mencerminkan kemiskinan absolut yaitu dilihat dari kondisi rumah yang tidak
layak huni dan kehidupan yang memprihatinkan. Selain itu pemilihan episode
50
tersebut semata didasarkan pada pertimbangan kebutuhan aka nisi atau muatan
D. Lokasi Penelitian
Discussion (FGD)
tayangan reality show yang ditayangkan di stasiun televisi RCTI yaitu “Bedah
Data sekunder peneliti adalah data-data yang diperoleh dari hasil Focus
Group Discussion (FGD) dari terhadap informan yang relevan dengan penelitian.
F. Unit Analisa
atau kombinasinya dalam tayangan reality show “Bedah Rumah” periode 22 Mei
2009.
a. Dokumentasi
51
Peneliti mendokumentasikan Acara Reality Show Bedah Rumah dalam
bentuk CD (compact disk) yang isinya adalah hasil rekaman dari tayangan
Bedah Rumah edisi Jumat, 22 Mei 2009. Maksudnya, agar peneliti mendapat
tempat dimana makna suatu teks media itu berada. Analisis kuantitatif
menekankan pada makna tetap dari teks media yang bisa diidentifikasi secara
antara data dan konsep pada dasarnya bersifat terbuka. Konsep disusun guna
baru. Model analisis isi juga mensyaratkan kriteria teoritis dari sampling yang
tertentu karena kasus tersebut mewakili fenomena yang hendak dikaji lebih
52
Beberapa ahli telah memakai model analisis interpretatif ini untuk
mengkaji isi media baik cetak maupun audio visual (televisi) sebagaimana
para pengungsi Vietnam di dalam pers Australia. Weber dan Laux (1985)
pada penelitian kualitatif. Teknik ini dimaksud untuk memperoleh data dari
salah dari seorang peneliti terhadap masalah yang sedang diteliti. Sejauh itu
53
pula teknik ini digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap makna-makna
akan detail yang sulit dihasilkan dari metode lain. Selain itu FGD juga
54
b. Termasuk golongan masyarakat menengah ke atas.
Pendidikan terakhir : SD
Nama : Yanti
55
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama : Tutik Djumiati
Pekerjaan : PNS
Nama : Sari
56
Tempat / tanggal : Yogyakarta, 13 Juni 1955
Pekerjaan : Wiraswasta
d. Kepustakaan
penelitian.
interpretasi terhadap isi dalam tayangan reality show “Bedah Rumah”. Dimana
kemiskinan.
kemiskinan.
57
2. Mulai mengenal atau terlibat dengan proses dan konteks dari sumber
informasi
dokumen.
Rumah.
lebih halus.
58
Dalam melakukan pengkodingan peneliti melakukan seleksi ulang,
telah diperoleh.
contoh deskriptif.
proses berlangsung.
59
Peneliti melakukan analisis data dengan membaca semua catatan
10. Melakukan komparasi dan kontras hal-hal yang ekstrem dan pemilihan
teks.
11. Melakukan kombinasi antar semua data dan contoh-contoh kasus yang
dan analysis.
dengan hasil analisis data peneliti yaitu berupa kategorisasi dari data
konsep-konsep kunci dan draft atau format yang berbeda atau lain.
60
bentuk-bentuk komodifikasi pada tayangan reality show “Bedah
Rumah”
Sampling ini dikenal juga sebagai interval sampling yang diambil karena
55). Seperti dikemukakan Miles dan Huberman (1992 : 47) dan Patton (2002 :
peluang sama untuk dipilih sebagai sampel. Namun dalam penelitian kualitatif
J. Validitas Data
61
pembuktian pada kenyataan ganda yang sedang diteliti (Moeleong, 2001 : 173-
terhadap penelitian ini. Sehingga penelitian ini bukan dijadikan kajian akhir
tapi sebagai awal dari sebuah metode dan perspektif tertentu untuk selalu
62
BAB IV
tersedianya alternatif informasi dan hiburan bagi konsumennya. Oleh sebab itu,
televisi swasta yang ada di Indonesia menghadirkan beragam acara untuk menarik
reality show dan charity show. Salah satu program tayangan televisi yang sedang
swasta yakni stasiun televisi RCTI setiap hari kamis sampai minggu pukul 16.30
WIB. Konsep acara ini yaitu bertujuan merenovasi rumah yang tak layak huni
menjadi layak huni hanya dalam waktu 12 jam saja. Selain dipandu Ratna Listy
sebagai host acara, acara ini juga menampilkan bintang tamu yaitu artis yang
Acara reality show ini sudah ada sejak tahun 2005 sudah mencapai rating
tertinggi dan sampai sekarang menurut indorating bulan Agustus 2010 masih
menduduki peringkat pertama acara reality show televisi yaitu mencapai 4,67 %
di seluruh acara televisi swasta. Sedangkan survei yang dilakukan oleh Nielsen
63
Media Research (NMR) di Indonesia pada pertengahan tahun 2005 tercatat reality
show yang memiliki rating tertinggi adalah reality show Bedah Rumah disusul
KERABAT KERJA
Eko Nugroho
Kreatif : Yanto
Administrasi : Yuni
Melia
64
Legal : Sarah Dilla
Luhur
Yanto Gemblong
Agus Keong
Teknisi : Yanto
Rudi Black
Adi
Bomad
65
C. SEKILAS TENTANG BEDAH RUMAH EDISI JUMAT 22 MEI 2009
Pada Bedah Rumah edisi Jumat 22 Mei 2009, menampilkan artis dan model
Tiara Smith mendatangi keluarga nenek Sami. Seorang nenek tua yang berprofesi
sebagai pemulung dan pembuat sapu lidi. Nenek Sami tinggal bersama Santi, cucu
tempat dia bekerja untuk mencari barang-barang rongsokan sampai akhirnya tiba
di rumah nenek Sami. Sampai di rumah nenek Sami, Tiara disambut oleh Santi,
beberapa saat kemudian nenek Sami juga ikut keluar menemui Tiara. Selain sudah
berusia lanjut, nenek Sami juga sudah mulai berkurang dalam pendengarannya.
dalam rumah.
Tiara melihat-lihat kondisi rumah yang ditinggali oleh nenek Sami dan
cucunya mulai dari ruang tamu, kamar tidur, dapur dan sumur. Setelah melihat
sebagainya. Sampai pada akhirnya Tiara meminta ijin untuk tinggal beberapa hari
Pada hari kedua, Tiara mulai ikut membantu dan ikut terlibat dalam setiap
aktivitas yang dilakukan oleh nenek Sami. Ketika nenek Sami membuat sapu lidi,
Tiara berusaha ikut membantu dan menunjukkan kepada pemirsa betapa tidak
mudahnya membuat sapu lidi. Ketika nenek Sami pergi “mulung”, Tiara pun ikut
66
membantu nenek Sami untuk memulung barang-barang bekas di tempat
pembuangan sampah. Bahkan ketika nenek Sami mencuci kakinya di got, Tiara
pun ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nenek Sami, sampai akhirnya sandal
yang tiara pakai terlepas dan hanyut terbawa air. Pada malam harinya ketika
nenek Sami dan cucunya tertidur pulas, Tiara gelisah dan tidak bisa tidur. Selain
karena tempat tidurnya sempit dan keras, Tiara juga banyak digigit oleh nyamuk.
Pada hari ketiga, Tiara menemani nenek Sami untuk mengambil dana BLT.
Tak lama setelah itu nenek beserta keluarga dikejutkan dengan berita
Setelah itu, Tiara mengajak nenek Sami dan cucunya pergi ke salon untuk
yang bisa didapatkan di salon kecantikan. Setelah dari salon mereka pergi ke
sebuah hotel untuk istirahat, ditempatkan di sebuah kamar yang berstandar VIP
dan menikmati makan malam di hotel. Ketika berada di hotel, nenek Sami sempat
Di tempat yang lain, tim bedah rumah sudah mulai merenovasi rumah nenek
sami agar menjadi rumah yang layak huni. Sampai pada malam hari, keluarga
nenek Sami pulang ke rumah dan disambut oleh presenter tim Bedah Rumah
Ratna Listy beserta warga sekitar. Dan akhirnya tirai pun dibuka.
67
D. ANALISIS DAN REPRESENTASI DATA
Terdapat tiga konsep kunci dalam pendekatan ekonomi politik media massa.
sebagai sebuah perubahan nilai fungsi atau guna menjadi sebuah nilai tukar. Dan
sekarang ini telah sangat banyak sekali bentuk komodifikasi yang muncul dalam
68
Konsep Komodifikasi Media oleh Vincent Mosco (1996) pada tayangan
yang pada akhirnya tema kemiskinan menjadi content media (Komodifikasi isi
media). Komodifikasi isi media berarti mengubah pesan menjadi produk yang
dapat dipasarkan.
2. Pengertian komodifikasi Isi / Content dari sebuah isi media sendiri adalah
manusia yang penuh makna hingga menjadi pesan yang marketable. Alhasil
akan terjadi keseragaman bentuk dan isi media untuk dapat menarik perhatian
agar benar-benar menjadi kesukaan publik meski hal itu bukanlah fakta dan
kebutuhan publik. Inilah yang menjadi ciri dari ideology industry media
berhasil maka para advertiser akan tertarik untuk membeli waktu jeda dalam
69
mendapatkan iklan dan pemasukan. Media dapat menciptakan khalayaknya
biasanya menjual audiens dalam bentuk rating atau share kepada advertiser
bagi keluarga. Dan tentu saja tetap memiliki banyak unsur, bukan hanya
audiens.
diinginkan oleh audiens. Dan akan selalu mendapat perhatian yang tinggi
dari audiens.
70
Acara Bedah Rumah menjadi program acara favorit oleh anggota
keluarga dan telah mendapat angka rating yang cukup tinggi. Hal ini
Audiens sama dengan komoditas. Dalam hal ini tentu saja audiens
tahu jika rating tinggi maka jumlah penontonnya termasuk tinggi dan para
18 menit atau memiliki iklan sebanyak 28 % dari seluruh jam tayang yang
berdurasi 50 menit.
struktur plot atau shot-shot yang ada dalam video acara “Bedah Rumah” edisi
Jum’at 22 Mei 2009 dapat berdiri dalam satu kerangka besar yang
tersebut hadir secara dominan dalam bagian-bagian video berupa visual maupun
audio.
71
Bagian-bagian tersebut dapat teruraikan dalam penggalan scene atau shot-
shot yang pada dasarnya dapat dikategorikan dalam tiga bagian yakni bagian
pembuka, isi dan penutup. Pertama, bagian pembuka atau awalan berisi shot yang
Narasi utama dalam bagian – bagian awal audio visual ini adalah tentang
sebuah bentuk kemiskinan atau lebih tepatnya permasalahan sebagian orang yang
terbangun dalam video ini adalah sebuah keluarga miskin yang terdiri seorang
nenek beserta anak dan cucunya yang yang keadaannya sangat memprihatinkan.
Kedua, bagian isi atau tujuan utama dari adanya acara reality show “Bedah
Rumah. Terdiri dari bagian-bagian shot, bagian ini dalam pandangan peneliti
menyedihkan hadir sebuah pemaknaan akan sebuah realitas media. Realitas media
sebagian masyarakat akan arti penting dan kekuatan media dalam membangun
kendali atas berbagai citra menjadikan apa yang disebut sebagai “realitas media”
kadang disalah-artikan sebagai “realitas sosial”. Dari hal tersebut peneliti melihat
72
Ketiga, bagian penutup. Dalam bagian terakhir acara ini ada semacam
penekanan fokus pada kehebatan acara reality show “Bedah Rumah” yang mampu
menyulap rumah tak layak huni menjadi layak huni hanya dalam waktu 12 jam
saja. Hal tersebut bisa diamati bila dikaitkan dengan penggunaan tanda-tanda
bahwa kenikmatan dan khayalan yang mungkin belum pernah dialami bisa
terwujud jika dengan adanya tim bedah rumah dimana acara tersebut tentu tidak
Dari penelaahan ketiga bagian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa acara
reality show “Bedah Rumah” edisi Jumat 22 Mei 2009 disini membentuk bingkai
makna komodifikasi isi media dengan tema kemiskinan yang menghadirkan unsur
Bahwa orang yang miskin bisa memperoleh sebuah kenikmatan hidup yang ia
inginkan lewat sebuah kesempatan yang diberikan oleh acara reality show
“Bedah Rumah”.
show Bedah Rumah ini diperoleh setelah melakukan analisis isi kualitatif terhadap
22 Mei 2009 diperoleh melalui You Tube. Sampel ini merupakan salah satu dari
73
episode ini semata didasarkan pada pertimbangan kebutuhan akan isi atau muatan
kemudian jika diperlukan akan didukung oleh hasil dari proses FGD .
yang akan diteliti maka rekaman video Bedah Rumah selanjutnya ditransfer
kedalam format Flash Video File (.flv) menjadi empat bagian. Gambar yang telah
keperluan analisis atau deskripsi detail tayangan acara reality show Bedah Rumah.
Dokumen gambar yang didapat dari proses editing maupun rekaman keseluruhan
rumah.
Berikut ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti atas
tayangan Bedah Rumah episode 22 Mei 2009, yaitu berupa analisis isi terhadap
beberapa cuplikan gambar yang telah dipilih dalam tayangan tersebut yang
74
cuplikan gambar yang dipilih oleh peneliti sebanyak 13 shot yang terdiri dari 20
tampak depan, shot II menampilkan gambar tempat mandi nenek Sami yang
kumuh, shot III terdiri dari 3 gambar yaitu menampilkan pemandangan dapur
yang kotor, atap yang bocor dan lantai yang masih tanah. Shot IV menampilkan
gambar nenek Sami dan cucunya yang sedang menangis, shot V menampilkan
menggambarkan kegiatan membuat sapu lidi oleh nenek Sami, cucu dan Tiara
Smith.
shot VIII menampilkan gambar Tiara Smith yang ikut menginap dan tidur
seranjang dengan nenek Sami, shot IX menampilkan gambar keluarga Sami yang
pengambilan BLT, shot XII menampilkan gambar nenek Sami yang berpelukan
dengan Tiara, shot XIII menampilkan gambar suasana di depan rumah saat rumah
selesai dibedah, shot XIV terdiri dari 4 gambar yaitu gambar saat rumah depan,
75
pemulung dan juga pembuat sapu lidi.
Lalu sanggupkah artis kita Tiara Smith
mampu menyelami kehidupan nenek
sami ? Kita lihat Bedah Rumah episode
kali ini.
LS Kondisi tempat mandi keluarga Tiara : " Kamar mandinya kok kebuka
Sami yang berada di luar rumah. gini apa ga takut dilihatin orang ?
Tiara Smith tidak jadi mandi Kenapa kebuka ? Ntar kalau
karena tempatnya yang terlalu dilihatin orang gimana ?
terbuka Sami : "Gada yang lihat. pake aja kain "
Tiara : "Trus nenek misalnya sendiri
kalau ambil air suka sendiri?,
masih kuat ?
Sami : " Jam 12 malem juga sering ke
sumur.
Tiara : " Kenapa atuh ga dibenerin ?
ditutup."
Sami : " Ga dibenerin, emang belum ada
alatnya.
MS Suasana dapur keluarga Sami Atap ini yang tidak layak adalah genteng
tua yang telah bocor dan tak pantas.
EC Genteng dari dalam rumah Terasa sangat sedih dan miris melihat apa
yang terjadi jika hujan datang. Begitu
EC Lantai dalam rumah pula lantai yang tanah,debu, kotor dan
pengap.
CU Santi, cucu nenek Sami Tiara : " ini mah berat ini yah? ini mah
menceritakan kisah hidupnya lebih dari satu kilo yah ?
kepada Tiara Smith Santi : "tapi ini murah."
Tiara : " ini kalau dijual sama ke tempat
yang tadi ?
Santi : “Iya sama. Ya Allah..sedih
mak...sedih. sedih mak kerjaannya
kaya gini, sedih mak, sedih...
sedih mak orang ga punya
ditanya-tanya, malu...malu mak.”
LS Dihari pertama pada siang hari Tiara : " terus teh santi,kalau misalkan
kegiatan membuat sapu lidi di bisa dapat biaya sehari-hari itu dari
76
belakang rumah jualan sapu lidi itu ?
Santi :"ga sapu lidi aja kadang-kadang
suka mulung juga.
Tiara : "nenek mulung juga ?"
Sami : " besok mulung."
LS Dihari kedua pada siang hari Nenek sami hanyalah seorang pemulung
kegiatan memulung sampah yang sehari-harinya hanyalah berkutat
dengan samah yang kotor, bau dan juga
jorok. sampah-sampah yang menggunung
ini adalah teman sejati nenek stiap hari.
aku heran apa nenek ga sesak yah
napasnya ataupun sakit. Jujur ini bau
banget, perutku mual.
Namun semua kekotoran yang ada seakan
terhapus oleh kebiluan nenek. aku yang
melihat nenek semangat untuk
mengambil sampah-sampah itu seakan
gak perduli walaupun bau dan kotor.
nenek tetap bersemangat untuk mencari
sampah-sampah itu. semangatku jadi
timbul lagi. nenek gak pernah kenal lelah
tetap harus semangat.naku malu sama
nenek. aku yang masih mudah sudah gak
kuat. Tapi nenek di usia yang 75 tahun
seperti ini masih kuat setiap hari kaya
gini.
FS Suasana di malam pertama Tiara Malam ini nenek begitu sedih. melihat
menginap di rumah nenek Sami wajah nenek juga sangat mengenaskan
dan sangat mengharukan. Aku ga ngerti
apa yang ada dipikiran nenek. Sudah
puluhan tahun, nenek dan cucunya hidup
dalam ketiadaan seperti ini, kasihan, tapi
nenek tetap tegar.
77
beserta keluarga diajak ke
sebuah hotel berbintang.
CU Pijat Refleksi
FS Suasana sejenak setelah tirai impian nenek akan hunian yang layak
dibuka sebentar lagi akan terwujud, saya dan tim
bedah rumah telah menyiapkan kejutan
untuk keluarga nenek sami. sesaat setelah
layar dibelakang saya terbuka, impian,
harapan dan semangat yang baru akan
hadir. seperti apa ekspresi dari keluarga
ini dalam menyambut hari yang
bersejarah ini, kita akan lihat sama-sama.
Keterangan :
CU : Close Up
FS : Full Shot
MS : Medium Shot
78
EC : Extreme Close
LS : Long Shot
Shot 1 :
acara. Dalam shot ini dihadirkan pemandangan sebuah rumah di pedesaan yang
tampak dari luar bisa dianggap rumah yang sangat sederhana. Disebut termasuk
berada di daerah pedesaan melihat konstruksi setting yang ditampilkan, antara lain
halaman sekitar rumah yang masih ditumbuhi tanaman liar yang tidak terawat,
jalan yang masih berupa tanah dan letak rumah yang saling berjauhan satu sama
lain. Secara umum rumah yang sangat sederhana diartikan sebagai “papan” atau
tempat tinggal yang apa adanya dan atau rumah yang terbuat dari bahan seadanya
yang bisa digunakan untuk melindungi diri dari panas dan hujan.
Dalam shot ini, ukuran pengambilan gambar (shot size) yang digunakan
adalah Long Shot (LS) kode sinematik zoom out dengan memperlihatkan latar
79
secara keseluruhan dalam dimensi dan perbandingannya. Sebagai suatu proses
penandaan, setting yang terlihat di gambar ini dilihat dalam satu pertalian dengan
tanda dalam kategori rumah miskin. Dalam sudut pandang peneliti, penggunaan
Long Shot (LS) dan zoom out dalam gambar ini kemudian memunculkan makna
status social.
menghadirkan pemaknaan bahwa rumah yang ditampilkan dalam shot ini tidak
sekedar sebagai rumah yang berada di pedesaan tapi juga sebagai rumah yang
miskin dengan kondisi yang memprihatinkan. Selain itu, shot (rumah) disini juga
dapat ditempatkan dalam sebuah penataan bertingkat dengan rumah mewah yang
oleh shot size adalah deep focus atau konteks jarak public artinya isi dari semua
disampaikan media melalui cuplikan gambar ini dapat mencerminkan dari suatu
80
Shot 2 :
tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya yaitu kesehatan,
sanitasi dan air bersih. Keluarga miskin adalah dengan akses yang serba minim,
termasuk ruang hunian atau tempat tinggal yang tidak layak, tidak memenuhi
derajat kesehatan, dan terkesan apa adanya (Evers & Korff, 2002).
Dialog
Tiara : " Kamar mandinya kok kebuka gini apa ga takut dilihatin orang ?
Sami : "Gada yang lihat. pake aja kain "
Tiara : "Trus nenek misalnya sendiri kalau ambil air suka sendiri?, masih
kuat ?
Sami : " Jam 12 malem juga sering ke sumur.
Tiara : " Kenapa atuh ga dibenerin ? ditutup."
Sami : " Ga dibenerin, emang belum ada alatnya.
Sami yang pasrah dan tidak peduli dengan keamanan dan kebersihan lingkungan
sekitar. Dengan fasilitas yang seadanya yaitu sumur yang sudah tua, ember dan
tempat penampungan air bekas, serta penutup kamar mandi yang tidak layak
81
seperti yang tergambar diatas, tidak hanya mengarahkan pemaknaan sebagai
sebuah tempat mandi yang kumuh saja tapi lebih dari itu memperkuat sebuah
makna kualitas status ekonomi dan social kebawah yang juga hadir dalam shot
sebelumnya.
Shot 3:
Penekanan terletak pada dapur, atap dan tanah yang diambil dengan extreme close
up. Sebagai sebuah signifikasi atau penandaan, ketiga gambar tersebut secara
82
merupakan ciri orang miskin atau orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan non
makanan.
Pada tataran interpretative, kehadiran tanda ini hanya dimiliki oleh orang
yang berada pada sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar
kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis
kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk
dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari
pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos,
2002:4).
menimbulkan rasa simpati audiens. Hal ini didukung dengan adanya narasi
berikut :
“Atap ini yang tidak layak adalah genteng tua yang telah bocor dan tak
pantas. Terasa sangat sedih dan miris melihat apa yang terjadi jika hujan
datang. Begitu pula lantai yang tanah,debu, kotor dan pengap.” (Narasi II)
kemiskinan itu adalah suatu hal yang memang miris sehingga kemiskinan identik
dengan pemaknaan “belas kasihan”. Dalam cuplikan dan narasi di atas menurut
kemiskinan yang mencerminkan rasa iba bagi yang menontonnya dikemas secara
83
segar, menarik dalam sebuah tontonan yang sebenarnya tontonan tersebut adalah
bersifat privat.
Shot 4:
Dalam shot ini, penekanan terletak pada mimik wajah yang diambil
mengesampingkan bagian yang lain agar perhatian tertuju hanya kepada subjek.
Makna yang dapat dihadirkan dari shot pengambilan gambar Shot size Close Up
menandakan adanya suatu keintiman yang dalam pandangan peneliti dapat ditarik
dalam hubungannya dengan respon pemirsa atau penerima pesan untuk dapat
terhanyut dan ikut dalam keintiman tersebut dengan selective focus guna menarik
perhatian penonton.
Dialog
Tiara : " ini mah berat ini yah? ini mah lebih dari satu kilo yah ?
Santi : "tapi ini murah."
Tiara : " ini kalau dijual sama ke tempat yang tadi ?
84
Santi : “Iya sama. Ya Allah..sedih mak...sedih. sedih mak kerjaannya
kaya gini, sedih mak, sedih... sedih mak orang ga punya
ditanya-tanya, malu...malu mak.”
Dialog dan mimik wajah menangis yang ditampilkan pada gambar ini
seseorang yang dalam pandangan peneliti terkait erat dengan masalah kemiskinan.
subyek yaitu tangisan nenek Sami dan cucunya yang termasuk golongan
menggambarkan bahwa mereka golongan miskin yang tidak terlahir bahagia dan
Shot 5:
perasaan dan keluahannya kepada bintang tamu artis Tiara Smith. Full Shot yang
85
bagi audiens. Suasana tersebut adalah sebuah emosi atau drama menyedihkan dan
Pada shot ini juga ikut menampilkan ekspresi tangisan Tiara. Mengenai
tampilnya ekspresi Tiara yang ikut menangis memunculkan karakter simpati atas
penderitaan nenek Sami dan cucunya. Karakter ini akan semakin menarik
perhatian penonton dan menggali keharuan untuk bisa merasakan apa yang
mereka rasakan. Tiara Smith sebagai artis tentunya memiliki kelebihan tersendiri
Shot 6:
Keseharian tampak pada aktivitas pagi nenek Sami dan cucunya yang membuat
sapu lidi dibantu oleh Tiara. Shot ini dipenuhi dengan aktivitas di belakang rumah
(penggambaran belakang rumah dalam shot ini terlihat dari terdapatnya peralatan
86
dapur yang memang berada di luar ruangan serta bahan tanaman untuk membuat
sapu lidi).
Dialog
Tiara : " terus teh santi,kalau misalkan bisa dapat biaya sehari-hari itu
dari jualan sapu lidi itu ?
Santi :"ga sapu lidi aja kadang-kadang suka mulung juga.
Tiara : "nenek mulung juga ?"
Sami : " besok mulung."
kepedulian Tiara sebagai seorang artis untuk ikut merasakan kesulitan yang
dihadapi keluarga nenek Sami. Terlepas dari itu semua keberadaan dari seorang
bintang tamu artis adalah merupakan sebuah peranan dari sebuah scenario media
dalam hal pendukung acara Bedah Rumah sebagai satuan paket strategi untuk
Shot 7:
87
Pada shot Long Shot diatas tampaknya menampilkan sebuah lingkungan
tempat pembuangan sampah sebagai lahan tempat bekerja nenek Sami sehari-hari
sehingga menciptakan suatu asumsi bahwa orang miskin sudah terbiasa berada di
tempat kotor, jorok dan bau. Memulung adalah kegiatan mengumpulkan barang-
barang bekas yang masih bisa sekiranya masih bisa didaur ulang untuk dipakai
kembali. Yaitu suatu pekerjaan yang sebagian besar dilakukan oleh masyarakat
yang berstatus social rendah. Menambah rasa kemirisan audiens ketika yang
ditampilkan pada gambar adalah seorang nenek tua berusia 75 tahun yang
kasar hanya untuk mendapatkan sesuap nasi untuk kelanjutan hidupnya beserta
keluarganya.
Dialog
Santi : sekilo 5rb, kalau sedikit 3 rb.
Tiara Smith : itu yang ngambil nenek sendiri?
Nenek Sami : orang gada yang ngambil, apa aja yang khalal
Keterlibatan Tiara dalam gambar ini yang ikut merasakan hal-hal yang
sebelumnya tidak pernah dia alami sebelumnya yang harus berada di antara
88
benda-benda kotor, mencium bau busuk sampah dan memungut sampah yang
kegiatan yang mencerminkan sikap prososial. Namun dalam hal ini yang terlihat
justru sebuah gambar yang menonjolkan penderitaan lakon yang berasal dari ‘true
story’ kemiskinan warga yang menjadi hidangan utama media. Yaitu bagaimana
media dengan tanpa rasa malu mengumbar kemiskinan dan penderitaan di depan
Shot 8:
yang masih tradisional, dinding yang masih terbuat dari gedhek (anyaman bambu)
dan atap kayu yang menambah kesan kehidupan sederhana yang apa adanya.
89
Pada gambar diatas menceritakan bagaimana menyedihkannya nenek Sami
yang hanya tidur hanya beralaskan dipan tua tanpa kasur. Pada shot ini
ditampilkan juga Tiara yang secara rela menemani nenek Sami dan tidur ditempat
tinggal di rumah itu menjadi gambaran menyedihkan bahwa untuk dapat istirahat
dan tidur dengan nyaman saja sulit untuk dipenuhi. Reaksi dan ekspresi Tiara
tersebut semakin menimbulkan efek iba yang timbul bagi pemirsa yang
menontonnya.
Shot 9 :
terpancar dari keluarga nenek Sami yang menikmati kemewahan hotel yang
belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Kamar yang luas, modern yang penuh
dengan peralatan yang megah, tempat tidur spring bed, pendingin ruangan, kamar
mandi shower menjadi bentuk kenikmatan yang tidak pernah mereka bayangkan
mereka yang akhirnya akan menjadi hal menarik untuk ditonjolkan. Pengambilan
90
gambar menggunakan teknik mengikuti gerakan objek sehingga audiens mampu
untuk dibawa larut dan seolah-olah masuk dalam situasi yang menggembirakan
Ukuran gambar yang digunakan adalah Full Shot (FS) yang menyatakan
hubungan social, sehingga antara audiens dengan keluarga Sami adalah sama.
Artinya bagi audiens yang berstatus social sama yaitu masyarakat menengah
kebawah akan meyakini, bahwa acara ini adalah acara yang memang
diperuntukkan untuk mereka dan akan menimbulkan harapan bahwa suatu saat
akan tiba waktu bagi mereka untuk mendapatkan kesempatan yang sama.
Shot 10 :
91
Pada gambar ini menceritakan aktifitas saat keluarga nenek Sami
salon yaitu berupa pelayanan perawatan rambut seperti creambath dan cuci blow,
kemudian begitu juga pengambilan gambar Close Up pijat refleksi dapat ditarik
dalam hubungan dengan aktifitas relaksasi atau perawatan kulit khusus yang
dalam pandangan peneliti konteks gambar ini menghadirkan makna yang terkait
badan dari kuman dan kotoran) yang biasa dilakukan. Aktifitas ini tentunya tidak
lebih dari itu memperkuat makna kualitas status ekonomi sebagai perawatan
keluarga Sami sebagai wanita kelas sosial ke bawah yang ikut merasakan aktifitas
wanita kelas sosial menengah keatas. Reaksi yang timbul dari sensasi baru itu
tentu saja menjadi sebuah hal yang menarik perhatian, dimana seorang nenek dan
cucu sangat merasa takjub dan senang ketika diberi kemanjaan yang tidak pernah
92
Shot 11
berupa kesempatan yang diberikan oleh tim Bedah Rumah untuk merenovasi
rumah keluarga Sami. Semuanya berawal dari niat Tiara Smith yang mengantar
nenek Sami beserta cucunya untuk mengambil dana BLT. Dana BLT adalah dana
Bantuan Langsung Tunai yang diberikan oleh pemerintah kepada orang yang
berstatus miskin agar tidak jatuh ke lubang kemiskinan akibat kenaikan BBM.
Setelah selesai mengambil dana BLT kemudian secara tak diduga petugas yang
Alhasil secara spontan nenek Sami dan cucunya seketika merasa kaget
kegirangan dan meluapkan kebahagiaan lewat pelukan dan tangisan. Hal ini
Sementara itu untuk menunjukkan betapa besarnya rasa terima kasih kepada tim
Bedah Rumah, ukuran pengambilan gambar menggunakan Full Shot dimana ada
93
Shot 12
tersebut dan sepakat dengan apa yang mereka rasakan. Indikasi komodifikasi pada
gambar diatas adalah berupa ekspresi tangisan bahagia nenek Sami yang tua dan
miskin yang dan tangisan Tiara yang mencerminkan simpati kegembiraan secara
Shot 13:
94
Gambar diatas menggambarkan suasana saat tirai Bedah Rumah telah
dibuka. Ini merupakan moment yang tentu saja menjadi hal yang ditunggu-tunggu
oleh audiens. Saatnya menyaksikan sebuah impian seorang rakyat yang sangat
miskin yang akan segera menjadi kenyataan hanya dalam waktu sehari saja.
audiens akan ikut terlarut dalam ketegangan dan penantian kebahagiaan yang akan
“Impian nenek akan hunian yang layak sebentar lagi akan terwujud, saya
dan tim bedah rumah telah menyiapkan kejutan untuk keluarga nenek
sami. sesaat setelah layar dibelakang saya terbuka, impian, harapan dan
semangat yang baru akan hadir. seperti apa ekspresi dari keluarga ini
dalam menyambut hari yang bersejarah ini, kita akan lihat sama-sama”.
(Narasi V).
menciptakan sebuah teaterikal dan dramatis ditambah lagi ketika shot kerumunan
95
Shot 14:
96
Pada shot 13 terdapat empat jenis gambar yang berbeda namun memiliki
dan setelah dibedah. Perbedaan yang mencolok terlihat dari perbedaan kondisi
rumah keseluruhan yang sangat kontras, tidak hanya terlihat renovasi rumah saja
tetapi juga mencakup seluruh isi rumah yang dipenuhi dengan perabotan baru
Pengambilan gambar Full Shot yang diambil untuk kondisi rumah sebelum
dibedah menggunakan kode sinematik iris out yang mempunyai makna gambar
tua. Ini menginterpretasikan bahwa rumah lama yang hampir tidak layak huni itu
telah menjadi masa lalu dan yang akan menjadi masa depan adalah hasil rumah
yang telah disulap secara ajaib oleh tim Bedah Rumah. Ini tak lain untuk
Dilihat dari sisi lain mengenai manfaat pemberian perabotan yang serba
miskin yang serba hidup dengan peralatan yang sederhana tentu akan mengalami
kesulitan jika secara tiba-tiba harus membiasakan hidup dengan peralatan dan
perabotan rumah tangga yang serba mewah. Perabotan mahal seperti lemari es,
televise, kompor gas dan mesin cuci yang butuh biaya listrik dan biaya tambahan
lainnya justru akan menimbulkan masalah baru yang pengaruhnya akan cepat
dirasakan.
biasa saja mereka sangat terbatas, bagaimana mereka akan memenuhi gaya hidup
97
yang menuntut “serba uang”. Kalau pun mereka diberikan modal fisik, belum
tentu modal tersebut dapat dipastikan berhasil dan dapat menjadi penopang hidup
barunya mengingat pendapatan tiap bulan mereka yang sangat terbatas sebagai
baru, misalnya soal kamar tidur dan kamar mandi. Tidak jarang orang terbiasa
tidur tanpa alas menjadi sangat tersiksa saat harus tidur di atas kasur yang empuk.
Tidak sedikit pula orang yang terbiasa memenuhi kebutuhan fisiologisnya berbaur
dengan alam (di sungai), tidak nyaman harus mandi dan buang hajat di kamar
mandi yang bersih dan tertutup. Saya tidak yakin, tim Bedah Rumah berpikir
melahirkan sebuah konstruksi budaya yang ambivalen yaitu pada satu sisi tidak
tuntutan gaya hidup mendorong untuk tetap belanja demi hidup yang terus
berjalan. Jika modalitas ekonomi dan budaya mereka tidak juga terpenuhi tetap
akan kembali kepada kemiskinannya. Hidup dari alam dan sedikit demi sedikit
distribusi dan konsumsi, serta bagaimana pada titik tertentu media membangun
98
sebuah perilaku atau tindakan tertentu. Intinya, bagaimana media berpengaruh
apa yang diharapkan oleh media sendiri. Media dengan segenap kekuatannya
idenditas budaya tertentu yang sangat bergantung pada bagaimana media berlaku
hubungan yang dimiliki oleh media massa dengan adanya fenomena kemiskinan
yaitu suatu fenomena kemiskinan dimanfaatkan oleh media massa untuk dimuat
secara ekonomi. Yaitu publik akan tertarik dengan fenomena yang dimuat. Hal ini
99
terlihat dari semakin tinggi oplah yang terjual atau semakin tinggi rating dan
selanjutnya menarik pemasang iklan maka jenis acara ini menguntungkan pihak
Ada hubungan yang diuntungkan terutama pihak media massa oleh terjadinya
mempunyai kriteria yang tidak sama. Hal itu menjadikan adanya persaingan yang
public dengan memuat tema tayangan yang diasumsikan menaikkan oplah atau
rating. Sehingga terlihat persaingan ini tidak lagi mengindahkan bagaimana efek
cukup detail mengenai tampilan shot-shot kondisi fisik yang melekat pada orang
sebagai institusi bagi publiknya. Kesan yang timbul adalah kasihan dan tak
berdaya, merupakan hal yang sangat memprihatinkan terjadi pada saat ini.
angle dan pemuatan shot-shot yang disengaja menciptakan keadaan lemah, tak
mampu, dan serba kekurangan. Dari adanya dominasi ini secara tidak langsung
peluang” bagi media massa sebagai untuk dijadikan tema yang menarik.
disajikan dengan sorotan gambar rumah yang tidak layak, fasilitas yang tidak
100
memadai, tidak adanya jaminan kesehatan, dan keterbatasan dalam memenuhi
kebutuhan pangan adalah bentuk reality show yang bergenre tentang kehidupan
pribadi seorang yang miskin tersebut akan menjadi tontonan yang menarik dan
disebabkan para penonton masih sangat tertarik dengan hal-hal yang berhubungan
dengan kehidupan pribadi seseorang, dan biasanya kasus yang dibahas dalam
reality show tersebut cukup mengena dengan kehidupan sehari-hari para pemirsa
setianya.
Kondisi Kemiskinan
Pengambilan gambar :
out.
101
Dialog signifikansi komodifikasi
(gambar 6) kemiskinan.
“dibutuhkan” menjadi hal yang justru lebih dipilih oleh media. Akibatnya, tidak
berlebihan jika bisa dikatakan bahwa media massa membuat paket berita bukan
Seperti halnya dalam tayangan Bedah Rumah ini yang lebih mengumbar
sensasi kegembiraan dari golongan miskin yang baru bisa merasakan nikmatnya
kemewahan lewat kesempatan yang diberikan tim Bedah Rumah. Dari sensasi
miskin hanya dilihat sebagai beban masyarakat dan harus segera diberi bantuan
kemanusiaan (charity).
102
Komodifikasi isi pesan media ini termaktub dalam komodifikasi intrinsik, di
mana nilai tukar yang berusaha didapatkan oleh media semata-mata berasal dari
interaksi antara isi dan audiens. Misalkan audiens dianggap senang dengan isi
media tayangan yang berisikan tentang sebuah cerita yang berakhir dengan
kebahagiaan atau happy ending, maka isi pesan kesedihan yang berakhir
Dilain pihak bagi kalangan kebawah secara tidak langsung akan menimbulkan
efek pengharapan orang miskin yang membuat mereka tidak produktif dan
akhirnya bisa mengalami stress karena pengharapan yang tak kunjung datang
tersebut padahal jika kita tilik lebih lanjut sebenarnya kemiskinan berasal dari
baik jika hasilnya adalah tumbuh empati dan rasa ingin membantu. Namun jika
Kegembiraan
Shot 9 Keluarga Sami yang Full Shot (FS) : tingkah laku keluarga
pemirsa.
103
Shot 10 Keluarga Sami dimanja Full Shot (FS) : Aktivitas creambath
refleksi.
Shot 13 Saat tirai dibuka Full Shot (FS) suasana diluar saat tirai
dan Tiara.
sekitar rumah.
kemiskinan.
untuk dimiliki oleh media. Sehingga tidak sulit dipahami jika kemudian media
104
Dengan masuknya modal, segala produk dan simbol budaya pada
konsumsi massa (Ibrahim, 2000: 149). Oleh karena itu, Terry Lovell ( 1994: 467)
menyatakan bahwa :
jumlah jam kerja yang telah digunakan untuk menghasilkannya. Uang kemudian
digunakan sebagai ukuran nilai (Lovell, 1994: 468). Akibatnya yang terjadi
cinta, tidak hanya kesetiaan, tidak hanya impian, bahkan tubuh, kecantikan, seni,
musik dan suara pun telah menjadi “komoditi” (Ibrahim, 2000: 149). Hal tersebut
informasi di media sudah melewati apa yang disebut Wasburn (dalam Fajar
mendalam yang mempunyai makna sosial. Hal ini antara lain disebabkan oleh
asumsi bahwa penyajian visualisasi secara dramatik lebih menarik daripada yang
kurang dramatik. Dalam penyajian tayangan Bedah Rumah terkait dengan proses
105
menonjolkan menampilkan peristiwa yang penuh belas kasihan dan penuh rasa
dalam menerima hidup susah, dan pelukan yang disertai tangisan serta keluhan.
tayangan untuk dapat terhanyut dalam acara itu sehingga menjadikan seakan-
akan terjadi kedekatan langsung antara pemirsa dengan orang-orang yang terlibat
dalam isi acara. Komodifikasi terjadi saat dilakukan pengambilan gambar seperti
bagaimana berjuang. Masyarakat menjadi bingung dengan yang benar dan salah.
106
Tabel 8. Kategorisasi bentuk komodifikasi kemiskinan : Merangsang
Syaraf Keharuan.
Shot 4 Nenek Sami dan cucu Close Up (CU) pada mimic wajah cucu
pemirsa.
Shot 11 Kejutan saat diberi Full Shot (FS) pelukan Tiara Smith.
(gambar 12) kesempatan oleh Bedah FS tangisan nenek dan Tiara Smith.
Rumah
Shot 12 Saat melihat rumah Medium Shot (MS) : ekspresi Tiara dan
107
D. Komodifikasi Kemiskinan : Memancing Simpati dan Emosi Spontan
Bedah Rumah yang mengirimkan selebriti untuk menyamar menjadi orang yang
butuh bantuan dan akhirnya ikut tinggal dan merasakan kesusahan keluarga
miskin tentunya akan menimbulkan simpati yang besar kepada audiesnya dan itu
akan menambah jumlah rating acara, walaupun sebenarnya semua hal yang
Kehebohan saat tim Bedah Rumah datang terutama saat pembukaan tirai di
akhir acara itulah yang menarik untuk direkam dan dijadikan sebuah show.
Merekam emosi-emosi orang yang mendapat rezeki tak terduga juga terlihat
dalam acara ini. Sebutan yang tepat dalam hal ini adalah bagaimana merekam
reality show yang mewujudkan mimpi yang kontroversional bagi pengamat yang
menikmatinya. Acara reality show memang menarik dari segi hiburan. Namun
yang sangat tidak dibutuhkan dalam acara tersebut adalam adanya dimensi
ekspoitasi orang miskin untuk ditayangkan, dan tentu saja dari pihak televisi
beralasan bahwa acara ini untuk menolong orang miskin. Seperti dipaparkan oleh
produser acara Bedah Rumah Helmy Yahya dalam sebuah artikel yang
108
sejenisnya justru untuk menginspirasikan orang lain ikut membantu sesama yang
kesusahan. “Harus ada desain (acara) lain yang bisa membuat orang terinspirasi
Namun di sisi lain, televisi sudah menjadi sebuah instrument social dan
Rumah tidak keberatan, namun tak berarti tak ada masalah. Karena begitu
mereka masuk ke televisi, cakupannya sudah tidak hanya orang itu dan stasiun
televise saja. Karena disiarkan, artinya ini sudah menjadi areal publik.
Bak telur dan ayam, industri televisi berlanjut kalau pendapatan dari iklan
tinggi. Pendapatan besar bila acara yang disajikan ditonton sebanyak mungkin
langsung diproduksi sebanak mungkin. Kalau sudah begini, tak heran bila
kemudian muncul budaya latah yang menyebutkan acara yang sukses di satu
stasiun televisi, tak lama kemudian akan muncul di beberapa stasiun televisi
lainnya.
Seperti dua sisi mata uang, acara yang rating-nya terus meningkat itu bagi
kesusahan masyarakat miskin untuk mencari sesuap nasi sampai rela seadanya
hanya dengan pendapatan sangat kecil merupakan sesuatu yang sangat tidak
109
layak disaksikan atau menjadi tontonan. Alasannya, hal ini dapat berimplikasi
Shot 6 Tiara membantu membuat Long Shot (LS) : membuat sapu lidi.
pemirsa.
komodifikasi kemiskinan.
pemirsa.
Shot 8 Tiara saat tidur di rumah Full Shot (FS) : setting kamar tidur.
110
Memancing rasa iba pemirsa.
(gambar 16) rumah tampak dari luar, sebelum dan sesudah dibedah.
(gambar 17) ruang depan, dapur dan Iris Out (pemaknaan gambar tua).
(gambar 18) kamar saat sebelum dan Memancing rasa kagum pemirsa.
majikan dan kelompok pembantu rumah tangga. Identitas sumber dapat dilihat
selengkapnya dalam Tabel 3 dan 4. Untuk melakukan FGD ini terlebih dahulu
111
namun acara ini merupakan salah satu acara favorite. Artinya mereka memang
namun bukan termasuk pilihan tontonan yang wajib untuk ditonton pada
setiap episodenya. Hal ini bisa dimaklumi mengingat begitu banyaknya acara
televisi juga terbatas karena pekerjaan mereka. Namun mereka mengaku, jika
memang ada kesempatan dan waktu luang untuk menonton televisi, mereka
lebih memilih untuk menonton acara reality show Bedah Rumah. Penayangan
acara pada sore hari menjadi pilihan yang tetap karena dapat menghibur di
“... yo rak sering-sering banget nonton. Tapi nek ada kesempatan nonton
yo aku nonton. Kan acarane ora sore-sore banget jadi waktu luange luwih
akeh”
(… tapi tidak terlalu sering menonton. Tapi kalau memang ada
kesempatan, saya pergunakan untuk menontonnya. Karena jam tayangnya
tidak terlalu sore jadi waktu luangnya lebih banyak.) (Kutipan FGD kelompok
I, p.3, Yuni, 20 tahun).
“Iyo ra mbak, lha kan acara itu biso ngubah omah sing olo dadi apik.
Biso ngebantu wong seng mlarat. Aku be gelem mbak. yo rak?”
( Jelas iya mbak, acara itu bisa mengubah rumah yang jelek jadi bagus.
Bisa membantu orang yang miskin. Saya sih juga mau. Bener gak? ) (Kutipan
FGD kelompok I,p.5, Kuswati,17 tahun).
112
Untuk kalangan pemirsa umum Ibu Rumah Tangga, tanggapan mereka
terhadap acara reality show Bedah Rumah cukup bersikap kontra. Hal ini
“Saya sih sama saja kalau anak-anak nonton ya saya ikut nonton. Itu kalau
tidak salah acaranya sore hari kan? Sebenarnya saya pribadi sebagai orang tua
sih tidak suka , tapi kalau anak-anak nonton ya saya jadinya nonton. Mau
melarang juga gimana jadi ya, mereka juga sudah pada gede jadi saya ikutan
nonton saja. Tapi yang jelas saya kurang suka sih sama acara itu.” (Kutipan
FGD kelompok II,p.3, Bu Peni,43 tahun).
Selain itu, dari salah satu jawaban kalangan ibu-ibu ini juga diperoleh
informasi bahwa karena faktor personal. Misalnya latar belakang hobi atau
bedah rumah yang di TV itu, yang rumahnya miskin terus dibedah jadi bagus
itu ya. Oh kadang-kadang suka nonton sih, ngikutin anak-anak saja. Kalau
anaknya nonton ya ibu sama bapaknya juga ikutan nonton. Yah dijadikan hobi
saja.” (p.3)
Dari beberapa temuan yang dikemukakan di atas, dapat dicatat hal pokok
oleh persoalan kebutuhan hiburan dan faktor latar belakang personal (hobi).
113
pernyataan dari masing-masing peserta ketika mereka memaknai beberapa
Komodifikasi Kemiskinan”.
Kedua pendekatan tersebut melihat dari sisi yang berbeda. Hal tersebut terlihat
Dari jawaban yang diterima peneliti melalui salah satu informan yaitu Bu
114
“Kalau mendefinisikan tema mbak yang tentang apa tadi, komodifikasi
ya, mungkin itu sama saja dengan eksploitasi kemiskinan. Yaitu keadaan
dimana manusia yang menempatkan kondisi actual kemiskinan yang ada, di
bawah kondisi potensialnya yang seharusnya. Termasuk di dalamnya ya
komersialisasi kemiskinan. (p.8)
tidak menyadari adanya aspek negative dari bedah rumah itu selain melihat
Kemiskinan
115
audiens saja. Hal tersebut terlihat dari pernyataan Bu Sari (45 tahun),
mengatakan :
yang secara tidak langsung telah memberikan efek kepada audiens khususnya
proses panyajian visualisasi tayangan reality show Bedah rumah. Seperti yang
“Nek didelok koyo neng tv kui yo podo karo omahku seng neng deso
mbak. Podo wae serba kekurangan koyo neng tv kuwi. Omahku soale juga
elek mbak, nek dibangun omahe gratisan yo sopo sing rak gelem mbak”
( Kalau dilihat seperti di televisi itu ya sama seperti rumah saya mbak. Sama
saja serba kekurangan seperti di televisi itu. Karena rumah saya juga jelek
mbak, kalau dibagun secara gratis, siapa yang tidak mau mbak. ) (p.6)
tahun namun tetap menjadikan mereka sebagai masyarakat yang masih berada
menawarkan perbaikan rumah tak layak secara drastis menjadi rumah idaman,
116
acara televisi adalah golongan ekonomi masyarakat C, D, dan E yang berarti
butuhkan. ((http://www.kompas.com/kompas-cetak).
keluarga miskin itu sendiri. Perumahan bagi keluarga miskin seringkali tidak
117
Bentuk komodifikasi sensasi kegembiraan lebih menunjuk pada aspek
“Saya rasa lebih banyak ke hiburannya. Bagi yang miskinnya kan yang
bersangkutan mungkin hanya sesaat saja ya. Tapi bagi yang lain hiburan.
Walaupun ada nilai positifnya sedikit mungkin ya sedikit menggugah
membantu. Tapi lebih condong ke hiburan, karena tujuannya ini sebenarnya
menjual kemiskinan.” (p.18)
tim Bedah Rumah sebagai pihak yang telah mewujudkan mimpi masyarakat
miskin untuk menjadi orang kaya. Namun jika dilihat dari pihak rakyat miskin
tentu pada kenyataannya tidak bisa menjamin kelanjutan kehidupan yang lebih
baik untuk masa depannya. Dalam reality show ini yang menjadi ukuran
kebahagiaan hanya dilihat dari materinya saja, sedangkan harus ada perbedaan
118
kenapa sih orang itu menciptakan rumah dengan kondisi tertentu. Karena
kebutuhannya seperti itu dengan kemampuan yang ada, dia menciptakan
rumahnya seperti itu. Ada fungsi-fungsi tertentu. Nah kalo sekarang, fungsi
atau keadaan itu diubah sesuai dengan keinginan dari pihak penyelenggara..
mungkin kalo sesaat sih.. surprise..tapi kalo untuk kepanjangan saya juga
nggak tau gitu.” (p.14)
kesenangan saja, Bu Sari juga meresepsi bahwa dari bentuk kesenangan itu
inilah faktanya, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti biasa saja
mereka sangat terbatas, bagaimana mereka akan memenuhi gaya hidup yang
menuntut “serba belanja” dan “serba uang”. Kalau pun mereka diberikan
barunya.
yang menjadi hal yang paling sensitif karena berkaitan dengan perasaan para
pemirsa sehingga ketertarikan untuk menonton akan lebih besar. Hal tersebut
119
“Iyo mbak, nek ndelok gambar mbahe nangis aku dadi melu nangis
juga. Melaske soale sampe nangise koyo kuwi.”( Iya mbak, kalau saya melihat
gambar nenek itu nangis saya jadi terharu dan ikut menangis. Kasihan dia
sampai menangis seperti itu.) (p.12)
bentuk sorotan kamera yang berisi tangisan merupakan hal-hal yang tidak
pantas untuk dipertontonkan seperti yang dikatakan oleh Bu Peni (43 tahun) :
“ Kalau kita lihat secara teliti, kan terlihat tuh apa yang sebenarnya
pingin dilihatkan oleh sang sutradara kepada pemirsa, kayak misalnya ada
sedih, menangis, itu kan disorot lebih lama, lebih jelas dan lebih besar.
Berarti memang itu yang ingin diutamakan sebagai tontonan.” (p.8)
menyatakan bahwa hal-hal yang bisa membuat pemirsa merasa terharu adalah
budaya, maka apa yang dihadirkan media seringkali dimaknai sebagai apa
yang ada dan harus ada dalam kenyataan sebenarnya. Menjadi relevan apa
menciptakan dunia simulasi yang kebal terhadap kritik rasional tidak ada satu
pun iklan yang menampilkan sesuatu secara rasional. Sangat rasional apa yang
120
E.2.5. Bentuk Komodifikasi Kemiskinan : Memancing Simpati dan Emosi
Spontan
reaksi yang di luar dugaan oleh rakyat miskin yang dibedah rumahnya begitu
juga timbul respon-respon yang spontan dari audiens. Seperti contohnya yang
pingsan, rasa terima kasih yang berlebihan yang ditunjukkan dengan menangis
audiens seperti emosi iba, marah, kaget, dan kagum. Bentuk-bentuk emosi
ekonomi dan politik masyarakat yaitu tempat individu tersebut hidup. Faktor-
121
faktor yang masuk dalam kategori ini antara lain, status social dan ekonomi
yang rendah dari masyarakat miskin lebih menjadi ketertarikan untuk diangkat
“Sekarang kalau ini namanya proyek kemiskinan kemudian dia bisa bikin
proposal, dia bisa jual kemana-mana, mungkin keluar negeri atau dalem.
Saya sendiri juga nggak tahu, itu artinya uang yang dia keluarkan dengan
yang dia terima pastinya lebih banyak yang dia terima kemungkinan. Jadi
mengkomersialkan kemiskinan sebetulnya.” (p.11)
miskin muncul bukan karena mereka malas atau boros. Mereka miskin bukan
pula karena nasibnya yang sedang sial sehingga menjadi miskin. Mereka
menjadi orang miskin karena dibuat miskin oleh struktur ekonomi, politik dan
karena dipaksa oleh sistem ekonomi dan politik yang tidak adil. Kemiskinan
122
menunjang kepentingan kelompok dominan, elite penguasa (the ruling elites)
kaum miskin tidak memiliki daya tawar terhadap kebijakan yang selama ini
tidak berpihak kepada mereka. Kaum miskin hanya menjadi alat produksi
saja. Inilah yang selama ini membuat kaum miskin tak berdaya untuk
Kebijakan politik yang ada selama ini sering (dan sebagian besar) hanya
berpihak kepada mereka yang memiliki alat produksi dan modal. Kaum
miskin diperas tenaganya hanya sekadar menjadi buruh kasar dengan dalih
123
persoalan utama, yakni adanya dosa struktur. Dosa struktur yang dimaksud
pihak. Dengan demikian, keadilan yang sedang kita bicarakan di sini adalah
“Iya, walaupun yang melaksanakan bedah rumah itu kan bukan dari TV
nya melainkan dari sponsor. Seperti sponsor itu yang saya tahu familiar itu
ya dari Likna itu salah satunya. Itu juga agar Likna itu sendiri juga
terdongkrak menjadi banyak yang menyukai. Jadi banyak dikenal dan
khususnya untuk anak-anak muda itu biar pada suka dan produknya itu bisa
laku keras. Saya kira begitu.” (p.11)
Dari ciri diatas bisa dikatakan tipe yang berkuasa menurut resepsi
informan adalah iklan, yang tentu tidak lepas dari persoalan modal, persaingan
dan profit oriented. Terkait dengan modal, persaingan dan profit oriented ini,
maka salah satu hal utama yang terungkap adalah pola kepemilikan serta
124
Sehubungan dengan kekuasaan media, yang menjadi persoalan pokok
yang memiliki kekuasaan ekonomi atau politik yang lebih besar dalam
125
pembantu rumah tangga, penulis mencoba menangkap beberapa pernyataan
Example
Partisipan
Pernyataan Partisipan dalam diskusi
126
kasihan mbak. ”
(Yang rumahnya sudah tidak layak, dari gaji
yang tak tentu, rumah yang sudah mau rubuh,
buat makan saja susah. Seperti yang di video
itu buat mandi saja tempatnya susah seperti
itu. Kasihan mbak.) (p.8)
Partisipan Example
Pernyataan Partisipan dalam diskusi
Example
Partisipan
Pernyataan Partisipan dalam diskusi
127
(p.12)
Partisipan Example
Pernyataan Partisipan dalam diskusi
128
ya sepetinya memang kejadian itu merupakan
berkah). (p.14)
adalah mengenai pemaknaan yang lebih peka dalam menanggapi text dalam
Example
Partisipan
Pernyataan Partisipan dalam diskusi
Partisipan Example
Pernyataan Partisipan dalam diskusi
129
yang kita tunggu-tunggu juga ya, ya karena
dengan menonton itu kita justru merasa
terhibur ya..” (p.8)
Example
Partisipan
Pernyataan Partisipan dalam diskusi
130
misalnya ada sedih, menangis, itu kan disorot
lebih lama, lebih jelas dan lebih besar. Berarti
memang itu yang ingin diutamakan sebagai
tontonan.” (p.8)
Partisipan Example
Pernyataan Partisipan dalam diskusi
Analisis ini melihat pernyataan para informan dari pertanyaan tentang hal
yang menarik dari tayangan Bedah Rumah, pesan apa saja yang ada di dalam
131
TV seperti gitu, itu juga akan mendorong supaya orang juga terbuka untuk
membantu kelompok-kelompok yang miskin. Ok dalam hal ini, mungkin ada
sisi positifnya gitu ya. Tapi ya kalo dari sudut pandang kapitalisme
sebetulnya itu enggak…nggak..nggak nyucuk lah, nggak sebanding, yang
terjadi seperti itu..” (FGD II,Bu Tutik).(p.12)
menerima semua isi pesan begitu saja, tetapi memperlihatkan tawaran bahwa
seharusnya tayangan reality show itu lebih imbang dari segi pesan atau nilai
Hal lain yang mencerminkan penerimaan nilai atu pesan yang ada
dinyatakan oleh Yuni FGD II dari kelompok pembantu rumah tangga, bahwa :
“Ya membantu mbak. Saya menerima, karena menurut saya baru kali
ini ada acara televisi yang model seperti ini yang membantu secara langsung
rakyat yang miskin”. (p.18)
rumah tangga yang melihat ada dampak cemburu social yang terjadi di sekitar
masyarakat :
132
yang tetap itu akan menjadikan budaya malas di masyarakat.” (FGD II, Bu
Tutik). (p.7)
tangga menerima sebagian pesan prososial acara reality show, namun menolak
prososial. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat kelas bawah dengan jelas
perasaan tidak aman ketika tidak lagi disebut miskin. Takut tidak bisa berobat
Jika kemiskinan sudah dianggap sebagai sebuah kondisi aman dan nyaman,
133
Dominant (or hegemonic) reading adalah pembaca yang membagi kode
merupakan hasil dari keinginan yang sadar dari bagian yang dibuat oleh
perilaku prososial.
Pada negotiated reading para informan ibu rumah tangga menerima jika
terdapat pesan prososial namun menolak secara luas isi pesan yang
membagi kode program dan menolak pembacaan yang dibentuk, dan lebih
Pada kelompok ibu rumah tangga melihat dan sepakat bahwa reality show
134
Kepentingan dan manipulasi ini bisa dibuat berdasarkan scenario dan proses
editing.
Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan
penyebab isi media yang ditargetkan pada khalayak atau konsumen (Picard,
1987). Industri media dijalankan dengan sistem ekonomi kapitalis yang pada
Tercipta media global, dimana media negara tertentu juga diproduksi dan
bahwa :
1. Economics is the study how societies use scare resources to produce valuable
kebutuhan dan keinginan yang berbeda. Kebutuhan dan keinginan yang berbeda
tersebutlah yang menciptakan ‘genre’ yang berbeda dalam produksi content media
massa Karenanya dapat dikatakan bahwa “ media economics is the study of how
needs”
135
Konsep ekonomi, struktur ekonomi seluruh masyarakat dipengaruhi oleh
politik, hukum dan karakteristik sosial, membentuk praktek atau aktivitas bisnis
dengan isu-isu penting dari produksi dan konsumsi. Konsep komodifikasi media
dapat terjadi di semua aspek bidang yaitu jasa maupun aktivitas ekonomi.
Kepemilikan Media
Membicarakan bisnis media massa mendorong kita untuk melihat media dari
produk dan teknologi. Karena itulah keberadaan dan karakteristik media massa
tak pernah lepas dari persoalan modal, persaingan dan profit oriented. Terkait
dengan modal, persaingan dan profit oriented ini, maka salah satu wacana utama
yang menarik untuk diungkap adalah pola kepemilikan serta praktik produksi dan
Tuntutan akan modal yang tinggi untuk mendirikan sebuah industri media
baik cetak maupun penyiaran, telah menjadi sebuah entry barrier tersendiri yang
dukungan modal yang kuat. Ketika modal sudah menjadi sebuah tuntutan yang
besarnya dari investasi yang ditanamkan tersebut kemudian menjadi suatu hal
136
yang lumrah. Persaingan dan berbagai upaya yang muaranya pada perolehan
semula menjadi pelayan kepentingan publik, yang mereflesikan realitas yang ada
tidak lebih dari sebuah komoditas yang perhitungannya hanya diukur dari
Media massa (pers) adalah subsistem dari sistem politik. (Mursito BM,
2000:24). Sebagai subsistem dari system politik maka media massa tidak
memberi corak pada sistem politik, melainkan sebaliknya, system politiklah yang
menentukan corak bahkan perilaku media. Menurut perspektif ini, perilaku pers
sangat tergantung pada kebijakan dan control dari pemerintah. Ketika represi
pemerintah terhadap media sangat kuat, itu berarti fungsi control media dimatikan
Pers adalah salah satu sarana bagi warga negara untuk mengeluarkan pikiran
dan pendapat serta memiliki peranan penting dalam negara demokrasi. Pers yang
demokratis dan merupakan salah satu unsur bagi negara dan pemerintahan yang
demokratis karena salah satu ciri negara demokrasi adalah memiliki pers yang
137
kehidupan berbangsa, dan bernegara. Salah satu hak dasar rakyat yang harus
Akses informasi melalui media massa ini sejalan dengan asas demokrasi,
dimana adanya tranformasi secara menyeluruh dan terbuka yang mutlak bagi
negara yang menganut paham demokrasi, sehingga ada persebaran informasi yang
merata.
dicitrakan oleh media informasi. Di satu sisi ada citra, di sisi lain ada realitas.
citra dan realitas demokrasi itu sendiri. Istilah yang tepat digunakan adalah
citra ia telah mengalami deviasi, distorsi, dan bahkan terputus dari realitas yang
media massa. Demokrasi bukan lagi realitas yang sebenarnya, ia adalah kuasa dari
BAB V
138
A. KESIMPULAN
1. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah bahwa
tayangan reality show “Bedah Rumah” yaitu ibu rumah tangga secara
rumah tangga secara luas menerima semua bentuk pesan tayangan acara
Rumah”.
B. SARAN
139
1. Dalam sebuah reality show tentunya juga mengandung story taled dan
nilai baik yang jelas terlihat maupun terselubung. Untuk itu audiens
dalam media.
DAFTAR PUSTAKA
140
Asamen, Joy Keiko & Gordon L. Berry. 1998. Research Paradigms, television,
and Social Behavior. Thousand Oaks : Sage Publication.
Junaedi, Fajar. 2005. Komodifikasi Budaya dalam Media Massa. Sebelas Maret
University Press : Surakarta.
Krippendorff, Klaus. 1993. Analisis Isi : Pengantar Teori dan Metodologi. PT
Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Lincoln, Yvonna S. Dan Egon G. Guba, 1985. Nauralistic Inquiry. Beverly Hill :
Sage Publication.
Lovell, T. “Cultural Production”. Dalam Storey, J. (ed) Cultural Theory &
Popular Culture, A Reader Havester Wheatsheaf : Heatfordshire, 1994.
141
Miles, Mathew B dan Michael A. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif :
Buku Sumber tentang Metode Baru. Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi.
University Indonesia Press : Jakarta.
Moleong, Lexy, 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
_____________. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Mosco, Vincent. 1996. The Political Economy of Communication. Sage
Publication: New York.
Sumber Lain :
142
Kelompok Pembantu Rumah Tangga
Umur : 17 tahun
Umur : 20 tahun
Umur : 32 tahun
Pendidikan terakhir : SD
Umur : 22 tahun
143
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 29 tahun
Pendidikan terakhir : SD
di pagi hari bertempat di rumah peneliti yaitu di Bina Griya Blok B V/209
berisi video tayangan reality show Bedah Rumah edisi Jumat 22 Maret 2009 dan
FGD.
Dalam FGD ini peneliti merangkap sebagai moderator, namun dalam hal
ini peneliti sebisa mungkin hanya akan berlaku sebagai fasilitator dan tidak
terlalu banyak melakukan intervensi selama diskusi, kecuali pada awal diskusi
144
Moderator : “Met pagi mbak… makasih ya sebelumnya sudah mau
mbak? hehe..”
Yuni : “Yo oralah mba, nyante wae. Nek jam sakmene kan
mangkat kantor.”
kebetulan kita sedang tidak ada kerjaan. Bapak dan ibu juga
toh?”
sih?) (p.2)
Moderator : “Gini lho mbak, aku ada video ki lho, wes do ngerti acara
( Begini mbak, saya ada video nih, apa semua sudah kenal
menontonnya? )
145
acarane ora sore-sore banget jadi waktu luange luwih
akeh”
Yuni : “Iya mbak Santi, acara seng nggawe omah dadi apik kae
ra.”
( Iya mbak Santi, acara yang membuat rumah jadi bagus itu
kan. ) (p.3)
Kuswati : “Iyo ra mbak, lha kan acara itu biso ngubah omah sing
olo dadi apik koyo kui. Biso ngebantu wong seng mlarat.
146
( Jelas iya mbak, acara itu bisa mengubah rumah yang jelek
Yanti : “Nek didelok koyo neng tv kui yo podo karo omahku seng
mbak.) (p.6)
Ita : “ Sama mbak, acara seperti itu bagus buat ditonton. Saya
147
Moderator : “lha emang yang pantes dibedah rumahnya tu yang
gimana?”
bagaimana?)
Kuswati : “Ya yang serba kekurangan. Kan yang miskin yang wajib
dibantu.”
(p.7)
gitulah pokoke”
sejenisnya.) (p.7)
Moderator : “Lha kalo yang di acara bedah rumah kae yang gimana?”
Yuni : “Seng omahe wes rak layak mbak, soko gajine sing rak
angel. Koyo sing neng video kuwi kan melaske, buat mandi
mbak. ”
(Yang rumahnya sudah tidak layak, dari gaji yang tak tentu,
148
Seperti yang di video itu buat mandi saja tempatnya susah
I’ah : “ ha’a akehe kan digoleki seng omahe jek nganggo kayu,
(p.8)
Kuswati : “ Berarti nek koyo kuwi omahku rak termasuk ra, omahku
miskinnya.) (p.8)
Yuni : “ Halah nek elek nemen juga durung tentu biso dibedah
(p.8)
( Ya mungkin saja)
149
Audiens :“ Iya. Ya seperti itu” (p.9)
yang dibedah orang kaya itu baru aneh. Rumah orang yang
bagus). (p.9)
Moderator : “Maksudnya?”
150
( Maksudnya acara bedahnya beneran, tapi memangnya
(p.10)
Moderator : “Oh maksude mbak ono semacem scenario gitu pok mba?
mbak?)
Yuni : “Ha’a mbak. Lha nek acara TV kan biasane ono seng
ngarahke”
mengarahkan.) (p.11)
Yanti : “Melaske ra mbak. Lha kuwi sih mbah wes pikun koyo
kuwi, omahe wes ora layak juga. Kuwi jare tivine mbahe
151
juga jek kerjo dadi tukang lidi. Penghasilane yo cuma
telungewu perhari. ”
(p.12)
Kuswati : “Iyo mbak, nek ndelok gambar mbahe nangis aku dadi
kuwi.”
Moderator : “Lha ini kan artisnya juga termasuk scenario rak? gunane
Yanti : “Ya kan kalau ngliat wong sing nangis, semakin banyak
ngeroso koyo kuwi juga mbak, aku kan juga wong cilik.
152
Contohe nek ono artise kan bisa lebih menarik co’an
mbak.”
kasihan jadi saya juga ikut merasa seperti itu, saya juga
Moderator : “Lha emang nek mbake nonton acara iki, opo seng paling
anyar”
153
( Iya mbak, sudah ada isinya lagi. Perabotannya baru-baru.)
(p.14)
I’ah : “Seng marai deg-degan kan pas opo jenenge, tirai yo. Iyo,
(p.14)
mbak.”
berkah). (p.14)
I’ah : “Ya tulus-tulus wae sih. Tapi yo mboh juga, kan kui
154
( Ya mungkin ikut membantu juga.) (p.15)
Yuni : “Nah ya itu. Nek jareku sih cuma ikut-ikut televisi tok.”
( Nah itu dia, kalau menurut saya dia cuma ikut-ikut televisi
saja.) (p.15)
Kuswati : “Nek jareku sih co’an artis kui emang ada rasa kasihan.
( Kalau menurut saya sih artis itu memang ada rasa kasihan,
bukan. ) (p.15)
Yuni : “Iyo, opo meneh nek seng nganggo listrik kan larang.
155
( Iya, apalagi kalau perabotan yang memakai listrik kan
gak sih?
nyata bukan?)
I’ah : “Yo nek jareku sih cerito seng diomongke karo presenter
banget koyo neng gambar kui. Seng jare uripe payah tapi yo
nasilah mbak.)
(p.17)
orang miskin?
156
Yuni : “Ya membantu sih mbak”
saya baru kali ini ada acara televisi yang model seperti ini
Tidak lupa peneliti meminta ijin untuk melakukan diskusi si lain waktu apabila
157
TRANSKRIP FGD ( Focus Group Discussion ) II
Kelompok Majikan
Pekerjaan : Wiraswasta
158
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS
Pekerjaan : Wiraswasta
di pagi hari bertempat di rumah salah satu audiens yaitu di Bina Griya Blok B
laptop berisi video tayangan reality show Bedah Rumah edisi Jumat 22 Maret
2009 dan alat perekam suara yang bertujuan untuk mendokumentasikan jalannya
kegiatan FGD.
Dalam FGD ini peneliti merangkap sebagai moderator, namun dalam hal
ini peneliti sebisa mungkin hanya akan berlaku sebagai fasilitator dan tidak
terlalu banyak melakukan intervensi selama diskusi, kecuali pada awal diskusi
159
Berikut adalah transkripsi diskusi tersebut :
rumah.)
ya?”
160
Moderator : Kalau ibu yang lain?
Bu Tien : Iya sama saya juga kadang nonton kalau ada waktu luang.
(p.3)
Bu Sihombing : Kalau saya sih ngikut orang rumah saja yang mau nonton
Bu Tutik : Sama. Itu juga salah satu acara favorit kami. Soalnya lucu
(p.3)
Bu Tutik : Bayangin aja, orang yang tidak punya sama sekali, dari
161
Bu Peni : Saya sih sama saja kalau anak-anak nonton ya saya ikut
gede jadi saya ikutan nonton saja. Tapi yang jelas saya
pasti melihat hal itu sebagai sesuatu yang mewah kan. Itu
162
jadi bilang ih kok enak banget ya, akhirnya yang keluar
saya tidak begitu suka sih sama acara itu. Tidak mendidik
Bu Sari : Iya setuju, jadi mereka akan berpikir kapan ya saya seperti
kan kita tidak tahu. Bisa saja acara seperti itu di setting
Bu Tutik : Kalau menurut ibu tidak beda jauh. Yang paling terpenting
163
dikatakan menjadi orang yang kaya. Itu kan lucu sekali,
Bu Tien : Iya kalau menurut saya sih hal-hal seperti itu terlihat
Bu Sari : Betul, betul juga sih mungkin kalau dilihat dari bisnis
164
sosialnya tinggi terhadap sesama, dengan cara ditampilkan
mentah-mentah?
Bu Sari : Iya, jadi mereka akan merasa iri. Namanya manusia pasti
dengan dratis itu kurang baik ya, nanti takutnya dengan hal
165
sudah diberi kesempatan untuk punya sesuatu yang baik
dibilang dieksploitasi?
tapi juga nanti akan ada pamrih yaitu diharapkan acara ini
(p.8)
Bu Sihombing : Oh sama saja sih mbak, tapi mungkin saya kurang sukanya
166
diperlihatkan bagaimana dia menikmati tidur di hotel, saat
Bu Peni : “ Kalau kita lihat secara teliti, kan terlihat tuh apa yang
(p.8)
167
kemiskinan. Yaitu keadaan diman manusia yang
kebutuhan.” (p.8)
Bu Tutik : Iya saya setuju, dengan diajak ke hotel yang sangat mewah
168
Bu Peni : Apalagi kalau ada acara tangis-tangisannya itu lho yang
padahal siapa mereka kita juga gak kenal. Kita juga tidak
tahu apakah acara itu di set terlebih dahulu atau tidak kan.
seperti itu tadi dan juga merasa ikutan kasihan dan merasa
169
meja tamu, spring bed, badcover yang indah, TV, kulkas,
bisa jadi kan, kita kan tidak tahu. Ya wajar saja kalau ada
bukan barang murah ya. Mungkin kita bisa beli tapi kan itu
itu. (p.8)
barang itu ada yang tidak terbeli padahal saya kerja dan
170
kan harga lisriknya nambah, jadi kan itu justru akan
(p.8)
masing-masing. (p.9)
(p.9)
Bu Sihombing : Kalau Ratna Listi itu kan pembawa acaranya bu.. (p.9)
171
Bu Peni : Ya sama saja, dia kan juga artis selebriti. Coba kalau
kan? (p.9)
Bu Tien : Ya itu sih strategi saja ya, strategi pertelevisian ya, biasalah
mahal.. (p.9)
Bu Sihombing : Ya karena dia selebritis jadi pasti banyak yang lihat jadi
juga berlebihan?
172
Bu Sari : Kalau mengenai narasi sih itu cara dari pihak pembawa
Bu Sihombing : Kalau pendapat saya sih narasi yang dikatakan oleh pihak
itu. (p.10)
dimanfaatkan ya?
173
punya anggota atau kru dan itu pimpinannya kan pasti ada.
sponsor itu yang saya tahu familiar itu ya dari Likna itu
pada suka dan produknya itu bisa laku keras. Saya kira
begitu. (p.11)
sebetulnya. (p.11)
Moderator : Tetapi kalau kita lihat dari sudur perilaku yang positif
174
Saya rasa pertama. Memang ada sisi positifnya juga ya.
urutan kesekian kita nggak tahu gitu ya.. itu tu tetep ada,
Bu Sari : Iya betul. Sebetulnya gini ya, saya nggak tahu juga itu
itu, kita kan nggak tahu juga ya. Belum tentu juga orang
udah belasan tahun itu ndak brani naik lift lebih sering
jalan, e…naik tangga. Itu kalo dia ditarik masuk lift itu dia
175
membuatnya lebih senang. Malahan, dia kalo disuruh-
naik tangga daripada dia naik lift seperti itu. Jadi, belum
176
Moderator : Menurut Helmy Yahya, acara ini memang dibuat
pendapat ibu?
Bu Tutik : Nah kalau itu yang saya katakan, mungkin ada sedikit nilai
dia itu bisa diketahui oleh orang lain. Ini kan, ya dari sisi
177
roboh. Itu kan mengancam jiwa. Nah tapi kan kalo..saya
dengan warna yang terang itu rasanya kan ada sesuatu yah
tentu itu perilakunya dalam waktu dua belas jam, saya rasa
sedikit ada loh. Ada sedikit. Tapi saya rasa untuk lebih
178
Bu Tien : Nggak, sebetulnya masyarakat kita harusnya lihat ya.
perlu.(p.17)
menghibur?
saja ya. Tapi bagi yang lain hiburan. Walaupun ada nilai
Moderator : Apakah ada saran untuk tayangan reality show yang seperti
ini?
179
Bu Tutik : Nggak perlu dieksploitasi seperti itu, kita juga kan nggak
keasalnya.(p.19)
Tidak lupa peneliti meminta ijin untuk melakukan diskusi di lain waktu apabila
180