You are on page 1of 15

DEFINISI

 Mendefinisi adalah menyebut sekelompok


karakteristik suatu kata sehingga kita dapat
mengetahui pengertiannya serta dapat
membedakan kata lain yang menunjukkan obyek
yang lain pula.

Karakteristik kata adalah genus (jenis) dan


differentia (sifat pembeda).

 Agar pembuatan definisi terhindar dari kekeliruan, perlu diperhatikan patokan


berikut ini :
1. Definisi tidak boleh lebih luas atau lebih
sempit dari konotasi kata yang didefinisikan.
Contoh : - Merpati adalah burung yang dapat
terbang cepat (Banyak burung
yang dapat terbang cepat bukan
merpati)
- Kursi adalah tempat duduk yang
dibuat dari kayu, bersandar, dan
berkaki (Banyak juga kursi yang
tidak dibuat kayu).

2. Definisi tidak boleh menggunakan kata yang didefinisikan.


Contoh : Kafir adalah orang yang ingkar.

3. Definisi tidak boleh memakai penjelasan


yang justru membingungkan.
Contoh : Sejarah adalah samudera
pengalaman yang selalu bergelombang tiada
putus-putus.

4. Definisi tidak boleh menggunakan bentuk


negatif.
Contoh : Miskin adalah keadaan tidak kaya.

KATA, DEFINISI DAN KLASIFIKASI


 Pengertian adalah gambaran abstrak yang
dibentuk dan dimiliki oleh akal budi tentang inti
atau hakikat suatu obyek.
Contoh : Pengertian tentang kucing (diambil dari
pengalaman empiris tentang kucing di
rumah, pasar, jalanan, toko, dll )

Karena pengertian itu masih bersifat abstrak,


maka untuk mewujudkannya diperlukan suatu
lambang yang disebut bahasa atau kata.
 A. Kata mempunyai beberapa pengertian :
(1) Positif, negatif, dan Privatif
a. Suatu kata mempunyai pengertian
positif apabila mengandung penegasan
adanya sesuatu.
Contoh : Gemuk (adanya daging)
Kaya (adanya harta)

b. Suatu kata mempunyai pengertian


negatif apabila diawali dengan salah satu
dari : tidak, tak, non, bukan.
Contoh : Tidak gemuk

c. Suatu kata mempunyai pengertian


privatif apabila mengandung makna
tidak adanya sesuatu.
Contoh : Miskin (tidak adanya harta)
Bodoh (tidak adanya ilmu)

(2) Universal, partikular, singular, dan kolektif


a. Suatu kata mempunyai pengertian universal
apabila ia mengikat keseluruhan bawahannya
tanpa kecuali.
Contoh : Hewan, rumah, tumbuhan dll
b. Suatu kata mempunyai pengertian partikular
apabila ia mengikat bawahannya yang banyak,
tetapi tidak mencakup keseluruhan.
Contoh : Sebagian manusia, beberapa rumah

c. Suatu kata mempunyai pengertian singular


apabila ia hanya mengikat satu bawahannya.
Contoh : Presiden RI pertama, rumah ini

d. Suatu kata mempunyai pengertian kolektif


apabila ia mengikat sejumlah barang
yang mempunyai persamaan fungsi yang
membentuk kesatuan.
Contoh : regu, panitia, dan dewan

(3) Konkret dan abstrak


a. Suatu kata mempunyai pengertian yang konkret
apabila ia menunjukkan suatu benda, orang
atau apa saja yang mempunyai eksistensi.
Contoh : Buku, kursi, dan manusia
b. Suatu kata mempunyai pengertian
abstrak apabila ia menunjukkan kepada
sifat, keadaan, kegiatan yang dilepas dari
obyek tertentu.
Contoh : Kesehatan, kekayaaan, dan
kepandaian
 B. Kata sebagai predikat
Kata atau susunan kata yang berfungsi
sebagai subyek atau predikat disebut
term.

Sebagai predikat, term dibedakan menjadi


6 macam :
a. Genus (jenis)
b. Spesia (kelas)
c. Differentia (sifat pembeda)
d. Propria (sifat khusus)
e. Accedentia (Sifat umum)
Keterangan :

a. Genus adalah term yang mempunyai bawahan banyak dan berbeda-beda, tetapi
kesemuanya mempunyai sifat sama yang mengikat keseluruhan bawahan yang berbeda-
beda.
Contoh : Kuda, gajah, sapi, dan manusia adalah berbeda, tetapi kesemuanya mempunyai
kesamaan sifat yaitu sifat kebinatangan. Jadi kata binatang adalah jenis.

b. Spesia adalah term yang menunjukkan hakikat yang berlainan tetapi sama-sama terikat
dalam satu jenis
Contoh : Manusia, kuda, sapi adalah spesia.
Jenisnya adalah binatang

c. Diffrentia adalah term yang membedakan satu hakikat dengan hakikat lain yang sama-
sama terikat dalam satu jenis.
Contoh : Manusia adalah binatang yang berfikir. Binatang adalah jenis; manusia adalah
spesia dari binatang. Yang membedakan manusia dengan yang lainnya yang tercakup
dalam binatang (kuda, sapi) adalah sifat berfikir. Sifat berfikir pada manusia inilah yang
disebut differentia.

d. Propria adalah term yang menyatakan sifat hakikat dari suatu spesia sebagai akibat dari
sifat pembeda yang dimilikinya. Sifat pembeda yang dimiliki manusia adalah berfikir.
Dari sifat berfikir inilah timbul sifat-sifat khusus. Seperti : Membentuk pemerintahan,
berpakaian, berkebudayaan dan berperadaban.

e. Accidentia adalah term yang menunjukkan sifat yang tidak harus dimiliki oleh suatu
spesia. Seperi gemuk, kurus, pandai
KLASIFIKASI
 Klasifikasi adalah pengelompokkan barang yang
sama dan memisahkan dari yang berbeda
menurut spesianya.

Ada 2 macam cara membuat klasifikasi, yaitu :


(1) Pembagian adalah membagi suatu jenis
kepada spesia yang dicakupnya. Pembagian
bergerak dari atas ke bawah, yakni dari
genus ke spesia.
Contoh : - Manusia dilihat dari jurusan binatang :
Binatang (genus)
Manusia (spesia)

- Manusia dilihat dari segi ras bangsa :


Manusia (genus)
Ras (spesia)

Agar didapat spesia yang benar, maka dalam


pembagian perlu diperhatikan patokan sebagai
berikut :
a. Pembagian harus didasarkan atas persamaan sifat yang ada pada genus secara
keseluruhan. Spesia merupakan perubahan tertentu dari sifat persamaan itu.
Contoh : Bidang datar (genus)
Segi empat, segi tiga (spesia)

b. Setiap pembagian harus dilandaskan satu dasar saja. Pembagian yang berlandaskan
lebih dari satu dasar akan menghasilkan spesia yang simpang siur
Contoh : Manusia (genus)
Manusia berkulit hitam, manusia
aria, manusia penyabar (spesia)

Di sini terdapat 3 macam dasar pembagian yaitu : warna kulit, ras, dan sifat dari
manusia.

c. Pembagian harus lengkap, yakni harus menyebut keseluruhan spesia yang dicakup oleh
suatu genera.

Contoh : Membagi manusia atas dasar warna kulit menjadi manusia berkulit putih dan
manusia berkulit hitam saja adalah tidak benar sebab tidak lengkap.

(2) Penggolongan adalah mengatur barang-


barang dalam kelompok spesia.
Penggolongan bergerak dari bawah ke atas,
yakni dari individu menuju spesia.
Contoh :
- Besi, timah, tembaga (spesia)
Logam (genus)
- Melati, cempaka, mawar (spesia)
Bunga (genus)

PENGANTAR LOGIKA

 Logika adalah bahasa latin, berasal dari kata


logos yang berarti perkataan atau sabda.

Secara istilah logika adalah ilmu yang


mempelajari metode dan hukum-hukum yang
digunakan untuk membedakan penalaran yang
benar dari penalaran yang salah.

 Obyek logika dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :


 Obyek material
Bidang kajian atau bidang penyelidikan.

 Obyek formal
Sudut pandang atau segi dari mana obyek
material itu dikaji.

 Logika dapat disistematisasikan menjadi 4 (empat) golongan, tergantung dari


mana kita meninjaunya.
(1) Dilihat dari segi sumber, logika dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Logika alamiah
Setiap manusia, secara kodrati, memiliki
jenis logika ini karena ia adalah makhluk
rasional. Sebagai makhluk rasional,
manusia dapat berfikir.

b. Logika ilmiah
Logika ilmiah diperoleh dengan mempelajari
dan menguasai metode penalaran
sebagaimana mestinya, kemudian
menerapkan metode tersebut secara terus-
menerus agar setiap bentuk kekeliruan
penalaran dapat dihindari.

(2) Dilihat dari zaman timbulnya, logika dibagi


menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Logika klasik
Jenis logika ini merupakan ciptaan
Aristoteles (384-322 SM). Dia adalah orang
pertama yang melakukan pemikiran
sistematis tentang logika. Logika ciptaannya
ini disebut juga logika Aristoteles atau logika
tradisional. Dia sendiri tidak menggunakan
istilah logika melainkan istilah analitika dan
dialektika

b. Logika modern
Perkembangan baru dalam logika mulai nampak ketika beberapa ahli matematika
Inggris, seperti A. de Morgan (1806-1871) dan George Boole (1815-1864), mencoba
menerapkan prinsip-prinsip matematika ke dalam logika klasik. Dengan mengunakan
lambang-lambang non bahasa atau lambang matematis.

(3) Dilihat dari proses penyimpulan, logika


dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Logika deduktif
Cara berfikir untuk menarik kesimpulan
khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
Contoh :
Semua logam jika dipanaskan akan memuai
Tembaga adalah logam
Jadi : tembaga jika dipanaskan akan memuai

b. Logika induktif
Cara berfikir untuk menarik kesimpulan yang
bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat
individual (khusus).
Contoh :
Besi jika dipanaskan akan memuai
Timah jika dipanaskan akan memuai
Jadi : semua logam jika dipanaskan akan memuai

(4) Dilihat dari bentuk dan isi argumen, logika


dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Logika formal
Membahas tentang tepat tidaknya proses
penalaran / bentuk penalaran .
b. Logika material
Membahas tentang benar tidaknya
proposisi-proposisi yang membentuk
suatu argumen / isi argumen.

PROPOSISI
 Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk
kalimat yang dapat dinilai benar dan salahnya.
Contoh : - Besi bila dipanaskan memuai
- Bung Tomo adalah pahlawan

Semua pernyataan pikiran yang mengungkapkan


keinginan dan kehendak serta tidak dapat dinilai
benar dan salahnya, bukanlah proposisi.
Contoh : - Ambilkan aku segelas air
- Semoga Tuhan selalu melindungimu

 Proposisi menurut bentuknya dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :


(1) Proposisi Kategorik
Proposisi kategorik adalah proposisi yang
mengandung pernyataan tanpa adanya
syarat.
Contoh : - Budi sedang sakit
- Anak-anak yang tinggal di
asrama adalah mahasiswa
Proposisi kategorik yang paling sederhana terdiri
dari : satu term subyek, satu term predikat, satu
kopula dan satu quantifier.

 Subyek adalah term yang menjadi pokok


pembicaraan.
 Predikat adalah term yang menerangkan subyek.
 Kopula adalah kata yang menyatakan hubungan
antara term subyek dan term predikat.
 Quantifier adalah kata yang menunjukkan banyak-
nya satuan yang diikat oleh term subyek.
Contoh :
- Sebagian manusia adalah mahasiswa
(1) Quantifier (2) Term subyek (3) Kopula (4) Term Predikat

- Semua mahasiswa tidak buta huruf


(1) Quantifier (2) Term subyek (3) Kopula (4) Term predikat

 Quantifier menunjukkan kuantitas proposisi.


Dalam keadaan apapun subyek selalu
mengandung jumlah satuan yang diikat.

 Kopula menunjukkan kualitas proposisi.


Bila ia mengiyakan disebut proposisi positif
dan bila mengingkari disebut proposisi negatif.

 Dari kombinasi kuantitas dan kualitas proposisi, maka kita mengenal 6 macam
proposisi, yaitu :
1. Universal positif, contoh : Semua manusia akan
mati.
2. Partikular positif, contoh : Sebagian manusia
adalah guru
3. Singular positif, contoh : Rudi adalah pemain
bulu tangkis
4. Universal negatif, contoh : Semua kucing
bukan burung
5. Partikular negatif, contoh : beberapa mahasiswa
tidak lulus
6. Singular negatif, contoh : Rina bukan gadis
pemalu
Dengan pembahasan di atas, maka kita mengenal
lambang permasalahan dan rumus proposisi sebagai
berikut :

Lambang Permasalahan Rumus

A Universal positif Semua S adalah P


I Partikular positif Sebagian S adalah P
E Universal negatif Semua S bukan P
O Partikular negatif Sebagian S bukan P

 Dalam menentukan apakah suatu proposisi itu positif atau negatif, kita tidak boleh
semata-mata berdasarkan ada atau tidak adanya indikator negatifnya, seperti : tak, tidak
atau bukan.

 Indikator itu menentukan negatifnya suatu proposisi apabila ia berkedudukan


sebagai kopula. Bila indikator tidak berkedudukan sebagai kopula proposisi itu adalah
positif.

Perhatikan proposisi-proposisi berikut ini :


 Semua yang tidak rajin bekerja mendapat
sedikit.
 Tidak semua orang pandai pidato.
 Sebagian orang mempunyai harta yang
melimpah bukan karena jerih payahnya.

(2) Proposisi Hipotetik


Proposisi hipotetik adalah proposisi yang mengandung
pernyataan dengan syarat.

Proposisi kategorik Proposisi hipotetik


- Kopulanya : adalah, - Kopulanya : apabila,
bukan, tidak. jika, manakala.
- Kopulanya : - Kopulanya :
menghubungkan 2 menghubungkan 2 buah
buah term. pernyataan (sebab-akibat).
Contoh :
Jika permintaan bertambah, maka harga akan naik.

 Proposisi hipotetik mempunyai 2 buah bentuk, yaitu :


 Bila A adalah B, maka A adalah C.
Contoh : - Bila Budi rajin, ia akan naik kelas
(A) (B) (A) (C)
- Jika tanaman sering diberi pupuk,
maka ia akan subur.

 Bila A adalah B, maka C adalah D.

Contoh : - Bila hujan turun, maka saya naik becak.


(A) (B) (C) (D)

- Bila permintaan bertambah, harga naik


(A) (B) (C) (D)

(3) Proposisi Disyungtif


Proposisi Disyungtif adalah proposisi yang
mengandung pernyataan pilihan.

Proposisi hipotetik Proposisi disyungtif

- Kopulanya : - Kopulanya :
menghubungkan 2 menghubungkan 2
buah pernyataan alternatif
(sebab-akibat).

Contoh :
- Budi ada di rumah atau di sekolah.
- Jika bukan Budi yang mencuri, maka Agus.

 Proposisi disyungtif mempunyai 2 bentuk, yaitu :


 Proposisi disyungtif sempurna.
Proposisi disyungtif sempurna mempunyai alternatif kontradiktif. Rumusnya adalah :
A mungkin B mungkin non B.

Contoh :
- Budi berbaju putih atau non putih.
- Agus berbahasa Arab atau berbahasa non Arab.

 Proposisi disyungtif tidak sempurna.


Proposisi ini alternatifnya tidak berbentuk kontradiktif. Rumusnya adalah :
A mungkin B mungkin C
Contoh :

- Budi di toko atau di rumah.


- Budi berbaju hitam atau berbaju putih.
- PSSI kalah atau menang.

SILOGISME
 Silogisme merupakan bentuk penyimpulan tidak
langsung. Dikatakan demikian karena dalam
silogisme kita menyimpulkan pengetahuan baru
yang kebenarannya diambil secara sintesis dari
dua permasalahan yang dihubungkan dengan
cara tertentu.

Menurut bentuknya, silogisme dibedakan menjadi


3 macam, yaitu :
 (A) Silogisme kategorik
Yaitu silogisme yang semua proposisinya
merupakan proposisi kategorik.
Contoh 1 :
Semua mahasiswa adalah terdidik (premis mayor)
Budi adalah mahasiswa (premis minor)
Budi adalah terdidik (konklusi)

Contoh 2 :
Semua manusia tidak lepas dari kesalahan
Semua guru adalah manusia
Semua guru tidak lepas dari kesalahan

 Bentuk-bentuk silogisme kategorik :


(1) Figur I :
Medium menjadi subyek pada premis
mayor dan menjadi predikat pada premis
minor. Lambangnya : M P
S M
S P

Keterangan : S = Subyek, M = Medium, P = Predikat


Contoh :
Semua yang dilarang Tuhan mengandung bahaya
S M P
Mencuri dilarang Tuhan
S P M
Mencuri mengandung bahaya
S P

(2) Figur II :
Medium menjadi predikat pada premis mayor
maupun premis minor. Lambangnya : P M
S M
S P
Contoh :
Semua tumbuhan membutuhkan air
Tidak satu pun benda mati membutuhkan air
Tidak satu pun benda mati adalah tumbuhan

(3) Figur III :


Medium menjadi subyek pada premis mayor
dan premis minor. Lambangnya : M P
M S
S P
Contoh :
Semua politikus adalah pandai bicara
Beberapa politikus adalah sarjana
Sebagian sarjana adalah pandai bicara

(4) Figur IV :
Medium menjadi predikat pada premis mayor
dan menjadi subyek pada premis minor.
Lambangnya : P M
M S
S P
Contoh :
Semua pendidik adalah manusia
Semua manusia akan mati
Sebagian yang akan mati adalah pendidik

Setiap proposisi dalam susunan silogisme bisa


dalam bentuk A, I, E, atau O. Karena itu
premis mayor, premis minor ataupun konklusi
bisa berkemungkinan dalam bentuk A, I, E, atau O.

Dari kombinasi bentuk-bentuk proposisi itu,


maka terbentuk 19 bentuk utama (pada figur I ada 4
bentuk, figur II ada 4 bentuk, figur III ada 6 bentuk,
dan figur IV ada 5 bentuk ).

 Hukum-hukum silogisme kategorik.


Agar didapat kesimpulan yang benar, kita harus memperhatikan patokan-patokan
silogisme. Patokan-patokan itu adalah sebagai berikut :
(1) Apabila dalam satu premis partikular,
kesimpulan harus partikular juga.
Contoh :
Semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan
Sebagian makanan tidak halal dimakan
(2) Apabila satu premis negatif, kesimpulan
harus negatif juga. Contoh :
Semua korupsi tidak disenangi
Sebagian pejabat adalah korupsi
Sebagian pejabat tidak disenangi

(3) Dari dua premis yang sama-sama partikular


tidak sah diambil kesimpulan. Contoh :
Beberapa orang kaya kikir
Beberapa pedagang adalah kaya
Beberapa pedagang adalah kikir

(4) Dari dua premis yang sama-sama negatif,


tidak menghasilkan kesimpulan apapun. Contoh :
Kerbau bukan bunga mawar
Kucing bukan bungan mawar
…….. (tidak ada kesimpulan)

(5) Paling tidak salah satu medium harus tertebar.


Contoh :
Semua ikan berdarah dingin
Binatang ini berdarah dingin
Binatang ini adalah ikan (padahal bisa juga
binatang melata)

(6) Term predikat dalam kesimpulan harus


konsisten dengan term predikat yang ada
pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan
menjadi salah. Contoh :
Kerbau adalah binatang
Kambing bukan kerbau
Kambing bukan binatang
(Binatang pada konklusi merupakan term
negatif, sedangkan pada premis adalah positif)

(7) Term medium harus bermakna sama, baik


dalam premis mayor maupun premis minor.
Bila term medium bermakna ganda
kesimpulan menjadi lain. Contoh :
Bulan itu bersinar di langit
Januari adalah bulan
Januari bersinar di langit.

(8) Silogisme harus terdiri dari tiga term, yaitu term


subyek, term predikat, dan term medium.

 Absah dan benar


Dalam membicarakan silogisme kita harus mengenal dua isltilah yaitu absah (valid)
dan benar.
- Valid berkaitan dengan prosedur penyimpulan.
Apakah pengambilan konklusi sesuai dengan
patokan atau tidak. Dikatakan valid apabila sesuai
dengan patokan di atas dan dikatakan tidak valid
bila sebaliknya.

- Benar berkaitan dengan proposisi dalam silogisme,


apakah ia didukung atau sesuai dengan fakta atau
tidak. Bila sesuai dengan fakta,proposisi itu benar,
bila tidak ia salah.

 (B) Silogisme hipotetik


Silogisme yang argumen premis mayornya
berupa proposisi hipotetik, sedangkan
premis minornya adalah proposisi kategorik
yang menetapkan atau mengingkari term
antecedent atau term konsekuen premis
mayornya.

 Ada empat macam tipe silogisme hipotetik, yaitu :


1. Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengakui bagian antecedent, seperti :
Jika hujan turun, saya naik becak
Sekarang hujan
Jadi saya naik becak
2. Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengakui bagian konsekuennya, seperti :
Bila hujan turun, bumi basah
Sekarang bumi telah basah
Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti :
Jika politik pemerintahan dilaksanakan -
dengan paksa, maka kegelisahan akan -
timbul
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan -
dengan paksa
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti :
Bila mahasiswa turun ke jalan, pihak -
penguasa akan gelisah
Pihak penguasa tidak gelisah
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalan.

 Hukum-hukum silogisme hipotetik


Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibandingkan dengan
silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini adalah menentukan kebenaran
konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.

Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum
silogisme hipotetik adalah :
SILOGISME
1. Bila A terlaksana, maka B juga terlaksana
2. Bila A tidak terlaksana, maka B juga tidak terlaksana
3. Bila B terlaksana, maka A terlaksana
4. Bila B tidak terlaksana, maka A juga tidak terlaksana

Contoh 1 :
Bila terjadi peperangan, harga sembako tinggi
Nah, peperangan terjadi
Jadi harga sembako tinggi.
Contoh 2 :
Bila terjadi peperangan, harga sembako tinggi
Nah, peperangan tidak terjadi
Jadi harga sembako tidak tinggi
Contoh 3 :
Bila terjadi peperangan, harga sembako tinggi
Sekarang harga sembako tinggi
Jadi terjadi peperangan.

Contoh 4 :
Bila peperangan terjadi, harga sembako tinggi
Harga sembako tidak tinggi
Jadi peperangan tidak terjadi.

 (C) Silogisme disyungtif


Silogisme yang premis mayornya keputusan
disyungtif, sedangkan premis minornya keputusan
kategorik yang mengakui atau mengingkari salah
satu alternatif yang disebut premis mayor.

Silogisme hipotetik ada dua macam, yaitu :


1. Silogisme hipotetik dalam arti sempit
Yaitu mayornya mempunyai alternatif kontradiktif,
seperti :
Ia lulus atau tidak lulus
Ternyata ia lulus
Jadi ia bukan tidak lulus
2. Silogisme hipotetik dalam arti luas
Yaitu premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif.
Seperti :
Hasan di rumah atau di pasar
Ternyata tidak di rumah
Jadi ia di pasar

Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun luas


mempunyai dua tipe, yaitu :
1. Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusinya adalah mengakui
alternatif yang lain.
Contoh :
Ia berada di luar rumah atau di dalam
Ternyata ia tidak berada di luar
Jadi ia berada di dalam.

Ia berada di luar rumah atau di dalam


Ternyata ia tidak berada di dalam
Jadi ia berada di luar.

2. Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari


alternatif yang lain. Misalnya :
Budi di kampus atau di pasar
Ia berada di kampus
Jadi ia tidak berada di pasar.

Budi di kampus atau di pasar


Ia berada di pasar
Jadi ia tidak berada di kampus.

You might also like