You are on page 1of 22

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang Mahakuasa,


atas dan karunia-Nya karangan ilmiah tentang “Pergaulan Seks Bebas pada
Remaja di Era Globalisasi” telah selesai dibuat.Seiring dengan
perkembangan lingkungan, iptek, serta sosial budaya yang begitu kompleks,
makalah ini disusun berdasarkan fakta bahwa pergaulan bebas pada anak
pelajar sekarang sudah sangat marak di masyarakat.
Makalah ini berisi pokok – pokok permasalahan yang banyak terjadi
pada pergaulan seks bebas.Pola dan sistem penyajian materi pada makalah
ilmiah ini diharapkan dapat dimengerti dan dipahami oleh semua kalangan
yang membaca makalah ilmiah ini.
Dengan demikian, materi yang disajikan makalah ini mampu merubah
kebiasaan dalam bergaulan, untuk menyadarkan bahwa pergaulan seks
bebas tidak baik bagi dikalangan remaja.
Akhirnya segala kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini
akan kami terima dengan hati terbuka. Semoga makalah ini bermanfaat.

Bekasi, April 2010

Penulis

v
MAKALAH BAHASA INDONESIA
Pergaulan Seks Bebas pada Remaja di Era Globalisasi

Makalah Disusun guna Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Semester Genap

Tahun Pelajaran 2009/2010

Oleh :
1. Desi Permatasari/08
2. Ester/
3. Karolita Yudistiani/
4. Stephanie/38
5. Silvia Sumantri/37

Kelas : IX IPA 1

SMA NEGERI 5 TAMBUN SELATAN


April 2010
BAB I
PENDAHULUAN

Makalah yang bertema pergaulan bebas dalam di era globalisasi ini


meruapakan suatu pembahasan, mengenai tentang seks bebas yang
semakin merajalela dikalangan kaum remaja serta di lingkungan sekitar kita
di era globalisai yang kita hadapi sekarang ini.
Tentunya seks bebas sangat tidak baik untuk kita lakukan seiring
banyaknya dampak-dampak negatif yang dapat menimbulkan penyakit serta
kecanduan dari seks bebas tersebut. Jika itu dilakukan dikalangan remaja
sangat tidak sewajarnya mengingat kaum remaja itu sebagai generasi
penerus bangsa yang meneruskan cita-cita bangsa sebagai bangsa yang
bermoral serta bermartabat.
Tapi sekarang justrupenikmat seks bebas kebanyakan dilakukan oleh
kaum remaja seperti kurangnya pendidikan agama, lingkungan, pergaulan
bebas, kurangnya pendidikan atau perhatian oran tua kepada anak-anaknya
dan penyebaran VCD serta situs-situs porno bisa menjadi penyebab salah
satu maraknya seks bebas di kalangan remaja.
Ironisnya, berdasarkan studi penelitian I berbagai kota besar di
Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen, remaja mengaku pernah melakukan
hubungan seks, celakanya perilku seks bebas terebut berlanjut hingga
menginjak jenjang pernikahan pada usia dini.
Mengapa demikian, mungkin seks bukan lagi sutu hal yang biasa untuk
dilakukan yang seharusnya seks bebas hanya dapat dilakukan setelah
terjadinya pernikahan. Makalah ini mudah-mudahan dapat menyajikan
informasi yang bermanfaat untuk kita semua, sebagai wawasan kita untuk
bergaya hidup sehat serta perhindar dari perilaku seks bebas.
Pada akhir pendahuluan ini kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang turut bekerja keras sehingga terwujudnya makalah
ini.

1
2

1.1 Latar Belakang

Makalah ini kami susun untuk membantu Anda mengetahui


berbagai macam penyakit yang ditimbulkan dari perilaku seks bebas,
dan sebagai informasi tentang perilaku pergaulan bebas dalam remaja
di era globalisasi yang sangat menghawatirkan.
Selain itu kami menyajikan beberapa informasi tentang penyakit
yang ditimbulkan dari perilaku seks bebas, serta solusi-solusi
penangulangannya. Yang mungkin bisa menjadi embelajaran utukkita
semua.
Informasi tersebut berdasarkan sumber-sumber yang ada dan
survey dari para peneliti serta pendapat-pendapat para ahli dalam hal
tersebut.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Anda.

1.2 Pembatasan Masalah

Penulisan makalah ilmiah ini membahas “Pergaulan Seks Bebas pada


Remaja di Era Globalisasi” yang sedang maraknya dikalangan remaja.
Yang pada akhirnya dapat merugikan diri sendiri, orang lain dan orang
tua.

1.3 Perumusan Masalah

1. Mengapa Pergaulan anak remaja pada masa ini terlalu bebas?


2. Apa faktor yang terjadinya pergaulan bebas pada anak
remaja?
3. Apa dampak dari pelaku seks bebas?

1.4 Tujuan

Akhir-akhir ini sering kita dengar tentang kenakalan remaja,


mungkin ini masalah pembinaan di usia remaja saat ini, dan masalah
moral yang sudah tidak dapat dibenahi. Maka dari itu kami ingin
mengetahui apa faktor utama yang menyebabkan seks bebas
dikalangan remaja.

1.4.1 Tujuan Umum


Seks saat ini menjadi berita yang paling sering kita dengar,
tidak hanya dikalangan remaja saja tetapi dikalangan dewasa
sudah merajalela. Maka dari itu agar tidak terjadi semakin jauh
lagi peran aktif pemerintah harus mengatisipasinya dengan
memberi penyuluhan betapa bahayanya seks bebas.
3

1.4.2 Tujuan Khusus


Sering kita dengar pemberitaan tentang video seks bebas
dikalangan remaja, itu akibat yang disebabkan oleh moral
yang buruk dan karena tayangan-tayangan di televise yang
menjurus ke seks tersebut.

1.5 Hipotesis

Perbuatan seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh


hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-
bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan
tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama.
Maka ada pula cara kehidupan seks lebih baik dan ada juga
saatnya bicara terbuka soal seks. Apabila, kita sembarang untuk
melakukan seks maka kita akan bias terkena penyakit kelamin.
Banyak macam-macam penyakit kelamin, yaitu infeksi
jamur,Syphilis, Vaginistis, Bisul pada kelamin, Herpes. Adapula
penyakit kelamin yang umumnya yaitu Herpes Genital, Sifilis, Genore,
Genital Wart, dan Hepatitis B.

1.6 Metode Penelitian

Berdasarkan studi penelitian di berbagai kota besar di Indonesia,


sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan
hubungan seks. Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut
hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks
bebas di kalangan anak remaja secara umum baik di pondokan atau
kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius. Mungkinkah
karena longgarnya kontrol pada mereka? Berikut ini laporan KBI
GEMARI dari “Kota Pelajar” Yogyakarta dan Jakarta.
Pakar seks yang juga spesialis Obstetri dan Ginekologi Dr.
Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun
data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin
meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi dua
puluh persen pada tahun 2000.
Kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari berbagai
penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta,
Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di Palu, Sulawesi
Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat ramaja yang pernah
melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen.
“Sementara penelitian yang saya lakukan pada tahun 1999 lalu
terhadap pasien yang datang ke Klinik Pasutri, tercatat sekitar 18
persen remaja pernah melakukan hubungan seksual pranikah,” kata
pemilik Klinik Pasutri ini.
Kelompok remaja yang masuk dalam penelitian tersebut rata-
rata berusai 17-21 tahun, dan umumnya masih bersekolah di tingkat
4

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa. Namun,


dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di
bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja
erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta
kurangnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi
tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen di antaranya dilakukan
remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di
Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai negara yang angka
kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia Tenggara.
Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan
berbagai gangguan. Di antaranya, terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan. Selain tentunya kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi
salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak diinginkan.
Keadaan ini juga
bisa dijadikan bahan pertanyaan tentang kualitas anak tersebut,
apabila ibunya sudah tidak menghendaki.
Seks pranikah, lanjut Boyke, juga bisa meningkatkan risiko
kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum
usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat
hingga lima kali lipat.
Selain itu, seks pranikah akan meningkatkan jumlah kasus
penyakit menular seksual, seperti sipilids, GO (gonorhoe), hingga HIV
AIDS. Androlog Anita Gunawan mengatakan, kasus GO paling
banyak terjadi. Penderita bisa saja tidak mengalami keluhan. Tapi, hal
itu justru semakin meningkatkan penyebaran penyakit tersebut.
Anita menggolongkan penyakit GO tersebut ke dalam subklinis,
kroni, dan akut. Subklinis dan kronis, kata Anita, tidak menimbulkan
gejala serta keluhan pada penderita. Sedangkan GO akut akan
menampakkan gejala, seperti sulit buang air kecil atau sakit pada
ujung kemaluan. “Pada pria biasanya menampakkan gejala. Berbeda
dengan wanita, seringkali tidak menampakkan gejala yang jelas.
Paling-paling hanya timbul keputihan atau anyang-ayangan,” ujarnya.
Bagaimana dengan GO yang sudah parah? Dr. Boyke Dian
Nugraha menjelaskan, untuk GO yang sudah parah dapat
menyebabkan hilangnya kesuburan, baik pada pria maupun wanita.
Saluran sperma atau indung telur menjadi tersumbat oleh kuman GO.
Di sisi lain, Boyke menambahkan, perilaku seks bebas ini bisa
berlanjut hingga menginjak perkawinan. Tercatat sekitar 90 dari 121
masalah seks yang masuk ke Klinik Pasutri (pasangan suami istri)
pada tahun 2000 lalu, dialami orang-orang yang pernah melakukan
hubungan pranikah (pre maritaal).
“Masalah seks dengan pasangannya justru dijadikan legitimasi
untuk melakukan seks bebas. Bahkan, saat ini, seks bebas sudah
menjadi bagian dari budaya bisnis,” cetusnya. Faktor yang
melatarbelakangi hal ini, ujar Boyke, antara lain disebabkan
berkurangnya pemahaman nilai-nilai agama. Selain itu, juga
5

disebabkan belum adanya pendidikan seks secara formal di sekolah-


sekolah. Selain itu, juga maraknya penyebaran gambar serta VCD
porno.
Banyak remaja terjebak, lalu bagaimana dengan remaja di “Kota
Pelajar” Yogyakarta? Berdasarkan survei Pusat Studi Wanita
Universitas Islam Indonesia (PSW-UII) Yogyakarta, jumlah remaja
yang mengalami masalah kehidupan seks terutama di Yogyakarta
terus bertambah, akibat pola hidup seks bebas. Mengapa demikian?
“Karena pada kenyataannya pengaruh gaya seks bebas yang mereka
terima jauh lebih kuat dari kontrol yang mereka terima maupun
pembinaan secara keagamaan,” kata Kepala PSW-UII Dra. Trias
Setiawati, Msi.
Saat ini, jumlah pelajar di Kota Yogyakarta sebanyak 121.000
orang, atau sekitar 25 persen dari penduduk kota yang terkenal
sebagai Kota Pelajar yang sebanyak 490.000. Ini, tentunya
mendorong makin suburnya bisnis rumah kos di kota ini. Sementara
tingkat pengawasan dari pemilik kos maupun pihak orang tua, kata
Trias Setiawati, semakin longgar. Sehingga, makin banyak remaja
yang terjebak ke dalam pola seks bebas karena berbagai pengaruh
yang mereka terima baik dari teman,
internet, dan pengaruh lingkungan secara umum.
“Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola
hidup seks bebas, kalau terus menerus mengalami godaan dan dalam
kondisi sangat bebas dari kontrol, tentu suatu saat akan tergoda pula
untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat lagi
bagi remaja yang memang benteng mental dan keagamaannya tidak
begitu kuat,” dalihnya.
Salah satu upaya untuk menanggulangi maraknya seks bebas di
kalangan remaja, khususnya penghuni kos, selain perlu dilakukan
pengawasan yang ketat dan intensif dari pemilik kos secara
proporsional, juga meningkatkan kesadaran dari orang tua untuk
memilihkan tempat kos bagi anak-anaknya yang layak dan aman.
“Selain itu, tentu membekali putra-putrinya dengan benteng ajaran
agama yang kokoh,” ujar Trias saat ditemui di Yogyakarta, belum
lama ini.
BAB II
LANDASAN TEORI

• British Medic Jourman, mengungkap pria masih memiliki gairah seksual


menggebu, meski usianya telah menembus 70 tahun, sedangkan gairah
seksual wanita mulai menurun saat memasuki usia 65 tahun.
• Dr. Boyke Dian Nugraha sebagai pakar seks yang juga spesialis Obsetri
mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakuka
hubungan seks bebas semakin mingkat. Dari sekitar lima persen pada
tahun 1980, menjadi dua puluh persen pada tahun 2000.
• Cindy Mestron dan David Buss, mengungkapkan seorang perempuan
tidur dengan pasangannya merupak cara untuk menghilangkan
kebosanan, menjaga hubungan, ucapan terima kasih untuk makan malam
yang menyenangkan, sampai menyembuhkan sakit kepalanya.
• Ciptaningsih Utaryo, mengungkapkan seks bebas akan menimbulkan
masalah baru bukan hanya bagi wanita remaja itu sendiri, tapi juga pada
anak-anak yang akan dilahirkan.
• Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum
pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan
seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses
terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual,
hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan
kemasyarakatan
6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Pendidikan Seks

Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi


fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin, dan sebagainya. Pendidikan
seks bisa juga diartikan sebagai sex play yang hanya perlu diberikan kepada
orang dewasa. Adapun pengertian pendidikan seks yang akan dijelaskan
dalam bab ini adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti
tentang arti, fungsi, dan tujuan seks, sehingga ia dapat menyalurkannya
secara baik, benar, dan legal.Pendidikan seks mempunyai ruang
pembahasan yang luas dan kompleks. Pendidikan seks bukan hanya
mengenai penerangan seks dalam arti heterosexual ( seseorang yang
mempunyai keinginan seks hanya pada lawan jenisnya ), dan bukan semata-
mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis, melainkan juga meliputi
psikologi, sosio-kultural, agama, dan kesehatan.Dalam pendidikan seks
dapat dibedakan antara sex instruction dan education in sexuality. Sex
instruction ialah penerangan mengenai anatomi, seperti pertumbuhan rambut
pada ketiak dan sekitar alat kelamin, dan mengenai biologi dari reproduksi,
yaitu proses berkembang biak melalui hubungan kelamin untuk
mempertahankan jenisnya. Termasuk di dalamnya pembinaan keluarga dan
metode kontrasepsi dalam mencegah terjadinya kehamilan. Adapun
education ini sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisikologi,
ekonomi, dan pengetahuan lainnya yang dibutuhkan agar seseorang dapat
memahami dirinya sendiri sebagai individual seksual, serta mengadakan
hubungan interpersonal yang baik. Sex instruction tanpa education in
sexuality dapat menyebabkan promiscuity ( pergaulan dengan siapa saja )
serta hubungan-hubungan seks yang menyimpang.

3.2 Karakteristik Seksual Remaja

Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan


dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara
hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Karakter seksual
masing-masing jenis kelamin memiliki spesifikasi yang berbeda hal ini seperti
yang pendapat berikut ini :
Sexual characteristics are divided into two types. Primary sexual
characteristics are directly related to reproduction and include the sex organs
(genitalia). Secondary sexual characteristics are attributes other than the sex
organs that generally distinguish one sex from the other but are not essential
to reproduction,
7

such as the larger breasts characteristic of women and the facial hair and
deeper voices characteristic of men
(Microsoft Encarta Encyclopedia 2002). Pendapat tersebut seiring dengan
pendapat Hurlock (1991), seorang ahli psikologi perkembangan, yang
mengemukakan tanda-tanda kelamin sekunder yang penting pada laki-laki
dan perempuan. Menurut Hurlock, pada remaja putra : tumbuh rambut
kemaluan, kulit menjadi kasar, otot bertambah besar dan kuat, suara
membesar dan lain,lain. Sedangkan pada remaja putri : pinggul melebar,
payudara mulai tumbuh, tumbuh rambut kemaluan, mulai mengalami haid,
dan lain-lain.
Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja ke arah
kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk
menyalurkan keinginan seksualnya. Hal tersebut merupakan suatu yang
wajar karena secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi
untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi
pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan.

3.3 Perilaku Seksual

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh


hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-
bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik
hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Obyek seksual
dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan
atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak,
terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan
atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang dilakukan
sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikologis yang sangat
serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan agresi. Sementara akibat
psikososial yang timbul akibat perilaku seksual antara lain adalah ketegangan
mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah, misalnya
pada kasus remaja yang hamil di luar nikah. Belum lagi tekanan dari
masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan yang
bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi.
Disamping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga sangat tinggi, hal ini
disebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan
adanya murid yang hamil diluar nikah. Masalah ekonomi juga akan membuat
permasalahan ini menjadi semakin rumit dan kompleks.
Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk
melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :
• Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa
manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan
9

• hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali


menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.
• Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan
seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan
sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah
keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan
seksual.
• Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan
seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya
seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk
mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang
sebenarnya masih dapat dikerjakan.
Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu
muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai
(menikah) maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan
pengetahuan mengenai hal tersebut. Adapun faktor-faktor yang dianggap
berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut
Sarlito W. Sarwono (Psikologi Remaja,1994) adalah sebagai berikut :
• Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual
remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan
penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu.
• Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya
penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya
undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial
yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus
meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan
mental dan lain-lain).
• Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk
melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang
tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar
hal-hal tersebut.
• kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya
penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa yang
dengan teknologi yang canggih (cth: VCD, buku stensilan, Photo,
majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja
yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan
meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada
umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara
lengkap dari orangtuanya.
• Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena
sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks
dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan
cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.
10

• Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita


dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan
pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar
dengan pria.

3.4 Banyaknya Remaja Terjebak dalam Pergaulan Bebas

Maka perlunya perana orangtua dalam hal ini, pengawasan orangtua


serta bimbingan orangtua berperan penting agar remaja tidak terjebak dalam
pergaulan bebas, mengingat usia remaja yang serba ingin tahu dan rasa ingin
mencoba segala sesuatu yang dianggap aneh.
Perlu adanya pembekalan ilmu agama serta memberikan masukan-
masukan positif agar anak remaja Anda tidak salah memilih dalam pergaulan
dengan begitu Si remaja Anda tau mana yang baik dan tidak baik untuk
dilakukan.
Selektif dalam memilih teman, mengngat pertemuan berpengaruh,
sebaiknya hindari teman dari sis negatfnya saja tetapi tidak harus menjauihi
orangnya.
Biasakan pola hidup sssehat dan gaya hidup sehat. Jika remaja terjebak
dalam pergaulan bebas tidak mustahil remaja akan mendapatkan peluan untuk
melakukan seks bebas, tentunya jika itu terjadi hal tersebut akan menimbulkan
masalah baru tentunya bagi Si pelaku, baik pria maupun wanita. Ironisnya
dipihak itu, peran waktulah yang sangat merugi.
Karena harus menanggung kehormatan diluar pernikahan pun terjadi
jarak menutup kemungkinan jalan aborsi pun terjadi untuk menutupi rasa takut
dan malu. Lalu bagaimana dengan anak yang dikandungnya jika diaborsi itu
terjadi kemungkinan terlantar dan meninggal.
Bahkan jalan aborsi pun seringkali merenggut peran ibu, kemungkinan
semua itu bias saja tidak terjadippada remaj. Jika meraka tidak terjebak dalam
pergaulan bebas serta mendapatkan pengarahan tentang gaya hidup sehat yang
aman.

3.5 Pendidikan Seksual

Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara


umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan
seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya
pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan
seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan.
Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan
norma-norma yang berlaku.
11

di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan


bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di
masyarakat.
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang
dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang
bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini
bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks
dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa,
penyampaian materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini
ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya
dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan
kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak ( dalam Psikologi praktis,
anak, remaja dan keluarga, 1991).
Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh
orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah
orangtuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua
mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan permasalahan seksual.

3.6 Beberapa Kiat

Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tua
dari anak itu sendiri. Pendidikan yang diberikan termasuk dalam pendidikan
seksual. Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat
pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati
antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu
dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun
tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan
anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian
usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari
mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan. Dalam
memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak
bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan
terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada
saat anak menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun
mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti
yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut
anda perhatikan:
• Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat
ragu-ragu atau malu.
• Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan
menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak
akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti
misalnya : proses
12

pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa


uraiannya tetap rasional.
• Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak
umur 9 atau 10 tahun t belum perlu menerangkan secara lengkap
mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena
perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum
mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang
mendalam mengenai masalah tersebut.
• Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas
sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap
perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan
pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan
khusus anak. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan
melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain
itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian
baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan
memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-
benar menjadi bagian dari pengetahuannya.

3.7 Bahaya Seks Bebas

Hubungan seks pranikah bahkan berganti-ganti pasangan ( seks


bebas ) mengakibatkan aib dan mengganggu ketenteraman hidup
selanjutnya. Untuk itu, sebaiknya para remaja mengenal bahaya akibat
hubungan pranikah dan seks bebas sebelum terlanjur. Perilaku seks pranikah
dan seks bebas terutama di kalangan remaja sangat berbahaya bag
perkembangan mental ( psikis ), fisik, dan masa depan seseorang. Berikut
beberapa bahaya utama akibat seks pranikah dan seks bebas :
3.7.1. Menciptakan kenangan buruk
Norma-norma yang berlaku di masyarakat menyatakan bahwa
seks pranikah dan seks bebas merupakan perbuatan yang
melanggar
kepatutan. Apabila seseorang terbukti telah melakukan seks
pranikah atau seks bebas maka secara moral pelaku dihantui rasa
bersalah yang berlarut-larut. Bukan hanya pelaku yang merasa
malu bahkan keluarga besarnya pun akan merasakannya. Hal ini
tentu saja menjadi beban mental yang berat.
13

3.7.2. Mengakibatkan kehamilan


Kehamilan yang terjadi akibat seks pranikah dapat menjadi
beban mental yang luar biasa hebat. Biasanya kehamilan ini tidak
diharapkan “ orang tuanya “, sehingga muncul istilah kehamilan di
luar nikah sebagai suatu “ kecelakaan “. Keadaan semakin berat
ketika keluarga atau bahkan masyarakat mempertanyakan
kehamilan itu. Dalam keadaan seperti ini, biasanya timbul depresi
dan frustasi terutama menyerang wanita yang hamil di luar nikah
tersebut. Lebih jauh lagi, apabila bayi itu lahir dan kemudian
terungkap perilaku orang tuanya dulu maka tentu akan menjadi
beban mental juga. Jelaslah bahwa perilaku seks pranikah dan
seks bebas hanya akan menimbulkan kesusahan dan malapetaka
bagi pelaku dan bahkan keturunannya nanti.
3.7.3. Menggugurkan kandungan ( aborsi ) dan pembunuhan bayi
Banyak kehamilan yang terjadi akibat perilaku seks pranikah
merupakan kehamilan yang tidak diharapkan. Untuk itu, sebisa
mungkin “ orang tuanya “ menggugurkan kehamilannya karena
mereka belum siap untuk menjadi ayah maupun ibu dari bayi yang
akan dilahirkannya itu. Tindakan menggugurkan kandungan
( aborsi ) dengan tidak berdasarkan alasan medis jelas
bertentangan dengan hukum yang berlaku. Pelakunya akan
mendapatkan hukuman. Dampak lain dari menggugurkan
kandungan adalah akan mengganggu kesehatan seperti
kerusakan pada rahim, kemandulan, dan lainnya.
3.7.4. Penyebaran penyakit
Perilaku seks bebas dengan berganti-ganti pasangan sangat
berpotensi pada penyebaran penyakit kelamin. Penyakit kelamin
biasanya menular dan sangat mematikan. Penyakit kelamin ini
tidak hanya menular kepada pasangannya melainkan akan
menular pada keturunannya. Banyak kasus bayi lahir cacat akibat
orang tuanya terjangkit penyakit kelamin.
3.7.5. Timbul rasa ketagihan
Seks pranikah dan seks bebas akan mengundang rasa
ketagihan bagi para pelakunya. Sekli mencoba maka dipastikan
akan melakukan terus menerus perbuatan tersebut.

3.8 Menghindari Seks Bebas

Perilaku seks bebas sangat berdampak bagi perkembangan jiwa


seseorang. Perilaku seks bebas sangat berbahaya sehingga patut kita
hindari. Untuk menghindari seks bebas, perlu dilakukan pendidikan seks
kepada semua anggota keluarga. Salah satu bentuk pendidikan seks di
keluarga di antaranya adalah sebagai berikut:
3.8.1. Pencegahan Menurut Agama
a. Memisahkan tempat tidur anak; Setiap orang tua berusaha
untuk mulai memisahkan tempat tidur anak-anaknya ketika
mereka memasuki minimal usia tujuh tahun.
14

b. Meminta izin ketika memasuki kamar orang tua; Sejak dini


anak-anak sudah diajarkan untuk selalu meminta izin
ketika akan masuk ke kamar orang tuanya pada saat-saat
tertentu.g.Mengajarkan adab memandang lawan jenis;
Berilah pengertian mengenai adab dalam memandang
lawan jenis sehingga anak dapat mengetahui hal-hal yang
baik dan buruk.
c. Larangan menyebarkan rahasia suami-istri; Hubungan
seksual merupakan hubungan yang sangat khusus di
antara suami-istri. Karena itu, kerahasiaanya pantas
dijaga. Mereka tidak boleh menceritakan kekurangan
pasangannya kepada orang lain, apalgi terhadap anggota
keluarga terutama anak-anaknya
3.8.2. Pencegahan Seks Bebas dalam Keluarga
Faktor keluarga sangat menentukan dalam masalah
pendidikan seks sehingga perilaku seks bebas dapat dihindari.
Pengetahuan yang benar tentang dampak serta bahaya seks
bebas harus benar-benar diketahui dengan baik oleh setiap
anggota keluarga. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam usaha untuk mencegah perilaku seks bebas:
• Keluarga harus mengerti tentang permasalahan seks,
sebelum menjelaskannya kepada anak-anak mereka.
• Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan
seorang ibu mengarahkan anak perempuan dalam
menjelaskan masalah seks.
• Jangan menjelaskan masalah seks pada anak-anak laki-
laki dan perempuan pada waktu dan ruang yang sama.
• Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan
masalah seks, pilihlah kata-kata yang sopan.
• Penting bagi kedua orang tua untuk meyakinkan bahwa
teman-teman putra-putri mereka adalah anak-anak
yang baik.
• Memberikan perhatian terhadap kemampuan anak di
bidang olahraga dan menyibukkan mereka dengan
berbagai aktivitas yang bermanfaat.
• Tanamkanlah etika memelihara diri dari perbuatan-
perbuatan maksiat karena itu merupakan sesuatu yang
paling berharga.
• Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan
anak.
BAB IV
PENUTUP

Dalam bab ini akan berisikan tentang kesimpulan dan saran, dimana
kesimpulan tentang ringkasan ringkasan dari “Pergaulan Seks Bebas pada
Remaja di Era Globalisasi” dan saran yang berisikan tentang pendapat-
pendapat kami tentang pergaulan seks bebas yang banyak terjadi di remaja
maupun dewasa.

4.1 Kesimpulan
Pada bab ini penulis akan membuat kesimpulan tentang pergaulan
seks bebas di era globalisasi meliputi cara kehidupan seks yang lebih
baik, tipe pria yang harus dihindari, beberapa rahasia pria seputar
wanita, kencan dan seks, informasi tentang penyakit kelamin, tips yang
mungkin bias menolong anda menghadapi kecanduan seks.
Cara kehidupan seks yang lebih baik yaitu jangan biarkan
kehidupan seksual anda dengan melakukan hal kreatif dengan posisi
yang lebih baik. Adapun beberapa tipe pria yang harus dihindari kaum
wanita, yaitu : sikap Si pemilih, Si seniman, Si pencari pelarian, Si anak
mama dan Si berlebihan.
Beberapa rahasia pria seputar wanita kencan dan seks, yaitu : pria
tidak menyukai wanita dengan riasan tebal dan pria lebih percaya diri
saat memakai baju baru.
Adapun informasi tentang penyakit kelamin yang merupakan jenis
penyakit yang disebabkan oleh kuman yang ditularkan melalui hubuhan
seks oral maupun melalui hubungan antar kelamin. Ada beberapa
penyakit kelamin, yaitu : infeksi jamur, Syphilis, Vaginistis, bisul pada
alat kelamin, Herpes. Dan penyakit yang pada umumnya yaitu Herpes,
Genitas, Sifilis, Gonore, Genital Wart, dan Hepatitis B.
Tips yang mungkin bias menolong Anda dalam mengahadapi orang
yang kecanduan seks yaitu konsultasi dengan ahli kejiwaan dan carilah
bantuan dengan obat.
15
16

4.2 Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan untuk remaja-remaja sekarang


antara lain, jangan sekali-kali kalian berfikir bagaimana rasanya
melakukan seks tersebut. Karena dengan rasa ingin tahu kalian itu,
kalian akan terjerumus untuk melakukan perbuatan seks tersebut.
Saran yang diberikan untuk orang dewasa yang sudah melakukan
seks, sebaiknya jangan terlalu keseringan karena kita banyak terjadi
dimana-mana seperti penyakit kelamin Herpesgenital, Sifilis, Gonore,
Hepatitis B dan yang lebih parah adalah penyakit AIDS yang sampai
sekaarang belum ada obatnya.
Saran yang dapat penulis berikan untuk selurus masyarakat yang
sudah mengalami kecanduan seks . Alangkah lebih sebaiknya Anda
tidak dapat melakukan yang dapat merugikan Anda dikemudian hari.
DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul
Kata Pengantar ………………………………………………………………. v
Daftar Isi ………………………………………………………………………. vi
Bab I Pendahuluan ………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………… 2
1.2 Pembatasan Masalah …………………………………………… 2
1.3 Perumusan Masalah ……………………………………………. 2
1.4 Tujuan …………………………………………………………….. 2
1.4.1 Tujuan Umum …………………………………………… 2
1.4.2 Tujuan Khusus …………………………………………… 3
1.5 Hipotesis ………………………………………………………….. 3
1.6 Metode Penelitian ……………………………………………….. 3
Bab II Landasan Teori ………………………………………………………. 6
Bab III Pembahasan ………………………………………………………….. 7
3.1 Pengertian Pendidikan Seks …………………………………… 7
3.2 Karakteristik Seksual Remaja …………………………………… 7
3.3 Perilaku Seksual …………………………………………………. 8
3.4 Banyaknya Remaja Terjebak dalam Pergaulan Bebas ……… 10
3.5 Beberapa Kiat ……………………………………………………. 11
3.6 Bahaya Seks Bebas …………………………………………….. 12
3.7 Menghindari Seks Bebas ……………………………………….. 13
Bab IV Penutup ……………………………………………………………….. 15
4.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 15
4.2 Saran ……………………………………………………………….. 16
Daftar Pustaka …………………………………………………………………. 17
DAFTAR HADIR
Diskusi Tgl Agustus 2010
Tema: Terapi Otak

No. Nama Tanda Tangan


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
16. 16.
17. 17.
18. 18.
19. 19.
20. 20.
21. 21.
22. 22.
23. 23.
24. 24.
25. 25.
26. 26.
27. 27.
28. 28.
29. 29.
30. 30.
31. 31.
32. 32.
33. 33.
34. 34.
35. 35.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber teks: Kompas, Tempo, Majalah Gaul,www.google.com,


www.altavista.com, dan www.maziero.com
17

You might also like