You are on page 1of 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat,

berupa lambang bunyi bahasa

Pengajaran Bahasa Indonesia yang diterapkan di Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas menurut kurikulum 1984 terdapat enam aspek bahan

pengajaran yaitu membaca, kosa kata, struktur, menulis,

pragmatik, dan apresiasi bahasa dan sastra Indonesia. Dari

keenam aspek tersebut satu sama lainnya saling berhubungan.

Dari keenam aspek tersebut, salah satu yang akan dibahas dalam

penelitian ini yaitu pokok bahasan struktur dengan subpokok

bahasan ragam kalimat, khususnya kalimat perintah.

Penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang

ragam kaliamat yang ditinjau dari proses belajar mengajar yang

disesuaikan dengan kurikulum dan Garis-garis Besar Program

Pengajaran Bidang Studi Bahasa Indonesia tahun 1994.

Adapun susunan bahan dan proses belajar mengajar struktur dari

sub pokok bahasan tata kalimat yaitu ragam kalimat yang terdiri

atas :

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah


1.2.1 Pembatasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut di atas dan

agar pelaksanaan penelitian ini lebih terarah maka penulis

membatasi masalah penelitian ini sebagai berikata ulang :

1) Penggunaan macam-macam kata ulang dalam naskah

drama Perahu Retak;

2) Ketepatan Penggunaan kata ulang dalam naskah drama

Perahu Retak dari segi bentuk dan maknanya;

3) Kesesuaian naskah drama Perahu Retak sebagai bahan

pengajaran struktur kata ulang di kelas II SMU ditinjau

dari GBPP Bahasa dan Sastra Indonesia SMU tahun 1994

1.2.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang dan pembatasan masalah seperti

dikemukakan di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut

1) Apakah dalam naskah drama Perahu Retak

terdapat pemakaian bermacam-macam kata ulang?

2) Apakah dalam penggunaan bentuk dan makna

kata ulang dalam naskah drama Perahu Retak dilakukan

dengan tepat?

3) Apakah naskah drama Perahu Retak sesuai bila

dijadikan bahan pengajaran struktur kata ulang di kelas


2 SMU bila ditinjau dari GBPP Bahasa dan Sastra

Indonesia SMU 1994 kata ulangrikata ulanglum 1994?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1989:965)

dinyatakan bahwa tujuan adalah arah, haluan, yang dituju, maksud,

serta tuntutan (yang dituntut). Adapun tujuan yang ingin penulis

capai sehubungan dengan penelitian ini adalah:

1) Untuk mendiskripsikan macam-macam kata

ulang dalam naskah drama

Perahu Retak

2) Untuk mendiskripsikan tingkat ketepatan pemakaian

kata ulang dalam naskah drama Perahu Retak, dan

3) Untuk mendiskripsikan kesesusiam naskah drama Perahu

Retak bila dijadikan bahan pengajaran struktur kata

ulang dikelas 3 SMU.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kata Ulang

2.1.1 Pengertian Kata Ulang


Banyak pakar tata bahasa yang membicarakan tentang karta

ulang dan permasdlahannya, namun hanya beberpa saja diantara

mereka yang memberikan batasan tentang pengertian kata ulang

itu sendiri. Dari bebereapa pendapat tentan kata ulang, penulis

kemukakan berikata ulang ini :

Dalam buku kata ulang Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia,

secara ringkas dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan kata

ulang atau kata berulang ialah kata yang terjadi dari pengulangan

kata dasar ( Alisyahbana,1976:65). Dengan demikian, setiap kata

dasar yang diulang merupakan sebuah kata ulang. Sesuai dengan

batasan ini, dapat diambil contoh kata buku-buku yang merupakan

kata ulang dari kata dasar buku, ayam-ayam yang merupakan

pengulangan dari kata dasar ayam, dan sebagainya.

Sementara itu, menurut Ramlan (1985:57) kata ulang

merupakan hasil pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya

maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.

Satuan yang diulang itu merupakan bentuk dasar. Untuk dapat

memahami batasan atau pengertian ini, maka perlu pula dipahami

apa yang dimaksud dengan istilah satuan gramatik itu sendiri.

Satuan gramatik adalah satuan-satuan yang mengandung arti, baik

arti leksikal maupun arti gramatik (Ramlan 1985:24).

Selanjutnya, di dalam Kamus Linguistik dijelaskan bahwa kata

ulang adalah kata yang terjadi sebagai hasil reduplikasi, seperti


rumah-rumah, tetangga, dagdigdug (Kridalaksana,1984:91). Lalu,

apa yang dmaksud dengan reduplikasi? Reduplikasi adalah proses

dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau

satuan gramatikal. Misalnya rumah-rumah, tetamu, bolak-balik

(Kridalaksana,1984:167).

Kesimpulan dari ketiga batasan di atas kata ulang itu

merupakan hasil pengulangan dari bentuk atau satuan dasar, baik

sebagiannya maupun keseluruhannya, baik dengan variasi fonem

maupun tidak.

2.1.2 Bentuk Dasar Kata Ulang

Dalam uraian di atas telah dinyatakan bahwa kata ulang itu

memiliki satuan yang diulang, dan satuan yang diulang itu disebut

bentuk dasar. Di samping itu, pengulangan ada yang dilakukan

secara keseluruhan, sebagian, ada yang dengan variasi fonem, ada

yang tidak. Lalu bagaimana menentukan bentuk dasar kata ulang

itu?

Untuk dapat menentukan bentuk dasar sebuah kata ulang

terlebih dahulu harus dipahami maksud dari bentuk dasar itu

sendiri. Yang dimaksud dengan bentuk dasar ialah sebuah bentuk

bahasa yang menjadi tumpuan pembentukkan bentuk-bentuk yang

lain yang lebih luas (Parera,1994:48).


Sebagaian kata ulang dengan mudah dapat ditentukan

bentuk dasarnya dalam hal ini, dapat diambil contoh kata rumah-

rumah dengan bentuk dasar rumah, perumahan-perumahan

dengan bentuk dasarnya perumahan, sakit-sakit dengan bentuk

dasarnya sakit. Tetapi pada bentuk kata ulang yang lain seperti

bentuk berkata-kata atau menyanyi-nyanyian tidaklah mudah

semudah menentukan bentuk dasar kata di atas. Apakah bentuk

dasar berkata-kata itu kata atau berkata? Demikian pula dengan

nyanyi-nyanyian, apakah bentuk dasarnya nyanyi atau nyanyian?

Dengan melihat contoh-contoh berikata ulang, jelas bahwa

ternyata tidak semua kata ulang dapat ditentukan bentuk dasarnya

dengan mudah.

Sehubungan dengan masalah itu, Ramlan (1985:59-61)

mengemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar

kata ulang.

1) Pengulangan pada umumnya tidak mengubah

golongan kata. Dengan petunjuk ini, dapat ditentukan bahwa

bentuk dasar kata ulang yang merupakan golongan verbal,

baik kata sifat maupun kata kerja, maka pengulangannya

akan berbentuk verbal pula. Demikian pula dengan kata yang

bentuk dasarnya nominal, maka pengulangannya akan

berbentuk nominal pula. Namun, petunjuk ini tidak berlakata


ulang bagi kata ulang yang menggunakan se – nya. Contoh-

contoh berikut kata ulang ini akan menunjukan hal itu.

Berkata-kata ( kata kerja) : bentuk dasarnya berkata (kata

kerja)

pukul-memukul (kata kerja) : bentuk dasarnya memukul

( kata kerja)

Gunung-gunung ( kata nomina ) : bentuk dasarnya gunung

( kata nomina )

Cepat-cepat (kata sifat) : bentuk dasarnya cepat ( kata sifat )

Setinggi-tingginya (kata keterangan) : bentuk dasarnya tinggi

( kata sifat )

2) Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat

dalam penggunaan bahasa. Misalnya kata ulang

mempertahan-tahankan, bentuk dasarnya bukan

mempertahan melainkan mempertahankan karena

mempertahan tidak terdapat dalam pemakaian bahasa

Berdasarkan uraian dan contoh-contoh di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa bentuk dasar kata ulang ialah sebuah bentuk

bahasa yang menjadi tumpuan pembentukan kata ulang. Bentuk

dasar kata ulang ini umumnya tidak mengubah golongan kata,

kecuali pada pengulangan dengan se – nya. Di samping itu, bentuk


dasar kata ulang selalu berupa satuan yang terdapat dalam

penggunaan bahasa.

2.1.3 Macam-Macam Kata Ulang

Berdasarkan bentuknya, kata ulang itu dapat dibagi-bagi

kedalam berbagai macam golongan.

1) Kata Ulang Penuh

Yang tergolong dalam jenis ini ialah semua kata ulang yang

dihasilkan oleh perulangan unsurnya secara penuh ( Badudu,

1984:21 ). Sutan Takdir Alisyahbana menyebut kata ulang penuh

ini dengan perulangan murni/kata ulang murni, yaitu kata dasar

diulang dengan tidak dapat mengalami perubahan sedikitpun

(Alisyahbana, 1976:65).

Sementara itu, Ramlan menyebut kata ulang penuh ini

sebagai perulangan seluruh. Pengulangan seluruh adalah

pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa berubah fonem dan tidak

berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks (Ramlan, 1985:62).

Contoh kata ulang penuh:

kebaikan kebaikan-kebaikan

sepeda sepeda-sepeda

sekali sekali-sekali

buku buku-buku

pembangunan pembangunan-pembangunan
2) Pengulangan Sebagian

Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian dari

bentuk dasarnya. Di sini, bentuk dasar tidak diulang seluruhnya.

Hampir semua bentuk dasar pengulangan galongan ini berupa

bentuk kompleks (Ramlan, 1985:63).

Badudu (1984:23) menyebut kata ulang jenis ini kata ulang

dwipurwa. Namun, dalam contoh-contoh dan uraian tadi, ternyata

kata ulang dwipurwa ini hanya meyangkata ulangt sebagian, yaitu

yang berupa bentuk tunggal.

Contoh pengulangan bentuk tunggal atau kata ulang

dwipurwa:

Lelaki

Tetamu

Leluhur

Tetua

Tetangga

Pepohonan

Kekayaan, dsb.

Di samping contoh pengulangan sebagian bentuk tunggal

(dwipurwa) di atas, berikut ini penulis sajikan contoh pengulangan

sebagian bentuk kompleks.

a) Bentuk meN- :
Mengambil mengambil-ambil

Membaca membaca-baca

Menjalankan menjalan-jalankan

melambaikan melambai-lambaikan

mengemasi mengemas-ngemasi

b) Bentuk ber- :

berjalan berjalan-jalan

bertemu bertemu-temu

bersiap bersiap-siap

berkata berkata-kata

bermain bermain-main

c) Bentuk di- :

ditarik ditarik-tarik

dikemasi dikemas-kemasi

disodorkan disodor-sodorkan

d) Bentuk ter- :

terbatuk terbatuk-batuk

tergoncang tergoncang-goncang

tersenyum tersenyum-senyum
e) Bentuk ber-an :

berlari berlari-larian

berdekatan berdekat-dekatan

berjauhan berjauh-jauhan

berhamburan berhambur-hamburan

berpukulan berpukul-pukulan

f) Bentuk –an :

minuman minum-minuman

makanan makan-makanan

karangan karang-karangan

sayuran sayur-sayuran

g) Bentuk ke- :

kedua kedua-dua

kelima kelima-lima

3) Kata Ulang Berimbuhan

Yang tergolong dalam jenis ini ialah semua kata ulang yang

salah satu unsurnya berimbuhan: awalan, sisipan, atau akhiran

(Badudu,1984:21).alisyahbana (1976:65) menyebut golongan kata

ulang ini perulangan yang mendapat awalan, akhiran atau sisipan.


Sementara itu, Ramlan menyebutnya sebagai perulangan

yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Maksudnya,

pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses

pembumbuhanafiks dan bersama-sama pula mendukung satu

fungsi (Ramlan,1985:66).

Contoh kata ulang berimbuhan:

jalan berjalan-jalan

anak anak-anakan

dalam sedalam-dalamnya

turun turun-temurun

4) Kata Ulang Berubah Bunyi

Dalam kata ulang berubah bunyi, yang mengalami perubahan

bunyi itu boleh unsur pertama kata ulang itu, boleh juga unsur

kedua (Badudu,1984:22). Menurut takdir, perulangan yang disertai

perubahan bunyi atau huruf yang dikandung kata dasar, contohnya

adalah serba-serbi lekak-lekuk, sayur-mayur, selang-seling

(Alisyahbana, 1976:65).

Ramlan(1985:68) menyebut kata ulang macam ini

pengulangan dengan perubahan fonem. Kata ulang yang

pengulangannya termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit.

Dalam perubahan fonem ini, bisa berupa perubahan fonem, vokal,

bisa juga fonem konsonan.


Contoh kata ulang dengan perubahan bunyi (fonem) vokal:

Balik bolak-balik

Gerak gerak-gerik

Serbi serba-serbi

Lekuk lekak-lekuk

Contoh kata ulang dengan perubahan bunyi (fonem) konsonan:

lauk lauk-pauk

ramah ramah-tamah

tali tali-temali

sayur sayur-mayur

5) Kata Ulang Semu

Yang dimaksud kata ulang semu ialah kata yang dipakai

dalam bentuk ulang seperti itu. Bila tidak diulang maka

komponennya itu tidak mempunyaimakna, atau mempunyai makna

tapi tidak ada hubungannya dengankata ulang tersebut

(Badudu,1984:22).

Menurut Alisyahbana (1976:67), kata ulang semu dalam

bahasa Indonesia ini merupakan kata ulang yang tidak tentu

asalnya dan tidak tentu artinya, yaitu semata-mata telah menjadi

satu kata saja.

Contoh kata ulang semu : kura-kura

Pundi-pundi
Kupu-kupu

2.1.4 Fungsi dan Arti Kata Ulang

Di dalam bab tentang penentuan bentuk dasar kata ulang,

telah dijelaskan bahwa hasil dari suatu proses pegulangan itu tidak

akan mengubah golongan kata, kecuali pengulangan dengan se-

nya. Jadi, pengulangan sebuah kata akan menurunkan jenis kata

yang sama apabila kata itu tidak diulang.

Seperti penulis telah jelaskan, pada dasarnya perulangan itu

mempunyai fungsi untuk menghasilkan makna tertentu. Dengan

demikian, artinya akan lebih mudah ditentukan

Tentang fungsi kata ulang ini, Ramlan (1985:163)

menyatakan bahwa proses pengulangan ada yang berfungsi

mengubah golongan kata dan ada yang tidak. Pendapat tersebut

dapat menjadi buktinya. Kesimpulan yang dapat diambil dalam

fungsi kata ulang ini adalah bahwa kata ulang tidak mengubah

golongan atau jenis kata , kecuali pengulangan yang menggunakan

se-nya. Dengan demikian, berarti bahwa fungsi pengulangan

adalah untuk menghasilkan makna tertentu.

2.1.4.1 Arti / Makna Kata Ulang

Arti yang dihasilkan oleh proses pengulangan adalalah:

1). Intensitas / Menegaskan / Menguatkan arti yang dibedakan atas:


a. Intensitas : (angkat) tinggi-tinggi, (perhatikan)

kualitatif baik-baik, dan sebagainya


(menegaskan) : meja-meja, gambar-gambar,

b. Intensitas pohon-pohon, dan sebagainya

kuantitatiff : melambai-lambai, berjalan-jalan,

(banyak/jamak) meminta-minta, dan sebaginya

c. Intensitas

Frekuantitatiff
2) Melemahkan arti : Kemerah-merahan, pening-

pening, duduk-duduk, dan

sebagainya
3) Menyatakan saling/resiprok : Bersalam-salaman, bantu-

membantu, tembak-menembak,

dan sebagainya
4) Banyak dan bermacam- : Buah-buahan, akar-akaran

macam Rumput-rumputan, sayur-sayuran,

biji-bijian, dan sebaginya

Demikianlah tentang kata ulang dan hal-hal yang termasuk

didalamnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah dalam

penulisannya, kata ulang ditandai oleh tanda penghubung (-) di

antara pengulangan itu. Satu hal lagi yang perlu diperhatikan

dalam cara penulisan kata ulang adalah sebagai kutipan berikut :

Kata dasar yang diawali dengan konsonan tajam k, p, t, dan s


apabila mendapat awalan me-, maka konsonan-konsonan
tersebut akan lebur dan digantikan oleh persenggaungan yang
timbul. Mengingat konsonan pertamanya sudah lebur dan
digantikan oleh persenggaungan yang timbul, maka kata dasar
yang mendapat awalan me- itu akan berubah. Dengan
demikian, maka unsur perulangan yang kedua akan
menyesuaikan kata dasarnya atau unsur perulangan yang
pertama (Santoso,1990:70).

2.2 Kedudukan Pengajaran Struktur Kata Ulang Dalam GBPP Bahasa

dan Sastra Indonesia SMA 1987 kata ulangrikata ulanglum 1984

dikelas 3

Garis-garis besar program pengajaran (GBPP) Bahasa

Indonesia adalah salah satu komponen dari perangkat kurikulum

yang merupakan pedoman para guru dalam melaksanakan

tugasnya sehari-hari di sekolah (Depdikbud, 1987:v). GBPP

merupakan pedoman para guru berisi materi minimal yang perlu

dipelajari oleh siswa untuk mencapai tujuan kurikuler dan tujuan

intruksional umum.

Agar setiap guru Bahasa Indonesia dapat melaksanakan

tugas kependidikannya dengan baik, maka setiap guru bahasa

Indonesia perlu memahami sungguh- sungguh isi GBPP Bahasa

Indonesia ini.

2.2.1 Tujuan Kurikuler

Tujuan kurikuler ialah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap

mata pelajaran. Dengan demikian, tujuan kata ulangrukata ulangler

bahasa indonesia adalah tujuan yang ingin dicapai dalam

pengajaran Bahasa Indonesia. Dengan kolom tujuan kurikuler yang

terdapat didalam GBPP Bahasa dan Sastra Indonesia, guru dapat


memperoleh informasi tentang tujuan pengajaran bahasa indonesia

untuka tiap jenis sekolah. Dalam perumusan tujuan kurikuler ini,

guru juga memperoleh informasi tentang kemampuan dan

keterampilan apa yang dimiliki oleh siswa setelah mengikata

ulangti program pendidikan sesuai jenis sekolahnya.

Apapun tujuan kurikuler bahasa dan sastra Indonesia adalah

siswa memiliki kemampuan berbahasa indonesia yang baik dan

benar serta dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai

situasi dan tujuan berbahasa dan tingkat pengalaman siswa SMA

(Depdikbud, 1987:47). Tujuan kurikuler ini berlakata ulang untuk

kelas 1, 2, dan 3.

2.2.2 Tujuan Intruksional Umum

Tujuan intruksional ini merupakan penjabaran dari tujuan

kata ulangrikata ulangler. Dalam pencapaiannya, tujuan ini, harus

dijabarkan lagi ke dalam tujuan intruksional khusus.

Dengan kolom tujuan intruksional umum yang terdapat

dalam GBPP, guru bahasa Indonesia akan memperoleh informasi

tentang pengalaman belajar yang perlu diusahakan oleh siswa

dengan penyajian pokok bahasaan, sub pokok bahasan, atau

materi tertentu (Depdikbud, 1987:v).

Apapun tujuan intruksional umum tentang pokok bahasan

struktur kata ulang untuk kelas tiga menurut GBPP Bahasa dan

Sastra Indonesia SMA 1987, Adalah siswa dapat memahami dan


dapat menggunakan kata ulang serta dapat

mengkomunikasikannya kedalam kalimat secara tulisan/lisan.

Seperti penulis singgung di atas, tujuan ini dapat

pencapaiannya harus dijabarkan kedalam tujuan pengajaran yang

lebih khusus lagi, yaitu yang disebut tujuan intruksional khusus.

Kalau ditujuan intruksional itu menggunakan kata kerja yang masih

bersifat umum dan sullit diukur seperti memahami, menggunakan.

Maka tujuan intruksional khusus harus digunakan kata kerja khusus

dan dapat diukur. Hal itu sesuai yang dikemukakan oleh Kosadi

Hidayat dan Iim Rahmina (1991:49) bahwa dalam perumusan

tujuan itu hendaknya bersifat spesifik dan operasional sehingga

dapat diukur.

2.2.3 Bahan Pengajaran Struktur Kata Ulang

Bahan pengajaran struktur kata ulang adalah materi atau

bahan pengajaran struktur kata ulang yang harus disampaikan

kepada siswa. Dalam kolom bahan pengajaran (pokok bahasan dan

uraian),guru dapat dapat memperoleh informasi tentang jenis

pokok bahasan kedalaman dan keluasan materi

9Depdikbud,1987:v).

Apapun bahan pengajaran struktur kata ulang untuk kelas 3,

meliputi :
1) Menggunakan kata ulang utuh dalam kalimat

dengan memperhatikan contoh penggunaannya yang salah.

2) Menggumakan bermacam-macam bentuk

kata ulang kata kerja dalam kalimat dengan memperhatikan

fungsi atau artinya atau kesalahan penggunaan.

3) Menggunakan kata ulang sebagian dalam

kalimat dengan memperhatikan komponen pokok kata

bentukan itu, serta makna perulangannya.

4) Menggunakan kata ulang kata ganti dalam

kalimat dengan memperhatikan perbedaan maknanya

dengan bentuk tanpa perulangan.

Bahan pengajaran kesatu dan kedua di atas, merupakan

bahan pengajaran yang di programkan pada semester ke 5 dengan

waktu masing-masing 1 ½ jam pelajaran. Bahan pengajaran ketiga

dan keempat adalah bahan pengajaran yang diprogramkan pada

semester ke-6, dengan waktu masing-masing 1 jam dan 1 ½ jam

pelajaran.

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional


Definisi operasional dimaksudkan untuk memberikan

pengertian tentang kata-kata atau frase-frase yang terdapat dalam

kalimat judul penelitian, agar jelas maksud dan arahnya.

1) Analisis

Pengertian analisis di dalam KBBI dijelaskan sebagai:

a) Penyelidikan terhadap suatu peristiwa ( karangan,

perbuatan, dsb ) untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya (sebab-musabah, duduk perkaranya,dsb)

b) Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan

penelahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian

untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman

arti keseluruhan

c) Penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya

d) Proses pemecahan suatu persoalan yang dimulai dengan

dugaan akan kebenarannya (Depdikbud, 1989: 32)

2) Kata Ulang

Kata ulang dalam Kamus Linguistik dijelaskan sebagai kata

yang terjadi sebagai hasil reduplikasi, seperti rumah-rumah

(Kridalaksana, (1984:91). Sementara itu, reduplikasi dijelaskan

sebagai hasil perulangan suatu sebagai alat fonologis atau satuan

gramatik; misalnya rumah-rumah (Kridalaksana, 1984:167).


3) Naskah Drama Perahu Retak

Untuk memahami frase ini secara keseluruhan, perlu pula

dipahami tentang arti naskah drama itu sendiri. Pertama , naskah

berarti karangan yang masih ditulis dengan tangan atau karangan

seseorang sebagai karya asli (depdikbud, 1988: 610). Kedua,

drama itu 1) komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat

menggambarkan kehidupan atau watak melalui tingkah laku

(akting) atau dialog yang dipentaskan; 2) cerita atau kisah yang

terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus

mempertunjukan teater; 3) cakupan kejadian (Depdikbud, 1989:

213). Jadi, secara ringkas naskah drama adalah sebuah hasil karya

seseorang yang berisi kisah atau cerita yang menggambarkan

watak atau kehidupan seseorang melalui tingkah laku atau akting

dan dialog yang melibatkan emosi dan khusus di susun untuk

dipentaskan.

Naskah drama Perahu Retak adalah sebuah naskah drama

karya Emha Ainun Nadjib, yang merupakan lakon tradisi yang

mencerminkan perselisihan Jawa-Islam pada kerajaan Mataram.

Naskah drama tersebut beriai secercah ilustrasi tentang upaya

pencaharian kemungkinan kerja sama antara Jawa dengan Islam.

Meskipun pada saat itu kata “Demokrasi’ belum dikenal, tetapi

sama sekali tidak berarti bahwa demokrasi tidak ada sebagai


aspirasi, naluri, ide atau gagasan manusia dan masyarakat pada

jaman itu.

Naskah drama perahu retak ini terdiri dari 17 babak, dengan

13 tokoh. Yang menjadi tokoh utama dalam naskah tersebut adalah

Syek Jangkung seorang guru pengembara yang arif dan bijaksana

dan Raden Mas Kalong sebagai muridnya adapun pemilihan frase

perahu retak sebagai judul naskah , dimungkinkan sebagai istilah

dari retaknya jiwa karena kurang pahamnya sang tokoh terhadap

dirinya sendiri, hal itu diungkapkan oleh tokoh guru pada saat

mencerminkan kisah orang yang merasa dirinya paling benar

padahal ia belum tahu atau belum belajar tahu tentang kebenaran

itu sendiri.

Naskah drama karya Ehma Ainun Nadjib ini diterbitkan pada

tahun 1992 oleh penerbit Garda Pustaka.

4) Emha Ainun Nadjib

Emha Ainun Nadjib adalah pengarang nasakah drama Perahu

Retak yang menjadi bahan analisis penulis. Ia lahir di Jombang –

Jawa Timur pada tanggal 27 Mei 1953. Ia pernah menempuh

pendidikan di Universitas Gajah Mada Yogyakarta, dan Pondok

Pesantren Gontor Jawa Timur.


Selain menulis naskah drama, ia juga menulis kumpulan

puisi, cerpen, kolom, berceramah, dan berdakwah di berbagai

mimbar, dan memimpin pertunjukkan.

Beberapa karyanya yang pernah diterbitkan selain Perahu

Retak antara lain adalah:

- Seribu Mesjid Satu Jumlahnya yang merupakan kata

ulangmpulan puisi dan cerpen,

- Sesobek Bukata ulang Harian Indonesia.

- Sajak-sajak Cinta

- Nyanyian Gelandangan

- Kado Buat Muhammad

- Dan lain-lain

5) Bahan Pengajaran Struktur di Kelas 3 SMU

Bahan pengajaran struktur dikelas 3 SMU adalah bahan

pengajaran, seperti yang telah digariskan dalam GBPP Bahasa dan

Sastra Indonesia SMU 1987 kurikulum 1984. bahan pengajaran

struktur ini, terbagi dua yaitu struktur kalimat dan struktur kata.

Dalam hubungan dengan penelitian ini, bahan pengajaran struktur

kata yang digunakan adalah bahan pengajaran struktur kata ulang

yang diprogramkan pada kelas 3 semester 5 dan 6.

3.2 Anggapan Dasar dan Hipotesis

3.2.1 Anggapan Dasar


Anggapan dasar merupakan landasan teori suatu penelitian.

Menurut Surakhmad (1982:39). Anggapan dasar adalah asumsi

atau postulat yang menjadi tumpuan segala pandangan dan

kegiatan terhadap masalah yang dihadapi.

Anggaran dasar penulis sehubungan dengan masalah analisis

kata ulang ini adalah:

1) Perbandingan bobot pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia sebaiknya seimbang dan dapat disajikan secara

terpadu, yaitu bacaan sastra dapat sekaligus dipakai

sebagai bahan pembelajaran bahasa (Depdikbud, 1993:4).

2) Tanda hubung (-) digunakan untuk menyambung unsur-

unsur kata ulang. Pengulangan sebuah kata akan

menghasilkan makna tertentu.

3) Penelitian bahan pengajaran struktur, khususnya yang

menyangkut kata ulang harus disesuaikan dengan GBPP

Bahasa dan Sastra Indonesia kurikulum yang berlaku.

3.2.2 Hipotesis

Hipotesis adalah perumusan jawaban-jawaban sementara

terhadap suatu soal, yang dimaksudkan sebagai tuntutan


sementara dalam penyelidikan yang sebenarnya (Surakhmad,

1982:39).

Hipotesisi penulis sehubungan dengan penelitian ini, adalah:

1) Di dalam naskah drama Perahu Retak terdapat

pemakaian kata ulang yang bermacam-macam.

2) Penggunaan kata ulang dalam naskah drama

Perahu Retak memiliki tingkat ketetapan yang tinggi.

3) Naskah drama Perahu Retak dapat dijadikan

bahan pengajaran struktur kata ulang karena sesuai

dengan GBPP Bahasa dan Sastra Indonesia SMA 1987

Kurikulum 1998

3.3 Metode dan Teknik Penelitian

3.3.1 Metode Penelitian

Agar penelitian ini dapat dilakata ulangkan dengan lancar

dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan , maka diperlukan

metode kerja yang tepat. Karena itu, penulis memilih penggunaan

metode deskriptif dalam penelitian ini.

Surkhmad (1982;139) mengemukakan, metode deskriptif

memungkinkan pemecahan beberapa masalah yang aktual dengan

jalan mengumpulkan data, menyusunnya, mengklasifikasikannya,

menganalisisnya dan menginterprestasikannya.


3.3.2 Teknik penelitian

Setelah menentukan metode penelitian. Penulis

menggunakan tekhnik penelitian yang akan digunakan. Tekhnik

adalah upaya, usaha-usaha atau cara-cara yang ditempuh untuk

mencapai tujuan (Hidayat dkk, 1987:80).

Tekhnik penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini.

1) Teknik Kajian Pustaka

Tekhnik ini penulis gunakan untuk mengkaji bukata ulang-

bukata ulang yang ada hubungannya dengan penelitian ini,

diharapkan penulis memperoleh data-data yang dapat

digunakan untuk memecahkan masalah-masalah penelitian

inidengan baik.

2) Tekhnik Analisis Deskritif

Tekhnik ini dilakata ulangkan dengan cara menganalisis

sumber data secara cermat, kemudian menguraikan atau

mendeskripsikan hasil analisis tersebut.

3.4 Sumber Data

3.4.1 Populasi

Populasi adalah sekumpulan objek penelitian (Ali, 1987: 54).

Populasi ini merupakan sumber data bagi penulis dalam melakukan

penelitiannya. Berdasarkan pengertian tadi, maka yang menjadi


populasi bagi penulis adalah naskah drama Perahu Retak karya

Ehma Ainun Nadjib.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah penarikan sebagian dari populasi untuk

mewakili seluruh populasi (Surakhmad, 1982:93). Sehubungan

dengan penarikan sampel ini, maka penulis menentukan

penggunaan kata ulang dalam naskah drama Perahu Retak .

BAB IV

ANALISIS KATA ULANG DALAM NASKAH DRAMA PERAHU


RETAK KARYA EMHA AINUN NADJIB SEBAGAI UPAYA
MEMILIH BAHAN PENGAJARAN STRUKTUR KATA DI KELAS III
SMA

4.1 Penggunaan Kata Ulang Dalam Naskah Drama Perahu Retak

Alam naskah drama perahu retak banyak dijumpai

pemakaian kata ulang. Kata ulang yang dipakai dalam naskah

drama Perahu Retak ini berfariasi macamnya. Berikut ini penulis

sajikan data penggunaan macam-macam kata ulang dalam naskah

drama tersebut

1) Penggunaan Kata Ulang Penuh


Penggunaan kata ulang penuh dalam naskah drama perahu

Retak dapat dilihat dalam tabel berikata ulangt ini.

TABEL I
PENGGUNAAN KATA ULANG PENUH
DALAM NASKAH DRAMA PERAHU RETAK

Bentuk Makna
No Kata yang Digunakan f
Pengulangan
Dasar

1. Abad-abad 2 Abad Melemahkan

2. Ajaran-ajaran 1 Ajaran Int. kuantitatif

3. Aji-aji 1 Aji Int. kualitatif

4. Anak – anak 8 Anak Int. kuantitatif

5. Anjing-anjing 1 Anjing Int.kuantitatif

6. Apa-apa 1 Apa Int.kualitatif

7 Baik-baik 3 Baik Int.kualitatif

8 Batu-batu 1 Batu Int. kuantitatif

9 Bayang-bayang 1 Bayang Int. kualitatif


10 Bebek-bebek 1 Bebek Int. kuantitatif

11 Benar-benar 3 Benar Int. kualitatif

12 Benih-benih 2 Benih Int.kuantitatiff

13 Benturan-benturan 1 Benturan Int.kualitatif

14 Berani-berani 1 Berani Int.kualitatif

15 Binatang-binatang 1 Binatang Int.kuantitatif

16 Bintang-bintang 2 Bintang Int.kuantitatif

17 Burung-burung 3 Burung Int.kutitatif

18 Cacing-cacing 1 Cacing Int.kutitatif

19 Cecunguk-cecunguk 2 Cecunguk Int.kutitatif

20 Cecurut-cecurut 1 Cecurut Int.kuatitatif

21 Cucu-cucu 1 Cucu Int.kutitatif

22 Daerah-daerah 1 Daerah Int.kuantitatif

23 Danyang-danyang 1 Danyang Int.kuantitatif

24 Daud-daud 1 Daud Int.kualititatif

25 Dayang-dayang 1 Dayang Int.kuantitatif

26 Diam-diam 3 Diam Int.kuantitatif

27 Dukun-dukun 1 Dukun Int.kuantitatif

28 Dusun-dusun 1 Dusun Int.kuantitatif

29 Eman-eman 1 Eman Int.kualitatif

30 Gerakan-gerakan 3 Gerakan Int.kuantitatif

31 Gojleng-gojleng 1 Gojleng Int.kualitatif

32 Guru-guru 2 Guru Int.kuantitatif


33 Hak-hak 3 Hak Int.kuantitatif

34 Hari-hari 4 Hari Int.kuantitatif

35 Hiburan-hiburan 1 Hiburan Int.kuantitatif

36 Injak-injak 1 Injak Int. frekuentatif

37 Jangan-jangan 1 Jangan Melemahkan

38 Jari-jari 1 Jari arti

39 Jejak-jejak 1 Jejak Int.kuantitatif

40 Kadang-kadang 1 Kadang Int.kuantitatif

41 Kambing-kambing 1 Kambing Int.kuantitatif

42 Kalimat-kalimat 1 Kalimat Int. kuantitatif

43 Kapan-kapan 1 Kapan Int. kuantitatif

44 Kata-kata 13 Kata Melemahkan

45 Kebrutalan-kebrutalan 1 Kebrutalan arti

46 Kerajaan-kerajaan 1 Kerajaan Int. kuantitatif

47 Kiai-kiai 1 Kiai Int. kuantitatif

48 kuda-kuda 2 Kuda Int. kuantitatif

49 Laki-laki 8 Laki Int. kuantitatif

50 Lubang-lubang 1 Lubang Melemahkan

51 Lurah-lurah 1 Lurah arti

52 Mana-mana 1 Mana Int.kualitatif

53 Melarat-melarat 1 Melarat Int. kuantitatif

54 Mentah-mentah 1 Mentah Int. kuantitatif

55 Mondoroko-mondoroko 1 mandaroko Int. kuantitatif


56 Murid-murid 1 murid Int. kualitatif

57 Musang-musang 1 musang Int.kualitatif

58 Nabi-nabi 1 nabi Int. kuantitatif

59 Orang-orang 5 orang Int. kuantitatif

60 Parit-parit 1 parit Int. kuantitatif

61 Pendekar-pendekar 3 pendekar Int. kuantitatif

62 Perampok-perampok 1 perampok Int. kuantitatif

63 Perbedaan-perbedaan 1 perbedaan Int. kuantitatif

64 Perguruan-perguruan 1 perguruan Int. kuantitatif

65 Persoalan-persoalan 1 persoalan Int. kuantitatif

66 Pertentangan- 1 pertentanga Int. kuantitatif

67 pertentangan 1 n Int. kuantitatif

68 Pohon-pohon 1 pohon Int. kuantitatif

69 Ponggawa-ponggawa 1 ponggawa Int. kuantitatif

70 Priyai-priyai 1 priyai Int. kuantitatif

71 Puisi-puisi 1 puisi Int. kuantitatif

72 Pulau-pulau 1 pulau Int. kuantitatif

73 Pusaka-pusaka 1 pusaka Int. kuantitatif

74 Ranting-ranting 1 ranting Int. kuantitatif

75 Remang-remang 1 remang Int. kuantitatif

76 Rencana-rencana 1 rencana Int. kuantitatif

77 Ruang-ruang 1 ruang Int. kuantitatif

78 Rumah-rumah 2 rumah Int. kuantitatif


79 Saat-saat 2 saat Int. kuantitatif

80 Sahabat-sahabat 1 sahabat Int. kuantitatif

81 Sahil-sahil 1 sahil Melemahkan

82 Sakti-sakti 6 sakti arti

83 Santri-santri 1 santri Int. kuantitatif

84 Sawah-sawah 1 sawah Int. kuantitatif

85 Sayup-sayup 1 sayup Int. kuantitatif

86 Sel-sel 1 sel Int. kuantitatif

87 Sendiri-sendiri 1 sendiri Int. kuantitatif

88 Srigala-srigala 3 srigala Melemahkan

89 Soal-soal 1 soal arti

90 Siapa-siapa 8 siapa Int. kuantitatif

91 Sungguh-sungguh 1 sungguh Int. kuantitatif

92 Tahu-tahu 1 tahu Int. kuantitatif

93 Tangan-tangan 1 tangan Int. kuantitatif

94 Tanggapan-tanggapan 1 tanggapan Int. kuantitatif

95 Tekanan-tekanan 1 tekanan Int. kualitatif

96 Tepi-tepi 1 tepi Int. kualitatif

97 Teriakan-teriakan 7 teriakan Int. kuantitatif

98 Tiba-tiba 2 tiba Int. kuantitatif

99 Tinggi-tinggi 1 tinggi Int. kuantitatif

100 Topeng-topeng 3 topeng Int. kuantitatif

Warok-warok warok Int. kuantitatif


Int. kualitatif

Int. kualitatif

Int. kuantitatif

Int. kuantitatif

2) Penggunaan Kata Ulang Sebagian

Penggunaan Kata Ualang sebagian yang terdapat dalam

Naskah Drama Perahu Retak, penulis sajikan dalam tabel berikata

ulangt ini

TABEL II

PENGGUNAAN KATA ULANG SEBAGIAN

DALAM NASKAH DRAMA PERAHU RETAK


N Kata yang Digunakan f Bentuk Makna

o Dasar Pengulangan

1 Dedaunan 1 Daun

2 Lelaki 1 Laki

3 Pepohonan 2 Pohon

4 Tetabuhan 1 Tabuh

5 Tetumbuhan 2 Tumbuhan

6 Anak-anakku 1 Anakku

7 Cucu-cucuku 1 Cucuku

8 Duduk-duduklah 1 Duduk

9 Gerakkan- 3 Gerakanmu
10 Kata-katakku 1 Kataku
gerakkanmu
11 Kata-katamu 4 Katamu

12 Kucabik-cabik 1 Kucabik

13 Kuulur-ulur 1 Kuulur

14 Santri-santriku 1 Santriku

15 Santri-santrinya 1 Santrinya

16 Teman-temanmu 1 Temanmu

Jumlah 23

3) Penggunaan Kata Ulang Berimbuhan

Penggunaan kata ulang berimbuhan dalam naskah drama

Perahu retak, penulis sajikan dalam tabel berikut.


TABEL III

PENGGUNAAAN KATA ULANG BERIMBUHAN

DALAM NASKAH DRAMA PERAHU RETAK


N Kata yang Digunakan f Bentuk Makna

o Dasar Pengulangan

Berabad-abad Berabad

Beratus-ratus Beratus

Berbasa-basi Basa-basi

Berhadap-hadapan Berhadapan

beribu-ribu Beribu

Berjuta-juta Berjuta

Berkali-kali Berkali

Bermain-main Bermain

Bernikmat-nikmat Nikmat

Berpuluh-puluh Berpuluh

Berputar-putar Berputar

Bersama-sama Bersama

Bertahun-tahun Bertahun

Bodoh-bodohnya Bodoh

Buah-buahan Buah

Daun-daunnya Daunnya

Ditakut-takuti Ditakuti

Ditutup-tutupi Ditutupi

Dimewah-mewahkan Dimewahkan
Habis-habisnya Habis

Keragu-raguan Keraguan

Lirik-melirik Melirik

Mau-maunya Mau
24 Meletak-letakkan Meletakan

25 Kesungguh-sungguhan Kesungguha

26 Memukul-mukulkan n

27 Menakut-nakuti Memukulkan

28 Mengada-ada Menakuti

29 Mengetuk-ngetukan Ada

30 Menggerak-gerakan Mengetukan

31 Meyakin-yakinkan Menggeraka

32 Mudah-mudahan n

33 Membakar-bakar Meyakinkan

34 Memekik-mekik Mudah

35 Mencari-cari Membakar

36 Menerkam-nerkam Memekik

37 Menginjak-injak Mencari

38 Mengguncang-guncang Menerkam

39 Mengulang-ulang Menginjak

40 Mengunyah-ngunyah Mengguncan

41 menjadi-jadi g

42 menjebak-jebak Mengulang

43 menunduk-nunduk Mengunyah

44 meramah-ramah Menjadi

45 merintih-rintih Menjebak

46 berteriak-teriak Menunduk

47 bertubi-tubi Ramah
48 Dibalik-balik Dibalik

49 Dibentak-bentak Dibentak

50 Dicacah-cacah Dicacah

51 Pandai-pandailah Pandai

52 perlahan-lahan Perlahan

53 Pertama-tama Pertama

54 Pukul-pukulan Pukul

55 Sakit-sakitan Sakit

56 Satu-satunya satu

57 Seadil-adilnya adil

58 Sebaik-baiknya baik

59 Segala-galanya segalanya

60 Sehari-hari hari

61 Sejadi-jadinya sejadinya

62 Sejelek-jeleknya jelek

63 Sekukuh-kukuhnya kukuh

64 Semata-mata semata

65 Seolah-olah seolah

66 Sepahit-pahitnya pahit

67 Setegak-tegaknya tegak

68 Sindir-menyindir sindir

69 Tanam-tanaman tanaman

70 Teraduk-aduk teranduk

71 Terbahak-bahak terbahak
72 Terbirit-birit terbirit

73 Terbongkok-bongkok terbongkok

74 Terengah-engah terengah

75 Tergesa-gesa tergesa

76 Tergulung-gulung tergulung

77 Terhuyung-huyung terhuyung

78 Terjatuh-jatuh terjatuh

79 Terkatung-katung terkatung

80 Terkekeh-kekeh terkekeh

81 Terkencing-kencing kencing

82 Termangu-mangu termangu

83 Tersengal-sengal tersengal

84 Tersuruk-suruk tersuruk

85 Tertawa-tawa tertawa

86 Tertunduk-tunduk tertunduk

87 Orang-orangtua orang tua

4) Penggunaan Kata Ulang Berubah Bunyi

Penggunaan kata ualang berubah bunyi dalam naskah drama

Perahu retak, penulis sajikan dalam tabel berikata ulangt


TABEL III

PENGGUNAAN KATA ULANG BERUBAH BUNYI

DALAM NASKAH DRAMA PERAHU RETAK

N Kata yang f Bentuk Dasar Makna Pengulangan

o Digunakan

1 Gondal-gandul 1 Gandul Int. kualitatif

2 Gonjang-ganjing 1 Ganjing Int. kualitatif

3 Jengkang-jengking 1 Jengking Int. frekuentatif

4 Koyak-moyak 1 Koyak Int. kualitatif

5 Pontang-panting 1 Panting Int. kualitatif

6 Tercerai-berai 1 Tercerai Int. kualitatif

7 Terombang-ambing 1 terambing Int. frekuentatif

5) Penggunaan Kata Ulang Semu

TABEL IV

PENGGUNAAN KATA ULANG SEMU

DALAM NASKAH DRAMA PERAHU RETAK

N Kata yang f Makna Pengulangan


o Digunakan

1 Masing-masing 6 Int. kualitatif

2 Mentang-mentang 1 Int. kualitatif

3 Pura-pura 3 Int. kualitatif

4 Wanti-wanti 1 Int. kualitatif

4.2 Bn

4.3 Dsgd

4.4 Sfgsd

4.5 Sdgds

4.6 sdfgsd

3.1 Kesesuaian atau Ketidaksesuaian Naskah Drama Perahu Retak

Sebagai Bahan Pengajaran Struktur Kata Ulang di Kelas 3 SMA

Berdasarkan hasil analisis penggunaan macam – macam kata

ulang di atas, ternyata di dalam naskah drama Perahu Retak itu

terdapat penggunaan kata ulang sebanyak 336 kata. Dalam jumlah

tersebut terdapat 5 macam kata ulang, yaitu kata ulang penuh,


kata ulang sebagaian, kata ulang berimbuhan, kata ulang berubah

bunyi, dan kata ulang semu. Hasil analisis kesalahan penggunaan

kata ulang dalam naskah drama tersebut menyatakan bahwa

tingkat kesalahannya 1,19% dan tingkat ketepatannya 98, 81 %.

Apabila hasil analisis tersebut dihubungkan dengan tujuan – tujuan

dan bahan pengajaran struktur kata ulang yang diprogramkan

dalam GBPP Bahasa dan Sastra Indonesia SMU 1987 Kata

ulangrikata ulanglum 1984 seperti yang telah diuraikan dalam bab

dua, maka tujuan instruksional umum yang berbunyi “Siswa

memahami dan dapat menggunakan kata ulang serta dapat

mengkomunikasikannya dalam kalimat secara tulisan / lisan” dapat

diusahakan pencapaiannya melalui serangkaian tujuan

instruksional khusus. Tujuan tersebut dapat dikembangkan guru

karena dalam naskah drama Perahu Retak terdapat penggunaan

kata ualang yang bermacam – macam, dan kata ulang tersebut

disajikan dalam kalimat – kalimat yang akan memudahkan siswa

dalam memahami makna dan pemakaiannya. Jadi, kata ulang yang

digunakan dalam naskah drama tersebut dapat digunakan untuk

membantu mencapai pemahaman siswa terhadap macam – macam

kata ulang yang ada lengkap dengan contoh penggunaannya

dalam kalimat.

Sehubungan dengan bahan pengajaran yang digariskan dalam

GBPP untuk kelas 3, penggunaan kata ulang yang terdapat dalam


kalimat – kalimat naskah drama tersebut, jelas dapat digunakan

dalam menyajikan bahan pengajaran struktur kata ulang di kelas 3,

khususnya yang menyangkut :

1) Menggunakan kata ulang utuh dalam kalimat dengan

memperhatikan contoh penggunaannya yang salah.

2) Menggunakan kata ulang sebagian dalam kalimat dengan

memperhatikan komponen pokok kata bentuk itu, serta

makna perulangannya.

Sementara itu, masalah yang menyangkut ketetapan dan

kesalahan penggunaan kata ulang dalam naskah drama tersebut

dapat digunakan untuk menyajikan bahan pengajaran struktural

kata ulang, khususnya yang menyangkut :

1) Menggunakan kata ulang utuh dalam kalimat dengan

memperhatikan contoh penggunaannya yang salah.

2) Menggunakan bermacam – macam bentuk kata ulang kata

kerja dalam kalimat dengan memperhatikan fungsi atau

artinya atau kesalahan penggunaannya.

Melihat serangkaian bahan pengajaran tersebut, sebenarnya

keseluruhan penggunaan kata ulang dalam naskah drama tersebut

baik yang berkaitan dengan macamnya, penggunaannya dalam

kalimat, serta tingkat kesalahannya, dapat digunakan untuk

menyajikan bahan pengajaran yang telah diprogramkan pada

semester ke-5 dan ke-6.


Dengan adanya kolerasi antara kata ulang yang digunakan

dalam naskah drama Perahu Retak dengan tujuan instruksional dan

bahan pengajaran struktur kata ulang dikelas 3, maka dengan

demikian hal tersebut akan merupakan salah satu unsur yang

dapat yang digunakan dalam usaha mencapai tujuan kurikuler

Bahasa Indonesia yang berbunyi “Siswa Memiliki kemampuan

berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati

bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan

berbahasa serta tingkat pengalaman siswa SMU.

Uraian-uraian di atas menunjukan bahwa hasil analisis

penggunaan kata ulang dalam naskah drama Perahu Retak

memiliki hubungan keseuaian dengan kedudukan pengajaran

struktur kata ulang di kelas 3 SMU karena kata ulang yang terdapat

dalam naskah drama tersebut sesuai dengan tujuan dan bahan

pengajaran yang telah diprogramkan dalam GBPP Bahasa dan

Sastra Indonesia SMU 1994 kata ulangrikata ulanglum 1994.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penggunaan kata ulang dalam

nasakah drama Perahu Retak karya Emha Inun Nadjib, penulis

dapat mengemukakan kesimpulan sebagai berikut :

1) Di dalam naskah drma Perahu Retak terdapat 336

kata ulang. Jenis kata ulang itu bermacam-macam, yaitu

kata ulang penuh sebanyak 178 kata (53%), kata ulang

sebagian sebanyak 23 kata (6,8%), kata ulang

berimbuhan sebanyak 117 kata (34,8%), kata ulang

berubah bunyi sebanyak 7 kata (2,1%), dan kata ulang

semu sebanyak 11 kata (3,3%);

2) Di dalam naskah drama Perahu Retak terdapat 4

buah kesalahan penggunaan kata ulang (1,19%). Dengan

demikian, kata ulang dalam naskah drama tersebut

sebagian besar telah ditulis dan digunakan secara tepat.

Ketepatan penggunaan kata ulang dalam naskah drama

Perahu Retak adalah 332 kata (98,81%);

3) Jika ditinjau dari GBPP bahasa dan Sastra Indonesia

SMU 1987 Kurikulum 1994, maka kata ulang yang

digunakan dalam naskah drama Perahu Retak sesuai /

dapat dijadikan bahan pengajaran struktur kata ulang di

kelas 3 SMU karena sesuai dengan tujuan intruksional

umum dan bahan pengajaran struktur kata ulang yang

diprogramkan di kelas 3 baik yang diprogramkan pada


semester ke-5 maupun yang diprogramkan pada semster

ke-6

4.2 Saran-saran

Saran-saran yang ingin penulis kemukakan sehubungan

dengan hasil analisis penggunaan kata ulang dalam naskah drama

Perahu Retak karya Emha Ainun Nadjib, adalah sebagai berikut :

1) Nasakah drama Perahu retak hendaknya digunakan sebagai

bahan pengajaran struktur kata ulang di kelas 3 karena di

dalamnya terdapat penggunaan kata ulang yang cukup

banyak dan bervariasi, serta sesuai dengan tujuan dan

bahan pengajaran yang digariskan dalam GBPP.

2) Agar bobot pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

seimbang dan dapat disajikan secara terpadu, sebaiknya

guru bahasa dan sastra Indonesia memberikan memberikan

bahan pengajaran tersebut secara terpadu, antara lain

dengan menggunakan naskah drama Perahu Retak sebagai

bahan pengajaran struktur di SMU.

3) Dalam menyajikan bahan pengajaran bahasa dan sastra

Indonesia secara terpadu agar menarik bagi siswa,

hendaknya tetap didasarkan pada pencapaian tujuan-tujuan

dan bahan pengajaran yang digariskan dalam GBPP Bahasa

dan sastra Indonesia kurikulum yang berlaku.

You might also like