You are on page 1of 16

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU

NOMOR : 04 TAHUN 2001

TENTANG

POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH KOTA

BANJARBARU TAHUN 2001 – 2005

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BANJARBARU.

Menimbang : a. Bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banjarbaru sebagai wakil masyarakat memprakarsai
pembuatan Pola Dasar Pembangunan Daerah yang merupakan perwujudan kehendak rakyat untuk
dijadikan landasan dan wacana dalam melaksanakan tahapan pembangunan Kota Banjarbaru 5 Tahun
kedepan;

b. Bahwa Pola Dasar Pembangunan Daerah adalah dokumen induk Perencanaan Pembangunan Daerah
yang memuat tentang Perencanaan Strategi, Visi dan Misi, arah kebijakan, serta kaidah pelaksanaan
sebagai pernyataan kehendak Rakyat Kota Banjarbaru;

c Bahwa pokok-pokok kebijakan yang termuat dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah merupakan arah
dan pedoman bagi aparat pemerintah dan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan guna
mewujudkan Banjarbaru sebagai kota terdepan dan mandiri;

d Bahwa untuk maksud tersebut huruf a dan b konsideran diatas, perlu disusun Pola Dasar Pembangunan
Daerah Kota Banjarbaru yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Mengingat 1. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara;

: 2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-undang DaruratNomor 3 Tahun 1953
tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan sebagai Undang-undang (Lembaran Negara
Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 1820);

3 Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);

4 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarbaru;
5 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembar Negara Tahun 1999
Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

6 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Perimbangan Kemajuan antara Pemerintah Pusat
dengan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

7 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta bentuk dan
Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang;

8 Peraturan Pemerintahan Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

9 Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 7 Tahun 2000 tentang Pola Dasar Pembangunan
Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2000 – 2005.

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARBARU

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU TENTANG POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN
2005.

Pasal 1

(1) Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota Banjarbaru adalah Pokok-pokok Kebijakan Sebagai Landasan Pelaksanaan
Pembangunan Daerah Kota Banjarbaru dalam kurun waktu 5 tahun kedepan.

(2) Untuk dapat memperoleh rangkaian hubungan yang menyeluruh maka sistematika Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota
Banjarbaru disusun sebagai berikut :

a. Bab I PENDAHULUAN

b. Bab II KONDISI DAN POTENSI

c. Bab III VISI DAN MISI KOTA BANJARBARU

d. Bab IV ARAH KEBIJAKSANAAN

e. Bab V KAIDAH PELAKSANAAN

f. Bab VI PENUTUP

Pasal 2

Isi besrta uraian perincian sebagaimana tersebut dalam pasal 1 terdapat dalam naskah Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota
Banjarbaru Tahun 2001- 2005 yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari Peraturan daerah ini.

Pasal 3
Berdasarkan Peraturan daerah ini disusun Program Pembangunan Daerah (PROPERDA) dalam kurun waktu lima tahun kemudian
dijabarkan ke dalam Rencana Strategi Pembangunan Daerah (RENSTRADA), Rencana Pembangunan Tahunan Daerah
(REPETADA) yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota dan selanjutnya setiap tahun disusun Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pasal 4

Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota Banjarbaru tahun 2001- 2005 merupakan dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah yang
strategis, perlu dimasyarakatkan dan dijadikan landasan dalam penyusunan rencana dan Program pelaksanaan kegiatan
pembangunan Kota Banjarbaru.

Pasal 5

Semua penyusunan rencana dan Program kegiatan dalam penyelenggaraan pembangunan Daerah yang sebelumnya telah ada agar
disesuaiakan dengan Peraturan Daerah ini.

Pasal 6

Peraturan Daerah ini berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan Penempatannya dalam
lembaran Daerah Kota Banjarbaru.

Ditetapkan di Banjarbaru,

Pada tanggal : 13 Juli 2001

WALIKOTA BANJARBARU

RUDY RESNAWAN

Diundangkan di Banjarbaru

Pada tanggal : 14 Juli 2001

SEKRETARIS DAERAH KOTA BANJARBARU


DRS. MUHAMMAD RUZAIDIN NOOR

PEMBINA UTAMA MUDA

NIP. 010 078 941

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARBARU

TAHUN 2001 NOMOR 32 SERI D

PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran

Undang-undang Nomor : 9 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarbaru mengandung
konsekuensi Daerah harus mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya dengan segenap potensi yang dimilikinya.
Kemudian dengan diundangkannya Undang-undang Nomor : 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, kondisi mengurus
rumah tangga sendiri ini semakin diperjelas dengan konsep otonomi yang seluas-luasnya. Agar Pemerintah Kota Banjarbaru tetap
terjaga keberadaannya serta mampu berperan dalam kerangka pembangunan nasional diperlukan konsep pembangunan daerah
yang terencana, untuk itu dalam pelaksanaan pembangunan, Pemerintah Kota Banjarbaru harus mampu mengembangkan dan
mengelola sumber daya alam regional dan sumber daya manusia yang ada secara optimal.

Konsekuensi logis dari hal tersebut Pemerintah Kota Banjarbaru harus lebih bersifat inovatif, proaktif dan kreatif agar dapat
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di segala aspek. Mekanisme tersebut antara lain dapat dilakukan dengan
penyediaan kebutuhan serta pelayanan masyarakat yang eskalasinya terus meningkat, sejalan dengan perkembangan
masyarakat kota.

Inovasi dalam hal penyediaan pelayanan masyarakat kota seperti, pengembangan sistem organisasi, birokrasi, administrasi
dan sistem pengelolaan keuangan, perubahan konsep berpikir seperti ini perlu mendapat prioritas dari pengelola Pemerintahan
Kota.

Guna dapat melaksanakan inovasi tersebut Pemerintah Kota Banjarbaru memiliki komitmen untuk terus meningkatkan
mekanisme kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat umum. Mekanisme ini diharapkan; (1) Dapat memberikan
pelayanan yang optimal dengan beban biaya yang lebih ringan bagi Pemerintah Kota sehingga efisiensi anggaran dapat
ditingkatkan. (2) Dapat memecahkan persoalan pelayanan kota karena hambatan yang bersifat kultural sosiologis melalui
penggerakan partisipasi masyarakat.

B. Pengertian

Pola Dasar Pembangunan Daerah, merupakan pokok-pokok kebijaksanaan pembangunan daerah sebagai penjabaran
lebih lanjut dari GBHN yang disesuaikan dengan potensi dan situasi serta kondisi daerah sebagaimana diatur oleh Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah.

Pola Dasar Pembangunan Daerah adalah dokumen induk perencanaan pembangunan Kota Banjarbaru, memuat tentang
kondisi dan potensi, visi dan misi Kota Banjarbaru, arah atau strategi kebijaksanaan serta kaidah pelaksanaan untuk jangka waktu
5 (lima) tahun, namun demikian khusus untuk visi karena berfisat filosofis idealnya tetap menjadi acuan untuk perencanaan
pembangunan jangka panjang 25 (dua puluh lima) tahun. Format tersebut merupakan aspirasi masyarakat dan pernyataan
kehendak masyarakat Kota Banjarbaru sebagai landasan bagi pembangunan Kota Banjarbaru.

Pola Dasar Pembangunan Daerah tersebut juga merupakan dasar penyusunan perencanaan pembangunan menyeluruh,
melingkupi seluruh wilayah Kota Banjarbaru yang dilaksanakan secara terarah dan terpadu dengan tujuan pembangunan
nasional di daerah, seperti termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dimana pelaksanaannya ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.

C. Maksud dan Tujuan


Pola Dasar Pembangunan Daerah sebagai landasan operasional sebagai pedoman agar penyelenggaraan pembangunan
daerah tetap pada arah dan jalur yang telah ditetapkan, yang sekaligus juga dapat berfungsi sebagai acuan para pelaksana
pembangunan daerah.

Pola Dasar Pembangunan Daerah merupakan akselerasi untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin masyarakat
Kota Banjarbaru baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang dengan pola Sustainable Development
(pembangunan berkelanjutan).

D. Sasaran

Sasaran utama yang sangat esensial adalah memacu pertumbuhan ekonomi melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat
dengan menggali semua potensi yang dimiliki pemerintah Kota Banjarbaru. Atas dasar tersebut Pemerintah Kota Banjarbaru
memiliki komitmen untuk melaksanakan cita-cita terwujudnya Banjarbaru sebagai kota terdepan dan mandiri dengan arah
kebijakan pembangunan pada 4 (empat ) pilar utama pembangunan kota yaitu sebagai kota Pendidikan, Permukiman, Jasa,
perdagangan dan industri, serta pemerintahan yang dilandasi oleh semangat juang yang tinggi masyarakat dengan selalu
mengedepankan aspek harmonisasi budaya dan agama, demokratisasi, rasa keadilan, yang didasari kadar keimanan dan
ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Esa

Selanjutnya pengambilan keputusan harus didasari kesepakatan yang bersifat partisipatif, dengan melibatkan berbagai
pihak seperti, perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian, local genius/local expert (tenaga ahli setempat) atau mitra
pembangunan lainnya.

E. Landasan dan Ruang Lingkup

Landasan Operasional yang digunakan untuk mencapai tujuan Pembangunan Daerah dan tujuan Pembangunan Nasional
adalah Tap MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), sedang Pancasila dan Udang-Undang
Dasar 1945 digunakan sebagai landasan Idiil dan Konstitusional.

Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota Banjarbaru disusun dengan sistimatika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

BAB II KONDISI DAN POTENSI

BAB III VISI DAN MISI KOTA BANJARBARU

BAB IV ARAH KEBIJAKSANAAN

BAB V KAIDAH PELAKSANAAN

BAB VI PENUTUP

BAB II

KONDISI DAN POTENSI

A. Kondisi dan Potensi Wilayah

Kondisi umum Kota Banjarbaru secara umum meliputi :

1. Letak Geografis, Luas Wilayah dan Batas Administratif

a. Letak Geografis

Letak suatu kawasan / wilayah menunjukkan orientasi umum dari tempat tersebut pada bola bumi. Secara

Astronomis letak Kota Banjarbaru pada 03°27’ sampai 03°29’ Lintang Selatan, 114°45’ sampai 114°45’55” Bujur Timur.

b. Luas Wilayah

2
Kota Banjarbaru mempunyai luas wilayah 371,30 Km , yang terdiri dari tiga kecamatan :

2
1) Kecamatan Banjarbaru, 46,40 Km ( 12,49 % )
2
2) Kecamatan Landasan Ulin, 178,20 Km ( 47,99 % )

2
3) Kecamatan Cempaka, 146,70 Km ( 39,52 % )

c. Batas Administratif

Sebelah Utara : Kec. Martapura Kab. Banjar

Sebelah Selatan : Kec. Bati-Bati Kab. Tanah Laut

Sebelah Timur : Kec. Karang Intan Kab. Banjar

Sebelah Barat : Kec. Gambut Kab. Banjar

Selanjutnya dari tiga Kecamatan yang ada di Kota Banjarbaru terbagi ke dalam 12 Kelurahan sebagai berikut :

Kecamatan Banjarbaru meliputi 4 (empat) Kelurahan, yaitu :

1) Kelurahan Loktabat ;

2) Kelurahan Banjarbaru Utara ;

3) Kelurahan Banjarbaru Kota, dan

4) Kelurahan Sungai Besar/Sei Ulin.

Kecamatan Landasan Ulin meliputi 4 (empat) Kelurahan, yaitu

1) Kelurahan Guntung Payung ;

2) Kelurahan Landasan Ulin Timur ;

3) Kelurahan Landasan Ulin Tengah, dan

4) Kelurahan Landasan Ulin Barat.

Kecamatan Cempaka meliputi 4 (empat) Kelurahan, yaitu :

1) Kelurahan Cempaka ;

2) Kelurahan Sei Tiung ;

3) Kelurahan Palam, dan

4) Kelurahan Bangkal.

2. Kondisi Iklim

Pembagian iklim Kota Banjarbaru menurut Schmidt & Ferguson termasuk Tipe B, dengan suhu minimum 26,1 °C dan
suhu maksimum 27,4 °C, serta kelembaban udara sekitar 85 – 90 %. Demikian juga dapat dilihat pada pembagian iklim
Koppen, Banjarbaru masuk dalam Iklim Af dalam group A (tropical Rain Forest) atau iklim hujan tropis.

Curah hujan rata-rata 222,5 mm/bln dengan hari hujan rata-rata 17 hari/bln, sehingga tidak ada perubahan musim yang jelas
antara musim kemarau dengan musim hujan.

3. Kondisi Hidrologi

Dalam wilayah Banjarbaru terdapat 2 (dua) buah DAS / Sub DAS yaitu DAS Tabanio dan Sub DAS Barito (Riam
Kanan).

Namun sangat disayangkan karena berbagai aktifitas manusia ± 38 % dari luas lahan dalam DAS / Sub DAS tersebut
termasuk dalam kategori lahan kritis.

4. Kondisi Topografi
Secara umum kondisi kota Banjarbaru bervariasi antara datar sampai berbukit dengan kemiringan lereng 0 - 8 %,
dengan ketinggian ± 5 – 75 m dari permukaan laut.

5. Kondisi Tanah

Kondisi tanah sebagian besar didominasi oleh jenis tanah Potsolit Merah Kuning, Laterit, dan sebagian jenis Gambut
khusus pada arah Barat di sisi Selatan Kota Banjarbaru.

6. Kondisi Geologi

Berdasarkan Peta Geologi Kalimantan Selatan pada skala 1 : 250.000 kondisi geologi Wilayah Kota Banjarbaru terdiri
atas Formasi Dahor, didominasi batu pasir kuarsa lepas yang mengandung endapan emas sekunder dan intan, serta aluvium
yang terdiri dari kerikil, pasir, lanau dan lempung.

7. Kondisi Demografi

Jumlah penduduk Kota Banjarbaru berdasarkan data BPS sampai dengan Agustus tahun 2000 adalah 122.127 jiwa.
Bila dilihat komposisi dari jenis kelamin laki-laki 61.674 jiwa dan wanita 60.453 jiwa, dengan kata lain jumlah laki-laki dan
perempuan relatif seimbang.

B. Kondisi dan Potensi Sosial Ekonomi Kota Banjarbaru

1. Bidang Ekonomi

Salah satu tolok ukur kinerja pembangunan secara makro adalah pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh
Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ). Selain itu, perkembangan struktur ekonomi, pemerataan pendapatan, tingkat
inflasi regional serta perkembangan Industri.

Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) per kapita atas dasar harga yang berlaku di Kota Banjarbaru mengalami
peningkatan berturut-turut pada tahun 1996, 1997, 1998 adalah sebesar Rp 2.832.625, Rp 2.889.818, Rp 3.895.980 ( BPS ,
1999 ).

Berdasarkan data yang ada diketahui rerata PDRB tertinggi selama tiga tahun terakhir pada bidang usaha
perdagangan, restoran dan perhotelan sebesar 29,43% yang diikuti oleh bidang Industri dan Pengolahan sebesar 20,11%

Selanjutnya bidang usaha lain yang menonjol adalah usaha Pertambangan dan Penggalian dengan rerata 11,16 %.

Sebagai ilustrasi bahwa penerimaan PAD di Kota Banjarbaru dari Tahun Anggaran 1988/1989 sampai dengan Tahun
Anggaran 1995/1996 (selama 7 tahun) mengalami peningkatan cukup tajam yakni Rp. 223.712.000,- (Tahun Anggaran
1988/1989) menjadi Rp. 2.569.300.000,- (Tahun Anggaran 1995/1996), realisasi pencapaian rata-rata 96 %. PAD pada Tahun
Anggaran berikutnya mengalami penurunan, hal ini dikarenakan adanya krisis ekonomi demikian juga dengan realisasi
pencapaiannya.

Adapun penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Banjarbaru sampai saat ini masih bersumber pada Pendapatan
Asli Daerah dan Bagi Hasil pajak /Bukan Pajak yang meliputi

a. Pajak Daerah

Pajak daerah ini meliputi , Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan
Umum, Pajak Bahan Galian C, Pajak Air Bawah Tanah dan Permukaan.

b. Restribusi Daerah

Sumber penerimaan dari retribusi daerah meliputi; Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan
Persampahan dan Kebersihan, Retribusi PBC KTP, Retribusi Parkir Tepi Jalan Umum, Retribusi Pasar, Retribusi
Terminal, Retribusi Khusus Parkir, Retribusi Penyedotan Kakus, Retribusi Tempat Rekreasi dan OR, Retribusi IMB,
Retribusi Ijin Gangguan (HO), Retribusi Sewa Tanah/Perumahan dan retribusi Sewa Toko.

c. Laba Perusahaan

Sumber pendapatan daerah dari laba perusahaan yakni laba/deviden saham yang ada pada Bank Pembangunan
Daerah Kalimantan Selatan.

d. Lain-lain Pendapatan.

Penerimaan dari sumber ini meliputi jasa giro, sumbangan pihak ketiga, penerimaan ganti rugi keuangan Daerah,
Setoran kelebihan pembayaran kepada pihak ketiga, denda keterlambatan pekerjaan dan penerimaan lainnya

e. Bagi Hasil Pajak

Sumber dari bagi hasil pajak yakni; Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan BPHTB.

f. Bagi Hasil Bukan Pajak

Bagi hasil bukan pajak terdiri dari, Iuran Hasil Hutan, uang hak atas tanah, retribusi air bawah tanah dan retribusi
air permukaan, dan Royalties atas bahan tambang.

Untuk mengantisipasi pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah Kota Banjarbaru perlu menata ulang,
menertibkan, mengamankan sumber-sumber PAD dan menggali potensi PAD yang masih bisa dikembangkan.

2. Bidang Sosial dan Politik

a. Kesejahteraan Rakyat

Parameter utama bidang kesejahteraan rakyat adalah kebutuhan dasar (Basic Need) masyarakat yang tercermin
dalam pola konsumsi meliputi, sandang, pangan, perumahan pendidikan dan kondisi kesehatan masyarakat. Secara
umum kondisi kesehatan masyarakat cukup baik. Variabel determinan kondisi kesehatan masyarakat cukup baik yakni
tidak adanya wabah/epidemi penyakit, demikian juga indikator kesejahteraan masyarakat cukup baik yakni tidak terjadi
mess poverty (kemiskinan massal) dalam 10 tahun terakhir ini, sekalipun dalam kondisi krisis ekonomi pada tahun 1997 –
2000.

Kondisi obyektif di atas menunjukkan bahwa pembangunan bidang kesejahteraan masyarakat Kota Banjarbaru
cukup baik.

b. Agama, Budaya dan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME

Kerukunan antar umat beragama di Kota Banjarbaru berjalan dengan baik, berdasar data BPS tahun 1999
sebagian besar penduduk Kota Banjarbaru beragama Islam dan sebagian lagii beragama Kristen Protestan, Kristen
Katholik, Hindu, Budha dan penganut Kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa. Masing-masing kelompok tersebut
relatif taat menjalankan ajaran agama dan kepercayaannya. Kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di Kota
Banjarbaru sangat majemuk. Jumlah sarana peribadatan yang ada di Kota Banjarbaru terdiri dari 36 masjid ; 172
musholla ; 6 gereja dan 1 pura. (BPS, 1999).

c. Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Masyarakat dan aparatur pemerintah Kota Banjarbaru masih dalam proses menuju pada penguasaan pengetahuan
dan alih teknologi. Untuk menuju pada penguasaan bidang Iptek kota Banjarbaru telah memiliki : Lembaga pendidikan
tingkat dasar terdiri dari 45 buah TK, 78 buah SDN/SDS dan MIN/MI swasta ; Lembaga pendidikan SLTP sederajat
berjumlah 22 buah baik negeri dan swasta; SLTA sederajat berjumlah 23 buah; Tingkat akademi berjumlah 3 buah;
Perguruan Tinggi berjumlah 8 buah serta badan diklat berjumlah 10 buah. (BPS , 1999). Secara ideal jumlah tersebut
dirasa masih kurang sehingga diperlukan upaya penambahan lembaga pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan kemampuan pemerintah kota.

d. Hukum dan Ketertiban Masyarakat

Sarana dan prasarana Hukum di Kota Banjarbaru cukup memadai baik dari institusi dan para penegak hukum yang
ada. Namun demikian kesadaran dan ketaatan hukum baik bagi penegak hukum maupun bagi masyarakat masih perlu
ditingkatkan.

e. Politik, Aparat Pemerintah, Penerangan, Komunikasi dan Media Massa

Pembangunan bidang politik, aparat pemerintah, penerangan, komunikasi, informasi dan media massa di Kota
Banjarbaru telah berperan baik, hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya kesadaran hukum dan kesadaran politik
masyarakat dalam memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa.
Namun demikian untuk mewujudkan aparatur pemerintah yang bersih dan berwibawa masih diperlukan
pembaharuan mekanisme kontrol dan pengendalian yang lebih baik. Artinya Pemerintah Kota Banjarbaru perlu
mensinergikan fungsi kontrol internal dengan fungsi kontrol masyarakat secara optimal, termasuk didalamnya terjalinnya
komunikasi yang harmonis dan sinergis antara Pemerintah Kota dan media masa.

f. Kelembagaan Pemerintah

Kelembagaan Pemerintah di Kota Banjarbaru sesuai dengan Perda yaitu dibentuknya 14 Dinas dan 4 Badan
Daerah dan 2 Kantor. Adapun Dinas dan yang dibentuk adalah; Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah, Dinas
Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanahan, Dinas Industri dan Perdagangan Dinas Tenaga Kerja dan Koperasi,
Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup, Dinas Perhubungan, Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Tata Kota,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pengelolaan Pasar, Dinas Kependukan dan Catatan Sipil, Dinas Pendapatan

Sedangkan badan yang dibentuk adalah : Bappeda Kota, Badan Kepegawaian Daerah, Badan Kesatuan Bangsa
dan Perlindungan Masyarakat dan Badan Pengawas Daerah. Dan Unit Kantor yang dibentuk ada 2 yaitu : Kantor
Pengolahan Data Elektronik dan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja.

C. Kondisi dan Potensi Sumber Daya Manusia

Secara teoritis bahwa sumberdaya manusia merupakan unsur pendukung utama keberhasilan pembangunan daerah.
Analisis tentang potensi sumberdaya manusia tentunya tidak terlepas dari bagaimana mencermati kuantitas dan kualitas
penduduk kota Banjarbaru itu sendiri.

1. Kuantitas SDM

Secara kuantitas jumlah penduduk Kota Banjarbaru berdasarkan record data Biro Pusat Statistik Kabupaten Banjar
sampai dengan Bulan Agustus Tahun 2000 = 122.127 jiwa. Komposisi jenis mata pencaharian bervariasi, mulai dari petani,
buruh, pedagang, PNS, TNI, Pensiunan dan bidang jasa lainnya. Dominansi mata pencaharian di Kota Banjarbaru masih di
sektor Pertanian. Bila dilihat komposisi jenis kelamin yaitu 61.674 jiwa laki-laki dan 60.453 jiwa wanita.

2. Kualitas SDM

Parameter utama kualitas sumberdaya manusia adalah tingkat pendidikan dan kesehatan suatu masyarakat, disamping
pada pola kebutuhan dasar (Basic Need) yakni sandang, pangan dan perumahan. Secara umum tingkat kesehatan
masyarakat Kota Banjarbaru tergolong baik, demikian juga dengan tingkat pendidikan.

D. Kondisi dan Potensi Sumber Daya Alam

Potensi sumberdaya alam yang dapat diandalkan berupa tambang intan dan bahan galian tipe C yang hampir tersebar
di seluruh kecamatan. Berdasarkan Peta Geologi Kalimantan selatan pada skala 1 : 250.000 Kondisi geologi wilayah Kota
Banjarbaru terdiri atas Formasi Dahor, didominasi batupasir kuarsa lepas yang mengandung endapan emas sekunder dan intan,
serta aluvium yang terdiri dari kerikil, pasir, lanau dan lempung.

Kondisi dan potensi sumberdaya alam lainnya: (1) Dari aspek jenis dan kualitas tanah dapat dikembangkan menjadi lahan
produktif, terutama di sektor pertanian, perkebunan, peternakan. Berdasarkan data dari tata ruang wilayah masih ada 22.926,135
Ha lahan produktif yang belum dikelola. (2) Dari aspek kekayaan mineral bawah tanah, dapat dikembangkan usaha pertambangan
(emas dan Intan). Potensi sumberdaya alam tersebut belum dikelola secara optimal.

1. Sumber Daya Lahan Produktif

Kota Banjarbaru memiliki lahan yang berpotensi untuk dikembangkan bagi usaha pertanian dalam arti luas yaitu :

a. Lahan rawa monoton/pasang surut yang berpotensi bagi pengembangan pertanian tanaman pangan/hortikultura,
perikanan dan peternakan unggas. Lahan ini tersebar di Kecamatan Landasan Ulin dan Cempaka.

b. Lahan kering yang berpotensi bagi pengembangan tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan peternakan yang
tersebar di Kecamatan Cempaka, Landasan Ulin dan Banjarbaru.

2. Sumber Daya Air

Terdapat sungai-sungai yang berair sepanjang tahun sebagai bagian dari DAS dan Sub DAS Tabanio dan Riam Kanan
seperti Sungai Bangkal dan Sungai Cempaka. Selanjutnya pada wilayah Kota Banjarbaru terdapat beberapa Danau/Tandon
baik alam maupun buatan seperti Danau Tambak Buluh, Palam yang memberikan sumber-sumber air yang cukup bagi
masyarakat. Selain itu wilayah Kota Banjarbaru sangat berpotensi bagi pemanfaatan air permukaan dan air bawah tanah.
3. Sumber Daya Tambang

Kota Banjarbaru memiliki kekayaan bahan tambang dan bahan galian seperti mangan, korondum, emas, intan, koalin,
oker, pasir kwarsa, pasir kali dan kerikil.

Potensi bahan tambang dan bahan galian tersebut tersebar seperti :

a. Mangan terdapat di Imban

b. Korondum terdapat di Cempaka

c. Emas terdapat di Cempaka dan Liang Anggang (termasuk endapan sekunder) memiliki mutu lebih baik
dibandingkan dengan endapan emas primer.

d. Intan terdapat di Cempaka

e. Koalin terdapat di Liang Anggang

f. Oker terdapat di Sei. Besar

g. Pasir kwarsa terdapat di Liang Anggang dan Banjarbaru

h. Pasir kali dan Kerikil terdapat di Cempaka

4. Sumber Daya Pariwisata

Jenis wisata yang potensial dikembangkan :

a. Wisata pertambangan rakyat

b. Wisata alam

c. Wisata budaya

Sarana dan prasarana pendukung pengembangan sektor pariwisata di Banjarbaru :

a. Hotel / losmen / penginapan

b. Rumah makan/ restoran/ catering

c. Sarana olah raga :

- Kolam renang

- Lapangan basket, lapangan tenis, lapangan sepak bola, lapangan bulu tangkis, lapangan bola volly,
lapangan golf

d. Jasa perbankan, keuangan dan lain-lain.

e. Jasa telekomunikasi : wartel dan kantor pos

f. Jasa transportasi : penyewaan mobil dan angkutan umum.

g. Pasar, super market dan mini market.

5. Sumberdaya Buatan

Sumberdaya buatan yang dimilki Pemerintah Kota Banjarbaru :

a. Pelabuhan udara Syamsuddin Noor

b. Sirkuit Road Race Candra Kirana di Landasan Ulin

c. Sirkuit Motor Cross di Sungai Ulin

d. Sirkuit Off Road di Perbatasan Cindai Alus dengan Gutung

Payung
e. Taman Bermain Anak-Anak dan Taman Kota

BAB III

VISI DAN MISI KOTA BANJARBARU

A. Visi Kota Banjarbaru.

Merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah yaitu : Terwujudnya
Banjarbaru sebagai Kota Empat Dimensi yang Mandiri dan Terdepan.

· Empat dimensi Kota meliputi :

a. Banjarbaru sebagai Kota Pendidikan

b. Banjarbaru sebagai Kota Jasa, Industri dan Perdagangan

c. Banjarbaru sebagai Kota Permukiman

d. Banjarbaru sebagai Kota Pemerintahan

· Mandiri, yakni mampu melaksanakan hak dan kewajiban sebagai daerah otonom (mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri) memiliki kemampuan keuangan, kemampuan aparatur, partisipasi masyarakat, ekonomi, demografi dan kelembagaan,
dengan mengutamakan kemampuan dan potensi yang dimikinya, dan diharapkan

· Terdepan dalam pencapaian hasil-hasil pelaksanaan pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat dengan capaian Indek
Pembangunan Manusia tertinggi, Pengangguran terendah, PDRB tertinggi, Investasi terbesar, Ratio Ketenagakerjaan ideal ,
Inflasi terendah dan Kependudukan yang terkendali.

B. Misi Kota Banjarbaru

1. Peningkatan kualitas Pendidikan melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada semua tingkatan

2. Peningkatan kemampuan ekonomi melalui penyediaan sarana dan prasarana serta kebijakan yang mampu mendorong dan
menumbuhkembangkan investasi dalam bidang jasa, perdagangan dan industri yang ramah lingkungan dengan dilandasi oleh
semangat ekonomi kerakyatan.

3. Peningkatan kualitas permukiman yang layak huni ,representatif, dan berwawasan lingkungan.

4. Peningkatan kemampuan Pemerintah Kota sebagai Daerah Otonom

BAB IV

ARAH KEBIJAKAN

Agar proses pelaksanaan pembangunan Kota Banjarbaru merupakan suatu arah pembangunan yang komprehensif dan
berkelanjutan, maka kebijakan yang disusun harus tetap mengacu pada visi yang disusun untuk jangka panjang 25 (dua puluh lima)
tahun dan dalam pelaksanaannya adalah berupa pola dasar pembangunan dengan arah kebijakan pembangunan 5 (lima) tahun
Kota Banjarbaru sebagai berikut :

A. Pendidikan :

1. Pemberian dukungan dan fasilitas kepada lembaga-lembaga pendidikan untuk dapat berkembang secara optimal, sesuai
kemampuan dan kewenangan Pemerintah Kota Banjarbaru.

2. Pengalangan kemitraan dan memberikan dorongan dengan seluruh komponen masyarakat untuk berperan aktif dalam
memajukan dunia pendidikan formal maupun non formal.

3. Pengembangan iklim kondusif bagi generasi muda dalam mengaktualisasikan segenap potensi bakat dan minat.
4. Penurunan angka putus sekolah, pelaksanaan program wajib belajar sembilan (9) tahun, bahkan dua belas (12) tahun,
pembebasan SPP dan pemberian bea siswa bagi siswa berprestasi dan keluarga kurang mampu, penghimpunan dana
bantuan pendidikan melalui partisipasi masyarakat.

5. Peningkatan kualitas pendidikan, pendidikan moral dan agama dengan cara membudayakan nilai sikap dan kemampuan
serta meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

6. Pembebasan warga Kota Banjarbaru yang berusia 6 - 44 tahun dari buta aksara, buta angka dan buta Bahasa Indonesia.

B. Sosial, Seni dan Budaya, Olahraga

1. Bekerja sama dengan seniman-seniman Kota Banjarbaru mendirikan Sanggar Budaya dalam rangka mengembang seni dan
budaya masyarakat Banjarbaru.

2. Peningkatan keperdulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin, dan anak-anak terlantar.

3. Pemberian fasilitas dalam rangka upaya-upaya pengembangan olahraga Kota Banjarbaru.

4. Perlindungan terhadap generasi muda dari bahaya detruktif terutama bahaya penyalahgunaan narkotika, obat-obat terlarang
(narkoba) dan miras termasuk kupon putih, melalui gerakan pemberantasan dan peningkatan kesadaran masyarakat akan
bahaya penyalahgunaan narkoba, miras dan kupon putih.

5. Peningkatan upaya-upaya pengembangan obyek wisata pendulangan Intan di Kecamatan Cempaka serta tempat hiburan/
rekreasi lainnya.

C. Kependudukan dan Kesehatan

1. Pemanfaatan secara optimal terhadap tata ruang yang tersedia sesuai dengan fungsinya.

2. Pengaturan masalah kepadatan dan penyebaran penduduk.

3. Peningkatan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian dan meningkatkan kualitas
program.

4. Pelaksanaan perbaikan gizi masyarkat dengan memanfaatkan potensi yang ada.

5. Pelaksanaan tertib administrasi kependudukan.

6. Penigkatan pemberian gizi kepada Balita, pengobatan gratis kepada masyarakat kurang mampu, pemberantasan penyakit
menular, penyediaan air bersih, kesehatan lingkungan dan kesehatan ibu dan anak.

D. Lingkungan Hidup

1. Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan memelihara daya dukung bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.

2. Pemanfaatan SDA dan lingkungan hidup denga konservasi, rehabilitasi dan penghematan penggunaan SDA menerapkan
teknologi ramah lingkungan.

3. Penataan sentra bisnis, industri, pemukiman dan perkantoran yang serasi dan selaras serta menerapkan lingkungan yang
bersih dan sehat.

4. Penataan penambangan rakyat yang berwawasan lingkungan.

5. Pengendalian pencemaran lingkungan hidup.

E. Industri, Jasa dan Perdagangan

1. Peningkatan pengembangan ekonomi kerakyatan, lapangan kerja, kesempatan berusaha, produk-produk unggulan daerah.

2. Pembangunan basis ekonomi, mempercepat pengembangan zona industri dan perdagangan sesuai Rencana Tata Ruang
Kota Banjarbaru.
3. Penyediaan infra struktur, baik berupa jalan, terminal kota, jembatan, transportasi, air bersih, telekomunikasi, listrik, terutama
kawasan yang diprioritaskan untuk pengembangan laju pertumbuhan ekonomi rakyat.

4. Penanaman Modal oleh investor untuk pembangunan pusat perbelanjaan representatif tanpa mematikan usaha pedagang
pasar tradisional.

5. Pengendalian terpadu proses pengentasan kemiskinan dan pengurangan pengangguran.

6. Penyediaan Sistem Informasi Pasar Kerja dan Bursa Kerja Terpadu, kerjasama pelatihan tenaga kerja dengan instansi
terkait.

7. Penyediaan sarana dan prasarana pusat jasa pelayanan bisnis (Bisnis Center) yang represenatif.

F. Pertanian dan Kehutanan

1. Pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, dan tanaman langka.

2. Pengembangan ternak unggas, ternak besar dan ternak kecil.

3. Pengembangan budi daya ikan khususnya ikan hias

4. Pengembangan perkebunan dalam wawasan agrobisnis dan agrowisata.

5. Penerapan teknplogi tepat guna (transfer of technology) pada usaha pertanian dan kehutanan.

6. Pengembangan sentra bibit tanaman, ternak dan ikan.

7. Pemantapan dan pengembangan kawasan hijau minimal 30% dari luas wilayah untuk penciptaan keseimbangan lingkungan

8. Pengendalian laju penurunan kualitas lahan (lahan kritis) serta pelaksanaan rehabilitasi lahan.

G. Keuangan Daerah

1. Pengoptimalan penerimaan yang bersumber dari pajak dan retribusi daerah.

2. Pembentukan BUMD.

3. Pengupayaan perolehan kontribusi dari Bandara Syamsuddin Noor kepada Kota Banjarbaru.

4. Pencarian peluang pinjaman dana dari dalam dan luar negeri untuk pembiayaan pembangunan produktif, hingga dapat
menopang Pendapatan Asli Daerah.

5. Pencarian peluang untuk menjalin kerja sama dengan daerah lain untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.

6. Pemberian berbagai kemudahan dan fasilitas bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan yang optimal dari Aparatur
Pemerintah Kota.

7. Peningkatan kerjasama yang harmonis dengan jajaran pers dan media massa dalam rangka menyerap aspirasi masyarakat
sebagai fungsi kontrol terhadap pelaksanaan pembangunan Kota Banjarbaru.

H. Partisipasi Masyarakat

1. Pendayagunaan seluruh komponen masyarakat secara optimal dalam setiap tahapan kegiatan pembangunan.

2. Peningkatan upaya-upaya untuk mendorong masyarakat berperan aktif dalam meningkatkan pelayanan sosial.

3. Penumbuh kembangan peran serta masyarakat dalam menciptakan ketertiban dilingkungan masing-masing.

4. Pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembiayaan pembangunan
daerah.
I. Kelembagaan.

1. Pembentukan kelembagaan dinas/komponen/unit kerja secara bertahap.

2. Pemenuhan tenaga sesuai kualifikasi jabatan-jabatan dan mengisi formasi kepegawaiannya.

3. Pengupayaan setiap jenis pekerjaan; kegiatan terakomodasi dalam unit organisasi sesuai formasi.

4. Pemenuhan sarana/prasarana guna kelancaran kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

J. Aparatur

2. Peningkatan upaya-upaya untuk mewujudkan Pemerintahan yang demokratis dan kredibel serta bebas KKN melalui
peningkatan pembinaan aparatur guna menjadikan Pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

3. Peningkatan pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintah bebas dari Praktek KKN, dengan memberikan sanksi seberat-
beratnya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, meningkatkan efektivitas pengawan internal dan fungsional serta
pengawasan masyarakat dan pengembangan etika moral.

4. Peningkatan ratio pegawai dengan jumlah penduduk yang harus dilayani.

5. Peningkatan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan sistem
karier berdasarkan prestasi dengan prinsip memberikan penghargaan dan sanksi.

6. Peningkatan kualitas SDM Aparatur dengan memberikan alokasi dana dan kesempatan kepada aparatur yang potensial
untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (S1, S2 dan S3).

7. Peningkatan dan mengembangkan budaya sadar hukum dikalangan masyarakat dalam rangka ketaatan terhadap hukum,
baik perundang-undangan Nasional maupun Daerah, Hukum Adat, Hukum Agama serta menjunjung supremasi hukum yang
bersendikan keadilan dalam berbagai aspek kehidupan dan penghargaan terhadap HAM.

8. Peningkatan peranan aparat keamanan untuk memelihara dan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat serta
stabilitas daerah. Penegakkan hukum secara konsisten dan konsekuen sehingga terwujudnya jaminan kepastian hukum.

K. Agama

1. Penciptaan kerukunan hidup bermasyarakat, kerja sama antara tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat sehingga
tercipta keharmonisan hidup antar umat beragama.

2. Pemantapan fungsi peran dan kedudukan agama sebagai landasan moral, spiritual dan etika dalam penyelenggaraan
pemerintahan kota.

3. Peningkatan peran dan fungsi lembaga-lembaga keagamaan dalam ikut mengatasi dampak perubahan dalam segala aspek
kehidupan.

4. Penyusunan rencana pembangunan Mesjid Raya Kota Banjarbaru.

BAB V

KAIDAH PELAKSANAAN

Pola Dasar Pembangunan Daerah yang ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banjarbaru, harus menjadi
arah dan dasar penyelenggaraan pembangunan bagi Pemerintah Kota Banjarbaru dan segenap masyarakat Kota Banjarbaru.

Untuk itu perlu ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaannya sebagai berikut :


A. Walikota sebagai Kepala Daerah menjalankan tugas penyelenggaraan pemerintahan kota, berkewajiban untuk mengerahkan
segenap kekuatan pemerintahan dan seluruh potensi masyarakat dalam melaksanakan dan mengendalikan pembangunan.
Segala upaya dan tindakan dalam melaksanakan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang dilakukan oleh
Walikota akan dipertanggungjawabkan kepada DPRD Kota Banjarbaru.

B. DPRD Kota Banjarbaru berkewajiban melaksanakan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan Pola Dasar
Pembangunan Daerah oleh Walikota Banjarbaru.

C. Semua instansi berkewajiban menyampaikan laporan pelaksanaan Pola Dasar Pembangunan Daerah sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing.

D. Pola Dasar Pembangunan Daerah dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Walikota Banjarbaru, dengan menyusun Program
Pembangunan Daerah Lima Tahunan (PROPEDA), yang kemudian dijabarkan lagi ke dalam Rencana Startegi Pembangunan
Daerah (RENSTRADA), Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (REPETADA) yang memuat APBD Kota Banjarbaru. Segala
bentuk dan tingkatan perencanaan yang disusun oleh Walikota harus memperhatikan segenap aspirasi dan pemikiran yang
berkembang di dalam masyarakat Kota Banjarbaru.

E. Setiap berakhirnya pelaksanaan pembangunan tahunan perlu dilakukan evaluasi terhadap program-program pembangunan dalam
tahun yang bersangkutan.

F. Visi yang tercantum dalam dokumen pola dasar ini adalah visi yang disusun untuk jangka waktu 25 (dua puluh lima) tahun

BAB VI

PENUTUP

Banjarbaru sebagai bagian dari mekanisme pemerintahan daerah/kota yang otonom, dengan segala hak dan kewajibannya dari
segi usia dan pengalaman dapat dikatakan masih pada taraf pemula. Namun harapan yang tumbuh dari masyarakat luas, yang dipadu
dengan keinginan menjalankan mekanisme desentralisasi yang lebih serius, merupakan tantangan yang tidak boleh disia-siakan oleh
segenap jajaran Pemerintah Kota Banjarbaru.

Sehingga pembenahan mekanisme dan operasionalisasi Pemerintahan Kota Banjarbaru agar dapat lebih efisien menjadi
agenda utama yang harus segera diselesaikan secara internal. Akan tetapi dalam konsep negara modern, Pemerintah Kota pada
dasarnya hanyalah bagian dari sistem kemasyarakatan yang sangat luas, oleh karenanya upaya dan daya Pemerintah Kota Banjarbaru
pada dasarnya tidak akan banyak meningkatkan effisiensi pemerintahan, jika tidak mendapat dukungan positif dari komponen
masyarakat luas.

Dengan demikian agenda lain yang harus mendapat

perhatian besar dari Pemerintah Kota Banjarbaru adalah peningkatan partisipasi masyarakat melalui jalinan kemitraan yang
luas dengan berbagai komponen masyarakat. Sehingga dari seluruh pemaparan yang ada dapat disimpulkan :

A. Otonomi harus dipandang sebagai hak dan kewajiban yang didalamnya tersirat amanat, harapan dan tantangan.

B. Kemampuan mengoptimalkan kesempatan melalui peluang otonomi bagi Pemerintah Kota Banjarbaru akan melahirkan :

C. Kesejahteraan masyarakat.

D. Kemampuan mengejar ketinggalan dari Daerah dan Kota yang maju.

E. Peluang Otonomi pada dasarnya tidak dapat diraih dengan optimal tanpa upaya yang serius untuk melibatkan peran serta
(partisipasi) masyarakat luas secara serius.

F. Mekanisme pemanfaatan peluang otonomi dengan optimal secara internal bagi pemerintah dapat dilakukan dengan melakukan
penataan ulang dan evaluasi yang serius terhadap seluruh rencana (desain) kebijakan pemerintah, termasuk didalamnya rencana
Pembangunan.

G. Rencana Pembangunan yang baik berdasar konsep pemikiran ini adalah melalui upaya yang serius untuk menangkap keinginan
kebutuhan masyarakat dengan seluas-luasnya tidak hanya melalui mekanisme formal seperti Temu Karya di tingkat Kecamatan
dan Rakorbang di tingkat kota, selain itu harus dicari mekanisme lain, yang memungkinkan tertangkapnya keinginan dan
kebutuhan masyarakat, yang tidak terjangkau oleh mekanisme formal tersebut.

You might also like