You are on page 1of 25

Penyakit Sistem Pencernaan:Gastroesophageal

Reflux (GERD)
DEFINISI

Pada gastroesophageal reflux (penyakit gastroesophageal reflux (GERD)), asam perut dan enzim
mengalir kembali dari perut menuju kerongkongan, menyebabkan peradangan dan nyeri pada
kerongkongan.
Reflux terjadi ketika otot berbentuk cincin yang secara normal mencegah isi perut pada perut
dari mengalir kembali menuju kerongkongan (esophageal sphincter bagian bawah) tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.
Gejala yang paling umum adalah rasa panas dalam perut (nyeri terbakar dibelakang tulang
payudara).
Diagnosa tersebut didasarkan pada gejala-gejala.
Pengobatan adalah menghindari bahan-bahan pemicu (seperti alkohol dan makanan asam) dan
menggunakan obat-obatan yang mengurangi asam perut.

Lapisan perut melindungi perut dari efek asam itu sendiri. Karena kerongkongan mengeluarkan
lapisan pelindung serupa, asam perut dan enzim yang mengalir ke belakang (reflux) menuju
kerongkongan secara rutin menyebabkan gejala-gejala dan pada beberapa kasus kerusakan.

Asam dan enzim mengalir kembali ketika esophageal sphincter bagian bawah, otot berbentuk
cincin yang secara normal mencegah isi perut mengalir kembali menuju kerongkongan, tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Ketika seseorang berdiri atau duduk, gravitasi membantu untuk
mencegah isi perut mengalir kembali menuju kerongkongan, yang menjelaskan kenapa reflux
bisa memburuk ketika seseorang sedang berbaring. Reflux juga lebih mungkin untuk terjadi
segera setelah makan, ketika jumlah dan keasaman isi di dalam perut lebih tinggi dan otot
sphincter tidak mungkin untuk bekerja sebagaimana mestinya. Faktor yang menyebabkan
terjadinya reflux termasuk pertambahan berat badan, makanan berasam, coklat, minuman
berkafein dan berkarbonat, alkohol, merokok tembakau, dan obat-obatan tertentu. Jenis obat-
obatan yang bertentangan dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah termasuk apa yang
memiliki efek antikolinergik (seperti berbagai antihistamin dan beberapa antihistamin),
Penghambat saluran kalsium, progesteron, dan nitrat. Alkohol dan kopi juga berperan dengan
merangsang produksi asam. Penundaan pengosongan perut (misal, disebabkan diabetes atau
penggunaan opioid) bisa juga memperburuk refluks.

GEJALA

Rasa panas dalam perut ( rasa terbakar di belakang tulang payudara) adalah gejala yang paling
jelas pada gastroesophageal reflux. Kadangkala nyeri tersebut bahkan menjalar ke leher,
tenggorokan, dan wajah. Rasa panas dalam perut kemungkinan disertai dengan muntah, dimana
isi perut mencapai mulut.

Peradangan pada kerongkongan (esophagitis) bisa menyebabkan pendarahan yang biasanya


ringan tetapi bisa jadi besar. Darah kemungkinan dimuntahkan atau keluar melalui saluran
pencernaan, menghasilkan kotoran berwarna gelap, kotoran berwarna ter (melena) atau darah
merah terang, jika pendarahan cukup berat.

Borok kerongkongan, adalah luka terbuka pada lapisan kerongkongan, bisa dihasilkan dari
refluks berulang. Mereka bisa menyebabkan nyeri yang biasanya berlokasi di belakang tulang
payudara atau persis di bawahnya, mirip dengan lokasi panas dalam perut.

Penyempitan (stricture) pada kerongkongan dari reflux membuat menelan makanan keras
meningkat lebih sulit. Penyempitan pada saluran udara bisa menyebabkan nafas yang pendek dan
berbunyi mengik. Gejala-gejala lain pada gastroesophageal reflux termasuk nyeri dada, luka
tenggorokan, suara parau, ludah berlebihan (water brash), rasa bengkak pada tenggorokan (rasa
globus), dan peradangan pada sinus (sinusitis).

Dengan iritasi lama pada bagian bawah kerongkongan dari refluks berulang, lapisan sel pada
kerongkongan bisa berubah (menghasilkan sebuah kondisi yang disebut kerongkongan Barrett).
Perubahan bisa terjadi bahkan pada gejala-gejala yang tidak ada. Kelainan sel ini adalah sebelum
kanker dan berkembang menjadi kanker pada beberapa orang.

DIAGNOSA

Gejala-gejala menunjukkan pada diagnosis, dan pengobatan bisa dimulai tanpa tes diagnosa yang
rinci. Tes khusus biasanya disiapkan untuk situasi dimana diagnosa tersebut tidak jelas atau
pengobatan tidak memiliki gejala-gejala terkontrol. Penelitian pada kerongkongan menggunakan
endoskop (pipa pelihat elastis), penelitian sinar X, alat-alat penekan (manometry) pada
esophageal sphincter bagian bawah, dan tes pH kerongkongan (keasaman) kadangkala
diperlukan untuk membantu memastikan diagnosa dan untuk memeriksa komplikasi.

Endoskopi bisa memastikan diagnosa tersebut jika dokter menemukan bahwa orang tersebut
mengalami esophagitis atau kerongkongan barrett. Endoskopi juga membantu mengeluarkan
kanker esophageal. Sinar-X digunakan setelah minum carian barium (sebuah bahan yang
menguraikan secara singkat saluran pencernaan) dan kemudian berbaring pada mencondongkan
kepala lebih rendah dari kaki bisa menunjukkan reflux pada barium dari perut menuju
kerongkongan. Seorang dokter bisa menekan perut untuk meningkatkan kemungkinan reflux.
Sinar X digunakan setelah barium ditelan juga bisa menampakkan borok esophageal atau
penyempitan kerongkongan.

Alat-alat penekan pada esophageal sphincter bagian bawah mengindikasi kekuatan sphincter dan
bisa membedakan sphincter normal dari yang fungsinya buruk. Informasi yag diperoleh dari tes
ini membantu dokter memutuskan apakah operasi adalah pengobatan yang sesuai.

Beberapa dokter meyakini bahwa tes terbaik untuk gastroesophageal reflux adalah tes pH
esophageal. Pada tes ini, pipa tipis, elastis dengan sensor pemeriksa pada ujung dipasang melalui
hidung dan menuju kerongkongan bagian bawah. Ujung lainnya pada pipa ini ditempelkan pada
sebuah monitor yang dipakai orang tersebut pada sabuknya, monitor tersebut merekam kadar
asam pada kerongkongan, biasanya untuk 24 jam. Disamping memastikan seberapa banyak
reflux terjadi, tes ini mengidentifikasi hubungan antara gejala-gejala dan reflux dan terutama
sekali sangat membantu untuk orang yang mengalami gejala-gejala yang tidak umum pada
reflux. Tes pH kerongkongan diperlukan untuk semua orang yang dipertimbangkan untuk
operasi untuk memperbaiki gadtroesophageal reflux. Sebuah alat baru (menggunakan sebuah pH
elektroda kecil yang ditanamkan yang mengirimkan sebuah sinyal) tersedia untuk orang yang
tidak dapat menggunakan pipa di hidung mereka.

PENGOBATAN

Banyak obat-obatan digunakan untuk mengobati gastritis dan peptic ulcer juga membantu
mencegah dan mengobati gastroesophageal reflux. Antacid digunakan pada waktu tidur,
misalnya, seringkali sangat membantu. Antasid bisa biasanya meringankan nyeri pada borok
kerongkongan dengan mengurangi jumlah asam yang sampai ke kekerongkongan. Meskipun
begitu, proton pump inhibitor, obat-obatan yang paling kuat untuk mengurangi produksi asam,
biasanya pengobatan yang paling efektif untuk gastroesophageal reflux, karena bahkan asam
dalam jumlah kecil bisa menyebabkan gejala-gejala signifikan. Obat-obatan yang diperlukan
untuk penyembuhan yang mengurangi asam perut melebihi periode 4 sampai 12 minggu. Borok
tersebut sembuh dengan lambat, cenderung untuk berulang, dan, ketika kronik dan berat, bisa
meninggalkan penyempitan kerongkongan setelah penyembuhan.

Penyempitan kerongkongan diobati dengan obat-obatan dan mengulangi pembesaran, yang


kemungkinan menggunakan balon atau pembesar yang semakin besar (bougies). Jika
pembesaran sangat berhasil, penyempitan tidak secara serius membatasi apa yang seseorang
makan.

Kerongkongan barrett tidak tampak ketika pengobatan meringankan gejala-gejala. Oleh karena
itu, orang dengan kerongkongan barrett diminta untuk melakukan penelitian endoskopi setiap 2
sampai 3 tahun untuk memastikan kondisi tersebut tidak menjadi kanker.

Operasi adalah salah satu pilihan untuk orang yang gejala-gejalanya tidak bereaksi terhadap
obat-obatan untuk orang yang mengalami esophagitis yang berlangsung lama bahkan setelah
gejala-gejala ringan. Sebagai tambahan, operasi kemungkinan pengobatan yang dianjurkan untuk
orang yang tidak suka prospek untuk menggunakan obat-obatan untuk beberapa tahun. prosedur
invasive secara minimal dilakukan melalui laparoscope tersedia. Meskipun begitu, 20 sampai 30
% orang yang mengalami prosedur ini mengalami efek samping, paling umum kesulitan menelan
dan merasa kembung atau perut tidak nyaman setelah makan.

PENCEGAHAN

Beberapa peralatan kemungkinan digunakan untuk meringankan gastroesophageal reflux.


Mengangkat kepala pada tempat tidur kira-kira 6 inci mencegah asam mengalir dari
kerongkongan sebagaimana seseorang tidur. Makanan dan obat-obatan yang menjadi penyebab
harus dihindari, sama seperti merokok. Seorang dokter bisa meresepkan sebuah obat (misal,
bethanechol atau metoclopramide) untuk membuat sphincter bagian bawah lebih ketat. Kopi,
‘alkohol, minuman yang mengandung asam seperti jus jeruk, minuman cola, dan saus salad yang
berbahan dasar cuka, dan bahan-bahan lain yang secara kuat merangsang perut untuk
menghasilkan asam atau yang menghambat pengosongan perut harus dihindari sebaiknya.
(medicastore ).

DYSPEPSIA

(Gangguan Pencernaan)

Smooth muscle relaxants


Obat-obat yang paling luas dipelajari untuk perawatan nyeri perut pada kelainan-kelainan
fungsional adalah kelompok obat-obat yang disebut smooth-muscle relaxants.

Saluran pencernaan terutama tersusun dari tipe otot yang disebut smooth muscle. (Berlawanan
dengannya, otot-otot kerangka seperti bisep-bisep tersusun dari tipe otot yang disebut striated
muscle atau otot-otot bergaris). Obat-obat smooth muscle relaxant mengurangi kekuatan
kontraksi dari otot-otot halus (smooth muscles) namun tidak mempengaruhi konraksi dari tipe-
tipe otot-otot lain. Mereka digunakan pada kelainan-kelainan fungsional, terutama IBS, dengan
asumsi (tidak terbukti) bahwa kontraksi-kontraksi yang kuat dan berkepanjangan dari otot-otot
halus (smooth muscles) pada usus kecil - kejang-kejang - adalah penyebab dari nyeri pada
kelainan-kelainan fungsional. Bahkan ada smooth muscle relaxants yang ditempatkan dibawah
lidah, seperti dengan nitroglycerin untuk angina, sehingga mereka mungkin diserap secara cepat.

Tidak ada cukup studi-studi dari smooth muscle relaxants pada dyspepsia untuk menyimpulkan
bahwa mereka adalah efektif pada pengurangan nyeri. Karena efek-efek sampingan mereka
adalah sedikit, obat-obat ini kemungkinan adalah berharga untuk dicoba. Seperti dengan semua
obat-obat yang diberikan untuk mengontrol gejala-gejala, pasien-pasien seharusnya
mengevaluasi secara hati-hati apakah smooth muscle relaxant yang mereka gunakan adalah
efektif atau tidak pada pengontrolan gejala-gejala. Jika ia tidak efektif secara jelas, opsi (pilihan)
untuk menghentikan relaxant harus didiskusikan dengan seorang dokter.

Smooth muscle relaxants yang umum digunakan adalah hyoscyamine (contohnya, Levsin) dan
methscopolamine (contohnya, Pamine). Obat-obat lain menggabungkan smooth muscle
relaxants dengan obat penenang (contohnya, Donnatal), namun tidak ada bukti bahwa tambahan
dari obat-obat penenang menambah keefektifan perawatan.

Pendekatan Yang Layak Pada Diagnosis Dan Perawatan


Dyspepsia
Pendekatan awal pada dyspepsia, apakah itu perawatan atau pengujian, tergantung pada umur
pasien, gejala-gejala dan durasi (lamanya) gejala-gejala. Jika pasien lebih muda dari 50 tahun
umurya dan penyakit serius, terutama kanker, adalah tidak mungkin, pengujian adalah kurang
penting. Jika gejala-gejala adalah khas untuk dyspepsia dan telah hadir bertahun-tahun tanpa
perubahan, maka adalah lebih sedikit keperluan untuk pengujian, atau paling sedikit pengujian
yang ekstensif, untuk mengeluarkan penyakit-penyakit pencernaan dan bukan pencernaan lain.

Pada sisi lain, jika gejala-gejala timbul baru-baru ini (minggu-minggu atau bulan-bulan),
memperburuk secara progresif, berat/parah, atau berhubungan dengan tanda-tanda "peringatan",
maka pengujian awal yang lebih ekstensif adalah tepat. Tanda-tanda peringatan termasuk
kehilangan berat badan, bangun ditengah malam, darah pada feces (tinja) atau material yang
dimuntahkan (vomitus), dan tanda-tanda peradangan, seperti demam atau kepekaan perut.
Pengujian juga adalah tepat jika, sebagai tambahan pada gejala-gejala dyspepsia, ada gejala-
gejala menyolok lain yang tidak umum dikaitkan dengan dyspepsia.

Jika ada gejala-gejala yang menyarankan kondisi-kondisi yang lain daripada dyspepsia, tes-tes
yang adalah spesifk untuk penyakit-penyakit ini harus dilakukan pertama-tama. Sebabnya adalah
bahwa jika tes-tes lain ini menyingkapkan penyakit-penyakit lain, mungkin adalah tidak perlu
melakukan pengujian tambahan. Contoh-contoh dari gejala-gejala semacam ini dan pengujian
yang mungkin termasuk:

 Muntah: endoskopi pencernaan bagian atas untuk mendiagnosa peradangan atau penyakit-
penyakit yang menghalangi; studi-studi pengosongan lambung dan/atau electrogastrography
untuk mendiagnosa pengosongan lambung yang terganggu.
 Penggelembungan perut dengan atau tanpa gas dalam perut yang meningkat: x-rays
pencernaan bagian atas dan usus kecil untuk mendiagnosa penyakit-penyakit yang menghalangi;
tes pernapasan hidrogen untuk mendiagnosa pertumbuhan bakteri yang berlebihan dari usus
kecil.

Untuk seorang pasien dengan gejala-gejala khas dyspepsia yang memerlukan pengujian untuk
mengeluarkan penyakit-penyakit lain, papan screening standar dari tes-tes darah akan selayaknya
dimasukkan. Tes-tes ini mungkin mengungkap petunjuk-petunjuk pada penyakit-penyakit bukan
pencernaan. Pengujian feces yang sensitif (antigen/antibodi) untuk Giardia lamblia akan layak
karena infeksi parasit ini adalah umum dan dapat menjadi akut atau kronis. Beberapa dokter-
dokter melakuan uji darah untuk penyakit celiac (seriawan), namun nilai dari berbuat ini adalah
tidak jelas. Lagi pula, jika suatu EGD direncanakan, biopsi-biopsi dari duodenum biasaya akan
membuat diagnosis dari penyakit celiac. X-ray perut yang sederhana mungkin dilakukan sewaktu
episode nyeri perut (untuk mencari halangan atau rintangan dari usus kecil). Pengujian untuk
ketidaktoleranan lactose atau percobaan dari diet yang bebas lactose yang ketat harus
dipertimbangkan. Pertimbangan secara klnik dari dokter harus menentukan tingkatan dimana
pengujian awal adalah tepat.

Sekali pengujian telah dilakukan pada tingkat yang tepat untuk situasi klinis, adalah layak untuk
pertama mencoba suatu percobaan terapis dari penekanan asam lambung untuk melihat apakah
gejala-gejala membaik. Percobaan macam ini mungkin harus melibatkan PPI (proton pump
inhibitor) untuk 8 sampai 12 minggu. Jika tidak ada respon yang jelas dari gejala-gejala, opsi-
opsinya kemudian adalah untuk menghentikan PPI atau mengkonfirmasikan keefektifannya
dalam menekan asam dengan pengujian asam 24 jam. Jika ada pengurangan yang jelas dan
substansial dari gejala-gejala dengan PPI, maka keputusan-keputusan perlu dibuatu tentang
meneruskan penekanan asam dan obat-obat yang mana yang digunakan.

Pendekatan secara terapi lain adalah untuk menguji infeksi Helicobacter pylori dari lambung
(dengan tes-tes darah, napas atau feces) dan untuk merawat pasien-pasien dengan infeksi untuk
membasmi infeksi. Adalah mungkin perlu untuk menguji ulang pasien-pasien setelah perawatan
untuk membuktikan bahwa perawatan telah secara efektif membasmi infeksi, terutama jika
gejala-gejala dyspepsia tetap berlangsung atau bertahan setelah perawatan.

Jika perawatan dengan suatu PPI telah dengan memuaskan menekan asam menurut pengujian ph
(atau penekanan asam masih belum diukur) dan namun gejala-gejala masih belum membaik,
adalah layak untuk melakukan pengujian lebih jauh seperti digambarkan diatas. Esophago-
gastro-duodenoscopy, atau EGD, (dan kemungkinan kolonoskopi) adalah pertimbangan
berikutnya, mungkin dengan biopsi-biopsi berkali-kali dari lambung dan duodenum (dan kolon
jika kolonoskopi dilakukan). Akhirnya, x-rays usus kecil dan pemeriksaan ultrasound dari
kantong empedu mungkin dilakukan. Pemeriksaan ultrasound, CT scan, atau MRI scan perut
dapat mengeluarkan penyakit-penyakit bukan pencernaan. Sekali pengujian yang tepat telah
diselesaikan, percobaan-percobaan empiris dari obat-obat lain (contohnya, smooth muscle
relaxants, obat-obat psikotropik, dan obat-obat promotility) dapat dilakukan. Percobaan empiris
dari obat adalah percobaan yang tidak berdasarkan pada pengertian dari penyebab gejala-gejala
yang tepat.
Jika semua dari pengujian yang tepat mengungkapkan tidak ada penyakit yang dapat
menyebabkan gejala-gejala dan gejala-gejala dyspepsia telah tidak merespon pada perawatan-
perawatan empiris, tes-tes lain yang lebih khusus harus dipertimbangkan. Tes-tes ini termasuk
pengujian pernapasan hidrogen untuk mendiagnosa pertumbuhan bakteri yang berlebihan dari
usus kecil, studi-studi pengosongan lambung, EGG, studi-studi transit usus kecil, dan studi-studi
antro-duodenal motility dan barostatic. Studi-studi khusus ini mungkin harus dilakukan di pusat-
pusat yang mempunyai pengalaman dan keahlian dalam mendiagnosa dan merawat penyakit-
penyakit fungsional.

Masa Depan Untuk Dyspepsia


Masa depan dari dyspepsia akan tergantung pada peningkatan pengetahuan kita tentang proses-
proses (mekanisme-mekanisme) yang menyebabkan dyspepsia. Mendapatkan pengetahuan ini,
pada gilirannya, tegantung pada pembiayaan penelitian. Karena kesulitan-kesulitan dalam
melaksankan penelitian pada dyspepsia, pengetahuan ini tidak akan datang secara cepat. Hingga
kita mempunyai pengertian dari mekanisme-mekanisme dyspepsia, perawatan-perawatan lebih
baru akan didasarkan pada perkembangan kita atas pengertian yang lebih baik dari kontrol yang
normal dari fungsi pencernaan, yang meneruskan lebih cepat. Secara spesifik, ada perhatian yang
hebat pada neurotransmitter-neurotransmitter usus kecil, yang adalah bahan-bahan kimia yang
digunakan oleh syaraf-syaraf usus kecil untuk saling berkomunikasi. Interaksi-interaksi dari
neurotransmitter-neurotransmitter bertanggung jawab untuk penyesuaian fungsi-fungsi dari usus-
usus kecil, seperti kontraksi otot-otot dan pengeluaran cairan dan lendir.

5-hydroxytriptamine (5-HT atau serotonin) adalah neurotransmitter yang menstimulasi beberapa


receptor-receptor yang berbeda pada syaraf-syaraf dalam usus kecil. Contoh-contoh dari obat-
obat percobaan yang mempengaruhi transmisi syaraf (neurotransmission) usus kecil adalah
sumatriptan (Imitrex) dan buspirone. Obat-obat ini dipercayai mengurangi kemampuan reaksi
(kepekaan) dari syaraf-syaraf sensor pada apa yang sedang terjadi didalam usus kecil dengan
melekat pada 5-HT receptor tertentu, 5-HT1 receptor. Obat-obat 5-HT1 receptor,
bagaimanapun, telah menerima hanya studi yang minimal sejauh ini dan peran mereka pada
perawatan dyspepsia, jika ada, tidak diketahui.
Berbagai Macam Penyakit Saluran Pencernaan Serta
Pengobatannya
Senin, 03 Mei 2010 10:11

Previous
Left arrow key Next
Right arrow key     Close

Ilustrasi: Penyakit pencernaan adalah semua penyakit yang terjadi


pada saluran pencernaan. Penyakit ini merupakan golongan besar
dari penyakit pada organ esofagus, lambung, duodenum bagian
pertama, kedua dan ketiga, jejunum, ileum, kolon, kolon sigmoid,
dan rektum. (foto: google)

Saluran pencernaan adalah sekumpulan alat-alat tubuh yang


berfungsi menerima makanan, mencernanya menjadi nutrien,
menyerap serta mengeluarkan sisa-sisa proses tersebut. Saluran
pencernaan dimulai dari mulut sampai dubur yang panjangnya
mencapai kurang lebih 10 meter. Saluran pencernaan mulai dari mulut, gigi, lidah, lambung, usus
dampai ke dubur.

Penyakit pencernaan adalah semua penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan. Penyakit ini
merupakan golongan besar dari penyakit pada organ esofagus, lambung, duodenum bagian
pertama, kedua dan ketiga, jejunum, ileum, kolon, kolon sigmoid, dan rektum.

Mencret (Diare)

Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus sehingga gerakan
otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna. Diare termasuk gangguan
perncernaan yang paling sering muncul terutama pada anak-anak.

Diare akut kalau anak mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisa infeksi, bisa juga hanya
karena salah makan, sebagai contoh makanan yang tidak sesuai dengan usia anak, misalnya
sudah diberikan makan padat sebelum waktunya.

Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakteri atau salah makan
adalah penyebab utama gangguan pencernaan pada anak di bawah 5 tahun (Balita). Selain itu,
ada juga diare akibat cacingan.

Pengobatan mencret
Pengobatan diare yang paling dianjurkan adalah memberikan oralit. Tidak ada anak yang
meninggal karena diare, yang ada meninggal karena dehidrasi. Jadi, yang perlu diwaspadai
bukan diarenya, melainkan dehidrasinya. Selama cairan tubuhnya cukup, tak perlu khawatir.
Salah satu indikator dehidrasi adalah buang air kecilnya. Selama kencingnya cukup, berarti tidak
ada dehidrasi. Berikan oralit, karena sudah disesuaikan dengan cairan yang dikeluarkan melalui
BAB.

Oralit mengandung glukose, natrium, kalium, dan bikarbonat untuk menggantikan cairan yang
hilang lewat BAB. Sementara pada air putih, natrium dan kaliumnya turun. Anak malah bisa
kejang, kembung, dan lemas kalau hanya tergantikan airnya saja. Yang juga harus diperhatikan,
jangan menyamakan komposisi oralit untuk anak dan dewasa. "Pada anak, natriumnya lebih
rendah. Jadi, kalau mencretnya 2 sendok, jangan memberikan oralit segelas, mencret setengah
gelas, jangan memberikan oralit tiga gelas. Jadinya malah hipernatrium, bisa-bisa anak
mengalami koma. Kebutuhan cairan disesuaikan dengan oralit.

Sembelit (Konstipasi)

Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami pengerasan feses
yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada penderitanya. Konstipasi
dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, akibat samping obat-obatan, dan juga karena
kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan karena defekasi yang tidak teratur sehingga
feses mengeras dan sulit dikeluarkan.

Pengobatan konstipasi dapat dilakukan dengan mengubah pola makan, obat pencahar (laksatif),
terapi serat, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir jarang dilakukan. Konstipasi hebat
disebut juga dengan obstipasi. Gangguan pada sistem pencernaan juga bisa disebabkan karena
stres. Sebab stres dapat mempengaruhi sistem saraf dalam tubuh. Sementara penanganan untuk
yang susah BAB, harus dilihat dulu apa penyebabnya.

Wasir atau hemoroid

Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam anyaman pembuluh
darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes setelah buang air besar (BAB). Biasanya
tanpa disertai rasa nyeri dan gatal di anus. Pencegahannya adalah perlu diet tinggi serat dengan
makan sayur sayuran dan buah-buahan yang bertujuan membuat volume tinjanya besar, tetapi
lembek, sehingga saat BAB, karena tidak perlu mengejan dapat merangsang wasir.

Kanker usus

Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di seluruh dunia.
Penelitian sebelumnya dengan menggunakan binatang sebagai percobaan, kandungan kalsium
yang banyak terdapat pada susu mampu melindungi usus dari serangan kanker.

Studi pada manusia juga menunjukan keseluruhan jumlah kalsium yang dikonsumsi sangat
positif dakam mengurangi  tingkat dari resiko kanker susu ini. Setiap kenaikan 1.000 miligram
kalsium sehari atau lebih akan mempu mengurangi 15% resiko dari kanker usus pada wanita dan
10% pada pria. Konsumsi susu dan kalsium bisa mengurangi resiko terkena kanker usus. Keju
dan yoghurt juga merupakan hasil olahan dari susu.

Pencegahan kanker usus

Cara terbaik untuk mencegah dan mengurangi risiko kanker usus adalah dengan mengkonsumsi
makanan yang seimbang antara buah, sayuran, dan kalori. untuk mengurai proses penimbunan
lemak.

Menjaga Kesehatan Saluran Pencernaan

Saluran pencernaan mesti dirawat sebaik-baiknya, karena jika terjadi kerusakan akan sangat
berat dan sulit untuk memperbaikinya.

Di bawah ini ada beberapa tindakan menjaga dan merawat saluran pencernaan dan cara
mencegah penyakit saluran pencernaan:

1. Mencuci tangan secara cermat dengan sabun dan air sebelum menyentuh makanan.
2. Makanan sebaiknya yang higienis.
3. Makan secara teratur dan memenuhi kebutuhan gizi yang cukup dan seimbang.
4. Makan dalam suasana yang santai tidak tergesa-gesa. Tidaklah dianjurkan makan dalam
keadaan tegang atau gugup.
5. Jangan asal menelan, ambil cukup waktu mengunyah sehingga tercampur dengan saliva
baru kemudian menelan. Istirahat beberapa menit setelah makan untuk memberi
kesempatan pencernaan melaksanakan tugasnya.
6. Makanan cukup sederhana namun mengandung segala keperluan tubuh, termasuk
sayuran dan buah segar.
7. Hindari kegiatan mental atau berpikir yang berat setelah makan. Soalnya darah sebagian
besar dialirkan ke perut untuk mencerna makanan sehingga waktu berpikir menjadi tidak
efisien.
8. Agar lancar buang air besar dianjurkan mengkonsumsi makanan berserat setiap harinya
dan hindari makanan yang menyebabkan sembelit seperti keju, roti putih, dan makanan
yang rendah residunya. Makan makanan yang cukup mengandung sayuran karena
sayuran banyak mengandung serat kasar.
9. Jangan menahan-nahan bila mau BAB. Biasakan diri buang air besar pada waktu-waktu
yang tertentu. Orang yang sering-sering menderita sembelit sering tidak merasa sehat
badannya, pusing-pusing. Hal ini desebabkan karena ada zat-zat yang sebenarnya harus
sudah dikeluarkan, diserap kembali oleh usus. Ada yang beranggapan, bahwa sembelit
lama-lama dapat mengakibatkan tumor usus, apendisitis, luka-luka pada usus dan
sebagainya. Hal ini belum atau tak dapat dinyatakan kebenarannya. Yang terang terdapat
ialah penyerapan kembali dari zat-zat yang harusnya sudah hilang. Bila hal ini
berlangsung terus menerus, tentu tubuh akan menderita.

Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan merupakan pemeriksaan yang


dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
1. Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk
memperoleh jaringan dari dalam tubuh)

2. Rontgen

3. Ultrasonografi (USG)

4. Perunut radioaktif

5. Pemeriksaan kimiawi.

Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis, menentukan


lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga
pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan
pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.

Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan
pemeriksaan fisik. Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga
dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti. Kelainan psikis (misalnya
kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-
gejalanya.

Pemeriksaan Kerongkongan

1. Pemeriksaan barium.
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui
fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau
difilmkan).
Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan
(misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film
atau kaset video.

Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga
bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi
secara normal.

Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa
menunjukkan kelainan seperti:
- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa)
- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
- erosi dan ulkus kerongkongan
- varises kerongkongan
- tumor.

2. Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur
tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi
kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.

3. Pengukuran pH kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.

4. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan).


Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui
sebuah selang nasogastrik.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena
iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya
peradangan kerongkongan (esofagitis).

Intubasi

Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau mulut
ke dalam lambung atau usus halus.

Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan.


Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini
(apakah untuk diagnosik atau pengobatan).

1. Intubasi Nasogastrik.
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke
lambung.
Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan
apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan
karakteristik lainnya.
Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya.
Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa
didapat.

Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:


- Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
- Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.

Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi


lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan
mengisap gas dan cairan dari lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat
atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Intubasi Nasoenterik.
Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena
harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk:
- mendapatkan contoh isi usus
- mengeluarkan cairan
- memberikan makanan.

Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan
untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik
atau untuk analisa aktivitas enzim).

Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak
menimbulkan nyeri.

Endoskopi

Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat optik
yang disebut endoskop.

Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:


- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).

Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari sekitar 30
cm-150 cm.
Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya
sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.
Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat contoh
jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal.

Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang mengalami
iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya diambil contoh
jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.

Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa dimasukkan
melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan
perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil
- Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan
menghentikan perdarahannya.
Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih dahulu
selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan dokter dan bisa
dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan obat
pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.

Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang.


Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya
endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.

Laparoskopi

Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop

Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.


Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar.
Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut.

Dengan laparoskopi dokter dapat:


- mencari tumor atau kelainan lainnya
- mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- memperoleh contoh jaringan
- melakukan pembedahan perbaikan.

Rontgen

1. Foto polos perut.


Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan
persiapan khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).

2. Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen
dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan,
lambung dan usus halus.
Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan
varises kerongkongan.

Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan
barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di
dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.

Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat


menilai:
- fungsi kerongkongan dan lambung
- kontraksi kerongkongan dan lambung
- penyumbatan dalam saluran pencernaan.

Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian
bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau
kelainan struktur lainnya.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.

Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke
dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit
yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.

Parasentesis

Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya.

Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah
kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung
atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa.
Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau
untuk membuang cairan yang berlebihan.

Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk
memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik
dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan
dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul.
Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan
diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.

USG Perut

USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam.
USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga
bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.

USG juga dapat menunjukkan adanya cairan.


Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga
tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus
besar.

USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke
berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa
dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.

Pemeriksaan Darah Samar

Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan maupun
kanker yang serius.
Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau
mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena).

Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan tinja,
bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya ulkus, kanker
dan kelainan lainnya.

Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini diletakkan
pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia
lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah. (fn/sc/ms) www.suaramedia.com
Diabetes Melitus
DEFINISI
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah
tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat.

Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali normal dalam
waktu 2 jam.
Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110
mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan
atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.
Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif setelah usia
50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif.

Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, merupakan zat utama yang
bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat.
Insulin menyebabkan gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau
disimpan sebagai cadangan energi.
Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk
menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan
menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan.
Pada saat melakukan aktivitas fisik kadar gula darah juga bisa menurun karena otot
menggunakan glukosa untuk energi.

PENYEBAB
Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar
gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon yang tepat terhadap insulin.

Penderita diabetes mellitus tipe I (diabetes yang tergantung kepada insulin) menghasilkan sedikit
insulin atau sama sekali tidak menghasilkan insulin.
Sebagian besar diabetes mellitus tipe I terjadi sebelum usia 30 tahun.

Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (mungkin berupa infeksi virus atau faktor gizi
pada masa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan sel
penghasil insulin di pankreas. Untuk terjadinya hal ini diperlukan kecenderungan genetik.
Pada diabetes tipe I, 90% sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanen.
Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara
teratur.

Pada diabetes mellitus tipe II (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin, NIDDM), pankreas
tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk
kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif.
Diabetes tipe II bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30
tahun.
Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas,/I>, 80-90% penderita mengalami obesitas.
Diabetes tipe II juga cenderung diturunkan.
Penyebab diabetes lainnya adalah:
Kadar kortikosteroid yang tinggi
Kehamilan (diabetes gestasional)
Obat-obatan
Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

GEJALA
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi.
Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan
sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang
berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).

Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum
(polidipsi).

Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan.
Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga
banyak makan (polifagi).

Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan selama
melakukan olah raga.
Penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi.

Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani pengobatan penderita diabetes
tipe I hampir selalu mengalami penurunan berat badan.
Sebagian besar penderita diabetes tipe II tidak mengalami penurunan berat badan.

Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan
cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum.
Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat
menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel
lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa
menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis).
Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih yang berlebihan, mual,
muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat
karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau nafas penderita tercium seperti
bau aseton.
Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam
waktu hanya beberapa jam.

Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe I bisa mengalami
ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat
infeksi, kecelakann atau penyakit yang serius.
Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala-gejala semala beberapa tahun.
Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang berupa sering berkemih dan
sering merasa haus. Jarang terjadi ketoasidosis.
Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres-
misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa
menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma
hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.

KOMPLIKASI

Lama-lama peningkatan kadar gula darah bisa merusak pembuluh darah, saraf dan struktur
internal lainnya.
Terbentuk zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam dinding pembuluh darah, sehingga
pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran. Akibat penebalan ini maka aliran darah
akan berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan saraf.
Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar zat berlemak dalam
darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak di dalam
pembuluh darah). Aterosklerosis ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita diabetes.
Sirkulasi yang jelek melalui pembuluh darah besar dan kecil bisa melukai jantung, otak, tungkai,
mata, ginjal, saraf dan kulit dan memperlambat penyembuhan luka.

Karena hal tersebut diatas, maka penderita diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi jangka
panjang yang serius.
Yang lebih sering terjadi adalah serangan jantung dan stroke.
Kerusakan pembuluh darah mata bisa menyebabkan gangguan penglihatan (retinopati
diabetikum.
Kelainan fungsi ginjal menyebabkan gagal ginjal sehingga penderita harus menjalani dialisa.

Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk.


Jika satu saraf mengalami kelainan fungsi (mononeuropati), maka sebuah lengan atau tungkai
biasa secara tiba-tiba menjadi lemah.
Jika saraf yang menuju ke tangan, tungkai dan kaki mengalami kerusakan (polineuropati
diabetikum), maka pada lengan dan tungkai bisa dirasakan kesemutan atau nyeri seperti terbakar
dan kelemahan.
Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera karena penderita tidak
dapat meradakan perubahan tekanan maupun suhu.
Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan ulkus (borok) dan semua
penyembuhan luka berjalan lambat.
Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama
sehingga sebagian tungkai harus diamputasi.

Penelitian terakhir menunjukkan bahwa komplikasi diabetes dapat dicegah, ditunda atau
diperlambat dengan mengontrol kadar gula darah.

Komplikasi jangka panjang dari diabetes


Organ/jaringan yg terkena Yg terjadi Komplikasi
Pembuluh darah:

Plak aterosklerotik terbentuk & menyumbat arteri berukuran besar atau sedang di jantung, otak,
tungkai & penis.
Dinding pembuluh darah kecil mengalami kerusakan sehingga pembuluh tidak dapat mentransfer
oksigen secara normal & mengalami kebocoran Sirkulasi yg jelek menyebabkan penyembuhan
luka yg jelek & bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke, gangren kaki & tangan, impoten &
infeksi

Mata:

Terjadi kerusakan pada pembuluh darah kecil retina Gangguan penglihatan & pada akhirnya bisa
terjadi kebutaan

Ginjal:

Penebalan pembuluh darah ginjal


Protein bocor ke dalam air kemih
Darah tidak disaring secara normal Fungsi ginjal yg buruk akan terjadi  Gagal ginjal

Saraf :

Kerusakan saraf karena glukosa tidak dimetabolisir secara normal & karena aliran darah
berkurang Kelemahan tungkai yg terjadi secara tiba-tiba atau secara perlahan
Berkurangnya rasa, kesemutan & nyeri di tangan & kaki akan terjadi Kerusakan saraf menahun

Sistem saraf otonom:

Kerusakan pada saraf yg mengendalikan tekanan darah & saluran pencernaan Tekanan darah yg
naik-turun
Kesulitan menelan & perubahan fungsi pencernaan disertai serangan diare

Kulit:

Berkurangnya aliran darah ke kulit & hilangnya rasa yg menyebabkan cedera berulang Luka,
infeksi dalam (ulkus diabetikum)
Penyembuhan luka yg jelek

Darah:

Gangguan fungsi sel darah putih Mudah terkena infeksi, terutama infeksi saluran kemih & kulit

Jaringan ikat :

Glukosa tidak dimetabolisir secara normal sehingga jaringan menebal atau berkontraksi akan
terjadi Sindroma terowongan karpal Kontraktur Dupuytren
DIAGNOSA
Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejala- gejalanya (polidipsi, polifagi, poliuri) dan
hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula darah yang tinggi.

Untuk mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya diambil setelah penderita berpuasa
selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah makan.
Pada usia diatas 65 tahun, paling baik jika pemeriksaan dilakukan setelah berpuasa karena
setelah makan, usia lanjut memiliki peningkatan gula darah yang lebih tinggi.

Pemeriksaan darah lainnya yang bisa dilakukan adalah tes toleransi glukosa. Tes ini dilakukan
pada keadaan tertentu, misalnya pada wanita hamil.
Penderita berpuasa dan contoh darahnya diambil untuk mengukur kadar gula darah puasa. Lalu
penderita meminum larutan khusus yang mengandung sejumlah glukosa dan 2-3 jam kemudian
contoh darah diambil lagi untuk diperiksa.

PENGOBATAN
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula darah dalam
kisaran yang normal.
Kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin mendekati
kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka
panjang adalah semakin berkurang.

Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet.
Seseorang yang obesitas yang menderita diabetes tipe II tidak akan memerlukan pengobatan jika
mereka menurunkan berat badannya dan berolah raga secara teratur. Tetapi kebanyakan
penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan dan melakukan olah raga yang teratur.
Karena itu biasanya diberikan terapi sulih insulin atau obat hipoglikemik per-oral.

Pengaturan diet sangat penting. Biasanya penderita tidak boleh terlalu banyak makan makanan
manis dan harus makan dalam jadwal yang teratur.
Penderita diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi, karena itu dianjurkan untuk
membatasi jumlah lemak jenuh dalam makanannya. Tetapi cara terbaik untuk menurunkan kadar
kolesterol adalah mengontrol kadar gula darah dan berat badan.

Semua penderita hendaknya memahami bagaimana menjalani diet dan olah raga untuk
mengontrol penyakitnya. Mereka harus memahami bagaimana cara menghindari terjadinya
komplikasi. Mereka juga harus memberikan perhatian khusus terhadap infeksi kaki dan kukunya
harus dipotong secara teratur.
Penting untuk memeriksakan matanya supaya bisa diketahui perubahan yang terjadi pada
pembuluh darah di mata.

Terapi sulih insulin

Pada diabetes tipe I, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan insulin
pengganti.
Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan, insulin dihancurkan di dalam
lambung sehingga tidak dapat diberikan per-oral (ditelan). Bentuk insulin yang baru (semprot
hidung) sedang dalam penelitian. Pada saat ini, bentuk insulin yang baru ini belum dapat bekerja
dengan baik karena laju penyerapannya yang berbeda menimbulkan masalah dalam penentuan
dosisnya.

Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan, paha atau dinding
perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri.

Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama kerja yang
berbeda:
Insulin kerja cepat.
Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling sebentar.
Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit, mencapai puncaknya
dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam.
Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa kali suntikan
setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum makan.
Insulin kerja sedang.
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan.
Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 6-10 jam dan
bekerja selama 18-26 jam.
Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat
disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang malam.
Insulin kerja lama.
Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan.
Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.
Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga bisa dibawa kemana-
mana.

Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada:


Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya
Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan dosisnya
Aktivitas harian penderita
Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya
Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari.

Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali dari insulin kerja sedang.
Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah yang paling minimal.
Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis insulin, yaitu insulin
kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua diberikan pada saat makan malam atau
ketika hendak tidur malam.
Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja cepat dan insulin kerja
sedang pada pagi dan malam hari disertai suntikan insulin kerja cepat tambahan pada siang hari.

Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin yang sama setiap harinya; penderita
lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya tergantung kepada makanan, olah raga dan pola
kadar gula darahnya.
Kebutuhan akan insulin bervariasi sesuai dengan perubahan dalam makanan dan olah raga.

Beberapa penderita mengalami resistensi terhadap insulin. Insulin tidak sepenuhnya sama
dengan insulin yang dihasilkan oleh tubuh, karena itu tubuh bisa membentuk antibodi terhadap
insulin pengganti.
Antibodi ini mempengaruhi aktivitas insulin sehingga penderita dengan resistansi terhadap
insulin harus meningkatkan dosisnya.

Penyuntikan insulin dapat mempengaruhi kulit dan jaringan dibawahnya pada tempat suntikan.
Kadang terjadi reaksi alergi yang menyebabkan nyeri dan rasa terbakar, diikuti kemerahan, gatal
dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan selama beberapa jam.
Suntikan sering menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga kulit tampak berbenjol-
benjol) atau merusak lemak (sehingga kulit berlekuk-lekuk).
Komplikasi tersebut bisa dicegah dengan cara mengganti tempat penyuntikan dan mengganti
jenis insulin.
Pada pemakaian insulin manusia sintetis jarang terjadi resistensi dan alergi.

Obat-obat hipoglikemik per-oral

Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara adekuat pada
penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I. Contohnya adalah glipizid,
gliburid, tolbutamid dan klorpropamid.
Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas
dan meningkatkan efektivitasnya.

Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin tetapi meningkatkan
respon tubuh terhadap insulinnya sendiri.
Akarbos bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.

Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe II jika diet dan olah
raga gagal menurunkan kadar gula darah secara adekuat.
Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun beberapa penderita
memerlukan 2-3 kali pemberian.
Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik, mungkin
perlu diberikan suntikan insulin.

Pemantauan pengobatan

Pemantauan kadar gula darah merupakan bagian yang penting dari pengobatan diabetes.
Adanya glukosa bisa diketahui dari air kemih; tetap pemerisaan air kemih bukan merupakan cara
yang baik untuk memantau pengobatan atau menyesuaikan dosis pengobatan.
Saat ini kadar gula darah dapat diukur sendiri dengan mudah oleh penderita di rumah.

Penderita diabetes harus mencatat kadar gula darah mereka dan melaporkannya kepada dokter
agar dosis insulin atau obat hipoglikemiknya dapat disesuaikan.
Mengatasi komplikasi

Insulin maupun obat hipoglikemik per-oral bisa terlalu banyak menurunkan kadar gula darah
sehingga terjadi hipoglikemia.
Hipoglikemia juga bisa terjadi jika penderita kurang makan atau tidak makan pada waktunya
atau melakukan olah raga yang terlalu berat tanpa makan.

Jika kadar gula darah terlalu rendah, organ pertama yang terkena pengaruhnya adalah otak.
Untuk melindungi otak, tubuh segera mulai membuat glukosa dari glikogen yang tersimpan di
hati. Proses ini melibatkan pelepasan epinefrin (adrenalin), yang cenderung menyebabkan rasa
lapar, kecemasan, meningkatnya kesiagaan dan gemetaran. Berkurangnya kadar glukosa darah
ke otak bisa menyebabkan sakit kepala.

Hipoglikemia harus segera diatasi karena dalam beberapa menit bisa menjadi berat,
menyebabkan koma dan kadang cedera otak menetap.
Jika terdapat tanda hipoglikemia, penderita harus segera makan gula. Karena itu penderita
diabetes harus selalu membawa permen, gula atau tablet glukosa untuk menghadapi serangan
hipoglikemia. Atau penderita segera minum segelas susu, air gula atau jus buah, sepotong kue,
buah-buahan atau makanan manis lainnya.
Penderita diabetes tipe I harus selalu membawa glukagon, yang bisa disuntikkan jika mereka
tidak dapat memakan makanan yang mengandung gula.

Gejala-gejala dari kadar gula darah rendah:


Rasa lapar yang timbul secara tiba-tiba
Sakit kepala
Kecemasan yang timbul secara tiba-tiba
Badan gemetaran
Berkeringat
Bingung
Penurunan kesadaran, koma.

Ketoasidosis diabetikum merupakan suatu keadaan darurat. Tanpa pengobatan yang tepat dan
cepat, bisa terjadi koma dan kematian.

Penderita harus dirawat di unit perawatan intensif.


Diberikan sejumlah besar cairan intravena dan elektrolit (natrium, kalium, klorida, fosfat) untuk
menggantikan yang hilang melalui air kemih yang berlebihan.

Insulin diberikan melalui intravena sehingga bisa bekerja dengan segera dan dosisnya
disesuaikan.
Kadar glukosa, keton dan elektrolit darah diukur setiap beberapa jam, sehingga pengobatan yang
diberikan bisa disesuaikan.
Contoh darah arteri diambil untuk mengetahui keasamannya. Pengendalian kadar gula darah dan
penggantian elektrolit biasanya bisa mengembalikan keseimbangan asam basa, tetapi kadang
perlu diberikan pengobatan tambahan untuk mengoreksi keasaman darah.
Pengobatan untuk koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik sama dengan pengobatan untuk
ketoasidosis diabetikum.
Diberikan cairan dan elektrolit pengganti.
Kadar gula darah harus dikembalikan secara bertahap untuk mencegah perpindahan cairan ke
dalam otak. Kadar gula darah cenderung lebih mudah dikontrol dan keasaman darahnya tidak
terlalu berat.

Jika kadar gula darah tidak terkontrol, sebagian besar komplikasi jangka panjang berkembang
secara progresif.
Retinopati diabetik dapat diobati secara langsung dengan pembedahan laser untuk menyumbat
kebocoran pembuluh darah mata sehingga bisa mencegah kerusakan retina yang menetap. Terapi
laser dini bisa membantu mencegah atau memperlambat hilangnya penglihatan.
( medicastore.com )

You might also like