You are on page 1of 17

iud

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan reproduksi merupakan bagian penting dari program kesehatan dan merupakan titik
pusat sumber daya manusia, mengingat pengaruhnya pada setiap orang dan mencakup banyak
aspek kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan usia lanjut. Oleh karena itu
pelayanan reproduksi harus mencakup empat harapan esensial yang mampu memberikan
hasil yang efektif dan efisien bila dikemas dalam pelayanan yang terintregrasi, empat
komponen tersebut tercakup didalam pelayanan kesehatan reproduksi esensial yaitu
kesehatan ibu dan bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja dan
pencegahan atau penanggulangan penularan penyakit menular seksual (PMS).

Pemakaian metode kontrasepsi pada akseptor KB terdapat beberapa efek samping, dengan
demikian dalam pemakaian berbagai alat kontrasepsi perlu adanya kegiatan pembinaan yang
lebih itensif, namun upaya tersebut belum dapat dilaksanakan oleh karena kendala waktu dan
tenaga.

Erosi pada akseptor KB IUD dapat terjadi karena benang IUD, perekatan logam polyetilen
dengan posisi IUD yang tidak benar sehinggga mempermudah terjadinya pengelupasan sel
superfisialis, dimana sifat dasarnya mudah terkelupas. Apabila lapisan sel ini terkelupas,
maka terjadilah erosi portio yang akan terjadi kronis, jika tidak didapatkan penanganan secara
segera, karena pengelupasan sel superfisialis berakibat hilangnya sumber makanan borderline
sehingga tidak mampu memperoduksi asam laktak yang menyebabkan pH vagina akan
meningkat, naiknya pH vagina akan mempermudah kuman pathogen tumbuh.

Pasicn dengan erosi portio pada umumnya datang pada satdium lanjut, diamana didapatkan
keluhan seperti keputihan disertai darah, keputihan yang berbau, perdarahan berkelanjutan,
dan disertai metastase dimana stadium pengobatan ini tidak memuaskan.

Dari masalah diatas dapat diketahui bahwa pengayoman terdapat akseptor KB IUD dengan
masalah erosi portio perlu dibantu, karena menemukan erosi portio perlu dibantu, karena
menemukan erosi dalam stadium dini berarti menyelamatkan jiwa, mengurangi kesakitan
penderita dan biaya pengobatan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Penulis dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah dalam memberikan
asuhan kebidanan secara nyata serta mendapatkan pengetahuan dalam memecahkan masalah.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :

a. Pengkajian dan menganalisa data pada klien dengan kanker mulut rahim.

b. Merumuskan diagnosa kebidanan dan menentukan prioritas masalah pada klien.

c. Menyusun rencana kebidanan.

d. Melaksanakan tindakan kebidanan.

e. Evaluasi asuhan kebidanan.

C. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan dalam proses penyusunan laporan ini adalah :

1. Metode pendekatan deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa


dan gejala yang terjadi.

2. Teknik pengumpulan data dan pengidentifikasian data melalui observasi, wawancara,


pemeriksaan fisik, studi dokumen dan studi kepustkaan.

3. Sumber data primer dari klien dan data sekunder dari keluarga dan petugas kesehatan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Keluarga Berencana

Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran anak.
Untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan kontrasepsi sedangkan
untuk menghindari kehamilan yang sifatnya menetap bisa dilakukan sterilisasi. Aborsi bisa
digunakan untuk mengakhiri kehamilan jika terjadi kegagalan kontrasepsi.

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

B. Macam metode kontrasepsi

1. Kontrasepsi oral (pil KB) Pil KB mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi
progestin dengan estrogen atau progestin saja. Pil KB mencegah kehamilan dengan
cara menghentikan ovulasi (pelepasan sel telur oleh ovarium) dan menjaga kekentalan
lendir servikal sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma. Tablet yang hanya
mengandung progestin sering menyebabkan perdarahan tidak teratur. Tablet ini hanya
diberikan jika pemberian estrogen bisa membahayakan, misalnya pada wanita yang
sedang menyusui. Pil kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada
yang mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan
kepada wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsi).

2. Kontrasepsi penghalang Kontrasepsi penghalang secara fisik menghalangi jalan


masuk sperma ke dalam rahim wanita. Yang termasuk ke dalam kontrasepsi
penghalang adalah:

a. Kondom. : Kondom bisa melindungi pemakainya dari penyakit menular seksual (misalnya
AIDS) dan dapat mencegah perubahan prekanker tertentu pada sel-sel leher rahim. Ada
kondom yang ujungnya memiliki penampung semen; jika tidak ada penampung semen,
sebaiknya kondom disisakan sekitar 1cm di depan penis. Kondom harus dilepaskan secara
perlahan karena jika semen tumpah maka sperma bisa masuk ke vagina sehingga terjadi
kehamilan. Untuk menambah efektivitas pemakaian kondom bisa ditambahkan spermisida
(biasanya terkandung di dalam pelumas kondom atau dimasukkan secara terpisah ke dalam
vagina). Kondom wanita merupakan alat kontrasepsi penghalang baru yang dipasang di
vagina dengan bantuan sebuah cincin. Kondom wanita menyerupai kondom pria, tetapi lebih
lebar dan memiliki angka kegagalan yang tinggi.

b. Diafragma : Diafragma merupakan plastik berbentuk kubah dengan sabuk yang lentur,
dipasang pada serviks dan menjaga agar sperma tidak masuk ke dalam rahim. Ukurannya
bervariasi dan harus dicocokkan oleh dokter atau perawat. Pemakaiannya harus selalu
bersamaan dengan krim atau jeli. Diafragma dipasang sebelum melakukan hubungan seksual
dan tetap terpasang sampai minimal 8 jam tetapi tidak boleh lebih dari 24 jam.

c. Penutup serviks (leher rahim) : Penutup serviks (cervical cap) hampir menyerupai
diafragma tetapi ukurannya lebih kecil dan lebih kaku, dipasang pada serviks. Ukurannya
bervariasi dan harus dicocokkan oleh dokter atau perawat. Pemakaian penutup serviks harus
selalu bersamaan dengan krim atau jeli. Penutup serviks dipasang sebelum melakukan
hubungan seksual dan tetap terpasang sampai minimal 8 jam dan maksimal 48 jam sesudah
melakukan hubungan seksual.

d. Sediaan untuk menghentikan atau membunuh sperma atau disebut juga spermisida (dalam
bentuk busa, krim, jel dan suppositoria yang dimasukkan ke dalam vagina) Busa, krim, jeli
dan suppositoria vagina dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual. Selain
mengandung spermisida, bahan tersebut juga merupakan penghalang fisik untuk sperma.
1. Penarikan penis sebelum terjadinya ejakulasi Disebut juga coitus interruptus. Pada
metode ini, pria mengeluarkan/menarik penisnya dari vagina sebelum terjadinya
ejakulasi (pelepasan sperma ketika mengalami orgasme). Metode ini kurang dapat
diandalkan karena sperma bisa keluar sebelum orgasme juga memerlukan
pengendalian diri yang tinggi serta penentuan waktu yang tepat.

2. Metoda ritmik Pada metoda ritmik, pasangan suami istri tidak melakukan hubungan
seksual selama masa subur wanita. Ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) terjadi
14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang telah dilepaskan hanya bertahan hidup
selama 24 jam, tetapi sperma bisa bertahan selama 3-4 hari setelah melakukan
hubungan seksual. Karena itu pembuahan bisa terjadi akibat hubungan seksual yang
dilakukan 4 hari sebelum ovulasi.

3. Kontrasepsi implan. Kontrasepsi implan adalah kapsul plastik yang mengandung


progestin, yang bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan menghalangi masuknya
sperma melalui lendir serviks yang kental. 6 kapsul dimasukkan ke bawah kulit
lengan atas. Setelah diberi obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan jarum
dimasukkan kapsul implan. Tidak perlu dilakukan penjahitan. Kapsul ini melepaskan
progestin ke dalam aliran darah secara perlahan dan biasanya dipasang selama 5
tahun.

4. Kontrasepsi suntikan. Medroksiprogesteron (sejenis progestin) disuntikkan 1 kali/3


bulan ke dalam otot bokong atau lengan atas. Suntikan ini sangat efektif tetapi bisa
mengganggu siklus menstruasi. Sepertiga pemakai KB suntik tidak mengalami
menstruasi pada 3 bulan setelah suntikan pertama dan sepertiga lainnya mengalami
perdarahan tidak teratur dan spotting (bercak perdarahan) selama lebih dari 11 hari
setiap bulannya.

5. Sterilisasi. Sterilisasi merupakan cara berkeluarga berencana yang sifatnya permanen.


Sterilisasi pada pria dilakukan melalui vasektomi, sedangkan pada wanita dilakukan
prosedur ligasi tuba. Vasektomi adalah pemotongan vas deferens (saluran yang
membawa sperma dari testis). Ligasi tuba adalah pemotongan dan pengikatan atau
penyumbatan tuba falopii (saluran telur dari ovarium ke rahim). Pada ligasi tuba
dibuat sayatan pada perut dan dilakukan pembiusan total. Ligasi tuba bisa dilakukan
segera setelah melahirkan atau dijadwalkan di kemudian hari. Sterilisasi pada wanita
seringkali dilakukan melalui laparoskopi. Selain pemotongan dan pengikatan, bisa
juga dilakukan kauterisasi (pemakaian arus listrik) untuk menutup saluran tuba.
Teknik sterilisasi lainnya yang kadang digunakan pada wanita adalah histerektomi
(pengangkatan rahim) dan ooforektomi (pengangkatan ovarium/indung telur).

6. IUD (intra uterine device, spiral) atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). IUD
adalah suatu usaha untuk menekan kesuburan Keuntungan dari IUD adalah efek
sampingnya terbatas di dalam rahim.

Terdapat 2 macam IUD:

- melepaskan progesteron (harus diganti setiap tahun)

- melepaskan tembaga (efektif selama 10 tahun).

Contoh IUD :

Lippes lop, copper-7, copper T, multiload

Biasanya IUD dipasang pada saat menstruasi karena akan mengurangi rasa sakit dan
memudahkan insersi melalui kanalis servikalis. Jika kemungkinan terjadi infeksi serviks,
masa pemasangan IUD sebaiknya ditunda sampai infeksi mereda.

Cara kerja IUD adalah dengan menyebabkan reaksi peradangan di dalam rahim yang akan
menarik datangnya sel-sel darah putih. Zat yang dihasilkan oleh sel darah putih ini
merupakan racun bagi sperma sehingga tidak terjadi pembuahan sel telur.

Melepaskan IUD akan menyebabkan terhentinya proses peradangan.

Efek samping dari IUD:

• Perdarahan dan nyeri

• Kadang IUD terlepas dengan sendirinya (sekitar 20% IUD yang lepas tidak
disadari/diketahui oleh pemakainya dan bisa menyebabkan kehamilan)

• Perforasi rahim

• Ketika baru dipasang akan terjadi infeksi singkat pada rahim, tetapi infeksi ini akan
mereda setelah 24 jam

• Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil dengan IUD yang masih terpasang
adalah sekitar 55%.

Cara Insersi IUD

• Tabung penyalur dengan IUD didalamnya dimasukkan melalui kanalis servikalis

• Leher tabung penyalur pada serviks, IUD didorong kedalam kavum uteri
• Tabung penyalur kemudian dikeluarkan, filament IUD kemudian ditinggalkan dalam
kanalis servikalis dan vagina.

Cara mangeluarkan IUD, pengeluaran IUD jauh lebih mudah jika dilakukan sewaktu haid.

• Inspekulo, filament ditarik perlahan-lahan, jangan sampai putus. IUD nya akan ikut
keluar perlahan-lahan

• Jika IUD tidak keluar dengan mudah, lakukanlah sondase uterus, sehingga ostium
uteri internum terbuka. Sonde diputar perlahan-lahan 90o . selanjutnya IUD
dikeluarkan

• Jika filament tidak tampak atau putus, IUD dapat dikeluarkan dengan mikrokuret.

C. Pelayanan Kontrasepsi

Dalam sistim pelayanan kontrasepsi mantap, salah satu unsur yang penting untuk
mempertahankan atau bahkan meningkatkan mutu pelayanan ialah pemantauan pelaksanaan
sistim pelayanan itu sendiri.

Ada tiga hal pokok dalam sistim tersebut, yaitu :

1.

1. Pelaksanaan pelayanan di klinik kontrasepsi mantap.

2. Pelayanan rujukan.

3. Masalah pembiayaan termasuk pembayaran dana bantuan Pelayanan


(reimbursement).

Alur pelayanan di klinik kontrasepsi mantap dapat digambarkan seperti :

• Penerimaan dan Pendaftaran

• Pelayanan Konseling

• Pelayanan screening prabedah (termasuk pemeriksaan laboratorik)

• Persiapan Prabedah

• Pelayanan Pembedahan

• Pelayanan Pascabedah

• Pelayanan Kunjungan Ulang

Alur pelayanan kontrasepsi mantap di klinik kontrasepsi mantap

Dalam setiap bagian dari alur pelayanan kontrasepsi mantap tersebut tiga macam faktor yang
menentukan mutu pelayanan dan harus dipantau ialah :
• tenaga pelaksana

• sarana

• tata-cara pelayanan.

Secara keseluruhan sistim pelayanan kontrasepsi mantap mencakup dua aspek, yaitu aspek
medik dan non medik. Jikalau kita akan melakukan pemantauan salah satu atau kedua aspek
tersebut, maka setiap bagian dari alur pelayanan kontrasepsi mantap harus dikaji mana yang
termasuk aspek non medik dan mana yang bukan, mencakup faktor tenaga pelaksan, sarana
kerja, dan tata-cara pelayanan. Selanjutnya untuk menentukan mutu dari masing-masing
faktor, sebelumnya harus ditentukan terlebih dahulu kriteria standar, dan hal ini harus
diketahui dan dipahami oleh petugas pemantau.

D. Erosi Portio

1. Pengertian

Erosi portio adalah suatu pendarahan pada portio berwarna merah dengan batas tidak jelas
pada sotium uteri eksternum (Sarwono, 1999).

Erosi portio atau pseudo erosi yaitu terkelupasnya epitel silindris akibat rangsangan dari luar
dan digantikan dengan epitel gepeng pada kanalis servikalis, erosi ini nampak sebagai tempat
merah menyala dan agak mudah berdarah (Sulaiman, 1997).

2. Etiologi

Penggunaan IUD, pemakaian pil, perilaku seksual yang tidak sehat, trauma.

1. Patofisiologi

Proses terjadinya erosi portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya IUD.

IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian
bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan
terjadilah erosi portio.

Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan
sel superfisialis terkelupas dan terjadilah erosi portio. Dari posisi IUD yang tidak tepat
menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang
meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi portio.

Dari semua kejadian erosi portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai
kronis menyebabkan metastase keganasan leher rahim.

4. Gejala erosi portio


a. Adanya fluxus

b. Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas

c. Adanya kontak bloding

d. Portio teraba tidak rata

5. Komplikasi erosi portio

Terjadi keganasan

6. Penanggulangan

a. Membatasi hubungan suami istri

b. Menjaga kebersihan vagina

c. Lama pemakaian IUD harus diperhatikan

7. Efek samping penggunaan IUD dan penanggulangannya

a. Infeksi

1.) Gejala :

Keluarnya cairan putih yang baru

Nyeri perut bagian bawah

Suhu ≥ 37ºC

2.) Penyebab

Akibat dari pemasangan tidak sesuai dengan standar baku dan tidak steril.

Partner seksual yang banyak dan lama pemakaian IUD.

3.) Penanggulangan

Saling setia pada pasangannya.

Lama pemakaian IUD harus diperhatikan.

Pengobatan dengan albotyl vagina 1x selama satu minggu.

b. Keputihan

1.) Gejala :

Keluarnya cairan jernih, tidak berbau dan tidak ada gatal dari vagina.

2.) Penyebab

Karena adanya reaksi endometrium.


3.) Penanggulangan

Menjaga kebersihanvagina agar tidak lembab.

Sering kontrol, jangan kalau ada keluhan saja.

USG.

Pengobatan dengan albotyl 36 % nystatisn 1x / minggu.

c. Ekspulsi

1.) Gejala

Nyeri pada keluhan.

Terabanya bagian IUD di dalam vagina.

2.) Penyebab

Karena ukuran IUD yang tidak sesuai.

Karena letak IUD yang tidak sempurna.

3.) Penanggulangan

Melepas IUD.

Pemasangan yang sesuai standar.

Ukuran IUD disesuaikan dengan ukuran uterus.

d. Translokasi IUD

1.) Gejala

Klien merasakan rasa nyeri yang hebat pada waktu pemasangan.

Klien tampak menyeringai.

2.) Penyebab

Pemasangan yang sulit sehingga dilakukan pemaksaan.

Pemasukan inserter dengan arah yang salah.

Teknik pemasangan IUD dengan push ini.

3.) Penggulangan

Kolaborasi dengan dokter untuk USG.

Angakat IUD dengan laparotomi.

e. Rasa mules / nyeri / kram perut bawah


1.) Gejala

Nyeri / mules / sakit pinggang terutama pada hari pertama sesudah pemasangan.

Wajah klien menyeringai.

Nyeri tekan pada atas sympisis pada adneksa.

2.) Penyebab

Psikis.

Letak IUD yang tidak tepat.

IUD merangsang pembentukan prostaglandin pada waktu haid.

3.) Penanggulangan

Beri konseling pada akseptor.

IUD dilepas bila nyeri hebat.

Beri antibiotik 3x 500 mg/hr selama 1 minggu.

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN

Pada Ny “T“Akseptor IUD (CuT 380A) 1 minggu dengan erosi porsio k/u kurang baik

Di Polindes “Maju Jaya”

A. PENGKAJIAN

Tanggal : 25-03-2010 Jam: 17.00 WIB

No. Reg : 090900909

I. Data Subyektif

A. Identitas

Nama Ibu : Ny. T Nama Suami : Tn. W

Umur : 35 tahun Umur : 35 tahun

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Bangsa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta


Alamat : Kedung Barik No.87 Alamat : Kedung Barik No. 87

Surabaya Surabaya

Telp. : - Telp. : -

B. Anamnesa

1. Alasan Kunjungan : Pertama / Rutin / Ada Keluhan

2. Keluhan yang dirasa : ibu mengatakan keluar flek darah sejak tanggal 23-03-2010 dan
keluar keputihan agak banyak, berbau, gatal.

3. Riwayat Mentruasi

1. Menarche : 13 th

2. HPHT : 20-02-2010

3. Siklus : 28 hari

4. Teratur / Tidak : Teratur

5. Lamanya : 6 – 7 hari

6. Banyak : 3-4 pembalut / hari

7. Sifat : Merah tua, encer tidak bergumpal, anyir

8. Dismenore : Tidak ada

4. Keikutsertaan dalam KB

Ibu mengatakan setelah melahirkan anaknya yang pertama ibu memakai KB suntik 1 bulan,
kemudian ibu berhenti menggunakan KB suntik 1 bulan sejak 2 minggu terakhir dan
memakai KB IUD selama 1 minggu, saat ini ibu mengeluh keputihan, warna putih jernih,
tidak gatal dan tidak bau, dan keluar flek-flek sejak tgl 23-03-2010.

1. Cara KB terakhir

Ibu mengatakan terakhir menggunakan IUD.

1. Jumlah anak hidup

Laki-laki : 1 orang hidup umur 3 tahun

Perempuan : – orang

1. Jumlah anak lahir hidup kemudian meninggal

Laki-laki : – orang

Perempuan : – orang
1. Apakah ibu sedang menyusui

Ibu mengatakan tidak sedang menyusui

1. Pengetahuan ibu tentang metode KB

Ibu mengatakan hanya mengetahui metode KB pil, suntik dan IUD.

1. Kebiasaan-kebiasaan merokok : Tidak ada

Sejak kapan : -

1. Riwayat pernyakit yang diderita

Ibu mengatakan tidak ada penyakit kronis atau menahun seperti jantung, ginjal dan paru-paru.
Tidak memiliki penyakit penular seperti TBC, thypoid, Hepatitis dan HIV/AIDS serta tidak
terdapat riwayat penyakit keturunan seperti DM, Asma ataupun HT.

II. Data Obyektif

1. Keadaan Umum

Kesadaran : Apatis

Cara berjalan : Gontai

Postur tubuh : Tegak

Ekspresi wajah : Kesakitan

Status emosional : Labil

TB/BB : 157 cm/55 kg

1. Tanda-tanda Vital

T = 160/120 mmHg

S = 378° C

N = 96x/mnt

RR = 18x/mnt

1. Pemeriksaan Fisik

Muka : Bersih, pucat, tidak oedem, tidak ada chloasma.

Mata : Simetris, palpebra tidak oedem, sklera tidak ikterus, conjunctiva pucat.

Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada polip.

Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen , daun telinga tidak ada kelainan.
Mulut : Bersih, lidah bersih, bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada bendungan V. Jugularis.

Mammae : Bersih, Simetris ka/ki , pembesaran : ada, Konsistensi : Tegang. Massa abnormal
(-), Putting susu ka/ki menonjol, terdapat pengeluaran colostrum, Hyperpigmentasi areola
ka/ki (-), puting susu normal.

Dada : Simetris, tidak ada retraksi interkosta.

Abdomen : Bersih, massa abnormal (-), nyeri tekan (+), Tidak ada bekas luka operasi, Bising
usus terdengar.

Genetalia :

Inspeksi genetalia eksterna : kotor, terdapat pengeluaran darah, Tidak oedem, tidak ada
varices, terdapat flour albus berbau, perih, warna keju.

Palpasi kelenjar bartolini : tidak ada pembengkakan kelenjar bartholmi.

Anus : Bersih, tidak ada haemorroid.

Ekstremitas (at/bw) : Simetris, tidak oedema, tidak ada varices.

1. Pemeriksaan Khusus (Untuk IUD)

1. Inspekulo ( pemeriksaan dengan speculum) :

Terlihat benang IUD ± 3 cm didepan portio.

1.

○ Adakah lesi pada serviks : ada dengan batas tidak jelas

○ Apakah keputihan / spoting : ada, berbau, perih/gatal, berwarna kuning keju.

○ Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas.

2. Bimanual

• Gerakkan serviks bebas

• Tidak ada tanda-tanda kehamilan.

• Ante fleksi

• Tidak nyeri goyang pada adneksa.

• Pemeriksaan lab tidak dilakukan

III. Identifikasi Diagnosa, Masalah, dan Kebutuhan

Diagnosa : Akseptor IUD (CuT 380A) 1 minggu dengan erosi porsio k/u kurang baik.
Masalah : anemia. nyeri abdomen. ibu mengeluh perih pada vagina

IV. Planning

Tanggal 25-03-2010 Jam : 17.30 WIB

Intervensi :

1.

i.

1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dan


keadaan ibu yang kurang saat ini.

R/ meningkatakan pengetahuan ibu dan keluarga tentang kondisi kesehatan ibu saat ini.

E/ ibu dan keluarga mengetahui tentang kondisinya

1.

i.

1. Ajak diskusi keluarga mengenai (baik/buruknya) alternative


tempat rujukan yang dituju

R/ mengurangi resiko gugat bila terdapat kegawatan.

E/ ibu dan keluarga memahami alternative pilihan tempat rujukan dan mampu memilih
tempat rujukan yang tepat.

1.

i.

1. Kolaborasi dengan tempat rujukan yang dituju

R/ persiapan tempat rujukan

E/ tempat rujukan telah menerima pasien dan mempersiapkan penerimaan rujukan

1.

i.
1. Pasang Infus RD5%

R/ menganti cairan dan nutria dalam tubuh ibu

E/ k/u ibu lebih baik

1.

i.

1. Siapkan transfuse darah

R/ persiapan kegawatan

E/ alat-alat transfuse darah sudah disiapkan

1.

i.

1. Siapkan BAKSOKU

R/ persiapan untuk merujuk dan penanganan segera bila terdapat kegawatan

E/ persiapan untuk merujuk sudah lengkap

1.

i.

1. Segera Rujuk ibu ke RS dengan persetujuan keluarga.

R/ penanganan segera masalah kesehatan ibu.

E/ ibu dirujuk dengan dampingan suami dan bidan sampai pada termpat rujukan.

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari pengkajian data diatas dapat disimpulkan bahwa Ny “T” Akseptor IUD (CuT 380A) 1
minggu dengan erosi porsio, harus segera ditangani.

Gejala erosi portio

a. Adanya fluxus
b. Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas

c. Adanya kontak bloding

d. Portio teraba tidak rata

Komplikasi erosi portio

- Terjadi keganasan

Penanggulangan

a. Membatasi hubungan suami istri

b. Menjaga kebersihan vagina

c. Lama pemakaian IUD harus diperhatikan

1. Saran

Bagi Institusi

Diharapkan dengan adanya laporan asuhan kebidanan ini dapat berguna sebagai bahan
pustaka untuk pembuatan asuhan kebidanan berikutnya.

Bagi Penulis

Dengan penyusunan asuhan kebidanan ini dapat berguna sebagai pengetahuan dan
pengalaman.

Bagi Lahan Praktek

Diharpakan kepada petugas kesehatan bisa dengan cepat dan tepat dalam memberikan asuhan
kebidanan ini sesuai dengan standart pelayanan dan diharapkan para petugas kesehatan bisa
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan

DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.

Manuaba. 1998. Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Saifudin, Abdul Bari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifudin, Abdul Bari. 1976. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
http://www.infobunda.com/pages/articles/artikelshow.php?id=144&catid=7

Sarwono, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka : 2006, Jakarta

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmatnya kepada kelompok, sehingga kelompok dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan
dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ny.T Akseptor IUD (CuT 380A) dengan Erosi Portio
k/u ibu kurang baik di BPS ANISA Surabaya.”

Kelompok menyadari bahwa penulisan Asuhan Kebidanan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu, kelompok mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak tersebut yang tidak dapat kelompok sebutkan satu-persatu.

Kelompok juga menyadari bahwa dalam penulisan Asuhan Kebidanan ini, masih jauh dari
kata sempurna, maka kelompok mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan karya tulis ini.

Surabaya, 5 Agustus 2008

Kelompok

You might also like