You are on page 1of 5

BAB II

PENGAWETAN HEWAN DAN TUMBUHAN

Biologi adalah suatu ilmu tentang kehidupan. Bagi siswa mempelajari tumbuhan
dan hewan dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya adalah bagian penting dalam
mempelajari biologi. Untuk mengenal hakekat hidup, serta dalam kehidupan tersebut
diperlukan suatu cara atau metode.
Pengawetan tumbuhan dan hewan sangat diperlukan terutama untuk memenuhi
kebutuhan pada masa yang akan datang, "dalam membantu" perkembangan ilmu. Awetan
rangka dan anatomi tumbuhan maupun hewan sering diperlukan sebagai alat peraga dalam
kegiatan belajar mengajar biologi di kelas. Adanya awetan yang dibuat sendiri sangat
membantu pengadaan alat peraga dan koleksi. Tanpa adanya pengawetan yang baik,
tumbuhan dan hewan yang ditemukan dan dikoleksikan maka akan mengalami kerusakan,
misalnya pengerutan atau pembusukan

A. Herbarium
Herbarium adalah tumbuhan yang dikeringkan dan direkatkan pada kertas
manila, diberi nama dan keterangan secara lengkap, atau dapat pula diartikan sebagai
lembaga atau tempat menyimpan herbarium spesimen. Pada awalnya herbarium
merupakan tempat menyimpan tanaman atau tumbuhan yang memiliki khasiat obat.
Herbarium berfungsi sebagai:
1. Tempat koleksi tumbuhan
2. Tempat pemeliharaan fosil tumbuhan
3. Tempat aktivitas ilmuan sistematika
4. Tempat penelitian sistematika tumbuhan.
5. Pemeliharaan data vegetasi ,
6. Tempat sarana membelajaran botani phansrogamae.
7. Bahan identifikasi dan determinasi.
8. Bukti kekayaan tumbuhan dari suatu daerah.
9. Bahan tukar menukar kekayaan alam tumbuhan dari berbagai daerah.

Untuk membuat suatu herbarium sederhana diperlukan beberapa peralatan yang terdiri
dari:
1. Cangkul atau sekop.
2. Gunting tanaman kecil.
3. Pisau saku atau pisau silet.
4. Sabit panjang.
5. Vasculum/tromol/kantong plastik ukuran 55 cm x 80 cm.
6. Sasag untuk mengepres ukuran 55 cm x 40 cm.
7. Binokuler lapangan.
8. Kertas koran.
9. Pita meteran.
10. Altimeter.
11. Label, note book, pinsil, kertas koleksi, dan lem.
12. Kamera (tustel).
13. Bahan pengawet (sublimat, alkohol, formalin).

B. Insektarium
Salah satu cara yang baik untuk mempelajari serangga diantaranya ialah pergi
ke lapangan dan kemudian kita mengadakan koleksi terhadap serangga-serangga
tersebut. Akan tetapi mempelajari serangga tidak mungkin dilakukan di lapangan setiap
jam pelajaran. Hal ini disebabkan karena terbatasnya waktu jam pelajaran. Untuk
mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan koleksi terhadap
serangga tersebut dan selanjutnya mengawetkannya.
Mempelajari serangga dengan menggunakan koleksi serangga yang telah
diawetakan akan lebih menarik dibandingkan dengan hanya mempelajari serangga dari
buku saja maupun mengamati gambar serangga yang ada pada buku.
Tanpa diawetkan serangga-serangga tersebut mungkin hanya dapat dipakai satu
kali praktikum tetapi jika diawetkan dapat dipergunakan selama mungkin. Dengan
mengawetkan serangga yang telah dikoleksi kita tidak perlu sering mengadakan koleksi
yang mungkin akan mengganggu keseimbangan alam.

B.1. Alat dan Bahan yang diperlukan


1. Jala serangga (insect net)
2. Botol pembunuh serangga (Insect killing jar).
3. Tromol.
4. Kantong plastik.
5. Amplop atau kertas yang dapat dibuat amplop.
6. Perentang serangga (Spreading board).
7. Pinset.
8. Kotak serangga.
9. Jarum serangga.
10. Kartu label.
11. Kapurbarus/silikagel.
Untuk lebih jelasnya dikenalkan satu-persatu mengenai alat serta bahan
yang dipergunakan untuk koleksi dan pengawetan serangga tersebut sebagai
berikut.
B.1.a. Jala serangga
Bahan yang digunakan untuk membuat j ala serangga.
a. kain kelambu
b. kain katun
c. bangkai dari kawat
d. tangkai kayu
e. tali pengikat atau pipa besi

B.1.b. Botol pembunuh serangga


Botol ini berupa botol yang bermulut datar dan mempunyai tutup
yang rapat. Ukuran botol tersebuit bermacam-macam ada yang kecil ada
juga yang besar. Pada bagian dasar botol berisi zat pembunuh serangga
misalnya Calcium Cyanida (CaCn). Di atas Calcium Cyanida terdapat
lapisan katun dan kapas yang dilapisi dengan cardboard.

B.1.c. Tromol
Tromol berupa kotak yang terbuat dari logam yang mempunyai
tutup dan mempunyai tali yang dapat disandang.

B.1.d. Kantong plastik


Kantong plastik berupa plastik yang transparan dengan bermacam-
macam ukuran diantaranya 5x10 cm2, 10 x 10 cm2, dan sebagainya.

B.1.e. Amplop
Amplop terbuat dari kertas HVS ataii kertas stensil ukuran folio.
Kertas tersebut dilipat sedemikian rupa sehingga menjadi amplop tempat
menyimpan serangga sementara.
Cara membuat amplop :
- Kertas HVS ukuran folio (ABCD).
- Buat garis EF seperti terlihat paga gambar.
- Lipat kertas tersebut pada garis EF menurut arah pada gambar.
- Setelah dilipat terlihat seperti gambar.
- Garis AB dan garis BC dilipat seperti arah panah, hingga terbentuk
amplop.

B.1.f. Pinset
Pinset diperlukan untuk mengambil serangga kecil atau larva
serangga.

B.1.g. Perentang serangga


Perentang serangga bahannya terbuat dari kayu dan mempunyai
ukuran panjang 30 cm dan lebar 10 cm. Bentuknya seperti tampak pada
gambar.

B.1.h. Kotak serangga


Kotak serangga merupakan kotak untuk menyimpan serangga
yang telah diawetkan. Kotak serangga dapat terbuat dari bahan kayu atau
karton tebal yang mempunyai tutup yang terbuat dari kaca. Tutup tersebut
dapat dibuka.
Cara membuat tutup dapat dibuat langsung dari kaca yang bisa
digeser seperti tampak pada gambar atau tutup kotak tersebut berupa
bingkai yang memakai kaca dan dapat dibuka dengan engsel.
Ukuran kotak dapat dibuat bermacam-macam tergantung dari
kebutuhan, misalnya panjang 60 cm dan lebar 40 cm, tinggi atau tebal
kotak antara 6-7 cm. Pada bagian dasar dari kotak dilapisi dengan bagian
yang lunak supaya mudah ditusuk oleh jarum serangga, misalnya terbuat
dari lempengan gabus atau lembaran busa.

B.1.i. Jarum serangga


Jarum serangga bentuknya seperti jarum pentul tapi lebih panjang
dari jarum pentul.

B.1.j. Kertas label


Kertas label terbuat dari karton manila yang berwarna putih
dengan bentuk empat persegi, panjang ukurannya tidak lebih dari 6x8
mm2.

k. Kapur barus
Kapur barus yang dipergunakan ialah kapur barus yang biasa
digunakan sehari-hari. Kapur barus disimpan dalam kotak serangga yang
berisi serangga yang telah diawetkan dan dibungkus dengan kain kasa dan
ditempelkan pada dasar kotak dengan bantuan jarum pentul atau paku
payung.

B.2. Cara Menangkap Serangga


Untuk menangkap serangga digunakan jala serangga. Jala serangga pada
umumnya digunakan untuk menangkap serangga yang dapat terbang. Untuk
menangkap serangga-serangga kecil yang hidup pada rumput-rumputan atau pada
semak, yaitu dengan cara mengibas-ngibaskan jala serangga beberapa kali pada
rumput atau semak tersebut.
Jala serangga dapat juga diguankan untuk menangkap serangga sedang
terbang. Apabila serangga tersebut telah masuk ke dalam jala maka jala tersebut
segera dilnatkan agar serangga tidak lepas kembali (lihat gambar). Untuk
mengambil serangga yang telah masuk ke dalam jaring dapat dilakukan dengan
cara memasukkan botol pembunuh serangga ke dalam jaring. Selanjutnya tutup
botol dibuka dan setelah serangga masuk ke dalam botol segera ditutup d angan
rapat.
Mengambil serangga di dalam jala serangga dengan menggunakan botol
pembunuh serangga dapat menghindari kerusakan serangga. Karena apabila
dengan tangan atau pinset serangga tersebut akan menggelepar, kemudian bagian
tubuh serangga, misalnya sayap akan robek. Juga pengambilan serangga dengan
cara tersebut dapat menghindari sengatan apabila serangga tersebut mempunyai
sengat. Setelah serangga dalam botol tersebut mati, maka untuk serangga kecil
atau serangga yang bersayap dimasukkau ke dalam kantong plastik. Sedangkan
untuk serangga besar terutama kupn-kupu dimasukkan ke dalam amplop yang
telah disediakan terlebih dahulu. Kantong plastik dan amplop yang berisi
serangga selanjutnya dimasukkan ke dalam tromol.

B.3. Cara Merentang Serangga


Sebelum serangga itu dikoleksi dalam kotak serangga terlebih dahulu
serangga tersebut hams direntang pada papan perentang serangga. Pada waktu
merentang harus diusahakan semua bagian serangga harus mudah dilihat dan
mudah untuk dipelajari. Serangga yang direntang harus masih utuh, artinya
semua bagian serangga tidak ada yang hilang atau rusak.
Serangga yang akan direntang bagian thoraknya (dada) ditusuk dengan
jarum serangga. Cara menusuk serangga tergantungpada jenis serangganya.
Selanjutnya bagioan tubuh serangga diletakkan pada bagian tengali atau bagian
yang melekuik dari perentang serangga. Punggung (bagian dorsal) serangga
menghadap ke atas dan serangga diletakkan ke arah memanjang dari perentang
serangga. Kemudian letak sayap diatur. Supaya letak sayap tetap maka harus
ditutup dengan kertas dan dikuatkan dengan jarum serangga. Setelah direntang
serangga tersebut dibiarkan untuk beberapa hari sampai serangga tersebut kering.
Selama pengeringan dalam perentang serangga tidak perlu diberi bahan
pengawet karena tubuh serangga mempunyai rangTa luar yaqng terbuat dari
bahan kitin. Selama pengeringan harus diusahakan disimpan di tempat yang
bebas semut. Lama pengeringan dalam perentang tergantung dari besar kecihiya
serangga dan juga tergantung dari kelembaban dan temperature udara:
Untuk mengetahui apakah serangga tersebut sudah kering dapat dilakukan
dengan cara menyentuh abdomen serangga tersebut dengan menggunakan jarum-
jarum secara berhati-hati.
Apabila abdomen tersebut dapat bergerak terhadap sayap maka serangga
tersebut belum kering betul.

B.4. Cara Penusukan Serangga


Serangga yang telah dikeringkan diletakkan dalam kotak serangga dengan
bantuan jarum serangga yaitu dengan cara menusuk serangga tersebut dengan
jarum serangga. Serangga ditusuk pada bagian tubuhnya secara vertikal. Bagian
tubuh serangga yang ditusuk tergantung dari jenis serangganya. Serangga yang
berbentuk kupu-kupu, labah, kumbang kayu, dan lalat, penusukan dilakukan pada
thorax di antara dasar sayap depan. Untuk kumbang kayu dan lalat, tusukan agak
mengarah ke sebelah kanan. Penusukan pada kepik kayu yaitu pada bagian kanan
scutellum. Pada Belalang penusukan di bagian belakang pronotum arah sebelah
kanan. Pada serangga yang bersayap perisai penusukan dilakukan pada elytron
sebelah kanan.

A. Kupu-kupu
B. Lalat
C. Kepik
D. Belalang
E. Serangga bersayap perisai
B.5. Cara Memberi Label
Nilai ilmiah dari spesimen serangga tergantung dari data lokasi, tanggal
dan kolektor yang tertulis pada label. Label ditusukan dengan jarum serangga dan
diletakkan paralel dengan serangga. Tinggi label pada jarum harus sama yaitu
sekitar 1,5 cm. Tulisan pada label harus dapat dibaca dari sebelah kanan
serangga.

B.6. Cara Menyusun Koleksi Serangga


Specimen serangga yang telah ditusuk dengan jarum serangga dan diberi
label disusun dalam kotak serangga. Serangga dapat disusun menurut Ordo dan
Familinya. Untuk keperluan tersebut diperlukan label Ordo dan label Famili.
Label Ordo berisi nama Ordo dan nama daerahnya demikian juga label famili
berisi nama famili dan nama daerahnya. Label Ordo diletakkan pada jarum
terpisah demikian juga label Famili.
Untuk koleksi yang disusun dalam musium selain diberi label Ordo dan
famili juga diberi label Genus, Species, Author dan tanggal. Label ini berukuran
1,25 cm x 3 cm dan diletakkan pada bagian bawah yang berisi lokasi, tanggal dan
kolektor.

B.7. Pengawetan Serangga dalam Cairan Penganiet


Pengawetan serangga selain cara kering dapat juga dengan cara
menggunakan cairan pengawet. Pengawetan dengan cara ini dapat dilakukan
secara sementara sebelum serangga tersebut ditusuk atau atau juga dilakukan
secara permanen. Para kolektor banyak yang mengawetkan serangga dalam
cairan pengawet karena hal ini mempunyai kemudahan dalam determinasi
dibandingkan dengan serangga yang ditusuk. Serangga yang biasa diawetkan
dalam larutan pengawet terutama serangga dalam stadium larva atau nirnfa,
serangga yang mempunyai tubuh lunak dan serangga kecil yang apabila ditusuk
akan rusak.

B.7.a. Bahan
Cairan yang digunakan untuk mengawetkan serangga dan larva ialah
etil alkohol 70% s.d 75%. Cairan yang digunakan untuk membunuh
serangga dan larva ialah etil alkohol 95%.

B.7.b. Cara mengawetkan


Serangga atau larva dimasukkan dalam etjl alkohol 95% selama 24
jam. Selanjutnya serangga tersebut diawetkan dalam botol yang berisi etil
alkohol 70% s.d 75% dan tutup dengan rapat.
Etil alkohol cocok digunakan sebagai pengawet larva tetapi biasanya
tidak cocok digunakan untuk membunuh larva. Cara membunuh yang
tidak cocok dapat mengakibatkan larva tersebut kehilangan warna,
menggelembung atau bentuknya berubah.

B.7c. Cara membunuh larva


1. Dengan cara kimiawi
Dengan cara ini dilakukan derngan menggunakan larutan seperti
campuran XA:
Xilene .............................. 1 bagian
Etil alkohol 95% .............. 1 bagian
2. Dengan cara pemanasan
Cara ini dilakukan dengan memasukkan larva ke dalam air panas yang
dibiarkan airnya sampai dingin dan diawetkan dalam etil alkohol 75%.

You might also like