Professional Documents
Culture Documents
• Tipe1
Tipe ini seperti yang diuraikan di atas, dimana sekolah menerima dan
menyeleksi secara ketat siswa yang masuk dengan kriteria memiliki
prestasi akademik yang tinggi. Meskipun proses belajar-mengajar sekolah
tersebut tidak luar biasa bahkan cenderung ortodok, namun dipastikan
karena memilih input yang unggul, output yang dihasilkan juga unggul.
• Tipe 2
• Tipe 3
Sekolah unggul ini menekan pada iklim belajar yang positif di lingkungan
sekolah. Menerima dan mampu memproses siswa yang masuk sekolah
tersebut (input ) dengan prestasi rendah menjadi lulusan (output) yang
bermutu tinggi.
Nah timbul pertanyaan dari saya pribadi soal ujian nasional yang dilaksanakan
kemarin, apakah memang benar evaluasi tersebut mampu menunjukkan
kemampuan anak secara terukur dan mampu menunjukkan prestasinya
tersebut?
Tujuan filosofis diwujudkan dalam bentuk Visi dan Misi seluruh kegiatan sekolah.
Tidak hanya itu, visi dan misi dapat di cerna dan dilaksanakan secara bersama
oleh setiap elemen sekolah.
Jelas, organisasi yang baik dan solid baik itu organisasi guru, orang tua akan
menambah wawasan dan kemampuan tiap anggotanya untuk belajar dan terus
berkembang. Serta perlu pula dialog antar organisasi tersebut, misalnya forum
Orang Tua Murid dengan forum guru dalam menjelaskan harapan dari guru dan
kenyataan yang dialami guru di kelas.
Bila kurikulum sudah tertata rapi dan jelas, akan dapat teridentivikasi dan dapat
terukur targer pencapaian pembelajaran sehingga evaluasi belajar yang
diadakan mampu mempetakan kemampuan siswa.
a. Pilihan perilaku
b. Pilihan karir
d. Kualitas usaha
b. Strength, yaitu suatu kepercayaan diri yang ada dalam diri seseorang
yang dapat ia wujudkan dalam meraih performa tertentu.
f. Meyakinkan bahwa siswa tidak terlalu aroused dan cemas karena hal itu
justru akan menurunkan self efficacy siswa.
g. Menyediakan siswa model yang bersifat positif seperti adult dan peer.
Karakteristik tertentu dari model dapat meningkatkan self efficacy siswa.
Modelling efektif untuk meningkatkan self efficacy khususnya ketika siswa
mengobservasi keberhasilan teman peer nya yang sebenarnya
mempunyai kemampuan yang sama dengan mereka.
II.2 Motivasi
Aspek lain yang sering dibicarakan adalah mengenai motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. Motivasi intrinsik atau Motivasi orientasi internal berarti bahwa
siswa menunjukkan hasrat untuk belajar tanpa kebutuhan dorongan dari
luar dirnya. Apabila respon siswa merujuk pada dorongan dari luar maka
dikatakan bahwa ia memiliki motivasi ekstrinsik. Tujuan jangka panjang
yang diinginkan oleh kebanyakan orang tua dan pendidik adalah melihat
siswa mengembangkan dirinya sehingga memiliki motivasi intrinsik dalam
belajar.
1. Kecemasan
3. Locus of Control
4. Learned Helplessness
Self esteem merupakan evaluasi secara menyeluruh dari dimensi diri. Self
esteem juga mengacu pada harga diri atau self image dan merefleksikan
kepercayaan diri serta kepuasan individu terhadap diri mereka.
Sebuah penelitian menemukan bahwa setidaknya ada 4 strategi untuk
meningkatkan self esteem siswa, yaitu:
II.4 MODELING
1. Obsevational learning
Teori sosial kognitif dari Bandura mempunyai relevansi untuk motivasi dan
self-directed learning. Siswa yang datang ke sekolah biasanya akan
cenderung mengikuti pengaruh yang kuat di sekolah dengan tidak
memberitahu mereka apa yang harus dilakukan, tapi dengan memberikan
contoh untuk apa yang harus diikuti oleh mereka. Guru harus menjadi model
sebanyak mungkin bagi siswa karena tingkah laku mereka dapat memotivasi
siswa dengan kuat untuk tingkah laku siswa.
II.5 Persuasi
Persuasi adalah proses menciptakan state of identification antara sumber dan
obyek penerima (receiver) yang dihasilkan dari penggunaan symbol-simbol
verbal dan atau visual (Larson, 2004). Proses persuasi meliputi 5 tahap
berikut:
1. Atensi (Attension). Jika obyek persuasi (persuadee) tidak menaruh
perhatian pada pesan yang akan disampaikan, maka persuasi tidak akan
berhasil dilakukan.
2. Komprehensi (Comprehension). Jika persuadee tidak mengerti atau
memahami pesan yang disampaikan, maka persuasi tidak akan berhasil
dilakukan.
3. Penerimaan (Acceptance). Jika persuadee menolak isi dari pesan tersebut
setelah memperhatikan dan memahaminya, maka persuasi tidak akan
berhasil dilakukan.
4. Retensi (Retension). Persuadee harus menunda tingkah lakunya untuk
beberapa waktu setelah ketiga tahap di atas dilakukan. Mereka harus
mengingat kembali pesannya sampai waktunya tepat untuk melakukan
tingkah laku seperti yang diharapkan.
5. Tindakan (Action). Orang bertingkah laku secara logis dan konsisten
dengan argumen orang yang mempersuasi (persuader).
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi diterima atau ditolaknya
sebuah pesan persuasi:
1. Efek dari sumber persuasi (Source Effect). Faktor yang mempengaruhi
penerimaan persuasi terdiri dari 2 hal:
a. Kredibilitas Keterpercayaan dari persuader
b. Keatraktifan dari persuader terhadap persuadee
2. Efek Pesan (Message effects).Menurut seorang Psikolog yang bernama F.
H. Lund (1925), bukti-bukti yang dianggap paling penting harus dihadirkan di
awal (primacy effect) dibandingkan di akhir (Recency effect). Motivasi juga
memainkan peranan penting dalam memproses sebuah informasi. Urutan
dari isi pesan menimbulkan sedikit perbedaan pada pesan yang
membutuhkan kognisi yang tinggi untuk memprosesnya. Ada perbedaan
substansi pada pesan yang diberikan pada orang-orang yang tidak
termotivasi untuk memproses informasi. Sebuah studi menyatakan bahwa
opini seseorang dapat berhasil diubah/dipersuasi jika informasi yang
diinginkan oleh persuadee dihadirkan lebih dahulu, sebelum informasi yang
tidak terlalu diinginkan.
Seseorang membutuhkan alasan yang kuat sebelum memutuskan untuk
mengubah sikap, kepercayaan, dan keputusannya sesuai dengan pesan
yang disampaikan melalui proses persuasi. Walaupun persuader adalah
seseorang yang sangat berkompeten, tetapi orang masih membutuhkan
suatu bukti tambahan untuk meyakinkan keputusan mereka untuk berubah.
Bukti yang dapat diberikan kepada persuadee dapat berupa:
1. Bukti statistik. Bukti statistic dapat mempersuasi dengan baik ketika
tampilannya sederhana dan mudah untuk dimengerti.
2. Naratif dan anekdot. Naratif membuat pesan yang disampaikan mudah
untuk diingat.
3. Testimoni. Orang akan lebih memperhatikan seorang persuader yang
hanya menggunakan perasaan dan opininya sendiri. Hal inilah yang
mendasari mengapa testimony.dari seseorang akan sangat berharga. Tentu
saja, persuasi akan lebih berhasil jika menghadirkan orang yang dianggap
berkompeten untuk menceritakan prestasi seseorang, produk atau ide
tertentu.
4. Bukti visual. Demonstrasi aktual dari produk tidak selalu mungkin
dilakukan, tetapi persuader dapat mengembangkan berbagai macam bukti
visual (seperti grafik ) untuk membantu persuadee mengerti permasalahan.
Grafik haruslah simple karena jika terlalu kompleks akan membingungkan.
Selain itu bukti visual haruslah menonjol, misalnya dapat menggunakan
gambar.
5. Perbandingan dan Kontras. Komparasi dapat membuat persuadee melihat
perbedaan antara 2 sisi dari masalah atau antara 2 kasus.
6. Analogi, penggunaan analogi dapat efektif, tetapi juga beresiko. Oleh
karena itu, pemilihan analogi haruslah hati-hati.
Social Learning Theory
Bandura menyatakan bahwa respon seseorang dalam menyikapi interaksi
antara perasaanya (internal state) dan Social reinforcement yang tercermin
dalam tingkah lakunya terhadap orang lain. Reinfocers berasal dari dua
sumber. Pertama adalah informasi eksternal, baik yang berasal dari
pengalaman sendiri maupun orang lain, dan yang kedua adalah reinfocer
yang dikembangkan subyek sendiri di dalam dirinya (internal), contohnya
adalah konsep diri.
Salah satu sumber reinfocers eksternal menurut Bandura adalah berasal dari
Role model, seperti figure olahragawan, pebisnis yang sukses, pemimpin
spiritual, dan lain-lain. Beberapa model ini mempengaruhi kita melalui media
massa dan dapat mempersuasi banyak orang untuk berperilaku sama
dengan apa yang mereka lakukan .