You are on page 1of 11

Sistem koloid

A. KOLOID
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya
terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid
ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan atau
suspensi.
Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair,
maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid.
Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari.
Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi,
dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian
juga merupakan sistem koloid.
Karena sistem koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari, kita harus
mempelajarinya lebih mendalam agar kita dapat menggunakannya dengan benar dan dapat
bermanfaat untuk diri kita.
Koloid adalah suatu sistem campuran “metastabil” (seolah-olah
stabil, tapi akan memisah setelah waktu tertentu). Koloid berbeda
dengan larutan; larutan bersifat stabil.
- Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
- Zat Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai
berikut :pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid
dibagi sebagai berikut :
Fase Pendispersi Nama koloid Contoh
Terdispersi
Gas Gas Bukan koloid, karena gas bercampur secara
homogen
Gas Cair Busa Buih, sabun, ombak, krim
kocok
Gas Padat Busa padat Batu apung, kasur busa
Cair Gas Aerosol cair Obat semprot, kabut, hair
spray di udara
Cair Cair Emulsi Air santan, air susu,
mayones
Cair Padat Gel Mentega, agar-agar
Padat Gas Aerosol padat Debu, gas knalpot, asap
Padat Cair Sol Cat, tinta
Padat Padat Sol Padat Tanah, kaca, lumpur

B. Macam-macam koloid
Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fasa zat pendispersi dan zat
terdispersinya. Beberapa jenis koloid:
 Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi
cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang memiliki zat
terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu dalam udara).
 Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai,
sol sabun, sol detergen dan tinta).
 Emulsi Sistem koloid dari zat cai yang terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat
cair itu tidak saling melarutkan. (Contoh: santan, susu, mayonaise, dan minyak ikan).
 Buih Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan
bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).
 Gel sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair. (Contoh: agar-agar, Lem,
kanji dan Gel silika).
C. Sifat-sifat Koloid
     Sistem koloid, yang terdiri dari koloid sol, emulsi, dan buih masing-masing mempunyai
sifat-sifat tertentu. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak penjelasan berikut ini:
1.    Koloid Sol
Pembagian Koloid Sol
        Seperti yang telah dijelaskan, sol merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya
merupakan zat padat. Berdasarkan medium pendispersinya, sol dapat dibagi menjadi:
1.  Sol Padat
Sol padat merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah paduan
logam, gelas berwarna, dan intan hitam.
2.  Sol Cair (Sol) 
Sol cair merupakan sol di dalam medium pendispersi cair. Contohnya adalah cat, tinta,
tepung dalam air, tanah liat, dll. 
  3.  Sol Gas (Aerosol Padat) 
Sol gas merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah debu di
udara, asap pembakaran, dll.
Sifat-Sifat Koloid Sol
1.   Efek Tyndall
Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika
Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan
dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel
yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan
sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan
sangat sulit diamati.  
2.    Gerak Brown
            Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat
bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini
dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan pada penjelasan berikut:
             Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat
acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat.
Untuk system koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-
partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri.
Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup
kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi
gerak zigzag atau gerak Brown.
          Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin
cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar
ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak Brown
yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown
sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
zat padat (suspensi).
          Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin
tinggi suhu system koloid, maka semakin besar energi
kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-
partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian
pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin
lambat 
3.    Adsorpsi koloid
             Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan
dalam zat cair atau gas, maka pertikel-partikel zat cair
atau gas tersebut akan terakumulasi pada permukaan zat
padat tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi. Beda
halnya dengan absorpsi. Absorpsi adalah fenomena
menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di
atas permukaannya, melainkan di dalam sol padat
tersebut.
           Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel
pada permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan (kation atau anion) karena
mempunyai permukaan yang sangat luas.
4.    Muatan Koloid Sol
            Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid pasti
mempunyai muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh karena muatannya sejenis, maka
terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Hal ini mengakibatkan partikel-
partikel tersebut tidak mau bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem
koloid. Namun demikian, system koloid secara keseluruhan bersifat netral karena
partikel-partikel koloid yang bermuatan ini akan menarik ion-ion dengan muatan
berlawanan dalam medium pendispersinya. Berikut ini adalah penjelasannya:
a.  Sumber Muatan Koloid Sol
       Partikel-partikel koloid mendapat muatan listrik melalui dua cara, yaitu dengan
proses adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikel.
i.     Proses Adsorpsi        
Proses adsorpsi ini merupakan peristiwa dimana partikel koloid menyerap
partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Sehingga partikel koloid menjadi
bermuatan. Jenis muatannya tergantung pada jenis partikel bermuatan yang
diserap apakah anion atau kation.
Sebagai contoh: partikel sol Fe(OH)3 (bermuatan positif) mempunyai
kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari medium pendispersinya sehingga
sol Fe(OH) 3 bermuatan positif, sedangkan partikel sol As2S3 (bermuatan negatif)
mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif.
Partikel koloid sol tersebut tidak selalu mengadsorpsi ion yang sama. Hal itu
tergantung pada muatan yang berlebih dari medium pendispersinya. Misalnya,
jika sol AgCl terdapat pada medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebih,
maka AgCl akan bermuatan positif. Sedangkan jika AgCl terdapat pada medium
pendispersi dengan anion Cl- berlebih, maka sol AgCl akan beruatan negatif.  
ii.    Proses Ionisasi Gugus Permukaan Partikel
      Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus yang
ada pada permukaan partikel koloid. Contohnya adalah koloid protein dan koloid
sabun/ deterjen. 
a.    Pada koloid protein: 
Koloid ini adalah jenis sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (-
COOH) dan basa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan
muatan pada molekul-molekul protein.
Pada pH rendah (konsentrasi H+ tinggi), gugus basa –NH2 akan
menerima proton (H+) dan membentuk gugus
–NH3+NH2    +     H+       à    -NH3+
Pada pH tinggi, -COOH akan mendonorkan proton H + dan membentuk
gugus      –COO- COOH  +       H+       à    –COO- 
Maka, partikel sol protein bermuatan positif pada pH rendah dan
bermuatan negatif pada pH tingi. Pada titik pH isoelektrik, partikel-partikel
protein bermuatan netral karena muatan   -NH3+  –COO- saling meniadakan
menjadi netral. 
b.       Pada koloid sabun / deterjen 
Molekul sabun dan deterjen lebih kecil daripada molekul koloid. Pada
konsentrasi relatif pekat, kedua molekul ini dapat bergabung dan membentuk
partikel-partikel berukuran koloid yang disebut misel. Lalu zat-zat yang
tergabung dalam suatu fase pendispersi dan membentuk partikel-partikel
berukuran koloid disebut koloid terasosiasi.
Sabun adalah garam karboksilat dengan partikel R-COO-Na+. Di dalam
air partikel ini akan terionisasi.
 R-COO-Na+ à   R-COO-  +  Na+                                   
 
Anion-anion R-COO-  akan bergabung membentuk misel. Gugus R-
tidak larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat, sedangkan COO-
larut dalam air sehingga berada di permukaan yang bersentuhan dengan air.

b.   Kestabilan Koloid


      Partikel-partikel koloid ialah bermuatan sejenis. Maka terjadi gaya tolak-menolak yang
mencegah partikel-partikel koloid bergabung dan mengendap akibat gaya gravitasi. Oleh
karena itu, selain gerak Brown, muatan koloid juga berperan besar dalam menjaga kestabilan
koloid.
c.    Lapisan Bermuatan Ganda
             
          Pada awalnya, partikel-partikel koloid mempunyai muatan
yang sejenis yang didapatkannya dari ion yang diadsorpsi dari
medium pendispersinya. Apabila dalam larutan ditambahkan
larutan yang berbeda muatan dengan system koloid, maka
sistem koloid itu akan menarik muatan yang berbeda tersebut
sehingga membentuk lapisan ganda. Lapisan pertama ialah lapisan padat di mana muatan
partikel koloid menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dari medium pendispersi.
Sedangkan lapisan kedua berupa lapisan difusi dimana muatan dari medium pendispersi
terdifusi ke partikel koloid. Model lapisan berganda tersebut tijelaskan pada lapisan ganda
Stern. Adanya lapisan ini menyebabkan secara keseluruhan bersifat netral.
 d.  Elektroforesis       
      Oleh karena partikel sol bermuatan listrik, maka partikel ini
akan bergerak dalam medan listrik. Pergerakan ini disebut
elektroforesis. Untuk lebih jelas, mari kita lihat tabung berikut di
samping.
      Pada gambar, terlihat bahwa partikel-partikel koloid
bermuatan positif tersebut bergerak menuju elektrode dengan
muatan berlawanan, yaitu elektrode negatif. Jika sistem koloid
bermuatan negatif, maka partikel itu akan menuju elektrode
positif
e.    Koagulasi       
      Jika partikel-partikel koloid tersebut bersifat netral, maka akan
terjadi penggumpalan dan pengendapan karena pengaruh gravitasi.
Proses penggumpalan dan pengendapan ini disebut koagulasi.
    Penetralan partikel koloid dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu         
1.   Menggunakan prinsip elektroforesis
      Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel
koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan berlawanan.
Ketika partikel ini mencapai elektrode, maka system koloid akan kehilangan muatannya
dan bersifat netral. 
2.    Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan
      Ketika koloid bermuatan positif dicampur dengan koloid bermuatan negatif, maka
muatan tersebut akan saling menghilang dan bersifat netral.
3.   Penambahan elektrolit 
     Jika suatu elektrolit ditambahkan pada system koloid, maka partikel koloid yang
bermuatan negatif akan mengasorpsi ion positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga
sebaliknya, partikel positif akan mengasorpsi ion negative (anion) dari elektrolit. Dari
adsorpsi diatas, maka terjadi proses koagulasi.
4.    Pendidihan 
     Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel
sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang
teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak bermuatan. 
f.    Koloid pelindung
     Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi relatif besar
disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel terdispersinya
mempunyai gaya absorpsi yang cukup kecil, maka disebut koloid liofob yang bersifat kurang
stabil. Yang berfungsi sebagai koloid pelindung ialah koloid liofil.
    Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit, tetapi
menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaiut koloid liofil. Berikut ini
penjelasan yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan liofob:
 - Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik yang cukup
besar  antara fase terdispersi dan medium pendispersi. Contoh, disperse kanji, sabun,
deterjen.
- Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik yang
lemah atau  bahkan tidak ada sama sekali antar fase terdispersi dan medium
pendispersinya. Contoh, disperse emas, belerang dalam air.

Sifat-Sifat Sol Liofil Sol Liofob


Pembuatan Dapat dibuat langsung dengan Tidak dapat dibuat hanya
mencampurkan fase terdispersi dengan mencampur fase
dengan medium terdispersinya terdispersi dan medium
pendisperinya
Muatan partikel Mempunyai muatan yang kecil Memiliki muatan positif atau
atau tidak bermuatan negative
Adsorpsi medium Partikel-partikel sol liofil Partikel-partikel sol liofob
pendispersi mengadsorpsi medium tidak mengadsorpsi medium
pendispersinya. Terdapat pendispersinya. Muatan
proses solvasi/ hidrasi, yaitu partikel diperoleh dari adsorpsi
terbentuknya lapisan medium partikel-partikel ion yang
pendispersi yang teradsorpsi di bermuatan listrik
sekeliling partikel sehingga
menyebabkan partikel sol liofil
tidak saling bergabung
Viskositas Viskositas sol liofil > Viskositas sol hidrofob hampir
(kekentalan) viskositas medium pendispersi sama dengan viskositas
medium pendispersi
Penggumpalan Tidak mudah menggumpal Mudah menggumpal dengan
dengan penambahan elektrolit penambahan elektrolit karena
mempunyai muatan.
Sifat reversibel Reversibel, artinya fase Irreversibel artinya sol liofob
terdispersi sol liofil dapat yang telah menggumpal tidak
dipisahkan dengan koagulasi, dapat diubah menjadi sol
kemudian dapat diubah
kembali menjadi sol dengan
penambahan medium
pendispersinya.
Efek Tyndall Memberikan efek Tyndall yang Memberikan efek Tyndall yang
lemah jelas
Migrasi dalam Dapat bermigrasi ke anode, Akan bergerak ke anode atau
medan listrik katode, atau tidak bermigrasi katode, tergantung jenis
sama sekali muatan partikel
 D.  Pembuatan Koloid Sol
       Ada dua dasar metode pembuatan koloid sol, yaitu metode kondensasi dan metode
dispersi.
1.    Metode Kondensasi
      Metode di mana partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk partikel-
partikel berukuran koloid. Proses ini melibatkan penggabungan partikel-partikel larutan
(atom, ion). Hal ini dilakukan melalui beberapa reaksi kimia, yaitu dekomposisi
rangkap, hidrolisis, redoks, dan penggantian pelarut.
-    Sol As2S3 dibuat dengan mengalirkan gas H2S perlahan melalui larutan As2O3 dingin
sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang
 As2O3     +         3 H2S         à        As2S3 (koloid) + 3H2O 
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 dan larutan HCl encer.
AgNO3    +       HCl             à        AgCl (koloid)   + HNO3  
i.   Reaksi Hidrolisis
-   Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih 
AlCl3        +     3H2O      à        Al(OH)3 (koloid)   +   3HCl  
-    Sol Fe(OH)3 dapat diperoleh dari rekasi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih
FeCl3         +     3H2O      à        Fe(OH)3 (koloid)  +   3HCl
ii.    Reaksi redoks
   Sol Au daoat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya menggunakan
pereduksi organik formaldehida HCHO
 2AuCl3   +  3HCHO    +   3H2O  à   2Au (koloid) +  6HCl   +  3HCOOH
iii.   Penggantian pelarut
       Belerang sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam alcohol seperti
etanol. Jadi, untuk membuat sol belerang dengan medium pendispersi air,
belerang dilarutkan terlebih dahulu dalam etanol sampai jenuh. Stelah iut, larutan
belerang dalam etanol ini ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil
diaduk. Belerang akan menggumpal menjadi partikel koloid akibat penurunan
kelarutan belerang dalam air.
2.    Metode Dispersi
       Metode di mana partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel berukuran
koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya. Caranya dapat
berupa cara mekanik maupun peptisasi 
i.   Mekanik
     Pengertian dengan cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat
padat dengan penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat
yang digunakan disebut penggilingan koloid.
     Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi berlawanan.
Partikel kasar akan dimasukkan ke ruang antara kedua pelat tersebut dan selanjutnya
digiling. Partikel berukuran koloid yang terbuntuk kemudian didispersikan dalam
medium pendispersinya untuk membuat system koloid. Contoh koloid yang dibuat
dalam proses ini ialah koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat, dan sol belerang. 
ii. Cara peptisasi
adalah proses dispersinya endapan menjadi system
koloid dengan penambahan zat pemecah. Zat pemecah
yang dimaksud adalah elektrolit, terutama yang
mengandung ion sejenis, atau pelarut tertentu. Sebagai
contoh: Jika pada endapan Fe(OH)3 ditambahkan
elektrolit FeCl3 (mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka
Fe(OH)3  maka Fe(OH)3  akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+
tersebut. Sehingga, endapan menjadi bermuatan positif
dan memisahkan diri untuk membentuk partikel-partikel
koloid.  Beberapa contoh lain :  
-   Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam
endapan NiS
- Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl
- Sol  Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam endapan Al(OH)3
iii.   Cara busur Bredig
 Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol
logam seperti Ag, Au, dan Pt. Alat yang digunakan dapat
disimak pada gambar berikut. 
Logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel
koloid digunakan sebagai elektrode. Dua elektrode
logam dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air
dingin) sedemikian sehingga kedua ujungnya saling
berdekatan. Kemudian kedua elektrode diberi loncatan
listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam
menguap. Uapnya kemudian akan terkondensasi dalam
medium pendispersi dingin. Hasil kondensasi ini berupa partikel-partikel koloid.
 E. Pemurnian Koloid Sol
          Partikel dari zat pelarut bisa mengganggu kestabilan koloid sehingga harus
dimurnikan. Ada 3 metode yang dapat digunakan, yaitu dialisis, elektrodialisis, dan
penyaring ultra. 
1. Dialisis
      Pergerakan ion-ion dan molekul kecil melalui selaput
semipermeabel (yang tidak dapat dilalui partikel koloid) disebut
diasis. Percobaannya dengan menaruh sistem koloid pada
selaput semipermeabel, lalu menaruhnya di air. Zat yang terlarut
di dalam air kemudian akan keluar dari selaput itu, sedangkan
system koloid tidak. Lalu air dialirkan sehingga mengambil zat-
zat yang terlarut.
2. Elektrodialisis
        Elektrodialisis merupakan proses dialisis di bawah pengaruh
medan listrik.
       Listrik tegangan tinggi dialirkan melalui 2 layar logam yang
menyokong selaput semipermeabel. Kemudian, partikel-partikel
zat terlarut dalam system koloid berupa ion-ion akan bergerak
menuju electrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh
medan listrik pempercepat proses pemurnian.
3.  Penyaring Ultra
      Apabila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti
selofan, maka ukuran pori-pori akan berkurang. Kertas saring ini
telah dimodifikasi menjadi penyaring ultra
2.    Koloid Emulsi 
           Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid
dimana fase terdispersinya merupakan zat cair. Kemudian,
berdasarkan medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi
1.    Emulsi Gas (Aerosol Cair)
      Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi
gas. Aerosol cair seperti hairspray dan baygon, dapat membentuk system koloid dengan
bantuan bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga mempunyai sifat seperti sol liofob
yaitu efek Tyndall, gerak Brown.
2.    Emulsi Cair
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair
melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan
yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan
zat lainnya seperti minyak.
           Sifat emulsi cair yang penting ialah:
1.  Demulsifikasi
     Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses
sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi. 
2.  Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya.
3.  Emulsi Padat atau Gel          
Gel merupakan emulsi didalam medium pendispersi zat padat. Gel dapat
dianggap terbentuk akibat penggumpalan sebagian sol cair. Pada penggumpalan ini,
partikel-partikel sol akan bergabung membentuk suatu rantai panjang. Rantai ini
kemudian akan saling bertaut sehingga terbentuk suatu struktur padatan di mana
medium pendispersi cair terperangkap dalam lubung-lubang struktur tersebut.
Berdasarkan sifat keelastisitasnya, gel dapat dibagi menjadi:
1.  Gel elastis
Gel yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah bentuk
jika diberi gaya dan kembali ke bentuk awal jika gaya
ditiadakan. Contoh adalah sabun dan gelatin. 
2.  Gel non-elastis
Gel yang bersifat tidak elastis, artinya tidak berubah
jika diberi gaya. Contoh adalah gel silika
3.  Koloid Buih
Buih merupakan koloid dimana fase terdispersinya merupakan
gas.Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya, buih dapat
dibagi menjadi: 
1.  Buih Cair (Buih)
         Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi
zat cair. Biasanya fase terdispersi gas berupa udara atau CO 2. Kestabilan buih diperoleh
karena adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorpsi ke daerah antar fase dan
mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh kestabilan. Contohnya adalah buih
yang dihasilkan alat pemadam kebakaran dan kocokan putih telur.
 Sifat-sifat buih cair ialah:
 Struktur buih cair berubah dengan waktu karena drainase (pemisahan medium
pendispersi) akibat kerapatan fas dan zat cair yang jauh berbeda, rusaknya film antara
dua gelembung gas, dan ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat difusi.
 Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar.  
2.  Buih Padat 
          Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi
zat padat. Kestabilan buih padat diperoleh dari zat pembuih (surfaktan). Beberapa buih
padat yang kita kenal adalah roti, styrofoam, batu apung,dll.
         Sebagai catatan, tidak terdapat buih gas, dimana medium pendispersi dan fase
terdispersi sama-sama berupa gas. Hal itu karena campuran dari keduanya tergolong
sebagai larutan.

Pembuatan Sistem Koloid


1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan
cara penggumpalan partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel
ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan larutan
elektrolit sehingga menghasilkan endapan.
Contoh: AgNO3 + NaCl —> AgCl(s) + NaNO 3
2. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid
dapat dibuat dengan mereaksikan suatu zat dengan air.
Contoh: AlCl3 +H2O —> Al(OH)3(s) + HCl
3. Reaksi Redoks
Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.
Contoh: pada larutan emas
Reaksi: AuCl3 + HCOH —> Au + HCl + HCOOH
Emas formaldehid
4. Reaksi Pergeseran
Contoh: pembuatan sol As 2S3 dengan cara mengalirkan gas H 2S ke
dalam laruatn H3AsO3 encer pada suhu tertentu.
Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S —> 6 H2O + As2S3
5. Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan
alkohol 96% ke dalam larutan kalsium asetat jenuh.
2. Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan
memperkecil partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel
koloid, pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid.
1. Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat
padat, dengan menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam
medium pendispersi.
Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan
membentuk koloid dengan kotoran air.
Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid
kemudian didispersikan dalam air.
Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gula
(1:1) pada penggiling koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula
akan larut dan belerang menjadi sol.
2. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid
dengan menambahkan ion sejenis, sehingga partikel endapan akan
dipecah.
Contoh: sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3.
sol NiS dengan menambahkan H2S.
karet dipeptisasi oleh bensin.agar-agar dipeptisasi oleh air.endapan
Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.
3. Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan
dengan mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke
dalam air, sehingga kawat logam akan membentuk partikel koloid
berupa debu di dalam air.
4. Cara Ultrasonik
yaitu penghancuran butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi >
20.000 Hz
Campuran heterogen.
Campuran homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam air.
Campuran heterogen dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: Sistem
koloid termasuk dalam bentuk campuran. Campuran terbagi menjadi 2,
yaitu:
1. Suspensi, contoh: pasir dalam air.
2. Koloid, contoh: susu dengan air.
Komponen Penyusun Koloid
1. Fase kontinyu : medium pendispersi jumlahnya lebih banyak.
2. Fase diskontinyu : medium terdispersi jumlahnya labih banyak.
Bentuk Partikel Koloid
1. Bulatan : misalnya virus, silika.
2. Batang : misalnya virus.
3. Piringan : misalnya globulin dalam darah.
4. Serat : misalnya selulosa.
Penggunaan Sistem Koloid
1. Obat-obatan : salep, krim, minyak ikan.
2. Makanan : es krim, jelly dan agar-agar.
3. Kosmetik : hair cream, skin spray, body lotion.
4. Industri : tinta, cat.
Beberapa Macam Koloid
1. Aerosol
adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi
dalam gas.
Contoh: aerosol padat: debu, asap.
aerosol cair: kabut, awan.
Bahan pendingin dan pendorong yang sering digunakan adalah Kloro
Fluoro Karbon (CFC).
2. Emulsi
adalah sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi
adalah zat cair yang tidak dapat bercampur. Misalnya: Emulsi
minyak dalam air: santan, susu, lateks, minyak ikan. Emulsi air
dalam minyak: mentega, minyak rambut, minyak bumi.
Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator
yaitu zat yang dapat tertarik oleh kedua zat cair tersebut.Contoh:
sabun untuk mengemulsikan minyak dan air.kasein sebagai emulgator
pada susu.
3. S o l
adalah suatu sistem koloid di mana partikel padat terdispersi
dalam zat cair.
No. Hidrofob Hidrofil
a. Tidak menarik molekul air Menarik molekul air hingga
tetapi mengadsorbsi ion menyelubungi partikel
terdispersi
b. Tidak reversible, apabila Reversibel, bila mengalami
mengalami koagulasi sukar koagulasi akan dapat
menjadi sol lagi membentuk sol lagi jika
ditambah lagi medium
pendispersinya
c. Biasanya terdiri atas zat Biasanya terdiri atas zat
anorganik organik
d. Kekentalannya rendah Kekentalannya tinggi
e. Gerak Brown terlihat jelas Gerak Brown tidak jelas
f. Mudah dikoagulasikan oleh Sukar dikoagulasikan oleh
elektrolit elektrolit
g. Umumnya dibuat dengan cara Umumnya dibuat dengan cara
kondensasi dispersi
h. Efek Tyndall jelas Efek Tyndall kurang jelas
i. Contoh: sol logam, sol Contoh: sol kanji, sol protein,
belerang, sol Fe(OH)3, sol sol sabun, sol gelatin
As2S3, sol sulfida

4. Gel/Jel
adalah koloid liofil setengah kaku.
Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, jelly untuk menata rambut.
5. Buih
adalah sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair.
Contoh: sabun, detergen, protein.
Zat-zat yang dapat memecah/mencegah buih yaitu eter, isoamil
alkohol.
SABUN/DETERGEN
adalah zat yang molekulnya terdiri atas hidrofob dan sekaligus gugus
hidrofil.
PENJERNIHAN AIR SUNGAI
1. Air sungai mengandung lumpur ditambah tawas ® air jernih.
2. Air jernih ditambah kaporit ® air jernih bebas kuman.
3. Air jernih bebas kuman disaring ® air bersih.
 
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan
untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil
untuk produksi dalam skala besar.
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
 
Jenis industri Contoh aplikasi
Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:


1.    Pemutihan Gula
       Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air,
kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid
akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat
warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
 2.   Penggumpalan Darah
      Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka,
maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion
Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral
sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.

3.    Penjernihan Air


      Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk
menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid
tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion
Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid
Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+   +   3H2O     à    Al(OH)3   +      3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema
proses penjernihan air secara lengkap:

SISTEM DISPERS
A. Dispersi kasar : partikel zat yang didispersikan berukuran lebih besar dari 100 nm.
(suspensi)
B. Dispersi koloid : partikel zat yang didispersikan berukuran antara 1 nm - 100 nm.
C. Dispersi molekuler : partikel zat yang didispersikan berukuran lebih kecil dari 1 nm.
(larutan sejati)
Sistem koloid pada hakekatnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan medium
pendispersi.
Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan
untuk mendispersikan disebut medium pendispersi.
 
JENIS KOLOID
Sistem koloid digolongkan berdasarkan pada jenis fase terdispersi dan medium pendispersinya.
- koloid yang mengandung fase terdispersi padat disebut sol.
- koloid yang mengandung fase terdispersi cair disebut emulsi.
- koloid yang mengandung fase terdispersi gas disebut buih.

       
 

You might also like