Professional Documents
Culture Documents
A. KOLOID
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya
terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid
ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan atau
suspensi.
Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair,
maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid.
Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari.
Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi,
dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian
juga merupakan sistem koloid.
Karena sistem koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari, kita harus
mempelajarinya lebih mendalam agar kita dapat menggunakannya dengan benar dan dapat
bermanfaat untuk diri kita.
Koloid adalah suatu sistem campuran “metastabil” (seolah-olah
stabil, tapi akan memisah setelah waktu tertentu). Koloid berbeda
dengan larutan; larutan bersifat stabil.
- Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
- Zat Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai
berikut :pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid
dibagi sebagai berikut :
Fase Pendispersi Nama koloid Contoh
Terdispersi
Gas Gas Bukan koloid, karena gas bercampur secara
homogen
Gas Cair Busa Buih, sabun, ombak, krim
kocok
Gas Padat Busa padat Batu apung, kasur busa
Cair Gas Aerosol cair Obat semprot, kabut, hair
spray di udara
Cair Cair Emulsi Air santan, air susu,
mayones
Cair Padat Gel Mentega, agar-agar
Padat Gas Aerosol padat Debu, gas knalpot, asap
Padat Cair Sol Cat, tinta
Padat Padat Sol Padat Tanah, kaca, lumpur
B. Macam-macam koloid
Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fasa zat pendispersi dan zat
terdispersinya. Beberapa jenis koloid:
Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi
cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang memiliki zat
terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu dalam udara).
Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai,
sol sabun, sol detergen dan tinta).
Emulsi Sistem koloid dari zat cai yang terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat
cair itu tidak saling melarutkan. (Contoh: santan, susu, mayonaise, dan minyak ikan).
Buih Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan
bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).
Gel sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair. (Contoh: agar-agar, Lem,
kanji dan Gel silika).
C. Sifat-sifat Koloid
Sistem koloid, yang terdiri dari koloid sol, emulsi, dan buih masing-masing mempunyai
sifat-sifat tertentu. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak penjelasan berikut ini:
1. Koloid Sol
Pembagian Koloid Sol
Seperti yang telah dijelaskan, sol merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya
merupakan zat padat. Berdasarkan medium pendispersinya, sol dapat dibagi menjadi:
1. Sol Padat
Sol padat merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah paduan
logam, gelas berwarna, dan intan hitam.
2. Sol Cair (Sol)
Sol cair merupakan sol di dalam medium pendispersi cair. Contohnya adalah cat, tinta,
tepung dalam air, tanah liat, dll.
3. Sol Gas (Aerosol Padat)
Sol gas merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah debu di
udara, asap pembakaran, dll.
Sifat-Sifat Koloid Sol
1. Efek Tyndall
Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika
Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan
dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel
yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan
sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan
sangat sulit diamati.
2. Gerak Brown
Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat
bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini
dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan pada penjelasan berikut:
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat
acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat.
Untuk system koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-
partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri.
Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup
kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi
gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin
cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar
ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak Brown
yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown
sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin
tinggi suhu system koloid, maka semakin besar energi
kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-
partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian
pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin
lambat
3. Adsorpsi koloid
Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan
dalam zat cair atau gas, maka pertikel-partikel zat cair
atau gas tersebut akan terakumulasi pada permukaan zat
padat tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi. Beda
halnya dengan absorpsi. Absorpsi adalah fenomena
menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di
atas permukaannya, melainkan di dalam sol padat
tersebut.
Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel
pada permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan (kation atau anion) karena
mempunyai permukaan yang sangat luas.
4. Muatan Koloid Sol
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid pasti
mempunyai muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh karena muatannya sejenis, maka
terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Hal ini mengakibatkan partikel-
partikel tersebut tidak mau bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem
koloid. Namun demikian, system koloid secara keseluruhan bersifat netral karena
partikel-partikel koloid yang bermuatan ini akan menarik ion-ion dengan muatan
berlawanan dalam medium pendispersinya. Berikut ini adalah penjelasannya:
a. Sumber Muatan Koloid Sol
Partikel-partikel koloid mendapat muatan listrik melalui dua cara, yaitu dengan
proses adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikel.
i. Proses Adsorpsi
Proses adsorpsi ini merupakan peristiwa dimana partikel koloid menyerap
partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Sehingga partikel koloid menjadi
bermuatan. Jenis muatannya tergantung pada jenis partikel bermuatan yang
diserap apakah anion atau kation.
Sebagai contoh: partikel sol Fe(OH)3 (bermuatan positif) mempunyai
kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari medium pendispersinya sehingga
sol Fe(OH) 3 bermuatan positif, sedangkan partikel sol As2S3 (bermuatan negatif)
mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif.
Partikel koloid sol tersebut tidak selalu mengadsorpsi ion yang sama. Hal itu
tergantung pada muatan yang berlebih dari medium pendispersinya. Misalnya,
jika sol AgCl terdapat pada medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebih,
maka AgCl akan bermuatan positif. Sedangkan jika AgCl terdapat pada medium
pendispersi dengan anion Cl- berlebih, maka sol AgCl akan beruatan negatif.
ii. Proses Ionisasi Gugus Permukaan Partikel
Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus yang
ada pada permukaan partikel koloid. Contohnya adalah koloid protein dan koloid
sabun/ deterjen.
a. Pada koloid protein:
Koloid ini adalah jenis sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (-
COOH) dan basa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan
muatan pada molekul-molekul protein.
Pada pH rendah (konsentrasi H+ tinggi), gugus basa –NH2 akan
menerima proton (H+) dan membentuk gugus
–NH3+NH2 + H+ à -NH3+
Pada pH tinggi, -COOH akan mendonorkan proton H + dan membentuk
gugus –COO- COOH + H+ à –COO-
Maka, partikel sol protein bermuatan positif pada pH rendah dan
bermuatan negatif pada pH tingi. Pada titik pH isoelektrik, partikel-partikel
protein bermuatan netral karena muatan -NH3+ –COO- saling meniadakan
menjadi netral.
b. Pada koloid sabun / deterjen
Molekul sabun dan deterjen lebih kecil daripada molekul koloid. Pada
konsentrasi relatif pekat, kedua molekul ini dapat bergabung dan membentuk
partikel-partikel berukuran koloid yang disebut misel. Lalu zat-zat yang
tergabung dalam suatu fase pendispersi dan membentuk partikel-partikel
berukuran koloid disebut koloid terasosiasi.
Sabun adalah garam karboksilat dengan partikel R-COO-Na+. Di dalam
air partikel ini akan terionisasi.
R-COO-Na+ à R-COO- + Na+
Anion-anion R-COO- akan bergabung membentuk misel. Gugus R-
tidak larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat, sedangkan COO-
larut dalam air sehingga berada di permukaan yang bersentuhan dengan air.
4. Gel/Jel
adalah koloid liofil setengah kaku.
Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, jelly untuk menata rambut.
5. Buih
adalah sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair.
Contoh: sabun, detergen, protein.
Zat-zat yang dapat memecah/mencegah buih yaitu eter, isoamil
alkohol.
SABUN/DETERGEN
adalah zat yang molekulnya terdiri atas hidrofob dan sekaligus gugus
hidrofil.
PENJERNIHAN AIR SUNGAI
1. Air sungai mengandung lumpur ditambah tawas ® air jernih.
2. Air jernih ditambah kaporit ® air jernih bebas kuman.
3. Air jernih bebas kuman disaring ® air bersih.
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan
untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil
untuk produksi dalam skala besar.
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
Jenis industri Contoh aplikasi
Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan
SISTEM DISPERS
A. Dispersi kasar : partikel zat yang didispersikan berukuran lebih besar dari 100 nm.
(suspensi)
B. Dispersi koloid : partikel zat yang didispersikan berukuran antara 1 nm - 100 nm.
C. Dispersi molekuler : partikel zat yang didispersikan berukuran lebih kecil dari 1 nm.
(larutan sejati)
Sistem koloid pada hakekatnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan medium
pendispersi.
Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan
untuk mendispersikan disebut medium pendispersi.
JENIS KOLOID
Sistem koloid digolongkan berdasarkan pada jenis fase terdispersi dan medium pendispersinya.
- koloid yang mengandung fase terdispersi padat disebut sol.
- koloid yang mengandung fase terdispersi cair disebut emulsi.
- koloid yang mengandung fase terdispersi gas disebut buih.