You are on page 1of 9

c c


  

Planet bumi telah diciptakan untuk menjadi tempat kehidupan yang baik. Didalamnya terdapat
berbagai jenis makluk hidup yang memiliki peran dan fungsi berbeda. Segala perbedaan peran
yang dijumpai dalam kehidupan mendukung fungsi kehidupan agar dapat berjalan dengan baik.
Manusia sebagai makluk dengan tingkatan tertinggi, bertanggung jawab menjaga keseimbangan
kehidupan dan kelestarian semua makluk hidup.

Salah satu hewan yang berperan penting bagi lingkungan dan kesejahtraan manusia secara umum
adalah cacing tanah. Hewan ini tidak asing lagi bagi masyarakat, terutama masyarakat pedesaan
yang kebanyakan adalah petani. Hewan yang tampak lemah dan menjijikan ini, seolah-olah tidak
memiliki manfaat apapun bagi manusia. Tetapi seiring perkembangan pengetahuan dan
teknologi, manusia mulai menyadari arti penting dan peranan cacing tanah.

Seorang ilmuan biologi terkenal yang bernama Charles Darwin telah menghabiskan waktunya
hampir selama 40 tahun untuk mengamati kehidupan cacing tanah. Ia menyebut cacing tanah
sebagai salah satu penentu kesuburan tanah. Para petani pun telah mengetahui secara turun-
temurun bahwa tanah yang mengandung cacing tanah kesuburannya meningkat.

Cacing tanah dalam berbagai hal mempunyai arti penting, misalnya bagi lahan pertanian. Lahan
yang banyak mengandung cacing tanah akan menjadi subur, sebab kotoran cacing tanah yang
bercampur dengan tanah telah siap untuk diserap akar tumbuh-tumbuhan. Cacing tanah juga
dapat menigkatkan daya serap air permukaan. Lubang-lubang yang dibuat oleh cacing tanah
meningkatkan konsentrasi udara dalam tanah. Disamping itu pada saat musim hujan lubang
tersebut akan melipatgandakan kemampuan tanah menyerap air. Secara singkat dapat dikatakan
cacing tanah berperan memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah agar tetap gembur.

Kemelimpahan cacing tanah pada suatu lahan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan organik,
keasaman tanah, kelembaban dan suhu atau temperatur. Cacing tanah akan berkembang dengan
baik bila faktor lingkungan tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi sistem pertanian
manusia akhir-akhir ini yang tergantung penuh pada penggunaan bahan kimia telah mengusik
habitat cacing tanah. Keseimbangan lingkungan akan rusak dan berantakan bila cacing tanah
sampai mengalami kepunahan, apalagi bila itu akibat ulah manusia.

Menurut Neal D. Buffaloe dalam buku Animal and Plant Diversity maka sistematika cacing
tanah dapat ditulis sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Annelida

Class : Oligochaeta
4amili : Lumbridae

Genus : Lumbricus

Spesies : Lumbricus sp

Secara sederhana class Oligochaeta dibagi menjadi lima famili yaitu Moniligastridae,
Eudrillidae, Glosscolidae, Lumbridae dan Megascolidae. Lumbridae dan Megascolidae adalah
Oligochaeta yang bersifat teristris. Jenis dari kedua famili ini meliputi : Lumbricus, Allobophora,
Eutyphoeus, Eisenia, Pheretima, Perionyx, Diplocardia, Lidrillus.

Identifikasi cacing tanah secara kasar adalah dengan melihat bentuk luarnya (morfologi) dan
yang lebih teliti dengan melihat organ-organ dan jaringan-jaringannya secara mikroskopis. Cara
kasar dapat dilakukan dengan dengan memperhatikan letak klitelum, letak seta, banyaknya seta
dan banyaknya segmen. Misalnya pada lumbricus letak klitelumnya pada segmen 27 s/d 32,
sedangkan pada pheretima letak klitelumnya pada segmen 14 s/d 16. Banyaknya segmen pada
cacing tanah juga bervariasi, pada pheretima jumlah segmen berkisar antara 90-132, sedangkan
pada lumbricus jumlah segmennya antara 90-195.

Mengingat fungsinya yang penting secara ekologi dan kesejahtraan manusia, maka perlu dikaji
secara lebih mendalam tentang karakteristik cacing tanah. Pengkajian ini meliputi aspek tingkah
laku dan adaptasi cara hidup dari cacing tanah di habitatnya.

c  
  

Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1) Bagaimana struktur tubuh cacing tanah?

2) Bagaimana habitat cacing tanah?

3) Bagaimana prilaku cacing tanah sehari-hari pada habitatnya?

c 

 

Berdasarkan rumusan masalah, adapaun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1) Untuk mengetahui struktur tubuh cacing tanah

2) Untuk mengetahui habitat cacing tanah

3) Untuk mengetahui prilaku cacing tanah sehari-hari pada habitatnya.

c  

 

Makalah ini diharapkan semakin menambah wawasan dan informasi pembaca terkait tingkah
laku dan adaptasi cacing tanah. Secara tidak langsung juga mengetahui arti penting cacing tanah
bagi kelestarian lingkungan dan kesejahtraan manusia.

 c


Penelitian tentang prilaku cacing tanah ini dilakukan pada habitat aslinya yaitu pada suatu kebun
di Banjar Badingkayu, Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana, Bali.
Kebun tempat dilakukan penelitian merupakan kebun yang ditanami beranekaragam tanaman,
seperti kakao, pisang, kopi, cabai kelapa dan cengkeh.

  


Proses pengamatan dilakukan pada libur Galungan-Kuningan pada pertengahan bulan Maret
2009. Waktu pengamatan kira-kira selama 2 minggu. Untuk memperjelas pengamatan, penulis
juga memelihara beberapa ekor cacing tanah pada kotak kaca yang diisi dengan tanah dengan
dicampur kulit kakao yang membusuk.

 
 
 


Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan lembar observasi prilaku hewan harian.
Untuk membantu pengumpulan data dan pengamatan, penulis juga menggunakan kamera dan
kamera video untuk merekam prilaku cacing tanah.

 
  

Data yang sudah didapat dari hasil observasi selanjutnya dianalisis secara mendalam dengan
menggunakan buku-buku pustaka yang terkait. Untuk menambah pemahaman terkait struktur
anatomi dan fisiologi cacing tanah peneliti juga menggunakan sumber-sumber dari internet.

 c  !





Cacing tanah memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu segmen dengan
segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem
saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa.
Rongga tubuh berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan
kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).

Sistem pencernaan cacing tanah sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus
(kerongkongan), kelenjar kalsiferous usus, dan anus. Proses pencernaan dibantu oleh enzim -
enzim yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel. Makanan cacing tanah berupa
daun-daunan serta sampah organik yang sudah lapuk. Cacing tanah dapat mencerna senyawa
organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa
pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.

Cacing tanah mempunyai alat peredaran darah yang terdiri atas pembuluh darah punggung,
pembuluh darah perut dan lima pasang lengkung aorta. Lengkung aorta berfungsi sebagai jantung.
Cacing tanah memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darahnya mengandung hemoglobin,
sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari esopagus berfungsi memompa darah
keseluruh tubuh. Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali. Ganglia otak terletak di
depan faring pada anterior.

Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan
nefrotor. Nefridia (tunggal ± nefridium) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari
saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor merupaka pori
permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap
segmen tubuhnya

 " !



Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak terlalu dingin.
Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral
atau pH 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan kelembabancukup tinggi agar dapat berfungsi
normal dan tidak rusakyaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan antara 15oC-25oC.

Pengaruh pH

Cacing tanah memiliki sistem pencernaan yang kurang sempurna, karena sedikitnya enzim
pencernaan. Oleh karena itu cacing tanah memerlukan bantuan bakteri untuk
merubah/memecahkan bahan makanan. Aktivitas bakteri yang kurang dalam makanannya
menyebabkan cacing tanah kekurangan makanan dan akhirnya mati karena tidak ada yang
membantu pencernaan senyawa karbohidrat dan protein. Namun bila makanan terlalu asam
sehingga aktivitas bakteri berlebihan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pembengkakan
tembolok cacing tanah dan berakhir dengan kematian pula. Keadaan makanan atau lingkungan
yang terlalu basah, mengakibatkan cacing tanah kelihatan pucat dan kemudian mati. Untuk
pertumbuhan yang baik dan optimal diperlukan pH antara 6,0 sampai 7,2.

Pengaruh kelembaban

Sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah berupa air, sehingga sangatlah penting untuk
menjaga media pemeliharaan tetap lembab (kelembaban optimum berkisar antara 15 - 30 %).
Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga keseimbangan air dengan mempertahankan
kelembaban di permukan tubuh dan mencegah kehilangan air yang berlebihan. Cacing yang
terdehidrasi akan kehilangan sebagian besar berat tubuhnya dan tetap hidup walaupun
kehilangan 70 - 75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang berkepanjangan memaksa cacing
tanah untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok.

Kelembaban sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi normal. Bila
udara terlalu kering, akan merusak keadaan kulit. Untuk menghindarinya cacing tanah segera
masuk kedalam lubang dalam tanah, berhenti mencari makan dan akhirnya akan mati. Bila
kelembaban terlalu tinggi atau terlalu banyak air, cacing tanah segera lari untuk mencari tempat
yang pertukaran udaranya (aerasinya) baik. Hal ini terjadi karena cacing tanah mengambil
oksigen dari udara bebas untuk pernafasannya melalui kulit. Kelembaban yang baik untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15% sampai 30%.

Pengaruh Suhu

Suhu yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan mempengaruhi proses-proses fisiologis
seperti pernafasan, pertumbuhan, perkembangbiakan dan metabolisme. Suhu rendah
menyebabkan kokon sulit menetas. Suhu yang hangat (sedang) menyebabkan cepat menetas dan
pertumbuhan cacing tanah setra perkembangbiakannya akan berjalan sempurna. Suhu yang baik
antara 15oC-25oC. Suhu yang lebih tinggi dari 25oC masih baik asalkan ada naungan yang cukup
dan kelembaban yang optimal.

   !

#$"
%

Penelitian tentang prilaku cacing tanah ini dilakukan pada habitat aslinya yaitu pada suatu kebun
di Banjar Badingkayu, Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana. Kebun
tempat dilakukan penelitian merupakan kebun yang ditanami beranekaragam tanaman, seperti
kakao, pisang, kopi, cabai kelapa dan cengkeh. Cacing tanah biasanya dijumpai ditanah sekitar
tumpukan kulit-kulit kakao yang mulai membusuk atau pada busukan batang pisang. Proses
pengamatan dilakukan pada libur Galungan-Kuningan pada pertengahan bulan Maret 2009.
Waktu pengamatan kira-kira selama 2 minggu. Untuk memperjelas pengamatan, peneliti juga
memelihara beberapa ekor cacing tanah pada kotak kaca yang diisi dengan tanah dengan
dicampur kulit kakao yang membusuk.

Berdasrkan pengamatan peneliti cacing tanah keluar permukaan hanya pada saat-saat tertentu.
Pada siang hari, cacing tanah tidak pernah keluar kepermukaan tanah, kecuali jika saat itu terjadi
hujan yang cukup menggenangi liangnya. Cacing tanah takut keluar pada siang hari karena tidak
kuat terpapar panas matahari terlalu lama. Pemanasan yang terlalu lama menyebabkan banyak
cairan tubuhnya yang akan menguap. Cairan tubuh cacing tanah penting untuk menjaga tekanan
osmotik koloidal tubuh dan bahan membuat lendir. Lendir yang melapisi permukaan tubuh salah
satunya berfungsi memudahkan proses difusi udara melalui permukaan kulit.

Cacing tanah akan keluar terutama pada pagi hari sesudah hujan. Hal ini dilakukan karena sesaat
setelah hujan, biasanya liang mereka terendam air sehingga aerasi dalam liang tidak bagus
sehingga mereka keluar dalam rangka menghindari keadaan kesulitan bernafas dalam liang.
Cacing tanah juga tidak kuat bila terendam air terlalu lama sehingga cendrung menghindar dari
genangan air yang dalam. Dalam keadaan normal mereka akan pergi kepermukaan tanah pada
malam hari. Pada malam suhu udara tidak panas dan kelembaban udara tinggi sehingga cacing
tanah bisa bebas keluar untuk beraktivitas. Dalam keadaan terlalu dingin atau sangat kering
cacing tanah segera masuk kedalam liang, beberapa cacing sering terdapat meligkar bersama-
sama dengan diatasnya terdapat lapisan tanah yang bercampur dengan lendir. Lendir dalam hal
ini berfungsi sebagai isolator yang mempertahankan suhu tubuh cacing tanah agar tidak terlalu
jauh terpengaruh oleh suhu lingkungan. Posisi melingkar dalam liang memperkecil kontak kulit
dengan udara sehingga memperkecil pengaruh dari suhu udara luar.

Prilaku Makan Cacing Tanah

Sistem pencernaan cacing tanah sangat adaptif dengan aktivitas makan dan menggali pori-
poritanah. Makanan utama cacing tanah adalah bahan organik. Bahan-bahan organik tanah dapat
berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati.
Cacing tanah menyukai bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh
tubuhnya. Namun cacing tanah tidak menyukai serasah daun yang mengandung tanin atau
minyak seperti daun cengkeh, pinus dan jeruk. Tanin bersifat toksik bagi cacing tanah. Hal ini
terlihat dari pengamatan peneliti bahwa tanah di bawah tumpukan serasah daun cengkeh sama
sekali tidak dijumpai adanya cacing tanah. bahkan peneliti juga mencoba menggali tanah samapi
30 cm namun cacing tanah tetap tidak berhasil dijumpai.

Makanan cacing tanah diambil melalui struktur organ yang disebut prostomium (setara bibir
pada manusia), lalu dimasukkan kedalam mulut, kemudian kedalam faring, ke esophagus lalu
ketembolok (pro pentriculus). Disini makanan disimpan untuk sementara kemudian masuk
kedalam lambung otot. Didalam lambung otot makanan dihancurkan oleh gerakan otot lambung.
cacing tanah makan pasir atau benda lainnya dengan tujuan membantu menghancurkan makanan
dalam lambung. Makanan yag telah halus masuk kedalam usus halus (intestinum). Didalam usus
halus makanan dipecahkan dari bentuk kompleks menjadi bentuk sederhana sehingga dapat
dipakai oleh tubuh. Aktivitas penghancur makanan menjadi zat makanan sederhana tadi
dilakukan oleh enzim-enzim tertentu, aktivitas bakteri dan protozoa yang masuk bersama-sama
makanan. Zat makanan kemudian diabsorbsi oleh dinding usus halus masuk kedalam pembuluh
darah dan strusnya diedarkan keseluruh tubuh. Sisa-sisa makanan yang tidak dicerna keluar
bersama-sama kotoran lainnya dalam bentuk kotoran cacing tanah atau casting.

Proses pencernaan cacing tanah sangat terkait dengan siklus nutrisi atau zat organik dalam tanah.
Cacing tanah berfungsi menyebarkan kembali zat-zat organik dalam tanah dengan cara
mengonsumsi, memecahnya, dan mengeluarkannya kembali. Kebanyakan materi yang dicerna
cacing tanah tidak dapat dipecahkan, dan sebagian besar dikeluarkan kembali tanpa dicerna.
Kotoran cacing yang banyak mengandung nitrogen. Beberapa mikroorganisme dari saluran
pencernaan cacing keluar bersama kotoran cacing untuk meningkatkan proses penguraian di
dalam tanah. Selanjutnya, mikroba akan mengubah kotoran cacing tanah menjadi humus yang
kaya zat hara yang bisa diserap akar tanaman. Bakteri tanah dan mikroorganisme tanah
berperanan dalam mencerna makanan cacing, dan memperoleh keuntungan dari kotoran cacing.
Aktivitas cacing tanah ini secara konstan dapat meningkatkan pH pada tanah asam. Ini karena,
cacing dapat mengeluarkan kapur dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3) atau dolomit pada
lapisan di bawah permukaan tanah. Cacing juga dapat menurunkan pH pada tanah yang berkadar
garam tinggi.

Pergerakan Cacing Tanah

Tubuh cacing tanah terdiri dari segmen-segmen dan memiliki struktur organ-organ sederhana,
yang justru menyebabkan cacing tanah dapat terus beradaptasi dengan lingkungan hidupnya.
Cacing tanah tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan, otot badannya yang memanjang
(longitudinal) dan otot badannya yang melingkar tebal (sirkuler) ternyata sangat berguna untuk
pergerakan. Kontraksi otot longitudinal menebabkan tubuh cacing tanah bisa memanjang dan
memendek. Sedangkan kontraksi otok sirkuler menyebabkan tubuh cacing tanah mengembang
dan mengkerut. Sinkronisasi kontraksi kedua jenis otot ini menimbulkan gaya gerak kedepan.
Kalau diperhatikan kelihatan lemah, tetapi sebetulnya tidak demikian, cacing tanah termasuk
relatif kuat karena dengan susunan otot yang melingkar dan memanjang cacing tanah dapat
menembus tanah. Cacing tanah dapat mendorong suatu benda atau batu kecil yang 60x lebih
berat dari tubuhnya sendiri, tetapi bila tidak dapat didorong, tanah itu akan dimakannya dan
setelah itu bersama-sama kotoran dikeluarkan atau disembulkan melalui anus

Cacing tanah juga mempunyai struktur pembantu pergerakan yang disebut seta, fungsinya adalah
sebagai jangkar supaya lebih kokoh pada tempat bergeraknya. Bila seekor cacing tanah ditarik
dari lubangnya, tubuhnya akan putus. Hal ini disebabkan karen daya lekat seta. Alat bantu
lainnya adalah lendir yang dihasilkan oleh kelenjar lendir pada epidermisnya. Lendir (mucus) ini
terus diproduksi untuk melapisi seluruh tubuhnya, supaya lebih mudah bergerak ditempat-tempat
yang kasar, misalnya pada daun-daun dan ranting-ranting tanaman yang gugur. Lendir dipakai
untuk memperlicin saluran atau lubang didalam tanah, sehingga leluasa bergerak didalam
lubang.

Prilaku Kawin Cacing Tanah

Cacing tanah memiliki alat kelamin jantan dan betina pada satu tubuh (hermaprodite). Tetapi
cacing tanah tidak dapat membuahi dirinya sendiri. Dari perkawinan masing-masing cacing
tanah akan menghasilkan kokon yang berisi telur-telur. Pada waktu mengadakan perkawinan,
kedua cacing tanah saling melekat dibagian anterior, dengan posisi saling berlawanan. Keadaan
saling melekat ini diperkuat oleh seta. Dalam posisi demikian klitelum masing-msing cacing
akan mengeluarkan lendir. Guna lendir tersebut terutama untuk melindungi spermatozoa yang
keluar dari lubang alat kelamin jantan masing-masing. Kedua cacing ini berperan sebagai hewan
jantan (keduanya mengeluarkan spermatozoa). Spermatozoa yang keluar kemudian bergerak ke
posterior dan masuk kedalam lubang kantong penerimaan sperma (reseptakulum seminalis).
Cacing tanah I dan cacing tanah II masing-masing saling menerima spermatozoa setelah itu
mereka akan berpisah.
Proses berikutnya adalah mula-mula klitelum membentuk selubung kokon, yang bergerak ke
arah mulut dan bertemu dengan saluran telur. Telur-telur kemudian keluar dari lubang tersebut
dan masuk kedalam kokon. Selubung kokon selanjutnya bergerak kearah mulut. Pada saat
melewati lubang penerima sperma, maka sperma ini akan masuk kedalam selubung kokon
sehingga terjadi peristiwa pembuahan. Telur yang telah dibuahi dalam selubung kokon terus
bergerak kearah mulut, sampai akhirnya selubung kokon itu lepas dari tubuh induknya dan
membentuk kokon.

Kokon berbentuk lonjong dan besarnya kira-kira 1/3 kali besarnya batang korek api. Kokon
diletakkan ditempat yang lembab dan akan menetas dalam waktu 14-21 hari. Setiap kokon akan
menghasilkan cacing sebanyak 2-20 ekor, rata-rata secara umum adalah 4 ekor. Diperkirakan
100 ekor cacing dewasa dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing mulai
dewasa setelah berumur 2-3 bulan, setiap cacing dewasa dapat menghasilkan satu kokon setiap
7-10 hari.

Prilaku Membuang Kotoran Cacing Tanah

Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua
bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum. Oleh karena cacing tanah
hidup di dalam tanah dalam lingkungan yang lembab, anelida mendifusikan sisa amonianya di
dalam tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi.

Sistem ekskresi 4ilum Anelida pada umumnya berupa tersusun dari organ nefridium yang sering
juga disebut metanefridium‘ Cacing tanah merupakan salah satu anggota 4ilum Anelida, setiap
segmen dalam tubuhnya mengandung sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen
pertama dan terakhir. Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong,
disebut (di bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain. Nefrostom bersilia
dan bermuara di rongga tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh ini berfungsi sebagai sistem
pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang berliku-liku pada segmen
berikutnya. Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung.
Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan
lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor.

Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat
cairan tubuh mengalir lewat celah panjang nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air,
molekul makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini lalu
menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi. Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di
nefridium dan kadang diekskresikan keluar. Sehingga secara singkat dapat dikatakan bahwa
metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan
substansi yang berguna ke sistem sirkulasi.

Prilaku Melindungi Diri Dari Predator/Pemangsa


Cacing tanah tidak memiliki alat pertahanan tubuh yang khusus. Mekanisme pertahanan
dilakukan dengan mengeluarkan lendir di permukaan tubuhnya. Sekresi lendir ini mengakibatkan
permukaan kulit cacing tanah menjadi licin sehingga memudahkan pergerakan dan menyulitkan
mangsa memegangnya. Namun yang lebih penting adalah cacing tanah adalah insting hewan ini
yang cendrung bersifat menghindari pemangsa. Habitatnya yang berada dalam tanah
memungkinkan cacing tanah aman dari predator. Selain itu cacing tanah aktif pada malam hari
sehingga hanya sedikit predator yang dijumpai di malam hari.

Beberapa pemangsa atau predator yang pengamat amati berpotensi memangsa cacing tanah
adalah semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa,
lintah, kutu. Selain menghadapi bahaya dari pemangsa, cacing tanah juga berkompetisi dengan
semut merah dalam hal memperebutkan senyawa karbohidrat dan lemak dari sisa-sisa bahan
organik yang ada di tanah. Semut merah memakan pakan cacing tanah yang mengandung
karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini bersifat esensial dan diperlukan untuk pertumbuhan
cacing tanah.

 c

1) Tubuh cacing tanah bersegmen-segmen dan dalam tubuhnya dapat dijumpai


adanya sistem pencernaan, sirkulasi, reproduksi, ekskresi, saraf, pernafasan yang
cukup kompleks.

2) Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, dan banyak senyawa
organiknya dengan pH 6-7,2, kelembabab 15% - 30% serta suhu 15oC-25oC.

3) Prilaku yang umum dijumpai pada cacing tanah adalah prilaku makan, prilaku
kawin, pergerakan, prilaku membuang kotoran serta prilaku melindungi diri dari
pemangsa/predator.

 

Dala penelitian ini penulis menganalisis data secara sederhana berdasarkan interpretasi secara
langsung. Sehingga untuk menerangkan tingkah laku cacing tanah secara lebih mendalam perlu
diteliti tentang beberapa aspek terkait proses-proses fisiologis cacing tanah

You might also like