Professional Documents
Culture Documents
B. PERUMUSAN MASLAH
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah kepribadian tokoh utama dalam novel
Pertemuan Dua Hati karya Nh.Dhini?
2. Bagaimanakah konflik psikologis tokoh utama yang terjadi
dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.Dhini?
3. Bagaimanakah penokohan novel Pertemuan Dua Hati karya
Nh.Dhini?
C. KAJIAN PUSTAKA
Sebuah analisis karya sastra perlu adanya tinjauan pustaka. Pengkajian
pustaka berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang permasalahan dalam karya
sastra yang akan dianalisis. Kajian terhadap hasil penelitian dan analisis ini akan
dipaparkan yang berkaitan dengan Novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini
sebagai berikut:
a) Landasan Teori
1. Teori Psikologi Sastra
Psikologi merupakan suatu ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tentang
tingkah laku atau aktivitas-aktivitas manusia, tingkah laku serta aktivitas-aktivitas itu
merupakan manifestasi hidup kejiwaan (Walgito, 1997: 9).
Psikologi meliputi ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara
sistematis dengan metode-metode ilmiah yang dimufakati sarjana psikologi pada
zaman ini. Psikologi modern memandang bahwa jiwa dan raga manusia adalah satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, kegiatan jiwa tampak pada kegiatan raga
(Gerungan, 1996: 3). Gerungan (1996: 19) lebih lanjut mengemukakan bahwa
"Psikologi menguraikan dan menyelidiki kegiatan-kegiatan psikis pada umumnya
dari manusia dewasa dan normal, termasuk kegiatan-kegiatan pengamatan,
intelegensi, perasaan, kehendak, motif-motif, dan seterusnya."
Penelitian psikologi sastra dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui
pemahaman teori-teori psikologi kemudian diadakan analisis terhadap suatu karya
sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu memutuskan sebuah karya sastra sebagai
objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap ditentukan
untuk melakukan analisis (Ratna, 2004: 344).
Tugas psikologi adalah menganalisis kesadaran kejiwaan manusia yang terdiri
dari unsur-unsur struktural yang sangat erat hubungannya dengan proses-proses
panca indera. Kaitannya dengan psikologi sastra, Wellek (1990: 41) mengemukakan
bahwa karakter dalam cerita novel-novel, ingkungan serta plot yang terbentuk sesuai
dengan kebenaran dalam psikologi sebab kadang-kadang ilmu jiwa dipakai oleh
pengarang untuk melukiskan tokoh-tokoh serta lingkungannya.
2. Hubungan Antara Psikologi dengan Sastra
Sastra dan psikologi mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Namun
antara sastra dengan psikologi juga ada perbedaannya, didalam psikologi gejala-
gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra gejala-gejala tersebut bersifat imajinatif.
Ada hubungan tak langsung yang fungsional antara psikologi dan sastra karena
manusia dan kebudayaan menjadi sumber dan struktur yang membangun solidaritas
antara psikologi dan sastra. Misal, ketika kearifan kejiwaan, tetapi juga makna
kehidupan seperti yang diungkapkan oleh sastra (Jatman, 1985: 165).
Kajian psikologi yang akan dilakukan yaitu mengungkap perilaku seksual
para tokohnya yang mendorong timbulnya perilaku seksual tersebut. Hubungan
antara psikologi dengan sastra adalah bahwa disatu pihak karya sastra dianggap
sebagai hasil aktivitas dan ekspresi manusia. Di pihak lain, psikologi sendiri dapat
membantu pengarang dalam mengentalkan kepekaan dan memberi kesempatan
untuk menjajaki pola-pola yang belum pernah terjamah sebelumnya. Hasil yang bisa
diperoleh adalah kebenaran yang mempunyai nilai-nilai artistik yang dapat
menambah koherensi dan kompleksitas karya sastra tersebut (Wellek dan Waren,
1955: 108).
Psikologi sastra memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan.
Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam berkarya. Begitu pula
pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lepas dari kejiwaan masing-
masing. Bahkan sebagai mana sosiologi refleksi, psikologi sastra pun mengenal
karya sastra sebagai pantulan kejiwaan. Pengarang akan menangkap gejala
kejiwaannya. Proyeksi pengalaman sendiri imajiner ke dalam teks sastra
(Endrawarsono, 2003: 96).
D. HIPOTESIS
Dalam penentuan Hipotesis ini, Penulis melihat dari rumusan masalah yang
telah disampaikan sebelumnya dan penulis memaparkan hipotesis sebagai berikut:
1. Kepribadian tokoh utama yaitu Waskito kurang baik dia adalah anak yang
nakal, dan perilaku buruknya itu terjadi karena kurang mendapat perhatian
dari orang tuanya.
2. Konflik Psikologis yang dialami oleh Waskito adalah tentang kurangnya
mendapat perhatian dari orang tuanya.
3. Penokohan yang ada dalam novel Pertemuan Dua Hati ini merupakan
gambaran dari dampak buruk seorang anak yang tidak mendapatkan
perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.
E. PENGUMPULAN DATA
Sumber data yang dipakai dalam dalam penelitian ini adalah, Sumber data
primer dan sumber data skunder, sumber data primer merupakan sumber data utama
(Siswantoro, 2004: 140) Sumber data ini adalah novel Pertemuan Duan hati Karya
Nh. Dini yang diterbitkan oleh penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Sumber sekunder merupakan sumber data kedua (Siswantoro, 2004: 140).
Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu data-data yang bersumber dari
beberapa sumber selain sumber data primer atau acuan yang berhubungan dengan
permasalahan yang menjadi objak penelitian. Adapun sumber data skunder dalam
penelitian ini diantaranya posted Pipiet dalam review novel Pertemuan Dua Hati
pada tanggal 20 Oktober 2010, (http://pipiet-piepiet.blogspot.com).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik
kepustakaan, yaitu studi tentang sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian
sejenis, dokumen yang digunakan untuk mencari data-data mengenai hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, majalah, gambar, dan data-data yang
bukan angka-angka (Moeleong, 2005: 11).
F. OLAH DATA
1. Hasil Penelitian:
Hasil penelitian yang diperoleh berupa deskripsi mengenai aspek psikologi
dalam Novel Pertemuan Dua Hati karya N.H. Dini. Aspek tersebut
digambarkan melalui:
1) Kepribadian tokoh utama.
2) Konflik psikologis tokoh utama.
Teknik penokohan yang digunakan pengarang dalam menampilkan tokoh
Waskito menggunakan 2 teknik. Yaitu, teknik analitik dan teknik dramatik.
Teknik analitik melukiskan tokoh cerita dengan memberikan deskripsi,
uraian, atau penjelasan secara langsung. Sedangkan teknik dramatik
digunakan pengarang untuk menampilkan tokoh secara tidak langsung
dengan sejumlah teknik. Teknik dramatik yang digunakan pengarang yaitu,
teknik cakapan, teknik tingkah laku, teknik pikiran dan perasaan dan teknik
reaksi tokoh. Dengan teknik-teknik itu dapat diketahui bahwa kepribadian
Waskito lebih dominan Introvert daripada kepribadian ekstrovert.
Kepribadian Waskito yang Introvert antara lain: Nakal, labil, sukar, sombong,
angkuh, terampil, keras kepala, tinggi hati, baik, dan cerdas. Kepribadian
Waskito yang Ekstrovert antara lain: pemarah, pemberontak, suka
mengamuk, jahat, terbuka, dan taat. Konflik-konflik yang dialami oleh
Waskito dapat dilihat pada table berikut:
b. Penokohan
Watak tokoh utama di atas, disampaikan oleh pengarang menggunakan 2 macam
teknik penokohan, yaitu teknik analitik dan teknik dramatik. Teknik dramatik
yang digunakan pengarang yaitu teknik cakapan, teknik tingkah laku, teknik
pikiran dan perasaan dan teknik reaksi tokoh lain. Berikut ini adalah
pembahasannya.
1. Teknik Analitik. Teknik analitik yaitu menggambarkan watak tokoh yang
secara langsung dilukiskan pengarang.
Metode langsung menjelaskan bahwa Waskito merupakan orang yang labil.
“Waskito memang dianggap sebagai anak yang tidak tetap, atau labil.” (hlm.
31) Waskito juga merupakan orang yang pemarah dan pemberontak. “Maka
ia tumbuh menjadi anak yang pemarah dan pemberontak.” (hlm. 32)
Waskito juga merupakan orang yang sombong dan angkuh. “dalam keadaan
diam demikian, dia nampak sombong, angkuh.” (hlm. 52)
2. Teknik Dramatik (tidak langsung)
a.) Teknik Cakapan
Cakapan antar tokoh sering kali digunakan pengarang sebagai media
mengungkapkan jati diri tokoh. Percakapan pada teknik ini dapat dilakukan
oleh 2 orang/lebih. Cakapan di bawah ini menggambarkan tokoh Waskito
yang cerdas.“Tidak ada orang yang baik atau pandai dalam segala-galanya.
Kamu terampil dalam hal pertukangan, otakmu cerdas meskipun pelajaranmu
biasa-biasa saja.Bukankah itu sudah sangat mencukupi?” (hlm.84)
Waskito yang terampil dalam pertukangan menunjukkan bahwa Waskito
Cerdas.
b.) Teknik Tingkah laku
Tingkah laku tokoh dapat mencerminkan dirinya sendiri. Teknik secara fisik
menunjukkan siapa tokoh yang sebenarnya. Tokoh Waskito yang nakal
ditunjukkan dalam kutipan berikut ini. Setiap dia kambuh berubah menjadi
bengis, selalu berteriak-teriak dan memukul bahkan menendang kami.” (hlm.
30)
c.) Teknik pikiran dan perasaan
Penokohan pada teknik ini dimulai dari perdebatan pikiran dan perasaan.
Waskito adalah anak yang tinggi hati dan keras kepala. Watak ini
digambarkan dengan teknik pikiran dan perasaan yang ditunjukkan dalam
kutipan berikut ini: “ Mendadak satu perkiraan melintas di kepalaku. Anak
itu tinggi hati, tidak mudah mengalah dalam semua hal. Dia juga keras
kepala.” (hlm.82)
d.) Teknik reaksi tokoh
Reaksi tokoh ditimbulkan oleh adanya rangsangan dari luar diri. Teknik ini
merupakan respon terhadap kejadian, keadaan dan masalah dari luar tokoh.
Waskito sering mengamuk di kelas. Watak ini digambarkan dengan teknik
reaksi tokoh seperti terlihat dalam kutipan berikut ini:“Tiba-tiba keadaan
berubah. Guru-guru sedang beristirahat di kantor, menunggu lonceng masuk
kembali. Seorang muridku terengah-engah dating langsung berseru: “Bu
Suci! Waskito kambuh, Bu! Dia mengamuk! Dia mau membakar kelas!” .“
(hlm. 67)
2. Kepribadian Tokoh Utama (Waskito) dalam Novel Pertemuan Dua Hati
karya Nh.Dini Tipe kepribadian yang dimiliki tokoh utama berdasarkan
kepribadiannya yaitu ekstrovert dan introvert. Namun, yang lebih dominan
adalah kepribadian introvert. Kepribadian Waskito yang introvert meliputi:
Nakal, labil, sukar. Sombong, angkuh, terampil, keras kepala, tinggi hati,
baik, cerdas.
a. Kepribadian introvert
Manusia bertipe introvert adalah manusia yang dipengaruhi oleh dunia
subyektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama
tertuju dalam pikiran, perasaan, serta tindakan. Kepribadian introvert
tokoh utama adalah sebagai berikut:
“Biasanya, kalau ada anak nakal kelewat batas, namanya di dalam daftar
diberi tanda.” (hlm.30)
“dalam keadaan diam demikian, dia Nampak sombong, angkuh.”
(hlm.53)
b. Kepribadian ekstrovert
Tipe manusia yang ekstrovert adalah manusia yang dipengaruhi oleh
dunia objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Pikiran, perasaan serta
tindakannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Kepribadian ekstrovert
tokoh Waskito adalah sebagai berikut:
“Kata si nenek, semua itu tidak pernah didapatkan Waskito di rumahnya.
Maka dia tumbuh menjadi anak yang bersifat pemarah dan
pemberontak.” (hlm. 32)
3. Konflik yang Dialami Tokoh Utama (Waskito) dalam Novel Pertemuan Dua
Hati Karya Nh. Dini.
Konflik dalam sebuah karya sastra terjadi dalam diri tokoh. Konflik yang
terjadi dalam hati atau jiwa seorang tokoh cerita dan merupakan
permasalahan intern dan konflik internal, sedangkan permasalahan yang
terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang di luar dirinya baik
lingkungan maupun manusia adalah konflik eksternal. Konflik yang terjadi
dalam suatu karya sastra membuat suatu karya sastra menjadi lebih menarik.
Konflik yang dialami tokoh Waskito dalam novel Pertemuan Dua Hati yaitu
konflik eksternal dan internal.
a. Konflik eksternal yang dialami tokoh Waskito
Konflik eksternal merupakan permasalahan yang terjadi antara seorang
tokoh dengan sesuatu yang di luar dirinya. Waskito mempunyai
kepribadian Eksternal yang lebih dominan. Konflik yang dialami Waskito
yaitu: 1.) Konflik Waskito dengan orangtuanya, 2.) Konflik Waskito
dengan Ibu Suci, 3.) Konflik Waskito dengan teman-temannya,
Konflik antara Waskito dengan orangtuanya dapat dilihat dalam kutipan
berikut ini:
“Anak kami belum pernah menghukum, apalagi memukul Waskito!” kata
si nenek. “Barangkali inilah kesalahannya. Ada anak-anak yang
memerlukan perhatian, yang menganggap hukuman jasmaniah sebagai
ganti perhatian yang diinginkan.” (hlm. 37)
Konflik Waskito dengan Ibu Suci terlihat pada kutipan berikut ini:
“Aku tetap takut dan cemas pada suatu hari murid sukarku tidak masuk
karena membolos, atau sekonyong-konyong mengamuk sambil
menyabitkan sesuatu senjata! “ (hlm. 74)
Konflik Waskito dengan Teman-temannya:
“Bu Suci! Waskito kambuh, Bu! Dia mengamuk! Dia mau membakar
kelas!” (hlm. 67)
b. Konflik internal yang dialami tokoh Waskito
Konflik internal meerupakan permasalahan intern, terjadi dalam hati atau
jiwa tokoh. Konflik intern dalam pembahasan ini dideskripsikan sesuai
dengan kondisi jiwa atau perasaan tokoh. Konflik internal yang dialami
tokoh Waskito yaitu:
1.) Pergolakan hati Waskito karena ingin diperhatikan dan disayang.
2.) Tekanan batin Waskito karena ingin bebas dan berkembang.
Konflik tekanan batin Waskito karena ingin bebas dan berkembang
terdapat pada kutipan berikut ini:
“Entah Bu! Mereka kalau sudah berkata tidak boleh, ya tidak boleh! Dulu
saya selalu bertanya, mengapa saya tidak seperti kawan-kawan lain?
Orang tua mereka membiarkan mereka bersepedaan kemana-mana.”
(hlm. 77)
KESIMPULAN
Karya sastra dapat lebih dipahami melalui kerja analisis. Bagian yang
dianalisis biasanya meliputi aspek bentuk maupun aspek isi. Menyangkut sejumlah
unsur secara sekaligus maupun salah satu unsur tertentu, pengkajian karya sastra
tersebut dapat dilakukan pada sebuah karya sastra tertentu, atau beberapa karya
sastra tertentu dalam periode tertentu pula. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
batin seseorang merupakan pantulan hubungan dengan orang lain atau masyarakat
sering digunakan bahan sastra. Sebuah karya sastra pada dasarnya merupakan reaksi
terhadap suatu keadaan. Dengan demikian mempelajari karya sastra berarti karya
yang berupa inspirasi, pandangan hidup serta karakter pengarang. Dalam menarik
kesimpulan ini, penulis akan berpegang pada rumusan masalah di atas, sehingga
kesimpulan akan menjadi jelas. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Ada beberapa konflik eksternal yang dialami tokoh utama:
• Konflik Waskito dengan orangtuanya
• Konflik Waskito dengan Ibu Suci
• Konflik Waskito dengan teman-temannya
Ada beberapa konflik internal yang dialami tokoh utama:
• Pergolakan hati Waskito karena ingin diperhatikan dan disayang.
• Tekanan batin Waskito karena ingin bebas dan berkembang.
Jadi, kesimpulan dari penelitian ini sejalan dengan hipotesis yang telah
dipaparkan bahwa seorang anak sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang
dari orang tua, teman-teman, dan semua orang yang ada di sekitarnya untuk
membentuk kepribadian yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
• Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta
• Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra. Surakarta: Muhammadiyah
University
• Press Austin & Wellek. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.