You are on page 1of 8

Kabupaten Badung Membangun Wilayah Dengan

Prinsip “ Trihita Karana “

KABUPATEN BADUNG adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Bali,


Indonesia. Ibu kotanya berada di Mengwi, dahulu berada di Denpasar. Secara Geografi
Kabupaten Badung terletak membujur dari Utara ke Selatan, hampir di tengah-tengah Pulau Bali.
Kabupaten Badung berada pada koordinat : 08°14’17”- 08°50’57”LS, 115°05’02”-115°15’09”BT.
Batas wilayahnya adalah Kabupaten Buleleng di sebelah Utara, Kabupaten Tabanan di Barat,
dan Kabupaten Bangli, Gianyar serta kota Denpasar di sebelah Timur. Adapun luas wilayahnya
sebesar 418,52 km2. Penduduknya berjumlah 358.311 jiwa (2004) dengan kepadatan 8.629,8
jiwa/km2. Secara administratif Kabupaten Badung di bagi menjadi 6 kecamatan, yaitu:
Kecamatan Petang, Mengwi, Abiansemal, Kuta, Kuta Utara dan Kuta Selatan. Kabupaten
Badung dulunya bernama Nambangan sebelum diganti oleh I Gusti Ngurah Made Pemecutan
pada akhir abad ke-18. Saat ini dipimpin oleh seorang Bupati yang dijabat oleh Anak Agung Gde
Agung yang berasal dari daerah Mengwi, dan sebagai Wakil Bupati yaitu I Ketut Sudikerta.

“Trihita Karana” sebagai VISI Pembangunan Kabupaten

VISI jangka panjang pembangunan Kabupaten Badung adalah: Melangkah bersama


membangun Badung berdasarkan “Trihita Karana” menuju masyarakat adil sejahtera dan ajeg.
Yang dimaksud dengan “Trihita Karana” sendiri adalah tiga pilar pembangunan yang diharapkan
dapat berdiri secara bersamaan dan seimbang. 3 pilar ini kemudian diimplementasi dalam MISI
pembangunan daerah yang meliputi 3 bidang, yaitu bidang Ketuhanan, Sumber Daya Manusia
(SDM) dan Wilayah. Lingkup dari masing-masing bidang tersebut dirinci dalam MISI
pembangunan Kabupaten Badung.

Bidang Parhyangan (ketuhanan):


Peningkatan srada dan bhakti masyarakat terhadap ajaran agama, serta peningkatan eksistensi
adat budaya dalam rangka mengajegkan Bali di era kekinian.

Bidang Pawongan (SDM):


Meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia di Badung dengan langkah-
langkah,

a) Menata sistem kependudukan dan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat,


b) Meningkatkan perekonomian yang berbasis kerakyata dan ditunjang oleh iklim kemitraan,
c) Mewujudkan kepastian hukum serta menciptakan ketentraman & ketertiban masyarakat,
d) Mewujudkan kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance & Clean
government )
Bidang Palemahan (wilayah):

a) Memantapkan pelaksanaan Otonomi Daerah,


b) Mewujudkan pembangunan yang selaras & seimbang
sesuai fungsi wilayahnya,
c) Melestarikan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup.

Dengan mencermati visi dan misi Kabupaten Badung tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa arah pembangunan kabupaten ini telah sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan, yang secara substansial terangkum dalam 4 pilar, yaitu: pilar sosial, ekonomi,
lingkungan dan governance

Sektor Ekonomi dan Pariwisata PDRB Kabupaten Badung sejak tahun 2003-2007 selalu
mengalami peningkatan setiap tahunnya. PDRB tahun 2007 adalah sebesar 9.799,21 milyar
rupiah (harga berlaku), dan sebesar 4.850,13 milyar rupiah (harga konstan). Dengan demikian
berarti kinerja perekonomian Kabupaten Badung sampai dengan tahun 2007 mengalami
peningkatan ratarata sebesar 16,92 % (harga berlaku) dan sebesar 6,34 % (harga konstan)

setiap tahunnya. Distribusi sektor – sector dominan dalam struktur PDRB Kabupaten Badung
berturut-turut adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 45,19 %; angkutan dan
komunikasi sebesar 25,17 % kemudian disusul sector pertanian 9,01 %. Pendapatan perkapita
penduduk tahun 2007 sebesar 21,56 juta rupiah (harga berlaku) dan 11,91 juta rupiah (harga
konstan). Angka ini merupakan angka terbesar se-Propinsi Bali. Berdasarkan distribusi sector
PDRB tersebut di atas, sector pariwisata merupakan sector andalan Kabupaten Badung, hal ini
dimungkinkan karena dukungan potensi sumber daya alamnya. Bermodalkan potensi fi sik
lingkungan yang berkontur dengan variasi ketinggian 0 – 3000 m dari muka laut, membuat
Kabupaten Badung memiliki ragam bentang alam yang kaya, mulai dari rona pantai hingga
pegunungan. Maka dengan potensi ini tidak mengherankan bila Kabupaten Badung merupakan
tempat tujuan wisata utama di Pulau Bali. Obyek-obyek wisata ini sebagian besar berada di
kawasan Badung Selatan, seperti kawasan Kuta dan Nusa Dua. Obyek dan Daya Tarik Wisata
(ODTW) menarik yang bias dijadikan obyek wisata di Kabupaten Badung meliputi wisata
alam maupun buatan, seperti : Air terjun Nungnung, Atraksi Makotek, Ayung Rafting, Bumi
Perkemahan Dukuh, Blahkiuh, Bungy Jumping, Desa Petang, Desa Wisata Baha, Garuda Wisnu
Kencana (GWK), Geger Sawangan, Kawasan Nusa Dua, Mandala Wisata, Monumen Tragedi
Kemanusiaan, Panggung Kesenian Kuta Timur, Pantai Canggu, Pantai Jimbaran, Pantai
Kedonganan, Pantai Kuta, Legian, Seminyak, Pantai Labuan Sait, Pantai Nyang-Nyang, Pantai
Suluban 699, Patung Satria Gatot Kaca, Penangkaran Penyu Deluang Sari, Pura Peti Tenget,
Pura Pucak Tedung, Pura Sadha, Pura Taman Ayun, Pura Uluwatu, Safari Kuda, Sangeh,
Taman Reptil Indonesia Jaya, Tanah Wuk, Tanjung Benoa, Waka Tangga, Water Boom Park,
Wisata Agro Pelaga.

Implementasi Misi Pembangunan Dalam Rencana Tata Ruang Kabupaten

Misi Bidang Parhyangan (ketuhanan) : Peningkatan srada dan bhakti masyarakat terhadap
ajaran agama, serta Pura di depan kantor Bupati Badung Pantai Kuta peningkatan eksistensi adat
budaya dalam rangka mengajegkan Bali di era kekinian. Misi ini secara eksplisit sepertinya tidak
memperlihatkan keterkaitan dengan aspek spasial pemanfaatan ruang, namun ternyata pemda
Kabupaten Badung mampu mengimplementasikannya ke dalam strategi pengembangan sosial
budaya, sumber daya manusia dan ekonomi yaitu:

1. Mengembangkan sikap masyarakat desa adat/pakraman dan awig-awig adat/pekraman


agar selaras dengan arahan tataruang sehingga rencana tataruang wilayah kabupaten
dapat diimpelamentasikan sesuai dengan ruang (desa), waktu (kala), dan keadaan
setempat (patra);
2. L e m b a g a - l e m b a g a kemasyarakatan yang telah ada dan relevan menunjang
keajegan Bali dan kesejahteraan penduduk lokal perlu lebih diberdayakan;
3. Pengembangan sarana-sarana keagamaan;
4. Pengembangan struktur ruang dan pola ruang yang mencirikan budaya Bali.

Misi Bidang Pawongan (SDM): Meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia di
Badung, diimplementasikan ke dalam strategi pengembangan sumber daya manusia yaitu:

1. Pembatasan terhadap kepadatan penduduk maksimum 200 jiwa/ha, khususnya di


Badung Selatan yang bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan
1. budaya setempat;
2. Peningkatan kualitas penduduk, menyangkut pendidikan, keterampilan, kesehatan untuk
meningkatkan produktivitas sumber daya manusia;
3. Peningkatan sumber daya manusia diprioritaskan pada kecamatan-kecamatan yang
tingkat penduduknya tergolong rendah;
4. Meningkatnya kesadaran penduduk mengenai lingkungan hidup dengan jalan
memberikan motivasi dan pembinaan mengenai lingkungan hidup.

Misi Bidang Palemahan (wilayah):

a) Memantapkan pelaksanaan Otonomi Daerah,


b) Mewujudkan pembangunan yang selaras & seimbang sesuai fungsi wilayahnya,
c) Melestarikan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup diimplementasikan ke dalam
Strategi pengembangan wilayah Badung Utara, yaitu:
1. Menjaga kelestarian kawasan hutan lindung yang terdapat di Wilayah Badung Utara melalui
penetapan kawasan penyangga serta peningkatan peran serta masyarakat di sekitarnya untuk
menjaga hutan lindung;

2. Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha ekonomi


petani yang efektif, efesien, dan berdaya saing dengan didukung sarana dan prasarana yang
memadai sehingga mampu mendorong pertumbuhan dan perkembangan kesejahteraan
masyarakat;

Neraca Lahan

Kabupaten Badung memiliki komitmen yang sungguh sungguh dalam menjaga kelestarian
lingkungannya. Itikad ini dinyatakan secara eksplisit dalam MISI dan strategi pembangunannya
sebagaimana sudah dituliskan di atas. Namun tekad ini tidak akan berarti apabila tidak
diwujudkan dalam keseimbangan pemanfaatan spasial wilayahnya. Karenanya penting untuk
mengetahui neraca lahan yang dinyatakan dalam RTRW Kabupaten. Neraca lahan Kabupaten
Badung dirinci pada tabel 1. Dari tabel ini terlihat bahwa komitmen dalam menjaga kelestarian
lingkungan di Kabupaten Badung telah dinyatakan dalam rencana tata ruang wilayahnya melalui
perwujudan 59% kawasan yang berupa RTH. Implementasi neraca lahan kedalam matra ruang
dapat dilihat pada gambar 1.

Tabel 1. Neraca Lahan Kabupaten Badung


Kebijakan Pengembangan Wilayah Berdasarkan Kesesuaian Karakteristik Lahan

Pengembangan wilayah Kabupaten Badung didasarkan pada potensi dan kendala aspek fisik
lingkungannya. Berdasarkan karakteristik topografi dan kelerengannya, wilayah kabupaten ini
memiliki variasi yang sangat beragam, yaitu ketinggiannya antara 0 – 3.000 m dpl dengan
kelerengan datar hingga jurang yang curam. Penataan ruang pada wilayah seperti ini relative
sulit dibandingkan dengan wilayah yang datar. Kondisi ini telah mendorong Pemda Kabupaten
Badung untuk bersikap berhati-hati dan bijaksana dalam merencanakan pengembangan
wilayahnya. Kabupaten Badung dibagi menjadi 3 Wilayah Pengembangan yaitu: Badung Utara,
Badung Tengah dan Badung Selatan. Masing-masing wilayah memiliki perbedaan karakteristik
fisik lingkungan yang mencolok. Wilayah Badung Utara, merupakan kawasan pegunungan yang
subur dengan hutan dan RTH yang luas, karena itu sesuai untuk fungsi konservasi lingkungan.
Wilayah Badung Tengah, merupakan kawasan dengan ketinggian dan kesuburan sedang,
karena itu sesuai untuk fungsi transisi antara fungsi lindung dan budidaya alamiah seperti
pertanian. Wilayah Badung Selatan, merupakan kawasan yang datar, tidak subur dan pesisir.
karena itu sepenuhnya sesuai untuk fungsi budidaya yang bersifat terbangun. Berikut ini rincian
kebijakan pengembangan masing-masing wilayah.

a. Kebijakan pengembangan wilayah Badung Utara,


antara Lain:
1. Mempertahankan Badung Utara sebagai kawasan resapan air dan konservasi lingkungan;
2. Menetapkan wilayah Kecamatan Petang sebagai Kawasan Agropolitan;
3. Mengembangkan pertanian sebagai budidaya utama yang berorientasi pada agribisnis;
4. Menetapkan wilayah Petang sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata Khusus (ODTWK)
Kabupaten.

b. Kebijakan pengembangan wilayah Badung Tengah,


antara lain;
1. Mempertahankan wilayah Badung Tengah sebagai kawasan pertanian dalam arti luas;
2. Menetapkan kawasan perkotaan Mengwi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan
Ibukota Kabupaten serta kawasan perkotaan Blahkiuh sebagai Pusat Kegiatan Lokal
(PKL);
3. Mengembangkan sarana dan prasarana wilayah skala kabupaten;
4. Mengembangkan potensi kegiatan Industri Kecil dan menengah (IKM) yang ramah
lingkungan serta berorientasai pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

c. Kebijakan pengembangan wilayah Badung Selatan,


antara lain:

1. Menetapkan kawasan Nusa Dua, Tuban dan Kuta sebagai kawasan pariwisata.
2. Mensingkronkan penataan ruang wilayah Kabupaten dengan pengembangan penataan
ruang kawasan perkotaan Sarbagita;
3. Menetapkan kawasan perkotaan Kuta sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Orde K1
dan kawasan perkotaan Benoa sebagai pusat kegiatan Lokal (PKL);
4. Mengembangkan sarana dan prasarana pelayanan umum yang berkualitas;
5. Meningkatkan kualitas lingkungan sebagai asset utama kepariwisataan yang
berkelanjutan;
6. Mempertahankan keberadaan kawasan lindung serta mengendalikan pembangunan
pada kawasan rawan bencana.
7. Memantapkan pengelolaan kawasan pesisir dan laut secara terpadu

Keseimbangan Aspek Sosial Budaya Dan Lingkungan Dalam Tata Ruang

Kepercayaan masyarakat Bali dengan mayoritas agama Hindu memiliki tatanan cara ibadah dan
budaya yang khas. Budaya yang terbentuk dalam lingkungan masyarakatnya merupakan
kombinasi antara ketaatan beribadah dan pernyataan syukur kepada Sang Pencipta yang
berwujud tindakan pemeliharaan terhadap alam ciptaanNya. Budaya ini secara prinsip
merupakan modal social yang sangat bermanfaat dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Dengan pemahaman yang mendalam terhadap budaya masyarakatnya, Pemda Badung telah
mewujudkannya dalam pengendalian pemanfaatan ruang, berupa peraturan zonasi untuk
kawasan suci dan kawasan tempat suci. Peraturan zonasi pada dua kawasan ini antara lain
dinyatakan:
 pengendalian secara ketat pembangunan di dalam kawasan suci,
 pura sad kahyangan dengan radius kesucian sekurang-kurangnya 5 kilometer dari sisi
luar penyengker pura,
 pura dang kahyangan dengan radius kesucian sekurang-kurangnya 2 kilometer dari sisi
luar penyengker pura,
 pura kahyangan jagat, pura tiga dan pura swagina dengan radius kesucian sesuai
ditetapkan dalam Bhisama Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat dan/atau awig awig
desa adat/pekraman setempat.
Pusat Pemerintahan Mengwi Dengan Lansekap Pertanian

Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung yang baru dibangun di atas lahan seluas kurang lebih
44 Ha di Kecamatan Mengwi, Badung tengah. Kawasan ini dibangun secara terpadu dengan
kelengkapan kantor pemerintahan daerah baik eksekutif maupun legislatif serta sarana ibadah
dan rekreasi. Lingkungannya tertata asri dengan nuansa alam perdesaan karena hadirnya sawah
lengkap dengan sistem perairan subak yang sengaja dipertahankan. Arsitekturnya sepenuhnya
menggunakan karakter lokal Bali. Kehadiran Pusat Pemerintahan ini diharapkan dapat menjadi
contoh dari penataan kawasan dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Di kawasan ini
terasa sekali keseimbangan antara aspek sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan.

You might also like