You are on page 1of 4

5th paper of Geopolitics and Geostrategy Written by: Kurnia Sari

Nastiti
Submited: April,13,2010
070810531

Geopolitik dan Geostrategi di Era Kekinian

Berbicara mengenai geopolitik dan geostrategi di era kekinian, kita tidak dapat lepas dari
kronologi perkembangan geopolitik itu sendiri. Bagaimanapun juga, geopolitik dan geostrategi di
masa kini berakar pada dan mendapat pengaruh dari geopolitik yang sudah lebih dulu berkembang
di era sebelumnya.

Jika kembali pada geopolitik secara harfiah, geopolitik berasal dari dua kata, yaitu “geo” dan
“politik”. Maka, membicarakan pengertian geopolitik, tidak terlepas dari pembahasan mengenai
masalah geografi dan politik. Sehingga mempelajari geopolitik berarti mempelajari bagaimana
kondisi geografis suatu wilayah dapat mempengaruhi kepentingan dan suatu keputusan politik,
serta bagaimana suatu keputusan politik dapat mempengaruhi perubahan faktor-faktor geografis
suatu wilayah.1

Merujuk pada definisi tersebut, serta merujuk pada apa yang dikemukakan Colin Flint
(2006) tentang geopolitik pre-modern, modern, dan post-modern 2, dapat dikatakan bahwa praktek
geopolitik sebenarnya telah ada sejak puluhan abad lalu bahkan sebelum ada sistem nation-state
atau ketika masih berlaku sistem city-state. Geopolitik di era tersebut diitilahkan dengan
geopolitik pre-modern dimana manusia bertindak sesuai dengan keadaan alam dan bukan
menguasai alam. Sebagaimana telah dijelaskan pada review sebelumnya bahwa ketika itu banyak
terjadi peperangan perebutan wilayah antar dinasti sebagai respon atas ketidakpuasan dan
ketidakmampuan mengelola wilayah yang detempati. Seiring dengan berkembangnya sistem
nation-state pasca Westphalia 1648, geopolitik yang semula didasarkan pada hubungan antar city-
states kini berubah menjadi antar nation-state atau yang diistilahkan oleh Flint sebagai geopolitik
modern dimana manusia mulai berusaha mengontrol alam guna mendapatkan kebutuhannya.
Mengutip dari apa yang dikemukan oleh Harsawaskita (2007) dalam “Great Power Politics di
Asia Tengah Suatu Pandangan Geopolitik”, ia menjelaskan bahwa ketika era geopolitik modern
terdapat dua golongan negara. Yaitu golongan negara “determinis” dan golongan negara
“posibilitis”. Determinis berarti semua hal yang bersifat politis secara mutlak tergantung dari
keadaan bumi geografi. Negara determinis adalah negara yang berada diantara dua negara raksasa
atau adikuasa, sehingga secara langsung maupun tidak langsung terpengaruh oleh kebijakan politik
1
A.Harsawaskita, “Great Power Politics di Asia Tengah Suatu Pandangan Geopolitik,p.20
2
Flint,Colin. “Introduction to Geopolitics”.p.24

Page | 1
5th paper of Geopolitics and Geostrategy Written by: Kurnia Sari
Nastiti
Submited: April,13,2010
070810531
luar negeri dua negara raksasa itu. Sedangkan negara “posibilitis” percaya akan kemampuan
manusia untuk mengontrol faktor-faktor geografis guna memenuhi kebutuhannya tidak
memedulikan dimanapun letak wilayahnya. Seiring dengan berkembangnya isu sovereignty, self-
determination, globalisasi, dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi; geopolitik pada
prakteknya bergeser menjadi praktek geopolitik post-modern dimana tidak lagi menempatkan
ruang atau wilayah fisik sebagai faktor utama dalam peningkatan power. Geopolitik post-modern
lebih menekankan pada penguasaan teknologi dan informasi,ekonomi, dan bahkan budaya.
Geostrategi dalam geopolitik juga tidak lagi terlalu terfokus pada kepemilikan dan perluasan
wilayah.3 Kondisi inilah yang kemudian memunculkan apa yang dikenal dengan geoekonomi,
geokultural, geopertahanan,dsb.

Salah satu bukti adanya pergeseran dalam praktek-praktek geopolitik di masa lalu hingga
akhirnya menjadi berkembang di abad-21 seperti saat ini dapat kita lihat dari negara Amerika
Serikat. Di era Perang Dunia kedua, Amerika Serikat yang terlibat dalam Allies Power gencar
melakukan praktek-praktek kolonialisme di sejumlah negara di benua Asia dan Afrika, misalnya
seperti di Filipina dan Vietnam Selatan. Disini dapat kita lihat bahwa usaha Amerika untuk
meningkatkan power dilakukan dengan menerapkan geopolitik dan geostrategi perluasan wilayah
dengan jalan kolonialisasi. Namun, seiring munculnya isu self-determination dan munculnya
negara-negara non-blok di era Perang Dingin menyebakan praktek kolonialisme tidak lagi relevan
sebagai strategi perluasan power. Di masa kini, di abad ke-21, Amerika lebih menekankan
starategi perluasan atau peningkatan power dengan menerapkan geoekonomi, geopertahanan, dan
geokulutural. Strategi geoekonomi salah satunya dilakukan dengan memberdayakan tambang
minyak yang ada di Amerika secara efisien dan lebih banyak menanamkan investasi di luar negeri
utamanya dalam hal pengelolaan tambang minyak bumi di sejumlah negara Timur Tengah seperti
Kuwait, dan pengelolaan gas alam di Asia Tengah. Strategi geopertahanan dilakukan dengan
memperkuat kemampuan angkatan perang AS sekaligus menempatkan sejumlah pangkalan militer
AS di beberapa negara seperti Filipina dan Israel. Dan strategi geokultural dilakukan dengan
dimasukannya unsur-unsur kebudayaan AS dalam film-film Hollywood yang nantinya akan
ditayangkan di sejumlah negara di dunia.

3
A.Harsawaskita, “Great Power Politics di Asia Tengah Suatu Pandangan Geopolitik,p.31

Page | 2
5th paper of Geopolitics and Geostrategy Written by: Kurnia Sari
Nastiti
Submited: April,13,2010
070810531
Sehingga secara garis besar dapat dikatakan prospek geopolitik dan geostrategi di masa
depan semakin mengarah pada pemberdayaan aspek ekonomi (geoekonomi), aspek budaya
(geokultural), maupun pertahanan (geopertahanan).

Kesimpulan:

Geopolitik dan geostrategi di abad ke-21 atau di era kekinian tidak lagi fokus pada
pencapaian power melalui perluasan wilayah dengan melakukan praktek-praktek kolonialialisasi
sebagaimana yang dilakukan oleh banyak nation-state pada sekitar puluhan abad sebelumnya
hingga akhir abad ke-20. Munculnya isu self-determination, dan sovereignty pada akhir abad ke-19
di negara-negara yang dulu terjajah (utamanya di Asia dan Afrika); serta semakin berkembangnya
isu globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi dan informasi menyebabkan praktek-praktek
kolonialisasi tidak lagi dapat dijalankan. Hal ini menyebabkan praktek geopolitik yang dahulunya
menekankan pada peningkatan power melalui perluasan wilayah kini di abad ke-21 mengalami
pergeseran menjadi peningkatan power dengan menekankan pada praktek-praktek geoekonomi,
geokultural, geopertahanan, dan pengembangan teknologi informasi.

Saya kurang setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Harsawaskita bahwa geostrategi
dalam geopolitik di era kekinian tidak lagi terlalu terfokus pada kepemilikan dan perluasan
wilayah. Menurut saya, dalam kasus tertentu praktek geopolitik perluasan wilayah masih menjadi
fokus utama dari suatu negara di abad-21 ini. Namun di sisi lain memang terjadi pergeseran dalam
hal instrumen yang digunakan. Contohnya adalah kasus Israel-Palestina. Israel hingga saat ini
masih tetap fokus untuk memperluas wilayahnya ke arah wilayah Palestina, namun memang cara
atau instrumen yang digunakan di abad-21 ini cenderung mengalami pergeseran.

Jika dulu sebelum Israel mendapat pengakuan sebagai suatu negara yang berdaulat, Israel
menunjukkan power-nya dengan menduduki wilayah Yerussalem Timur yang seharusnya menjadi
milik Palestina dengan menempuh jalan peperangan mulai dari Perang Yom Kippur, Perang 6
hari,dsb. Bahkan setelah menjadi negara berdaulat pun, di tahun 2008, Israel melakukan
penyerangan di jalur gaza. Ini membuktikan bahwa penerapan geopolitik yang menekankan pada
perluasan wilayah, sebagaimana teori geopolitik “lebensraum” Ratzel, masih terjadi di abad ke-
21. Pergeseran penggunaan perang sebagai istrumen untuk memperluas wilayah baru mengalami
pergeseran menjadi praktek geoekonomi ketika Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Obama
gencar menggalakkan perdamaian dan gencatan senjata Israel-Palestina. Israel pun mengubah

Page | 3
5th paper of Geopolitics and Geostrategy Written by: Kurnia Sari
Nastiti
Submited: April,13,2010
070810531
strateginya dengan memanfatkan faktor perekonmiannya yang banyak didukung oleh Perancis,
Inggris dan negara Eropa Barat lainnya serta menawarkan investasi bagi investor asing untuk
membangun 1600 pemukiman dan sejumlah apartemen di Yerussalem Timur pada Maret 2010 ini
untuk semakin membuktikan kekuasaannya atas wilayah tersebut meskipun banyak mendapat
kecaman dari pihak internasional. Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa praktek geopolitik
perluasan wilayah masih ada hingga abad ke-21, hanya saja telah terjadi pergeseran maupun
perubahan terkait dengan instrumen atau cara yang digunakan untuk perluasan wilayah.

*****

Referensi:

Harsawaskita,A. (2007). “Great Power Politics di Asia Tengah Suatu Pandangan


Geopolitik”, dalam Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional. Bandung:
Graha Ilmu, pp.20-35.
Flint,Colin. (2006). Introduction to Geopolitics. New York: Routledge.

Page | 4

You might also like