Professional Documents
Culture Documents
Pada umumnya, sekolah-sekolah swasta di Indonesia hanya mengenal 2 jenis biaya, yaitu uang
pangkal yang dibayarkan di awal suatu jenjang pendidikan serta uang sekolah yang dibayar
bulanan. Tidak demikian halnya dengan struktur biaya sekolah di sekolah-sekolah nasional plus.
Untuk uang pangkal saja, ada berbagai variasi yaitu:
Uang pangkal dalam mata uang asing, umumnya dolar Amerika dengan nilai
tukar yang sudah ditentukan besarnya ataupun mengikuti nilai tukar di pasaran.
Uang pangkal yang dibayar per tahun
Uang pangkal tahun pertama yang berbeda dengan tahun-tahun berikutnya –
terutama untuk jenjang sekolah menengah
Uang pangkal yang besarnya bervariasi tergantung pada hasil tes penerimaan
siswa
Tidak ada komponen uang pangkal karena sudah digabung dengan komponen
uang sekolah
Uang sekolah pun ada yang bisa dibayar per bulan, per triwulan, sekaligus 1 tahun, bahkan
sekaligus lunas sampai jenjang pendidikan tersebut selesai (6 tahun untuk SD atau 3 tahun untuk
SMP dan SMU). Umumnya mereka yang membayar sekaligus tersebut akan mendapatkan
insentif berupa diskon uang sekolah. Ada juga sekolah yang menerapkan kombinasi uang
sekolah yang harus dibayar dalam rupiah dan Dolar Amerika.
Posted by Indonesia International Standard School at 3:08 PM 0 comments
Labels: iiss, indonesia international standard school, rsbi, sbi, sekolah, sekolah berstandar
internasional, sekolah internasional
Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Google Buzz
Sistem pendidikan yang digunakan oleh suatu negara dan/atau kurikulum yang ditawarkan oleh
badan akreditasi, menggunakan jenjang pendidikan dan istilah yang berbeda untuk setiap jenjang
pendidikannya. Di beberapa sekolah, penyebutan SMP kelas 1, 2,3 ataupun SMU kelas 1,2,3
juga tampaknya saat ini sudah mulai bergeser dan berganti dengan penyebutan kelas 7, 8, 9 serta
kelas 10, 11 dan 12.
Beberapa SMU Nasional Plus memberikan pilihan untuk tidak perlu mengikuti Ujian Nasional
jika siswa tersebut tidak ingin melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi di Indonesia.
Posted by Indonesia International Standard School at 3:06 PM 0 comments
Labels: iiss, indonesia international standard school, sekolah berstandar internasional, sekolah
internasional
Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Google Buzz
Membedah Sekolah Nasional Plus
Dalam 10-12 tahun terakhir, perkembangan dunia pendidikan di Indonesia sangat pesat, ditandai
dengan banyaknya sekolah-sekolah baru yang bermunculan. Sebagian dari sekolah-sekolah baru
tersebut menggunakan kurikulum dari luar negeri sebagai nilai tambah yang ditawarkan bagi
para calon siswa. Muncullah istilah “Sekolah Nasional Plus”.
Istilah ini umumnya mengacu pada sekolah-sekolah yang menggunakan kurikulum Nasional
Indonesia dan atau kurikulum lain misalnya kombinasi dengan kurikulum dari negara lain atau
dari badan akreditasi tertentu.
Saat ini, istilah tersebut sudah banyak sekali digunakan dan juga disalah artikan karena banyak
interpretasi mengenai arti dari istilah sekolah nasional plus tersebut. Banyak sekolah yang
menggunakan bahasa pengantar Inggris dan menawarkan pilihan ekstrakurikuler yang bervariasi
namun hanya mengikuti kurikulum nasional sudah mengklaim sekolahnya sebagai sekolah
nasional plus.
Sebagian kesalahpahaman ini juga disebabkan karena memang tidak adanya definisi yang resmi
dari pemerintah mengenai arti istilah sekolah nasional plus itu sendiri. Untuk menjembatani hal
itu, Pemerintah Indonesia pada tanggal 27 Juni 2007 yang lalu meluncurkan Pedoman
Penjaminan Mutu Sekolah/ Madrasah Bertaraf Internasional Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Dalam pedoman tersebut disebutkan bahwa Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional adalah
‘Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya
dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic
Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum
internasional’. Pada prinsipnya, Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional harus bisa memberikan
jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan
OECD yang berlokasi di Paris, Perancis adalah organisasi internasional untuk membantu
pemerintahan negara-negara anggotanya menghadapi tantangan globalisasi ekonomi. Saat ini
OECD telah memiliki sekitar 30 negara anggota diantaranya Australia, Perancis, Jerman,
Amerika dan Inggris.
Ada 9 kriteria penjaminan mutu sekolah/ madrasah bertaraf internasional di dalam pedoman
tersebut. Penjaminan mutu tersebut dibagi atas indikator kinerja minimal dan tambahan.
Indikator minimal adalah mengikuti standar yang sudah ditentukan sebelumnya. Sedangkan
indikator kinerja tambahan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Akreditasi Minimal mendapat predikat A dari Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah
dan akreditasi dari salah satu negara anggota OECD. 2. Kurikulum Muatan mata
pelajaran harus setara atau lebih tinggi dari salah satu anggota negara OECD. 3. Proses
Pembelajaran Penerapan pembelajaran berbasis Teknologi dan Ilmu Komputer pada
semua mata pelajaran. 4. Penilaian Indikator tambahan menyatakan diperkaya dengan
model penilaian sekolah unggul di salah satu negara anggota OECD 5. Pendidik Para
guru mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan mampu mengampu
pembelajaran berbahasa Inggris. Indikator tambahan lain adalah jumlah guru yang
berpendidikan S2/S3 minimal 10% untuk SD/ MI, minimal 20% untuk SMT/ MTs, dan
minimal 30% SMA/SMK/MA/MAK. 6. Tenaga KependidikanKepala sekolah/madrasah
berpendidikan minimal S2, mampu berbahasa Inggris secara aktif serta bervisi
internasional, mampu membangun jejaring internasional, memiliki kompetensi
manajerial, serta jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan yang kuat. 7. Sarana dan
PrasaranaSetiap ruang kelas harus dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK,
memiliki perpustakaan dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber
pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia, serta dilengkapi dengan ruang multi media,
ruang unjuk seni budaya, fasilitas olah raga, klinik, dan lain sebagainya 8. Pengelolaan
Contoh indikator tambahan adalah meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya
dan ISO 14000. 9. Pembiayaan Penerapan model pembiayaan yang efisien untuk
mencapai berbagai target Indikator Kunci Tambahan.
Ada 4 tingkatan akreditasi ANPS (Juni 2004) :
- Kategori A memenuhi semua kriteria ‘Wajib’ dan indikator ‘Perkembangan’ -
Kategori B memenuhi semua kriteria ‘Wajib’ dan 50% dari indikator ‘Perkembangan’ -
Kategori C memenuhi semua kriteria ‘Wajib’ - Kategori P Anggota “Provisional” dan
memberikan bukti tertulis bahwa sekolah tersebut sedang berusaha memenuhi kriteria
‘Wajib’
Dari pihak sekolah-sekolah nasional plus sendiri juga berinisiatif untuk mendirikan suatu
organisasi untuk mempromosikan serta memfasilitasi isu-isu pendidikan serta memperkuat
jaringan diantara sekolah-sekolah tersebut. Organisasi tersebut adalah ANPS yang merupakan
singkatan dari Association of National Plus Schools – Asosiasi Sekolah Nasional Plus.
Saat ini anggota ANPS mencapai 60 sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia, yang terbanyak
di Jakarta. Ada juga beberapa sekolah yang hanya mendaftarkan 1 buah cabang saja di dalam
keanggotaan ANPS tersebut. Dari sekian banyak anggota ANPS tersebut, hanya sedikit yang
menwarkan jenjang pendidikan yang lengkap dari TK hingga SMU. Kebanyakan baru sampai
pada jenjang pendidikan dasar saja yaitu TK dan SD.
Secara singkat, ada 7 kriteria yang digunakan oleh ANPS untuk menilai apakah sebuah sekolah
bisa digolongkan sebagai sekolah Nasional Plus atau tidak:
1. Kebijakan dan Prosedur Sekolah Yaitu mengenai visi dan misi sekolah serta struktur
manajemen, kebijakan, proses dan prosedur di dalamsekolah tersebut. 2. Lingkungan
dan Kebudayaan Indonesia Yaitu mengenai pengetahuan serta penghargaan mengenai
nilai & keragaman budaya serta lingkungan hidup di Indonesia 3. Bahasa Pengantar
yang digunakan Menggunakan bahasa Inggris dan Indonesia 4. Pengembangan
Profesional Yaitu mengenai komitmen sekolah untuk mengembangkan karyawannya
secara berkesinambungan 5. Hasil Pembelajaran Yaitu mengenai pengembangan dan
penggunaan kurikulum nasional & internasional 6. Program Pembelajaran dan
Pengajaran Yaitu mengenai program pendidikan, metode pengajaran serta cara penilaian
siswa 7. Sumber Daya dan Fasilitas Kecukupan sumber daya dan fasilitas untuk
mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan seperti rasio guru dan murid serta standar
keamanan.
Kurikulum internasional yang paling populer di sekolah-sekolah nasional plus di Indonesia
adalah International Baccalaureate (IB) dan Cambridge International Examinations (CIE).
Walaupun mahal dan mengharuskan pelatihan karyawan yang rutin, kedua kurikulum
internasional ini memiliki keuntungan karena menilai siswa secara eksternal, khususnya pada
tingkatan SMU sehingga meyakinkan para orang tua, siswa dan karyawan mengenai jaminan
standar internasional dalam proses pembelajaran dan pengajaran.
Para siswapun memiliki akses untuk memasuki universitas di luar negeri yang lebih cenderung
memilih siswa yang sudah memiliki hasil penilaian tersebut. Sejumlah sekolah nasional plus
bahkah sudah memulai program persiapan universitas yang disponsori oleh perguruan tinggi
lokal dan luar negeri bagi para siswa sekolah menengah yang ingin mendapatkan kredit di
jurusan tersebut.
Ada juga beberapa sekolah di Indonesia yang mendapatkan akreditasi dari IB dan CIE namun
tidak menjadi anggota ANPS.
Posted by Indonesia International Standard School at 3:04 PM 0 comments
Labels: iiss, sekolah berstandar internasional, sekolah internasional, sekolah nasional plus
Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Google Buzz
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah Sekolah Standar Nasional (SSN) yang
menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan
bertaraf Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing
internasional.
LANDASAN HUKUM
UU No. 20 Tahun 2003 ps 50 UUNo. 32 Tahun 2004 : Pemerintahan Pusat dan Daerah
UU No 33 Tahun 2004 : Kewenangan Pemerintah (Pusat) dan Kewenangan Provinsi sebagai
Daerah Otonom
UU No. 25 Tahun 2000 : Program Pembangunan Nasional PP NoTahun 2005 : Standar Nasional
Pendidikan (SNP) ps 61 Permendiknas No. 22,23,24 Tahun 2006 : Standar Isi, SKL dan
Implementasinya