You are on page 1of 7

ELANG JAWA

Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) adalah burung nasional Indonesia karena kemiripannya
dengan Garuda dan juga merupakan simbol jenis satwa langka di Indonesia. Elang Jawa hanya
terdapat di Pulau Jawa dan penyebarannya terbatas di hutan-hutan. Sebagai predator puncak,
Elang Jawa memainkan peran yang penting dalam menjaga keseimbangan dan fungsi dari bioma
hutan di Jawa. Elang Jawa merupakan salah satu jenis burung pemangsa terlangka di dunia.
Berdasarkan kriteria keterancaman terbaru dari IUCN, Elang Jawa dimasukan dalam kategori
Endangered atau "Genting" (Collar et al., 1994, Shannaz et al., 1995).

Gambar Elang Jawa

“Saat ini populasi elang jawa yang ada tercatat sebanyak 19 ekor dan sebelumnya
mencapai 200 ekor,” kata Petugas Pengendalian Ekosistem Hutan di Kawasan Tanaman
Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Dede Nugraha. Menurut dia, menyusutnya populasi
burung yang dilindungi pemerintah itu disebabkan tanaman hutan yang dijadikan sumber
makanan menipis bahkan beberapa titik menghilang akibat adanya penebangan liar.
Hingga saat ini, berdasarkan hasil monitoring di lapangan hanya sebanyak 19 ekor
burung elang jawa yang masih berkeliaran di kawasan hutan konservasi TNGHS. Akan tetapi,
satwa langka itu hingga sekarang belum juga berkembang-biak karena adanya kerusakan
kawasan hutan taman nasional itu.
Elang Laut Punggung Hitam (Thalassarche melanophrys)

Malang benar nasib elang laut punggung hitam. Populasinya terus menyusut karena
terjaring secara tak sengaja oleh mata pancing nelayan. Ia pun sering ditemukan mati akibat
pemakaian pukat penangkap ikan.
Pada tahun 2002 populasinya tinggal 3 juta ekor. Sejak itu, ia mulai masuk dalam
kategori hewan yang dilindungi. Selang setahun, elang laut punggug hitam sudah teridentifikasi
sebagai binatang yang hampir punah. Sebanyak 21 spesies elang laut lainnya juga hidup dalam
ancaman kepunahan.
Elang laut punggung hitam mengandalkan binatang air berkulit keras seperti kepiting dan
udang sebagai pengisi perut. Ia juga menyukai ikan dan cumi-cumi. Kalau sedang sulit mencari
mangsa, bangkai dan sampah pun disantapnya.

Gambar burung Elang Laut Punggung Hitam (Thalassarche melanophrys)

Binatang ini biasa membuat sarang di lereng-lereng yang curam. Sesekali, daratan datar
di tepian pantai juga dijadikannya sebagai rumah. Ia hidup secara berkoloni. Seluruh tempat
bermukimnya telah dijadikan sebagai area yang dilindungi. Ini dilakukan agar
perkembangbiakan elang laut ini tetap terjaga. Langkah itu sangat penting mengingat
perkembangbiakan burung ini cenderung menurun.
Burung bertubuh putih dan bersayap hitam ini paling banyak ditemui di Kep. Falkland,
Malvinas. Kep. Campbell, Antipodes, dan Snares (Selandia Baru) juga merupakan sarang elang
laut punggung hitam. Selain itu, Islas Diego Ramirez (Chili), Georgia Selatan, dan selatan Kep.
Sandwich, Kep. Crozet dan Kerguelen, Kep. Heard dan McDonald, serta Kep. Macquarie
(Australia).
Untuk menjaga elang laut punggung hitam dari kepunahan, organisasi konservasi
BirdLife International membuat kampanye penyelamatan. Para nelayan dihimbau untuk
menerapkan cara pemancingan dan penangkapan ikan yang lebih bersahabat dengan elang laut.
Salah satunya ialah dengan menghindari pemakaian pukat.
JALAK BALI (Lencopsar rothcshildi)

Dulu, alam indah Pulau Bali adalah surga bagi Jalak Bali. Di sinilah tempat mereka
terbang bebas mencari makan dan bersarang. Sebab, Jalak Bali tidak mengenal daerah lain
sebagai tempat tinggal. Sayangnya, belakangan hutan dan savana Bali tidak lagi aman untuk
tempat bernaung bagi burung yang pernah menjadi maskot Provinsi Bali ini.

Gambar burung Jalak Bali (Lencopsar rothcshildi)

Pembukaan lahan untuk ladang dan pertanian membuat pohon sulit ditemui. Padahal,
Jalak Bali tidak bisa beradaptasi bersarang di tempat lain, selain lubang bekas sarang burung
pelatuk. Di samping itu, perburuan yang tidak terkendali, pemasangan jebakan, dan penembakan
liar terus mendera Jalak Bali. Binatang pemakan serangga dan buah ini pun terancam punah. Di
tahun 2001, menurut laporan access Bali online, hanya ada tujuh ekor burung Jalak Bali yang
hidup bebas di Taman Nasional Bali Barat. Sementara itu, 230 ekor lainnya hidup di dalam
kandang pembiakan di Amerika Utara. Inggris malah berhasil memelihara 520 ekor Jalak Bali.
Jalak Bali termasuk burung yang paling diminati di pasar gelap. Ketiadaannya di alam bebas
membuat harga burung yang dikenal dengan nama Bali Starling ini melonjak tinggi. Kabarnya,
seekor Jalak Bali dihargai tidak kurang dari Rp. 15 juta. Kendati sudah ada hukum yang menjerat
pelaku perburuan Jalak Bali, burung ini tetap saja berada dalam kondisi yang terancam.
Sebetulnya, menurut para pecinta burung, Jalak Bali tidak terlalu spesial. Mereka mengaku
keindahan burung ini tidak tercermin dari suaranya. Bulunyalah yang menjadi daya tarik Jalak
Bali. Burung ini berbadan putih. Sementara itu, ujung sayapnya dihiasi warna hitam. Di pipinya,
terdapat pola berwarna biru membingkai matanya. Burung ini biasa bersarang berpasangan. Pada
zaman dahulu, dalam satu kawanan biasanya terdapat 30 sampai 60 burung.
RAFFLESIA ARNOLDI

Rafflesia yang banyak dikenal masyarakat adalah jenis rafflesia arnoldii. Jenis ini hanya
tumbuh di hutan sumatera bagian selatan, terutama Bengkulu. Satu tempat yang paling bagus dan
mudah untuk menemukan bunga rafflesia arnoldii ini adalah di hutan sepanjang jalan Bengkulu-
Curup setelah Kepahyang. Di Bengkulu sendiri, bunga rafflesia telah dijadikan sebagai motif
utama batik besurek (batik khas Bengkulu) sejak lama.

Gambar bunga Rafflesia Arnoldii

Ciri utama yang membedakan rafflesia dengan bunga bangkai secara awam adalah
bentuknya yang melebar (bukan tinggi) dan berwarna merah. Ketika mekar, bunga ini bisa
mencapai diameter sekitar 1 meter dan tinggi 50 cm. Bunga rafflesia tidak memiliki akar,
tangkai, maupun daun. Bunganya memiliki 5 mahkota. Di dasar bunga yang berbentuk gentong
terdapat bunga sari atau putik, tergantung jenis kelamin bunga. keberadaan putik dan benang sari
yang tidak dalam satu rumah membuat presentase pembuahan yang dibantu oleh serangga lalat
sangat kecil, karena belum tentu dua bunga berbeda kelamin tumbuh dalam waktu bersamaan di
tempat yang berdekatan. Masa pertumbuhan bunga ini memakan waktu sampai 9 bulan, tetapi
masa mekarnya hanya 5-7 hari. Setelah itu rafflesia akan layu dan mati.
Rafflesia merupakan tumbuhan parasit obligat pada tumbuhan merambat (liana)
tetrasigma dan tinggal di dalam akar tersebut seperti tali. Sampai saat ini Rafflesia tidak pernah
berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya dan apabila akar atau pohon inangnya mati,
Raflesia akan ikut mati. Oleh karena itu Raflesia membutuhkan habitat hutan primer untuk dapat
bertahan hidup.
Sedikit informasi, selama 200an tahun tumbuh-tumbuhan dari genus Rafflesiaceae sulit
diklasifikasikan karena karakteristik tubuh yang tidak umum. Berdasarkan penelitian DNA oleh
para ahli botani di Universitas Harvard baru-baru ini, rafflesia dimasukkan ke dalam family
Euphorbiaceae, satu keluarga dengan pohon karet dan singkong. Tapi hal ini masih belum
terpublikasi dengan baik.
BUNGA BANGKAI TITAN ARUM

Selain rafflesia, bunga raksasa lain yang dikenal masyarakat adalah bunga bangkai/suweg
raksasa. Yang paling populer di antara jenis bunga bangkai lainnya adalah jenis
amorphpophallus titanium. Jenis ini hanya endemik tumbuh di kawasan hutan di Sumatera.
Bahkan juga ada yang menyebutkan bunga ini sebagai bunga resmi provinsi Bengkulu.
Berbeda dengan rafflesia, bunga bangkai titan arum ini berwarna krem pada bagian luar
dan pada bagian yang menjulang. Sedangkan mahkotanya berwarna merah ke-ungu-an. Sekilas
bentuknya saat mekar terlihat seperti bunga terompet. Bila rafflesia hanya melebar, bunga
bangkai tumbuh menjulang tinggi. Ketinggian bunga bangkai jenis amorphophallus titanium ini
bisa mencapai sekitar 4 m dengan diameter sekitar 1,5 m.
Bunga bangkai ini termasuk tumbuhan dari suku talas-talasan (araceae). Merupakan
tumbuhan dengan bunga majemuk terbesar di dunia. Berbeda dengan rafflesia yang tidak dapat
tumbuh di daerah lain, bunga bangkai dapat di budi daya. bila rafflesia parasit pada tumbuhan
rambat, bunga bangkai tumbuh di atas umbi sendiri.

Gambar bunga BANGKAI TITAN ARUM

Bunga ini mengalami 2 fase dalam hidupnya yang muncul secara bergantian dan terus
menerus, yaitu fase vegetatif dan generatif. Pada fase vegetatif, di atas umbi akan muncul batang
tunggal dan daun yang sekilas mirip dengan pohon pepaya. Tinggi pohonnya bisa mencapai 6m.
Setelah beberapa tahun, organ generatifnya akan layu kecuali umbinya. Apabila lingkungan
mendukung, dan umbinya memenuhi syarat pohon ini akan digantikan dengan tumbuhnya bunga
bangkai. Tumbuhnya bunga majemuk yang menggantikan pohon yang layu merupakan fase
generatif tanaman ini.
Menurut petugas penjaga lokasi budi daya bunga bangkai di hutan Kepahyang, Bengkulu,
bunga baru bisa tumbuh bila umbinya memiliki berat minimal 4 kg. Bila cadangan makanan
dalam umbi kurang atau belum mencapai berat 4 kg, maka pohon yang layu akan di gantikan
oleh pohon baru.
Protogini, dimana bunga betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga
jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah penyerbukan sendiri. Bau busuk yang dikeluarkan
oleh bunga ini, seperti pada rafflesia, berfungsi untuk menarik kumbang dan lalat penyerbuk bagi
bunganya. Setelah masa mekarnya(sekitar 7 hari) lewat, bunga bangkai akan layu. Dan akan
kembali melewati siklusnya, kembali ke fase vegetatif, dimana akan tumbuh pohon baru di atas
umbi bekas bunga bangkai.
Apabila selama masa mekarnya terjadi pembuahan, maka akan terbentuk buah-buah
berwarna merah dengan biji pada bagian bekas pangkal bunga. Biji-biji ini bisa ditanam menjadi
pohon pada fase vegetatif. Biji-biji inilah yang sekarang di budi-dayakan.

KANTONG SEMAR

Kantong semar atau dalam bahasa latinnya Nepenthes sp (dalam bahasa Inggris disebut
Tropical pitcher plant) adalah Genus tanaman yang termasuk dalam famili monotipik. Tanaman
yang terdiri atas sedikitnya 103 spesies ini mempunyai keunikan karena hampir seluruhnya
merupakan tanaman karnivora, pemakan daging. Selain karnivora juga memiliki keunikan pada
bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya. Karenanya tidak sedikit orang yang
memeliharanya. Namun keberadaan Kantong semar (Nepenthes) di habitat aslinya justru
terancam kepunahan. Bahkan juni 2009 silam, LIPI mengumumkan beberapa spesies Kantong
semar (untuk menghindari perburuan, nama spesiesnya dirahasiakan) sebagai tanaman paling
langka di Indonesia.

Gambar Kantong Semar

Kantung Semar tumbuh tersebar mulai dari Australian bagian utara, Asia Tenggara,
hingga Cina bagian selatan. Selain itu Nepenthes sp juga terdapat di Madagaskar, Kaledonia
Baru, India dan Sri Lanka. Indonesia sendiri merupakan negara yang memiliki ragam spesies
terbanyak. Sedikitnya terdapat 64 spesies Kantong semar di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 32
jenis terdapat di Borneo (Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam), 29 spesies terdapat di Pulau
Sumatera, 10 jenis di Pulau Sulawesi, 9 jenis di Papua, 4 jenis di Maluku dan 2 jenis di Jawa.
Kantong Semar termasuk tumbuhan yang langka dan beberapa jenis (non hibrida)
mendekati kepunahan. Dari 386 jenis fauna Indonesia yang terdaftar dalam kategori “terancam
punah” oleh IUCN, beberapa spesies Kantong semar berada di dalamnya. Bahkan LIPI
mengumumkan beberapa spesies Kantong semar (untuk menghindari perburuan, nama
spesiesnya dirahasiakan) sebagai tanaman paling langka di Indonesia.
Karenanya tanaman ini dilindungi berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1990
tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya. Juga peraturan Pemerintah Nomor 7
Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Covention of International Trade
in Endangered Species (CITES) mengategorikannya dalam Appendix-1 (2 spesies) dan
Appendix-2.
Kelangkaan Kantong Semar (Nepenthes) antara lain disebabkan oleh pembukaan hutan,
kebakaran hutan, dan eksploitasi untuk kepentingan bisnis. Yang terkadang membuat saya miris,
konon, lantaran kekurangpahaman tidak sedikit masyarakat yang mengeksploitasi Kantong
Semar untuk kepentingan bisnis dengan mengambilnya di alam bebas kemudian menjualnya
dengan harga mulai dari 25 ribu rupiah. Sebuah harga yang sangat tidak sebanding dengan
kelangkaan flora ini.

You might also like