You are on page 1of 7

PENDAHULUAN

Pemasangan CAPD biasanya dilakukan pada penderita gagal ginjal, kegiatan cuci

darah adalah suatu keharusan. Biasanya, para penderita ini melakukan hemodialisis (cuci

darah melalui mesin) 2-3 kali dalam seminggu di Rumah Sakit. Namun, dalam 4 tahun

terakhir mulai disosialisasikan sebuah alternatif dimana penderita dapat melakukan cuci

darah sendiri di rumah. Metode tersebut dikenal dengan Peritoneal Dialysis (PD).

Ada dua macam PD, yaitu Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan

Automated Peritoneal Dialysis (APD). APD relatif masih jarang digunakan oleh

masyarakat Indonesia. CAPD dapat menciptakan kualitas hidup yang lebih baik bagi

penderita. Sebab, mereka dapat menjalani hidupnya dengan normal, tanpa banyak batasan

untuk mengkonsumsi makanan.

CAPD dipasang permanen di tubuh penderita, tepatnya di bagian perut. Sebuah

catheter (kateter) dipasang di bagian perutnya dan disediakan sebuah kantong untuk

menjamin kesterilannya. Dengan CAPD, penderita cukup melakukan kontrol 1 kali dalam

sebulan ke rumah sakit. Pola kerja cuci darahnya, kateter disambungkan dengan titanium

adapter yang akan mengalirkan cairan dextrose. Cairan inilah yang berfungsi untuk

menarik racun dari dalam tubuh. Proses pengaliran cairan ini hanya membutuhkan waktu

10 menit. Dalam sehari dilakukan sebanyak 3-4 kali.

Jaraknya sekitar 4 sampai 6 jam dari satu pencucian dengan pencucian berikutnya.

Kalau transfer set nya bisa diganti 6 bulan sekali. Kunci dari CAPD harus disiplin tinggi.

Karena tanpa disiplin tidk bisa berhasil. Misalnya, saat melakukan pencucian darah

tangan mereka harus bersih, AC dan kipas angin tidak boleh menyala serta lampu harus

terang.
CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALISIS (CAPD)

Pengertian CAPD (Continuius Ambulatory Peritoneal Dialysis)


Metode pencucian darah dengan mengunakan peritoneum (selaput yang melapisi

perut dan pembungkus organ perut). Selaput ini memiliki area permukaan yang luas dan kaya

akan pembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat dengan mudah tersaring melalui peritoneum

ke dalam rongga perut. Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus

dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga

limbah metabolic dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian

cairan dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan yang baru.

Prinsip Dasar PD

Kateter CAPD (tenchoff catheter) dimasukkan ke dalam rongga peritoneum melalui

teknik operasi. Konsentrasi adalah kata-kata yang sering kita dengar di dalam cairan CAPD.

Proses PD

Cairan dialysis 2 L dimasukkan dalam rongga peritoneum melalui catheter tunchoff,

didiamkan untuk waktu tertentu (6 – 8 jam) dan peritoneum bekerja sebagai membrane semi

permeable untuk mengambil sisa-sisa metabolisme dan kelebihan air dari darah.

• Osmosis, difusi dan konveksi akan terjadi dalam rongga peritoneum. Setelah dwell

time selesai cairan akan dikeluarkan dari rongga peritoneum melalui catheter yang

sama, proses ini berlangsung 3 – 4 kali dalam sehari selama 7 hari dalam seminggu.

• Difusi

Membrane peritoneum menyaring solute dan air dari darah ke rongga peritoneum dan

sebaliknya melalui difusi.

Difusi adalah proses perpindahan solute dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke

daerah yang berkonsentrasi rendah, dimana proses ini berlangsung ketika cairan

dialisat dimasukkan ke dalam rongga peritoneum.


• Konsentrasi cairan CAPD lebih rendah dari plasma darah, karena cairan plasma

banyak mengandung toksin uremik. Toksin uremik berpindah dari plasma ke cairan

CAPD.

Osmosis

Osmosis adalah perpindahan air melewati membrane semi permeable dari daerah

solute yang berkonsentrasi rendah (kadar air tinggi) ke daerah solute berkonsentrasi tinggi

(kadar air rendah). Osmosis dipengaruhi oleh tekanan osmotic dan hidrostatik antara darah

dan cairan dialisat.

Osmosis pada peritoneum terjadi karena glukosa pada cairan CAPD menyebabkan

tekanan osmotic cairan CAPD lebih tinggi (hipertonik) dibanding plasma, sehingga air akan

berpindah dari kapiler pembuluh darah ke cairan dialisat (ultrafiltrasi)

Kandungan glucose yang lebih tinggi akan mengambil air lebih banyak. Cairan melewati

membrane lebih cepat dari pada solute. Untuk itu diperlukan dwell time yang lebih panjang

untuk menarik solute.

Untuk membantu mengeluarkan kelebihan air dalam darah, maka cairan dialisat

menyediakan beberapa jenis konsentrasi yang berbeda :

Baxter : 1,5%, 2,5%, 4,25%

Frescenius : 1,3%, 2,3%, 4,25%

Perpindahan cairan pada CAPD dipengaruhi :

• Kualitas membrane

• Ukuran & karakteristik larutan

• Volume dialisat

Proses dialysis pada CAPD terjadi karena adanya perbedaan :

1. Tekanan osmotic
2. Konsentrasi zat terlarut antara cairan CAPD dengan plasma darah dalam pembuluh

kapiler

Pada saat cairan dialisat dimasukkan dalam peritoneum, air akan diultrafiltrasi dari

plasma ke dialisat, sehingga meningkatkan volume cairan intra peritoneal. Peningkatan

volume cairan intraperitoneal berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa dari cairan

dialisat.

Kecepatan transport air dan zat terlarut dapat diestimasi secara periodic melalui PET test

(Peritoneal Equilibrum Test)

Standar konsentrasi elektrolit cairan CAPD:

Na (132 meq /lt) Mg (0,5 meq /lt)

Cl ( 102 meq /lt) K (0 meq /lt

Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) = Dialisis Peritoneal Mandiri

Berkesinambungan; CAPD tidak membutuhkan mesin khusus seperti pada APD.

a. Pemasangan Kateter untuk Dialisis Peritoneal

Sebelum melakukan Dialisis peritoneal, perlu dibuat akses sebagai tempat

keluar masuknya cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis) dari dan ke dalam

rongga perut (peritoneum). Akses ini berupa kateter yang “ditanam” di dalam rongga

perut dengan pembedahan. Posisi kateter yaitu sedikit di bawah pusar. Lokasi dimana

sebagian kateter muncul dari dalam perut disebut “exit site”.

b. perawatan kateter dan Exit Site:

1) Mandi setiap hari untuk menjaga kebersihan kulit, khususnya di sekitar exit site.

Jangan mandi berendam.

2) Ganti pakaian dalam maupun pakaian luar setiap hari


3) Jangan gunakan bahan kimia, misalnya alkohol dan bahan yang mengandung

klorida untuk membersihkan exit site atau kateter. Anda hanya boleh

menggunakan sabun dan air untuk membersihkan exit site dan keteter

4) Jangan gunakan krim, salep, atau bedak tabur di sekitar exit site

5) Jaga posisi keteter krim agar tetap berada pada tempatnya (tidak tertarik,

tertekuk, terputar, atau tersangkut) dengan menempelkannya pada kulit dengan

bantuan plester.

KONTRA INDIKASI

Dialisa peritoneal tidak boleh dilakukan pada penderita yang:

a. menderita infeksi dinding perut

b. memiliki hubungan abnormal antara dada dan perut

c. baru saja menjalani pencangkokkan pembuluh darah buatan di dalam perut

d. memiliki luka baru di perut.

Pada peritoneal dialisa, yang bertindak sebagai penyaring adalah peritoneum (selaput

yang melapisi perut dan membungkus organ perut). Selaput ini memiliki area permukaan

yang luas dan kaya akan pembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat dengan mudah tersaring

melalui peritoneum ke dalam rongga perut. Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil

yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu

tertentu sehingga limbah metabolik dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan

tersebut. Kemudian cairan dikeluarkan, dibuang dan diganti dengan cairan yang baru.

Biasanya digunakan selang karet silikon yang lembut atau selang poliuretan yang berpori-

pori, sehingga cairan mengalir secara perlahan dan tidak terjadi kerusakan.

Keuntungan CAPD dibandingkan HD :

1. Dapat dilakukan sendiri di rumah atau tempat kerja

2. Pasien menjadi mandiri (independen), meningkatkan percaya diri


3. Simpel, dapat dilatih dalam periode 1-2 minggu.

4. Jadwal fleksibel, tidak tergantung penjadwalan rumah sakit sebagaimana HD

5. Pembuangan cairan dan racun lebih stabil

6. Diit dan intake cairan sedikit lebih bebas

7. Cocok bagi pasien yang mengalami gangguan jantung

8. Pemeliharaan residual renal function lebih baik pada 2-3 tahun pertama

Kelemahan CAPD :

1. Resiko infeksi

• Peritonitis

• Exit site

• Tunnel

2. BB naik karena glukosa, pada cairan CAPD diabsorbsi

Penilaian HD atau CAPD :

1. Penilaian bersifat individual

2. Adakah faktor kelainan yang menyebabkan CAPD lebih bermanfaat dibanding HD?

• Kesulitan akses vaskular, penyakit cardiovaskular yang berat

• Jarak rumah dengan center HD, pekerjaan

TEKNIK

Ada beberapa teknik yang digunakan dalam dialisa peritoneal:

a. Dialisa peritoneal intermiten manual.

Merupakan teknik yang paling sederhana. Sebuah kantong berisi cairan dipanaskan

sesuai suhu tubuh, lalu cairan dimasukkan ke dalam rongga peritoneum selama 10

menit dan dibiarkan selama 60-90 menit, kemudian dikeluarkan dalam waktu 10-20

menit. Keseluruhan prosedur memerlukan waktu sekitar 12 jam. Teknik ini terutama

digunakan untuk mengobati gagal ginjal akut.


b. Dialisa peritoneal intermiten dengan pemutar otomatis.

Bisa dilakukan di rumah penderita. Suatu alat dengan pengatur waktu secara ototmatis

memompa cairan ke dalam dan keluar dari rongga peritoneum. Biasanya alat pemutar

dipasang pada waktu tidur sehingga pengobatan dijalani pada saat penderita tidur.

Pengobatan ini harus dilakukan selama 6-7 malam/minggu.

Dialisa peritoneal berpindah-pindah yang berkesinambungan.

Cairan dibiarkan di dalam perut dalam waktu yang lama, dan dikeluarkan serta

dimasukkan lagi sebanyak 4-5 kali/hari. Cairan dikemas dalam kantong polivinil

klorida yang dapat dikembangkempiskan. Jika kosong, kantong ini bisa dilipat tanpa

harus melepaskannya dari selang. Biasanya cairan harus diganti sebanyak 3 kali,

dengan selang waktu 4 jam atau lebih. Setiap pergantian memerlukan waktu 30-45

menit.

c. Dialisa peritoneal yang dibantu oleh pemutar secara terus menerus.

Teknik ini menggunakan pemutar otomatis untuk menjalankan pergantian singkat

selama tidur malam, sedangkan pergantian yang lebih lama dilakukan tanpa pemutar

pada siang hari. Teknik ini mengurangi jumlah pergantian di siang hari tetapi pada

malam hari penderita tidak dapat bergerak secara leluasa karena alatnya tidak praktis.

You might also like