You are on page 1of 16

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI

BELAJAR MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SDN 40 KOTA


BIMA TAHUN PELAJARAN 2008/2009
PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS IV
SDN 40 KOTA BIMA TAHUN PELAJARAN 2008/2009

I. Latar Belakang Masalah


Ada beberapa permasalahan di Indonesia yang sampai saat ini belum terselesaikan secara
tuntas. antara lain: masalah pemerataan pendidikan, mutu pendidikan, efisiensi
pendidikan dan masalah relevansi pendidikan. Memang kita perlu akui bahwa secara
umum manusia Indonesia kurang dapat menggunakan kemampuan dan bakat yang
dimilikinya. Hal ini kemungkinan dikarenakan kurang sadarnya masyarakat akan
pentingnya ilmu pengetahuan dan betapa pentingnya mengoptimalkan sumberdaya
manusia untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan. Berbicara mengenai mutu
pendidikan, sangat erat hubungannya dengan bagaimana proses belajar mengajar
berlangsung. Dan bagaimana output pendidikan tersebut bisa berkiprah.
Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional,bahwa
pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa
dan negara. (Sugiono, 2006. 42).

Ahli lain menyatakan pendidikan merupakan hasil atau prestasi yang dicapai oleh
perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuan
pendidikan yang ditetapkan dan dicita-citakan baik secara efektif maupun secara efisien.
(Hasbullah, 2005: 4).
Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia,
sehat, berilmu, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung
jawab dalam ramgka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam meningkatkan mutu
pendidikan, guru merupakan salah satu komponen yang mempumyai peranan sangat
penting. Guru merupakan faktor dominan dalam proses pembelajaran di sekolah, namun
kenyataan yang terjadi dalam kurun waktu akhir-akhir ini memperlihatkan kecendrungan
kekurangan guru baik di lihat dari aspek kualitas maupun kuantitas.
Pendidikan merupakan hasil atau pretasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan
usaha-usaha lembaga tersebut, dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif maupun
secara efisien. Oleh sebab itu tugas pendidikan sekolah yang utama sekarang adalah
menanamkan motivasi yang kuat dari anak untuk belajar terus menerus sepanjang
hidupnya, memberikan ketrampilan pada peserta didik untuk secara cepat dan
mengembangkan daya adaptasi yang besar dalam diri peserta didik. Semua itu perlu
dikondisikan agar peserta didik termotivasi, karena bagaimanapun juga motivasi
merupakan faktor yang sangat menentukan dan berfungsi menimbulkan, mendasari dan
mengarahkan perbuatan belajar.
Secara kodrati manusia telah di anugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk memiliki
kecendrungan baik dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Namun semua
perangkat tersabut hanya akan menjadi kecendrungan belaka manakala tidak didukung
oleh adanya wahana yang menjebatani dalam memotivasi peserta didik. Oleh karena itu,
guru merupakan elemen penting dalam sistem pendidikan.
Menyadari arti dan nilai strategisnya dunia pendidikan ini, maka tidak ada satu
bangsapun di dunia ini yang dapat melepaskan diri dari pendidikan bahkan merupakan
suatu keharusan untuk menuju pada era yang berdimensi kemajuan.
Keberadaan motivasi pada setiap manusia dimanapun ia berada akan selalu berubah-ubah
menurut situasi dan kondisi, sedangkan dalam dunia pendidikan khususnya dalam
masalah pembelajaran, motivasi tetap memiliki arti penting dan memiliki arti strategis
untuk mencapai tujuan pembelajaran baik yang dilakukan guru dalam proses pengajaran
maupun yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajarnya. Dengan kata lain motivasi
ini dapat dilakukan guru untuk lebih mengefektifkan dalam proses pengajarannya dan
dapat pula dimiliki oleh siswa untuk mempercepat proses pencapaian hasil belajar yang
dilakukan di luar maupun di dalam kelas.
Dalam jalur pendidikan formal sangat diperlukan keseriusan dalam belajar untuk
memperoleh ilmu yang maksimal. Tetapi yang sering dilupakan adalah seberapa penting
kebutuhan belajar dalam upaya meningkatkan mutu hasil pendidikan. Mayoritas para
siswa lebih mengandalkan pada tingkat kecerdasannya atau yang disebut dengan IQ
dalam mencapai prestasi/hasil belajarnya.
Ada beberapa fenomena yang menarik bagi penulis untuk di teliti. Di dalam suatu
komunitas pendidikan, penulis melihat ada siswa yang aktif dalam berpikir dan
mempunyai kecerdasan di atas rata-rata tetapi sayangnya hal itu tidak dia imbangi dengan
kegiatan belajar yang memadai dan terlihat menyepelekan belajar. Akhirnya prestasi
akademiknya dikalahkan oleh siswa lainnya yang nota bene mempunyai tingkat
kecerdasan sedang tetapi mempunyai kebiasaan belajar yang baik.
Yang kedua, penulis mempunyai teman yang pada waktu di jenjang sekolah lanjutan
tingkat pertama tidak begitu terlihat prestasinya bahkan terkesan berada di ranking
bawah. Tetapi satu tahun kemudian dia menjadi siswa yang nilai evaluasi akhirnya paling
tinggi. Ketika penulis menanyakan tentang penyebab perubahan itu dia menjawab bahwa
dia bisa meningkatkan prestasinya karena dia merubah pola belajarnya.
Dari peristiwa itu penulis berpikir betapa sangat berpengaruhnya faktor kebiasaan belajar
terhadap prestasi seseorang. Waupun hal itu belum diuji kebenarannya namun secara
teoritis kebiasaan belajar memegang peranan penting dalam hubungannya dengan hasil
belajar.
Dari peristiwa dan teori tersebut diatas, penulis sangat tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh kebiasaan belajar terhadap hasil belajar yang nantinya
diharapkan penelitian ini dapat membuktikan kebenaran dari sebuah teori dan fenomena
yang ada. Adapun redaksi judul penelitian ini adalah “Pengaruh kebiasaan belajar siswa
terhadap prestasi belajar dalam mata pelajaran PKn siswa kelas IV SD Negeri 40 Kota
Bima tahun pelajaran 2008/2009”.

II. Rumusan Masalah


Berangkat dari latar belakang masalah yang tercermin di atas, rumusan masalah yang
diajukan dalam kegiatan penelitian ini “Apakah ada Pengaruh kebiasaan belajar siswa
terhadap prestasi belajar dalam mata pelajaran PKn siswa kelas IV SD Negeri 40 Kota
Bima tahun pelajaran 2008/2009”.

III. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan Penelitian
Sesuai dengan konteks permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “Ingin mengetahui bagaimana Pengaruh
kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar dalam mata pelajaran PKn siswa kelas
IV SD Negeri 40 Kota Bima tahun pelajaran 2008/2009”.

Manfaat Penelitian
3.2.1 Secara Teoritis
Mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat membantu lembaga pendidikan untuk lebih
maju dan berkreatifitas serta dapat memberikan sumbangan bagi civitas akademika
perguruan tinggi lebih efektif dalam memimpin mahasiswa dan mahasiswinya untuk
mencapai prestasi belajar yang maksimal.
3.2.2 Secara Praktis
3.2.2.1 Bagi Sekolah
a. Sebagai masukan kepada kepala sekolah untuk bahan pengembangan program
pembelajaran pada tahap berikutnya
b. Hasil penelitian ini dapat memberi informasi ilmiah kepada instansi yang berwenang
tentang kurikulum yang berlaku terutama dalam proses pembelajaran.
3.2.2.2 Bagi Guru
a. Sebagai masukan guru dalam menindak lanjuti tentang pengaruh kebiasaan belajar
dalam meningkatkan prestasi belajar kepada siswa
b. Hasil penelitian ini dapat membantu tugas guru kelas di sekolah untuk
mengidentifikasikan lebih lanjut tentang cara-cara belajar siswa dalam pemanfaatan
prinsip-prinsip belajar

3.2.2.3 Bagi Siswa


a. Melalui penelitian ini diharapkan akan terungkap sisi positif dalam kebiasaan belajar
siswa sehingga dapat dimaksimalkan bagi upaya peningkatan prestasi belajar siswa
b. Melalui penelitian ini diharapkan akan memberikan motivasi kepada siswa dalam
meningkatkan kebiasaan belajar siswa dalam meraih prestasi belajar siswa.

IV. Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar ini merupakan suatu gambaran sangkaan, perkiraan, satu
pendapat atau kesimpulan sementara, atau suatu teori sementara yang belum dibuktikan.
Menurut pendapat Winarno Surakhman sebagaimana dikutip oleh Suharsimi Arikunto
dalam buku Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, bahwa asumsi atau anggapan
dasar adalah sebuah titik tolak pemikran yang kebenarannya diterima oleh Penyelidik
(Suharsimi, 2006 : 65).
Dengan demikian, keputusan tentang masalah merupakan suatu asumsi bagi seorang
peneliti sebelum dikukuhkan dengan hasil penelitian. Dilain pihak asumsi juga diartikan
sebagai “penyataan yang diterima tanpa harus dibuktikan kebenarannya oleh peneliti
(Noeng Muhadjir, 1981 : 13). Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat dikatakan bahwa
asumsi adalah suatu anggapan dasar tentang kebenaran suatu fakta yang tidak perlu
dibuktikan lagi.
Sebagai asumsi, maka setiap pernyataan dalam memandang masalah penelitian dapat
dikatakan sebagai permulaan untuk melihat hakekat masalah yang bersangkutan oleh
peneliti itu sendiri tanpa adanya konsekuensi untuk diuji kebenarannya oleh peneliti.
Namun demikian harus dapat diterima sebagai suatu kebenaran dalam
pandangan/keyakinan peneliti itu sendiri.
Berangkat dari pengertian asumsi di atas, maka asumsi yang dikemukakan oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah :
1. kebiasaan siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran tertentu dipengruhi oleh
minat dan motivasi.
2. Siswa kelas IV SD Negeri 40 Kota Bima prestasinya berbeda-beda

V. Tinjauan Pustaka
5.1 Belajar
5.1.1 Pengertian belajar
Belajar menurut Slameto (2003:2) secara psikologis adalah”Suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Skinner dalam Dimyati (2002:9) menyatakan “belajar adalah suatu perilaku pada saat
orang belajar maka responnya menjadi lebih baik”. Sehingga dengan belajar maka orang
akan mengalami perubahan tingkah laku.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses
dimana didalamnya terjadi suatu interaksi antara seseorang (siswa) dengan
lingkungannya yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku yang akan
memberikan suatu pengalaman baik bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan
psikomotorik (keterampilan).
5.1.2 Aspek-Aspek Dalam Belajar
Aspek-aspek yang diteliti dalam cara belajar menurut Thabarany (1994: 43) adalah:
(1) Persiapan belajar Siswa
Pada hakekatnya setiap pekerjaan yang akan dilakukan harus dipersiapkan terlebih
dahulu.Dengan persiapan sebaik-baiknya maka kegiatan/pekerjaan akan dapat
dilaksanakan dengan baik sehingga akan memperoleh keberhasilan. Demikian pula
halnya dengan belajar, beberapa persiapan yang perlu dilakukan dalam belajar menurut
Thabrany (1994:49) adalah:
a. Persiapan mental
Persiapan mental yang dimaksud adalah bahwa tekad untuk belajar benar-benar sudah
siap. Menurut Gie (1987:58) “persiapan mental merupakan upaya menumbuhkan sikap
mental yang diperlukan dalam belajar”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa persiapan mental
yang perlu dilakukan adalah:
1. Memahami arti/ tujuan belajar
2. Kepercayaan pada diri sendiri
3. Keuletan
4. Minat terhadap pelajaran
b. Persiapan sarana
Thabrany (1994: 48) mengemukakan”sarana yang dibutuhkan dalam belajar yaitu ruang
belajar dan perlengkapan belajar”
1. Ruang Belajar
Menurut Thabrany (1994: 48) “ Ruang belajar mempunyai peranan yang cukup besar
dalam menentukan hasil belajar seseorang”. Persyaratan yang diperlukan untuk ruang
belajar adalah: bebas dari gangguan, sirkulasi dan suhu udara yang baik, penerangan yang
memadai.

2. Perlengkapan belajar
Thabrany (1994:53) menjelaskan “ perlengkapan belajar yang perlu disiapkan dalam
belajar adalah:
a. Perabot belajar seperti meja, kursi, dan rak buku
b. Buku pelajaran
c. Buku catatan
d. Alat-alat tulis
(2) Cara mengikuti pelajaran
Langkah-langkah dalam mengikuti pelajaran yang perlu dilakukan adalah melakukan
persiapan-persiapan dengan mempelajari materi-materi yang akan dibahas dan meninjau
kembali materi sebelumnya, bersikap afektif selama kegiatan belajar sampai KBM
berakhir. Menurut Hamalik (1983:50) langkah-langkah/cara mengikuti pelajaran yang
baik adalah:
a. Persiapan, yang harus dilakukan adalah mempelajari bahan pelajaran yang sebelumnya
diajarkan, mempelajari bahan yang akan dibahas dan merumuskan pertanyaan tentang
materi/ bahan pelajaran yang belum dipahami.
b. Aktivitas selama mengikuti pelajaran, hal yang perlu diperhatikan selama mengikuti
pelajaran antara lain kehadiran, konsentrasi, catatan pelajaran, dan partisipasi terhadap
belajar.
c. Memantapkan hasil belajar, Suryabrata (1989:37) mengemukakan bahwa “untuk
memantapkan hasil belajar maka harus membaca kembali catatan pelajaran”
(3) Aktivitas belajar mandiri
Bentuk aktivitas belajar mandiri yang dilakukan siswa dapat berupa kegiatan-kegiatan
belajar yang dilakukan sendiri ataupun kegitan-kegiatan belajar yang dilakukan sendiri
ataupun kegiatan belajar yang dilakukan secara berkelompok.
1. Aktivitas belajar sendiri
Yang dapat dilakukan berupa, membaca bahan-bahan pelajaran dari berbagai sumber
informasi selain buku-buku pelajaran, membuat ringkasan bahn-bahan pelajaran yang
telah dipelajari, menghafalkan bahan-bahan pelajaran, mengerjakan latihan soal dan lain
sebagainya.
2. Aktivitas belajar kelompok
Adapun yang dapat dilakukan dalam belajar antara lain, mendiskusiakn bahan-bahan
pelajaran yang belum dimengerti, membahas penyelesaian soal-soal yang sulit dan saling
bertanya jawab untuk memperdalam penguasaan bahan-bahan pelajaran (Thabrany
1994:58)
(4) Pola belajar Siswa
Pola belajar adalah cara siswa melaksanakan suatu kegiatan belajar yaitu bagaimana
siswa mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatan belajarnya Pola belajar siswa
menunjukkan apakah siswa membuat perencanaan belajar, bagaimana mereka
melaksanakan dan menilai kegiatan belajarnya (Suryabrata 1989:40)

5.2 Kebiasaan belajar Siswa


5.2.1 Pengertian Kebiasaan belajar Siswa
Menurut Sumadi bahwa kebiasaan bisa diartikan sebagai hal-hal yang dilakukan
berulang-ulang, sehingga dalam melakukan itu tanpa memerlukan pemikiran. Misalnya
orang yang biasa belajar di waktu subuh, akan melakukannya setiap hari tanpa begitu
memerlukan pemikiran dan konsentrasi yang penuh (dalam Muhyono, 2001: 12).
Selanjutnta menurut Kholifah (2003: 11), bahwa kebiasaan belajar adalah segenap
perilaku siswa yang ditunjukan secara ajeg dari waktu-kewaktu dengan cara yang sama.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebiasaan belajar adalah
suatu perilaku yang ditunjukan oleh siswa yang dilakukan secara berulang-ulang dari
waktu kewaktu secara otomatis.
Kebiasaan belajar bukan merupakan bakat alamiah yang berasal dari faktor bawaan,
tetapi merupakan perilaku yang dipelajari dengan secara sengaja dan sadar selama
beberapa waktu. Karena diulang sepanjang waktu, berbagai perilaku itu begitu
terbiasakan sehingga akhirnya terlaksana secara spontan tanpa memerlukan pikiran sadar
sebagai tanggapan otomatis terhadap sesuatu proses belajar.
Tentu saja kebiasaan belajar adakalanya merupakan kebiasaan belajar yang baik dan
kebiasaan belajar yang buruk kebiasaan belajar yang baik akan membantu peserta didik
untuk menguasi pelajarannya, menguasai materi dan meraih sukses dalam sekolah.
Sedangkan kebiasaan belajar yang buruk akan mempersulit peserta didik untuk
memahami pelajarannya dan menghambat kemajuan studi serta menghambat kesuksesan
studi di sekolah.

5.2.2 Kegunaan Kebiasaan Belajar


Menurut Sumadi cara membentuk kebiasaan belajar antara lain sebagai berikut:
a. Kebiasaan dapat menghemat waktu dalam mengerjakan sesuatu atau memakai pikiran.
Hal ini karena suatu kebiasaan mempunyai sifat spontan yang tidak memerlukan banyak
kesengajaan.
b. Meningkatkan efisiensi manusia. Dengan kebiasaan belajar yang baik maka sebagian
energi yang diperlukan untuk belajar dapat dipergunakan untuk aktivitas yang lain.
c. Membuat seseorang lebih cermat. Contohnya seorang pelajar yang terbiasa membuka
kamus akan semakin cermat dalam mencari kata-kata karena sudah terbiasa.
d. Hasil belajar akan lebih maksimal. Dengan kecrmatan yang tinggi dan usaha belajar
yang teratur dan ringan akan meningkatkan hasil belajar.
e. Menjadikan seseorang menjadi lebih konsisten dalam kegiatannya sehari-hari (dalam
Muhyono, 2001: 12).

5.2.3 Cara Membentuk Kebiasaan Belajar


Kebiasaan belajar yang baik dapat dilakukan oleh peserta didik, dengan mempedomani
asas-asas sebagai berikut:
a. Melakukan semua kegiatan belajar di tempat yang sama, dalam kamar sendiri kalau
mungkin.
b. Tidak melakukan usaha belajar pada kamar yang dipergunakan untuk rekreasi.
c. Jangan bersaing dengan pengganggu-pengganggu perhatian.
d. Lakukan belajar terhadap suatu mata pelajaran atau bahan ajaran pada waktu yang
sama setiap hari.
e. Jangan belajar dalam posisi yang terlalu santai.
f. Berbuat sesuatu ketika melakukan belajar.
g. Pergunakan waktu yang cukup untuk belajar.
h. Segeralah mulai belajar setelah duduk menghadapi meja belajar.
i. Jangan terlampau banyak aktivitas di luar pelajaran.
j. Buat contoh-contoh guna memeriksa pemahaman bahan ajaran.
k. Carilah kegunaan praktis dari pengetahuan yang diperoleh, terlebih pengetahuan yang
baru
l. Pada awal setiap mata pelajaran, usahakan memperoleh gambaran menyeluruh
mengenai isinya.
m. Curahkan perhatian penuh sehingga ada keinginan untuk mencapai sesuatu, dan selalu
ingin belajar.
n. Latihlah kebiasaan untuk belajar tuntas.
Perhatikan secara teliti kata-kata baru atau kata-kata asing.
Kholifah (2003: 11)

Yang perlu diingat, untuk membentuk kebiasaan belajar yang baik tergantung pada minat
dan bakat peserta didik. Minat adalah variabel penting yang berpengaruh terhadap
tercapainya prestasi belajar atau cita-cita yang diharapkan. Belajar dengan minat akan
lebih baik daripada belajar tanpa minat.
Di samping minat, ada kemampuan kognitif yang lain yaitu bakat. Boleh mengatakan
bahwa bakat sama dengan intelegensi. Intelegensi itu penting untuk penguasaan ilmu
pengetahuan. Upaya yang dapat dilakukan untuk menggali bakat siswa adalah dengan
memberi rangsangan. Penggalian ini dapat dilakukan melalui metode, strategi, atau
pendekatan sesuai dengan mata pelajaran masing-masing, pendekatan ini merupakan
sarana siswa aktif dan kreatif sehingga memiliki kemandirian, inisiatif, dan kerja sama
antarsiswa.

5.3 Prestasi Belajar Siswa


5.3.1 Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang telah
dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu,
di bawah ini diuraikan tentang pengertian prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan
sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yakni, Prestasi dan Belajar. Antara kata prestasi
dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi
belajar dibicarakan ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masalah pertama untuk
memahami lebih mendalam tentang pengertian prestasi belajar itu sendiri.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dibuat, dikerjakan,
dijadikan dan sebagainya) oleh usaha. (Depdiknas, 2002 : 392).
Kemudian Nana Sudjana berpendapat dengan memberikan batasan bahwa hasil adalah
penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan
penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat
dalam kurikulum (Nana Sudjana, 1989 : 22).
Yang dimaksudkan dengan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar
untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari, hasil dari aktivitas
belajar terjadilah perubahan dalam diri individu. Dengan demikian, belajar dikatakan
berhasil apabila telah terjadi perubahan dalam diri individu, sebaliknya bila tidak terjadi
perubahan dalam diri individu, maka belajar dikatakan tidak berhasil.
Dalam pengertian belajar sebagaimana yang dikemukan di atas, dapat dipahami bahwa
hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang akan mempengaruhi pola pikir
dalam berbuat dan bertindak. Perubahan itu sebagai hasil pengalaman individu dalam
belajar. Hasil belajar sebagai perwujudan dari keaktifan belajar, maka di samping adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi juga harus ditunjang dengan cara-cara belajar yang
memuaskan.

5.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Dalam rangka mengoptimalkan hasil belajar perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya, secara umum ada dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar,
yaitu faktor internal (faktor dari dalam diri pribadi), dan faktor eksternal (faktor yang
timbul dari luar diri pribadi).
Kedua faktor tersebut secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa dalam belajar, hal ini sejalan dengan pendapat yang menjelaskan bahwa :
“Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu : Faktor dalam
diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungannya” (Nana
Sudjana, 1989 : 39).
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kedua faktor itu, maka penulis akan
uraikan di bawah ini.
1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa)
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi 2 aspek yaitu aspek fisiologis
(yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).
a. Aspek Fisiologis.
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran
organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apabila jika disertai
pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif)
sehingga materi pelajaran yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas
b. Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan
kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun diantara faktor-faktor rohaniah siswa
yang pada umumnya dipandang lebih asensial itu adalah sebagai berikut :1. Tingkat
kecerdasan/intelegensi. 2. Bakat siswa. 3. Minat siswa. 4. Motivasi siswa.
2. Faktor ekstrnal (faktor dari luar diri siswa)
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar mengajar dapat
dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat (lingkungan).
a. Faktor keluarga.
Faktor keluarga sebagai salah satu faktor ekstrnal yang mempengaruhi prestasi seseorang
dibagi menjadi beberapa aspek yaitu
1. Faktor orang tua.
Yang termasuk faktor orang tua adalah cara orang tua mendidik anak, sering cekcok dan
lain-lain. Untuk itu peranan orang tua dalam mendidik anak dengan penuh kearifan dan
bijak sana sangat dituntut. Hal ini dimaksudkan agar orang tua betul-betul dapat berperan
sebagai suri tauladan bagi anak-anaknya.
2. Faktor suasana keluarga
Hal ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seseorang sebab suasana rumah yang
senantiasa tegang, sering cekcok dan lain sebagainya akan dapat mengganggu cara
belajar seseorang. Dalam kondisi seperti ini, orang tua dituntut untuk menjaga suasana
rumah tangga agar tetap nyaman, tentram dan damai. Hal ini penting dilakukan orang tua
(keluarga di rumah), demi aman dan nyamannya siswa belajar, dan pada akhirnya dapat
mempengaruhi prestasi belajar anak.
3. Keadaan ekonomi keluarga.
Kalau dalam ekonomi keluarga kurang, berarti perlengkapan keluarga kurang terpenuhi
dan tempat belajarpun tidak memadai atau bahkan tidak ada akibatnya anak tidak dapat
belajar dengan baik, sebaliknya, anak yang ekonomi keluarganya mapan, bahkan kaya
biasanya anak tersebut manja, sehingga ia belajar bersenang-senang dan kurang
memusatkan perhatian pada belajar, sehingga prestasi belajarnyapun akan rendah.
b. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi proses belajar siswa yang mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, alat pelajaran,
metode pengajaran. (Saiful Bahri Djamarah, 1994 : 64).
c. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstrnal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa,
pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa itu sendiri merupakan bagian integral
dari masyarakat.
Kaitannya dengan faktor masyarakat, maka ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa, seperti dikemukakan dalam pendapat berikut:
1. Mas media seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, bioskop, komik dan lain-lain.
Mas media yang baik akan berpengaruh terhadap belajar siswa, sebaliknya mas media
yang jelek akan berpengaruh jelek pula terhadap hasil belejar siswa.
2. Teman bergaul, hal ini pun tidak kalah pentingnya dalam memberikan pengaruh
terhadap prestasi belajar siswa.
3. Aktivitas dalam masyarakat, seorang siswa yang terlalu banyak berkecimpung dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan, sehingga tugas pokoknya belajar terabaikan akan
berdampak kurang baik terhadap prestasi belajar siswa yang bersangkutan.
4. Corak kehidupan tetangga, maksudnya adalah jika siswa bertetangga dengan orang
yang tidak baik, seperti penjudi, pemabuk, pencuri, maka minimal akan berpengaruh
terhadap ketenangan jiwa siswa tersebut, sehingga akhirnya akan berpengaruh pula
terhadap prestasi belajar siswa itu sendiri. (Saiful Bahri Djamarah, 1994 : 70)

Mencermati pernyataan tersebut di atas, ternyata lingkungan tempat tinggal siswa


memberikan andil yang besar dalam membentuk kepribadian siswa yang dalam hal ini
adalah masyarakat sekitarnya. Karena itu bagi seorang siswa hendaknya dapat
memberikan motivasi sebagai tempat saling isi mengisi pengetahuan dengan jalan
diskusi.

5.4 Mata Pelajaran PKn


5.4.1 Definisi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarnegaraan (PKn)
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah merupakan mata pelajaran yang
menfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural,
bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas,
terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan ialah mempunyai fungsi sebagai wahana untuk membntuk
warga Negara yang cerdas, terampil dan berkaraktr setia kepada bangsa dan Negara
Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai
dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 (Arnie Fajar, 2006 : 142).
Berdasarkan fungsi tersebut, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan harus dinamis
dan harus mampu menarik perhatian peserta didik dalam mengembangkan pemahaman,
baik materi maupun keterampilan intelektual dan kurikuler serta intra kurikuler.

5.4.2 Tujuan Pendidikan Kewaganegaraan (PKn)


Berdasarkan keputusan DIRJEN DIKTI No. 43/DIKTI/Kep/2006, tujuan Pedidikan
Kewrganegaraan adalah dirumuskan dalam visi dan misi sebagai berikut.
Visi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn); merupakan sumber nilai dan pedoman dalam
pengembangan dan penyelenggeraan program studi guna mengantarkan siswa
memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini didasarkan pada suatu
realitas yang dihadapi, bahwa siswa adalah generasi bangsa yang harus memiliki visi
intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta tanah air dan bangsanya.
Misi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn); merupakan untuk membantu siswa
memantapkan kepribandiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai
dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan dasar tanggung jawab
dan bermoral (Kaelan, 2007 : 2).

5.4.3 Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)


Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), memiliki ciri khas yang berbeda
dengan mata pelajaran yang lain, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan karakteristik
kewarga negaraan. Ketiga hal tersebut merupakan bekal bagi siswa untuk meningkatkan
mencerdaskan multidimensional yang memadai untuk menjadi warga negara yang baik.
Isi pengetahuan (body of knawledge) dari mata pelajaran ini diorganisasikan secara
interdisipliner dari berbagai ilmu-ilmu sosial seperti ilmu hukum, politik, tatanegara,
psikologi, dan berbagai bahan kajian lainnya yang berasal dari nilai-nilai
kemasyarakatan, nilai-nilai penghubungan antara warga Negara dengan warga Negara,
warga Negara dengan pemerintah negara, serta warga negara dengan warga negara dunia
(Arnie fajar, 2004 : 143).

VI. Hipotesis
Hipotesisi adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terburkti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 1992: 62).
Karena merupakan jawaban sementara sifatnya, maka perlu diuji kebenarannya.
Selanjutnya menurut pendapat Sugiyono (2006 : 96), mengatakan bahwa hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Berdasarkan uraian kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah
suatu anggapan sementara yang kebenarannya perlu dibuktikan lagi dalam suatu
penelitian. Oleh karena itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini apakah ada
Pengaruh kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar dalam mata pelajaran PKn
siswa kelas IV SD Negeri 40 Kota Bima tahun pelajaran 2008/2009.

VII. Metode Penelitian


7.1 Metode Yang Digunakan
Sebagai suatu kegiatan yang bertujuan, maka terlebih dahulu harus ditentukan, metode
penelitian yang akan ditentukan dalam menyelesaikan masalah ini, dimana metode
penelitian yang akan ditetapkan untuk mengkaji masalah ini adalah metode Deksriptif
Kuantitatif yaitu penelitian yang menggambarkan tentang sesuatu variabel secara apa
adanya mulai dari pengumpulan data, penafsiran dan penampilan hasilnya menggunakan
angka (Suharsimi Arikunto, 2006 : 239).
Penelitian kuantitatif digunakan karena peneliti ingin mendapatkan data berupa angka,
yaitu nilai atau hasil belajar (nilai raport) siswa pada mata pelajaran PKn. Penellitian
kuantitatif digunakan untuk melakukan analisis data antara variabel bebas (X) dengan
variabel terikat (Y). karena data penelitian ini berupa data kuantitatif (berupa angka) aka
digunakan analisis dengan rumus korelasi Produc Moment untuk mencari hubungan
variabel X dan variabel Y.

7.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Dalam penentuan lapangan/lokasi penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori
substantif yaitu pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian
dengan kenyataan yang berda di lapangan (Leoxy J Moleong, 2000 : 86).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah di
SD Negeri 40 Kota Bima dengan keadaan siswa sebagai berikut:

TABEL I : KEADAAN SISWA SD NEGERI 40 KOTA BIMA


TAHUN PELAJARAN 2008/2009

No. Kelas Bagian Keadaan Siswa Jumlah


LP
1. Kelas I 21 17 38
2. Kelas II 20 20 40
3. Kelas III 18 20 38
4. Kelas IV 20 20 40
5. Kelas V 20 20 40
6. Kelas VI 20 20 40
Jumlah 236
Sumber Data : SD Negeri 40 Kota Bima

7.3 Metode Penentuan Subjek Penelitian.


Populasi adalah sekumpulan objek yang menjadi pusat penelitian, yang dari padanya
terkandung informasi yang ingin diketahui(W. Gulo, 2002:78). Pendapat lain mengatakan
populasi dapat diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006 : 117).
Penelitian ini tidak menggunakan sampel penelitian karena berdasarkan pendapat
Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa “Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi” (2006 : 134).
Sehubungan dengan pendapat di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh jumlah siswa kelas V SD Negeri 67 Kota Bima yang berjumlah 40 orang.

7.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data ialah cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data
(Sugiyono, 2006 : 193). Jadi cara-cara yang digunakan dalam pengumpulan data dalam
penelitian ini yaitu:
7.4.1 Obervasi
Observasi adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan melaui pengamatan yang
disertai pencatatan suatu keadaan terhadap objek sasaran (Abdurrahman Fathoni, 2006 :
104).
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis/
pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2006 : 203).
Dari pendapat para pakar diatas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah tekhnik
pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan ingatan serta disertai dengan
pencatatan-pencatatan.
7.4.2 Wawancara
Interviuw yang juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog
yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(interviuwer) (Suharsimi Arikunto, 1993 : 126
Menurut kartini kartono, bahwa interviuw atau wawancara itu adalah suatu percakapan,
tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik
dan diarahkan pada suatu masalah-masalah tertentu. (Ahmad Usman, 2006 : 114).

Wawancara adalah tekhnik pengumpulan data melalui proses tanya jawab secara lisan
yang berlangsung searah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang melakukan
wawancara dan jawaban datang dari pihak yang diwawancarai (Abdurrahman Fathoni,
2006 : 105).

Dari pendapat para pakar diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah tekhnik
pengumpulan data melalui proses tanya jawab dengan nara sumber dengan menggunakan
pedoman wawancara secara lengkap maupun tidak disertai dengan pedoman yang telah
disusun secara sistematis.
7.4.3 Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mempelajari catatan-catatan, literatur-literatur yang relevansi dengan tujuan penelitian
(Abdurrahman Fathoni, 2006 : 112).
Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-
catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda
dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006 : 231).
Dari pendapat para pakar diatas dapat disimpulkan bahwa studi dokumentasi adalah
tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari catatan-catatan atau
buku-buku yang relevansi dengan tujuan peneliti.
7.4.4 Angket
Angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu
masalah atau bidang yang akan diteliti Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, 2005 : 76).
Ahli lain mengatakan bahwa angket adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis, kepada responden
untuk dijawabnya (Sugiyono, 2006 : 199).
Berangkat dai mendapat di atas metode angket adalah suatu metode yang diberikan
kepada responden untuk dijawab berupa pertanyan atau penyataan yang disusun
sedemikian rupa oleh peneliti.
Metode ini digunakan untuk mengetahui data tentang Pengaruh kebiasaan belajar siswa
terhadap prestasi belajar dalam mata pelajaran PKn siswa kelas V SD Negeri 67 Kota
Bima tahun pelajaran 2008/2009.
Angket disusun sebanyak 10 item pertanyaan terdiri dari 3 opsion jawaban yaitu a, b dan
c dengan skor :
A. Opsion A diberi skor 3
B. Opsion B diberi skor 2
C. Opsion C diberi skor 1

7.4 Jenis dan Sumber Data


7.5.1. Jenis Data
Sebagai mana diketahui bahwa jenis data itu hanya dikelompokan menjadi dua kategori,
yakni data kualitatif dan data kuantitatif.
1. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka.
2. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkatkan.
(Ahmad Usman, 2006 : 104).

Berdasarkan pendapat di atas maka yang menjadi jenis data dalam penelitian ini data
kuantitatif dalam penelitian ini adalah mengenai perhitungan angka-angka atau skor
berupa hasil angket dan dokumen. Data kuantitatif dapat dibagi menjadi beberapa skala
yaitu :
a. Skala nomimal yaitu skala yang diberikan pada obyek atau kategori yang sifatnya
hanya sekedar label atau kode saja.
b. Skala Ordinal yaitu skala yang diberikan pada obyek atau kategori yang sifatnya
menyatakan tingkat dengan jarak atau rentang yang tidak harus sama.
c. Skala Interval yaitu skala yang diberikan pada obyek atau kategori yang sifatnya juga
menyatakan tingkat dengan jarak atau rentang yang harus sama, namnun tidak terdapat
titik nol absolut
d. Skala Rasio yaitu skala yang diberikan pada obyek atau kategori yang sifatnya
menghimpun semua sifat dari ketiga skala lainnya dan dilengkapi titik nol absolut dengan
makna empiris (M. Iqbal Hasan, 2002 : 70).

Berdasarkan pendapat di atas maka skala yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian
ini adalah skala interval.

7.5.2. Sumber Data


7.5.2.1. Data Primer
Demikian pula halnya dengan jenis data, maka sumber data dapat diklasifikasikan dua
bagian, yaitu sumber datar primer dan sumber data sekunder.
1. Data primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data
atau data yang dikumpulkan sendiri oleh perseorangan atau suatu organisasi langsunng
melalui obyeknya
2. Data sekunder
Data sekunder adalah merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2006 : 308-
309).

Jadi sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer yang
diperoleh melalui siswa berupa hasil angket selama penelitian berlangsung. Data
sekunder adalah sumber data yang diperoleh lewat buku raport berupa angka atau nilai
hasil ulangan semester.

7.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel


7.6.1. Identifikasi Variabel Penelitian
Dari judul penelitian diatas oleh peneliti memiliki 2 (dua) variabel yatu penggunaan
metode diskusi sebagai variabel bebasnya dan prestasi beloajar adalah variabel terikatnya
(Suharsimi Arikunto, 2006 : 104).
7.6.1.1 Variabel bebas adalah variabel yang memberikan pengaruh terhadap variabel
terpengaruh (terikat) (Choli Narbuku dan Abu ahmad, 2005 : 119). Jadi variabel bebas
dalam penelitian ini adalah apersepsi.
7.6.1.2 Variabel terikat
Variabel terikat adalah kondisi atau karakteristik yang berubah atau yang mencul ketika
penelitian mengiat troduksi, mengubah atau pengganti variabel bebas, menurut fungsinya
variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain, karena sering disebut variabel yang
dipengaruhi atau variabel terpengaruhi (Suharsimi arikunto, 2006: 106). Jadi variabel
terkat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

7.6.2. Definisi Operasional Variabel


7.6.2.1 Kebiasaan belajar adalah suatu perilaku yang ditunjukan oleh siswa yang
dilakukan secara berulang-ulang dari waktu kewaktu secara otomatis.
7.6.2.2 Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan
pembelajaran.
7.7 Metode Ananlisis Data
Untuk dapat menarik kesimpulan dari data yang diperoleh, maka teknik analisis data
yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode statistika dengan rumus teknik
korelasi produk moment sebagai berikut :

N∑XY – (∑X ) (∑Y )


rxy =
{(N∑ X² - (∑X )²} { N∑ Y² – ((∑X )²}

Keterangan :
r = koefisien korelasi
xy = jumlah skor x dan y
Σx = jumlah skor dalam Variabel x
Σy = jumlah skor dalam Variabel y
Σxy = jumlah hasil kali skor x dengan skor yyang berpasangan
Σx = jumlah skor yang dikuadratkan dalam variabel x
Σy = jumlah skor yang dikuadratkan dalam variabel y
N = banyak subyek skor x dan y yang berpasangan
Pengujian hipotesis menggunakan taraf signifikasi 5% tabel nilai “Product Moment”
dengan kriteria sebagai bentuk :
Bila r hitung .> r tabel maka ha diterima
Bila r hitung .< r tabel maka ho ditolak. (Suharsimi Arikunto, 1991 : 256).

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Ssuatu Pendekatan Praktik, Jakarta Renika
Cipta, Jakarta.

Ahmad Usman, 2006, Metodelogi Penelitian ( Aplikasi Dalam Bidang Pendidikan),


Bima.

Abu Ahmadi, H, Widodo Supriyono, 1982, Psikologi Belajar, Ribneka Cipta, Jakarta.
B. Miles Matthew dkk, 1992. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia. Jakarta.
Choli Narbuko, Abu Ahmadi, 2005, Metodelogi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hasbullah, 2005, Diktat Pengantar Pendidikan, Bima.
I.W. Nurkencana, 1986, Evaluasi Pendidikan,Surabaya.
Kaelan dkk, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Paradigma.
Yogyakarta.
Kholifah. 2003. Pengaruh Cara dan Kebiasaan Belajar Terhadap prestasi Belajar
Akuntansi Siswa Madrasah Aliyah Al- Azhar Pasuruan. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: FE Universitas Negeri Malang.
Muhibbin Syah, 1999, Psikologi Belajar. Jakarta.
Martimis Yamin, 2007, Profesi Guru dan Implementasi KTSP, Tim Gaung Persada Press,
Jakarta.
Muhyono. 2001. Hubungan Minat dan Cara Belajar Fisika dengan Prestasi Belajar Fisika
Siswa kelas 1 cawu 2 SMU Negeri 6 Malang Tapel 2000/2001. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.
N.Y. Roestiyah, 1986, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Bima Aksara. Jakarta.
Nasution, 2000, Azas-Azas Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.
Noeng Muhadjir, 1991, Penelitian Dalam Pendidikan, Proyek Pengembangan Pendidikan
Guru, Jakarta

Sugiyono, 2006, Metodelogi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R & D ) Alfabeta, Bandung.
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa Rajawali.
Sardiman, 1996, Iteraksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.
Slameto, 2003, Balajar dan Faktor-Fkator Yang, Mempengaruhinya, Rineka Cipta,
Jakarta.

T. Raka Joni, 1981, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Guru, Jakarta.


Thabrany, H. 1994. Rahasia Kunci Sukses Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Usman Ahmad, 2006. Metodelogi Penelitian (Aplikasi Dalam Bidang Pendidikan dan
Sosial). Staim Bima.
W. Gulo, 2002, Metodelogi Penelitian, Grasindo, Jakarta.
, 2003. Undang-Undang RI no. 20. Tahun 2003.( Undang-Undang Sisdiknas). Sinar
Grafika. Jakarta.
, 2006. Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Tahun 2005). Fokus Media.
Jakarta.

You might also like