Professional Documents
Culture Documents
Anas berkata, "Antara dua bahu dari baju Umar ra., terdapat empat
tambalan, dan kainnya ditambal dengan kulit. Pernah beliau khutbah di atas
mimbar mengenakan kain yang memiliki 12 tambalan.301 Ketika melaksana-kan
ibadah haji beliau hanya menggunakan 16 dinar, sementara beliau berkata kepada
anaknya, "Kita terlalu boros dan berlebihan."
Beliau tidak pernah bernaung di bawah sesuatu, tetapi beliau akan
meletakkan kainnya di atas pohon kemudian bernaung di bawahnya. Beliau tidak
memiliki kemah ataupun tenda.302
Ketika memasuki negeri Syam saat penaklukan Baitul Maqdis beliau
mengendarai seekor unta yang telah tua. Kepala beliau yang botak bersinar
terkena matahari. Waktu itu beliau tidak mengenakan topi ataupun sorban. Kaki
beliau menjulur ke bawah kendaraan tanpa pelana. Beliau membawa satu kantong
yang terbuat dari kulit yang digunakan sebagai alas untuk tidur jika beliau
berhenti turun.
Ketika singgah di Baitul Maqdis beliau segera memanggil pemimpin
wilayah itu dan berkata, "Panggil kemari pemimpin wilayah ini." Orang-orang
segera memanggilnya, ketika hadir Umar ra. berkata padanya, "Tolong cucikan
bajuku ini sekaligus jahitkan dan pinjami aku baju." Maka dibawakan kepada
beliau baju yang terbuat dari katun. Beliau bertanya, 'Apa ini?" Dikatakan
kepadanya bahwa baju ini dibuat dari katun. Beliau bertanya kepada mereka,
"Apa itu katun?" Mereka memberitahukan kepadanya apa itu katun. Umar ra.
segera melepas bajunya lalu mencuci kemudian menjahitnya. Setelah kering
beliau mengenakannya kembali. Melihat hal tersebut pemimpin wilayah itu
berkata padanya, "Engkau adalah penguasa Arab, di negeri ini tidak pantas
seseorang mengendarai unta." Maka segera dibawakan kepadanya kuda yang
bagus. Umar ra. segera melepas pelana dan pedalnya lalu menaikinya. Ketika
Umar ra. mulai mengendarainya, kuda tersebut berjalan dengan liar, beliau segera
memerintahkan kepada orang yang bersamanya, "Tahan kuda ini! Aku tidak
mengira jika orang-orang di sini suka mengendarai setan-setan, tolong berikan
untaku kembali!" Setelah itu beliau turun dan kembali mengendarai untanya.303
Diriwayatkan dari Anas ia berkata, "Aku pernah bersama Umar ra., kemudian
beliau masuk ke kebun untuk buang hajat -sementara jarak antara aku dan
dirinya hanyalah pagar kebun- aku dengar ia berkata sendiri, "Hai Umar bin al-
Khaththab, engkau adalah Amirul mukminim, ya... engkau adalah Amirul
mukminin! Demi Allah takutlah engkau kepada Allah SWT. Hai Ibn al-
Khaththab, jika tidak Allah SWT. pasti akan mengadzabmu."304
Disebutkan bahwasanya Umar ra. pernah membawa tempat air di atas
pundaknya. Sebagian orang mengkritiknya, namun beliau berkata, "Aku terlalu
kagum terhadap diriku sendiri oleh karena itu aku ingin menghina-kannya."
301 Sebagaimana yang dikeluarkan oleh Ibnu Sa'ad dari jalan-jalan yang sahih bersumber dari riwayat Anas. (Ath- Thabaqat
al-
Kubra, 3/328).
302 Ibnu Sa'ad mengeluarkan yang senada dalam ath-Thabaqat, 3/279.
303 Lihat Ibn Jauzi, Manaqib Umar, Him. 151.
304 Dikeluarkan oleh Ibnu Sa'ad dalam ath-Thabaqat, 3/292 dengan sanad yang shahih
Pernah beliau melaksanakan Shalat Isya’ bersama kaum muslimin, setelah itu
beliau segera masuk ke rumah dan masih terus mengerjakan shalat hingga fajar
tiba."
Pada waktu tahun paceklik dan kelaparan beliau tidak pernah makan kecuali
roti dan minyak hingga kulit beliau berubah menjadi hitam, beliau berkata,
"Akulah sejelek-jelek penguasa apabila aku kenyang sementara rakyatku
kelaparan."
Pada wajah beliau terdapat dua garis hitam disebabkan banyak mena-ngis.
Terkadang beliau mendengar ayat Allah SWT. dan jatuh pingsan karena perasaan
takut, hingga terpaksa dibopong ke rumah dalam keadaan pingsan. Kemudian
kaum muslimin menjenguk beliau beberapa hari, padahal beliau tidak memiliki
penyakit yang membuat beliau pingsan kecuali perasaan takutnya.305
Thalhah bin Ubaidillah berkata, "Suatu ketika Umar ra. keluar dalam
kegelapan malam dan masuk ke salah satu rumah, maka pada pagi hari aku
mencari rumah tersebut dan aku datangi, ternyata dalam rumah itu terdapat
seorang perempuan tua yang buta sedang duduk. Aku tanyakan kepadanya,
"Mengapa lelaki ini (Umar ra.) datang ke rumahmu?" Wanita itu menjawab, "Ia
selalu mengunjungiku setiap beberapa hari sekali untuk membantuku membersihkan
dan mengurus segala keperluanku." Aku berkata kepada diriku,
"Celakalah dirimu wahai Thalhah, kenapa engkau memata-matai Umar ra.?"
Aslam Maula Umar berkata, "Pernah datang ke Madinah satu rombo-ngan
saudagar, mereka segera turun di mushalla, maka Umar ra. berkata kepada
Abdurrahman bin Auf, 'Bagaimana jika malam ini kita menjaga mereka?'
Abdurrahman berkata, 'Ya, aku setuju!' Maka keduanya menjaga para saudagar
tersebut sepanjang malam sambil shalat. Namun tiba-tiba Umar ra. mendengar
suara anak kecil menangis, segera Umar ra. menuju tempat anak itu dan bertanya
kepada ibunya, 'Takutlah engkau kepada Allah SWT. dan berbuat baiklah dalam
merawat anakmu.' Kemudian Umar ra. kembali ke tempatnya. Kemudian ia
mendengar lagi suara bayi itu dan ia mendatangi tempat itu kembali dan bertanya
kepada ibunya seperti pertanyaan beliau tadi.
Setelah itu Umar ra. kembali ke tempatnya semula. Di akhir malam dia
mendengar bayi tersebut menangis lagi. Umar ra. segera mendatangi bayi itu dan
berkata kepada ibunya, 'Celakalah engkau, sesungguhnya engkau adalah ibu yang
buruk, kenapa aku mendengar anakmu menangis sepanjang malam?' Wanita itu
menjawab, 'Hai tuan, sesungguhnya aku berusaha menyapihnya dan memalingkan
perhatiannya untuk menyusu tetapi dia masih tetap ingin menyusu.' Umar ra.
bertanya, 'Kenapa engkau akan menyapihnya?' Wanita itu menjawab, 'Karena
Umar ra. hanya memberikan jatah makan terhadap anak-anak yang telah disapih
saja.' Umar ra. bertanya kepadanya, 'Berapa usia anakmu?' Dia menjawab, 'Baru
beberapa bulan saja.' Maka Umar ra. berkata, 'Celakalah engkau kenapa terlalu
cepat engkau menyapihnya? Maka ketika shalat subuh bacaan beliau nyaris tidak
terdengar jelas oleh para makmum disebabkan tangisnya.
Lihat Tafsir al-Quran al-Azhim karya Ibn Katsir, 7/4Q7, ketika menafsirkan ayat yang berbunyi, "Sesungguhnya
305
Adzab
Rabbmu pasti akan terjadi." Lihat pula ad-Durar al-Mantsur karya as-Suyuti, 6/118.
Beliau berkata, 'Celakalah engkau hai Umar berapa banyak anak-anak bayi
kaum muslimin yang telah engkau bunuh.' Setelah itu ia menyuruh salah seorang
pegawainya untuk mengumumkan kepada seluruh orang, Janganlah kalian terlalu
cepat menyapih anak-anak kalian, sebab kami akan memberikan jatah bagi setiap
anak yang lahir dalam Islam.' Umar ra. segera menyebarkan berita ini ke seluruh
daerah kekuasaannya."306
Aslam berkata, "Pernah suatu malam aku keluar bersama Umar ra. ke luar
kota Madinah. Kami melihat ada sebuah tenda dari kulit, dan segera kami datangi,
ternyata di dalamnya ada seorang wanita sedang menagis. Umar ra. bertanya
tentang keadaannya, dan dia menjawab, 'Aku adalah seorang wanita Arab yang
akan bersalin (melahirkan) sedang tidak memiliki apapun.' Umar ra. menangis dan
segera berlari menuju rumah Ummu Kaltsum binti Ali bin Abi Thalib -istrinya-,
dan berkata, 'Apakah engkau mau mendapatkan pahala yang akan Allah SWT.
karuniakan kepadamu?' Segera Umar ra. memberitakan padanya mengenai wanita
yang dilihatnya tadi, maka istrinya berkata, 'Ya, aku akan membantunya.' Umar
ra. segera membawa satu karung gandum beserta daging di atas bahunya,
sementara Ummu Kaltsum membawa peralatan yang dibutuhkan untuk bersalin,
keduanya berjalan mendatangi wanita tersebut. Sesampainya di sana Ummu
Kaltsum segera masuk ke tempat wanita itu, sementara Umar ra. duduk bersama
suaminya -yang tidak mengenal Umar ra.-sambil berbincang-bincang.
Akhirnya wanita itu berhasil melahirkan seorang bayi. Ummu Kaltsum
berkata kepada Umar ra., 'Wahai Amirul mukminin sampaikan berita gembira
kepada suaminya bahwa anaknya yang baru lahir adalah lelaki. Ketika lelaki itu
mendengar perkataan Amirul Mukminin ia merasa sangat kaget dan minta maaf
kepada Umar ra.. Namun Umar ra. berkata kepadanya, 'Tidak mengapa.' Setelah
itu Umar ra. memberikan kepada mereka nafkah dan apa yang mereka butuhkan
lantas beliaupun pulang."
Aslam berkata, "Suatu malam aku keluar bersama Umar bin al-Khaththab
ra.ke dusun Waqim. Ketika kami sampai di Shirar307 kami melihat ada api yang
dinyalakan. Umar ra. berkata, 'Wahai Aslam di sana ada musafir yang
kemalaman, mari kita berangkat menuju mereka.' Kami segera mendatangi
mereka dan ternyata di sana ada seorang wanita bersama anak-anaknya sedang
menunggu periuk yang diletakkan di atas api, sementara anak-anaknya sedang
menangis, Umar ra. bertanya, 'Assalamu alaiki wahai pemilik api.' Wanita itu
menjawab, 'Wa alaika as-Salam', Umar ra. berkata, 'Kami boleh mendekat?’ Dia
menjawab, 'Silahkan!’ Umar ra. segera mendekat dan bertanya, 'Ada apa gerangan
dengan kalian?' Wanita itu menjawab, 'Kami kemalaman dalam perjalanan serta
kedinginan.' Umar ra. kembali bertanya, 'Kenapa anak-anak itu menagis?’Wanita
itu menjawab, 'Karena lapar.' Umar ra. kembali bertanya, 'Apa yang engkau
masak di atas api itu?’ Dia menjawab, Air agar aku dapat menenangkan mereka
hingga tertidur. Dan Allah SWT. kelak yang akan jadi hakim antara kami dengan
Umar ra..'
306Dikeluarkan oleh Ibnu Sa'ad dalam Thabaqat, 3/302 dengan sanadnya dari jalan Abdullah bin Umar.
307Shirar adalah sebuah sumur yang berjarak sekitar 3 mil dari kota Madinah, menghadap ke kampung. (Mu'jam al-Ma'alim
al-
Jughrafiyah, 175).
Maka Umar ra. menangis dan segera berlari pulang menuju gudang tempat
penyimpanan gandum. la segera mengeluarkan sekarung gandum dan satu ember
daging, sambil berkata, 'Wahai Aslam naikkan karung ini ke atas pundakku.'
Aslam berkata, 'Biar aku saja yang membawanya untukmu.' Umar ra. menjawab,
'Apakah engkau mau memikul dosaku kelak di hari Kiamat?’ Maka beliau segera
memikul karung tersebut di atas pundaknya hingga mendatangi tempat wania itu.
Setelah meletakkan karung tersebut beliau segera mengeluarkan gandum dari
dalamnya dan memasukkannya ke dalam periuk. Setelah itu ia memasukkan
daging ke dalamya. Umar ra. berusaha meniup api di bawah periuk hingga asap
menyebar di antara jenggotnya untuk beberapa saat. Setelah itu Umar ra.
menurunkan periuk dari atas api dan berkata, 'Berikan aku piring kalian!'. Setelah
piring diletakkan segera Umar ra. menuangkan isi periuk ke dalam piring itu dan
menghidangkannya kepada anak-anak wanita itu dan berkata, 'Makanlah!’ Maka
anak-anak itu makan hingga kenyang, wanita itu berdoa untuk Umar ra. agar
diberi ganjaran pahala sementara dia sendiri tidak mengenal Umar ra..
Umar ra. masih bersama mereka hingga anak-anak itu tertidur pulas. Setelah
itu Umar ra. memberikan kepada mereka nafkah lantas pulang. Umar ra. berkata
kepadaku, 'Wahai Aslam sesungguhnya rasa laparlah yang membu-at mereka
begadang dan tidak dapat tidur'."308
KISAH TERBUNUHNYA UMAR RA.
Ringkasnya, ketika Umar ra. selesai melaksanakan ibadah haji pada tahun
23 H beliau sempat berdoa kepada Allah SWT. di Abthah, mengadu kepada Allah
SWT. tentang usianya yang telah senja, kekuatannya telah melemah, sementara
rakyatnya tersebar luas dan ia takut tidak dapat menjalankan tugas dengan
sempurna. Ia berdoa kepada Allah SWT. agar Allah SWT. mewafatkannya309 dan
berdoa agar Allah SWT. memberikan syahadah (mati syahid) serta dimakamkan di
negeri hijrah (yaitu Madinah, sebagaimana yang terdapat dalam shahih Muslim bahwa
Umar ra. pernah berkata, "Ya Allah, aku bermohon kepadamu menda-patkan syahadah
(mati syahid) di atas jalanMu dan wafat di tanah NabiMu." 310 Maka Allah SWT.
mengabulkan doanya ini dan memberikan kedua permohonan-nya tersebut, yaitu mati
syahid di Madinah. Ini adalah perkara yang sulit namun Allah Maha lembut kepada
hambaNya. Akhirnya beliau ditikam oleh Abu Lu'lu'ah Fairuz -seorang yang aslinya
beragama Majusi dan tinggal di Romawi-311 ketika Umar ra. shalat di mihrab pada waktu
Subuh hari Rabu tanggal 25 Dzulhijjah tahun 23 H dengan belati yang memiliki dua mata.
Abu Lu'lu'ah menikamnya tiga tikaman -ada yang mengatakan enam tikaman-, satu di
bawah pusarnya hingga terputus urat-urat dalam perut beliau 312 akhirnya Umar ra. jatuh
308 Dikeluarkan oleh Ahmad dalam kitab Fadhailas-Shahabah, no. 382 dan Muhaqq/q kitab itu berkomentar, "sanadnya
Hasan."
Lihat Tarikh ath-Thabari, 4/ 205-206.
309 Ibnu Sa'ad juga megeluarkan semakna dengan ini dalam ath-Thabaqat al-Kubra, 3/335.
310 Diriwayatkan al-Bukhari dalam Shahihnya, kitab FadhailMadinah, bab Karahiyatu an-Nabian Tu'ra al-Madinah, (4/100
Fathul Bari).
311 Ath-Thabari berkata 4/190, "Dia beragama Nasrani," dalam jilid 4/190 dia berkata, "Abu Lu'luah berasal dari Nahawand,
setelah itu dia ditawan orang Romawi, setelah itu dia ditawan oleh tentara kaum muslimin."
312 As-Sifaq yaitu daerah sekitara pusar berupa kulit yang tipis yang terletak di bawah kulit luar dan di atas daging.
{Lisanu/Arab10/203).
tersungkur dan menyuruh Abdurrahman bin Auf agar menggan-tikannya menjadi imam
shalat. Kemudian orang kafir itu (Abu Lu'lu'ah) berlari ke belakang, sambil menikam
seluruh orang yang dilaluinya. Dalam peristiwa itu sebanyak 13 orang terluka dan 6 orang
dari mereka tewas.313 Maka segera Abdullah bin Auf314 menangkapnya dengan
melemparkan humus (baju panjang yang memiliki penutup kepala, pent.) untuk
menjeratnya, kemudian Abu Lu'lu'ah bunuh diri, semoga Allah SWT. melaknatnya.
Waktu itu Umar ra. segera dibawa ke rumahnya sementara darah mengalir deras dari
luka-lukanya. Hal itu terjadi sebelum matahari terbit. Umar ra. berkali-kali jatuh pingsan
dan sadar, kemudian orang-orang mengingatkannya shalat, beliau sadar sambil berkata,
"Ya aku akan shalat dan tidak ada bagian dari Islam bagi orang yang meninggalkan
shalat." Kemudian beliau shalat, setelah shalat beliau bertanya siapa yang menikamnya?"
Mereka menjawab, "Abu Lu'lu'ah budak al-Mughirah bin Syu'bah." Beliau berkata,
"Alhamdulillah yang telah menentukan kematianku di tangan seseorang yang tidak
beriman dan tidak pernah sujud kepada Allah SWT. sekalipun."
Kemudian Umar ra. berkata, "Semoga Allah SWT. memberikan kejelekan baginya,
kami telah menyuruhnya suatu perkara yang baik. Al-Mughirah memberinya gaji
sebanyak dua dirham per hari, kemudian ia menuntut Umar ra. agar gaji budaknya itu
ditambah karena budaknya memiliki banyak keahlian dan merangkap beberapa profesi,
yaitu sebagai tukang kayu, pemahat dan tukang besi, maka Umar ra. menaikkan gajinya
menjadi 100 dirham perbulan. Umar ra. berkata padanya, "Kami dengar bahwa dirimu
mampu membuat penumbuk gandum yang berputar di udara (kincir)?" Abu Lu'lu'ah
menjawab, "Demi Allah aku akan memberitahukan kepadamu tentang penumbuk
gandum yang akan menjadi pembicaraan manusia di timur dan barat-percakapan
ini terjadi pada hari selasa di malam hari- dan ternyata dia menikamnya tepat pada
hari Rabu di pagi hari pada 25 Dzulhijjah. Kemudian Umar ra. mewasiat-kan agar
penggantinya yang menjadi Khalifah dimusyawarahkan oleh enam orang yang
Rasulullah saw. wafat dalam keadaan ridha kepada mereka, yaitu, Utsman ra., Ali,
Thalhah, az-Zubair, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash Beliau tidak
menyebutkan Sa'id bin Zaid bin Amr bin Nufail al-Adawi, sebab Sa'id berasal dari
kabilah Umar ra. dan dikhawatirkan kelak dirinya terpilih disebabkan
kekerabatannya yang dekat dengan Umar ra.. Umar mewasiatkan kepada siapa
yang akan menggantikannya untuk berbuat yang terbaik kepada seluruh manusia
dengan berbagai macam tingkatan mereka.
Akhirnya Umar ra. wafat tiga hari setelah peristiwa itu, beliau dikebumi-kan
pada hari Ahad di awal bulan Muharrarm tahun 24 H dan dikebumikan di Kamar
Nabi di samping Abu Bakar ash-Shiddiq, setelah mendapat izin dari Ummul
313 Dalam Thabaqat Ibnu Sa'ad, 3/337 dari riwayat Hushain dari Amr bin Maimun bahwa yang terbunuh sembilan orang,
dan
mungkin itu adalah kekeliruan, sebab yang terdapat dalam Shahih al- Bukhari sebagaimana kelak akan diterangkan hanya
tujuh orang yang tewas, dan riwayat ini dari Hushain dari Amr dari Maimun.
314 Al-Hafizh Ibn Hajar berkata dalam Fathul Bari, 7/ 63, -'Di dalam Zail al-Istiab karya Ibn Fathun dari jalan Sa'id bin
Yahya al-
Umawi dengan sanadnya dia berkata, "Ketika melihat tragedi ini maka salah seorang dari Muhajirin yang bernama Hatthan
at-Tamimim al-Yarbu'i melemparkan mantelnya." Dan dikatakan bahwa Riwayat ini yang paling shahih dibandingkan
riwayat
Ibnu Sa'ad yang memiliki sanad dhaif dan munqati' yang menyatakan bahwa lelaki itu adalah Abdullah bin 'Auf, yang
kemudian memenggal kepalanya, dia berkata, "3ika jalan ini benar maka bisa jadi kedua orang ini sama-sama bersekutu
dalam membunuhnya."
Mukminin ‘Aisyah ra.
Al-Waqidi berkata, "Aku diberitahukan oleh Abu Bakar bin Ismail bin
Muhammad bin Sa'ad dari ayahnya dia berkata, 'Umar ra. ditikam pada hari Rabu
25 Dzulhijjah tahun 23 H. Masa kepemimpinannya selama 10 tahun 5 bulan 21
malam, sementara pelantikan Utsman ra. terjadi pada hari senin pada tanggal 3
Muharram, ketika aku sebutkan hal ini pada Utsman bin Akhnas, dia berkata,
'Engkau keliru'. Umar ra. wafat 25 Dzulhijjah dan Utsman ra. dilantik pada malam
terakhir dari bulan Dzulhijjah. Dengan demikian, ia memulai kekhalifahannya
pada awal bulan Muharram tahun 24 H."315
Abu Ma'syar berkata, "Umar ra. Terbunuh pada tanggal 25 bulan Dzulhijjah
tepat di penghujung tahun 23 H. Masa kekhalifahannya adalah 10 tahun 6 bulan 4
hari. Setelah itu Utsman ra. dibai'at316 menjadi khalifah.
Ibnu Jarir berkata, "Aku diberitahukan oleh Hisyam bin Muhammad dia
berkata, 'Umar ra. terbunuh pada tanggal 23 bulan Dzulhijjah dan masa
kekhalifahannya adalah 10 tahun 6 bulan dan empat hari'."317
Riwayat AI-Bukhari Tentang Peristiwa Terbunuhnya Umar
ra.318
Al-Bukhari berkata, "Kami diberitahukan oleh Musa bin Ismail, dia berkata,
kami diberitahukan oleh Abu 'Awanah dari Husain dan Amru bin Maimun, dia
berkata, aku pernah melihat Umar bin al-Khaththab ra.beberapa hari sebelum
dirinya terbunuh, di Madinah sedang berbicara kepada Hudzaifah bin al-Yaman
dan Utsman bin Hunaif, ia berkata, 'Apa yang telah kalian perbuat? Apakah kalian
takut telah membebani pajak bumi yang memberatkan dan tidak sanggup dibayar
pemiliknya?' Keduanya menjawab, 'Kami mem-bebani pajak bumi dengan
sepantasnya, tidak terlalu banyak.’ Umar ra. berkata, 'Hendaklah kalian berdua
meninjau ulang, jangan-jangan kalian telah mem-bebani pajak bumi yang tidak
sanggup dipikul oleh para pemiliknya.' Keduanya berkata, 'Tidak.' Umar ra.
melanjutkan, 'Jika Allah SWT. masih memberikan kepadaku umur yang panjang,
maka akan aku tinggalkan para janda-janda di Irak dalam keadaan tidak lagi
membutuhkan para pria setelah aku wafat'."
Empat hari setelah itu beliau terbunuh. Amru bin Maimun berkata, "Pada
pagi terbunuhnya Umar ra. aku berdiri dekat sekali dengan Umar ra.. Peng-halang
antara aku dan beliau hanyalah Abdullah bin Abbas. Kebiasaannya jika beliau
berjalan di sela-sela shaf beliau selalu berkata, 'Luruskan.' Setelah melihat barisan
telah rapat dan lurus beliau maju dan mulai bertakbir. Pada waktu itu mungkin
beliau sedang membaca surat Yusuf atau an-Nahl atau-pun surat yang lainnya
pada rakaat pertama hingga seluruh jama'ah hadir berkumpul. Ketika beliau
bertakbir tiba-tiba aku mendengar beliau menjerit, 'Aku dimakan anjing (aku
ditikam).'
315 Ath-Thabaqat al-Kubra, 3/365, Tarikh ath-Thabari, 4/193.
316 Tarikh ath-Thabari, 4/194.
317 Ibid.
318 Tulisan ini adalah tambahan dari naskah aslinya, sengaja kita sebutkan karena begitu pentingnya isi dalamnya dan
sekaligus bersumber dari jalan yang shahih.
Ternyata beliau ditikam oleh seorang budak, kemudian budak kafir itu lari
dengan membawa pisau belati bermata dua. Setiap kali melewati orang-orang dia
menikamkan belatiya ke kanan maupun kiri hingga menikam 13 orang kaum
muslimin dan 7 di antara mereka tewas. Ketika salah seorang dari kaum mulimin
melihat peristiwa itu ia melemparkan humus (baju ber-penutup kepala) untuk
menangkapnya. Ketika budak kafir itu yakin bahwa dia akan tertangkap dia
langsung bunuh diri. Umar ra. segera menarik tangan Abdurrahman dan
meyuruhnya maju menjadi imam. Siapa saja yang berdiri di belakang Umar ra.
pasti akan melihat apa yang aku lihat. Adapun orang-orang yang berada di sudutsudut
masjid, mereka tidak tahu apa yang telah terjadi hanya saja mereka tidak
lagi mendengar suara Umar ra., di antara mereka ada yang mengatakan,
'Subhanallah.'
Maka akhirnya Abdurrahman yang menjadi imam shalat mereka dan ia
sengaja memendekkan shalat. Selesai orang-orang mengerjakan shalat, Umar ra.
berkata, 'Wahai Ibnu Abbas lihatlah siapa yang telah menikamku.' Ibnu Abbas
pergi sesaat kemudian kembali sambil berkata, 'Pembunuhmu adalah budak milik
al-Mughirah'. Umar ra. bertanya, 'Budaknya yang lihai bertukang itu?' Ibnu Abbas
menjawab, 'Ya.' Umar ra. berkata, 'Semoga Allah SWT. membinasa-kannya,
padahal aku telah menyuruhnya kepada kebaikan, Alhamdulillah yang telah
menjadikan sebab kematianku di tangan orang yang tidak ber-agama Islam,
engkau dan ayahmu (Abbas) menginginkan agar budak-budak kafir itu banyak
tinggal di Madinah'."
Pada waktu itu Abbas yang paling banyak memiliki budak, Abbas pernah
berkata kepada Umar ra., "Jika engku mau budak-budak itu akan kami bunuh."
Umar ra. menjawab, "Engkau salah, bagaimana membunuh mereka setelah
mereka mulai berbicara dengan menggunakan bahasa kalian, shalat menghadap ke
arah qiblat kalian dan melaksanakan haji sebagaimana kalian melaksanakannya?"
Umar ra. segera dibawa ke rumahnya. Kami berangkat bersama-sama
mengikutinya. Seolah-olah kaum muslimin tidak pernah mendapat musibah
sebelumnya, ada yang berkomentar, "Lukanya tidak parah." Dan ada juga yang
berkata, "Aku khawatir ia akan tewas." Setelah itu dibawakan kepada-nya
minuman nabidz dan ia meminumnya, tetapi minuman tersebut keluar kembali
dari perutnya yang ditikam. Kemudian dibawakan kepadanya susu dan ia
meminumnya, namun susu tersebut tetap keluar lagi dari bekas lukanya, maka
yakinlah mereka bahwa Umar ra. tidak tertolong lagi dan ia pasti akan tewas,
maka kami masuk menjenguknya, sementara orang-orang berdatangan
mengucapkan pujian atas dirinya. Tiba-tiba datang seorang pemuda dan berkata,
"Bergembiralah wahai Amirul Mukminin dengan berita gembira dari Allah SWT.
untukmu, engkau adalah sahabat Rasulullah saw., pendahulu Islam, engkau
menjabat pemimpin dan engkau berlaku adil, kemudian engkau diberikan Allah
SWT. syahadah (mati Syahid)." Umar ra. menjawab, 'Aku ber-harap seluruh
perkara yang engkau sebutkan tadi cukup untukku, tidak lebih ataupun kurang."
Tatkala pemuda itu berbalik ternyata pakaiannya terjulur hingga menyentuh lantai.
Umar ra. memanggilnya dan berkata, "Wahai saudaraku, angkatlah pakaianmu
sesungguhnya hal itu akan lebih bersih bagi pakaianmu dan lebih
menaikkan ketaqwaanmu kepada Rabbmu. Wahai Abdullah bin Umar ra. lihatlah
berapa hutangku." Mereka hitung dan ternyata jumlahnya lebih kurang sebanyak
86.000. Umar ra. berkata, "Jika harta keluarga Umar ra. cukup untuk melunasinya
maka bayarlah dari harta mereka, jika belum juga lunas minta-lah kepada Bani
Adi bin Ka'ab dan jika ternyata belum juga cukup maka mintalah pada kaum
Quraisy dan jangan minta kepada selain mereka. Maka tunaikan hutang-hutangku,
berangkatlah engkau sekarang ke rumah Aisyah -ummul mukminin- dan katakan,
"Umar ra. menyampaikan salam kepadanya dan jangan kau katakan salam dari
Amirul mukminin, sebab sejak hari ini aku tidak lagi menjadi Amirul mukminin,
katakan kepadanya bahwa Umar bin al-Khaththab ra.minta izin agar dapat
dimakamkan di samping dua sahabatnya. Maka Abdullah bin Umar ra. segera
mengucapkan salam dan minta izin masuk kepada ‘Aisyah ra., dan ternyata ia
sedang duduk menangis. Abdullah bin Umar ra. berkata, "Umar bin al-Khaththab
ra.mengucapkan salam untukmu dan ia minta izin agar dapat dimakamkan di sisi
kedua sahabatnya." Aisyah menjawab, "Sebenarnya aku menginginkan agar
tempat tersebut menjadi tempatku kelak jika mati, namun hari ini aku harus
mengalah untuk Umar ra.."
Ketika Abdullah bin Umar ra. kembali, maka ada yang mengatakan, Lihatlah
Abdullah bin Umar ra. telah datang. Umar ra. berkata, "Angkatlah aku." Salah
seorang menyandarkan Umar ra. ke tubuh anaknya Abdullah bin Umar ra..
Umar ra. bertanya kepadanya, "Apa berita yang engkau bawa?" Dia
menjawab, "Sebagaimana yang engkau inginkan wahai Amirul mukminin, Aisyah
telah mengizinkan dirimu." (dimakamkan di sisi dua sahabatmu, pent.) Maka
Umar ra. berkata, "Alhamdulillah, tidak ada yang lebih penting bagiku selain
dari itu, jika aku wafat maka bawalah jenazahku ke sana dan katakan, 'Umar bin
al-Khaththab ra.minta izin untuk dapat masuk, jika ia memberikan izin maka
bawalah aku masuk, tetapi jika ia menolak, maka bawalah jenazahku ke
pemakaman kaum muslimin." Tiba-tiba datanglah Hafshah beserta rombongan
wanita, ketika kami melihat ia masuk maka kami segera berdiri menghindar,
Hafshah duduk di sisinya dan menangis beberapa saat, tak berapa lama datang
rombongan lelaki minta izin untuk dapat menjenguk Umar ra., maka segera
Hafshah masuk ke dalam sambil mem-persilahkan rombongan lelaki menjenguk
Umar ra.. Sementara kami masih mendengar isak tangisnya dari dalam.
Orang-orang berkata, "Berilah wasiat wahai amirul mukminin, pilihlah
penggantimu!" Umar ra. berkata, "Aku tidak mendapati ada orang yang lebih
berhak untuk memegang urusan ini (menjadi khalifah) selain dari enam orang
yang Rasulullah saw. rela atas mereka ketika wafatnya." Umar ra. menye-butkan
nama mereka, Ali, Utsman ra., az-Zubair, Thalhah, Sa'ad dan Abdurrahman.
Beliau berkata, "Yang menjadi saksi kalian adalah Abdullah bin Umar ra., dan ia
tidak berhak dipilih. Jika kelak yang terpilih Sa'ad maka dia berhak untuk itu, jika
tidak maka hendaklah kalian memintanya agar menunjuk siapa yang berhak di
antara kalian, sebab aku tidak pernah mencopotnya disebabkan dia berkhianat
ataupun kelemahannya. Aku wasiatkan kepada Khalifah setelahku agar
memperhatikan kaum Muhajirin yang terdahulu keislamannya, hendaklah dijaga
dan diperhatikan hak-hak maupun kehormatan mereka. Aku juga wasiatkan
kepada penggantiku kelak agar memperhatikan kaum Anshar sebaik mungkin.
Merekalah orang-orang yang telah menyiapkan kampung halaman beserta rumah
mereka untuk menampung kaum Muhajirin dan orang-orang yang beriman.
Hendaklah kebaikan mereka dihormati dan diterima dengan baik, dan kejelekan
mereka hendaklah dimaafkan. Aku wasiatkan kepada pengantiku untuk
memperhatikan seluruh penduduk kota sebab mereka adalah para penjaga Islam,
pemasok harta dan pagar pelindung terhadap musuh. Janganlah diambil dari
mereka kecuali kelebihan dari harta mereka dengan kerelaan hati mereka. Aku
wasiatkan juga kepada penggantiku kelak agar memperhatikan dengan baik orangorang
Arab pedalaman, sebab mereka adalah asalnya bangsa Arab dan personil
Islam. Hendaklah dipungut dari mereka zakat binatang ternak mereka dan
disalurkan kepada orang-orang yang miskin dari mereka. Aku wasiatkan juga
kepada penggantiku kelak agar menjaga seluruh ahli dzimmah. Hendaklah
perjanjian maupun kesepakatan dengan mereka tetap dipelihara. Dan yang
diperangi itu hendaklah orang-orang kafir selain mereka (selain ahli dzimmah).
Janganlah mereka dibebani dengan hal yang tidak dapat mereka pikul."
Ketika Umar ra. wafat maka kami keluar membawa jenazahnya menuju
rumah ‘Aisyah ra., Abdullah bin Umar ra. mengucapkan salam sambil berkata,
"Umar ra. bin al-Khaththab ra.minta izin agar dapat masuk." ‘Aisyah ra.
menjawab, Bawalah ia masuk." Maka jenazah Umar ra. dibawa masuk dan
dikebumikan di tempat itu bersama kedua sahabatnya.319
Umurnya Ketika Wafat
Masih diperselisihkan berapa usia Umar ra. ketika ia wafat, dalam masalah
mi terdapat sepuluh pendapat. Kemudian Ibnu Katsir menyebutkan sembilan
pendapat saja dengan memulai pendapat yang didahulukan oleh Ibnu Jarir dalam
tarikhnya.
Ibnu Jarir berkata, "Kami diberitahukan oleh Zaid bin Akhzam ia berkata,
Kami diberitahukan oleh Abu Qutaibah dari Jarir bin Hazim dari Ayyub dari Xafi'
dari Abdullah bin Umar ra. ia berkata, "Umar ra. terbunuh ketika berusia 55
tahun, ad-Darawardi meriwayatkan dari Ubaidullah bin Umar, dari Nafi’ dari
Abdullah bin Umar ra.. Demikian pula Abdur Razzaq mangatakan yang sama dari
riwayat Ibnu Juraij dari az-Zuhri, adapun Ahmad meriwayatkanya dari Hasyim
dari Ali bin Zaid dari Salim bin Abdullah bin Umar ra..320
Setelah itu ia menyebutkan pendapat lain, "Diriwayatkan dari Amir as-
Sya'bi, dia berpendapat, "Ketika Umar ra. wafat ia berusia enam puluh tiga
tahun."321 Menurutku, inilah pendapat yang masyhur. Ia juga menyebutkan
319 Kitab Fadhail Shahabah, Bab Qissatul Bai'ah, (7/59 dari Fathut Ban).
320 Tarikhath-Thabari,4l\97
321 Ibid 4/198, Ibnu Sa'ad menyebutkan hal yang semakna dalam Thabaqat, 3/365 dari dua jalan Dari Abu Ishaq as-Sabi'iy
dan Amir Ibnu Sa'ad dari Jarir bahwa dia pernah mendengar Muawiyah berkata, "Umar wafat ketika berusia enam puluh
tiga tahun." Al-Waqidi berkata, "Hadits ini tidak kami ketahui pernah terdengar di Madinah, pendapat yang paling kuat
menurut kami bahwa dia wafat ketika berusia enam puluh tahun." Menurutku, Isnad Ibnu Sa'ad lemah di dalamnya terdapat
Hariz Maula Muawiyah, berkata al-Hafizh mengenai diri perawi ini dalam at-Taqrib no. 1195, "Dia majhul(tidak di kenal)
dari thabaqah ke tiga."
pendapat al-Madaini, "Umar ra. wafat ketika berusia lima puluh tujuh tahun."322
322