You are on page 1of 24

Mengatasi Kesulitan Belajar

Pada Anak

Written by Helex Wirawan


Monday, 23 February 2009 04:01
Pendahuluan
Sebagai seorang guru yang sehari-hari mengajar di sekolah, tentunya tidak jarang harus
menangani anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Anak-anak yang sepertinya
sulit sekali menerima materi pelajaran, baik pelajaran membaca, menulis, serta berhitung. Hal
ini terkadang membuat guru menjadi frustasi memikirkan bagaimana menghadapi anak-anak
seperti ini. Demikian juga para orang tua yang memiliki anak-anak yang memiliki kesulitan
dalam belajar. Harapan agar anak mereka menjadi anak yang pandai, mendapatkan nilai yang
baik di sekolah menambah kesedihan mereka ketika melihat kenyataan bahwa anak-anak
mereka kesulitan dalam belajar.
Akan tetapi yang lebih menyedihkan adalah perlakuan yang diterima anak yang mengalami
kesulitan belajar dari orang tua dan guru yang tidak mengetahui masalah yang sebenarnya,
sehingga mereka memberikan cap kepada anak mereka sebagai anak yang bodoh, tolol,
ataupun gagal.
Fenomena ini kemudian menjadi perhatian para ilmuan yang tertarik dengan masalah
kesulitan belajar. Keuntungannya ialah, mereka mencoba menemukan metode-metode yang
dapat digunakan untuk membantu anak-anak yang mengalami kesulitan belajar tersebut tetap
dapat belajar dan mencapai apa yang diharapkan guru dan orang tua.
Dalam tulisan ini, kita akan mendapati apa sebenarnya yang dimaksud masalah kesulitan
belajar, factor apa yang menjadi penyebabnya, serta metode yang dapat digunakan untuk
membantu anak yang mengalami masalah kesulitan belajar.
Definisi Kesulitan Belajar

Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar.
Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa
yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat, terkadang
semangatnya tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian kenyataan
yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya
dengan aktifitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. perbedaan individu ini
pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik. “dalam keadaan di
mana anak didik / siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan
kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah.
Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan
orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu
disebabkan karena factor intelligensi yang rendah (kelaianan mental), akan tetapi dapat juga
disebabkan karena faktor lain di luar intelligensi. Dengan demikian, IQ yang tingi belum tentu
menjamin keberhasilan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar
adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam
mencapai hasil belajar.
Jenis Kesulitan Belajar

Jenis kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut :

Dilihat dari jenis kesulitan belajar :


ada yang berat
ada yang sedang

Dilihat dari bidang studi yang dipelajari :


ada yang sebagian bidang studi yang dipelajari, dan
ada yang keseluruhan bidang studi.

Dilihat dari sifat kesulitannya :


ada yang sifatnya permanen / menetap, dan
ada yang sifatnya hanya sementara

Dilihat dari segi factor penyebabnya :


ada yang Karena factor intelligensi, dan
ada yang karena factor bukan intelligensi
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Masalah kesulitan belajar ini, tentunya disebabkan oleh berbagai factor. Untuk memberikan
suatu bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar, tentunya kita harus mengetahui
terlebih dahulu faktor apa yang menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu :
A. Faktor intern (factor dari dalam diri anak itu sendiri ) yang meliputi:
1). Faktor fisiologi
Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit,
tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran,
memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit factor fisiologis yang perlu kita
perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat
tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran,
kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta,
tuli, bisu, dan lain sebagainya.

2). Faktor psikologis


Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang ada
dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan
sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga termasuk dalam factor psikoogis
ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atu
genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan
anak-anak yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah
walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah
90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah
belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak
atau anak didiknya. Selain IQ factor psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya
masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan
juga tipe anak dalam belajar.

B. Factor ekstern (factor dari luar anak) meliputi ;

1). Faktor-faktor sosial


Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah. Anak-anak
yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda dengan anak-anak yang
cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu juga
bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau
bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.

2). Faktor-faktor non- sosial


Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan
belajar adalah factor guru di sekolah, kemudian alat-alat pembelajaran, kondisi tempat belajar,
serta kurikulum.

Mengatasi Kesulitan Belajar

Anak yang memiliki keterlambatan kemampuan membaca, mengalami kesulitan dalam


mengartikan atau mengenali struktur kata-kata (misalnya huruf atau suara yang seharusnya
tidak diucapkan, sisipan, penggantian atau kebalikan) atau memahaminya (misalnya,
memahami fakta-fakta dasar, gagasan, utama, urutan peristiwa, atau topik sebuah bacaan).
Mereka juga mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakan apa yang telah dibacanya.
Sebagian ahli berargumen bahwa kesulitan mengenali bunti-bunyi bahasa (fonem) merupakan
dasar bagi keterlambatan kemampuan membaca, dimana kemampuan ini penting sekali bagi
pemahaman hubungan antara bunyi bahasa dan tulisan yang mewakilinya. Istilah lain yang
sering dipergunakan untuk menyebutkan keterlambatan membaca adalah disleksia. Istilah ini
sebenarnya merupakan nama bagi salh satu jenis keterlambatan membaca saja. Semasa awal
kanak-kanak, seorang anak yang menderita disleksia mengalami kesulitan dalam mempelajari
bahasa lisan. Selanjutnya ketika tiba masanya untuk sekolah,anak ini mengalami kesulitan
dalam mengenali dan mengeja kata-kata, sehingga pada akhirnya mereka mengalami masalah
dalam memahami maknanya.
Disleksia mempengaruhi 5 hingga 10 persen dari semua anak yang ada. Kondisi ini pertama
kali diketahui pada abad ke sembilan belas, dimana ketika itu disebut dengan buta huruf (word
blindness). Beberapa peneliti menemukan bahwa disleksia cenderung mempengaruhi anak
laki-laki lebih besar disbanding anak perempuan. Tanda-tanda disleksia tidak sulit dikenali,
bila seorang guru dan orangtua cermat mengamatinya. Sebagai contoh, bila anda
menunjukkan sebuah buku yang asing pada seorang anak penderita disleksia, ia mungkin akan
mengarang –ngarang cerita berdasarkan gambar yang ia lihat tanpa berdasarkan tulisan isi
buku tersebut. Bila anda meminta anak tersebut untuk berfokus pada kata-kata dibuku itu, ia
mungkin berusaha untuk mengalihkan permintaan tersebut.. Ketika anda menyuruh anak
tersebut untuk memperhatikan kata-kata, maka kesulitan mebaca pada anak tersebut akan
terlihat jelas. beberapa kesulitan bagi anak-anak penderita disleksia adalah sebagai berikut :
Membaca dengan sangat lambat dan dengan enggan
Menyusuri teks pada halaman buku dengan menggunakan jari telunjuk.
Mengabaikan suku kata, kata-kata, frase, atau bahkan baris teks.
Menambahkan kata-kata atau frase yang tidak ada dalam teks.
Membalik urutan huruf atau suku kata dalam sebuah kata
Salah dalam melafalkan kata-kata, termasuk kata-kata yang sudah dikenal
Mengganti satu kata dengan kata lain, meskipun kata yang digantikan tidak mempunyai arti
dalam konteksnya.
Menyusun kata-kata yang tidak mempunyai arti.
Mengabaikan tanda baca.

Kiat Mengatasi Problem Dysleksia

Cara yang paling sederhana, paling efektif untuk membantu anak-anak penderita dysleksia
belajar membaca dengan mengajar mereka membaca dengan metode phonic. Idealnya anak-
anak akan mempelajari phonic di sekolah bersama guru, dan juga meluangkan waktu untuk
berlatih phonic di rumah bersama orang tua mereka.
Metode phonic ini telah terbukti berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan anak dalam
membaca (Gittelment & Feingold, 1983). Metode phonic ini merupakan metode yang
digunakan untuk mengajarkan anak yang mengalami problem dysleksia agar dapat membaca
melalui bunyi yang dihasilkan oleh mulut. Metode ini dapat ssudah dikemas dalam bentuk
yang beraneka ragam, baik buku, maupun software.
Bagi anda orang tua, berikut ini merupakan ide-ide yang dapat membantu anak anda dengan
phonic dan membaca:
Cobalah untuk menyisihkan waktu setiap hari untuk membaca.

Tundalah sesi jika anak terlalu lelah, lapar, atau mudah marah hingga dapat memusatkan
perhatian.
Jangan melakukan sesuatu yang berlebih-lebihan pada saat pertama;mulailah dengan sepuluh
atau lima belas menit sehari.

Tentukan tujuan yang dapat dicapai : satu hari sebanyak satu halaman dari buku phonics atau
buku bacaan mungkin cukup pada saat pertama.

Bersikaplah positif dan pujilah anak anda ketika dia membaca dengan benar. Ketika dia
membuat kesalahan, bersabarlah dan bantu untuk membenarkan kesalahan. Jika dia ragu-ragu,
berikan waktu sebelum anda terburu-buru memberi bantuan.

Ketika anda membaca cerita bersama-sama, pastikan bahwa anak tidak hanya melafalkan
kata-kata, tetapi merasakannya juga. Tanyakan pendapatnya tentang cerita atau karakter-
karakter dalam cerita tersebut.

Mulailah dengan membaca beberapa halaman pertama atau paragraph dari cerita dengan suara
keras untuk memancing anak. Kemudian mintalah anak membaca terusan ceritanya untuk
mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.

Variasikan aktivitas dengan meluangkan beberapa sesi untuk melakukan permaianan kata-kata
sebagai ganti aktivitas membaca, atau mintalah anak untuk mengarang sebuah cerita, tulislah
cerita tersebut, dan mintalah ia untuk membaca kembali tulisan tersebut.

Jangan membuat sesi ini sebagai pengganti kegiatan membaca dengan suara keras pada anak
anda. Jik anda selalu membacakan cerita waktu tidur, pertahankanlah itu. Ini akan sangat
membantunya mengenal buku dengan punuh kegembiraan.

Berikan hadiah padanya ketika dia melakukan sesuatu dengan sangat baik atau ketika anda
melihat perubahan yang nyata pada nilai-nilainya di sekolah.
Problem Kesulitan Menulis (Dysgraphia)

Dalam sebuah pelatihan menjadi ahli ilmu kesehatan anak, terdapat seorang ahli ilmu
kesehatan yang bernama Stephen yang tidka pernah menulis apapun di atas kertas. Ia
menggunakan mesin ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable) untuk segala sesuatu
laporan pasien, catatan singkat. Kemudian diketahui bahwa Stephen memang tidak dapat
menulis secara jelas. seberapapun ia mencoba dengan keras ia tidak dapat menulis apapun
dengan jelas, sehingga dia dan orang lain tidak dapat membaca tulisan tangannya.
Apa yang dialami Stephen merupakan problem kesulitan menukis (disgraphya). Tentunya
disgraphya ini berbeda dengan tulisan tangan yang jelek. Tulisan tangan yang jelek biasanya
tetap dapat terbaca oleh penulisnya, dan juga dilakukan dalam waktu yang relatif sama dengan
yang menulis dengan bagus. Akan tetapi untuk dysgraphia, anak membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk menulis.
Dalam menulis sesuatu kita membutuhkan penglihatan yang cukup jelas, keterampilan
motorik halus, pengetahuan tentang bahasa dan ejaan, dan otak untuk mengkoordinasikan ide
dengan mata dan tangan untuk menghasilkan tulisan. Jika salah satu elemen tersebut
mengalami masalah maka menulis akan menjadi suatu pekerjaan yang sulit atau tidak
mungkin dilakukan.
Kiat Mengatasi Problem Dysgrapia

Untuk mengatasi problem dysgraphia ini, sangatlah baik apabila kita belajar dari sebuah kasus
anak yang mengalami dysgraphia. Problem dysgraphia muncul pada Stephen saat sekolah
dasar, ia memiliki nilai yang bagus pada masa-masa awal, akan tetapi kemudian nilainya jatuh
dan akhirnya guru Stephen di kelas V memanggilnya, dan juga memanggil orang tuanya.
Guru tersebut meminta orang tua Stephen untuk mengajari Stephen mengetik pada mesin
ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable). Hasilnya nilai dan prestasi Stephen
meningkat secara tajam.
Sebagian ahli merasa bahwa pendekatan yang terbai untuk dysgraphia adalah dengan jalan
mengambil jalan pintas atas problem tersebut, yaitu dengan menggunakan teknologi untuk
memberikan kesmepatan pada anak mengerjakan pekerjaan sekolah tanpa harus bersusah
payah menulis dengan tangannya.
Ada dua bagian dalam pendekatan ini. Anak-anak menulis karena dua alasan : pertama untuk
menangkap informasi yang mereka butuhkan untuk belajar (dengan menulis catatan) dan
kedua untuk menunjukkan pengetahuan mereka tentang suatu mata pelajaran (tes-tes
menulis).
Sebagai ganti menulis dengan tangan, anak-anak dapat:
Meminta fotokopi dari catatan-catatan guru atau meminta ijin untuk mengkopi catatn anak
lain yang memiliki tulisan tangan yang bagus ; mereka dapat mengandalkan teman tersebut
danmengandalkan buku teks untuk belajar.
Belajar cara mengetik dan menggunakan laptop / note book untuk membuat catatan di rumah
dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Menggunakan alat perekam untuk menangkap informasi saat pelajaran
Sebagai ganti menulis jawaban tes dengan tangan, mereka dapat :
Melakukan tes secara lisan
Mengerjakan tes dengan pilihan ganda.
Mengerjakan tes-tes yang dibawa pulang (take – home test) atau tes dalam kelas dengan cara
menegtik.
Bila strategi-strategi di atas tidak mungkin dilakukan Karena beberapa alasan, maka anak-
anak penderita dysgraphia harus diijinkan untuk mendapatkan waktu tambahan untuk tes-tes
dan ujian tertulis.
Keuntungan dari pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini memberikan perbedaan yang
segera tampak pada anak. Dari pada mereka harus bersusah payah mengusaia suatu
keterampilan yang sangat sulit bagi mereka, dan nantinya mungkin akan jarang butuhkan
ketika beranjak dewasa, mereka dapat berkonsentrasi untuk mempelajari keterampilan lain,
dan dapat menunjukkan apa yang mereka ketahui. Hal ini membuat mereka merasa lebih baik
berkenaan dengan sekolah dan diri mereka sendiri. tidka ada alasan untuk menyangkal
kesempatan bagi seorang anak yang cerdas untuk meraih kesuksesan di sekolah. selain itu,
karena pendidikan sangatlah penting bagi masa depan anak, maka tidak sepadan resiko
membiarkan anak menjadi semakin lama semakin frustasi dan menjadi putus asa karena
pekerjaan sekolah.

Problem Kesulitan Menghitung (Dyscalculia)

Berhitung merupakan kemampuan yang digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari, baik
ketika membeli sesuatu, membayar rekening listrik, dan lain sebagainya. Tidak diragukan lagi
bahwa berhitung merupakan pekerjaan yang kompleks yang di dalamnya melibatkan :
membaca, menulis, dan keterampilan bahasa lainnya.

kemampuan untuk membedakan ukuran-ukuran dan kuantitas relatif dan obyektif.

kemampuan untuk mengenali urutan, pola, dan kelompok.

ingatan jangka pendek untuk meningat elemen-elemen dari sebuah soal matematika saat
mengerjakan persamaan.

kemampuan membedakan ide-ide abstrak, seperti angka-angka negatif, atau system angka
yang tidk menggunkan basis sepuluh.
Meskipun banyak masalah yang mungkin turut mempengaruhi kemampuan untuk memahami,
dan mencapai keberhaislan dalam pelajaran matematika. Istilah ‘dyscalculia’, biasanya
mengacu pada pada suatu problem khusus dalam menghitung, atau melakukan operasi
aritmatika, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Anak yang mengalami problem dyscalculia merupakan anak yang memiliki masalah pada
kemampuan menghitung. Anak tersebut tentunya belum tentu anak yang bodoh dalam hal
yang lain, hanya saja ia mengalami masalah dengan kemampuan menghitungnya. Untuk lebih
jelas mengenai gambaran anak yang mengalami problem dyscalculia, perhatikanlah contoh
kasus berikut.
Seorang anak bersama Jesica (sepuluh tahun, duduk di kelas V) didapati mengalami masalah
dengan mata pelajaran matematika. Nilai matematika yang Jessica dapat selalu rendah,
walaupun pada mata pelajaran lain, nilainya baik. Lalu seorang guru memanggilnya, dan
memberinya lembar kertas dan pensil dan memintanya menyelesaikan soal berikut :Jones
seorang petani memiliki 25 pohon apel dan tiap pohon menghasilkan 50 kilogram apel
pertahun, berapa kilogram apel yang dihaislkan Jones tiap tahun?. Ia berusaha keras
menemukan jawabannya tetapi tetap tidak bisa. Ketika guru bertanya bagaimana cara
menyelesaikan, ia menjawab, ia harus mengalikan 25 dengan 50, akan tetapi ia tidak dapat
menghitungnya. Kemudian guru memberinya kalkulator, dan kemudian ia dapat
menghitungnya. Inilah gambaran seorang anak yang mengalami problem “dyscalculia”.

Kiat Mengatasi Anak Dengan Dyscalculia

Seperti halnya problem kesulitan menulis dan membaca, ada dua pendekatan yang mungkin :
kita dapat menawarkan beberapa bentuk penganganan matematika yang intensif, atau dengan
mengambil jalan pintas.
Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat kita lakukan
dengan teknik “individualisasi yang dibantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran
secara privat dengan teman sebaya (peer tutoring). Pendekatan ini mendasari tekniknya pada
pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang
cepat menangkap, dan ada juga yang lama. Teknik ini mendorong anak yang cepat
menangkap materi pelajaran agar mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami
problem dyscalculia tersebut.
Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas, sebagaimana Jessica diberikan kalkulator untuk
menghitung, maka anak dengan problem dyscalculia ini juga dapat diberikan calculator untuk
menghitung. Hal ini sederhana karena anak dengan problem dyscalculia tidka memiliki
masalah dengan kaitan antara angka, akan tetapi lebih kepada menghitung angka-angka
tersebut.

Penutup

Pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan, walaupun mungkin saja kemampuan yang
dimiliki berbeda satu dengan yang lainnya. pada tingkat pendidikan dasar berbagai
kemampuan tersebut masih memiliki relasi yang kuat, membaca, menulis, serta berhitung.
Masalah yang mungkin ada pada pada salah satu kemampuan tersebut dapat menggangu
kemampuan yang lain. Dengan demikian apa yang kita sering lakukan baik sebagai seorang
orang tua, ataupun seorang guru dengan mengatakan seorang anak yang mendapatkan nilai
yang rendah merupakan anak yang bodoh dan gagal perlu menjadi perhatian kita. Karena
sebagaimana kita ketahui bahwa mungkin saja anak hanya mengalami gangguan pada salah
satu kemampuan tadi, dan ia tidak tahu bagaimana mengatasi masalah tersebut.
Untuk itu, yang terpenting bagi kita adalah dapat menelaah dengan baik perkembangan anak
kita. Diagnosis terhadap permasalahan sesungguhnya yang dialami anak mutlak harus
dilakukan. Dengan demikian kita akan mengetahui kesulitan belajar apa yang dialami anak,
sehingga kita dapat menentukan alternatif pilihan bantuan bagaimana mengatasi kesulitan
tersebut.

Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu & Widodo, Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Wood, Derek et al. Penerjemah Taniputra. 2005. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar
(Terjemahan). Yogyakarta : Kata Hati.
Feldmen, William. Penerjemah Sudarmaji. 2002. Mengatasi Gangguan Belajar Pada Anak.
Jakarta : Prestasi Putra.
Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar pada Anak

Tidak seperti biasanya, tiba-tiba saja ada siswa yang mendapat nilai
matematika yang jauh di bawah nilai rata-rata teman sekelasnya. Orang
tua yang tidak menerima kenyataan ini lalu memeriksa pekerjaan
anaknya. Mereka kaget ketika mengetahui sang guru menyalahkan
beberapa pekerjaan anaknya yang benar seperti: 2,3 + 3,01 = 5,31 dan
½ + 1/3 = 5/6. Ternyata, setelah diselidiki lebih lanjut oleh orang tuanya,
si anak salah menulis soal karena ia memiliki sedikit kekurangan pada
organ matanya. Yang seharusnya 3,91 ditulisnya 3,01 dan 1/5 ditulis 1/3.
Sang guru menyalahkan pekerjaan tersebut karena ia hanya terpaku pada
kunci jawaban.

Setelah sang anak diberi kacamata, ia tidak salah lagi menulis soal dan nilai
matematikanya menjadi baik. Contoh ini menunjukkan bahwa penglihatan yang kurang baik
dapat menjadi salah satu penyebab kesulitan belajar siswa. Dalam hal ini tulisan maupun
peragaan guru kurang bisa dilihat sehingga informasi guru tidak sampai dengan sempurna.
Setiap guru mendambakan para siswanya dapat belajar dengan baik. Namun kenyataannya
tidaklah demikian. Sehingga guru mungkin pernah menemui atau mengalami beberapa siswa
yang selalu membikin ulah, selalu mengacau, rendah diri, malas, lambat menghafal, ataupun
membenci mata pelajaran IPA, Matematika, ataupun Bahasa Inggris.
Di sisi lain ada siswa yang biasa ceria tetapi dengan tiba-tiba saja menjadi murung
dan malas belajar. Pertanyaan yang mungkin muncul adalah, mengapa hal seperti itu dapat
terjadi? Kenyataan-kenyataan ini menunjukkan bahwa siswa dapat mengalami hal-hal yang
menyebabkan ia tidak dapat belajar atau melakukan kegiatan selama proses pembelajaran
sedang berlangsung. Mungkin juga, si siswa dapat belajar atau melakukan kegiatan selama
proses pembelajaran sedang berlangsung, namun tidak maksimal.
Faktor penyebabnya dapat berasal dari dalam diri si anak sendiri dan dapat juga dari
luar. Pada contoh pertama, seorang anak mengalami hambatan belajar yang disebabkan oleh
faktor penglihatan yang kurang baik, sedangkan pada contoh kedua, hambatan belajar
tersebut lebih disebabkan oleh
faktor kejiwaan pada diri anak tersbut. Para ahli seperti Cooney, Davis & Henderson (1975)
telah mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan tersebut, di antaranya:
1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan
kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian-bagian tubuh lain. Para guru harus
menyadari bahwa hal yang paling berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan
sistem syaraf dalam menerima, memroses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali
informasi yang sudah disimpan. Kalau ada bagian yang tidak beres pada bagian tertentu dari
otak seorang siswa, maka dengan sendirinya si siswa akan mengalami kesulitan belajar.
Bayangkan kalau sistem syaraf atau otak anak kita karena sesuatu dan lain hal kurang
berfungsi secara sempurna.
Akibatnya ia akan mengalami hambatan ketika belajar. Di samping itu, siswa yang
sakit-sakitan, tidak makan pagi, kurang baik pendengaran, penglihatan ataupun
pengucapannya sedikit banyak akan menghadapi kesulitan belajar. Untuk menghindari hal
tersebut dan untuk membantu siswanya, seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal
yang berkait dengan kesulitan siswa ini. Seorang siswa dengan pendengaran ataupun
penglihatan yang kurang baik, sebaiknya menempati tempat di bagian depan. Untuk para
orang tua, terutama ibu, makanan selama masa kehamilan akan sangat menentukan
pertumbuhan dan perkembangan fisik putra-putrinya . Makanan yang dapat membantu
pertumbuhan otak dan sistem syaraf bayi yang masih di dalam kandungan haruslah menjadi
perhatian para orang tua.
2. Faktor Sosial
Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan masyarakat
sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan kecerdasan siswa
sebagaimana ada yang menyatakan bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak
adalah gambaran orang tuanya. Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab kesulitan
belajar yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat sekeliling yang
kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh hati. Sebagai contoh, orang tua yang
sering menyatakan bahwa Bahasa Inggris adalah bahasa setan (karena sulit) akan dapat
menurunkan kemauan anaknya unutuk belajar bahasa pergaulan internasional itu. Kalau ia
tidak menguasai bahan tersebut ia akan mengatakan “ Ah Bapak saya tidak bisa juga.” Untuk
itu, setiap guru tidak seharusnya menyatakan sulitnya mata pelajaran tertentu di depan
siswanya. Tetangga yang mengatakan sekolah tidak penting karena banyak sarjana
menganggur, masyarakat yang selalu minum-minuman keras dan melawan hukum, orang tua
yang selalu marah, nonton TV setiap saat, tidak terbuka ataupun kurang menyayangi anaknya
dengan sepenuh hati dapat merupakan contoh dari beberapa faktor sosial yang menjadi
penyebab kesulitan belajar siswa.
Intinya, lingkungan di sekitar siswa harus dapat membantu mereka untuk belajar
semaksimal mungkin selama mereka belajar di sekolah. Dengan cara seperti ini, lingkungan
dan sekolah akan membantu para siswa, harapan bangsa ini untuk berkembang dan
bertumbuh menjadi lebih cerdas. Siswa dengan kemampuan cukup seharusnya dapat
dikembangkan menjadi siswa berkemampuan baik, yang berkemampuan kurang dapat
dikembangkan menjadi berkemampuan cukup. Sekali lagi, orang tua, guru, dan masyarakat,
secara sengaja atau tidak sengaja, dapat menyebabkan kesulitan bagi siswa. Karenanya, peran
orang tua dan guru dalam membentengi para siswa dari pengaruh negatif masyarakat sekitar,
di samping perannya dalam memotivasi para siswa untuk tetap belajar menjadi sangat
menentukan.
3. Faktor Kejiwaan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan
kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa unutuk belajar secara sungguh-sungguh.
Sebagai contoh, ada siswa yang tidak suka mata pelajaran tertentu karena ia selalu gagal
mempelajari mata pelajaran itu. Jika hal ini terjadi, siswa tersebut akan mengalami kesulitan
belajar yang sangat berat. Hal ini merupakan contoh dari faktor emosi yang menyebabkan
kesulitan belajar. Contoh lain adalah siswa yang rendah diri, siswa yang ditinggalkan orang
yang paling disayangi dan menjadikannya sedih berkepanjangan akan mempengaruhi proses
belajar dan dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajarnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang dapat mempelajari suatu mata
pelajaran dengan baik akan menyenangi mata pelajaran tersebut. Begitu juga sebaliknya,
anak yang tidak menyenangi suatu mata pelajaran biasanya tidak atau kurang berhasil
mempelajari mata pelajaran tersebut. Karenanya, tugas utama yang sangat menentukan bagi
seorang guru adalah bagaimana membantu siswanya sehingga mereka dapat mempelajari
setiap materi dengan baik. Yang perlu mendapatkan perhatian juga, hukuman yang diberikan
seorang guru dapat menyebabkan siswanya lebih giat belajar, namun dapat juga
menyebabkan mereka tidak menyukai guru mata pelajaran tersebut. Dapat juga terjadi, si
siswa lalu membenci sama sekali mata pelajaran yang diasuh guru tersebut. Kalau hal seperti
ini yang terjadi, tentunya akan sangat merugikan si siswa tersebut.
Peran guru memang sangat menentukan. Seorang siswa yang pada hari kemarinnya
hanya mampu mengerjakan 3 dari 10 soal dengan benar, lalu dua hari kemudian ia hanya
mampu mengerjakan 4 dari 10 soal dengan benar, gurunya harus menghargai kemajuan
tersebut. Guru hendaknya jangan hanya melihat hasilnya saja, namun hendaknya menghargai
usaha kerasnya. Dengan cara seperti ini, diharapkan si siswa akan lebih berusaha lagi.
Intinya, tindakan seorang guru dapat mempengaruhi perasaan dan emosi siswanya. Tindakan
tersebut dapat menjadikan seorang siswa menjadi lebih baik, namun dapat juga menjadikan
seorang siswa menjadi tidak mau lagi untuk belajar suatu mata pelajaran.
4. Faktor Intelektual
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan
kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa. Para guru harus meyakini
bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan berbeda. Ada siswa yang sangat sulit
menghafal sesuatu, ada yang sangat lamban menguasai materi tertentu, ada yang tidak
memiliki pengetahuan prasyarat dan juga ada yang sangat sulit membayangkan dan bernalar.
Hal-hal yang disebutkan tadi dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar pada diri siswa
tersebut. Di samping itu, hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah para siswa yang tidak
memiliki pengetahuan prasyarat.
Ketika sedang belajar matematika atau IPA, ada siswa SD yang tidak dapat
menentukan hasil 1/2 + 1/3, (–5) + 9, ataupun 1 : ½. Siswa seperti itu, tentunya akan
mengalami kesulitan karena materi terebut menjadi pengetahuan prasyarat untuk mempelajari
matematika ataupun IPA SD. Untuk menghindari hal tersebut, Bapak atau Ibu Guru
hendaknya mengecek dan membantu siswanya menguasai pengetahuan prasyarat tersebut
sehingga mereka dapat mempelajari materi baru dengan lebih baik.
5. Faktor Kependidikan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan
belum mantapnya lembaga pendidikan secara umum. Guru yang selalu meremehkan siswa,
guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih giat, guru yang membiarkan
siswanya melakukan hal-hal yang salah, guru yang tidak pernah memeriksa pekerjaan siswa,
sekolah yang membiarkan para siswa bolos tanpa ada sanksi tertentu, adalah contoh dari
faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan ketidak berhasilan
siswa tersebut. Berdasar penjelasan di atas, Bapak dan Ibu Guru sudah seharusnya menyadari
akan adanya beberapa siswa yang mengalami kesulitan atau kurang berhasil dalam proses
pembelajarannya.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, sehingga mereka tidak dapat belajar
dan kurang berusaha sesuai dengan kekuatan mereka. Idealnya, setiap guru harus berusaha
dengan sekuat tenaga untuk membantu siswanya keluar dari setiap kesulitan yang
menghimpitnya. Namun hal yang perlu diingat, penyebab kesulitan itu dapat berbeda-beda.
Ada yang karena faktor emosi seperti ditinggal saudara kandung tersayang ataupun karena
faktor fisiologis seperti pendengaran yang kurang. Untuk itu, para guru harus mampu
mengidentifikasi kesulitan dan penyebabnya lebih dahulu sebelum berusaha untuk
mencarikan jalan pemecahannya. Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa sangat
tergantung pada keberhasilan menentukan penyebab kesulitan tersebut.
Sebagai contoh, siswa A yang memiliki kesulitan karena penglihatan atau
pendengaran yang kurang sempurna hanya dapat dibantu dengan alat optik atau alat
elektronik tertentu dan mereka diharuskan duduk di bangku depan. Namun para siswa yang
mengalami kesulitan belajar karena faktor lingkungan dan faktor emosi tidak memerlukan
kacamata seperti yang dibutuhkan siswa A namun mereka membutuhkan bantuan dan
motivasi lebih dari gurunya. Pengalaman sebagai guru telah menunjukkan bahwa ada siswa
yang sering membuat ulah di kelas dengan maksud agar diperhatikan guru dan temannya.
Setelah diselidiki ternyata ia kurang mendapat perhatian orang tuanya. Untuk anak seperti ini,
sudah seharusnya para guru lebih memberikan perhatian dan kasih sayang. Sekali lagi,
kesabaran, ketekunan dan ketelatenan para guru sangat diharapkan di dalam menangani siswa
yang mengalami kesulitan belajar.
Guru dapat menyarankan orang tua siswa tertentu untuk memberi tambahan pelajaran
khusus di sore hari untuk siswa yang lamban. Yang lebih penting dan sangat menentukan
adalah peran guru pemandu, kepala sekolah, pengawas maupun Kepala Kantor Depdiknas di
dalam menangani kesulitan belajar siswa yang disebabkan oleh faktor-faktor kependidikan.
Pada akhirnya penulis meyakini bahwa pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab kesulitan
belajar ini akan sangat bermanfaat bagi Bapak dan Ibu Guru. Dengan membaca tulisan ini,
diharapkan para guru akan mengetahui, selanjutnya dapat menggunakan pengetahuan tersebut
dalam PBM terutama ketika ia sedang mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Pada akhirnya,
mudah-mudahan usaha setiap jajaran Depdiknas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa akan
berhasil dengan gemilang.
Daftar Pustaka
Cooney, T.J., Davis, E.J., Henderson, K.B. (1975). Dynamics of Teaching
Secondary School Mathematics. Boston : Houghton Mifflin Company.

skip to main | skip to sidebar


• Home
• Daftar Isi
• Tools
• Posts RSS
• Comments RSS

Cantiknya Ilmu

Artikel Islam, Artikel Pendidikan, Download Ebook, Download Software Gratis dan Tutorial
Blogger
• Home
• Bacaan
○ Pendidikan
 Artikel Pendidikan
 Silabus dan RPP
○ Religi
 Artikel Islam
 Kisah Islam
 Keluarga Muslim
 Cantiknya Ilmu
 Puasa
○ Cerita Rakyat
 All Cerita Rakyat
 Kalimantan Tengah
 Kalimantan Selatan
 Kalimantan Timur
 Kalimantan Barat
○ Artikel
○ Internet
○ Makalah
○ Dunia Cantik
○ Kampungku
• Ebook
○ All EBook
○ Religi
○ Internet|Web dan Blog
○ Bisnis Online
○ Ekonomi Keluarga
○ Komputer
○ Motivasi
○ Pendidikan
○ Soal CPNS
• Blog Tutorial
• Download
○ All Download
○ Ebook Gratis
○ Software Islam
○ Software Pendidikan
○ Software Gratis
○ Aplikasi HP
• TentangKu
○ My Profil
○ Email Me
○ Twitter
○ Facebook
• Kumpulan
○ Artikel Pendidikan
○ Artikel Islam
○ Download Gratis
○ Ebook Islam
○ Ebook Gratis
○ Software Gratis
○ Software Islam
○ Software Pendidikan
○ Blogger Tutorial
○ Situs Islam
Top of Form

cari artikel Go

Bottom of Form

•  Beranda
• Makalah
• Pendidikan
• Penyebab Kesulitan Belajar Anak Didik
Penyebab Kesulitan Belajar Anak Didik
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebagaimana yang kita lihat sekarang keadaan anak didik

sepertinya kurang merespon atas apa yang mereka pelajari. Dan itu

menyebabkan (kemunduran kejiwaan) perubahan perilaku yang

cenderung menyimpang kearah yang negatif.

Prestasi belajar yang memuaskan dapat di raih oleh setiap anak

didik jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai

ancaman, hambatan, dan gangguan. Namun sayangnya ancaman,

hambatan, dan gangguan dialami oleh anak didik tertentu, sehingga

mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Pada tingkat tertentu

memang ada anak didik yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya tanpa

harus melibatkan orang lain tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena

anak didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya maka bantuan

guru atau orang lain sangat diperlukan oleh anak didik.

B. Batasan Materi

Adapun batasan materi dalam makalah ini adalah pengertian

kesulitan belajar, faktor-faktor penyebab kesulitan belajar, cara mengenal

anak didik yang mengalami kesulitan belajar, tujuan mengatasi belajar

serta usaha mengatasi kesulitan belajar pada anak didik.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesulitan Belajar Pada Anak Didik


Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual

ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan

anak didik "Dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar

sebagaimana mestinya itulah yang disebut dengan "Kesulitan Belajar".

Disetiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki

anak didik yang ber kesulitan belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya

dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan saja, tapi juga dimiliki oleh

sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan

kesederhanaan nya. Hanya yang membedakan nya pada sifat jenis, dan

faktor penyebabnya.

Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat diatasi

tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar anak didik

yang lain. Tetapi disadari atau tidak belajar datang pada anak didik.

Kesulitan belajar yang di rasakan oleh anak didik bermacam-macam

yang dapat di kelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut:

1. Dilihat dari jenis kesulitan belajar


- Ada yang berat

- Ada yang sedang

2. Dilihat dari mata pelajaran yang di pelajari:


- Ada yang sebagian mata pelajaran

- Ada yang sifatnya sementara

3. Dilihat dari sifat kesulitannya


- Ada yang sifatnya menetap

- Ada yang sifatnya sementara

4. Dilihat dari segi faktor penyebabnya


- Ada yang karena faktor inteligensi

- Ada yang karena faktor non-inteligensi

Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan bahwa kesulitan

belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara

wajar di sebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam

belajar.

B. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Banyak sudah para ahli yang mengemukakan faktor-faktor

penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing-

masing. Ada yang meninjau dari sudut intern anak didik dan ekstern anak

didik.

1. Faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri)


a. Sebab yang bersifat fisik

- Karena sakit

- Karena kurang sehat

- Sebab karena cacat tubuh (ringan/serius)

b. Sebab-sebab kesulitan belajar karena rohani

Belajar memerlukan kesiapan rohani, ketenangan dengan baik.

Faktor rohani meliputi antara lain:

- Inteligensi

- Bakat (potensi/Kecakapan dasar yang di bawa sejak lahir)

- Minat
- Motivasi

- Kesehatan mental.

2. Faktor ekstern (faktor dari luar diri/lingkungan)


Faktor ekstern anak didik yang tidak mendukung aktivitas belajar anak

didik. Faktor lingkungan ini meliputi:

1. Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama.

Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Yang

termasuk faktor ini antara lain:

a. Faktor orang tua


b. Suasana rumah/keluarga
c. Keadaan ekonomi keluarga (miskin/kaya)
2. Lingkungan perkampungan/masyarakat

a. Teman bergaul

b. Lingkungan tetangga

c. Aktivitas dalam masyarakat

Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor anak didik meliputi gangguan

atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik. Yakni berikut ini:

1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta)


2. Yang bersifat afektif (ranah rasa)
3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa)
Selain faktor-faktor diatas ada pula faktor-faktor lain yang juga

menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Faktor-faktor itu di pandang sebagai

faktor khusus, misalnya sindrom psikologi berupa learning disability

(ketidakmampuan belajar). Syndrom (syndrome) berarti satuan gejala yang

muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan

belajar anak didik.


Jika sudut pandang diarahkan pada aspek lainnya maka faktor-

faktor penyebab kesulitan belajar anak didik dapat di bagi menjadi faktor

anak didik, sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar.

C. Cara Mengenal Anak Didik Yang Mengalami Kesulitan Belajar

Seperti yang telah dijelaskan bahwa anak didik yang mengalami

kesulitan belajar adalah anak didik yang tidak dapat belajar secara wajar

disebabkan adanya ancaman hambatan, ataupun gangguan dalam belajar

sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa di amati oleh orang lain

guru ataupun orang tua.

Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar

misalnya:

1. Menunjukkan prestasi yang rendah/di bawah rata-rata yang di capai oleh

kelompok kelas.

2. Hasil yang di capai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Padahal

anak didik sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya selalu

rendah.

3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.

4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-

pura, dusta dan lain-lain

5. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti mudah tersinggung,

murung, pemarah, bingung dan lain-lain.

Dari semua gejala yang tampak itu guru bisa menginterpretasi atau

memprediksi bahwa anak kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Atau


bisa juga dengan cara lain, yaitu penyelidikan dengan cara observasi,

interview, dokumentasi, atau tes diagnostik.

D. Tujuan Mengatasi Kesulitan Belajar

Seperti yang kita ketahui bahwa tujuan dari pendidikan ialah

membentuk manusia supaya sehat, cerdas, baik budi pekerti nya dan

sebagainya.

Sebuah sekolah atau lembaga pendidikan di katakan berhasil

apabila anak didik berprestasi atau menimbulkan kemajuan dan

perkembangan yang pesat terhadap sekolah maupun pada diri anak didik

itu sendiri. Maka dari itu seorang hendaknya membantu apabila ada anak

didiknya mengalami kesulitan dalam belajar agar program belajar

mengajar dapat berjalan dengan lancar.

E. Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar

Dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar tidak bisa

diabaikan dengan kegiatan mencari faktor-faktor yang di duga sebagai

penyebabnya. Karena itu, mencari sumber-sumber penyebab utama dan

sumber-sumber penyebab penyerta lainnya mutlak dilakukan secara

akurat, afektif dan efisien.

Secara garis besar langkah-langkah yang perlu di tempuh dalam

rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik dapat dilakukan

melalui:

1. Pengumpulan data
Menurut Sam Isbani dan R. Isbani dalam pengumpulan data dapat

dipergunakan berbagai metode di antaranya:

a. Kunjungan rumah
b. Meneliti pekerjaan anak

c. Tugas kelompok/melaksanakan tes

2. Pengolahan data
Dalam pengolahan data, langkah yang dapat di tempuh antara lain:

a. Identifikasi kasus

b. Membandingkan antar kasus

c. Membandingkan dengan hasil tes

d. Menarik kesimpulan

3. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan

data. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).

b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab

kesulitan belajar.

c. Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar dan

sebagainya.

4. Prognosis
Prognosis artinya "ramalan" apa yang telah di tetapkan dalam tahap

diagnosis. Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis dilakukan

kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang

harus diberiukan kepada naka untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar

5. Treatment
Treatment adalah perlakuan, maksudnya pemberian bantuan kepada anak

didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah di

susun pada tahap prognosis.


6. Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang

telah diberikan berhasil dengan baik artinya ada kemajuan yaitu anak dapat

dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar atau gagal sama sekali.

Agar tidak terjadi kesalahan pengertian disini perlu ditegaskan

bahwa pengecekan kembali hanya dilakukan bila terjadi kegagalan

treatment berdasarkan evaluasi secara teoritis, langkah-langkah yang

perlu di tempuh antara lain:

a. Re-diagnosis

b. Re-prognosis

c. Re-treatment

d. Re-evaluasi

Begitu seterusnya sampai benar-benar dapat berhasil mengatasi

kesulitan belajar anak yang bersangkutan.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari pembahasan

makalah ini adalah:

1. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat

belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun

gangguan dalam belajar


2. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar pada anak didik yaitu faktor intern

(faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) dan faktor ekstern (faktor dari

luar diri/lingkungan)

3. Cara mengenal anak didik yang mengalami kesulitan belajar

a. Menunjukkan prestasi belajar yang rendah

b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan

c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar

d. Menunjukkan sikap yang kurang wajar

e. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan.

4. Usaha mengatasi kesulitan belajar pada anak didik yaitu:

a. Pengumpulan data

b. Pengolahan data

c. Diagnosis

d. Prognosis

e. Treatment

f. Evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Fakihuddin, L. Drs. M.Pd, 2007, Pengajaran Remedical dan Pengayaan, PT.

Bayu Media Publishing.

H. Abu Ahmadi, Drs, 2003, Psikologi Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Abror Abdurrahman, 1993, Psikologi Belajar, PT. Tiara Wacana,

Yogyakarta.

You might also like