Professional Documents
Culture Documents
Pada Anak
Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar.
Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa
yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat, terkadang
semangatnya tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian kenyataan
yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya
dengan aktifitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. perbedaan individu ini
pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik. “dalam keadaan di
mana anak didik / siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan
kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah.
Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan
orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu
disebabkan karena factor intelligensi yang rendah (kelaianan mental), akan tetapi dapat juga
disebabkan karena faktor lain di luar intelligensi. Dengan demikian, IQ yang tingi belum tentu
menjamin keberhasilan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar
adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam
mencapai hasil belajar.
Jenis Kesulitan Belajar
Jenis kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut :
Masalah kesulitan belajar ini, tentunya disebabkan oleh berbagai factor. Untuk memberikan
suatu bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar, tentunya kita harus mengetahui
terlebih dahulu faktor apa yang menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu :
A. Faktor intern (factor dari dalam diri anak itu sendiri ) yang meliputi:
1). Faktor fisiologi
Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit,
tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran,
memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit factor fisiologis yang perlu kita
perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat
tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran,
kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta,
tuli, bisu, dan lain sebagainya.
Cara yang paling sederhana, paling efektif untuk membantu anak-anak penderita dysleksia
belajar membaca dengan mengajar mereka membaca dengan metode phonic. Idealnya anak-
anak akan mempelajari phonic di sekolah bersama guru, dan juga meluangkan waktu untuk
berlatih phonic di rumah bersama orang tua mereka.
Metode phonic ini telah terbukti berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan anak dalam
membaca (Gittelment & Feingold, 1983). Metode phonic ini merupakan metode yang
digunakan untuk mengajarkan anak yang mengalami problem dysleksia agar dapat membaca
melalui bunyi yang dihasilkan oleh mulut. Metode ini dapat ssudah dikemas dalam bentuk
yang beraneka ragam, baik buku, maupun software.
Bagi anda orang tua, berikut ini merupakan ide-ide yang dapat membantu anak anda dengan
phonic dan membaca:
Cobalah untuk menyisihkan waktu setiap hari untuk membaca.
Tundalah sesi jika anak terlalu lelah, lapar, atau mudah marah hingga dapat memusatkan
perhatian.
Jangan melakukan sesuatu yang berlebih-lebihan pada saat pertama;mulailah dengan sepuluh
atau lima belas menit sehari.
Tentukan tujuan yang dapat dicapai : satu hari sebanyak satu halaman dari buku phonics atau
buku bacaan mungkin cukup pada saat pertama.
Bersikaplah positif dan pujilah anak anda ketika dia membaca dengan benar. Ketika dia
membuat kesalahan, bersabarlah dan bantu untuk membenarkan kesalahan. Jika dia ragu-ragu,
berikan waktu sebelum anda terburu-buru memberi bantuan.
Ketika anda membaca cerita bersama-sama, pastikan bahwa anak tidak hanya melafalkan
kata-kata, tetapi merasakannya juga. Tanyakan pendapatnya tentang cerita atau karakter-
karakter dalam cerita tersebut.
Mulailah dengan membaca beberapa halaman pertama atau paragraph dari cerita dengan suara
keras untuk memancing anak. Kemudian mintalah anak membaca terusan ceritanya untuk
mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.
Variasikan aktivitas dengan meluangkan beberapa sesi untuk melakukan permaianan kata-kata
sebagai ganti aktivitas membaca, atau mintalah anak untuk mengarang sebuah cerita, tulislah
cerita tersebut, dan mintalah ia untuk membaca kembali tulisan tersebut.
Jangan membuat sesi ini sebagai pengganti kegiatan membaca dengan suara keras pada anak
anda. Jik anda selalu membacakan cerita waktu tidur, pertahankanlah itu. Ini akan sangat
membantunya mengenal buku dengan punuh kegembiraan.
Berikan hadiah padanya ketika dia melakukan sesuatu dengan sangat baik atau ketika anda
melihat perubahan yang nyata pada nilai-nilainya di sekolah.
Problem Kesulitan Menulis (Dysgraphia)
Dalam sebuah pelatihan menjadi ahli ilmu kesehatan anak, terdapat seorang ahli ilmu
kesehatan yang bernama Stephen yang tidka pernah menulis apapun di atas kertas. Ia
menggunakan mesin ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable) untuk segala sesuatu
laporan pasien, catatan singkat. Kemudian diketahui bahwa Stephen memang tidak dapat
menulis secara jelas. seberapapun ia mencoba dengan keras ia tidak dapat menulis apapun
dengan jelas, sehingga dia dan orang lain tidak dapat membaca tulisan tangannya.
Apa yang dialami Stephen merupakan problem kesulitan menukis (disgraphya). Tentunya
disgraphya ini berbeda dengan tulisan tangan yang jelek. Tulisan tangan yang jelek biasanya
tetap dapat terbaca oleh penulisnya, dan juga dilakukan dalam waktu yang relatif sama dengan
yang menulis dengan bagus. Akan tetapi untuk dysgraphia, anak membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk menulis.
Dalam menulis sesuatu kita membutuhkan penglihatan yang cukup jelas, keterampilan
motorik halus, pengetahuan tentang bahasa dan ejaan, dan otak untuk mengkoordinasikan ide
dengan mata dan tangan untuk menghasilkan tulisan. Jika salah satu elemen tersebut
mengalami masalah maka menulis akan menjadi suatu pekerjaan yang sulit atau tidak
mungkin dilakukan.
Kiat Mengatasi Problem Dysgrapia
Untuk mengatasi problem dysgraphia ini, sangatlah baik apabila kita belajar dari sebuah kasus
anak yang mengalami dysgraphia. Problem dysgraphia muncul pada Stephen saat sekolah
dasar, ia memiliki nilai yang bagus pada masa-masa awal, akan tetapi kemudian nilainya jatuh
dan akhirnya guru Stephen di kelas V memanggilnya, dan juga memanggil orang tuanya.
Guru tersebut meminta orang tua Stephen untuk mengajari Stephen mengetik pada mesin
ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable). Hasilnya nilai dan prestasi Stephen
meningkat secara tajam.
Sebagian ahli merasa bahwa pendekatan yang terbai untuk dysgraphia adalah dengan jalan
mengambil jalan pintas atas problem tersebut, yaitu dengan menggunakan teknologi untuk
memberikan kesmepatan pada anak mengerjakan pekerjaan sekolah tanpa harus bersusah
payah menulis dengan tangannya.
Ada dua bagian dalam pendekatan ini. Anak-anak menulis karena dua alasan : pertama untuk
menangkap informasi yang mereka butuhkan untuk belajar (dengan menulis catatan) dan
kedua untuk menunjukkan pengetahuan mereka tentang suatu mata pelajaran (tes-tes
menulis).
Sebagai ganti menulis dengan tangan, anak-anak dapat:
Meminta fotokopi dari catatan-catatan guru atau meminta ijin untuk mengkopi catatn anak
lain yang memiliki tulisan tangan yang bagus ; mereka dapat mengandalkan teman tersebut
danmengandalkan buku teks untuk belajar.
Belajar cara mengetik dan menggunakan laptop / note book untuk membuat catatan di rumah
dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Menggunakan alat perekam untuk menangkap informasi saat pelajaran
Sebagai ganti menulis jawaban tes dengan tangan, mereka dapat :
Melakukan tes secara lisan
Mengerjakan tes dengan pilihan ganda.
Mengerjakan tes-tes yang dibawa pulang (take – home test) atau tes dalam kelas dengan cara
menegtik.
Bila strategi-strategi di atas tidak mungkin dilakukan Karena beberapa alasan, maka anak-
anak penderita dysgraphia harus diijinkan untuk mendapatkan waktu tambahan untuk tes-tes
dan ujian tertulis.
Keuntungan dari pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini memberikan perbedaan yang
segera tampak pada anak. Dari pada mereka harus bersusah payah mengusaia suatu
keterampilan yang sangat sulit bagi mereka, dan nantinya mungkin akan jarang butuhkan
ketika beranjak dewasa, mereka dapat berkonsentrasi untuk mempelajari keterampilan lain,
dan dapat menunjukkan apa yang mereka ketahui. Hal ini membuat mereka merasa lebih baik
berkenaan dengan sekolah dan diri mereka sendiri. tidka ada alasan untuk menyangkal
kesempatan bagi seorang anak yang cerdas untuk meraih kesuksesan di sekolah. selain itu,
karena pendidikan sangatlah penting bagi masa depan anak, maka tidak sepadan resiko
membiarkan anak menjadi semakin lama semakin frustasi dan menjadi putus asa karena
pekerjaan sekolah.
Berhitung merupakan kemampuan yang digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari, baik
ketika membeli sesuatu, membayar rekening listrik, dan lain sebagainya. Tidak diragukan lagi
bahwa berhitung merupakan pekerjaan yang kompleks yang di dalamnya melibatkan :
membaca, menulis, dan keterampilan bahasa lainnya.
ingatan jangka pendek untuk meningat elemen-elemen dari sebuah soal matematika saat
mengerjakan persamaan.
kemampuan membedakan ide-ide abstrak, seperti angka-angka negatif, atau system angka
yang tidk menggunkan basis sepuluh.
Meskipun banyak masalah yang mungkin turut mempengaruhi kemampuan untuk memahami,
dan mencapai keberhaislan dalam pelajaran matematika. Istilah ‘dyscalculia’, biasanya
mengacu pada pada suatu problem khusus dalam menghitung, atau melakukan operasi
aritmatika, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Anak yang mengalami problem dyscalculia merupakan anak yang memiliki masalah pada
kemampuan menghitung. Anak tersebut tentunya belum tentu anak yang bodoh dalam hal
yang lain, hanya saja ia mengalami masalah dengan kemampuan menghitungnya. Untuk lebih
jelas mengenai gambaran anak yang mengalami problem dyscalculia, perhatikanlah contoh
kasus berikut.
Seorang anak bersama Jesica (sepuluh tahun, duduk di kelas V) didapati mengalami masalah
dengan mata pelajaran matematika. Nilai matematika yang Jessica dapat selalu rendah,
walaupun pada mata pelajaran lain, nilainya baik. Lalu seorang guru memanggilnya, dan
memberinya lembar kertas dan pensil dan memintanya menyelesaikan soal berikut :Jones
seorang petani memiliki 25 pohon apel dan tiap pohon menghasilkan 50 kilogram apel
pertahun, berapa kilogram apel yang dihaislkan Jones tiap tahun?. Ia berusaha keras
menemukan jawabannya tetapi tetap tidak bisa. Ketika guru bertanya bagaimana cara
menyelesaikan, ia menjawab, ia harus mengalikan 25 dengan 50, akan tetapi ia tidak dapat
menghitungnya. Kemudian guru memberinya kalkulator, dan kemudian ia dapat
menghitungnya. Inilah gambaran seorang anak yang mengalami problem “dyscalculia”.
Seperti halnya problem kesulitan menulis dan membaca, ada dua pendekatan yang mungkin :
kita dapat menawarkan beberapa bentuk penganganan matematika yang intensif, atau dengan
mengambil jalan pintas.
Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat kita lakukan
dengan teknik “individualisasi yang dibantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran
secara privat dengan teman sebaya (peer tutoring). Pendekatan ini mendasari tekniknya pada
pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang
cepat menangkap, dan ada juga yang lama. Teknik ini mendorong anak yang cepat
menangkap materi pelajaran agar mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami
problem dyscalculia tersebut.
Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas, sebagaimana Jessica diberikan kalkulator untuk
menghitung, maka anak dengan problem dyscalculia ini juga dapat diberikan calculator untuk
menghitung. Hal ini sederhana karena anak dengan problem dyscalculia tidka memiliki
masalah dengan kaitan antara angka, akan tetapi lebih kepada menghitung angka-angka
tersebut.
Penutup
Pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan, walaupun mungkin saja kemampuan yang
dimiliki berbeda satu dengan yang lainnya. pada tingkat pendidikan dasar berbagai
kemampuan tersebut masih memiliki relasi yang kuat, membaca, menulis, serta berhitung.
Masalah yang mungkin ada pada pada salah satu kemampuan tersebut dapat menggangu
kemampuan yang lain. Dengan demikian apa yang kita sering lakukan baik sebagai seorang
orang tua, ataupun seorang guru dengan mengatakan seorang anak yang mendapatkan nilai
yang rendah merupakan anak yang bodoh dan gagal perlu menjadi perhatian kita. Karena
sebagaimana kita ketahui bahwa mungkin saja anak hanya mengalami gangguan pada salah
satu kemampuan tadi, dan ia tidak tahu bagaimana mengatasi masalah tersebut.
Untuk itu, yang terpenting bagi kita adalah dapat menelaah dengan baik perkembangan anak
kita. Diagnosis terhadap permasalahan sesungguhnya yang dialami anak mutlak harus
dilakukan. Dengan demikian kita akan mengetahui kesulitan belajar apa yang dialami anak,
sehingga kita dapat menentukan alternatif pilihan bantuan bagaimana mengatasi kesulitan
tersebut.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu & Widodo, Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Wood, Derek et al. Penerjemah Taniputra. 2005. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar
(Terjemahan). Yogyakarta : Kata Hati.
Feldmen, William. Penerjemah Sudarmaji. 2002. Mengatasi Gangguan Belajar Pada Anak.
Jakarta : Prestasi Putra.
Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar pada Anak
Tidak seperti biasanya, tiba-tiba saja ada siswa yang mendapat nilai
matematika yang jauh di bawah nilai rata-rata teman sekelasnya. Orang
tua yang tidak menerima kenyataan ini lalu memeriksa pekerjaan
anaknya. Mereka kaget ketika mengetahui sang guru menyalahkan
beberapa pekerjaan anaknya yang benar seperti: 2,3 + 3,01 = 5,31 dan
½ + 1/3 = 5/6. Ternyata, setelah diselidiki lebih lanjut oleh orang tuanya,
si anak salah menulis soal karena ia memiliki sedikit kekurangan pada
organ matanya. Yang seharusnya 3,91 ditulisnya 3,01 dan 1/5 ditulis 1/3.
Sang guru menyalahkan pekerjaan tersebut karena ia hanya terpaku pada
kunci jawaban.
Setelah sang anak diberi kacamata, ia tidak salah lagi menulis soal dan nilai
matematikanya menjadi baik. Contoh ini menunjukkan bahwa penglihatan yang kurang baik
dapat menjadi salah satu penyebab kesulitan belajar siswa. Dalam hal ini tulisan maupun
peragaan guru kurang bisa dilihat sehingga informasi guru tidak sampai dengan sempurna.
Setiap guru mendambakan para siswanya dapat belajar dengan baik. Namun kenyataannya
tidaklah demikian. Sehingga guru mungkin pernah menemui atau mengalami beberapa siswa
yang selalu membikin ulah, selalu mengacau, rendah diri, malas, lambat menghafal, ataupun
membenci mata pelajaran IPA, Matematika, ataupun Bahasa Inggris.
Di sisi lain ada siswa yang biasa ceria tetapi dengan tiba-tiba saja menjadi murung
dan malas belajar. Pertanyaan yang mungkin muncul adalah, mengapa hal seperti itu dapat
terjadi? Kenyataan-kenyataan ini menunjukkan bahwa siswa dapat mengalami hal-hal yang
menyebabkan ia tidak dapat belajar atau melakukan kegiatan selama proses pembelajaran
sedang berlangsung. Mungkin juga, si siswa dapat belajar atau melakukan kegiatan selama
proses pembelajaran sedang berlangsung, namun tidak maksimal.
Faktor penyebabnya dapat berasal dari dalam diri si anak sendiri dan dapat juga dari
luar. Pada contoh pertama, seorang anak mengalami hambatan belajar yang disebabkan oleh
faktor penglihatan yang kurang baik, sedangkan pada contoh kedua, hambatan belajar
tersebut lebih disebabkan oleh
faktor kejiwaan pada diri anak tersbut. Para ahli seperti Cooney, Davis & Henderson (1975)
telah mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan tersebut, di antaranya:
1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan
kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian-bagian tubuh lain. Para guru harus
menyadari bahwa hal yang paling berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan
sistem syaraf dalam menerima, memroses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali
informasi yang sudah disimpan. Kalau ada bagian yang tidak beres pada bagian tertentu dari
otak seorang siswa, maka dengan sendirinya si siswa akan mengalami kesulitan belajar.
Bayangkan kalau sistem syaraf atau otak anak kita karena sesuatu dan lain hal kurang
berfungsi secara sempurna.
Akibatnya ia akan mengalami hambatan ketika belajar. Di samping itu, siswa yang
sakit-sakitan, tidak makan pagi, kurang baik pendengaran, penglihatan ataupun
pengucapannya sedikit banyak akan menghadapi kesulitan belajar. Untuk menghindari hal
tersebut dan untuk membantu siswanya, seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal
yang berkait dengan kesulitan siswa ini. Seorang siswa dengan pendengaran ataupun
penglihatan yang kurang baik, sebaiknya menempati tempat di bagian depan. Untuk para
orang tua, terutama ibu, makanan selama masa kehamilan akan sangat menentukan
pertumbuhan dan perkembangan fisik putra-putrinya . Makanan yang dapat membantu
pertumbuhan otak dan sistem syaraf bayi yang masih di dalam kandungan haruslah menjadi
perhatian para orang tua.
2. Faktor Sosial
Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan masyarakat
sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan kecerdasan siswa
sebagaimana ada yang menyatakan bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak
adalah gambaran orang tuanya. Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab kesulitan
belajar yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat sekeliling yang
kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh hati. Sebagai contoh, orang tua yang
sering menyatakan bahwa Bahasa Inggris adalah bahasa setan (karena sulit) akan dapat
menurunkan kemauan anaknya unutuk belajar bahasa pergaulan internasional itu. Kalau ia
tidak menguasai bahan tersebut ia akan mengatakan “ Ah Bapak saya tidak bisa juga.” Untuk
itu, setiap guru tidak seharusnya menyatakan sulitnya mata pelajaran tertentu di depan
siswanya. Tetangga yang mengatakan sekolah tidak penting karena banyak sarjana
menganggur, masyarakat yang selalu minum-minuman keras dan melawan hukum, orang tua
yang selalu marah, nonton TV setiap saat, tidak terbuka ataupun kurang menyayangi anaknya
dengan sepenuh hati dapat merupakan contoh dari beberapa faktor sosial yang menjadi
penyebab kesulitan belajar siswa.
Intinya, lingkungan di sekitar siswa harus dapat membantu mereka untuk belajar
semaksimal mungkin selama mereka belajar di sekolah. Dengan cara seperti ini, lingkungan
dan sekolah akan membantu para siswa, harapan bangsa ini untuk berkembang dan
bertumbuh menjadi lebih cerdas. Siswa dengan kemampuan cukup seharusnya dapat
dikembangkan menjadi siswa berkemampuan baik, yang berkemampuan kurang dapat
dikembangkan menjadi berkemampuan cukup. Sekali lagi, orang tua, guru, dan masyarakat,
secara sengaja atau tidak sengaja, dapat menyebabkan kesulitan bagi siswa. Karenanya, peran
orang tua dan guru dalam membentengi para siswa dari pengaruh negatif masyarakat sekitar,
di samping perannya dalam memotivasi para siswa untuk tetap belajar menjadi sangat
menentukan.
3. Faktor Kejiwaan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan
kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa unutuk belajar secara sungguh-sungguh.
Sebagai contoh, ada siswa yang tidak suka mata pelajaran tertentu karena ia selalu gagal
mempelajari mata pelajaran itu. Jika hal ini terjadi, siswa tersebut akan mengalami kesulitan
belajar yang sangat berat. Hal ini merupakan contoh dari faktor emosi yang menyebabkan
kesulitan belajar. Contoh lain adalah siswa yang rendah diri, siswa yang ditinggalkan orang
yang paling disayangi dan menjadikannya sedih berkepanjangan akan mempengaruhi proses
belajar dan dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajarnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang dapat mempelajari suatu mata
pelajaran dengan baik akan menyenangi mata pelajaran tersebut. Begitu juga sebaliknya,
anak yang tidak menyenangi suatu mata pelajaran biasanya tidak atau kurang berhasil
mempelajari mata pelajaran tersebut. Karenanya, tugas utama yang sangat menentukan bagi
seorang guru adalah bagaimana membantu siswanya sehingga mereka dapat mempelajari
setiap materi dengan baik. Yang perlu mendapatkan perhatian juga, hukuman yang diberikan
seorang guru dapat menyebabkan siswanya lebih giat belajar, namun dapat juga
menyebabkan mereka tidak menyukai guru mata pelajaran tersebut. Dapat juga terjadi, si
siswa lalu membenci sama sekali mata pelajaran yang diasuh guru tersebut. Kalau hal seperti
ini yang terjadi, tentunya akan sangat merugikan si siswa tersebut.
Peran guru memang sangat menentukan. Seorang siswa yang pada hari kemarinnya
hanya mampu mengerjakan 3 dari 10 soal dengan benar, lalu dua hari kemudian ia hanya
mampu mengerjakan 4 dari 10 soal dengan benar, gurunya harus menghargai kemajuan
tersebut. Guru hendaknya jangan hanya melihat hasilnya saja, namun hendaknya menghargai
usaha kerasnya. Dengan cara seperti ini, diharapkan si siswa akan lebih berusaha lagi.
Intinya, tindakan seorang guru dapat mempengaruhi perasaan dan emosi siswanya. Tindakan
tersebut dapat menjadikan seorang siswa menjadi lebih baik, namun dapat juga menjadikan
seorang siswa menjadi tidak mau lagi untuk belajar suatu mata pelajaran.
4. Faktor Intelektual
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan
kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa. Para guru harus meyakini
bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan berbeda. Ada siswa yang sangat sulit
menghafal sesuatu, ada yang sangat lamban menguasai materi tertentu, ada yang tidak
memiliki pengetahuan prasyarat dan juga ada yang sangat sulit membayangkan dan bernalar.
Hal-hal yang disebutkan tadi dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar pada diri siswa
tersebut. Di samping itu, hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah para siswa yang tidak
memiliki pengetahuan prasyarat.
Ketika sedang belajar matematika atau IPA, ada siswa SD yang tidak dapat
menentukan hasil 1/2 + 1/3, (–5) + 9, ataupun 1 : ½. Siswa seperti itu, tentunya akan
mengalami kesulitan karena materi terebut menjadi pengetahuan prasyarat untuk mempelajari
matematika ataupun IPA SD. Untuk menghindari hal tersebut, Bapak atau Ibu Guru
hendaknya mengecek dan membantu siswanya menguasai pengetahuan prasyarat tersebut
sehingga mereka dapat mempelajari materi baru dengan lebih baik.
5. Faktor Kependidikan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan
belum mantapnya lembaga pendidikan secara umum. Guru yang selalu meremehkan siswa,
guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih giat, guru yang membiarkan
siswanya melakukan hal-hal yang salah, guru yang tidak pernah memeriksa pekerjaan siswa,
sekolah yang membiarkan para siswa bolos tanpa ada sanksi tertentu, adalah contoh dari
faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan ketidak berhasilan
siswa tersebut. Berdasar penjelasan di atas, Bapak dan Ibu Guru sudah seharusnya menyadari
akan adanya beberapa siswa yang mengalami kesulitan atau kurang berhasil dalam proses
pembelajarannya.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, sehingga mereka tidak dapat belajar
dan kurang berusaha sesuai dengan kekuatan mereka. Idealnya, setiap guru harus berusaha
dengan sekuat tenaga untuk membantu siswanya keluar dari setiap kesulitan yang
menghimpitnya. Namun hal yang perlu diingat, penyebab kesulitan itu dapat berbeda-beda.
Ada yang karena faktor emosi seperti ditinggal saudara kandung tersayang ataupun karena
faktor fisiologis seperti pendengaran yang kurang. Untuk itu, para guru harus mampu
mengidentifikasi kesulitan dan penyebabnya lebih dahulu sebelum berusaha untuk
mencarikan jalan pemecahannya. Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa sangat
tergantung pada keberhasilan menentukan penyebab kesulitan tersebut.
Sebagai contoh, siswa A yang memiliki kesulitan karena penglihatan atau
pendengaran yang kurang sempurna hanya dapat dibantu dengan alat optik atau alat
elektronik tertentu dan mereka diharuskan duduk di bangku depan. Namun para siswa yang
mengalami kesulitan belajar karena faktor lingkungan dan faktor emosi tidak memerlukan
kacamata seperti yang dibutuhkan siswa A namun mereka membutuhkan bantuan dan
motivasi lebih dari gurunya. Pengalaman sebagai guru telah menunjukkan bahwa ada siswa
yang sering membuat ulah di kelas dengan maksud agar diperhatikan guru dan temannya.
Setelah diselidiki ternyata ia kurang mendapat perhatian orang tuanya. Untuk anak seperti ini,
sudah seharusnya para guru lebih memberikan perhatian dan kasih sayang. Sekali lagi,
kesabaran, ketekunan dan ketelatenan para guru sangat diharapkan di dalam menangani siswa
yang mengalami kesulitan belajar.
Guru dapat menyarankan orang tua siswa tertentu untuk memberi tambahan pelajaran
khusus di sore hari untuk siswa yang lamban. Yang lebih penting dan sangat menentukan
adalah peran guru pemandu, kepala sekolah, pengawas maupun Kepala Kantor Depdiknas di
dalam menangani kesulitan belajar siswa yang disebabkan oleh faktor-faktor kependidikan.
Pada akhirnya penulis meyakini bahwa pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab kesulitan
belajar ini akan sangat bermanfaat bagi Bapak dan Ibu Guru. Dengan membaca tulisan ini,
diharapkan para guru akan mengetahui, selanjutnya dapat menggunakan pengetahuan tersebut
dalam PBM terutama ketika ia sedang mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Pada akhirnya,
mudah-mudahan usaha setiap jajaran Depdiknas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa akan
berhasil dengan gemilang.
Daftar Pustaka
Cooney, T.J., Davis, E.J., Henderson, K.B. (1975). Dynamics of Teaching
Secondary School Mathematics. Boston : Houghton Mifflin Company.
Cantiknya Ilmu
Artikel Islam, Artikel Pendidikan, Download Ebook, Download Software Gratis dan Tutorial
Blogger
• Home
• Bacaan
○ Pendidikan
Artikel Pendidikan
Silabus dan RPP
○ Religi
Artikel Islam
Kisah Islam
Keluarga Muslim
Cantiknya Ilmu
Puasa
○ Cerita Rakyat
All Cerita Rakyat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
○ Artikel
○ Internet
○ Makalah
○ Dunia Cantik
○ Kampungku
• Ebook
○ All EBook
○ Religi
○ Internet|Web dan Blog
○ Bisnis Online
○ Ekonomi Keluarga
○ Komputer
○ Motivasi
○ Pendidikan
○ Soal CPNS
• Blog Tutorial
• Download
○ All Download
○ Ebook Gratis
○ Software Islam
○ Software Pendidikan
○ Software Gratis
○ Aplikasi HP
• TentangKu
○ My Profil
○ Email Me
○ Twitter
○ Facebook
• Kumpulan
○ Artikel Pendidikan
○ Artikel Islam
○ Download Gratis
○ Ebook Islam
○ Ebook Gratis
○ Software Gratis
○ Software Islam
○ Software Pendidikan
○ Blogger Tutorial
○ Situs Islam
Top of Form
cari artikel Go
Bottom of Form
• Beranda
• Makalah
• Pendidikan
• Penyebab Kesulitan Belajar Anak Didik
Penyebab Kesulitan Belajar Anak Didik
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sepertinya kurang merespon atas apa yang mereka pelajari. Dan itu
didik jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai
memang ada anak didik yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya tanpa
B. Batasan Materi
BAB II PEMBAHASAN
anak didik "Dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar
anak didik yang ber kesulitan belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya
dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan saja, tapi juga dimiliki oleh
kesederhanaan nya. Hanya yang membedakan nya pada sifat jenis, dan
faktor penyebabnya.
Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat diatasi
tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar anak didik
yang lain. Tetapi disadari atau tidak belajar datang pada anak didik.
belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara
belajar.
masing. Ada yang meninjau dari sudut intern anak didik dan ekstern anak
didik.
- Karena sakit
- Inteligensi
- Minat
- Motivasi
- Kesehatan mental.
1. Lingkungan keluarga
a. Teman bergaul
b. Lingkungan tetangga
faktor penyebab kesulitan belajar anak didik dapat di bagi menjadi faktor
kesulitan belajar adalah anak didik yang tidak dapat belajar secara wajar
misalnya:
kelompok kelas.
2. Hasil yang di capai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Padahal
anak didik sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya selalu
rendah.
4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-
Dari semua gejala yang tampak itu guru bisa menginterpretasi atau
membentuk manusia supaya sehat, cerdas, baik budi pekerti nya dan
sebagainya.
perkembangan yang pesat terhadap sekolah maupun pada diri anak didik
itu sendiri. Maka dari itu seorang hendaknya membantu apabila ada anak
melalui:
1. Pengumpulan data
Menurut Sam Isbani dan R. Isbani dalam pengumpulan data dapat
a. Kunjungan rumah
b. Meneliti pekerjaan anak
2. Pengolahan data
Dalam pengolahan data, langkah yang dapat di tempuh antara lain:
a. Identifikasi kasus
d. Menarik kesimpulan
3. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan
kesulitan belajar.
sebagainya.
4. Prognosis
Prognosis artinya "ramalan" apa yang telah di tetapkan dalam tahap
harus diberiukan kepada naka untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar
5. Treatment
Treatment adalah perlakuan, maksudnya pemberian bantuan kepada anak
didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah di
telah diberikan berhasil dengan baik artinya ada kemajuan yaitu anak dapat
dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar atau gagal sama sekali.
a. Re-diagnosis
b. Re-prognosis
c. Re-treatment
d. Re-evaluasi
A. Kesimpulan
1. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat
(faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) dan faktor ekstern (faktor dari
luar diri/lingkungan)
a. Pengumpulan data
b. Pengolahan data
c. Diagnosis
d. Prognosis
e. Treatment
f. Evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
H. Abu Ahmadi, Drs, 2003, Psikologi Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Abror Abdurrahman, 1993, Psikologi Belajar, PT. Tiara Wacana,
Yogyakarta.