Professional Documents
Culture Documents
1. PENDAHULUAN
Pembangunan pipa bawah laut merupakan langkah yang tepat untuk mengurangi
biaya operasional distribusi material cair seperti minyak dan gas dari lokasi
kapal akan membutuhkan biaya yang sangat besar. Informasi mengenai kondisi
dasar laut sangat dibutuhkan untuk kegiatan pembangunan pipa bawah laut.
dalam survei batimetri. Hal ini disebabkan kemampuan instrumen tersebut dalam
melakukan pemindaian dasar laut dengan akurasi yang sangat tinggi dan cakupan
sedimen dasar laut (Manik, 2008). Nilai backscattering strength dapat dihitung
secara kuantitaif menggunakan rumus yang telah ada dengan memasukkan nilai
frekuensi untuk berbagai tipe dasar perairan. Sebaran jenis sedimen yang
memperhatikan topografi dan jenis sedimen dasar laut. Peletakan pipa pada
topografi yang salah dapat menyebabkan pipa patah. Menurut Bachri (1998)
1
2
1.2 Tujuan
Multibeam Sonar dalam interpretasi karakter fisik dasar laut (topografi dan jenis
sedimen dasar laut) sebagai informasi utama dalam kegiatan pembangunan pipa
bawah laut.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
permukaan dasar perairan (seabed surface) (Yanto, 2007). Survei batimetri hanya
hanya dilakukan pada titik-titik kedalaman tertentu (titik sounding) yang dipilih
untuk mewakili wilayah yang akan dipetakan. Pencatatan waktu pada setiap titik
sounding juga harus dilakukan untuk dikoreksi terhadap kenaikan muka air laut
Publikasi khusus IHO No.44 edisi ke-4 bulan April tahun 1998
belum ada. Akan tetapi untuk keperluan praktis survei hidrografi yang dilakukan
yang memberikan spesifikasi minimum dalam pengumpulan data yang akurat dan
tepat untuk keselamatan navigasi para pelaut. Ketentuan tersebut meskipun dibuat
untuk keselamatan navigasi para pelaut akan tetapi dapat digunakan sebagai acuan
3
4
dalam memandu bagi pengumpulan data dan perhitungan faktor-faktor yang perlu
2. Penentuan Posisi
posisi geodetik lokal maka posisi tersebut harus dikaitkan terhadap WGS
84.
3. Pengukuran Kedalaman
pengaruh pasang surut pada saat pemeruman dan sebagai bahasan mengenai data
5
ramalan pasang surut yang dilakukan tidak kurang dari 29 hari. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data batimetri yang akurat dan dapat digunakan
dengan pasti jenis dasar perairan di lokasi instalasi pipa bawah laut dan sebagai
3. Pipa langsung diletakkan diatas dasar laut untuk kedalaman lebih dari 28
Langkah awal penentuan jalur pipa bawah laut adalah dengan melakukan
penggambaran memanjang dari jalur pipa yang akan dibuat dengan melakukan
pemendaman pipa bawah laut sesuai aturan pemerintah, yaitu (d(syarat pendam))
dMSL = d + CD (2.1)
reduksi jarak mendatar (fr) pada permukaan bumi fisik sebagai komponen
2
Dij E ij N ij
2
1 2
(2.3)
7
Keterangan :
penjumlahan jarak miring antar dua ttik kedalaman pada penampang memanjang
kedudukan pipa yang aman, efektif dan efisien. Perhitungan panjang jalur pipa
1
S ij h pipa (2.4)
2 2 2
Keterangan :
prinsip yang sama dengan single beam namun perbedaanya terletak pada jumlah
beam yang dipancarkannya lebih dari satu dalam satu kali pancar. Berbeda
dengan Side Scan Sonar pola pancaran yang dimiliki multibeam sonar melebar
dan melintang terhadap badan kapal. Setiap beam memancarkan satu pulsa suara
(Moustier, 2005).
serangkaian element transduser yang memancarkan pulsa suara dalam sudut yang
dipancarkan sampai diterima kembali dibagi dengan dua kali waktu yang
h 1 .v.t (2.5)
2
kembali
berbagai kesalahan yang mungkin terjadi. Kesalahan tersebut dapat berasal dari
a 2 (bxd ) 2 (2.6)
Keterangan :
σ : ketelitian kedalaman
konstanta kesalahan
d : kedalaman (meter)
Setiap data yang didapatkan dari sounding yang dilakukan harus melalui
dilakukan untuk memeriksa dan menentukan besarnya kesalahan yang ada dalam
proses roll, pitch, gyro dan cepat rambat akustik, kalibrasi offset statik dan uji
centerline dari kapal dan transduser. Proses penyesuaian ini meliputi beberapa
komponen, yaitu kapal (antena GPS kapal), transduser, kompas giro dan MRU.
pitch, roll, time delay dan profil cepat rambat akustik. Serangkaian kalibrasi
disebabkan dinamika laut yang terjadi pada saat pengambilan data dilakukan.
11
Pitch diukur dari dua pasang titik kapal dalam menentukan kedalaman
terhadap suatu kemiringan pada dua kecepatan yang berbeda (Sasmita, 2008).
Kalibrasi pitch dilakukan dengan tujuan mencari besarnya nilai koefisien koreksi
pitch dan time delay sehingga kedalaman yang terukur menjadi akurat. Kalibrasi
ini dilakukan dengan cara membuat satu garis sapuan multibeam dengan memilih
dasar laut yang memiliki kemiringan. Pengambilan data pada garis ini dilakukan
sebanyak dua kali secara bolak-balik dengan kecepatan yang sama, setelah itu
pertama dan kedua. Pada kedua garis ini dibuat satu koridor untuk mendapatkan
Gerakan ini dipengaruhi oleh dinamika pergerakan air laut. Sudut rotasi pitch
bernilai positif apabila posisi haluan kapal (sisi depan kapal) berada diatas
permukaan air (Aritonang, 2010). Hal penting dari kalibrasi pitch, yaitu
peningkatan kedalaman air maka nilai kalibrasi akan semakin kecil (Sasmita,
2008). Dengan mengasumsikan kapal melintasi lajur yang sama, arah yang
berlawanan, kedangkalan yang bergradien tajam dan kecepatan yang sama maka
koreksi pitch offset (sudut pancaran) dirumuskan sebagai berikut (Mann, 1996) :
d / 2
d tan 1 (2.7)
z
Keterangan :
12
d : pitch offset
Z : kedalaman
DGPS. Kalibrasi waktu tunggu atau yang lebih dikenal sebagai kalibrasi time
delay umumnya bernilai antara 0.2-1 s dan kondisi ini menyebabkan kesalahan
pada posisi yang dipengaruhi oleh kecepatan kapal. Time delay dikatakan akurat
Persamaan yang digunakan untuk menghitung kalibrasi waktu tunggu (time delay)
adalah :
d
dt tan 1 (2.8)
(Vh Vt )
Keterangan :
dt = Time delay
Kalibrasi ini digunakan untuk mengoreksi gerakan oleng kapal pada arah
yang sangat besar pada wilayah laut dalam. Untuk melakukan kalibrasi roll, harus
14
memenuhi beberapa persyaratan, yaitu kapal melintasi jalur yang sama dengan
arah yang berlawanan, melintasi dasar laut dengan relief datar, menggunakan
kecepatan yang sama dan pancaran terluar yang overlap digunakan untuk koreksi
(Sasmita, 2008).
Offset roll dapat diperkirakan untuk sudut kecil kurang dari 3 derajat
y (2.9)
tan 1
x
Keterangan :
= offset roll
y = kedalaman (m)
batimetri. Hal ini disebabkan kecepatan suara dalam air memiliki nilai yang tidak
selalu sama untuk setiap wilayah sehingga langkah awal untuk melakukan
Kapal melewati jalur survei (minimal sebanyak dua kali) dengan relief
dasar laut yang relatif datar kemudian pada masing-masing titik dilakukan
pengambilan data salinitas, suhu, tekanan dan kecepatan suara menggunakan CTD
sistem yang digunakan untuk perekaman data. Tujuan dari pengambilan data
kecepatan suara ini adalah untuk mendapatkan waktu tempuh gelombang suara
yang akurat, sehingga akan dihasilkan nilai kedalaman yang akurat (Hasanudin,
menggunakan CTD.
16
Positioning System) dengan metode Real Time Differential GPS (RTDGPS) yang
digunakan untuk objek yang bergerak. Alat yang digunakan dalam sistem ini,
yaitu DGPS C-Nav. RTDGPS merupakan sistem penentuan posisi real time
yang real time maka monitor stasiun mengirimkan koreksi differensial ke kapal
pusat sistem koordinat kapal adalah salib sumbu antara arah kapal (heading)
sebagai sumbu X, serta arah tegak lurus ke arah dasar laut sebagai sumbu Z
(Gambar 9).
sistem koordinat yang digunakan, maka gerak kapal dinyatakan sebagai gerak
rotasi begitu juga dengan titik-titik kedalaman yang diperoleh dari hasil
Dasar laut memiliki sebaran sedimen yang berbeda untuk setiap wilayah.
batuan dan potongan kulit (shell) serta sisa rangka dari organisme laut yang telah
mengalami berbagai proses fisika, kimia dan biologi didasar laut dalam jangka
waktu tertentu (Hutabarat dan Stewart, 2000). Informasi mengenai jenis sedimen
di dasar laut penting untuk mengetahui organisme bentik yang terdapat disana
selain itu untuk mengetahui tingkat kekokohan sedimen tersebut dalam menahan
berdasarkan ukuran butir (grain size), tekstur dan porositas. Wentworth (1922)
1).
kekerasan dan kekasaran dasar tersebut. Nilai dari backscatter selain tergantung
dari tipe dasar perairan (khususnya kekasaran dan kekerasan) tetapi tergantung
juga dari parameter alat (frekuensi dan transduser beamwidth) (Burczynski 2002).
Sudut datang dari multibeam sonar lebih besar dari 25o maka backscatter dasar
dan mengenai objek ataupun dasar laut. Analisis terhadap amplitude dari
informasi mengenai struktur dan kekerasan dari dasar laut, yang digunakan untuk
identifikasi jenis substrat dasar laut. Sinyal kuat yang kembali menunjukkan
permukaan yang keras (rock, gravel) dan sinyal yang lemah menunjukkan
Hambur balik dari multibeam memiliki cakupan daerah dan tingkat detail
beam, kedalaman dan komposisi penyusun dasar perairan. Kelebihan lain yang
Penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Februari
sampai dengan April 2011 disekitar wilayah Selat Sunda. Lokasi merupakan
salah satu wilayah potensial yang banyak dilalui jalur pelayaran nasional maupun
adanya pipa bawah laut yang diletakkan di lokasi tersebut. Data diperoleh
22
terpasang pada kapal riset Baruna Jaya IV milik Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi.
Keluatan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. GPS memiliki peranan yang sangat penting
untuk menentukan lokasi peletakkan pipa bawah laut yang sebelumnya telah
22
23
multibeam tipe Sea Beam 1050D. Kapal yang digunakan untuk kegiatan
perekaman data pemeruman ini adalah Kapal Baruna Jaya IV milik Badan
Alat yang digunakan pada tahap pemrosesan data akustik dapat dilihat
MBSystem
mendapatkan informasi mengenai jenis sedimen dan peta batimetri yang akurat.
Informasi yang didapatkan dari instrumen multibeam tipe Sea Beam 1050D
berupa nilai backscattering dari dasar perairan, koordinat dan kedalaman. Nilai
kedalaman digunakan untuk membuat peta batimetri yang akurat. Data yang
kalibrasi pitch, roll, positioning delay, kalibrasi SVP, kalibrasi yaw dan kalibrasi
kedalam bentuk ASCII untuk kemudian diproses pada perangkat lunak Microsoft
excel. Perangkat lunak ini digunakan untuk memisahkan data hasil pemeruman
data selanjutnya, yaitu visualisasi profil batimetri dari dasar laut secara 2 dimensi
dengan data hasil coring. Hal ini dilakukan untuk mengklasifikasikan jenis
pada perangkat lunak ArcView GIS 3.2. Pencocokan antara peta batimetri dan
klasifikasi dasar laut dilakukan untuk menentukan lokasi peletakkan pipa yang
tepat. Berikut merupakan diagram alir pemrosesan data akustik (Gambar 12).
Kalibrasi SVP
Plot Batimetri
Plot Data
Plot Backscattering
Batimetri
Griding Data
Amplitudo
Backscattering
Peta Batimetri
Peta Hasil Griding Peta Klasifikasi
Dasar Perairan
Lokasi Peletakkan
Pipa
Plot Data
Pengklasan Nilai
Backscattering
Griding Data
Data Backscattering
26
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, J. T., D.V. Holliday, R. Kloser, D.G. Reid, and Y. Simrad. 2008.
Acoustic Seabed Classification: Current Practice and Future Directions.-
ICES Journal Of Marine Science, 65: 1004-1011.
Mann, Robert and Godin, André. 1996. Field Procedures for the Calibration of
Shallow Water Multibeam Echo-Sounding Systems. Canadian Hydrographic
Conference, Canada.
Moustier, De. 2005. Course Multybeam Sonar Method. Publication Data, Inggris.
Wentworth CK. 1922. A Scale of Grade And Class Terms For Clastic Sediments.
Journal of Geology 30: 377–392.