Professional Documents
Culture Documents
Oleh kelompok II :
1. Anik Achmani
2. Moch.Kharis S
3. Nining
4. Paulina
5. Fadlilatur
6. Karsim
7. Wiwin Pratiwi
8. Shera U. Ulhaq
9. Sarifudin
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2009
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan pjui syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang
telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan makalah ilmu keperawatan dasar I dengan
“ASPEK LEGAL DALAM KEPERAWATAN”
Makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan
dukungan, bimbingan serta arahan baik secara moriil aupun materiil. Untuk itu kami ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya di sampaikan kepada :
1. Bpk. Kusnanto, S.Kp M.Kes selaku pengajar mata ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
2. Tema-teman satu kelompok yang bekerjasama dalam membantu menyelesaikan masalah ini.
Dari pembuatan makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, sehingga dengan
hal tersebut sangat mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk penyusunan makalah
selanjutnya yang lebih baik sehingga dapat bermanfaat untuk kita semua.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Kepmenkes No.1239 tahun 2001 (pasal 16), dalam melaksanakan kewenangannya perawat
berkewajiban untuk :
1. Menghormati hak pasien
2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Memberikan informasi
5. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
6. Melakukan catatan perawatan dengan baik
Dalam Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001 pasal 38, dijelaskan bahwa perawat yang sengaja :
1. Melakukan praktik keperawatan tanpa izin
2. Melakukan praktik keperawatan tanpa mendapat pengakuan / adaptasi
3. Melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan ketentuan pasal 16
4. Tidak melaksanakan kewajiban sesuai pasal 17
4. Manager
Sebagai seorang manager dan pemberi perawatan klien, perawat mengkoordinasikan berbagai
professional perawatan kesehatan dan layanan untuk membantu klien mencapai hasil akhir yang
diinginkan.
Sedangkan organisasi birokratik menggunakan kontrol melalui kebijakan, pekerjaan terstruktur,
dan tindakan pembagian kategori. Organisasi lain mendesentralisasikan kontrol dan menekankan
pengarahan diri dan disiplin diri anggotanya.
Fungsi manajerial, antara lain :
1. Perencanaan
a. Mengidentifikasi kesempatan di masa yang akan dating
b. Mengantisipasi dan menghindari masalah di masa yang akan dating
c. Menyusun strategi dan rangkaian tindakan
2. Pengorganisasian
a. Mengidentifikasi tugas tertentu dan menugaskannya pada individu atau tim yang telah
mendapatkan pelatihan dan memiliki keahlian untuk melaksanakannya.
b. Mengoordinasikan aktivitas untuk mencapai tujuan unit
B. Kompetensi Ners
Perumusan kompetensi diklasifikasikan berdasar pasal 2 dalam SK No. 045/U/202 yang
menyebutkan bahwa kompetensi hasil didik suatu program studi terdiri atas kompetensi utama,
kompetensi pendukung, dan kompetensi lainnya yang bersifat khusus dan gayut dengan
kompetensi utama. Kompetensi yang diharapkan akan dicapai mahasiswa setelah menyelesaikan
pendidikan Ners adalah sebagai berikut :
a. Kompetensi Utama :
1) Mampu melakukan praktek keperawatan individu, keluarga, kelompok , dan komunitas yang
berfokus pada keselamatan pasien berbasis pada bukti-bukti ilmiah (Nursing practice focused on
patient safety and evidence based)
2) Mampu menerapkan etik, moral, legal dan perilaku profesional (ethical judgement, moral
reasoning, and profesional behavior)
3) Mampu menjadi agen perubah, mengembangkan diri dan belajar sepanjang hayat (Change
agent life long lerarning and personal growth
4) Mampu berkomunikasi efektif, dengan memperhatikan unsur lintas budaya (effective
communication considering to transcultural approach)
5) Mampu bekerjasama dalam konteks pelayanan kesehatan (elderly, emergency disaster) (The
social dan community contexts of health care (elderly, emergency disaster)
6) Mampu berfikir kritis, memecahkan masalah dan melakukan penelitian (Critical thinking,
problem solving and reseach )
b. Kompetensi Pendukung :
1) Mampu menerapkan manajemen dan teknologi informasi dalam pelayanan keperawatan (IT
applied and management approach in nursing practice)
2) Kompetensi lainnya yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama:
3) Mampu mengembangkan semangat kewirausahaan di bidang kesehatan sesuai dengan situasi
dan budaya lokal. ( Health care enterpreunership according to local situation and local culture )
A. TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas- tugas yang berhubungan
dengan peran tertentu dari perawat. Tanggung jawab perawat secara umum
1. Menghargai martabat setiap pasien dan keluarganya
2. Menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, proseur atau obat – obatan tertentu dan
melaporkan penolakan tersebut kepada dokterdan orang – orang yang tepat ditempat tersebut.
3. Menghargai hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan informasi
4. Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan – pertanyaan pasien dan memberikan
informasi biasanya diberikan oleh dokter
5. Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal – hal penting kepada orang yang
tepat.
B. TANGGUNG GUGAT
Tanggung gugat (akuntabilitas) adalah mempertanggungjawabkan perilaku dan hasil – hasilnya
termasuk dlam lingkup peran profesional seseorang sebagaimana tercermin dalam laporan
pendidik secara tertulis tentang perilaku tersebut dan hasil – hasilnya. Terhdap dirinya sendiri,
pasien, profesi, sesama karyawan dan masyarakat.
Akuntabilitas bertujuan :
1. Mengevaluasi praktisi – praktisi profesional baru dan mengkaji ulang praktisi – praktisi yang
sudah ada
2. Mempertahankan standar perawatan kesehatan
3. Memberikan fasilitas refleksi profesional, memikirkan etis dan pertumbuhan pribadi sebagai
bagian yang profesional perawatan kesehatan.
4. Memberikan dasar untuk keputusan etis
Tanggung gugat dalam transaksi terapeutik :
1. Contractual Liability
Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban dari hubungan
kontraktual yang sudah disepakati
2. Vicarious Liability
Tanggung gugat yang timbul atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada dalam
tanggung jawabnya
3. Liability in Tort
Tanggung gugat atas perbuatan melawan hukum
Tanggung gugat pada setiap proses keperawatan:
1. Tahap pengkajian
Perawat bertanggung gugat mengumpulkan data atau informasi, mendorong partisipasi pasien
dan penentuan keabsahan data yang dikumpulkan.
2. Tahap diagnosa keperawatan
Perawat bertanggung gugat terhadap keputusan yang dibuat tentang masalah – masalah
kesehatan pasien seperti pertanyaan diagnostik.
3. Tahap perencanaan
Perawat bertanggung guga untuk menjamin bahwa prioritas pasien juga dipertimbangkan dalam
menetapkan prioritas asuhan.
4. Tahap implementasi
Perawat bertanggung gugat untuk semua tindakan yang dilakukannya dalam memberikan asuhan
keperawatan.
5. Tahap evaluasi
Perawat bertanggung gugat untuk keberhasilan atau kegagalan tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, B. 2006.http//www.Kualitas Pelayanan Keperawatan. pdf. Google. htm/ or. id. page 2
Bachman, J. 1998. Developing a common nursing practice modern. Nursing manajemen. 2(5) :
26 – 27
Elizadiani, D. 2008. http//www. Standar untuk praktek untuk profesi keperaatan/htm.
Hadi, M. 2008. Google automatically generates html version of documens as crawl the web.
Page 1
Mas. 2008. http//www. Antisipasi mal praktik. Harian Media Sentoda/Praktek/Keperawatan.
htm.
Syaifoel Hardy & Nurhadi. 2007. Efektivitas Penggunaan Gelar Ners. http://inna-ppni.or.id/html
Tim Penyusun. 2008. Pedoman Pendidikan Universitas Airlangga 2008-2009. Surabaya.
Airlangga University Press
Kelompok Pendidikan & Komunitas. 2008. Undang - Undang Keperawatan.
http://tenreng.files.wordpress.com/2008/05/uud-keperawatan.pdf.
Kathleen koenig Blass. 2006. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep dan Perspektif Edisi 4.
Jakarta : EGC
Tim Penyusun. 2008. Pedoman Pendidikan Universitas Airlangga 2008-2009. Surabaya.
Airlangga University Press
Kelompok Pendidikan & Komunitas. 2008. Undang - Undang Keperawatan.
http://tenreng.files.wordpress.com/2008/05/uud-keperawatan.pdf.
Kathleen koenig Blass. 2006. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep dan Perspektif Edisi 4.
Jakarta : EGC
Diposkan oleh Info Kesehatan di 08.40 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google
Buzz
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2009
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya
yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmu
keperawatan dasar I dengan judul “BERFIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN”
Makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan
dukungan, bimbingan serta arahan baik secara moriil maupun materiil. Untuk itu kami ucapkan
terimakasih kepada :
Dari pembuatan makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, sehingga dengan
hal tersebut sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyusunan makalah
selanjutnya yang lebih baik sehingga dapat bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………….. 1
KATA PENGANTAR………………………………………………… 2
DAFTAR ISI………………………………………………………….. 3
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………. 4
BAB II. TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian…………………………………………………….. 5
2.2 Teknik berpikir……………………………………………….. 5
2.3 Proses berpikir……………………………………………….. 7
2.4 Berpikir kritis………………………………………………… 8
2.5 Aspek perilaku berpikir kritis…………………………………. 8
2.6 Model berpikir kritis………………………………………….. 9
2.7 Tingkatan berpikir kritis……………………………………….. 10
BAB III PEMBAHASAN…………………………………………….. 12
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………………………………………… 15
4.2 Saran………………………………………………………….. 15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 16
BAB I
PENDAHULUAN
Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi
dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berfikir kritis merupakan konsep dasar
yang terdiri dari konsep berfikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri
berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berfikir kritis dalam
keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar berfikir kritis, analisis
pertanyaan kritis, hubungan pemecahan masalah, pengambilan keputusaan dan kreatifitas dalam
berfikir kritis serta factor-faktor yang mempengaruhi berfikir kritis.
Perawat sebagai bagian dari pemberi pelayanan kesehatan, yaitu memberi asuhan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut untuk berfikir kritis dalam
berbagai situasi. Penerapan berfikir kritis dalam proses keperawatan dengan kasus nyata yang
akan memberi gambaran kepada perawat tentang pemberian asuhan keperawatan yang
komprehensif dan bermutu. Seorang yang berfikir dengan cara kreatif akan melihat setiap
masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun obyeknya sama, sehingga dapat dikatakan,
dengan tersedianya pengetahuan baru, seorang profesional harus selalu melakukan sesuatu dan
mencari apa yang paling efektif dan ilmiah dan memberikan hasil yang lebih baik untuk
kesejahteraan diri maupun orang lain.
Proses berfikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman
baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki kita menjadi lebih mampu untuk membetuk
asumsi, ide-ide dan menbuat simpulan yang valid. Semua proses tersebut tidak terlepas dari
sebuah proses berfikir dan belajar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENGERTIAN
Berfikir adalah aktivitas yang sifatnya mencari idea tau gagasan dengan menggunakan berbagai
ringkasan yang masuk akal. Tri Rusmi dalam Perilaku Manusia (1996), mengatakan berpikir
adalah suatu proses sensasi, persepsi, dan memori/ ingatan, berpikir mengunakan lambang
(visual atau gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan yang disertai proses pemecahan
masalah.
TEKNIK BERPIKIR
Berpikir memiliki berbagai macam taknik, antara lain; berpikir austik, berpikir realistic, berpikir
kreatif dan berpikir evaluative.
1. Berpikir austik
Pada saat melamun seseorang menghayal dan sering berfantasi memikirkan sesuatu yang
terkadang tidak sesuai dengan keadaan. Setiap orang pernah terlibat dengan cara ini, namun
harus selalu terkendali. Oleh karena itu, berpikir austik sering diidentikkan dengan melamun.
Misalnya, seseorang yang berhayal ingin mempunyai pesawat terbang.
2. Berpikir realistic
Berpikir realistic dilakukan oleh seseorang saat menyesuaikan diri dengan situasi yang nyata.
Pada berpikir realistic, seseorang melihat situasi nyata yang ada, kemudian langsung menarik
suatu kesimpulan, selanjutnya direalisasikan pada penaglaman nyata. Hal ini disebut berpikir
realistic induktif. Misalnya, pada kondisi bangun kesiangan saat masuk kuliah pagi, seseorang
akan memikirkan alternative untuk tidak bangun kesiangan. Selanjutnya, jika seseorang berpikir
dengan melihat pengalaman sebelumnya, kemudian menarik suatu kesimpulan dari situasi yang
ada, disebut berpikir realistis deduktif.
3. Berpikir kreatif
Berpikir kreatif dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif memerlukan
stimulus atau rangsangan dari lingkungan yang dapat memicu seseorang berkreativitas.
Seseorang baru dikatakan berpikir kreatif jika ada perubahan atau menciptakan sesuatu yang
baru. Berpikir kreatif dilakukan berdasarkan manfaat atau tujuan yang pasti, menyelesaikan
dengan baik suatu masalah, dan mengahsilkan ide yang baru atau menata kembali ide lama
dalam bentuk baru. Factor yang memengaruhi seseorang untuk berpikir kreatif adalah:
a. Kemampuan kognitif, yaitu kemampuan untuk mencerna, memahami menguraikan,
menerapkan, mensintesis dan mengevaluasi. Contoh: memaksimalkan potensi yagn ada, “berat
sama dipikul ringan sama dijinjing”.
b. Sikap yang terbuka. Contoh: menerima usulan yang baik dan menerima kelebihan orang lain.
c. Otonomi. Contoh: berani mengambil keputusan.
d. Percaya pada diri sendiri. Contoh: yakin dan percaya pada kemempuan diri unutk melakukan
suatu aktivitas.
4. Berpikir evaluative
Pada saat seseorang berpikir evaluative, berarti ia mempelajari dan menilai baik buruknya suatu
keadaan, tepat tidaknya suatu gagasan, serta perlu tidaknya perubahan suatu gagasan. Misalnya,
ketika seseorang merencanakan membeli jas baru, keuntungan dan kerugianya, serta apakah
tepat jika membeli jika kondisi tidak memungkinkan.
PROSES BERPIKIR
Proses berpikir merupakan suatu jalan pikiran atau logika. Langkah-langkah proses berpikir
terdiri dari:
1. Pembentukan Pengertian/Konsep
Seseorang memperlajari keadaan yang ada kemudian diterjemahkan sesuai dengan pengalaman
ataupun teori-teori yang dia ketahui sebelumnya. Contoh: Hepatitis termasuk penyakit menular
atau tidak menular?
2. Pembentukan Pendapat
Tahap berikutnya; seseorang membentuk pendapatnya sesuai dengan pengertian yang ia buat
dari keadaan atau situasi yang ada. Contoh: mulai berpendapat bahwa ciri-ciri penyakit menular
adalah diakibatkan oleh virus (misal; Hepatitis) dan protozoa (misal; malaria), sedangkan ciri-ciri
penyakit tidak menular adalah dapat diakibatkan oleh gaya hidup seperti stroke dan lingkungan
(misal; kanker).
3. Penarikan Kesimpulan
Proses berpikir diakhiri dengan adanya suatu kesimpulan berdasarkan pembentukan pendapat
pada tahap sebelumnya. Contoh: setelah mengetahui karakteristik masing-masing dan
mencocokkan dengan karakteristik penyakit Hepatitis, kemudian menarik kesimpulan bahwa
Hepatitis adalah termasuk penyakit menular yang diakibatkan oleh virus.
BERPIKIR KRITIS
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau
keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. ( Pery &
Potter,2005). Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara
rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan
tindakan. Menurut Strader (1992), bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang
menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan
menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut untuk mendapatkan
suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru.
ASPEK PERILAKU BERPIKIR KRITIS
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku
selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari
beberapa aspek:
1. Relevance
Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.
2. Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
3. Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap
menerima adanya ide-ide baru orang lain.
4. Outside material
Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan
(refrence).
5. Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan.
6. Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data baru dari informasi
yang berhasil dikumpulkan.
7. Justification
Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang
diambilnya. Termasuk di dalalmnya senantiasa member penjelasan mengenai keuntungan
(kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi.
8. Critical assessment
Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi/ masukan yang dating dari dalam dirinya maupun
dari orang lain.
9. Practical utility
Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan/ kegunaanya dalam
penerapan.
10. Width of understanding
Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat muluaskan isi atau materi diskusi.
Secara garis besar, perilaku berpikir kritis diatas dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan:
a. Berpusat pada pertanyaan (focus on question)
b. Analisa argument (analysis arguments)
c. Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi (ask and answer questions of clarification
and/or challenge)
d. Evaluasi kebenaran dari sumber informasi (evaluating the credibility sources of information)
Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam mengevaluasi
atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat-tidaknya ataupun layak-tidaknya seatu
gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang mencakup penilaian dan
analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian
merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu keputusan.
Bahwa untuk mendapatkan suatu hasil berpikir yang kritis, seseoarang harus melakukan suatu
kegiatan (proses) berpikir yang mempunyai tujuan (purposeful thinking), bukan “asal” berpikir
yang tidak diketahui apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Artinya, walau dalam
kehidupan sehari-hari seseorang sering melakukan proses berpikir yang terjadi secara “otomatis”
(misal; dalam menjawap pertanyaan “siapa namamu?”). banyak pula situasi yang memaksa
seseorang untuk melakukan kegiatan berpikir yang memang di “rencanakan” ditinjau dari sudut
“apa” (what), “bagaimana” (how), dan “mengapa” (why). Hal ini dilakukan jika berhadapan
dengan situasi (masalah) yang sulit atau baru.
Isi suatu kualitas dari kegiatan berpikir harus mengandung unsur-unsur seperti dibawah ini:
1. Sistematik dan senantiasa menggunakan criteria yagn tinggi (terbaik) dari sudut intelektual
untuk hasil berpikir yang ingin dicapai.
2. Individu bertanggung jawab sepenuhnya atas proses kegiatan berpikir.
3. Selalu mengunakan criteria berdasar standart yang telah ditentukan dalam memantau proses
berpikir.
4. Melakukan evaluasi terhadap efektivitas kegiatan berpikir yang ditinjau dari pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
Untuk lebih mengoptimalkan dalam proses berpikir kritis setidaknya faham dan tahu dari
komponen berpikir kritis itu sendiri dan komponen berpikir kritis meliputi; pengetahuan dasar
spesifik, pengalaman, kompetensi sikap dan standar.
1 Pengetahuan dasar spesifik
Komponen pertama berpikir kritis adalah pengetahuan dasar perawat yang spesifik dalam
keperawatn. Pengetahuan dasar ini meliputi teori dan informasi dari ilmu-ilmu pengetahuan,
kemanusiaan, dan ilmu-ilmu keperawatan dasar.
2 Pengalaman
Komponen kedua dari berpikir kritis adalah pengalaman. Pengalaman perawat dalam peraktik
klinik akan mempercepat proses berpikir kritis karena ia akan berhubungan dengan kliennya,
melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan membuat keputusan untuk melakukan
perawatan terhadap masalah kesehatan.
Pengalaman adalah hasil interaksi antara individu melalui alat indranya dan stimulus yang
berasal dari beberapa sumber belajar. Menurut Rowntree pada proses belajar ada lima jenis
stimulus/ rangsangan yagn berasal dari sumber belajar.
a. Interaksi manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi antara manusia baik verbal maupun
nonverbal.
b. Realita (benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan yang meliputi benda-benda
nyata, peristiwa nyata, binatang nyata, dan sebagainya.
c. Pictorial representation, adalah jenis rangsangan gambar yang mewakli suatu objek dan
peristiwa nyata.
d. Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan dalam berbagai macam media.
e. Recorded sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang membantu mengontrol
realitas mengingat bahwa suara senantiasa berlangsung atau jalan terus.
3 Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis merupakan proses kognitif yang digunakan untuk membantu penilaian
keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi, yaitu:
a. Berfifir kritis umum, meliputi pengetahuan tentang metode ilmiah, penyelesaian masalah, dan
pembuatan keputusan.
b. Berpikir kritis secara sepesifik dalam praktik klinik meliputi alasan mengngkat diagnose dan
membuat keputusan untuk perencanaan tindakan selanjutnya.
c. Berpikir kritis yang sepesifik dalam keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan
(pengkajian sampai evaluasi).
4 Sikap dalam berpikir kritis
Sikap dalam berpikir kritis merupakan sikap yang diperoleh dari proses berpikir kritis dan sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akanv tetapi adalah merupakan predisposisi
tindakan/ kesiapan untuk bereaksi terhadap setimulus atau objek menurut Newcomb dalam
notoatmodjo (1993), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
5 Standart/ karakteristik berpikir kritis
Dalam standart berpikir kritis trerdapat dua komponen:
a. Standar intelktual
Dalam standar intelektual untuk menghasilkan proses berpikir perlu di perhatikan tentang;
rasional dan memiliki alasan yang tepat, reflektif, menyelidik, otonomi berpikir, kreatif, terbuka
dan mengevaluasi.
b. Standar profesional
Pada standar profesioanl keperawatan memiliki kode etik keperawatan dan standart praktek
asuhan keperawatan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berfikir kritis merupakan suatu proses bepikir yang di dalamnya memuat tentang pengetahuan
dasar yang khusus, memiliki pengalaman, kompetensi, sikap dan standart. Supaya bisa berfikir
secara kritis melibatkan suatu rangkaian yang terintegrasi tentang kemampuan dan sikap berfikir,
berfikir secara aktif dengan menggunakan intelegensia, pengetahuan, dan ketrampilan diri untuk
menjawab pertanyaan, dengan cermat menggali situasi dengan cara mengajukan pertanyaan dan
menjawab dengan relevan, berfikir untuk memperoleh hasil yang maksimal dan secara cermat
menelaah berbagai ide dan mencapai kesimpulan yang berguna.
4.2 SARAN
Untuk dapat melakukan proses bepikir yang kritis dalam melakukan proses keperawatan kita
harus belajar, karena belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku sebagai akibat dari
pengalaman, latihan, atau proses pembiasaan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.psb-psma.org/content/blog/proses-berpikir
Maryam Siti R. dkk (2007) Buku Ajar Proses Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan, Jakarta:
EGC
Diposkan oleh Info Kesehatan di 12.29 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google
Buzz
BAB 1
PENDAHULUAN
Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah telah dijalankan selama ini masih
memperlihatkan adanya ketidak sesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan
masyarakkat dengan tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat dan partisipasi
masyarakat yang diharapkan. Mekipun didalam undang-undang No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya
adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatanya. Oleh
karena itu pemerintahan maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadap
pembangunan kesehatan masyarakat termasuk perawat spesialis komunitas perlu mencoba
terobosan yang kreatif agar program-program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan
berkesinambungan.
Salah satu intervensi keperawatan komunitas di Indonesia yang belum banyak digali adalah
kemampuan perawat spesialis komunitas dalam membangun jejaring kemitraan di masyarakat.
Padahal membina hubungan dan bekerja sama dengan elemen lain dalam masyarakat merupakan
salah satu pendekatan yang memiliki pengaruh signifikan pada keberhasilan program
pengembangan kesehatan masyarakat (kahan & goodstadt, 2001). Pada bagian lain (Ervin 2002)
menegaskan bahwa perawat spesialis komunitas memiliki tugas yang sangat penting untuk
membangun dan membina kemitraan dengan anggota masyarakat. Bahkan Ervin mengatakan
bahwa kemitraan merupakan tujuan utama dalam konsep masyarakat sebagai sebuah sumber
daya yang perlu dioptimalkan (community as resource), dimana perawat spesialis komunitas
harus memiliki ketrampilan memahami dan bekerja bersama anggota masyarakat dalam
menciptakan perubahan di masyarakat.
Menurut penulis model kewirausahaan memiliki pengaruh yang strategi pada pengembangan
model praktik keperawatan komunitas dan model kemitraan dalam pengorganisasian
pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia. Praktik keperawatan mandiri atau kelompok
hubungan dengan anggota masyarakat dapat di pandang sebagai sebuah institusi yang memiliki
dua misi sekaligus yaitu sebagai institusi ekonomi dan institusi yang dapat memberikan
pembelaan pada kepentingan masyarakat terutama berkaitan dengan azas pemerataan bidang
kesehatan. Oleh karenanya prktek keperawatan sebagai institusi sangat terpengaruh dengan
dinamika perkembangan masyarakat (William, 2004: Korsching & allen,2004), dan
perkembangan masyarakat tentunya juga akan mempengaruhi bentuk dan konteks kemitraan
yang berpeluang dikembangkan (Robins,2005) sesuai dengan slogan national Council for
Voluntary Organization (NCVO) yang berbunyi : “ New Times, New Challenges” (Batsler dan
radall, 1992).
Pada bagian lain, saat ini mulai terlihat kecenderungan adanya perubahan pola permintaan
pelayanan kesehatan pada golongan masyarakat tertentu dari pelayanan kesehatan tradisional di
rumah sakit beralih kepelayanan keperawatan dirumah disebabkan karena terjadinya peningkatan
pembiayaan kesehatan yang cukup besar disbanding sebelumnya (Depkes RI, 2004: Sharkey,
2000; Mc Adam, 2000).sedangkan secara filosofi,saat ini telah terjadi perubahan “paradigma
sakit” yang menitikberatkan pada upaya kuratif ke arah “paradigm sehat” yang melihat penyakit
dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen, 1996). Sehingga situasi
tersebut dapat dijadikan peluang untuk mengembangkan praktik keperawatan komunitas beserta
pendekatan kemitraan yang sesuai di Indonesia.
BAB 2
PELAYANAN KEPERAWATAN BERBASIS KOMUNITAS
Pengertian
Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya
secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, balk secara individu,
keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem.
Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan
dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi
keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan
sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns
meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi,
pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang
mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari praktik
kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak
membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan
melibatkan masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah
suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif
dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses
keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir,
misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu
dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk pelayanan
esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat
yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif, rehabilitative dan
resosialitative dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara
komprehensif yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia.
Lingkungan dalam paradigm keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana
lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi
lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya dan lingkungan spiritual.
Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu mengidentifikasi serta mengembangkan
teori-teori keperawatan yang merupakan dasar dari praktik keperawatan
Pembaharu
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat
kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
Perawat Keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat kesehatan masyarakat yang
dipusatkan pada keluarga sebagai satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan
pelayanan dan perawatan sebagai upaya (Bailon dan Maglaya, 1978)
Perawat keluarga adalah perawat terregistrasi dan telah lulus dalam bidang keperawatan yang
dipersiapkan untuk praktik memberikan pelayanan individu dan keluarga disepanjang rentang
sehat sakit.
Peran yang dilakukan perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga,
berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan dan melaksanakan kebijakan
dibidang kesehatan, kepemimpinan, pendidikan, case management dan konsultasi.
Pengertian
Keperawatan mandiri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam menjaga fungsi tubuh
dan kehidupan yang harus dimilikinya. Menurut Orem, keperawatan mandiri adalah pelaksanaan
kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan
guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan sehat sakit
(Orem, 1980).
Individu : Integrasi keseluruhan fisik, mental, psikologis dan sosial dengan berbagai variasi
tingkat kemampuan keperawatan mandiri.
“Self Care” : referensi untuk mengkaji kebutuhan dan pilihan yang teliti bagaimana untuk
memenuhi kebutuhan.
Keperawatan : pelayanan terhadap manusia, proses interpersonal dan teknikal merupakan
tindakan khusus. Tindakan keperawatan untuk meningkatkan keperawatan mandiri dan
kemampuan perawatan mandiri yang terapeutik. Asuhan keperawatan mandiri dapat digunakan
dalam praktik keperawatan keluarga.
Sasaran
1. Menolong klien atau keluarga untuk keperawatan mandiri secara teraupetik
2. Menolong klien bergerak kearah tindakan asuhan mandiri
3. Membantu anggota keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
PENDAHULUAN
Praktik keperawatan komunitas didasarkan atas sintesa dari praktik kesehatan komunitas dan
praktik kesehatan komunitas, bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat dengan menekankan pada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan
upaya-upaya pencegahan, peningkatan dan mempertahankan kesehatan.
Dalam konteks ini, keperawatan komunitas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan dimana sifat asuhan yang diberikan adalah umum dan menyeluruh, lebih
banyak tidak langsung dan diberikan secara terus menerus melalui kerja sama.
Pendekatan yang digunakan dalam asuhan keperawatan komunitas adalah pendekatan keluarga
binaan dan kelompok kerja komunitas. Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah
adalah melalui pendidikan kesehatan, teknologi tepat guna serta memanfaatkan kebijaksanaan
pemerintah.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu :
a) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat,
mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit,
contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat
kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan
pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji
keter¬belakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan
kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.
c) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat
berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang
mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara
teratur ke Posyandu.
5.Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan
tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah
:
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau
pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta keuntungan
program.
d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas terhadap
tindakan yang dilaksanakan.
e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa perubahan
yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.
BAB III
PENUTUP
Fokus praktek keperawatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat. Pengorgnisasian komponen masyarakat yang dilakukan oleh perawat spesialis
komunitas dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat
dapat menggunakan pendekatan pengembangan masyarakat (community development).
Intervensi keperawatan komunitas yang paling penting adalah membangun kolaborasi dan
kemitraan bersama anggota masyarakat dan komponen masyarakat lainnya, karena dengan
terbentuknya kemitraan yang saling menguntungkan dapat mempercepat terciptannya
masyarakat yang sehat.
“model keperawatan komunitas dalam pengembangan kesehatan masyarakat” merupakan
paradigma perawat spesialis komunitas yang relevan dengan situasi dan kondisi perawat di
Indonesia. Model ini memiliki ideologi kewirausahaan memiliki yang memiliki dua prinsip
penting, yaitu kewirausahaan dan advokasi pada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan asas keadilan social dan asas pemerataan.
Perawatan kesehatan menurut Ruth B. Freeman (1961) adalah sebagai suatu lapangan khusus di
bidang kesehatan, ketrampilan hubungan antar manusia dan ketrampilan organisasi diterapkan
dalam hubungan yang serasi kepada ketrampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada
tenaga kesehatan social demi untuk memelihara kesehatan masyarakat. Keperawatan komunitas
perlu dikembangkan ditatanan pelayanan kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara
aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas.
Tujuan akhir praktek komunitas adalah kemandirian keluarga dan masyarakat yang terkait
dengan lima tugas kesehatan yaitu :mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan
kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya
peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia,
sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui
proses keperawatan.
MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR I
BERBASIS KOMUNITAS DAN BERKELNJUTAN
Oleh kelompok II :
1. Anik ahmani
2. M. kharis shodiq
3. Nining puji a
4. Paulina
5. Fadilatur r
6. Karsim
7. Wiwin pratiwi
8. Shera u ulhaq
9. Sarifudin
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2009
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya
yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmu
keperawatan dasar I “ Berbasis komunitas dan berkelanjutan”
Makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan
dukungan, bimbingan serta arahan baik secara moriil maupun materiil. Untuk itu kami ucapkan
terimakasih kepada :
Dari pembuatan makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, sehingga dengan
hal tersebut sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyusunan makalah
selanjutnya yang lebih baik sehingga dapat bermanfaat untuk kita semua.
STEM CELL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Teknologi stem cell kini semakin menjadi tren yang dianggap bisa membantu pengobatan dalam
bidang medis. Di Indonesia pengembangan terapi stem cell diarahkan kepada penyakit
degeneratif dan keturunan yang banyak terdapat di masyarakat. Pengembangannya perlu dikawal
psikososial keagamaan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi disegala bidang, peningkatan taraf hidup masyarakat,
peningkatan perhatian terhadap pemenuhan hak asasi manusia serta peningkatan kesadaran
masyarakat akan pentingnya hidup sehat menyebabkan peningkatan tuntutan masyarakat akan
pelayanan kesehatan yang berkwalitas.
Teknologi stem cell perlu dikembangkan sebagai alternatif terapi penyakit untuk kepentingan
pasien dan terjangkau masyarakat. sel induk memiliki potensi yang besar dalam dunia
kedokteran untuk dimanfaatkan sebagai terapi sel bagi berbagai penyakit degeneratif dan kanker
yang sulit disembuhkan,di antaranya diabetes, infark jantung, stroke, parkinson, dan
osteoarthritis. Meski demikian, metode pengobatan stem cell saat ini relatif masih mahal. Untuk
itulah, saat ini diupayakan pengembangan metode yang terjangkau masyarakat.
Dengan demikian maka diperlukan pengawasan yang sangat ketat terhadap pemakaian dan
penyalahgunaan stem cell ini. Hal ini juga menjadi masalah pada sumber stem cell tersebut
apakah dari tali pusat, sumsum tulang atau dari embrio. Maka diperlukan kebijakan, pedoman,
SOP dan regulasi oleh pemerintah untuk menghindari masalah etik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mengetahui definisi stem cell ?
2. Bagaimana mengetahui jenis jenis stem cell ?
3. Bagaimana peran stem cell dalam riset ?
4. Bagaimana terapi berdasarkan sel ?
1.3 TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Untuk mempelajari bagaimana stem cell digunakan dalam pengobatan dilihat dari sudut aspek
etik dan legal.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Agar mampu mengetahui definisi stem cell
b. Agar mampu mengetahui jenis – jenis stem cell
c. Agar mampu mengetahui peran stem cell dalam riset
d. Agar mapu mengetahui terapi berdasarkan sel
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI STEM CELL
Stem cell adalah sel yang tidak/ belum terspesialisasi yang mempunyai 2 sifat:
1 Kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel lain (differentiate). Dalam hal ini stem cell
mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel
otot rangka, sel pankreas, dan lain-lain.
2 Kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri (self-regenerate/ self-
renew). Dalam hal ini stem cell dapat membuat salinan sel yang persis sama dengan dirinya
melalui pembelahan sel.
3. Multipotent.
Dapat berdiferensiasi menjadi banyak jenis sel. Misalnya: hematopoietic stem cells.
4. Unipotent.
Hanya dapat menghasilkan 1 jenis sel. Tapi berbeda dengan non-stem cell, stem cell unipoten
mempunyai sifat dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/ self-renew)
2.4 ADA 3 GOLONGAN PENYAKIT YANG DAPAT DIATASI OLEH STEM CELL
a. Penyakit autoimun.
Misalnya pada lupus, artritis rheumatoid dan diabetes tipe 1. Setelah diinduksi oleh growth factor
agar hematopoietic stem cell banyak dilepaskan dari sumsum tulang ke darah tepi, hematopoietic
stem cell dikeluarkan dari dalam tubuh untuk dimurnikan dari sel imun matur. Lalu tubuh diberi
agen sitotoksik atau terapi radiasi untuk membunuh sel-sel imun matur yang tidak mengenal self
antigen (dianggap sebagai foreign antigen).
Setelah itu hematopoietic stem cell dimasukkan kembali ke tubuh, bersirkulasi dan bermigrasi ke
sumsum tulang untuk berdiferensiasi menjadi sel imun matur sehingga system imun tubuh
kembali seperti semula.
b. Penyakit degeneratif.
Pada penyakit degeneratif seperti stroke, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, terdapat
beberapa kerusakan atau kematian sel-sel tertentu sehingga bermanifestasi klinis sebagai suatu
penyakit. Pada keadaan ini stem cell setelah dimanipulasi dapat ditransplantasi ke dalam tubuh
pasien agar stem cell tersebut dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel organ tertentu yang
menggantikan sel-sel yang telah rusak atau mati akibat penyakit degeneratif.
c. Penyakit keganasan.
Prinsip terapi stem cell pada keganasan sama dengan penyakit autoimun. Hematopoietic stem
cell yang diperoleh baik dari sumsum tulang atau darah tali pusat telah lama dipakai dalam terapi
leukemia dan penyakit darah lainnya.
Ada beberapa alasan mengapa stem cell merupakan calon yang bagus dalam cell-based therapy:
1. Artinya transplantasi dapat bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi. Berbeda
dengan transplantasi organ yang membutuhkan organ donor yang sesuai (match), transplantasi
stem cell dapat dilakukan tanpa organ donor yang sesuai.
2. Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel dalam jumlah besar
dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar luas, jaringan kulit yang tersisa tidak cukup
untuk menutupi lesi luka bakar yang luas. Dalam hal ini terapi stem cell sangat berguna.
3. Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi melalui metode
transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan mengenai terapi gen di atas.
4. Dapat bermigrasi ke jaringan target dan dapat berintegrasi ke dalam jaringan dan berinteraksi
dengan jaringan sekitarnya.
3.1 KESIMPULAN
Stem cell digunakan sebagai alat pembawa transgen ke dalam tubuh manusia. Selain itu
hematopoetik stem cell juga dapat berdefrensiasi menjadi bermacam-macam sel, yang dapat
bermanfaat dalam duania kedokteran seperti: perkembangan sel kanker, penemuan dan
penembangan obat baru serta terapi cell untuk menangani penyakit penyakit tertentu. Ada 3
golongan penyakit yang dapat diatasi oleh stem cell yaitu: penyakit auto imun, penyakit
degenerative, penyakit keganasan. Stem cell merupakan calon yang bagus dalam cell based
therapy, karena brsifat autolog, mempunyai proliferasi yang besar, mudah dimanipulasi untuk
mengganti cell yang sudah tidak berfungsi, dapat bermigrasi ke jaringan target serta dapat
berintegrasi ke dalam jaringan dan beraksi dengan jaringan sekitarnya. Dengan demikian stem
cell sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai penyakit pada manusia seperti: mengatasi
diabetes dengan cara transplantasi pulau langerhans, terapi ulkus vena atau luka bakar dengan
cara transplantasi epidermis aulog pada folikel rambut yang dicabut, mengatasi penyakit
parkinson dengan cara transplantasi neuron dopamine, mengatasi stroke dengan cara
mesenchymal stem cell dari sum – sum tulang aulog, mengatasi penyakit penyakit jantung
dengan mencangkok mono nuclear bone marrow cell aulog dalam arteri.
Metode stem cell memang sangat bermanfaat dalam proses penyembuhan pasien untuk
mengatasi berbagai penyakit yang telah ada, pelaksanaan stem cell erat kaitanya dengan etika,
moral dan hukum. Etika, moral dan hukum adalah pengawal bagi kemanusiaan. Etika, moral dan
hukum, pada dasarnya mempunyai tugas dan kewenagnan untuk memanusiakan manusia, untuk
memperadab manusia. Manusia yang beradab adalah mereka yang berada dalam kebebasan
berfikir, manusia yang berada dalam kebebasan untuk saling mencintai, saling menghormati,
manusia yang keakhlakan, kemartabatan, manusia yang tunduk pada hukum keberadaban,
manusia yang beragama dalam keberadaban.
3.2 SARAN
Dalam metode stem cell bila obyek penelitian adalah manusia, maka hal itu dirasa tidak etis
karena melanggar hak asasi manusia itu sendiri dan melanggar norma agama.
Saran kami, obyek penelitian itu jangan menggunakan manusia tapi gunakanlah hewan
percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh kelompok II :
1. Anik ahmani 130915171
2. M. kharis shodiq 130915194
3. Nining puji a 130915187
4. Paulina 130915224
5. Fadilatur r 130915165
6. Karsim 130915166
7. Wiwin pratiwi 130915201
8. Shera u ulhaq 130915223
9. Sarifudin 130915214
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2009
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya
yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu
Keperawatan Dasar I dengan judul “STEM CELL”
Makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan
dukungan, bimbingan serta arahan baik secara moriil maupun materiil. Untuk itu kami ucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak DR. NURSALAM, M.Nurs (Hons) selaku pengajar Ilmu Keperawatan Dasar I.
2. Tema-teman satu kelompok yang bekerjasama dalam membantu menyelesaikan masalah ini.
Dari pembuatan makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, sehingga dengan
hal tersebut sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyusunan makalah
selanjutnya yang lebih baik sehingga dapat bermanfaat untuk kita semua.
Surabaya, September 2009
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i
KATA PENGANTAR………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………. iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG………………………………………...... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………..... 2
1.3 TUJUAN……………………………………………………….. 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI STEM CELL………………………………………... 3
2.2 JENIS STEM CELL…………………………………………….. 3
2.3 PERAN STEM CELL DALAM RISET……………………….. 6
2.4 GOLONGAN PENYAKIT YANG DAPAT DIATASI
OLEH STEM CELL……………………………………………. 7
2.5 THERAPEUTIC CLONING……………………………………. 8
2.6 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENGUNAAN STEM
CELL…………………………………………………………… 9
2.7 TERAPI BERDASARKAN SEL………………………………. 11
BAB III. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN…………………………………………………. 16
3.2 SARAN………………………………………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 18
Diposkan oleh Info Kesehatan di 12.23 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google
Buzz