You are on page 1of 4

BUMDes

Definisi BUMDes menurut Maryunani (2008) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh
masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan
membangun kerekatan sosial masyarakat yang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi
desa. Jadi BUMDes adalah suatu lembaga usaha yang artinya memiliki fungsi untuk melakukan
usaha dalam rangka mendapatkan suatu hasil seperti keuntungan atau laba. Pengelolaan
BUMDes sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah desa. Jadi pemerintah
desa sebagi fasilitator dapat membentuk suatu kelompok kerja dalam mengoperasionalkan
kegiatan BUMDes tersebut. Lalu tujuan didirikannya BUMDes adalah dalam rangka
memperkuat perekonomian desa yang dalam arti detil adalah meningkatkan kesejahteraan dan
kualitas penghidupan masyarakat desa tersebut, yang ditinjau dari segi ekonomi desa. Selain itu
tujuan pembentukan BUMDes adalah membagun kerekatan sosial masyarakat desa, hal ini
sebenarnya hanya tujuan sekunder dari BUMDes, karena pada dasarnya masyarakat desa pada
awalnya sudah merupakan kesatuan sosial kulturan sehingga memiliki solidaritas tinggi selain
karena adanya jaringan ikatan keluarga diantara mereka.

Dalam melaksanakan kegiatannya, BUMDes harus berorientasi pada kebutuhan dan potensi
desa. Artinya BUMDes memprioritaskan pada usaha dalam rangka pemenuhan kebutuhan
masyarkat seperti pemenuhan pasokan barang sembako, fasilitas pemenuhan hajat hidup
seperti sarana air bersih, sarana komunikasi, dan mobilitas agar masyarakat memiliki
aksesbilitas yang baik untuk interaksi dengan luar desa. Dan usaha yang dikembangkan adalah
yang merupakan potensi di desa itu, sehingga akan lebih baik lagi jika potensi tersebut adalah
potensi yang unik dan khas serta memenuhi syarat sebagai pemenuhan kebutuhan msyarakat.
Potensi desa yang bagus dikembangkan adalah sumber daya desa yang belum optimal
dieskplorasi, atau bisa juga usaha-usaha masyarakat yang secara parsial belum terakomodasi
dan terkendala oleh banyak hal, apakh dari segi modal, pemasaran atau dari lainnya.
Ada hal lain yang menjadi tujuan dalam pembentukan BUMDes yaitu peningkatan Pendapatan
Asli Desa (PADesa). Jika PADesa bisa ditingkat maka secara makro ekonomi desa, akan didapat
dana pengelolaan dan pembiayaan pembangunan untuk desa tersebut. Sehingga apabila
pembangunan di desa dapat berjalan dengan baik, diharpkan akan berimbas pada naiknya
kualitas hidup masyarakat. Karena salah satu tetapnya miskin desa yang tergolong miskin
karena secara relatif tidak memiliki infrastruktur fasilitas-fasilitas penting yang hanya menunggu
pembangunan dari pemerintah daerah atau pemerintah pusat.

Prinsip Pembentukan BUMDes


Ada beberapa prinsip yang dikemukakan oleh Maryunani (2008) tentang pembentukan
BUMDes yaitu :
a. Logika pembentukan BUMDesa didasarkan pada kebutuhan, potensi, dan kapasitas
desa, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di desa.
b. Perencanaan dan pembentukan BUMDesa adalah atas prakarsa (inisiasi) masyarakat
desa, serta mendasarkan pada prinsip-prinsip ko-operatif, partisipatif & emansipatif
(user-owned, user-benefited, and user-controlled) dengan mekanisme member-base
dan self-help
c. Pengelolaan BUMDesa harus dilakukan secara profesional, ko-operatif, dan mandiri.
d. Bangun BUMDesa dapat beragam di setiap desa di Indonesia.
Diharapkan pembentukan BUMDes berangkat dari partisipatif dan inisiatif masyarakat desa,
karena yang mengetahui secara pasti dan detil tentang semua potensi desa dan sumber daya
desa adalah masyarakat itu sendiri. Prinsip emansipatif pelru dikedepankan karena dalam hal
ini perbedaan gender tidak boleh menjadi penghalangkemajuan desa. Bahkan potensi atau
sumber daya yang dapat dikembangkan bisa berasal dari pihak wanita. Misalnya industri rumah
tangga yang berbasis pada pembuatan makanan, alat rumah tangga ataupu kerajinan tangan
yang memiliki nilai jual. Selain itu prinsip kebersamaan (member base) menjadi kekuatan
tersendiri dalam membangun sistem kerekatan antar anggota masyarakat, terutama dalam
menjalankan usaha bersama. Dengan berusaha secara bersama-sama diharapkan akan
membangkitkan kemandirian dalam diri masyarakat, sehingga tidak megharapkan lagi jenis-
jenis bantuan dari pemerintah baik yang bersifat hibah ataupun pinjaman.
Dalam pengelolaan BUMDes harus diperhatikan beberapa acuan, seperti yang disampaikan
Maryunani (2008) :
1. Sebagai pengelola adalah semua masyarakat desa yang memiliki orientasi melakukan
usaha bersama dibantu aparat pemerintah desa sebagai fasilitator dan penyambung
komunikasi dengan pemerintah daerah.
2. Bentuk kegiatan harus bersifat kemitraan dan memiliki kontrak.
3. Pembinaan bisa langsung dari pemerintah daerah atau dari lembaga-lembaga non
profit, seperti LSM, perguruan tinggi, organisasi masyarakat, dan lain-lain
4. Wilayah cakupan tidak harus satu desa. Jika beberapa desa memiliki orientasi yang sama
maka dapat melakukan usaha secara bersama-sama dalam satu wadah BUMDes
(kluster). Apalagi jika bahan mentah dan produk disebarkan di beberapa desa.
5. Bentuk badan usaha harus bersifat kebersamaan dan mandiri.
6. Bentuk usaha bisa berbentuk pembiyaan seperti usaha simpan pinjam, ataupun
berbentuk riil seperti usaha kerajinan, pertanian, peternakan, pasar, wisata dan lain-
lain.
7. Keanggotaan adalah semua masyarakat desa yang memiliki kepentingan yang sama
dalam berusaha, selain itu aparat pemerintah desa juga akan memfasilitasi, dan bisa
juga pihak ketiga (investor) yang menanamkan modalnya untuk dikembangkan dan
menjadi usaha bersama.
Pendirian BUMDes
Tahap 1 : Adanya kesepakatan antara masyarakat dengan pemerintah desa.
a. Kesepakatan dapat dilakukan melalui musyawarah dengan memperhatikan semua
usulan, sehingga akan terdata semua tentang harapan dan keinginan warga masyarakat
dalam rangka peningkatan kesejahteraan.
b. Menentukan jenis usaha yang akan dilakukan dalam BUMDes dengan melihat daftar
potensi dan sumber daya desa.
c. Merumuskan AD-ART untuk organisasi BUMDes, sehingga memiliki legimitasi hukum.
d. Memperkuat kedudukan BUMDes dengan menetapkan dalam peraturan desa.
Tahap 2 : Pengelolaan BUMDes
a. Pembentukan struktur organisasi BUMDes beserta tugas dan fungsinya (job desk),
sehingga tidak terjadi pelebaran kewenangan dan tumpang tindih dalam pelaksanaan
organisasi.
b. Semua kegiatan BUMDes harus mengacu pada AD-ART yang telah disusun, sehingga
terjalin komunikasi dan jalur birokrasi yang tertib.
c. Transparansi pengelolaan sehingga masyarakat mengetahui baik secara periodik dan
kontinyu.
Tahap 3 : Pengawasan
a. Perlu dibuat prosedur pengawasan agar dalam pengelolaan BUMDes terhindar dari
kesalahan-kesalahan yang disengaja, sehingga prinsip transparansi berjalan dengan baik.
b. Badan pengawas dapat berasal dari beberapa unsur elemen masyarakat desa, misalnya
dari pemerinta desa, LSM dan masyarakat itu sendiri.
c. Waktu pengawasan bisa secara periodik dan berlangsung terus-menerus, sehingga
akuntabilitas menjadi terpercaya dan msyarakat akan lebih bersimpati terhadap
pengelola BUMDes.
Tahap 4 : Pertanggung jawaban
a. Setiap akhir dari periode tahun anggaran harus ada laporan pertanggung jawaban yang
disampaikan dalam musyawarah seluruh elemen desa.
b. Dalam laporan pertanggungjawaban tersebut mencakup laporan kinerja pengelola,
laporan keuangan, laporan realisasi kegiatan usaha dan perkembangannya, serta
laporan kegiatan yang belum dapat direalisasikan.
c. Laporan pertanggungjawaban ini disesuaikan dngan AD-ART yang telah disepakati
bersama pada awal pendirian BUMDes.

You might also like