You are on page 1of 9

Makna risalah

Risalah dapat berarti tugas kerosulan dan ajaran dari Allah SWT atau apa yang
dibawakan oleh rosul dari Allah SWT yang harus disampaikan kepada manusia.

Dalam kaidah bahasa, risalah dapat diartikan berita atau pesan, misalnya, risalah
Muhammad berarti ajaran yang dibawa nabi Muhammad SAW. Risalah tersebut
dapat berupa prinsip hidup, Moral, Ibadah, Aqidah untuk mengatur kehidupan
manusia agar terwujud kebahagiaan didunia akhirat

Dalam risalah yang dibawakan oleh nabi Muhammad SAW, memuat segala aspek
kehiddupan manusia, sebagai penyempurna risalah yna dibawa nabi sebelumnya.

Hakikat Nabi sebagai pembawa Risalah

Hakikat rasul sebagai pembawa risalah tak lepas dari tugas para rasul yani
menyampaikan. Menyeru untuk beriman kepada Allah dan keesaan-Nya. Iman
kepada Allah adalah fitrah dalam diri manusia. Maka setiaap manusia mendapatkan
dirinya dikuasai oleh sesuatu kekuatan yang lebih tinggi dari kekuatannya, akan
tetapi manusia berbeda dalam menentukan kekuatan itu, di antaranya ada yang
menafsirkannya sebagai kekuatan alam dan ada yang menafsirkannya sebagai
berhala-berhala yang mereka buat dan yang lain emnafsirkannya selain itu. Maka
datanglah nabi-nabi membetulkan kesesatan-kesesatan ini, emmbawa risalah, dan
membimbing akal ke arah i’tikad adanya Allah dan keesaaan-Nya.
Andaikata akal manusia bertindak sendirian dalam memahami kebenaran-
kebenaran ini, tidaklah tepat sasarannya dan tidak sampai pada tujuannya,
khususnya dalam perkataan-perkataan ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh akal
manusia dan pengetahuan tanpa wahyu yang di sampaikan Allah pada nabi-nabi.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam QS 21:25 yang artinya :

“Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya. Bahwasanya tidak ada Tuhan Melainkan Allah (Aku), maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku”

Risalah yang dibawa rasulullah bukanlah sesuatu yang baru. Dasar aqidah
yang disampaikan oleh rasulullah adalah juga aqidah yang disampaikan oleh nabi-
nabi sebelumnya. Ajaran yang disampaikan rasulullah dapat dilihat sebagai hikmah
Ilahiah untuk melakukan pemurnian terhadap tauhid yang dari penyelewengan yang
telah dilakukan oleh umat sebelumnya. Rasulullah memperkuat kembali keyakinan
terhadap keesaan Allah (zat, sifat, af’al) yang telah tenggelam akibat
keterkungkungan akal manusia terhadap keduniaan karena dunia menjadi tujuan
akhir kehidupan. Atas dasar itu, manusia dikendalikan oleh hawa nafsu yang
berakibat kehidupan mereka mengalami kesengsaraan. Keadilan sosial menjadi nilai
kebaikan utama dalam ajaran Islam oleh karena itu Islam dapat berkembang dengan
demikian cepat karena salah satu alasannya Islam telah tampil sebagai kekuatan
pembebas yang membebaskan umat manusia ketika itu dari perilaku ketidakadilan.

Risalah yang dibawa Nabi Muhammad saw. mempunyai ciri-ciri yang khusus
dibandingkan dengan para rasul sebelumnya. Ciri-ciri khusus itu adalah :

• Ajaran Nabi Muhammad adalah penggabungan ajaran rasul-rasul sebelumnya.


Sehingga ajaran Nabi saw. adalah ajaran yang mensejarah dan berkaitan dengan
kebenaran iman dan kebenaran syariat para nabi terdahulu.

• Ajaran Muhammad bersifat universal. Allah mengutus Rasulullah saw. untuk


menjadi rahmat bagi seluruh alam. Risalah Nabi saw. cocok untuk semua kelompok
manusia dan semua zaman. Hal ini dimungkinkan karena ajaran Islam karena Islam
memenuhi kebutuhan realitas kehidupan. Di dalam Al-Qur’an ada dialog antara
wahyu dengan umat manusia, antara Rasulullah saw. dengan Allah, antara
Rasulullah saw. dengan kaumnya.

• Ajaran Islam mementingkan yang mudah bagi manusia, menghilangkan yang sulit.
Yang dimaksud dengan yang mudah bukan memudah-mudahkan. Melainkan
kemudahan yang sesuai dengan fitrah manusia, yang sesuai dengan realisasi yang
ma’ruf dan upaya untuk meninggalkan yang munkar.

Ciri-ciri ini dimiliki oleh Nabi Muhammad saw. dan tidak dimiliki oleh para rasul
sebelumnya. Rasulullah SAW tampil sebagai pembawa risalah Islam yang mencakupi
huda (petunjuk) dan dienul haq (agama yang benar). Selain itu hadirnya Rasulullah
saw. di tengah umat akhir zaman adalah sebagai saksi, pembawa berita gembira dan
peringatan, menyeru ke jalan Allah, dan sebagai pelita yang menerangi.

Nabi Muhammad saw, diturunkan ke bumi dengan beberapa tujuan, yang


antara lain:

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)


“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di
antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula)
yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa
suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; Maka apabila telah datang perintah
Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang
yang berpegang kepada yang batil.” (Al-Mu’min: 78)
Sebagai penutup para nabi, maka risalah yang dibawa Nabi Muhamamd saw.
menjadi penghapus risalah para rasul sebelumnya. Hal ini pernah ditegaskan oleh
Nabi Muhammad saw. saat Umar bin Khattab membaca Taurat. Beliau berkata
kepada Umar bahwa jika Nabi Musa a.s. ada di antara mereka, pasti Nabi Musa akan
mengikuti risalah yang dibawa Nabi Muhammad saw.

Mushaddiqul Anbiya (Membenarkan Para Nabi).


Risalah yang dibawa Nabi Muhammad saw. melengkapi risalah yang dibawa
para rasul sebelumnya dan sekaligus memansukhkan risalah sebelumnya. Risalah
Nabi Muhammad saw. sesuai dan dapat digunakan oleh semua manusia dan dapat
diamalkan hingga hari kiamat.
Nabi Isa a.s. sebagai nabi setelah Nabi Musa, membenarkan kenabian Nabi
Musa. Bahkan, Nabi Isa a.s. mengabarkan kepada umatnya akan datang seorang
rasul setelahnya yang bernama Ahmad (Nabi Muhammad saw.)
Meski kedatangan Nabi Muhammad saw. sudah dikabarkan oleh para nabi
dan rasul sebelumnya, tetap saja ada usaha untuk mendustakannya. Banyak
tantangan dan usaha yang dicoba untuk menghapuskan agama Allah, namun
demikian Allah swt. senantiasa menjaga dan memeliharanya dari serangan kaum
kafir. Di antaranya dengan memenangkan Islam atas agama lainnya atau dengan
menurunkan para Rasul dan Nabi untuk kembali meluruskan penyimpangan dan
kejahiliyahan umat. Nabi Muhammad saw. sebagai nabi akhir melengkapi risalah
nabi-nabi sebelumnya dan dijadikan sebagai rujukan utama bagi umat Islam.

Mukammilur Risalah (Penyempurna Risalah)


Selain membenarkan para rasul dan nabi sebelumnya yang membawa risalah
Islam, kehadiran Nabi Muhammad saw. juga diperuntukkan guna menyempurnakan
risalah sebelumnya. Risalah sebelumnya cenderung diperuntukkan bagi suatu kaum
tertentu saja dan untuk saat tertentu. Berbeda dengan Nabi Muhammad saw. yang
diutus untuk semua manusia dan berlaku hingga kiamat

Rahmatan Lil Alamin (Rahmat Bagi Alam Semesta)


Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (Al-Anbiya’: 107)
Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini adalah sebagai rahmat
bagi seluruh alam yang tidak saja manusia, tetapi juga alam, hewan, pohon, dan
sebagainya. Manusia, dengan kehadiran Nabi Muhammad, mendapatkan rahmat
dan kebaikan. Begitu juga manusia kafir dan jahiliyah, mendapatkan rahmat dari
kedatangan Islam. Dengan demikian Islam dan Nabi Muhammad tidak hanya untuk
umat Islam, tetapi kebaikannya juga dirasakan oleh manusia lainnya. Islam adalah
membawa agama fitrah yang sesuai dengan penciptaan manusia. Jadi, ketika Islam
disampaikan, akan dirasakan sesuai oleh manusia. Alam, hewan, dan tumbuhan pun
dilindungi dan dipelihara dengan kedatangan Islam. Umat Islam sebagai khalifah di
muka bumi melaksanakan pemeliharaan dan penjagaan alam. Dengan demikian
kestabilan terwujud, dan alam serta isinya menjadi damai.

Risalatul Islam
Risalah Nabi Muhammad saw. adalah risalah Islam, yang dibawanya adalah
sesuatu yang benar. Hal ini tercermin dari akhlak, kepribadian, dan sifat-sifat Nabi
yang mulia. Inti dari risalah Nabi Muhammad saw. adalah huda (petunjuk) dan
dienul haq (agama yang benar). Risalah membawa huda karena Islam itu sendiri
sebagai panduan bagi manusia.
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak
(benar) dan agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah
sebagai saksi.” (Al-Fath: 28)

Ad-Dakwah
Rasul menggunakan Islam sebagai petunjuk dan juga Allah menangkan Islam
sebagai dienul haq atas agama-agama lainnya. Usaha ini tidak akan tercapai apabila
tidak dilaksanakan dakwah. Rasul dalam menjalankan dakwahnya mempunyai
peranan sebagai saksi atas umatnya, memberi penyampaian nilai-nilai Islam yang
bersifat kabar gembira ataupun kabar peringatan. Allah swt. sekali lagi menegaskan
bahwa Rasul berdakwah dengan menyeru manusia agar kembali kepada Allah dan
kemudian Rasul sebagai pelita yang menerangi. Peranan Nabi yang digambarkan di
dalam surat Al-Ahzab ayat 45-46 adalah sebagai dai. Nabi berdakwah dengan
mengajak manusia dan bersifat sebagai pelita yang senantiasa dijadikan rujukan bagi
manusia.
Nabi Muhammad saw. telah berhasil menegakkan Islam dengan dakwahnya
selama 23 tahun. Kini risalah yang diajarkannya telah menyingkirkan kegelapan
jahiliyah yang membelenggu dunia, dan menempatkan kita ke dalam cahaya hidayah
yang terang benderang. Dengan begitu kita tahu mana jalan yang menyesatkan dan
mana jalan yang benar menuju pintu keridhaan Allah swt.
Kewajiban umat terhadap rosul
Beriman kepada Rasulullah saw. merupakan salah satu konsekuensi dari
pemahaman bersyahadah: wa asyhadu ana muhammada ar-rasulallah, aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul Allah. Dan, kesaksian kita itu akan jujur
dan istiqamah jika diwujudkan menjadi sikap.

Ada empat sikap yang memberi tanda bahwa syahadat kita tentang Rasulullah saw.
itu jujur dan istiqamah. Keempat sikap itu adalah:

1. Membenarkan dan mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah saw.

Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka


itulah orang-orang yang bertakwa. (Az-Zumar: 33)

Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. dan tiadalah yang
diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (An-Najm: 2-4)2. Taat
kepada Rasulullah saw.

2. Taat kepada Rasulullah saw.

Katakanlah: “Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka


sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (Ali Imran: 32)

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah


beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan
sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah
diperintah mengingkari thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka
(dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (An-Nisa: 59-60)

3. Menjauhi apapun yang dilarang dan tidak disukai Rasulullah saw.

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul,
kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (Al-Hasyr: 7)

4. Tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang disyariatkan


oleh Rasulullah saw. Sabda Nabi: “Tidak beriman di antara kamu sehingga hawa
nafsunya tunduk kepada apa yang kubawa” (HR Tirmidzi)

Adapun di antara kewajiban kepada Rasulullah saw. adalah sebagai berikut:


1. Beriman kepada Rasulullah saw.

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu
telah sesat sejauh-jauhnya. (An-Nisa’: 136)

Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua,
yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka
berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman
kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia,
supaya kamu mendapat petunjuk.” (Al-A’raf: 158)

Allah menegaskan perintah keimanan kepada Rasulullah saw. lewat dua ayat
di atas. Perintah-perintah dalam Al-Qur’an secara umum berarti suatu kewajiban.
Mustahil kita dapat mengikuti Rasulullah saw. jika tidak diawali dengan beriman
kepadanya terlebih dahulu.

2. Ketaatan kepada Rasulullah saw.

Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan
barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka. (An-Nisa’: 80)

Ketaatan kepada Nabi akan membawa kepada sikap mau mengikuti beliau (ittiba’).
Tidak ada ketaatan yang mutlak, kecuali dilakukan kepada manusia yang membawa
kebenaran dari Allah swt. Ketaatan kepada Rasulullah saw. pada hakikatnya
merupakan ketaatan kepada Allah. Manusia wajib taat kepada Allah, kemudian Allah
menegaskan bahwa ketaatan kepada Rasul adalah sebagian dari ketaatan kepada-
Nya. Maka, ketaatan kepada Rasul wajib juga untuk umat Islam dan memiliki makna
yang mendalam.

3. Mengikuti Rasulullah saw

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Ali Imran: 31)

Yang kita lakukan dalam konteks beribadah, bermuamalah dan berakidah harus
mengikuti Rasulullah saw., sebagaimana telah dicontohkan oleh beliau. Para ulama
membuat sebuah kaidah: hal-hal yang berkaitan dengan masalah ibadah dan akidah
hukum dasarnya tidak boleh, kecuali apa yang dicontohkan Rasulullah saw. dan ada
dalil yang mengatakan boleh. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan muamalah
(hubungan sesama umat manusia) hukum dasarnya adalah boleh, kecuali bila ada
dalil yang mengatakan tidak boleh. Ittiba’ ini merupakan bagian dari rasa cinta kita
kepada Rasulullah saw. Mencintai Allah tak akan mungkin terjadi kecuali kita
sungguh-sungguh mencintai Rasulullah saw.
4. Bersholawat kepada Rasulullah saw.

Bila nama beliau disebut, kita wajib menyampaikan shalawat untuknya. Hal ini salah
satu syarat turunnya syafaat di hari kiamat kelak.

5. Memahami bahwa Rasulullah saw. adalah Nabi penutup

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu,
tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. (Al-Ahzab: 40)

Nabi Muhammad adalah nabi terakhir, penutup para nabi. Tidak ada lagi nabi, rasul,
dan wahyu setelahnya. Umat Islam tidak perlu terjebak akan adanya klaim dari
manusia yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang nabi. Jikapun ada, bisa
dipastikan bahwa hal itu palsu. Tidak perlu diikuti bahkan harus diingkari. Akidah
tentang khatmun nubuwwah (Muhammad nabi terakhir) akan membebaskan kita
dari masalah teologis. Kita tidak perlu lagi mencari ajaran-ajaran kewahyuan di luar
ajaran Nabi saw.

6. Membela Rasulullah saw.

Sikap cinta perlu dibuktikan dengan pembelaan kepada Rasulullah saw. Khususnya
dari pihak yang ingin mendiskreditkan, memfitnah Rasulullah saw. Pembelaan
kepada beliau berarti juga pembelaan kepada kebenaran dan keberlangsungan
ajaran Islam. Allah selalu membela Nabi, dengan menurunkan mukzijat,
memberikan kemampuan berdebat, bahkan dengan menurunkan para malaikat
kepada beliau.

Beberapa kewajiban kita kepada Rasulullah saw. dilakukan karena dalam diri beliau
terdapat panutan (suri teladan) yang baik dengan pengharapan pertemuan dengan
Allah dan keselamatan dari azab api neraka (Al-Ahzab: 21). Rasulullah saw. adalah
tokoh yang layak diteladani berkaitan dengan masalah moralitas, ibadah, dakwah,
pendidikan, sosial, politik, perjuangan ekonomi, rumah tangga, bahkan peperangan.
Melaksanakan kewajiban kepada Rasulullah saw. akan sempurna jika kita
memahami karakteristik risalah yang dibawa beliau.
Karakteristik risalah beliau di antaranya adalah:
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

AHMAD DEDAT [01]

ANGGA PREASA [02]

APRILIAN EKO P. [03]

ARINTA IGA S. [04]

ARIZA FAUZI [05]

BENY SURYANTO [08]

You might also like